Reformasi sistem pelayanan perizinan di Surakarta dilakukan karena sistem sebelumnya dianggap tidak efisien, berbelit-belit dan memakan waktu lama, serta kurang transparan. Tujuan reformasi ini adalah menciptakan proses perizinan yang cepat, praktis dan transparan untuk mendukung investasi dan perekonomian daerah. Reformasi dilakukan dengan mengganti sistem satu atap menjadi satu pintu dan memberikan wewenang lebih
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
76 tayangan23 halaman
Reformasi sistem pelayanan perizinan di Surakarta dilakukan karena sistem sebelumnya dianggap tidak efisien, berbelit-belit dan memakan waktu lama, serta kurang transparan. Tujuan reformasi ini adalah menciptakan proses perizinan yang cepat, praktis dan transparan untuk mendukung investasi dan perekonomian daerah. Reformasi dilakukan dengan mengganti sistem satu atap menjadi satu pintu dan memberikan wewenang lebih
Reformasi sistem pelayanan perizinan di Surakarta dilakukan karena sistem sebelumnya dianggap tidak efisien, berbelit-belit dan memakan waktu lama, serta kurang transparan. Tujuan reformasi ini adalah menciptakan proses perizinan yang cepat, praktis dan transparan untuk mendukung investasi dan perekonomian daerah. Reformasi dilakukan dengan mengganti sistem satu atap menjadi satu pintu dan memberikan wewenang lebih
Reformasi sistem pelayanan perizinan di Surakarta dilakukan karena sistem sebelumnya dianggap tidak efisien, berbelit-belit dan memakan waktu lama, serta kurang transparan. Tujuan reformasi ini adalah menciptakan proses perizinan yang cepat, praktis dan transparan untuk mendukung investasi dan perekonomian daerah. Reformasi dilakukan dengan mengganti sistem satu atap menjadi satu pintu dan memberikan wewenang lebih
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23
D DA AT TA AB BA AS SE E G GO OO OD D P PR RA AC CT TI IC CE E
Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta
Sektor Ekonomi Sub-sektor Penyederhanaan Perizinan Provinsi Jawa Tengah Kota/Kabupaten Surakarta Institusi Pelaksana Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kategori Institusi Pemerintah Kota Penghargaan BKPM Invesment Award Kategori: Penyelenggara PTSP di Bidang Penanaman Modal Kota Terbaik Tahun: 2011 Kontak Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Komplek Balaikota Jl. Jendral Sudirman No. 2 Surakarta. Telepon: (0271) 653693, 642020 Psw. 324, 325, Fax: (0271) 644308 Mitra Gesellschaft fr Technische Zusammenarbeit (GTZ) Peneliti Gek Sintha Mas Jasmin Wika ([email protected]) Rosvita Walanda Sitorus ([email protected])
Mengapa program/kebijakan tersebut muncul? Pelayanan perizinan yang lama, berbelit-belit, serta rentan pungutan liar. Apa tujuan program/kebijakan tersebut? Untuk menciptakan proses pelayanan perizinan yang cepat, efisien dan transparan. Bagaimana gagasan tersebut bekerja? Dengan membentuk sistem pelayanan perizinan satu pintu (One Stop Service-OSS) dan mendelegasikan kewenangan penerbitan izin dari walikota ke instansi (SKPD) yang dibentuk untuk menerbitkan izin. Siapa inisiatornya? Siapa saja pihak-pihak utama yang terlibat? Walikota Surakarta Joko Widodo Initiatives for Governance Innovation merupakan wujud kepedulian civitas akademika terhadap upaya mewujudkan tata pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik. Saat ini terdapat lima institusi yang tergabung yakni FISIPOL UGM, FISIP UNSYIAH, FISIP UNTAN, FISIP UNAIR, DAN FISIP UNHAS.
Sekretriat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Jl. Sosio-Justisia Bulaksumur Yogyakarta 55281 email: [email protected]
igi.fisipol.ugm.ac.id Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 2 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Apa perubahan utama yang dihasilkan? Pelayanan perizinan yang lebih cepat, praktis, efisien dan transparan, serta pendapatan daerah yang meningkat. Siapa yang paling memperoleh manfaat? Masyarakat dan pelaku usaha di Surakarta
Deskripsi Ringkas
Reformasi pelayanan perizinan di Surakarta muncul karena kondisi pelayanan publik terutama sistem pelayanan perizinan yang ada pada waktu itu masih dianggap tidak efisien, berbelit-belit dan memakan waktu yang lama, serta tidak adanya transparansi biaya yang harus dikeluarkan oleh pemohon izin. Sementara proses perizinan yang cepat, praktis dan efisien sangat dibutuhkan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan meningkatkan perekonomian daerah. Terutama untuk daerah seperti kota Surakarta yang bertumpu pada sektor perdagangan dan jasa yang membutuhkan banyak investasi dari para pelaku usaha.
Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk membuat proses pelayanan perizinan menjadi lebih cepat, efisien dan transparan sehingga memudahkan masyarakat serta pelaku usaha untuk mengurus perizinan di Surakarta. Hal ini diharapkan dapat mendorong berkembangnya iklim usaha yang semakin baik dan meningkatkan pendapatan pemerintah daerah.
Kebijakan untuk memperbaiki sistem pelayanan perizinan di Surakarta ini dijalankan dengan merubah sistem pelayanan perizinan yang awalnya berbentuk satu atap menjadi satu pintu (One Stop Service OSS) dan memberikan pelimpahan wewenang secara bertahap kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) (sekarang menjadi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) yang diatur dalam Peraturan Walikota No.13 Tahun 2005 mengenai pelimpahan sebagian kewenangan walikota kepada koordinator UPT, lalu Peraturan Walikota Surakarta Nomor 2 Tahun 2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Walikota Surakarta Nomor 13 Tahun 2005 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan Walikota Kepada Koordinator Unit Pelayanan untuk menambah jumlah perizinan yang bisa diterbitkan oleh UPT. Kemudian meningkatkan bentuk lembaga dan wewenang UPT menjadi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) yang didasari oleh Perda No. 6 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Selanjutnya pemerintah kota Surakarta menggabungkan KPPT dengan Kantor Penanaman Modal (KPM) menjadi BPMPT yang didasari oleh Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota.
Inisiator dari kebijakan perubahan ini adalah walikota Surakarta Joko Widodo (2005-sekarang) dengan melibatkan segenap satuan kerja perangkat dinas (SKPD) yang terkait dengan proses perizinan di lingkungan pemerintah kota Surakarta.
Upaya perubahan ini menghasilkan sistem proses pelayanan perizinan yang lebih mudah, praktis dan dengan kepastian waktu dan biaya yang lebih transparan yang diiringi dengan peningkatan jumlah masyarakat dan pelaku usaha yang mengurus izin. Perubahan ini juga berdampak positif terhadap pendapatan daerah Surakarta.
