Artikel Ekonomi Islam Kel.11

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

ANALISIS PRODUKSI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Dosen Pembimbing:
Luqman Hakim

Disusun Oleh:

Monica Zahwa Salsabila 20210160311396


Herawati Puspita Dewi 20210160311238
Fitriyah Ayu Mawarni 20210160311
Muhammad Iskandar 20210160311431

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
ABSTRAK

Production is a process that generates value for goods and services for human
needs. In the production process must be managed properly, one of the ways is by
monitoring performance. With performance monitoring it is hoped that it can help
MSMEs. Production does not mean only producing something physically, but also
making goods produced from several production activities. The principles of Islamic
economics can be summarized in four principles, namely monotheism, balance, will,
freedom, and responsibility. Islamic business ethics, namely the value system of good,
bad, Right and wrong as well as our attitude and the rules of the business world refer to
and are guided by the Al-Qur'an and Hadith, in other words living in business according
to Allah's commands and avoiding His prohibitions. Production activities are basically
related to the level of moral values and Islamic techniques, especially in relation to the
quality of the goods produced. Because it starts with organizing the factors of
production, selecting production goods, production processes, quality assurance
(quality), marketing and consumer services must be in accordance with Islamic ethics
and morals. Not only obeying the commands and prohibitions of Allah SWT and His
Messenger, but also by practicing ethics, humans will be able to better understand the
essence behind a command and prohibition. The purpose of this study was to find out
how the application of business ethics to the production of risollaku. The method of
analysis of this research is descriptive qualitative, namely analyzing the application of
Islamic business ethics to the production of risollaku in Bandung.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan penting dalam
perekonomian Indonesia, baik ditinjau dari sisi jumlah usaha maupun dari sisi
penyerapan tenaga kerja melewati penciptaan sektor-sektor usaha. Perekonomian kini
telah mengalami modernisasi baik dari segi produksi, konsumsi bahkan dalam
mendistribusikan sebuah produk yang akan menjadi bahan untuk memperoleh suatu
keuntungan dalam melakukan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku
UMKM. Para pelaku UMKM kini kebanyakan menggunakan mesin sebagai alat
produksinya, yang bersifat memudahkan dan mempercepat proses produksi.
Salah satu home industry yang cukup memberikan keuntungan untuk produsen
adalah bidang produksi makanan terutama pada proses produksi. Produsen yang
menaruh perhatian pada sumber bahan baku dan alat-alat produksinya akan
mendapatkan hasil yang berbeda dengan produsen lain yang tidak memperhatikan
sumber bahan bakunya dan hanya mencari keuntungan sebesar-besarnya. Salah satu
kegiatan UMKM yang berada di kota bogor barat adalah industri risol berupa frozen
food atau olahan beku. Dalam produksinya, pembuatan kulit risoles dimulai dengan
memanaskan teflon penggorengan di atas kompor, kemudian mencelupkan bagian
belakang teflon tersebut ke dalam wadah berisikan adonan kulit risol dan kembali
menaruh teflon tersebut dengan cara terbalik di atas kompor hingga matang. Dan ketika
panas segera di isi dengan isian risoles lalu dicelupkan kembali ke adonan tepung
untuk dibaluri tepung roti. Dari proses produksi tersebut pabrik risollaku mampu
menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan bagi penduduk sekitarnya
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk
menghasilkan suatu barang dan jasa yang dapat dimanfaatkan oleh para konsumen
dimulai dari bahan mentah menjadi barang jadi. Dalam mengolah bahan baku tentunya
dibutuhkan factor-faktor lain seperti modal, tenaga kerja, dan teknologi. Begitupun
islam, yang mengatur kehidupan manusia dalam segala hal salah satunya adalah
produksi yang mana seorang produsen dituntut untuk selalu berpedoman kepada
ekonomi islam. Dan sesuai dengan etika produksi islam. Produksi dalam ekonomi islam
sendiri merupakan setiap bentuk aktivitas yang dilakukan untuk mewujudkan manfaat
atau menambahkannya dengan cara mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang
telah disediakan oleh Allah SWT sehingga menjadi maslahat yang dapat memenuhi
kebutuhan manusia, oleh karenanya aktivitas produksi hendaknya berorientasi pada
kebutuhan masyarakat luas. Jadi produksi dalam perspektif islam adalah sebuah
aktivitas yang menghasilkan suatu produk atau jasa dengan cara mengeksplorasi
sumber sumber ekonomi yang disediakan Allah SWT sehingga menjadi maslahat, untuk
memenuhi kebutuhan manusia.
Tujuannya adalah untuk menciptakan maslahah yang optimum secara
keseluruhan dalam berbagai pihak. Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamanya
adalah memaksimalkan maslahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada
dalam bingkai dan tujuan hukum islam. Prinsip dari produksi islam itu sendiri
menghasilkan sesuatu yang halal dan merupakan akumulasi dari semua proses
produksi mulai dari sumber bahan baku hingga jenis produk yang dihasilkan baik
berupa barang maupun jasa. Tujuan maslahah bagi umat manusia sejatinya memiliki
empat prinsip yaitu tauhid, keseimbangan, kehendak bebas serta tanggung jawab.
Dalam penulisan ini, penulis berusaha menganalisis seputar konsep etika
produksi dalam ekonomi islam pada industri home industry Risollaku di Bogor Barat.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)


