Tugas Seminr Akuntansi Final

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

TUGAS SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

Dosen: YANTO, SE, M.Ak

Kelas : Rabu 17.00-22.00

REVENUE RECOGNITION ACCOUNTING CHANGE AND ERRORS

STUDI KASUS PATTEN CORPORATION

DISUSUN OLEH :

REVIVA ROSMAWATI (0960030026)

LUKMANUL HAKIM (0960030033)

SHANDITYAS AJI SUKMA (0960030031)

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YAI

JAKARTA

2011

DAFTAR ISI
JUDUL.....................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................

BAB I Pokok Permasalahan .............................................

BAB II. Latar belakang Teori ................................................

BAB III. Analisa dan Pembahasan...........................................

BAB IV. Kesimpulan...............................................................

BAB V. Daftar Pustaka..........................................................


BAB I
POKOK PERMASALAHAN

Desember 2008, IASB mengeluarkan sebuah discussion paper (DP) yang sangat controversial mengenai
pengakuan pendapatan. Komentar terhadap DP tersebut ditutup pada tanggal 19 Juni 2009. Sampai 13
Juli 2009, IASB menerima 211 tanggapan dari beberapa negara diseluruh dunia. Pandangan dan model
dalam DP tersebut begitu kontroversialnya, sehingga sampai hari ini pun topic tersebut masih terus
didiskusikan oleh para penyusun standar diberbagai konferensi. Tujuan dari DP tersebut adalah untuk
membuat satu definisi pengakuan pendapatan yang dapat berlaku untuk semua transaksi pada semua
industry. Hal ini menjadi tantangan yang luar biasa karena US GAAP memiliki lebih dari 100 standar
dengan petunjuk pengakuan pendapatan yang berbeda-beda. Standar-standar industry spesifik tersebut
dapat mengakibatkan pengakuan pendapatan yang berbeda untuk transaksi yang serupa. Sementara
dalam IFRS sendiri, dua standar yang mengatur tetntang pengakuan pendapatan adalah IAS 18 Revenue
dan IAS 11 Construction Contrancts. Kedua standar ini juga memliki beberapa inkonsistensi dan petunjuk
yang kurang memadai mengenai transaksi yang berkaitan dengan komponen majemuk.

Bagaimana sebenarnya model pengakuan pendapatan yang diusulkan oleh DP tersebut sehingga
mampu menghebohkan dunia praktek akuntansi international?

Proposal model pengakuan pendapatan IASB, IASB mengusulkan bahwa model pengakuan
pendapatan berdasarkan kenaikan posisi neto entitas terhadap kontrak dengan pelanggan. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa pendapatan hanya diakui apabila terdapat peningkatan asset atau pengurangan
liabilitas entitas. Hal ini terjadi ketika entitas menunaikan tuntas kewajiban yang terdapat dalam kontrak.
Kata kontrak sendiri tidak harus kontrak tertulis, suatu transaksi jual beli sederhana pun seyogyany
menimbulkan kontrak antara pembeli dan penjual.

Kesimpulannya pendapatan tidak dapat diakui apabila tidak terdapat peningkatan asset atau
pengurangan liabilitas pada suatu entitas.

Untuk kasus penerimaan barang, entitasbaru dapat mengakui pendapatan apabila pelanggan memiliki
control terhadap barang tersebut. Biasanya, hal tersebut terjadi ketika pelanggan memiliki barang
tersebut secara fisik. Sedangkan pada kasus, pengakuan pendapatan pada jasa, DP menjelaskan entitas
hanya dapat mengakui apabila pelanggan sudah menerima jasa yang dijanjikan seluruhnya. Polemik
model yang diusulkan oleh DP keluaran IASB tersebut menimbulkan polemic didunia praktek bisnis.
Pertama, banyak orang meragukan apakah satu model pengakuan pendapatan dapat berlaku untuk
semua industry dan transaksi bisnis yang semakin kompleks. Kedua, selama ini dunia praktik mengakui
pendapatan menggunakan risk and reward model dimana apabila risk and reward secara signifikan telah
berpindah kepada pembeli maka pendapatan dapat diakui. Model kontrol yang diusulkan DP berpotensi
menimbulkan polemic untuk transaksi jasa dan barang sesuai pesanan. Praktek bisnis yang terjadi saat
ini adalah perusahaan konsultan mengakui pendapatan bahkan sebelum jasa konsultan diberikan apabila
didalam kontrak tertera bahwa uang muka yang diterima tidak dapat dikembalikan. Dengan model control
pendapatan hanya bisa diakui ketika seluruh jasa telah diselesaikan, itupun dengan syarat bahwa jasa
telah terdeliver seluruhnya berdasarkan kontrak yang telah disepakati.

Hilangnya percentage of completion model. Model yang diusulkan oleh DP juga berpotensi untuk
menghilangkan model pengakuan pendapatan yang sudah dipakai luas didunia praktek bisnis konstruksi
yakni model persentasi penyelesaian kontrak. Hal ini karena dalam model tersebut dijelaskan bahwa
konstruksi jangka panjang, kontrol terhadap asset baru dapat ditransfer pada masa akhir kontrak.
Aapabila model ini diterapkan justru hal tersebut akan mendistorsi laporan keuangan karena tiba-tiba
diakui pendapatan yang besar diakhir periode kontrak (misalnya di tahun ketiga). Sementara aktivitas
entitas ditahun pertama dan kedua tidak terefleksikan dalam laporan keuangan. Apakah pelaporan
keuangan pendapatan seperti ini akan relevan bagi pengguna laporan keuangan?

Compliance cost yang sangat tinggi. Hampir semua responden dari industry telekomunikasi memiliki
keberatan mengenai potensi biaya implementasi dari model yang diusulkan. Hal ini karena mereka
memiliki basis pelanggan yang besar sehingga dibutuhkan sistem IT yang canggih untuk dapat
menghitung nilai bersih dari kenaikan asset maupun penurunan liabilitas untuk setiap kontrak individual.
Perusahaan asuransi juga banyak yang tidak setuju dengan pendekatan pegukuran yang diusulkan
dalam DP tersebut. Mereka berpendapat bahwa pendapatan dapat diakui ketka di awal kontrak
disepakati. Hal ini untuk menutup biaya-biaya akuisisi kontrak seperti biaya komisiagen asuransi.
Sementara berdasarkan model dalam DP tersebut, biaya tersebut harus dibebankan.

Usulan-usulan dan kontoversi lainnya. Beberapa responden, terutama yang berasal dari eropa,
mengusulkan beberapa model pengakuan pendapatan lain seperti misalnya pendapatan berbasis
aktivitas. Pada model ini pendapatan diakui secara berkelanjutan sepanjang masa kontrak. Masukan
lainnya juga adalah memasukkan risk and reward model didalam criteria pengakuan pendapatan
sehingga pemngakuan pendapatan tidak hanya berdasarkan definisi kontrol. Definisi kontrol dapat
berpotensi menimbulkan silang pendapat terhadap definisi menurut hokum (transfer title kepemilikan) dan
definisi kontrol menurut akuntansi. Banyak juga responden yang berpendapat bahwa IASB tidak dapat
menerbitkan satndar mengenai pendapatan tanpamenyediakan petunjuk pengakuan beban, hal ini
terlepas dari semua pro dan kontra atas model yang diusulkan DP tersebut, memang menjadi tantangan
yang berat bagi IASB untuk dapat mengusulkan suatu model akuntasi apapun yang dapat berlaku pada
semua transaksi bisnis diseluruh negara, terlebih untuk pengakuan pendapatan. Pengakuan pendapatan
adalah suatu hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.
BAB II

LATAR BELAKANG TEORI

A. DEFINISI PENDAPATAN MENURUT SAK NO.23

Akuntansi merupakan kegiatan jasa yang berfungsi menyediakan informasi keuangan suatu
badan usaha tertentu. Informasi ini disajikan dalam laporan keuangan yang terdiri dari neraca,
laporan laba-rugi, laporan laba ditahan, laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atas
laporan keuangan.