Manfaat dari kebijakan yang dilakukan pemerintah kota Surakarta terhadap sistem perizinan ini dirasakan langsung oleh masyarakat dan pelaku usaha di Surakarta. Terbukti dengan meningkatnya jumlah pemohon izin dan kepuasan yang disampaikan oleh masyarakat Surakarta sendiri yang menunjukkan apresiasi yang baik terhadap perubahan ini
Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 3 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Rincian Inovasi
I. Latar Belakang Letaknya yang strategis berada di tengah pulau Jawa, di antara Semarang dan Yogyakarta memudahkan pengembangan pembangunan dan perekonomian Surakarta. Namun, keuntungan berada di wilayah strategis tidak otomatis menyebabkan Surakarta menjadi kota dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Karena sempitnya wilayah, daerah ini sangat minim sumber daya alam. Ruang yang sempit juga membuat pemkot Surakarta harus cermat dalam mendesain rencana tata ruang kota agar potensi utama Surakarta yang berasal dari sektor perdagangan dan jasa tetap bisa berjalan seiring dengan konsep tata kota, terutama karena Surakarta kaya akan unsur budaya dan tradisi Jawa, di kota ini terdapat banyak peninggalan sejarah dan budaya yang harus dilestarikan. Sektor perdagangan mendominasi perekonomian Surakarta sebesar 25.72 persen dan sektor jasa sebesar 13.72 persen. Jumlah tersebut semakin meningkat dari tahun 2001 sampai tahun 2011 (BPS Surakarta, 2011).
Penerapan kebijakan publik yang tepat sasaran dan memberikan manfaat pada masyarakat harus diterapkan oleh pemkot Surakarta untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Penciptaan iklim investasi yang lebih kondusif dapat dilakukan dengan meningkatkan daya saing ekonomi. Reformasi kebijakan usaha berbentuk inovasi pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan dapat mempermudah proses pendirian usaha, mendorong investasi dan meningkatkan penciptaan lapangan kerja.
Dalam upaya penciptaan iklim usaha yang lebih kondusif, pemerintah pusat telah menerbitkan UU RI No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan PP No. 27 Tahun 2009 mengenai pelayanan Satu Pintu di bidang penanaman modal, pemda didorong untuk menciptakan iklim usaha melalui penyederhanaan perizinan usaha. Respon positif diberikan oleh Walikota Surakarta Joko Widodo dengan menerbitkan beberapa perda yang kemudian merubah bentuk sistem perizinan di Surakarta hingga sekarang ini.
Keseriusan pemkot Surakarta dalam usaha perbaikan iklim usaha dan investasi semakin terlihat nyata melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surakarta 2010-2015, salah satu misinya adalah penciptaan iklim investasi. Langkah perbaikan iklim investasi antara lain: (i) perbaikan sistem informasi dan penyederhanaan prosedur investasi, (ii) memberikan jaminan kepastian hukum dalam pelayanan investasi dan (iii) peningkatan pelayanan perizinan investasi.
Kondisi sebelum ditetapkannya sistem perizinan satu pintu (saat itu masih sistem satu atap yang mengantikan sistem perizinan fungsional) masih ditandai dengan (i) prosedur perizinan yang berbelit-belit (pengurusan perizinan harus melalui SKPD terkait dengan SOP yang kurang jelas), (ii) biaya yang tinggi (biaya pengurusan perizinan tidak diinformasikan secara transparan) dan (iii) jangka waktu yang panjang (rata-rata pengurusan perizinan memerlukan waktu satu sampai tiga bulan), Pengurusan izin yang berbelit-belit ini dapat dilihat dari proses yang harus dilalui untuk mengurus suatu izin dalam sistem perizinan satu atap, seperti skema di bawah ini yang dijelaskan oleh kepala KPPT Totok Amanto pada 2009 (Myrna Nurbarani, 2009).
Gambar 1 memperlihatkan mekanisme proses pengurusan izin yang cukup kompleks. Pemohon izin yang sama harus melewati tiga proses pengurusan izin yang berbeda, misalnya pengurusan IMB, SIUP dan HO harus melalui instansi yang berbeda dengan syarat dan pengisian formulir yang berbeda. Hal ini akan Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 4 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
menyebabkan kurang efisiennya proses pengurusan izin dan terkesan berbelit-belit. Dengan sistem semacam ini, masyarakat Surakarta jadi enggan untuk mengurus izin ke UPT, karena tidak mau berurusan dengan prosedur birokrasi yang berbelit-belit. Namun setelah sistem satu atap ini digantikan oleh sistem satu pintu, masih menurut kepala KPPT Totok Amanto, terdapat peningkatan jumlah pengurusan izin sekitar 40 persen, yang dapat mengindikasikan bahwa masyarakat Surakarta cukup mengapresiasi sistem satu pintu yang baru ini (Myrna Nurbarani, 2009).
II. Inisiasi Dari Walikota Surakarta Seperti yang terjadi di beberapa daerah lain, contohnya kabupaten Sragen dan Kubu Raya, pemimpin daerahlah yang biasanya menjadi inisiator bagi inovasi pelayanan publik di daerah. Di Surakarta, yang menjadi inisiator perubahan bagi pelayanan publik adalah Walikota Joko Widodo yang pertama kali terpilih pada 2005 dengan perolehan suara 37% untuk masa jabatan lima tahun 2005-2010 dan kemudian kembali terpilih untuk periode kedua untuk masa jabatan 2010-2015 dengan suara mayoritas.
Nilai positif dari pemerintahan Walikota Joko Widodo adalah dia memiliki visi dan misi yang jelas mengenai rencana-rencana pembangunan di Surakarta, visi dan misi nya ini kemudian benar-benar diimplementasikan dalam kebijakan-kebijakannya secara konsisten. Dengan misi pemerintahan yang di antaranya adalah mengembangkan dan meningkatkan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan sektor riil, pemberdayaan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKMK) dengan fasilitasi kredit, kemudian meningkatkan akses ke lapangan kerja dengan menitikberatkan pada menciptakan wirausahawan-wirausahawan baru melalui bantuan permodalan, membangun jejaring pemasaran produk dan menciptakan iklim investasi yang kondusif (Kota Ramah Investasi ), Joko Widodo kemudian mendukung misinya ini dengan membuat urusan perizinan menjadi semakin mudah dan cepat agar mendorong tumbuhnya dunia usaha di Surakarta.
Dengan latar belakangnya sebagai pengusaha, Gambar 1. Mekanisme Proses Perizinan Satu Atap Kota Surakarta
Sumber: Myrna Nurbarani, 2009
Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 5 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Walikota Joko Widodo sadar bahwa untuk meningkatkan minat investasi di Surakarta adalah dengan mempermudah proses pengurusan perizinan, sementara yang terjadi selama ini adalah proses pengurusan izin yang berbelit-belit, waktu pengurusan yang lama dan kadang tanpa ada kepastian waktu yang jelas, tidak transparan, banyaknya pungutan dan lain- lain, sehingga banyak masyarakat dan pelaku usaha yang enggan untuk mengurus izin, mendirikan usaha dan berinvestasi di Surakarta.