Menurut para ahli termasuk Rudjito, UMKM (Usaha Mikro Kecil dan
Menengah) adalah usaha yang membantu perekonomian Indonesia. karena
melalui UMKM mereka dapat menciptakan lapangan kerja baru dan menambah
devisa negara melalui pajak badan usaha. Apabila menurut UU No.20 Tahun
2008, UMKM adalah usaha perdagangan yang dikelola oleh perorangan yang
mengacu pada usaha ekonomi produktif dengan standar yang sudah ditetapkan
dalam undang-undang.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah terus memainkan peranan penting
dalam mengakomodasi tenaga kerja, terutama angkatan kerja muda yang tidak
berpengalaman dan baru memasuki pasar. Hal ini menunjukkan bahwa UMKM
masih cukup dominan menyerap tenaga kerja perkotaan maupun pedesaan,
sementara pada saat yang sama menunjukkan gejala produktivitas yang rendah
karena masih menggunakan alat-alat tradisional dengan tingkat pendidikan dan
keterampilan yang rendah, serta penggunaan teknologi yang sederhana, maka
akan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan dihasilkan.

B. Pengertian Produksi dalam perspektif islam


Produksi secara etimologi dalam bahasa arab adalah al-intaj yang memiliki
arti mewujudkan atau mengadakan sesuatu. Secara terminologi produksi adalah
menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang. kegunaan suatu barang
akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari semula.
Menurut Suparmoko, produksi merupakan suatu proses atau usaha
mentransformasikan masukan (input) menjadi luaran (output). Ibnu Khaldun
memandang produksi sebagai pencurahan tenaga untuk memproduksi sesuatu
barang atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan individu maupun kebutuhan
masyarakat.
Namun menurut ekonom muslim kontemporer Kahf (1992) mendefinisikan
kegiatan produksi dalam perspektif islam sebagai manusia untuk memperbaiki
tidak hannya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas sebagai sarana untuk
mencapai tujuan hidup ditentukan dalam agama islam ,berupa kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa produksi adalah
kegiatan menghasilkan barang/jasa, atau kegiatan menambah nilai guna dan
manfaat. Namun tujuannya sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dalam proses produksi itulah terdapat beberapa tahapan-tahapan, mulai dari
tahapan penyediaan bahan baku, tahapan pengolahan hingga sampai menjadi
bahan jadi. Oleh karena itu, produksi merupakan hal yang sangat penting dalam
melakukan suatu bisnis. Hanya saja, banyak produsen yang belum memahami
syaria’at islam sehingga tidak mengenal batasan halal dan haram. Di mana
mereka hanya memanfaatkan bahan-bahan apa saja yang dapat diproduksi
supaya mendapatkan keuntungan dan kebutuhannya terpenuhi.