Neraca menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu, dimana
informasi yang tersedia berupa informasi harta, kewajiban serta modal. Perhitungan laba-rugi
menunjukkan pendapatan yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan serta hasil usaha yang
diperoleh dalam suatu periode yang terakhir pada tanggal yang tertera di neraca. Laporan
perubahan posisi keuangan menyajikan kegiatan pembiayaan dan investasi perusahaan.

Dalam beberapa dasawarsa belakangan ini, perhatian pada perhitungan laba rugi semakin
dirasakan manfaatnya. Dengan adanya informasi mengenai pendapatan, maka dapat
membandingkan antara modal yang tertanam dengan penghasilan sebagai alat untuk mengatur
kinerja efisiensi perusahaan dan dapat memprediksi distribusi dividen dineraca yang akan datang

Pendapatan sebagai salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum
mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya dibahas dalam
hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengakuan pendapatan itu sendiri.

Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:

1. Menurut ilmu ekoomi.

2. Menurut ilmu akuntansi.

1. Menurut ilmu ekonomi

Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh
seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode
seperti keadaan semula. Pengertian tersebut mentikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran
terhadap selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal
periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang
dikonsumsi.

Pendapatan sebagai salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum
mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya dibahas dalam
hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengakuan pendapatan itu sendiri.
Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dua segi, yaitu :

1. Menurut ilmu ekonomi

2. Menurut ilmu akuntansi

ad. 1. Menurut ilmu ekonomi

Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh
seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode
seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran
terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta
kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan
hanya yang dikonsumsi.

Definisi pendapatan menurut ilmu ekonomi menutup kemungkinan perubahan lebih dari total harta
kekayaan badan usaha pada awal periode, dan menekankan pada jumlah nilai statis pada akhir
periode. Secara garis besar pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah
perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal dan hutang.

ad. 2. Menurut ilmu akuntansi

Banyak konsep pendapatan didifinisikan dari berbagai literatur akuntansi dan teori akuntansi.
Namun pada dasarnya konsep pendapatan dapat ditelusuri dari dua sudut pandang, yaitu : Definisi
pendapatan menurut ilmu ekonomi menutup kemungkinan perubahan lebih dari total harta
kekayaan badan usaha pada awal periode, dan menekankan pada jumlah nilai status pada akhir
periode.

Pandangan yang menekankan pada pertumbuhan atau peningkatan jumlah aktiva yang timbul
sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan. Pendekatan yang memusatkan perhatian
kepada arus masuk atau inflow adalah Revenue is an inflow of assets in the form of cash,
receivables of other property for customer or client, which results from sales of merchandises or
rendering of services, or from investment for instance, interest may be carned on bonds or saving
deposit. Pandangan yang menekankan kepada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan serta
penyerahan barang dan jasa atau outflow.

Vernon Kam menyatakan Revenue is the gross increase in the value of asset and capital and that
the increase eventually pertain to cash.

For the primary operations of the business, the cash inflow is created mainly by the production and
sale of the output of the firm.

Kam berpendapat, bahwa pendapatan adalah kenaikan kotor dalam jumlah atau nilai aktiva dan
modal, dan biasanya kenaikan tersebut berwujud aliran kas masuk ke unit usaha. Aliran kas masuk
ini terjadi terutama akibat penciptaan melalui produksi dan penjualan output perusahaan.

Konsep dasar pendapatan pada dasarnya adalah suatu proses mengenai arus penciptaan barang
dan jasa oleh perusahaan selama jangka waktu tertentu. The basic concept of revenue is that it is a
flow process the creation of goods and services by an enterprises during specific internal of time.
Konsep pendapatan sering dilihat melalui pengaruhnya terhadap ekuitas pemilik. Berbagai definisi
yang timbul sering merupakan kombinasi konsep-konsep tersebut.

FASB SFAC No.6 memberikan pemahaman pendapatan adalah Revenues are inflow or other
enhancemant of assets of an entity or settlements of it’s liability (or combination of both) from
delivery or producing goods, rendering, services, or other activities that constitute the entity’s on
going major or central operations.

Definisi di atas, menekankan pengertian pendapatan pada arus masuk penambahan lain atas
aktiva suatu entitas atau penyelesaian kewajiban-kewajibannya atau kombinasi keduanya yang
berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atau kegiatan-kegiatan lain yang
merupakan operasi inti.

Dari kutipan di atas, dapat dilihat bahwa ada dua penggolongan mengenai pendapatan, yaitu
penggolongan secara luas dan secara sempit. Pendapatan secara luas menitikberatkan kepada
keseluruhan kegiatan perusahaan yang menghasilkan kenaikan aktiva atau berkurangnya hutang
dan dapat merubah modal pemiliknya. Keseluruhan kegiatan perusahaan itu terdiri dari kegiatan
utama dan kegiatan lain di luar kegiatan utama.

Pemfokusan kegiatan perusahaan terhadap kegiatan utama yang berakibat kepada kenaikan aktiva
atau pengurangan hutang dan yang dapat merubah modal tersebut pendapatan dalam arti sempit.
Dilihat dari arti sempit, untuk kenaikan ekuitas yang berasal dari transaksi periferal atau insidental
pada suatu entitas dan semua transaksi lain dan kejadian serta situasi lain yang mempekerjakan
entitias kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi pemilik disebut keuntungan.

Gains are increases in equity (net assets) from peripheral or incidental transaction of an entity
except those that result from revenues or investment by owner.
Sedangkan Granof dan Belll mendefinisikan keuntungan sebagai berikut : Gains are increases in
net assets from transactions that are not typical of firm day-to-day transaction.

B. Karakteristik Pendapatan
Pendapatan diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan dalam memanfaatkan faktor-faktor
produksi untuk mempertahankan diri dan pertumbuhan. Seluruh kegiatan perusahaan yang
menimbulkan pendapatan secara keseluruhan disebur earning process. Secara garis besar earning
process menimbulkan dua akibat yaitu pengaruh positif atau pendapatan dan keuntungan dan
pengaruh negatif atau beban dan kerugian. The activity of earning process creates two effect,
possitive stream (revenues and gains) and negative stream (expenses and loses).

Selisih dari keduanya nantinya menjadi laba atau income dan rugi atau less. Pendapatan umumnya
digolongkan atas pendapatan yang berasal dari kegiatan normal perusahaan dan pendapatan yang
bukan berasal dari kegiatan normal perusahaan.

Pendapatan dari kegiatan normal perusahaan biasanya diperoleh dari hasil penjualan barang
ataupun jasa yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan. Pendapatan yang bukan
berasal dari kegiatan normal perusahaan adalah hasil di luar kegiatan utama perusahaan yang
sering disebut hasil non operasi. Pendapatan non operasi biasanya dimasukkan ke dalam
pendapatan lain-lain, misalnya pendapatan bunga dan deviden.

Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang menentukan atau membatasi bahwa
sejumlah rupiah yang masuk ke perusahaan merupakan pendapatan yang berasal dari operasi
perusahaan. Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan sumber pendapatan, produk dan kegiatan
utama perusahaan dan jumlah rupiah pendapatan serta proses penandingan.

1. Sumber pendapatan

Jumlah rupiah perusahaan bertambah melalui berbagai cara tetapi tidak semua cara tersebut
mencerminkan pendapatan. Tambahan jumlah rupiah aktiva perusahaan dapat berasal dari
transaksi modal; laba dari penjualan aktiva yang bukan barang dagangan seperti aktiva tetap; surat
berharga; ataupun penjualan anak atau cabang perusahaan; hadiah, sumbangan atau penemuan;
revaluasi aktiva tetap; dan penjualan produk perusahaan. Dari semua transaksi di atas, hanya
transaksi atas penjualan produk saja yang dapat dianggp sebagai sumber utama pendapatan
walaupun laba atau rugi mungkin timbul dalam hubungannya dengan penjualan aktiva selain
produk utama perusahaan.

2. Produk dan kegiatan utama perusahaan

Produk perusahaan mungkin berupa barang ataupun dalam bentuk jasa. Perusahaan tertentu
mungkin sekali menghasilkan berbagai macam produk atau baik berupa barang atau jasa atau
keduanya yang sangat berlainan jenis maupun arti pentingnya bagi perusahaan.
Terkadang, produk yang dihasilkan secara insidental bila dihubungkan dengan kegiatan utama
perusahaan atau yang timbul tidak tetap, sering dipandang sebagai elemen pendapatan non
operasi, maka pemberian pembatasan tentang epndapatan sangat perlu, untuk itu produk
perusahaan harus diartikan meliputi seluruh jenis barang atau jasa yang disediakan atau
diserahkan kepada konsumen tanpa memandang jumlah rupiah relatif tiap jenis produk tersebut
atau sering tidaknya produk tersebut atau sering tidaknya produk tersebut dihasilkan.

3. Jumlah rupiah pendapatan dan proses penandingan

Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual per satuan kali kuantitas terjual. Perusahaan
umumnya akan mengharapkan terjadinya laba yaitu jumlah rupiah pendapatan lebih besar dari
jumlah biaya yang dibebankan. Laba atau rugi yang terjadi baru akan diketahui setelah pendapatan
dan beban dibandingkan. Setelah biaya yang dibebankan secara layak dibandingkan dengan
pendapatan maka tampaklah jumlah rupiah laba atau pendapatan neto.

C. Kriteria pengakuan pendapatan

Pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam perkiraan-perkiraan dan laporan keuangan
seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Pengakuan itu termasuk
penggambaran suatu item baikd alam kata-kata maupun dalam jumlahnya, dimana jumlah
mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Empat kriteria mendasar yang harus dipenuhi sebelum suatu item dapat diakui adalah :

1. Definsi item dalam pertanyaan harus memenuhi definisi salah satu dari tujuh unsur laporan
keuangan yaitu aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian.

2. Item tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur secara andal, yaitu karakteristik,
sifat atau aspek yang dapat dikuantifikasi dan diukur.
3. Relevansi informasi mengenai item tersebut mampu membuat suatu perbedaan dalam
pengambilan keputusan.

4. Reliabilitas informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara wajar dapat diuji, dan
netral.

Empat kriteria pengakuan di atas, diterapkan pada semua item yang akan diakui pada laporan
keuangan. Namun SFAC No.5 menyatakan persyaratan yang lebih mengikat dalam hal pengakuan
komponen laba dan pada pengakuan perubahan lainnya dalam aktiva atau kewajiban.

Sebagai tambahan pada empat kriteria pengakuan secara umum yang telah dijelaskan
sebelumnya, pendapatan dan keuntungan umumnya diakui apabila :

1. Pendapatan dan keuntungan tersebut telah direalisasikan.

2. Pendapatan dan keuntungan tersebut telah dihasilkan karena sebagian besar dari proses untuk
menghasilkan laba telah selesai.

Pendapatan direalisasikan ketika kas diterima untuk barang dan jasa yang dijual. Pendapatan itu
dapat direalisasikan ketiga klaim atas kas (misalnya, aktiva non kas seperti piutang usaha atau
wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke dalam kas tertentu.

Kriteria ini juga dipenuhi jika produk tersebut adalah suatu komoditas, seperti emas, dimana ada
pasar publik untuk jumlah tak terhingga, dan produk tersebut dapat dibeli dan dijual pada harga
pasar yang telah diketahui.

Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang harus
dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat dari pendapatan yang terkait. Secara umum
pendapatan diakui ketiga proses menghasilkan laba diselesaikan atau sebenarnya belum
diselesaikan selama biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses menghasilkan laba
dapat diestimasi secara tepat.

D. Pengukuran dan Pengakuan Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Keuangan NO.23.

Kemampuan dari akuntansi memberi suatu informasi yang baik dapat dilihat dari kemampuannya
untuk memberikan konsep pengakuan pendapatan dengan tepat sehingga membantu pemakai
dalam mengambil keputusan.

Standar Akuntansi Keuangan NO.23 mendefinisikan pendapatan sebagai berikut :


Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal
perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman modal.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari
manfaat ekonomi yang diterima perusahaan itu sendiri, di luar dari pernyataan di atas yang tidak
memiliki manfaat ekonomi dalam peningkatan ekuitas bagi perusahaan dikeluarkan dari
pendapatan.
Saat menentukan pendapatan diakui dapat ditinjau dari besar kemungkiman manfaat ekonomi
masa depan akan mengalir ke perusahaan dapat diukur dan diprediksikan dengan normal.

1. Pengukuran pendapatan

Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima.
Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara
perusahaan dengan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai
wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang
dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan. Pada umumnya imbalan tersebut
berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang
diterima atau yang dapat diterima. Namun jika terdapat perbedaan antara nilai wajar dan jumlah
nominal, maka imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga. Nilai wajar disini dimaksudkan
sebagai suatu jumlah dimana kegiatan mungkin ditukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan
antara pihak yang memakai dan berkeinginan untuk meakukan transaksi wajar, kemungkinan
kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima.

Barang yang dijual atau jasa yang diberikan untuk diperkirakan atau barter dengan barang atau
jasa yang tidak sama, maka pertukaran dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan
pendapatan. Tetapi bila barang atau jasa yang dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat
dan nilai yang sama maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang
mengakibatkan pendapatan.

2. Pengakuan pendapatan

Pendapatan yang timbul dari kegiatan normal perusahaan memiliki identifikasi tertentu. Menurut
PSAK No.23 kriteria pengakuan pendapatan biasanya diterapkan secara terpisah kepada setiap
transaksi, namun dalam keadaan tertentu adalah perlu untuk menerapkan kriteria pengakuan
tersebut kepada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu
transaksi tunggal supaya mencerminkan substansi dari transaksi tersebut. Sebaliknya, kriteria
pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-sama bila transaksi tersebut terikat
sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat rangkaian
transaksi tertentu secara keseluruhan.

Pendapatan dari penjualan barang harus segera diakui bila seluruh kriteria berikut ini terpenuhi :

• Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memudahkan manfaat
kepemilikan barang kepada pembeli;

• Perusahaan tidak lagi mengelola atau pengendalian efektif atas barang yang dijual;

• Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan handal;

• Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir ke
perusahaan tersebut;

• Biaya yang akan terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat
diukur dengan handal.