Selain itu keputusan pemberian beberapa perizinan juga banyak yang terpusat pada kewenangan walikota, sehingga proses pemberian izin bisa memakan waktu yang lama. Walikota Joko Widodo berinisiatif untuk meningkatkan pelayanan pemerintah daerah dalam pengurusan perizinan agar pelayanan yang diberikan sama seperti pelayanan di sektor swasta yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer oriented). Pendelegasian kewenangan merupakan salah satu cara Walikota Joko Widodo untuk memperingkas proses perizinan. Kewenangan pemberian keputusan perizinan lalu banyak dilimpahkan kepada UPT agar tidak terjadi sentralisasi kewenangan yang membuat proses perizinan menjadi tidak efisien dan lama. Pelimpahan kewenangan ini dilakukan secara bertahap, pemkot Surakarta fokus pada izin yang memiliki rentetan koordinasi dengan izin lainnya.
Dari gagasan dan keinginan Walikota Joko Widodo yang menghendaki pengurusan perizinan yang lebih sederhana dan efisien, diikuti dengan pelimpahan wewenang yang sudah ada payung hukumnya, UPT pada waktu itu (sekarang BPMPT) langsung menanggapi dengan membuat program-program kerja dan mendesain konsep manajemen yang baru di tubuh internal mereka untuk dapat mewujudkan gagasan tersebut.
Pada masa awal perubahan-perubahan di bidang perizinan yang dilakukan oleh Walikota Joko Widodo, UPT Satu pintu atau OSS sempat mendapat pendampingan dari lembaga kerjasama teknis GTZ Jerman, yang memang bekerjasama dengan pemerintah provinsi Jawa Tengah untuk meningkatkan dan mengembangkan ekonomi regional Jawa Tengah. GTZ sebagai motivator, memberikan berbagai fasilitasi misal untuk studi banding, pelatihan dll, untuk membentuk OSS yang ideal bagi Surakarta. Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh pemerintahan Walikota Joko Widodo ini awalnya tidak selalu mendapat dukungan positif dari internal pemkot Surakarta. Pada awal perubahan ini dijalankan, muncul resistensi dari dinas-dinas di pemkot Surakarta, ada kekhawatiran dari dinas-dinas terkait jika kewenangan satuan kerja perangkat dinas (SKPD) dialihkan ke UPT maka dinas-dinas ini akan kehilangan wewenang ataupun bidang kerja mereka. Resistensi ini juga muncul karena biasanya pengurusan perizinan merupakan salah satu sumber pemasukan bagi oknum-oknum aparat yang memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Namun resistensi dari SKPD ini bisa diatasi dengan sistem koordinasi yang diterapkan dalam pemberian suatu izin, bahwa memang pengurusan izin dipusatkan pada UPT, namun tetap harus mendapatkan rekomendasi dari SKPD terkait, sehingga SKPD-SKPD tadi tidak kehilangan tupoksinya (tugas pokok dan fungsi). Menurut hasil wawancara dengan Kabid Informasi, Pengaduan dan Data BPMPT Surakarta, Seksio Heryanto, resistensi ini sudah tidak ada lagi ketika UPT berubah bentuk menjadi KPPT. Selain itu mutasi dan perubahan struktur jabatan internal yang dilaksanakan pemerintahan Joko Widodo untuk meningkatkan kinerja pemkot, telah mengubah comfort zone sebagian pejabat daerah. Budaya kerja dalam birokrasi pemerintah kota Surakarta juga menjadi kendala dalam perubahan yang dijalankan Walikota Joko Widodo, para aparatur negara ini belum mengimplementasikan tugas mereka sebagai Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 6 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
pelayan masyarakat. Namun Walikota Joko Widodo tetap dengan tegas dan konsisten melaksanakan kebijakan-kebijakan reformasinya di lingkungan pemkot Surakarta. Dengan perolehan suara mayoritas pada periode masa jabatan yang kedua, Walikota Joko Widodo otomatis mendapat banyak dukungan baik itu secara politik maupun dari masyarakat yang telah merasakan dampak langsung dari kebijakan Walikota Joko Widodo, sehingga lebih mudah bagi pemerintahan Joko Widodo untuk terus menjalankan kebijakan rencana- rencana pembangunannya di Surakarta.
III. Implementasi Sejak masa jabatannya yang pertama, pada Desember 2005, Joko Widodo telah melakukan upaya perubahan dalam pelayanan publik dengan memangkas sejumlah prosedur birokrasi di bidang perizinan. UPT satu atap yang sudah ada sebelumnya, dirubah menjadi UPT satu pintu (One Stop Service ) karena dianggap masih kurang efisien dan efektif. Dengan adanya Peraturan Walikota No.13 Tahun 2005 mengenai pelimpahan sebagian kewenangan walikota kepada koordinator UPT, maka UPT memiliki kewenangan untuk menerbitkan izin yang awalnya harus diterbitkan lewat persetujuan walikota, namun tetap dengan rekomendasi dari unit pelaksana teknis terkait. Perubahan-perubahan ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja pelayanan perizinan di Surakarta. Dalam UPT bentuk baru ini, manajemennya pun mengalami perombakan dengan harapan agar dapat mencapai kualitas kerja birokrasi yang lebih baik dalam memberikan pelayanan publik. Pengurusan perizinan lewat UPT satu pintu dibuat lebih transparan, tidak berbelit-belit dan lebih efisien. Ada standar operasional prosedur (SOP) yang jelas mengenai lama waktu pengurusan suatu izin, persyaratan yang harus dilengkapi serta biaya yang harus dikeluarkan para pemohon. Perizinan yang awalnya harus diurus ke SKPD masing-masing, bisa diurus lewat UPT. Meski awalnya hanya ada 11 jenis perizinan yang bisa diterbitkan oleh UPT , dengan meningkatnya jumlah permohonan izin selama dua tahun sejak UPT satu pintu terbentuk, pada 2007 jenis perizinan yang bisa diterbitkan oleh UPT ditambah lagi. Berdasarkan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 2 Tahun 2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Walikota Surakarta Nomor 13 Tahun 2005 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan Walikota Kepada Koordinator Unit Pelayanan, maka UPT memiliki kewenangan untuk menerbitkan 21 jenis perizinan. Pada tahun 2009, UPT satu pintu ini kemudian dirubah lagi menjadi KPPT yang mempunyai wewenang sendiri, tidak lagi berada di bawah Bagian Organisasi Pemerintah Kota Surakarta. UPT yang dulunya hanya dipimpin oleh seorang koordinator, ketika menjadi KPPT berubah menjadi kantor yang dipimpin oleh seorang kepala kantor. Untuk semakin mempermudah masuknya investasi, pemerintah Surakarta mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota, yang menggabungkan KPPT dan KPM menjadi BPMPT. Seperti dikutip dari Tempo.co 1 menurut kepala BPMPT Puja Hariyanto, dengan menjadi satu kantor, pelayanan kepada calon investor bisa lebih cepat. Lewat BPMPT ada sekitar 30 jenis perizinan yang bisa diterbitkan, mulai dari IMB sampai, izin HO, hingga tanda daftar perusahaan. Masih menurut kepala BPMPT, pihaknya dapat menjamin pelayanan perizinan yang lebih cepat dari patokan waktu yang sudah
1 Solo Stop Pembangunan Mal, diakses dari http://www.tempo.co/read/news/2012/01/10/0903 76383/Solo-Stop-Pembangunan-Mall
Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 7 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
ada sebelumnya yaitu maksimal 6 hari kerja. Satu permohonan izin dapat disetujui pada hari yang sama, jika kelengkapan persyaratannya sudah terpenuhi.