C. Faktor-faktor Produksi
Ibnu khaldun berpendapat bahwa faktor produksi hanya tiga, yaitu modal, tenaga
kerja, dan tanah. Namun berbeda dengan ibnu khaldun, M. Umar Chapra
menambahkan bahwa organisasi merupakan salah satu bagian dalam faktor-
faktor produksi. Sehingga secara umum para ahli ekonomi menyebutkan bahwa
produksi memiliki berbagai faktor di antaranya adalah:
a. Sumber daya alam (tanah)
islam telah mengakui tanah sebagai suatu faktor produksi yang penting
mencakup semua sumber daya alam yang digunakan dalam proses
produksi baik yang ada di permukaan bumi maupun yang terkandung di
dalamnya.
b. tenaga kerja
tenaga kerja ialah faktor produksi yang telah diakui di berbagai sistem
ekonomi terlepas dari kecenderungan ideologi mereka. Tenaga kerja
didefinisikan sebagai usaha jasmani maupun rohani untuk memuaskan
suatu kebutuhan manusia. Dapat dikatakan bahwa tenaga kerja
merupakan pangkal produktivitas dari semua faktor produksi, yanag mana
faktor produksi tersebut tidak akan bisa menghasilkan suatu barang/jasa
apapun tanpa adanya tenaga kerja
c. modal
merupakan bentuk kekayaan yang memberikan penghasilan bagi
pemiliknya atau suatu kekayaan yang dapat menghasilkan suatu hasil
yang akan digunakan untuk menghasilkan kekayaan yang lainnya.
d. organisasi
Dengan adanya organisasi, setiap kegiatan produksi memiliki penanggung
jawab untuk mencapai suatu tujuan perusahaan. sebagai salah satu faktor
produksi, organisasi merupakan pernaungan segala unsur-unsur produksi.
dari keempat faktor produksi di atas, Imam Al-Ghazali menambahkan dua
faktor produksi lain yaitu:
a) teknologi
di era ini semua pastinya akan berhubungan dengan teknologi,
teknologi memiliki peranan besar dalam sektor produksi karena
dapat lebih banyak menghasilkan barang yang berkualitas.
b) bahan baku
Bahan baku terdiri dari dua macam yaitu bahan baku langsung
maupun tidak langsung. ketika seorang produsen akan
memproduksi suatu barnag/jas, maka salah satu yang harus
diperhatikan adalah bahan baku apakah bahan tersebut tersedia,
layak digunakan atau dapat menghambat jalannya proses produksi.
D. Tujuan produksi dalam perspektif Islam
Nejatullah Siddiqi menjelaskan bahawa produksi dalam ekonomi islam tidak
semata-mata untuk mencapai keuntungan duniawi melainkan untuk keuntungan
ukhrawi. Beberapa tujuan produksi ini diantaranya:
1. Merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin
Ketika memproduksi bukan sekedar produksi rutin ataupun asal produksi
melainkan harus betul-betul memperhatikan realisasi keuntungan, namun
demikian tujuan tersebut berbeda dengan produsen yang berusahan
meraih keuntungan sebesar-besarnya saja.
2. Memenuhi kebutuhan keluarga
Seorang muslim wajib memenuhi kecukupannya sendiri dan orang yang
wajib dinafkahinya.
3. Mempersiapkan sebagai kebutuhan pada generasi penerusnya.
Produsen harus mampu menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat
bagi kehidupan di masa mendatang dan menyadari bahwa sumber daya
ekonomi tidak hanya di peruntukkan bagi manusia yang hidup di masa
sekarang, tapi juga untuk generasi selanjutnya.
4. Pembebasan dari ikatan ketergantungan ekonomi
Produksi merupakan sarana yang paling penting dalam kegiatan ekonomi.
Laju perekonomian suatu negara tersebut akan maju apabila masyarakat
nberperilaku produktif. Sedangkan masyarakat yang konsumtif akan
menjadi tawanan belenggu perekonomian dan politik dari bangsa lain.
5. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah SWT
Bertujuan membawa implikasi yang sangat luas, sebab produksi tidak
akan selalu menghasilkan keuntungan material, namun produksi tetap
harus berlangsung, sebab ia akan memberikan keuntungan yang lebih
besar berupa pahala di akhirat.
E. Prinsip dalam kegiatan ekonomi Islam
Seorang produsen muslim tidak boleh menganggap cukup hanya karena
produksi tersebut halal. tetapi harus mencermati saran dan cara produksinya.
adapun beberpa prinsip produksi dalam ekonomi islam, yaitu:
a. Keadilan dalam produksi
Dalam melakukan kegiatan produksi tidak boleh mengarah pada riba atau
kezaliman yang mana akan dapat menghilangkan keadilan pada ekonomi
islam itu sendiri.
b. Produksi yang ramah lingkungan
dengan membatasi polusi dan pencemaran lingkungan dapat mencegah
kerusakan di muka bumi ini agar ketersediaan sumber daya alam tetap
terjaga dan dapat digunakan semaksimal mungkin oleh makhluk hidup
yang ada di dalamnya,
c. Orientasi dan target produksi
pada awalnya sistem ekonomi islam lebih melekat dengan kesejahteraan
masyarakat. targetnya adalah menciptakan kehidupan yang layak dan
telah dianjurkan islam bagi manusia.
d. Terjadinya keseimbangan antara aktivitas produksi untuk kehidupan dunia
akhirat
e. Aktivitas produksi dilandasi oleh moral dan akhlak mulia
Seorang muslim harus menggunakan kemampuan akalnya serta
profesionalitasnya dalam mengelola sumber daya. Karena faktor produksi
yang digunakan untuk menyelenggarakan proses produksi yang sifatnya
tidak terbatas, sehingga manusia perlu berusaha mengoptimalkan
kemampuan yang telah Allah SWT berikan kepada mereka.
Moralitas Produksi Islam. Aktivitas produksi dalam Islam telah
dikendalikan oleh sistem moral. Moral menjadi rujukan untuk
menghasilkan barang dan jasa, mengefisienkan kinerja dan produktivitas,
serta meningkatkan laba. Urgensi moral dalam produksi bermakna
penghormatan manusia sebagai mahluk Tuhan, pengamalan
kemampuannya sebagai khalifah, serta menjalankan fungsi sosial bagi
masyarakat. Argumen ini membantah eksistensi manusia hanya sebagai
makhluk ekonomi.
Dalam perspektif makhluk ekonomi, moral terpisah dari ekonomi.
Sebaliknya dalam Islam, perilaku produksi adalah perwujudan bentukk
ibadah, moralitas, dan ketundukan manusia kepada Tuhan-Nya.
Menyepelekan dimensi moral menyebabkan keterasinga ekonomi dari
kehidupan manusia. Produsen dalam Islam mengimplementasikan nilai
moral dalam AlQur’an dan As-Sunnah dalam hal untuk memenuhi
permintaan akan konsumen, proses produksi, mendapatkan modal,
pertumbuhan usaha, serta diversifikasi produk untuk keberlangsungans
usaha. Karena tidak lepas dari nilai moral, produksi berpengaruh ecara
langsung pada kehidupan sosial.