Bila salah satu kriteria di atas tidak dipenuhi, maka pengakuan pendapatan harus ditangguhkan.
Pendapatan tidak diakui apabila perusahaan tersebut menahan resiko dari kepemilikan, antara
lain :

• Bila perusahaan menahan kewajiban sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal yang tidak
memuaskan yang tidak dijamin sebagaimana lazimnya;

• Bila penerimaan pendapatan dari suatu penjualan tertentu tergantung pada pendapatan pembeli
yang bersumber dari penjualan barang yang bersangkutan;

• Bila pengiriman barang tergantung pada instalasinya, dan instalasi tersebut merupakan bagian
signifikan dari kontrak yang belum diselesaikan oleh perusahaan; dan

• Bila pembeli berhak untuk membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang ditentukan dalam
kontrak dan perusahaan tidak dapat memastikan apakah akan terjadi return.

Pendapatan dan transaksi penjualan jasa dapat diestimasi atas tugas yang disepakati perusahaan.
Pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut diakui pada tingkat penyelesaian dari transaksi
pada tanggal neraca.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan, penjualan jasa dapat diakui dengan metode persentase
penyelesaian, bila memenuhi seluruh kondisi berikut :

• Jumlah pendapatan dapat diukur dengan handal;


• Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh
perusahaan;

• Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal; dan

• Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya tidak menyelesaikan transaksi tersebut
dapat diukur dengan andal.

Suatu perusahaan dapat membuat estimasi yang andal setelah perusahaan tersebut dapat dipisah
dengan kekuatan hukum berkenaan dengan jasa yang diberikan dan diterima oleh pihak-pihak
tersebut, antara lain :

• Hak masing-masing pihak yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan kekuatan hukum yang
berkenaan dengan jasa yang diberikan dan diterima pihak-pihak tersebut;

• Imbalan yang harus dipertukarkan; dan

• Cara dan persyaratan penyelesaian.

Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode, tergantung pada
sifat transaksi, metode tersebut dapat meliputi :

• Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh
perusahaan.

• Jumlah pendapatan dapat diukur dengan handal.

• Pendapatan atas bunga, royalti, dan deviden ini diakui dengan menggunakan dasar tersebut.

• Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil efektif aktiva tersebut.

• Royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan.

• Dalam metode biaya (cost method), deviden tunai harus diakui bila hak pemegang saham untuk
menerima pembayaran diterapkan.

2. Masalah pengukuran dan pengakuan pendapatan

a. Masalah pengukuran pendapatan

Pengukuran akuntansi haruslah diarahkan ke penyajian informasi yang relevan untuk penggunaan
yang ditetapkan. Pembatasan data yang tersedia dan ciri-ciri tertentu dari lingkungan membatasi
keakuratan dan keterandalan pengukuran. Oleh sebab itu keterbatasan ini harus dikemukakan
secara eksplisit dan dipertimbangkan dalam pengembangan prinsip serta prosedur akuntansi,
karena kendala-kendala ini tidak dapat dibuang oleh lingkungan atau kurangnya alat pengukur
memadai.
Nilai tukar produk atau jasa sebagai hasil penjualan perusahaan merupakan ukuran terbaik dan
paling objektif bagi pendapatan. Penentuan satuan ukur untuk pendapatan secara umum
dinyatakan dengan jumlah uang atau unit moneter. Penentuan ini menimbulkan masalah, oleh
sebab itu adanya penurunan atau kenaikan daya beli umum sepanjang waktu.
Keterbatasan pengukuran pendapatan dapat timbul karena data akuntansi disajikan berdasarkan
asumsi bahwa data itu relevan. Meramalkan pada masa yang akan datang pada umumnya tidak
pasti, maka sulit menetapkan pengukuran yang relevan untuk tujuan ini.
Namun, ketidakmampuan untuk membuat pengukuran pendapatan yang terandal dan atribut
khusus yang dianggap relevan dapat juga disebab oleh kurangnya teknik pengukuran yang
terandal dan ketidakmampuan untuk menemukan prosedur pengukuran pendapatan yang
menjelaskan secara layak atribut yang sedang diukur.

b. Masalah pengakuan pendapatan

Pada penjelasan sebelumnya konsep pendapatan hingga saat ini sulit dirumuskan oleh para ahli
ekonomi maupun akuntansi, hal ini disebabkan pendapatan menyangkut prosedur tertentu,
perubahan nilai tertentu dan waktu pendapatan harus dilaporkan.

Didalam definisi pendapatan sebagai produk perusahaan dalam mengukur dan melaporkan
pendapatan masih menghadapi masalah. Suatu alternatif pengakuan pendapatan pada waktu
penyelesaian kegiatan utama ekonomi adalah konsep pelaporan pendapatan berdasarkan kejadian
kritis atau yang paling menentukan, dengan kata lain sebagian pendapatan diakui kemudian jika
fungsi atau kegiatan ekonomi tambahan akan terjadi kemudian.

Sebaliknya bahwa nilai tambahan oleh perusahaan seharusnya dialokasikan beberapa titik waktu,
bahkan jika pertambahan nilai oleh perusahaan dilaporkan pada satu titik waktu saja maka jumlah
pendapatan yang ditunjukkan oleh pertambahan nilai karena faktor-faktor ekonomi lainnya harus
dilaporkan pada satu titik waktu saja. Walaupun pendapatan yang ditunjukkan oleh pertambahan
nilai karena faktor-faktor lainnya sesuah pengakuan utama. Inilah konsep nilai bersih yang dapat
direalisasikan yaitu harga penjualan tunai akhir dikurangi biaya tambahan untuk memproduksi dan
menjual.

Salah satu kesulitan utama konsep realisasi adalah bahwa realisasi mempunyai arti berbeda-beda
bagi setiap orang. Di dalam pengertian yang lebih luas, istilah ini digunakan hanya untuk
mengartikan pengakuan pendapatan. Tetapi banyak para ahli menggunakan istilah realisasi
tersebut dalam arti memandangnya sebagai aturan khusus yang cocok bagi pelaporan transaksi,
sedangkan yang lain akan memasukkan semua kenaikan nilai tanpa mempermasalahkan jenis dan
sumbernya.

Dari berbagai istilah dan penjelasan mengenai pengakuan pendapatan yang dijelaskan oleh para
ahli dan pakar akuntansi terlihat dengan jelas bahwa hingga saat ini belum ada kesepakatan
diantara para ahli berkaitan dengan masalah pengakuan pendapatan, hal ini mungkin saja
disebabkan perbedaan geografis dan keadaan, serta praktek-praktek yang akan dihadapi di
masing-masing daerah atau negara. Untuk itu bagi perusahan dalam menggunakan konsep
pengakuan pendapatan memilih salah satunya dalam menggunakan konsep pengakuan
pendapatan dan diharapkan diterapkan secara konsisten dalam perusahaan.

B. DEFINISI PENDAPATAN MENURUT PSAK 44

Pendapatan adalah Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomik yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode apabila arus masuk tersebut meningkatkan
jumlah ekuitas selain peningkatan yang berasal dari kontribusi penanaman modal.