BPMPT dalam melaksanakan tugasnya dipimpin oleh seorang kepala badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada walikota melalui sekretaris daerah. BPMPT mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang penanaman modal dan pelayanan perizinan.
Proses sistem perizinan Satu Pintu (One Stop Service) kota Surakarta dapat digambarkan sebagai gambar 2.
Tabel 1. Jenis Pelayanan Perizinan di BPMPT Kota Surakarta No. Jenis Perizinan Lama Baru Retribusi 1 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 90 hari 6 hari 1.75% dari nilai bangunan 2 Izin Gangguan Tempat Usaha (HO) 30 hari 6 hari Relatif terhadap tempat dan jangka waktu 3 SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)
14 hari 3 hari Rp0 4 SIUI (Surat Izin Usaha Industri) 14 hari 6 hari Rp0 5 TDP (Tanda Daftar Perusahaan) 14 hari 1 hari Rp0 6 TDG (Tanda Daftar Gudang) 14 hari 5 hari Rp0 7 Izin Pemasangan Reklame 7 hari 1 jam Relatif terhadap ukuran dan jenis reklame 8 Izin Usaha Hotel 1 bulan 6 hari Rp0 9 Izin Pondok Wisata 1 bulan 5 hari Rp0 10 Izin Usaha Restauran 1 bulan 5 hari Rp0 11 Izin Usaha Rumah Makan 1 bulan 5 hari Rp0 12 Izin Gedung Pertemuan 1 bulan 5 hari Rp0 Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 8 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Umum 13 Izin Jasa Biro Perjalanan Wisata 1 bulan 5 hari Rp0 14 Izin Jasa Pemandu Wisata 1 bulan 5 hari Rp0 15 Izin Impresariat 1 bulan 5 hari Rp0 16 Izin Jasa Informasi Pariwisata 1 bulan 5 hari Rp0 17 Izin Jasa Konvensi 1 bulan 5 hari Rp0 18 *Izin Pemanfaatan Ruang (IPR) - 2 hari Rp0 19 *Izin Penggantian Biaya Cetak Peta - 4 hari Komersial: 0.75% dari NJOP PBB tanah saat ini x luas tanah; Non Komersial: 0.50% dari NJOP PBB tanah saat itu x luas 20 *Izin Lokasi - 6 hari Rp0 21 *Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (IUP- MB) - 4 hari Rp0 22 *Tanda Pendaftaran Waralaba (TPW) - 3 hari Rp0 23 *Tanda Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP) - 3 hari Rp0 24 *Izin Usaha Toko Modern (IUTM) - 3 hari Rp0 25 *Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) - 6 hari Rp0 26 *Izin Usaha Jasa Angkutan - 6 hari Rp0 27 *Izin Usaha Sekolah Mengemudi - 6 hari Rp0 28 *Izin Usaha Bengkel Umum - 6 hari Rp0 Sumber: BPMPT Kota Surakarta, 2012 *Perizinan yang baru diterbitkan
Tabel 2. Jenis Non Perizinan BPMPT Kota Surakarta No. Jenis Non Perizinan Durasi Waktu Retribusi 1 Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta (PKMS) 1 hari Rp1,000 2 Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS) 1 hari Rp0 Sumber: BPMPT Kota Surakarta, 2012
Pemanfaatan Teknologi Informasi Lingkungan BPMPT Surakarta telah menggunakan sistem teknologi informasi (IT) yang terkomputerisasi dalam proses pengarsipan dan penyimpanan data, diharapkan dengan memanfaatkan sistem IT maka kinerja yang dihasilkan akan lebih efisien, lebih cepat dan praktis, akan memudahkan para staf Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 9 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
BPMPT dan para customer. Kantor BPMPT juga sudah dilengkapi fasilitas anjungan informasi mandiri dengan teknologi touch screen, yang dapat digunakan para pemohon untuk mengakses informasi dari BPMPT. Agar dapat mengikuti perkembangan kemajuan teknologi dan dapat mengaplikasikan sistem IT yang terus dikembangkan dalam BPMPT, para stafnya diikutkan dalam pelatihan-pelatihan agar dapat memfungsikan teknologi IT yang ada secara maksimal.
Pada tanggal 18/10/2011 KPPT(sekarang BPMPT) Surakarta mengujicobakan layanan short message service (sms) gateway yang merupakan sistem pelayanan informasi lewat sms, aplikasi berbasis web ini bisa dimanfaatkan dengan mengirim sms ke nomor 08139191000, sehingga para pemohon izin dapat mengakses informasi mengenai status perizinan, mengecek sejauh mana proses perizinan yang diajukannya , menanyakan kelengkapan persyaratan dll. Lewat layanan sms ini, masyarakat juga dapat memberikan kritik dan saran mengenai layanan KPPT. Dana APBD yang disiapkan untuk program layanan ini sebesar Rp. 76 juta.
Layanan sms ini merupakan langkah awal dari pemberian kemudahan akses informasi bagi para pemohon izin sebelum diterapkannya sistem pelayanan informasi dan perizinan investasi secara online. Layanan sms ini akan tetap ada meskipun nantinya layanan online sudah berjalan.
Dengan terbentuknya BPMPT pada 2011, rencananya pada tahun 2012 ini pelayanan informasi dan perizinan investasi akan dijalankan secara online. Hal ini merupakan bagian dari penghargaan yang diberikan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kepada Surakarta pada 2011 sebagai salah satu kota terbaik untuk investasi. Sebagai persiapan untuk program layanan online tersebut, KPPT Surakarta mengirimkan stafnya untuk mengikuti pelatihan di BKPM.
Perekrutan staf KPPT (sekarang BPMPT) pun awalnya dipilih dari calon PNS (CPNS) atau PNS yang baru bekerja maksimal selama 2 tahun di SKPD asal, dengan pendidikan minimal Sarjana Muda, hal ini dimaksudkan agar calon-calon yang terpilih ini dapat mudah diberikan penanaman budaya kerja yang baru. Untuk menciptakan budaya kerja yang tidak khas PNS, di awal perekrutan calon staf KPPT semua calon diberikan pelatihan keahlian dan kepribadian selama tiga bulan, di mana dalam pelatihan tersebut ditanamkan budaya kerja yang berorientasi pada pelayanan. Diharapkan dengan pelatihan semacam ini, KPPT dapat memberikan citra pelayanan yang prima dan ramah bagi masyarakat.