f. Menghindari praktik muslim yang haram


Produsen harus menghindari proses produksi yang mengandung unsur
haram dan riba, pasar gelap sebagaimana firman Allah dalam surat Al-
Maidah ayat 90 yang bermakna bahwa khamr, judi dan perbuatan keji
akan merugikan dan produsen itu tidak mendapatkan keuntungannya.
Pada prinsipnya kegiatan produksi sangat terkait dengan syariat islam, di mana
seluruh kegiatan produksi semestinya sejalan dengan tujuan dari konsumsi itu
sendiri. Adapun prinsip produksi dalam islam sebagai berikut:
1. Prinsip tauhid (at-tauhid)
Prinsip tauhid merupakan prinsip fundamental Islam. Prinsip ini
menyebutkan bahwa produsen melakukan kegiatannya karena
merupakan bentuk ketundukan kepada Allah SWT dan termotivasi
beribadah kepada-Nya.
2. Prinsip kemanusiaan (Al-insaniyah)
Dalam kegiatan produksi, prinsip kemanusiaan diimplementasikan secara
luas, di mana semua manusia memiliki hak untuk mengaktualisasikan
keahlian produktifnya untuk meningkatkan kapasitas kesejahteraannya.
3. Prinsip keadilan (al-maslahah)
Prinsip ini menjelaskan bahwa berperilaku adil dengan siapapun dapat
meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas hidup manusia.
4. Prinsip kebajikan (al-maslahah)
Prinsip ini menekankan bahwa manusia harus melakukan sebanyak
mungkin kebajikan dalam hidupnya yang memiliki keterlibatan pola
hubungan dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Pada dimensi vertikal,
memvisualisasikann kebajikan atas perintah Allah SWT dan setiap
kebajikan akan mendapatkan balasannya. Sedangkan dimensi horizontal
memvisualisasikan kebaikan yang dilakukan kepada sesama manusia dan
lingkungan alamnya.
5. Prinsip kebebasan (al-hurriyah dan tanggung jawab (al-fardh)
Dalam bentuk kegiatan produksi, prinsip kebebasan dan tanggung jawab
bersifat melekat. Kegiatan produksi merai manfaat, menggali dan
mengelola sumber daya ekonomi disertai oleh larangan merusak dan
bertanggung jawab untuk melestarikannya. Hal ini mengindifikasikan
bahwa setiap perilaku manusia harus berlandaskan pada prinsip moral
dan psikologis, yaitu tanggung jawab kepada diri sendiri, masyarakat dan
Tuhan-Nya.