Sedangkan pengakuan pendapatan berdasarkan PSAK 44 adalah

Pengakuan Pendapatan

Penjualan Bangunan Rumah, Ruko dan Bangunan Sejenis Lainnya beserta Kapling Tanahnya
Pendapatan penjualan bangunan rumah, ruko, bangunan sejenis lainnya beserta kapling tanahnya
diakui dengan metode akrual penuh (full accrual method) apabila seluruh kriteria berikut terpenuhi:

a) proses penjualan telah selesai;

b) harga jual akan tertagih;

c) tagihan penjual tidak akan bersifat subordinasi di masa yang akan datang terhadap pinjaman lain
yang akan diperoleh pembeli; dan

d) penjual telah mengendalikan risiko dan manfaat kepemilikan unit bangunan kepada pembeli
melalui suatu transaksi yang secara substansi adalah penjualan dan penjual tidak lagi
berkewajiban atau terlibat secara signifikan dengan unit bangunan tersebut. Pengakuan
pendapatan dengan metode akrual penuh dilakukan atas seluruh nilai jual dengan cara sebagai
berikut:
a) Piutang bersih didiskontokan ke nilai sekarang dengan menggunakan tingkat bunga yang
sesuai, yang tidak boleh lebih rendah dari tingkat bunga yang diperjanjikan di pengikatan atau
perjanjian jual beli. Diskonto tidak dilakukan bila umur sisa tagihan kurang dari 12 bulan.

b) Dibuat penyisihan untuk piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih.

c) Apabila penjual merencanakan untuk memberikan potongan

harga jual atau memperjanjikan hal demikian dalam pengikatan atau perjanjian jual beli sebagai
insentif bagi pembeli untuk melunasi utangnya lebih awal, jumlah potongan harga yang
diperkirakan akan diambil pembeli harus ditaksir dan dibukukan pada saat penjualan. Potongan
harga yang diberikan secara seketika atau tanpa rencana dibebankan ke laba rugi pada periode
pemberiannya.

Dengan metode persentase penyelesaian, jumlah pendapatan, beban, dan pendapatan yang diakui
pada setiap periode akuntansi ditentukan sesuai dengan tingkat (persentase) penyelesaian dari
unit bangunan. Pengakuan pendapatan dengan dasar persentase penyelesaian memberikan
informasi yang berguna bagi pemakai laporan keuangan karena jumlah pendapatan diakui secara
proporsional dengan jumlah beban untuk menghasilkan pendapatan tersebut. Atau dengan kata
lain, penggunaan metode presentase penyelesaian menyebabkan perusahaan dapat
menandingkan dengan lebih akurat pendapatan dengan beban untuk menghasilkan pendapatan
tersebut.

Penjualan Kapling Tanah Tanpa Bangunan

Pendapatan penjualan kapling tanah tanpa bangunan, diakui dengan menggunakan metode akrual
penuh (full accrual method) pada saat pengikatan jual beli apabila seluruh kriteria berikut ini
terpenuhi:

a) jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20% dari harga jual yang disepakati dan
jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli;

b) harga jual akan tertagih;

c) tagihan penjual tidak subordinasi terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli di masa
yang akan datang; dan

d) proses pengembangan tanah telah selesai sehingga penjual tidak berkewajiban lagi untuk
menyelesaikan kapling tanah yang dijual, seperti kewajiban untuk mematangkan kapling tanah atau
kewajiban untuk membangun fasilitas-fasilitas pokok yang dijanjikan oleh atau yang menjadi
kewajiban penjual, sesuai dengan pengikatan jual beli atau ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e) hanya kapling tanah saja yang dijual, tanpa diwajibkan keterlibatan penjual dalam pendirian
bangunan di atas kapling tanah tersebut. Untuk pengakuan pendapatan penjualan kapling tanah
tanpa bangunan, kewajiban penjual untuk membangun fasilitas yang dijanjikan atau menjadi
kewajiban penjual dianggap telah terpenuhi apabila fasilitas-fasilitas pokok (seperti jalan
penghubung dan saluran drainase/pembuangan) telah selesai dibangun.

Pengakuan Laba bila Metode Akrual Penuh Tidak Terpenuhi

Apabila suatu transaksi real estat tidak memenuhi kriteria pengakuan laba dengan metode akrual
penuh, pengakuan penjualan ditangguhkan dan transaksi tersebut diakui dengan metode deposit
(deposit method) sampai seluruh kriteria penggunaan metode akrual penuh terpenuhi.

Penerapan metode deposit adalah sebagai berikut:

a) penjual tidak mengakui pendapatan atas transaksi penjualan unit real estat, penerimaan
pembayaran oleh pembeli dibukukan sebagai uang muka;

b) piutang dari transaksi penjualan unit real estat tidak diakui;

c) unit real estat tersebut tetap dicatat sebagai aktiva penjual, demikian juga dengan kewajiban
yang terkait dengan unit real estat tersebut, walaupun kewajiban tersebut telah dialihkan ke
pembeli;
BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

( Analisa Kasus Patten Corporation)

Siapakah di sana yang menjual ruang luas terbuka untuk dipersempit tetapi memberikan kredit yang
layak bagi penduduk kota? Patten Corporation. Perusahaan penjualan angsuran tanah yang berbasis di
Stamford VT menghasilkan $ 35 Juta. Bisnis yang sangat bagus? Sehingga sangat mungkin laporan
bersih per saham pada tahun 1986 mencapai $1.40 vs 47 sen pada tahun 1985 di enam bulan pertama
pada tahun fiscal 1987. Penjualan properti Patten meningkat 110% sementara dilaporkan penghasilan
meningkat 53%. Saham Patten sekarang ini terdaftar di Papan Besar – meloncat dari penyesuaian
pemecahan $4 per lembar saham pada awal tahun 1986 mencapai sekitar $19 pada akhir Desember

Masalahnya adalah, Laba Patten mengalami penyusutan serius ketika diteliti. Dan dari sisi asset pada
neraca perusahaan terlihat agak bengkak. Patten mencatat 100% dari penjualan tanah mereka sebagai
pendapatan, meskipun hal tersebut secara khusus diterima hanya 10% sampai 50% dalam jumlah tunai.
Oleh karena itu, penghasilan yg mereka dapatkan meragukan atau tidak wajar.

Selama minggu terakhir pada bulan Desember 1986, komentar-komentar di atas dipublikasikan di
majalah Forbes, harga saham Patten turun dari $18.250 menjadi $15.857 dalam perdagangan gila-gilaan
di Bursa Efek New York, mewakili kerugian sekitar $19,5 juta dollar pada nilai pasar dari saham
perusahaan.

Metode Bisnis dan Kinerja

Patten Corporation memperoleh tanah pedesaan yang luas yang belum dikembangkan, membagi tanah
tersebut ke dalam beberapa paket atau bidang rata-rata sekitar 15 hektar, dan mejualnya. Pelanggan
utama perusahaan adalah penduduk wilayah metropolitan atau perkotaan yang ingin memiliki tanah
pedesaan untuk liburan, tempat untuk rumah pada saat pensiun, dan investasi. Kebanyakan dari tanah
yang perusahaan beli dan dijual kembali berada 2 sampai 5 jam perjalanan dari daerah metropolitan
atau perkotaan utama seperti Boston, Hartford, New York City, dan Philadelphia.

Akuisisi Tanah.

Perusahaan mempekerjakan sekitar 46 staff spesialis akuisisi yang berada di 13 kantor wilayah. Staff
akuisisi di setiap kantor secara sistematis menghubungi semua pemilik utama tanah dan agen/broker real
estate di wilayahnya. Tujuan Patten adalah untuk mengembangkan hubungan yang kuat dengan para
pemilik tanah dan para agen/ broker sehingga mereka akan menjadi pihak pertama yang melihat tanah
ketika tanah tersebut mempunyai kemungkian untuk dibeli.