Semua calon ini kemudian diseleksi agar mendapatkan staf KPPT yang terbaik. Supaya semua staf dapat memberikan kinerja yang optimal, mereka diberikan pelatihan-pelatihan khusus sesuai kebutuhan, seperti pelatihan bahasa Inggris dan komputer. Sebagai upaya untuk pemerataan keahlian para stafnya, rutin dilakukan semacam pergantian giliran tugas kerja, agar para staf dapat menguasai jenis tugas yang lainnya juga. Para staf ini juga memakai seragam yang berbeda dari seragam PNS biasa, mereka memakai seragam layaknya staf pelayanan di sektor swasta.
Kendala
Untuk perizinan yang memerlukan survei lapangan, masih ditemui kendala terbatasnya personil dan sarana pendukung, sementara untuk mempercepat terbitnya izin harus dilakukan juga perbaikan terhadap kendala- kendala tersebut.
Meski sudah mulai menggunakan sistem pengarsipan SiMardi, yaitu suatu program yang berfungsi untuk mengolah data dinamis yang dapat mempermudah proses perekaman dan Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 10 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
penelusuran data arsip di BPMPT, sampai Mei 2012, masih banyak berkas perizinan yang belum diproses dan dimasukkan dalam sistem data SiMardi perizinan karena load kerja dan jumlah SDM yang belum sesuai. Untuk proses pengarsipan ini pihak BPMPT bekerjasama dengan Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta yang memberikan bantuan teknis kepada pelaksana BPMPT agar penataan arsip perizinan dapat dilakukan sesuai standar pengarsipan. 2
Saat ini ada kendala untuk tempat penyimpanan berkas perizinan yang berupa loker-loker penyimpanan masih terbatas, belum tersedia fasilitas penyimpanan arsip yang memadai seiring dengan semakin banyaknya berkas perizinan yang masuk. Sampai saat ini berkas- berkas yang telah terdata hanya dimasukkan ke dalam kotak-kotak penyimpanan. Infrastuktur yang masih kurang ini diatasi dengan pembangunan gedung baru bagi BPMPT yang sedang berlangsung, yang lokasinya masih berada di dalam kompleks Balaikota Surakarta .
Sosialisasi ke masyarakat sudah dianggap efektif karena sudah banyak masyarakat Surakarta yang mengetahui kemudahan perizinan yang ada, hanya saja dari sisi masyarakat masih ada saja paradigma yang berakar seperti tidak mau repot-repot berurusan dengan birokrasi, meskipun prosedur pengurusan perizinan telah dipermudah, mereka lebih memilih untuk mengeluarkan uang lebih dengan menggunakan jasa calo atau biro jasa daripada harus mengurus secara langsung ke BPMPT. Padahal partisipasi dan pengawasan masyarakat (Wasmas) sangat diharapkan dalam perbaikan BPMPT ke depannya, karena Wasmas lewat pengaduan, kritik dan saran yang disampaikan ke BPMPT merupakan salah satu cara evaluasi melihat kinerja BPMPT di samping pengawasan melekat (Waskat) yang
2 Membenahi Arsip Perizinan BPMPT diakses dari http://arpusda.surakarta.go.id/sistem-jaringan- kearsipan
dijalankan internal BPMPT dan evaluasi yang dilakukan oleh pihak pemerintah sendiri.
IV. Dampak Substantif a. Dampak Langsung. Dampak langsung yang dirasakan masyarakat Surakarta dengan adanya perubahan sistem perizinan menjadi Satu Pintu adalah kemudahan pengurusan perizinan yang seluruhnya berada di bawah satu pintu. Kemudahan pengurusan izin ini dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Hal ini terbukti melalui peningkatan sejumlah pengurusan izin. Tahun 2006 merupakan awal penerapan sistem perizinan Satu Pintu namun masih berbentuk UPT. Di tahun pertama penerapan tersebut ditandai dengan beberapa peningkatan jumlah pemohon izin. Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 11 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Grafik 1. Peningkatan Jumlah Pemohon Izin di Kota Surakarta Tahun 2005-2006
Sumber: BPMPT Kota Surakarta, 2012
Grafik 1 menunjukkan peningkatan jumlah pemohon dari beberapa jenis perizinan di Surakarta selama 2005 (sistem Satu Atap) dan 2006 (sistem Satu Pintu), antara lain: (i) kenaikan 149.31 persen pada SIUP; (ii) kenaikan yang signifikan pada TDP sebesar 236.57 persen; (iii) peningkatan HO sebesar 18.87 persen; (iv) peningkatan IPB sebesar 166.25 persen; (v) peningkatan SIUI sebesar 73.40 persen dan (vi) peningkatan sebesar 31.13 persen pada izin reklame. Jumlah pemohon izin secara lebih detail dari 2006-2011 di Surakarta dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Pemohon Izin di BPMPT Kota Surakarta Tahun 2006-2011 0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 SIUP TDP HO IPB SIUI Reklame 1.022 782 996 326 94 2.155 2.548 2.632 1.184 868 163 2.826 2005 2006 No Jenis Perizinan Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 TDP (Tanda Daftar Perusahaan) 2,632 1,369 1,510 1,428 1,616 1,673 2 TDG (Tanda Daftar Gudang) 30 24 24 64 42 21 3 SIUI (Surat Izin Usaha Industri) 163 149 157 169 254 178 4 SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) 2,548 1,484 1,752 1,798 1,926 1,744 5 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 1,137 1,136 1,320 1,202 1,130 1,321 6 **IPB (Izin Penggunaan Bangunan) 868 1,056 1,431 1,264 627 - 7 **AP (Advise Planning) 236 198 257 261 262 - Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 12 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Sumber: BPMPT Kota Surakarta, 2012 Keterangan: *Terdiri atas Jasa Biro Perjalanan, Jasa Pemandu Wisata, Jasa Impresariat, Jasa Informasi Pariwisata, Jasa Konvensi, Hotel, Pondok Wisata, Restoran, Rumah Makan, Gedung Pertemuan Umum; **IPB dan AP tidak diterbitkan lagi oleh BPMPT
Perubahan status kelembagaan UPT menjadi KPPT pada 2009 juga berdampak pada peningkatan jumlah pedagang yang memperoleh izin usaha. Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah pedagang setiap tahunnya hampir selalu meningkat sejak 2006 sampai 2010. Pasca terbentuknya KPPT pada 2009, jumlah pedagang yang memperoleh izin usaha baru meningkat sebesar 28.03 persen dan jumlah TDP baru melonjak sebesar 18.05 persen pada 2010.