F. Etika produksi dalam islam


Etika merupakan kepercayaan tentang apa yang benar dan apa yang salah
maupun baik buruk dalam melakukan tindakan yang mempengaruhi orang lain.
Setiap kegiatan bisnis, harus dilakukan sesuai dengan etika yang berlaku dalam
kegiatan produksi. Etika dilakukan agar para pengusaha atau pedagang tidak
melanggar aturan yang sudah ditetapkan dan usaha yang dijalankan
memperoleh berkah dari Allah Swt dan memperoleh maslahah yang baik bagi
masyarakat.
Etika produksi menurut Yusuf Qardhawi, terdapat beberapa macam yaitu:
1. Bebas berkreativitas
Diberikannya kebeasan kepada manusia untuk mengembangkan
kreativitas dan keahlian masing-masing untuk mengembangkan alat,
sarana dan prasarana untuk melakukan proses produksi. Tidak ada
larangan untuk mengembangkan keahlian dalam mengmebangkan
sarana dan prasarana dalam proses produksi selama tidak melanggar
ketentuan allah dan memberikan kemaslahatan bagi masyarakat.
2. Perlindungan kekayaan alam
Menurut Yusuf Qardhawi, etika yang terpenting adalah menjaga
sumber daya alam karena ia merupakan nikmat dari allah kepada
hamba0hambanya, setiap hamba wajib mensyukurinya, dan salah satu
cara mensyukuri nikmat adalah dengan menjasa sumber daya alam dari
kerusakan lingkungan seperti pencemaran udara, kehancuran dan
kerusakan.

Dalam pandangan ekonomi islam, motivasi produsen semestinya sejalan dengan


tujuan produksi dan tujuan kehidupan produsen itu sendiri. apabila bertujuan
menyediakan kebutuhan material untuk menciptakan maslahah, maka motivasi
produsen juga mencari maslahah tersebut yang mana mereka akan menjadi
pribadi yang produktif.
G. Dasar hukum produksi menurut islam
Adapun beberapa ayat yang dapat dijadikan landasan hukum dalam
produksi, salah satunya dalam Al-Qur’an surat AtpTaubah ayat 105 yang
menyuruh kita untuk bekerja. Artinya “katakanlah “bekerjalah kamu, maka Allah
dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan kamu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang ghaib dan
yang nyata, lalu diberikannya kepada kamu apa yang kamu kerjakan.
H. Home Industry
Home Industry adalah rumah usaha produk barang maupun perusahaan
kecil. Dikatakan perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini berpusat di
rumah. Definisi usaha kecil tercantum dalam UU NO. 9 Tahun 1995, bahwa
usaha kecil merupakan usaha dengan keuntungan bersih maksimal Rp. 200 juta
(tidak termasuk tanah dan gedung) dengan penjualan tahunan maksimal sebesar
Rp. 1 Milyar. Kriteria lainya dalam UU tersebut adalah: milik WNI, berdiri sendiri,
berafiliasi langsung/ tidak lansung dengan usaha menengah atau besar dan
berbentuk badan usaha peroranagan, maupun tidak berbadan hukum. Home
Industri dapat berarti industry rumah tangga, karena termasuk usaha kecil yang
dikelola keluarga.
Kebanyakan, pelaku ekonomi yang berbasis di rumah adalah keluarga
dengan menarik orang di sekitarnya sebagai karyawan. Myeskipun dalam skala
yang kecil, namun kegiatan ekonomi ini secara tidak langsung membuka
lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar. Dengan begitu, perusahaan kecil
dapat membantu program pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran,
secara tidak langsung jumlah penduduk miskinpun akan berangsur menurun.
Meningkatnya jumlah keluarga akan menambah pula jumlah kebutuhan dalam
anggota keluarga tersebut. Kebutuhan keluarga ini akan terasa tercukupi
apabilas ada usaha yang mendatangkan pendapatan untuk menutupi kebutuhan
tersebut. Secara universal Home Industry berawal dari usaha keluarga yang
turun menurun dan pada akhirnya meluas, ini dapat bermanfaat sebagai mata
pencaharian penduduk kampung.
Usaha Kecil sendiri menurut Sumodiningrat (2007), memiliki beberapa ciri
utama, yakni:
(1) tidak memecahkan kedudukan pemilik dengan manajerial
(2) memanfaatkan tenaga kerja sendiri
(3) mengandalkan modal milik sendiri,
(4) memiliki tingkat kewirausahaan relatif rendah.
Kriteria lain menurut Bank Indonesia adalah:
(1) kepemilikan pada individu maupun keluarga;
(2) memanfaatkan teknologi sederhana dan memanfaatkan lebih banyak tenaga
kerja manusia;
(3) rerata tingkat pendidikan dan keterampilan masih tergolong rendah;
(4) beberapa tidak terdaftar secara resmi dan atau belum berbadan hukum;
(5) tidak memenuhi pembayaran pajak.