Ketika suatu tanah yang cocok telah ditemukan. Patten masuk ke dalam persetujuan pembelian dengan
penjual. Pada umumnya, Perusahaan diperbolehkan untuk membayar uang muka dalam jumlah yang
kecil dan membayar sisanya pada saat tahap penyelesaian setelah semua persetujuan dari pemerintah
yang dibutuhkan telah didapatkan. Waktu antara eksekusi persetujuaan pembelian dan tahap
penyelesaian biasanya sekitar dua sampai 6 bulan. Dengan mensyaratkan bahwa semua persetujuan
peraturan didapatkan sebelum tahap penyelesaian dan hanya membayar uang muka dalm jumlah yang
kecil ketika menandatangani persetujuan jual beli, perusaahaan memegang sejumlah tanah yang luas di
bawah kontrak tanpa mengeluarkan sejumlah uang kas yang signifikan .

Setelah melakukan kontrak, tetapi sebelum memperoleh tanah, perusahaan menyelesaikan survey,
mendesain rencana pembagian, tanah dilakukan pengujian apakah layak, peninjauan kesesuaian
lingkungan dan hukum-hukum wilayah dan peraturan yang berlaku, dan telah menerima semua
persetujuan peraturan yang diperlukan untuk memungkinkan pembagian dan penjualan tanah. Setelah
akuisisi, Patten hanya melakukan sedikit perbaikan dan jarang membangun atau melakukan
pengembangan lainnya pada tanah yg telah dijual. Karena periode escrow (dokumen yang disimpan oleh
pihak ketiga) diperpanjang. Perusahaan ingin menyerahkan tanah itu secepatnya. Dengan jangka waktu
dari pengakuisisian sampai penjualan kembali umumnya berlangsung satu sampai dua belas minggu.
Strategi ini untuk mengurangi waktu kepemilikan sejumlah tanah yg diberikan karena sesungguhnya hal
tersebut dapat meminimalkan resiko pasar yg terkait dengan kepemilikan real estate.

Pemasaran Tanah

Aktivitas pemasaran Patten telah ditargetkan berdasarkan geografi dan demografis pelanggan. Untuk
menjual kavling-kavling tanah, perusahaan biasanya mengiklankan di koran-koran utama di wilayah
meomtropolitan yang terletak sekitar 2 sampai 5 jam perjalanan dari tempat property.Ketika sebuah tanah
telah berisi sejumlah besar kavling-kavling tanah. Perusahaan melakukan kampanye melalui surat
langsung dengan menggunakan brosur yang menjelaskan paket-paket yang tersedia. Type customer
Patten adalah orang yang berusia 38 tahun dengan pendapatan tahunan sekitar $30.000-$50.000, telah
menikah, dan telah memliki rumah. Perusahaan berusaha untuk mencocokan profile si agen penjualan
dengan profile pelanggan. Karena mereka merasa bahwa keberhasilan penjualan tergantung pada
tingkat kepercayaan yang tinggi dan identifikasi pribadi terbangun/berkembang antara pelanggan dan
agen perusahaan selama kunjungan pelanggan. Tipe agen penjualan Patten adalah orang yang berusia
36 tahun, menghasilkan penghasilan tahunan sebesar $ 40.000, sudah menikah dan memiliki sebuah
rumah. Strategi perusahaan telah berjalan sangan sukses di tahun 1986. Staff penjualan telah
mengkonversi 25% panggilan telepon awal menjadi janji pertemuan untuk mengunjungi tempat property
dan 45% dari pelanggan telah membuat kunjungan pembelian property. Kesuksesan Pemasaran Patten
disebabkan oleh kehati-hatian dalam menargetkan pelanggan dan strategi tersebut untuk memastikan
bahwa sebelum kunjungan ke tempat property yang ditawarkan oleh perusahaan para pelanggan telah:

1. Meluangkan waktu untuk melihat tanah yang ditawarkan di Koran-koran

2. Telah melakukan panggilan atau telepon jarak jauh untuk menerima informasi tambahan atas
ketertarikan terhadap iklan

3. Telah membuat temu janji untuk melakukan kunjungan property tanpa penawaran hadiah,
pemberian atau bujukan lainnya

4. Waktu perjalanan kurang lebih 2 sampai 5 jam untuk dapat melihat property

Sebelum membuat keputusan untuk membeli sebidang tanah, pelanggan harus masuk ke dalam kontrak
dan membayar deposit yang sesuai kepada Patten yang dikebanyakan kasus hingga 10% dari harga beli.
Batas akhir waktu biasanya terjadi dalam dua sampai empat minggu setelah pembayaran deposit. Pada
saat tahap penyelesaian, perusahaan mengirimkan kepada pembeli garansi akta dan survey terbaru dari
property. Selama tahun pajak 1986, 90% dari paket-paket yang telah terjual berkisar antara harga $5.000
sampai $40.000 dan rata-rata harga jual dari paket-paketnya yang telah terjual sebesar $19.327. harga
ini mewakili harga rata-rata per hektar sebesar $1.282 sebagai perbandingan dengan rata-rata biaya
akuisisi Patten sebesar $579 per hektar.

Pembiayaan Pelanggan/Konsumen

Patten menawarkan untuk membiayai 90% dari harga pembelian paket untuk semua pelanggan yang
memenuhi syarat. Perusahaan memandang bahwa penawaran pembiayaan pelanggan sebagai alat
pemasaran karena hal tersebut dapat menghilngkan/mengatasi kesulitan para pelanggan yang ingin
memperoleh pembiayaan untuk membeli tanah yang belum dikembangkan di area yang biasanya berada
diluar negara asal mereka. Di tahun 1986, 21% dari pelanggan Patten membayar property mereka secara
kas, sementara 79% menggunakan pembiayaan dari perusahaan. Pada umumnya para pelanggan yang
menggunakan pembiayaan Patten membayar 10 – 50% dari harga pembelian secara kas dan sisanya
dijamin dengan Primissory Notes atau surat kesanggupan. Hutang telah dijaminkan oleh hipotik pertama
pada penjualan paket yang telah terjual. Rata-rata bunga yg dikenakan perusahaan pada hutang dari
pelanggan kira-kira sekitar 4-5% atas suku bunga. Biaya pinjaman perusahaan sendiri biasanya 0,5%-2%
atas bunga. Hasilnya adalah portofolio perusahaan dari wesel tagih mencapai sebesar $ 18,6 juta pada
akhir 1986 dan telah menjadi sumber penting dari pendapatan untuk perusahaan. Semenjak pembiayaan
pelanggan telah menjadi alat pemasaran yang penting dan sumber pendapatan bunga yang stabil,
perusahaan tersebut mempunyai rencana untuk meningkatkan proporsi penjualan dengan menggunakan
pembiayaan.
Sebelum pemberian pembiayaan, Patten melakukan cara yang sama dari penelaahan kredit para
pelanggan dalam jumlah yang besar sebagai lembaga pemberi pinjaman yang akan melakukan
pembiayaan. Perusahaan mempertimbangkan secara matang pelanggaran dan tingkat pembatalan atas
wesel tagih agar menjadi rendah dengan standar industry kira-kira 90% dari kasus pembatalan.