Grafik 2. Jumlah Pedagang yang Mendapatkan Izin di Kota Surakarta Tahun 2006-2010 8 Izin Gangguan Tempat Usaha (HO) 1,184 1,137 1,498 1,365 1,479 1,460 9 *Jasa Pariwisata - 38 77 123 116 97 10 Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) - - - - 40 104 11 Izin Pemasangan Reklame 2,826 3,429 2,962 2,441 1,992 1,776 12 Izin Pemanfaatan Ruang (IPR) - - - - - 437 13 Izin Penggantian Biaya Cetak Peta - - - - - 385 14 Izin Lokasi - - - - - 1 15 Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (IUP-MB) - - - - - 4 16 Tanda Pendaftaran Waralaba (TPW) - - - - - - 17 Tanda Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP) - - - - - - 18 Izin Usaha Toko Modern (IUTM) - - - - - - 19 Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) - - - - - 104 20 Izin Usaha Jasa Angkutan - - - - - 8 21 Izin Usaha Sekolah Mengemudi - - - - - - 22 Izin Usaha Bengkel Umum - - - - - 10 23 Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS) - - - - - 76,807 24 Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta (PKMS) - - 139,085 98,789 108,222 97,840 Total 11,624 10,020 150,073 108,904 117,444 117,706 Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 13 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Sumber: BPS Surakarta, 2011 Keterangan: Jumlah dagang diatas terdiri dari pedagang yang baru mendaftarkan izin usahanya dan pedagang yang memperpanjang izin usaha.
b. Dampak Kelembagaan Perubahan di tubuh lembaga perizinan Surakarta telah membuat nilai-nilai dan etos kerja sebagai abdi masyarakat tertanam dengan baik di lingkungan staf BPMPT. Menurut Kabid Informasi, Pengaduan dan Data BPMPT Surakarta, Seksio Heryanto, manajemen dan sistem di BPMPT saat ini sudah tertata dengan baik. Berbagai penghargaan yang diterima pemkot Solo di bidang perizinan semakin menambah kebanggaan bagi seluruh staf, sehingga semakin terdorong untuk berkomitmen menjaga dan meningkatkan kinerja BPMPT. Pihaknya optimis bahwa BPMPT akan dapat terus bertahan dan menunjukkan kinerja yang semakin baik lagi, meskipun bisa saja bentuknya akan berubah lagi di kemudian hari mengingat perubahan bentuk badan dan lembaga di lingkungan pemerintahan adalah hal yang biasa terjadi.
c. Dampak Sistemik Iklim investasi yang semakin baik berdampak pada jumlah investor yang masuk dan menanamkan modalnya di Surakarta. Hal tersebut akan mendorong peningkatan investasi, jumlah lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja; serta peningkatan PAD. Berikut adalah nilai investasi di Surakarta.
Grafik 3. Nilai Investasi Kota Surakarta (dalam Triliun Rupiah) 1.143 1.475 1723 1886 0 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2.000 2006 2008 2009 2010 Jumlah Pedagang Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 14 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Sumber: BPMPT Kota Surakarta, 2012
Dalam kurun waktu 2009-2011, investasi Surakarta secara umum meningkat signifikan. Pertumbuhan investasi di Surakarta dari 2009 sampai 2011 sebesar 53.82 persen. Terdapat empat kategori pelaku usaha di Surakarta yaitu usaha mikro, kecil, menengah dan besar. Masing-masing jenis usaha tersebut menyumbang nilai investasi yang beragam pada 2011.
Diagram 1. Perbandingan Jenis Investasi Kota Surakarta Tahun 2011 (dalam Miliar Rupiah) 1,31 1,79 2,01 0 0,5 1 1,5 2 2,5 2009 2010 2011 Nilai Investasi Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 15 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Sumber: BPMPT Kota Surakarta, 2012 Investasi terbesar Surakarta berasal dari usaha besar dan diikuti oleh usaha menengah, kecil dan mikro. Nilai investasi usaha besar menyumbang sebesar 76.34 persen dari total investasi Surakarta sedangkan nilai investasi usaha kecil dan mikro hanya sebesar 9.18 persen. Meskipun usaha mikro dan kecil memberikan kontribusi yang paling kecil dalam hal nilai investasi tetapi menyumbang jumlah penyerapan tenaga kerja paling besar dibandingkan dengan jenis usaha lainnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan jumlah penyerapan tenaga kerja paling besar berasal dari usaha mikro dan kecil yaitu sebesar 47.15 persen pada 2009 dan 47.32 persen pada 2010 (BPS Surakarta, 2012).
Tabel 4. Jumlah Unit Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Surakarta Tahun 2009 dan 2010 No Jenis Usaha Unit Usaha Tenaga Kerja 2009 2010 2009 2010 1 Besar 53 55 8,893 9,143 2 Menengah 100 106 7,957 8,159 3 Kecil 1,310 1,437 26,656 27,363 4 Non Formal 4,449 4,509 13,032 13,152 Total 5,912 6,107 56,538 57,817 Data: BPS Surakarta, 2011
Pertumbuhan unit usaha selama 2009 sampai 2010 sebesar 3.29 persen dan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja pada periode yang sama sebesar 2.26 persen. Perkembangan tersebut disertai dengan peningkatan PAD. Pada 2001 di mana sistem perizinan masih berbentuk UPT satu atap, PAD Surakarta hanya sebesar Rp35,852 juta dan pada 2006 saat sistem perizinan telah berubah menjadi sistem satu pintu, PAD meningkat menjadi Rp78,637 juta atau meningkat sebesar 119.3 persen dari 2001. Setelah UPT berubah menjadi KPPT pada 2008, PAD Surakarta meningkat tajam menjadi Rp101,972 juta dan Rp 113,946 juta secara berturut-turut pada 2009 dan 2010. 12,85 172,33 291,93 1.539,91 Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 16 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Grafik 4. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta (dalam juta)
BPS Kota Surakarta, 2011. Selain peningkatan jumlah perizinan dan PAD, indikator umum yang digunakan untuk mengevaluasi dampak suatu kegiatan/kebijakan yang terkait perekonomian adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat diproksikan dengan pertumbuhan PDB dalam skala nasional dan PDRB dalam skala regional. Berikut ini perkembangan pertumbuhan ekonomi dan PDRB Surakarta.