Nilai-nilai Islam dalam berproduksi


Upaya produsen untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat terwujud
apabila produsen mengaplikasikan nilai-nilai Islam. Dengan kata lain, seluruh
kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yang Islami.
Metwally mengatakan, “perbedaan dari perusahan-perusahan non muslim tak
hanya pada tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan
strategi pasarnya. Secara lebih rinci nilai-nilai Islam dalam produksi meliputi: 1)
Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi kepada tujuan akhirat; 2)
Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal atau eksternal; 3)
Memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan dan kebenaran; 4) Berpegang teguh
pada kedisiplinan dan dinamis; 5) Memuliakan prestasi/produktifitas; 6)
Mendorong ukhuwah antarsesama pelaku ekonomi; 7) Menghormati hak milik
individu; 8) Mengikuti syarat sah dan rukun akad/transaksi; 9) Adil dalam
bertransaksi; 10) Memiliki wawasan sosial; 11) Pembayaran upah tepat waktu
dan layak; dan 12) Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan
dalam Islam. Penerapan nilai-nilai di atas dalam produksi tidak saja akan
mendatangkan keuntungan bagi produsen, tetapi sekaligus mendatangkan
berkah. Kombinasi keuntungan dan berkah yang diproleh oleh produsen
merupakan satu mashlahah yang akan memberi konstribusi bagi tercapainya
falah. Dengan cara ini, maka produsen akan memperoleh kebahagiaan hakiki,
yaitu kemuliaan tidak saja di dunia tetapi juga diakhirat.
Urgensi Produksi
Semua sistem ekonomi sepakat bahwa produksi merupakan poros aktifitas
ekonomi yang berkisar di sekitarnya dan berkaitan dengannya, dimana produksi
tidak mungkin ada dengan ketiadaanya. Oleh karena itu, aktifitas produksi
mendapat perhatian sangat besar dalam semua sistem tersebut. Hanya saja,
perhatian ini berbeda antara suatu sistem dan sistem lainya berdasarkan
perbedaan tujuan produksi. Khalifah Umar Bin Al-Khathab memberikan penilaian
yang sangat penting terhadap produksi. Umar RA, menilai bahwa:
1. Menilai kegiatan produksi sebagai salah satu bentuk jihad fi sabilillah.
2. Melakukan aktivitas produksi lebih baik dari pada mengkhususkan waktu
untuk ibadah-ibadah sunnah, dan mengandalkan manusia dalam mencukupi
kehidupannya.
3. Menghimbau kaum muslimin untuk memperbaiki ekonomi mereka dengan
melakukan kegiatan yang produktif.
4. Tidak hanya sekedar menghimbau, namun juga memberikan dukungan
maknawi dan materi terhadap orang yang sedang atau ingin melakukan kegiatan
produksi
Kaidah-kaidah Produksi
Dalam ekonomi konvensional, seseorang diberikan hak untuk memproduksi
segala sesuatu yang dapat mengalirkan keuntungan kepadanya, meskipun hal
itu kontradiksi dengan kemaslahatan material dan moral masyarakat. Adapun
dalam ekonomi Islam, seorang produsen muslim harus komitmen dengan
kaidah-kaidah syariah untuk mengatur kegiatan ekonominya. Dimana tujuan
pengaturan ini adalah dalam rangka keserasian antara kegiatan ekonomi dan
berbagai kegiatan yang lain dalam kehidupan untuk merealisasikan tujuan umum
syariah, mewujudkan bentuk-bentuk kemaslahatan, dan menangkal bentuk-
bentuk kerusakan. Dalam fikih ekonomi Umar RA. Dapat ditemukan kaidah-
kaidah produksi yang bisa dijelaskan sebagai berikut.
1. Kaidah syariah Yang dimaksud dengan kaidah syariah disini bukan dari sisi
halal dan haram saja, namun lebih luas lagi yang mencakup tiga sisi, yaitu:
akidah, ilmu, dan amal.
Akidah, adalah keyakinan seorang muslim bahwa aktifitasnya dalam bidang