Kinerja Terakhir

Akuisisi tanah yang terfokus dengan baik dan strategi pemasaran Patten membawa pada partumbuhan
yang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Penjualan perusahaan tumbuh dari $ 11.2 juta pada tahun
fiscal 1984 mencapai $33,3 juta pada tahun 1986. Selama peride yang sama, laporan keuntungan
tumbuh dari dari $0,47 juta (40 sen per saham) mencapai $3,95 juta ($1.40 per saham). Pada November
1985 Patten menjadi perusahaan Go Public dan telah tercantum pada Bursa Saham New York.

Kesuksesan Patten dalam strategi penjualan tanah secara ritel telah menarik perhatian dan komentar
yang positif dari para analis keuangan. Contohnya Kurt Fenerman dan Terence York, para analis dengan
Drexel Burnham Lamber Inc. menyatakan dalam laporan November tahun 1986 tentang Patten :

“ Patten berada ditengah-tengah perluasan laba/pendapatan yang dramatic yang didorong oleh konsep
penjualan ritel yang menarik. Pertumbuhan didorong oleh kantor lama dan baru (wilayah). Perputaran
persediaan didesain agar tetap sangat tinggi, mengurangi resiko. Margin laba yang paling tinggi dari
setiap saham yang kita ikuti, dan meningkat. Jika ada resiko terhadap perkiraan pendapatan kami, yang
mana telah mengalami peningkatan lima kali tahun ini, maka resiko itu terlalu rendah. Sebagai hasil dari
penilaian investor baik kinerja perusahaan dan prospek masa depan harga saham Patten meningkat
dengan cepat pada tahun 1986. Pada tahun 1986, perusahaan mambagi 2 lembar saham menjadi satu
lembar saham sebagai respon terhadap kenaikan harga saham yang sangat cepat. “

Akuntansi Kontroversi

Karna hanya sebagian kecil pendapatan patten didapat dari penjualan kas, bagaimana untuk mencatat
penjualan non-kas adalah kebijakan dari keputusan laporan keuangan yang penting. Perusahaan
mencatat penjualan real estate dan mengakui pendapatannya ketika minimum 10% dari proses penjualan
telah diterima dan saldo sisanya yakin dapat diterima atau ditagih, kelebihan dari harga jual atas deposito
yang diterima mengikat secara hukum sebagai kontrak piutang atau piutang wesel. Semua biaya yang
terkait dicatat ketika penjualan telah dicatat. Laporan tahunan Patten tahun 1986 menyediakan informasi
lebih rinci tentang pengakuan pendapatan perusahaan dan kebijakan lainnya.
Aturan-aturan Akuntansi

Prinsip-prinsip akuntansi yang dapat diterima secara umum (GAAP) untuk penjualan tanah secara
retail/eceran (sebagaimana dinyatakan dalam PSAK 66). Metode pengakuan pendapatan keuangan.
Patten dianggap tepat jika semua kondisi berikut ini terpenuhi :

1. Pembeli menandatangani kontrak yang mengikat secara hukum untuk pembelian tanah dan
pembayaran uang muka yang tidak dapat dikembalikan sebesar 10% atau lebih dari harga jual.

2. Penjual memiliki pengalaman penagihan sebelumnya menunjukkan bahwa setidaknya 90% dari
piutang dapat ditagihkan secara penuh. Uang muka sebesar 20% atau lebih adalah penganti yang dapat
diterima untuk tes pengalaman

3. Penerimaan yang diterima si penjual untuk tanah yang telah terjual tidak tunduk pada subordinasi
pinjaman baru yang diambil oleh pembeli.

4. Penjual tidak berkewajiban untuk membangun fasilitas lain, atau menyelesaikan perbaikan – perbaikan
yang cukup banyak untuk tanah yang sudah terjual.

Kebijakan pengakuan pendapatan Patten tidak berlaku jika satu atau lebih dari tes/pernyataan diatas
tidak terpenuhi. Ketika hal tersebut terjadi, beberapa alternatif akuntansi tersedia, semua yang diakui
pendapatan kurang tepat. Contohnya, Jika semua kriteria kecuali kriteria yang terakhir itu terjadi,
penjualan dan keuntungan dapat diakui dengan metode persentase penyelesaian kontrak, sebanding
dengan kerja dilakukan dari waktu ke waktu oleh penjual. Jika hanya kriteria pertama yang terjadi,
pendapatan dan keuntungan dapat diakui berdasarkan metode penjualan angsuran, secara proporsional
dengan pembayaran tunai yang diterima dari pembeli.

Strategi bsinis perusahaan, dan dari karakteristik-karakteristik tersebut itulah para pelanggan membuat
penilaian terhadap hal tersebut. Para auditor perusahaan bertanggung jawab untuk memverifikasi
ketepatan/kelayakan pilihan para manajer accounting dan perkiraan hutang yang buruk.

Kritisasi Forbes

Dalam artikel “oldgame, new twist” yang dikutip pada awal kasus , majalah forbes mengkritisi accounting
patten yang agresif:

“para pelanggan Patten, 80% membeli tanah mereka tepat waktu, menandatangani kesepakatan yang
mewajibkan mereka untuk melunasi kredit pada tingkat suku bunga yang disesuaikan, sekarang ini
12,5% Patten memasukkan piutang wesel ke dalam asset-assetnya dan mencatatnya sebesar nilai
nominal pada tahun 1986. Jumlah ini lebih dari $17 juta, Patten memperbolehkan kemugkinan kerugian
pada catatan tetapi untuk jumlah yang kecil $10.000. Tingkat kegagalan telah rendah sejauh ini, tetapi hal
tersebut sering kali benar pada tahap awal dari kesepakatan angsuran tanah tersebut.

Perusahaan menyatakan bahwa sebenarnya 35% penerimaan dari laporan pendapatan sebagai uang
muka tunai pada tahun 1986 adalah $12.2 juta. Tetapi mengurangi biaya biaya dan beban perusahaan
dari angka ini – hanya biaya-biaya dari real estate yang telah terjual, sebagai contoh sebesar $15 juta
dan itu menjadi jelas bahwa Patten bekerja pada arus kas negative. Ini menjelaskan kenapa Patten
seperti mempunyai beban hutang yang berat hamper 70 % dari total pengumpulan modal.”

Dalam menanggapi kritikan yang dikeluarkan oleh majalah Forbes, Patten mengadakan siaran pers yang
membela kebijakan pengakuan pendapatan perusahaan. Dalam siaran pers ini Donal Dion J.r. Executive
Vice President dan Bendahara Patten Corporation mengeluarkan pernyataan “ Laporan Keuangan dan
Kebijakan Akuntansi kami telah di audit oleh Arthur Young & Company, KAP yang masuk ke dalam
“Delapan KAP Terbesar”. Arthur Young & Company telah mengeluarkan pendapat wajar tanpa
pengecualian atas setiap laporan keuangan selama 4 tahun terakhir.

Dion juga menyatakan bahwa tingkat kegagalan pada portofolio hutang KPR kami rendah sepanjang
periode inflasi dan resesi. Dia menyatakan “ Sudah lebih dari 5 tahun yang lalu, kerugian atas potofolio
hutang hipotik kami belum mencapai material”perusahaan juga berusaha menghilangkan kekhawatiran
investor yang dikritisi oleh artikel Forbes melalui serangkaian pertemuan dengan para analis sekuritas.
The “Heard on the street” kolom dari jurnal Wall Street berkomentar atas reaksi investor tentang usaha
yang dilakukan Patten.

