Laporan Pemindangan
Laporan Pemindangan
Laporan Pemindangan
Pengolahan Tradisional
PROSES PEMBUATAN IKAN PINDANG KENDIL
Kelompok 6 :
1. Ayu Restu S.
2. Devi Rismayanti
3. Hary Prawira D.
4. Marimar Elizabeth A.R.S
5. Qurotul Aeni
6. Wahyudi
PROGRAM STUDI
JAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum mata kuliah Pengolahan Tradisional I mengenai teknik
pemindangan ikan adalah :
1. Mengetahui proses pengawetan ikan secara tradisional.
2. Mengetahui proses pemindangan kendil.
3. Mengetahui teknik pemindangan dengan bahan baku ikan selar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
2.2 Morfologi ikan selar
Ikan yang Ordo: Perciformes bertubuh kecil, mencapai
panjang tubuh maksimal 22 cm, namun
Famili: Carangidae
umumnya kurang dari 15 cm. Bentuk jorong
memanjang dan pipih Genus: Selaroides tegak; kurang lebih simetris
Bleeker, 1851
pada lengkung punggung dan perutnya.
Garis tengah mata Spesies: S. leptolepis sebanding atau lebih pendek
daripada panjang moncong, dengan pelupuk
Nama binomial
mata berlemak setengah penuh pada separuh
bagian belakang mata. Selaroides leptolepis Rahang atas tak bergigi, dan
rahang bawah dengan sederet gigi kecil-kecil. Sisir
saring insang pada lengkung insang yang pertama berjumlah 10-14 buah pada lengan
(bagian) sebelah atas, dan 27-32 pada lengan bawah. Cleithrum (gelangan bahu) halus
pada tepiannya, tanpa tonjolan-tonjolan.
Sirip punggung bagian depan dengan VIII jari-jari keras (duri); dan sirip
punggung kedua dengan I duri dan 21-23 jari-jari lunak. Sisik-sisik pada gurat sisi
menonjol, berderet melengkung di bagian depan dan lurus mendatar di bagian belakang
tubuh; bagian datar dengan 13-25 sisik kecil-kecil diikuti oleh 24-29 sisik besar;
kelokan dari bagian lengkung ke datar terletak kurang-lebih di bawah jari-jari lunak ke-
10 hingga ke-12 sirip punggung kedua. Ikan ini memiliki 24 ruas tulang belakang.
2.3 Habitat ikan selar.
Selar kuning tersebar di wilayah tropis dan ugahari kawasan perairan Indo-
Pasifik Barat, mulai dari pesisir selatan Semenanjung Arab, Teluk Persia, ke timur
mengitari pesisir anak-benua India, Kepulauan Maladewa, pesisir dan laut-laut
pedalaman di Asia Tenggara dan Nusantara; hingga menyeberang ke sisi barat
Samudera Pasifik, ke utara sampai ke perairan Jepang bagian selatan, dan ke selatan
sampai ke Kaledonia Baru, Vanuatu, dan pesisir benua Australia, hingga Shark Bay di
sisi barat dan Brisbane di sisi timur. Ikan ini umumnya ditemukan tidak jauh dari
pantai, berenang dalam gerombolan besar di atas dasar laut yang berlumpur pada
kedalaman kurang dari 50 m. Di Australia, selar kuning menghuni paparan benua yang
dangkal hingga kedalaman 50 m, sementara di Malaysia tercatat hingga kedalaman 70
m, meskipun paling sering pada kedalaman 4060 m.
2.4Teknik Pemindangan
Pemindangan adalah pengolahan ikan yang dilakukan dengan cara merebus ikan
dalam susana bergaram selama waktu tertentu. Setelah selesai pemasakan, biasanya
wadah di mana ikan disusun langsung digunakan sebagai wadah penyimpanan dan
pengangkutan untuk dipasarkan.
a. Pemindangan garam : Pada teknik ini, lapisan ikan yang digarami dengan garam kering,
disusun berlapis-lapis di dalam wadah yang terbuat dari plat logam, pendil atau paso
tanah (belanja tanah) atau lainnya. Kemudian direbus dalam jangka waktu yang cukup
lama (sekitar 4 6 jam), cairan perebus kemudian dibuang melalui lubang kecil bagian
bawah wadah atau ditiriskan. Pada lapisan atas ditutup dengan selembar kertas dan di
atas permukaan kertas ini disebarkan merata selapis garam.
b. Pemindangan air garam (brine boiling) : teknik ini ikan ditaburi garam disusun diatas
keranjang atau rak bambu disebut naya. Beberapa naya diisi ikan dan disusun vertikal
pada suatu kerangka lalu dicelupkan kedalam air garam mendidih di dalam wadah yang
terbuka dan lama pembuatan relatif jauh lebih singkat daripada teknik pemindangan
garam. Setelah proses perebusan selesai, wadah di mana ikan tersusun diangkat,
kemudian direndam atau disiram dan didinginkan untuk siap didistribusikan dan
dipisahkan.
a. Cara bawean
Alat dan bahan yang harus disediakan adalah pendil atau paso, daun pisang
kering dan garam sebanyak 20 30% dari berat ikan. Gunakan garam yang
kemurniannya tinggi kemudian ikan dicuci bersih setelah dibuang isi perut dan
insangnya lalu ditaburi garam secukupnya.