perekonomian merupakan bagian dari peranannya dalam kehidupan, yang jika
dilaksanakan dengan ikhlas dan cermat akan menjadi ibadah baginya.
Ilmu, seorang muslim wajib mempelajari hukum-hukum syariah yang berkaitan
aktifitas perekonomiannya, sehingga dia mengetahui apa yang benar dan yang
salah di dalamnya, agar muamalahnya benar, usahanya lancar, dan hasilnya
halal. Amal, sisi ini merupakan hasil aplikasi terhadap sisi akidah dan sisi ilmiah,
yang dampaknya nampak dalam kualitas produksi yang dihasilkan oleh seorang
muslim dan dilemparkannya ke pasar.
Etika Produksi: Homo Islamicus VS Homo Economicus
Homo Islamicus, merupakan jenis manusia yang berlaku atas dasar hukum dan
ketetapan Allah (Syariah) sebagai seorang khalifah di muka bumi yang berperan
untuk menggunakan segala potensi yang dimilikinya dalam mengelola segala
sumber daya yang ada di muka bumi, di atas dan dibawahnya untuk kebaikan
dirinya dan juga yang utama demi kebaikan masyarakat.
Di dalam kegiatan produksi, manusia jenis ini akan mendasarkan seluruh
kegiatan produksinnya pada ajaran-ajaran Islam, mulai dari tahap awal proses
produksi hingga tahap akhir. Tujuan dari barang dan jasa yang diproduksinya
pun jelas yaitu untuk kemaslahatan umat manusia, tidak hanya sekedar mencari
keuntungan pribadi saja dengan menghalalkan segala cara.
Manusia jenis ini menyadari bahwa semua aktivitas yang dijalaninya akan
dipertanggungjawabkan di akhirat, sehingga semua kegiatan produksinya harus
berdasarkan pada prinsip-prinsip Islam, seperti misalnya dalam penggunaan
bahan baku tidak menggunakan bahan-bahan yang diharamkan oleh agama
Islam, serta dalam pengelolaan organisasinya juga berdasarkan konsep Islam
seperti mudharabah, musyarakah, atau perusahaan tersebut dijalankan sendiri.
Sementara itu, jenis manusia yang kedua adalah Homo Economicus. Adalah
jenis manusia rasional yang menggunakan segala daya upaya dan kesempatan
yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Kekayaan dan kesejahteraan
diri adalah prioritas utama, baru orang lain setelahnya. Implikasi dari semuanya
adalah sumpeknya bumi ini dengan manusia-manusia rakus materialis yang
secara institusi menjelma menjadi korporasi besar dengan untung besar sebagai
tujuan.
Jenis manusia ini akan menghalalkan segala cara dalam kegiatan produksinya,
karena tujuan dari kegiatan produksinya bukan untuk kemaslahatan umat
manusia, tetapi semata-mata hanya untuk mencari keuntungan pribadi. Maka
eksploitasi atas sumber daya alam di muka bumi akan dilakukan berdasarkan
atas dorongan nafsunya yaitu keuntungan sebanyak-banyaknya, sehingga
dampak dari kegiatan produksinya hanya akan menimbulkan kerusakan di muka
bumi.
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
- Produksi atau al-intaj merupakan kegiatan yang menambah kegunaan
barang baik sama ataupun lebih baik dari sebelumnya
- Faktor yang mempengaruhi dalam kegiatan produksi adalah sumber daya
alam, tenaga kerja, modal, dan organisasi yang terdiri dari teknologi dan
bahan baku
- Tujuan dari proses produksi adalah mendapat keuntungan secara optimal,
memenuhi dan mempersiapkan segala kebutuhan untuk keluarga dan
generasi selanjutnya, mengurangi ketergantungan ekonomi, serta menjadi
sarana sosial dan ibadah kepada Allah SWT
- Prinsip dalam produksi dalam ekonomi islam adalah keadilan, ramah
lingkungan, jelas terkait orientasi dan target, serta terjadinya
keseimbangan antara aktivitas sosial dan agama

You might also like