Grafik 5. Pertumbuhan Perekonomian dan Perkembangan PDRB Kota Surakarta
Sumber: BPS Surakarta, 2012
Sebelum penerapan sistem Satu Pintu, pertumbuhan ekonomi Surakarta tahun 2005 sebesar 5.15 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2005 menurun dibandingkan tahun 2004 66.086 78.637 89.430 102.929 101.972 113.946 0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 PAD 0 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000 12.000.000 0 1 2 3 4 5 6 7 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 Pertumbuhan Ekonomi (%) PDRB (Juta Rp) Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 17 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
dan 2003. Salah satu faktor penurunan tersebut adalah kebijakan pemerintah pusat untuk mengurangi subsidi BBM. Namun, setelah 2005 pertumbuhan ekonomi Surakarta mengalami trend peningkatan. Pada Desember 2008 status kelembagaan UPT diubah dan ditingkatkan menjadi KPPT. Setahun setelah perubahan tersebut ditandai dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi Surakarta menjadi sebesar 5.9 persen dan semakin meningkat pada 2011 menjadi 6.17 persen. PDRB Surakarta meningkat setiap tahunnya dari 2001 sampai 2011 dan mencapai Rp10.5 triliun pada 2011. Perubahan sistem Satu Atap menjadi sistem Satu Pintu memiliki andil yang cukup besar dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut. V. Institusionalisasi dan Tantangan Proses institusionalisasi BPMPT kota Surakarta dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu: a. Penguatan Pola Pelayanan dan Sistem Kelembagaan: Penguatan pola pelayanan yang dilakukan kota Surakarta telah mempuh tiga fase pelayanan yaitu pelayanan fungsional, Satu Atap dan Satu Pintu (One Stop Service). Sebelum tahun 1998 pola pelayanan perizinan Surakarta masih bersistem fungsional di mana pelayanan yang diberikan oleh suatu instansi daerah sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenangnya. Pola pelayanan fungsional berubah menjadi pola pelayanan Satu Atap dengan bentuk lembaga UPT. UPT tersebut melayani proses pendaftaran namun proses penyelesaian dan penerbitan izin dilakukan oleh masing-masing SKPD. Guna mempermudah prosedur perizinan, mempersingkat waktu proses perizinan dan meminimalkan biaya, maka pada 7 Desember 2005 sistem pelayanan Satu Atap diubah menjadi Satu Pintu berdasarkan Peraturan Walikota No.13 Tahun 2005 mengenai pelimpahan sebagian kewenangan walikota kepada koordinator UPT, maka UPT memiliki kewenangan untuk menerbitkan izin yang awalnya harus diterbitkan lewat persetujuan walikota. Peraturan tersebut memperluas cakupan wewenang UPT meliputi pendaftaran, proses penyelesaian dan penerbitan izin dengan 19 jenis perizinan dan 3 non perizinan.
Pengembangan kembali dilakukan melalui perubahan dan peningkatan bentuk kelembagaan yang mulanya berbentuk unit menjadi kantor sehingga UPT pun berubah menjadi KPPT. Perubahan tersebut berdasarkan Perda No. 6 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Peningkatan status kelembagaan bertujuan agar lembaga ini memiliki kewenangan yang lebih besar. Dengan status KPPT, proses perizinan tidak lagi harus melalui pimpinan di instansi teknisnya atau melalui Sekretariat Daerah. Kepala KPPT dapat langsung memberikan persetujuan terhadap suatu perizinan, meski tetap dengan rekomendasi dari unit pelaksana teknis. Pengembangan terakhir yang dilakukan adalah menggabungkan KPM dan KPPT pada 2012, penggabungan dua lembaga tersebut melahirkan BPMPT. Penggabungan kedua lembaga tersebut didasari oleh Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota. BPMPT ini diharapkan mampu menarik minat penanam modal dan investor domestik maupun internasional karena pelayanan kepada investor akan semakin cepat dan efisien.
b. Peningkatan Kinerja Peningkatan status kelembagaan maupun pola pelayanan juga disertai dengan peningkatan kinerja dan manajemen pelayanan perizinan di Surakarta. Jika pada bentuk UPT dengan sistem Satu Atap jenis perizinan yang diterbitkan hanya 11 buah Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 18 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
namun dalam bentuk UPT dengan sistem Satu Pintu penerbitan jenis izin bertambah menjadi 21 buah, ketika telah berbentuk BPMPT kembali bertambah menjadi 28 jenis perizinan ditambah 2 non perizinan. Terdapat standar operasional prosedur (SOP) yang lebih jelas mengenai proses perizinan, jangka waktu pengurusan dan biaya yang dikenakan. Pengurusan perizinan dibuat sesederhana mungkin dengan persyaratan yang jelas dan tidak berbelit-belit. Biaya pengurusan perizinan diinformasikan secara transparan melalui website resmi dan pusat informasi BPMPT. Durasi waktu pelayanan perizinan pun telah diinformasikan secara detail dan tidak menempuh waktu yang lama.
Peningkatan SDM juga menjadi perhatian khusus pemkot Surakarta. Seperti yang dipaparkan dalam bagian implementasi, staf KPPT (sekarang BPMPT) merupakan hasil perekrutan khusus yang juga telah mendapat serangkaian pelatihan dan penanaman etos kerja. Peningkatan kinerja BPMPT juga ditingkatkan melalui penggunaan sistem informasi teknologi yang lebih canggih.
Tantangan Ketika pertama kali melakukan reformasi di bidang perizinan, sosialisasi kepada masyarakat gencar dilakukan, lewat iklan-iklan di spanduk dan radio, penyuluhan ke lingkungan kelurahan hingga ke tingkat RT, karena sekarang masyarakat Surakarta dianggap sudah banyak yang mengetahui kemudahan perizinan, saat ini sosialisasi hanya dilakukan lewat penyuluhan di lingkungan masyarakat. Sekarang yang menjadi tantangan adalah sosialisasi kepada masyarakat di luar Surakarta, khususnya para investor dan pengusaha.
Tantangan lainnya adalah bagaimana untuk terus mempertahankan sistem dan kebijakan yang telah ada saat ini. Gagasan penyederhaan perizinan, sistem dan kebijakan yang ditetapkan berasal dari Walikota Joko Widodo. Kekhawatiran yang timbul adalah sistem dan kebijakan tersebut hanya bersifat sementara dan akan berubah seiring dengan pergantian walikota. Pengurus dan staf BPMPT Surakarta harus memiliki komitmen dan integritas yang kuat untuk meneruskan sistem pelayanan perizinan yang ada sekarang ini walaupun terjadi pergantian walikota. Peran serta masyarakat dalam pengawasan sistem pelayanan praktis diperlukan untuk menjaga keberlangsungan BPMPT kota Surakarta agar tetap sederhana, transparan dan semakin optimal setiap tahunnya.
Menurut Kabid Informasi, Pengaduan dan Data BPMPT Surakarta Seksio Heryanto, rencananya nanti BPMPT akan menangani 100 perizinan, tinggal menunggu SK pendelegasian dari dinas terkait. Hal ini tentunya menuntut kinerja yang semakin baik dari BPMPT. Manajemen BPMPT harus pintar memobilisasi SDM yang ada, memanfaatkan sistem teknologi informasi semaksimal mungkin agar kinerjanya efektif dan efisien. Karena itu juga BPMPT Surakarta saat ini sedang mempelajari kemungkinan penerapan e-document yang rencananya akan mulai diterapkan pada 2014. Hanya saja penerapan sistem e-document yang semakin canggih ini, harus juga diimbangi dengan kesiapan masyarakat untuk dapat memanfaatkan sistem IT secara maksimal.
VI. Lesson Learned dan Catatan Kritis Beberapa hal yang menjadi faktor kunci keberhasilan reformasi pelayanan perizinan di Surakarta adalah sebagai berikut : a. Leadership Surakarta memiliki pemimpin daerah yang mempunyai visi dan misi yang jelas mengenai apa yang akan dijalankan pemerintahannya guna membangun dan memperbaiki kondisi di daerah. Dengan program yang jelas dan komitmen yang konsisten dari pemimpin daerah, akan mudah bagi instansi-instansi di Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 19 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
bawahnya untuk menyusun program kerja yang dapat membawa perubahan yang lebih baik lagi. Figur kepemimpinan seperti yang ditunjukkan Walikota Joko Widodo juga sangat diperlukan untuk mengontrol dan mengevaluasi kinerja dari instansi- instansi yang ada, agar kinerjanya tetap optimal dan terarah sehingga tujuan dari perubahan yang diinginkan dapat tercapai. b. Desentralisasi Kewenangan Dengan pendelegasian wewenang pemberian izin dari walikota kepada lembaga perizinan akan memudahkan lembaga perizinan untuk membuat prosedur pengurusan izin yang lebih singkat dan efisien karena wewenang pemberian izin tidak lagi terpusat pada walikota. Pendelegasian kewenangan ini dapat dilakukan secara bertahap, melihat kesiapan dari instansi dan kebutuhan yang ada di masyarakat. c. Komitmen Birokrasi Kunci sukses keberhasilan BPMPT Surakarta sampai saat ini adalah komitmen yang kuat dari kepala daerah dan seluruh unit kerja di BPMPT. Seperti yang diungkap oleh Kabid Informasi, Pengaduan dan Data BPMPT Surakarta, Seksio Heryanto, tanpa adanya komitmen yang kuat dari kepala daerah dan seluruh unit kerja maka proses pendelegasian tidak akan berlangsung dengan baik. Komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik oleh instansi dan unit kerja terkait akan mempermudah koordinasi dalam penerbitan izin dan menghilangkan resistensi yang muncul akibat adanya kepentingan-kepentingan pribadi. Dengan komitmen ini pula, BPMPT Surakarta selalu berupaya untuk membuat inovasi dalam pelayanannya, mengembangkan sistem pelayanan informasi yang lebih canggih dan mudah diakses untuk semakin memudahkan masyarakat.
VII. Peluang Replikasi Reformasi sistem layanan perizinan yang dijalankan di Surakarta dapat dipraktekkan di daerah lainnya di seluruh Indonesia. Komitmen yang kuat serta visi dan misi yang jelas dari pemimpin daerah merupakan salah satu syarat mutlak untuk bisa melaksanakan perubahan- perubahan di lingkungan birokrasi pemda, terutama untuk masalah perizinan yang biasanya menjadi lahan basah bagi banyak oknum aparat. Ketegasan pemimpin harus ada untuk mengatasi tarik menarik kepentingan dari instansi-instansi yang ada.
Faktor dukungan secara politik juga dapat mempengaruhi konsistensi pemimpin daerah dalam melakukan perubahan, perlu adanya kerangka hukum yang jelas dalam usaha memperbaiki kualitas pelayanan perizinan, terutama menyangkut wewenang yang dimiliki oleh BPMPT. Konsistensi untuk melakukan perubahan ini juga harus terus dimiliki oleh pemimpin daerah yang menjabat berikutnya, karena jika suatu program perubahan dijalankan setengah-setengah, terutama karena adanya kepentingan politik, dapat menghambat program yang sudah berjalan.
Bagi daerah yang akan membentuk badan pelayanan perizinan baru maka yang juga harus diperhatikan adalah pemilihan staf yang akan bertugas di BPMPT harus dilakukan lewat seleksi yang ketat, agar didapatkan staf yang bisa bekerja maksimal dan memberikan pelayanan prima. Penanaman etos kerja sebagai pelayan masyarakat juga perlu ditanamkan kepada para aparatur negara, sehingga dalam menjalankan pekerjaannya para aparatur negara dapat memahami benar apa kewajiban mereka. Karena Surakarta terletak di pulau Jawa yang yang indeks pembangunan manusianya sudah lebih tinggi dibanding daerah-daerah di luar Jawa, lebih mudah bagi pemerintah Surakarta Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 20 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
untuk mendapatkan SDM yang berpendidikan tinggi, sehingga untuk daerah lain harus juga memperhatikan kualitas dari SDM yang akan direkrut.
Menurut pihak BPMPT Surakarta, pihaknya sudah sering menerima kunjungan dari pemda lain yang ingin belajar dari BPMPT Surakarta. Sudah tersedia paper bag yang berisi SOP pengurusan berbagai izin di Surakarta, SOT, perda yang memayungi BPMPT sekarang ini, promosi potensi Surakarta, dll. Hanya saja untuk memberikan pelatihan khusus bagi pemda yang ingin belajar, pihaknya belum siap karena kurangnya SDM.
Referensi Badan Pusat Statistik Kota Surakarta 2011 Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kota Surakarta 2012. Potensi dan Peluang Investasi Kota Surakarta. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Surakarta 2012. www.kppt.go.id Nurbarani, Myrna, 2009. Reformasi Birokrasi Pemerintah Kota Surakarta, Universitas Diponegoro, Semarang, Novitasari, Hariyanti, 2005. Perizinan Satu Atap Arus Investasi Lancar: Kiat Sukses Pengembangan KPT di Kabupaten Sragen. JICA. World Bank and IFC (International Finance Cooperation), 2012. Doing Business di Indonesia tahun 2012
Internet http://arpusda.surakarta.go.id/sistem-jaringan- kearsipan http://www.harianjoglosemar.com/berita/utara- primadona-investasi-66592.html http://www.koranjitu.com/lifestyle/kotaku%20c intaku/pemkot%20surakarta/detail_berita.php?I D=3558 http://www.tempo.co/read/news/2012/01/10/09 0376383/Solo-Stop-Pembangunan-Mall
Narasumber Budho Laksono, Sekretaris BPMPT Surakarta (Wawancara pukul 09.00, Tanggal 6 Agustus 2012) Heri, Penyedia Jasa Pengurusan Izin (Wawancara pukul 11.30, Tanggal 6 Agustus 2012) Kurniawan, Pemilik usaha kecil rental mobil di Kepatihan Wetan Surakarta (Wawancara pukul 11.30, Tanggal 6 Agustus 2012) Seksio Heryanto, Kabid Informasi, Pengaduan dan Data BPMPT Surakarta (Wawancara pukul 10.30, Tanggal 6 Agustus 2012)
Reformasi Pelayanan Perizinan Kota Surakarta 21 http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Lampiran
Jumlah Penerbitan TDP menurut Badan Usaha di Kota Surakarta Tahun 2010 No Jenis Pedagang Baru Perpanjangan Perubahan Total 1 PT 102 132 6 228 2 Koperasi 13 2 15 3 CV 291 115 12 394 4 Firma 5 Perorangan 769 176 20 925 6 Badan Usaha lain 28 12 2 38