Ikan dimasukkan kedalam pendil diatur berlapis-lapis serapat mungkin. Di
antara lapisan diberikan garam,setelah pendil/paso penuh ikan ditambahkan air
sampai ikan terendam. Pendil/paso dipanaskan diatas api sampai ikannya masak, yaitu
apabila daging dekat ekor dan kepala susah retak-retak, air yang tersisa dikeluarkan.
Setelah selesai pendil dibingkus dengan daun jati kemudian diikat supaya tidak pecah
selama penyimpanan dan pengangkutan. Pindang bisa tahan sampai 3 bulan dan
biasanya pemindangan dilakukan terhadap ikan layang (Decapterus spp) dan ikan
Bandeng (Chanos-chanos).
b. Cara muncar
Caranya beda dengan bawean adalah dalam acara pemasakan yaitu tidak
direbus tetapi dikukus diatas tungku khusus,sedangkan tempat yang dipakai bukan
pendil/paso tanah, tetapi loko yaitu semacam ayakan dari bambu. Pada pemindangan
cara ini harus disediakan loko, peti pemasakan, tungku khusus serta belanga atau
wajan besar.
Ikan dicuci bersih,di mana isi perut dan insangnya tidak dibuang, kemudian
ikan yang sudah bersih direndam dalam air garam jernih (lk. 25%) selama 15 30
menit. Kemudian ikan diatur/dijajar di atas loko sampai penuh dan ditiriskan ditempat
teduh sampai kering. Loko/ayakan bambu dimasukkkan ke dalam peti pemasakan
sampai penuh,air dimasak dalam belanga sampai mendidih kemudian peti yang berisi
loko/ikan diletakkan diatas belanga sehingga uap air menghembus ikan diatasnya.
Setiap 15 menit loko/ayakan bambu yang berisi ikan dibagian teratas
dipindahkan ke bagian terbawah dan loko-loko lainnya digeser ke rak atasnya. Ikan
sekali-kali dibalik supaya masak merata. Ikan akan masak bila dikukus selam + 1 jam,
setelah masak ikan bersama lokonya disimpan dalam rak-rak bambu di tempat yang
teduh, dibiarkan semalam sehingga kulit ikan menjadi kering dan mengkilap dan
pindang ini bertahan selama 7 15 hari.
c. Pemindangan gaya baru
Alat dan bahan yang harus disediakan adalah besek bambu, merang atau daun
pisang kering dan garam sebanyak 20 50% dari berat ikan. Ikan yang telah dicuci
bersih, dilumuri denagn garam dan diatur berlapis-lapis dalam besek yang alasnya
sudah diberi merang atau daun pisang kering.
Di atas lapisan merang dan di antara lapisan-lapisan ikan diberi garam, ikan
dalam besek dibiarkan selama 1 3 jam supaya garam meresap ke dalam daging ikan.
Kemudian besek dimasukkan ke dalam belanga yang berisi larutan garam yang
mendidih. Setelah + 45 menit besek diangkat dan ditiriskan lalu disimpan. Cara
dibandingkan dengan cara Bawea dan Muncar lebih bersih, lebih sedap dan dagingnya
lebih padat. Pindang ikan bias tahan sampai 3 bulan.
Parameter Keterangan
Rupadanwarna Utuh, bersih, tidakterdapatbendaasing, tidakterlihat
endapanlemakataulainnya. Warnaprodukspesifikjenis,
cemerlang, tidakberkapangdanberlendir.
Bau Spesifikjenisproduk, bauprodukikan rebus, baugurih
dansegar.
Rasa Gurihspesifikproduk, tidakterdapat rasa asin yang
berlebihandankeasinanmerata.
Tekstur Kompak, padat, spesifikjenisproduk, empuk,
cukupkeringdantidakbasah
BAB III
METODE PRAKTEK
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Nilai Organoleptik
Mata 8 8 9 9 7
Insang 8 9 8 8 8
Lendir 9 8 8 8 8
Daging 8 7 8 8 8
Bau 8 8 9 8 8
Tekstur 8 9 8 8 8
Data dari tabel diatas menunjukkan bahwa semua sampel ikan masih
dalam keadaan layak untuk konsumsi atau masih dalam kategori segar.
Sensori Ikan Pindang
Kenampakan 9 9 8 8 8
Bau 9 9 8 9 9
Rasa 9 9 8 9 9
Tekstur 9 9 8 9 9
Lendir 9 9 9 9 9
Data dari tabel diatas menunjukkan bahwa pada sampel semua ikan masih
layak konsumsi karena sesuai standar.
4.2 Rendemen
berat akhir
100
R= berat awal
242,56
100
= 343,64
= 70,58%
Pada praktikum yang kami lakukan mengguanakan bahan baku ikan selar
sebanyak 8 ekor. Proses perebusan hanya memakan waktu selama 30 menit karena ikan
yang digunakan relatif berukuran kecil dan jumlahnya pun sedikit sehingga ikan cepat
matang. Ikan diatur berlapis-lapis serapat mungkin dan setiap lapisan ditaburi garam.
Setelah pendil atau paso penuh, air ditambahkan sampai ikan terendam. Selanjutnya
ikan dikemas menggunakan plastik dan dilakukan pemvacuman. Pindang bisa tahan
sampai 3 bulan.
Karena tidak terlalu asin, pindang mempunyai kedudukan yang strategis dalam
memenuhi kebutuhan proteinhewani sebagian penduduk Indonesia.
4.4 Keawetan
Pada dasarnya pemindangan ikan merupakan upaya pengawetan sekaligus
pengolahan ikan yang menggunakan teknik penggaraman dan pemanasan. Pengolahan
dilakukan dengan merebus atau memanaskan ikan selama waktu tertentu sehingga
membunuh sebagian besar mikroorganisme pada ikan. Garam juga berperan sebagai
pengawet serta memperbaiki cita rasa ikan. Pemanasan dengan garam tinggi juga
menyebabkan tekstur ikan berubah menjadi lebih kompak.
Pindang pada umumnya tidak terlalu awet karena memiliki kadar air cukup
tinggi sehingga sesuai dengan pertumbuhan mikroorganisme, terutama bakteri
pembentuk lendir dan kapang. Proses pemananasan (perebusan) tidak mampu
membunuh semua mikroorganisme. Selain itu, pindang sangat rentan terhadap
kontaminasi silang selama proses distribusi (bisnis) dan pemasaran. Daya awet ikan
pindang naya sekitar 3-4 hari, sementara ikan pindang paso hingga 6-7 hari.
Dari segi teknologi pengawetan makanan, produk pindang air garam dapat
diklasifikasikan sebagai produk setengah diawetkan (semi-preserved). Produk ini
memiliki kadar air yang tinggi sehingga sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme.
1. Pemindangan sangat mudah dilaksanakan dan tidak banyak memakan biaya, sehingga
dapat dilaksanakan oleh petani ikan atau nelayan.
2. Hasil pemindangan masih berbentuk ikan segar sehingga dapat digunakan sebagai
bahan baku untuk diolah lebih lanjut, juga dapat langsung dimakan karena memang
telah matang.
3. Ikan pindang sangat disukai karena mengandung rasa yang sesuai dengan selera
masyarakat, yaitu mendekati rasa ikan hasil pengalengan.
4. Nilai gizi ikan pindang relatif masih tinggi sehingga ikan hasil proses pemindangan
dapat digunakan sebagai salah satu sumber protein hewani.
Secara nasional, penghasil utama pindang adalah Jawa Tengah 4,11%; Jawa Timur
3,39%; dan Jawa Barat 1,40% dari hasil total produksi perikanan laut Indonesia.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan observasi mata kuliah teknologi pengolahan hasil
perikanan modern dan tradisional mengenai teknik pembutan pemindangan ikan
adalah sebagai berikut :
1. Pemindangan adalah pengolahan ikan yang dilakukan dengan cara merebus ikan
dalam suasana bergaram selama waktu tertentu. 2 kategori yaitu pemindangan garam
dan pemindangan air garam
2. Teknik pemindangan ikan yang dilakukan yaitu pindang badeng
3. Bahan baku yang digunakan untuk pemindangan ikan adalah ikan tongkol, ikan
bandeng, dan ikan layang
4. Keberhasilan proses pemindangan ikan sangat dipengaruhi oleh mutu bahan
bahan ZQZZQQQQQQQQQyang digunakan dan kondisi lingkungan.
5.2 Saran
Proses pemindangan ikan menggunakan air garam perlu dikembangkan
dengan cara menyebarkannya kepada masyarakat ke seluruh pelosok daerah yang
belum mempraktekannya, mengingat cara pengolahannya yang cukup sederhana,
sarana dan prasarana yang dibutuhkanpun tidak mahal, memiliki citarasa yang sesuai
selera masyarakat, kandungan gizinya relatif masih tinggi, hasil akhirnya yang masih
menyerupai ikan segar, dan berbagai keistimewaan lainnya.