“ Patten Corporation sebuah perusahaan penjualan tanah yang mengalami pertumbuhan yag cepat yang
menjadikannya kinerja terbaik ketiga di bursa saham New York tahun ketiga dibursa saham New York
tahun lalu telah mengadakan meeting para analisis di Boston, New York dan San Fransisco minggu ini
untuk menepis laporan berita negative tentang keuangannya. Berita baiknya adalah bahwa sahamnya
beranjak naik 1 3/8 selama jalannya pertemuan, penutupan kemarin diangka 18 ¾. Kabar buruknya
adalah masih banyak pertanyaan tentang Patten, VT-Basis prospek pertumbuhan Patten.”
BAB IV

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan Analisa Kasus Patten Corporation

Pada awalnya konsep usaha yang dijalankan oleh Patten Corporation adalah konsep usaha yang sangat
menjanjikan. Dengan perencanaan yang matang dan strategi pemasaran yang bagus Patten mampu
mengembangkan usahanya dan mampu meraih keuntungan jutaan dollar dalam kurun waktu yang
sangat singkat.

Akuisisi tanah yang terfokus dengan baik dan strategi pemasaran Patten membawa pada partumbuhan
yang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Penjualan perusahaan tumbuh dari $ 11.2 juta pada tahun
fiscal 1984 mencapai $33,3 juta pada tahun 1986. Selama peride yang sama, laporan keuntungan
tumbuh dari dari $0,47 juta (40 sen per saham) mencapai $3,95 juta ($1.40 per saham).

Kesuksesan ini karena strategi pengakuisisan tanah yang terfokus dengan mempekerjakan 46 staff
spesialis akuisisi yang secara aktif menjalin hubungan yang baik dengan para pemilik utama tanah dan
para agen broker, sehingga Patten menjadi pihak pertama yang mendapatkan tanah yang strategis.
Dengan mensyaratkan bahwa semua persetujuan peraturan didapatkan sebelum tahap penyelesaian dan
hanya membayar uang muka dalm jumlah yang kecil ketika menandatangani persetujuan jual beli,
perusaahaan memegang sejumlah tanah yang luas di bawah kontrak tanpa mengeluarkan sejumlah uang
kas yang signifikan .

Hal tersebut dimanfaatkan Patten dengan menjual kembali tanah tersebut kedalam bentuk paket-paket
yang menarik secara retail atau eceran. Dengan strategi pemasaran dan pemilihan calon pelanggan yang
sangat hati-hati, Patten berhasil menjual kembali tanah yang didapatkan dari hasil pengakuisisian dengan
hanya mengeluarkan sejumlah uang kas yang kecil dengan keuntungan yang besar dari nilai yang yang
dikeluarkan Patten pada saat akuisis tanah. Selama tahun pajak 1986, 90% dari paket-paket yang telah
terjual berkisar antara harga $5.000 sampai $40.000 dan rata-rata harga jual dari paket-paketnya yang
telah terjual sebesar $19.327. harga ini mewakili harga rata-rata per hektar sebesar $1.282 sebagai
perbandingan dengan rata-rata biaya akuisisi Patten sebesar $579 per hektar.
Kemudian Patten juga melakukan pembiayaan terhadap pelanggan yang ingin memiliki tanah Patten,
yang selanjutnya program ini menghasilkan pendapatan yang besar dan menjadi sumber pendapatan
untuk perusahaan. Di tahun 1986, 21% dari pelanggan Patten membayar property mereka secara kas,
sementara 79% menggunakan pembiayaan dari perusahaan. Pada umumnya para pelanggan yang
menggunakan pembiayaan Patten membayar 10 – 50% dari harga pembelian secara kas dan sisanya
dijamin dengan Primissory Notes atau surat kesanggupan. Hutang telah dijaminkan oleh hipotik pertama
pada penjualan paket yang telah terjual. Rata-rata bunga yg dikenakan perusahaan pada hutang dari
pelanggan kira-kira sekitar 4-5% atas suku bunga. Biaya pinjaman perusahaan sendiri biasanya 0,5%-2%
atas bunga. Hasilnya adalah portofolio perusahaan dari wesel tagih mencapai sebesar $ 18,6 juta pada
akhir 1986 dan telah menjadi sumber penting dari pendapatan untuk perusahaan.

Lalu masalahnya adalah, Laba Patten mengalami penyusutan serius ketika diteliti. Dan dari sisi asset
pada neraca perusahaan terlihat agak bengkak. Patten mencatat 100% dari penjualan tanah mereka
sebagai pendapatan, meskipun hal tersebut secara khusus diterima hanya 10% sampai 50% dalam
jumlah tunai. Oleh karena itu, penghasilan yg mereka dapatkan meragukan atau tidak wajar.

Menurut kritisi yang dinyatakan oleh majalah Forbes, Patten memasukkan nilai wesel tagih yang sangat
besar ke dalam asset mereka yang mereka peroleh dari program pembiayaan pelanggan dalam
mendapatkan tanah, sedangkan nilai uang muka tunai yang didapatkan hanya 10% dari harga jual, lalu
membebankan biaya dan beban perusahaan dari nilai uang muka tersebut hanya biaya-biaya dari real
estate yang telah terjual. Misal uang muka tunai yang mereka terima sebesar $12 juta lalu dibebankan
biaya dan beban dari real estate yang sudah terjual sebesar $15 juta sehingga menjadi jelas bahwa
Patten bekerja pada arus kas negative. Ini menjelaskan kenapa Patten seperti mempunyai beban hutang
yang berat hamper 70 % dari total pengumpulan modal.

Patten juga hanya mengestimasi penyisihan dari kegagalan wesel tagih dengan nilai nominal yang
sangat kecil sebesar $10.000 sedangkan piutang wesel yang dimasukan kedalam asset Patten sebesar
nilai nominalnya lebih dari $17 juta.

Puncaknya, pada tahun 1990 Pasar real estate di inggris mengalami keruntuhan. Patten mengalami
kerugian $12.9 juta pada tahun 1990 dan $32.2 juta di tahun. Kerugian yang dihasilkan disebabkan dua
faktor utama. Pertama, kegagalan debitur atas pinjaman mereka. Dalam kebanyakan kasus, Patten
hanya mengambil alih kembali tanah mereka. Kedua, nilai tanah yang dimiliki untuk dijual kembali
menurun drastis, dan nilai tanah yang diambil alih kembali itu biasanya kurang dari biaya pada saat
Patten memperoleh tanah tersebut. Harga saham's Patten turun dari $ 20 per saham menjadi $ 0,375
pada tahun 1991.

Saran
a. Mungkin seharusnya Patten memperbaiki metode pencatatan pengakuan pendapatannya
dengan tidak mencatat 100% penjualan dan hanya mencatat sejumlah uang muka yang diterima
dari pelanggan sebagai pendapatan yang diterima.

b. Melalukan analisis resiko usaha secara sistematis dan berkala dan melakukan penyisihan yang
sesuai dengan tingkan resiko yang telah dianalisis untuk menghindari resiko pasar yang terjadi di
masa depan. Seperti menguji tanah menganalisa estimasi harga tanah dari waktu ke waktu
termasuk potensi keuntungan dan kerugiannya.

c. Melakukan syarat yang ketat dalam memberikan pembiayaan kepada pelanggan. Hal tersebut
untuk mencegah kegagalan dari wasel tagih yang dapat berakibat buruk terhadap keuangan
perusahaan.

d. Melakukan estimasi penyisihan yang proposional dari wesel tagih yang diperoleh sesuai dengan
analisa perusahaan yang dilakukan.
BAB IV

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai