Analis Penyebab Kecelakaan Kerja

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 118

ANALISIS PENYEBAB KECELAKAAN KERJA

(Studi Kasus di PT. Jamu Air Mancur)

SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Universitas Negeri Semarang

Oleh :
Eka Swaputri
NIM 6450403078

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2009
ABSTRAK

Eka Swaputri, 2009, Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja (Studi Kasus di PT.
Jamu Air Mancur), Skripsi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing: I. Drs. Sugiharto, M. Kes., II. Eram Tunggul P, S.KM,
M.Kes.
Kata Kunci: Faktor Penyebab, Kecelakaan Kerja.

Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih menempati urutan tertinggi


untuk wilayah Asia Tenggara, meskipun telah mengalami penurunan jumlah.
Menurut data Depnakertrans tahun 2006, jumlah kasus kecelakaan kerja di
Indonesia pada tahun 2003 sebanyak 105.846 kasus, tahun 2004 sebanyak 95.418
kasus, tahun 2005 sebanyak 96.081, dan tahun 2006 sebanyak 70.069 kasus.
Jumlah tersebut menurun sebesar 37,12 persen dalam kurun waktu 4 tahun
terakhir ini. Untuk menanggulangi terjadinya kecelakaan kerja yang berakibat
terganggunya proses produksi sehingga menyebabkan kerugian perusahaan, maka
perlu diketahui faktor resiko penyebab kecelakaan tersebut sehingga dapat
dilakukan upaya pencegahan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor apa
yang menyebabkan kecelakaan kerja PT. Jamu Air Mancur. Tujuan pada
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor resiko penyebab kecelakaan di PT.
Jamu Air Mancur.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan
studi kasus. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja PT. Jamu Air Mancur
yang mengalami kecelakaan kerja selama tahun 2007 sebanyak 11 orang. Sample
berjumlah 10 orang. Perolehan data langsung dari responden dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dan dokumen perusahaan.
Teknik analisa data yaitu dengan menelaah hasil perolehan data, reduksi data,
membuat prosentase.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Faktor resiko yang berpotensi
menyebabkan kecelakaan kerja di PT. Jamu Air Mancur tahun 2007 adalah: usia,
masa kerja, pelatihan K3, APD, sikap kerja, pelindung mesin, kondisi jalan yang
dilalui.
Saran yang dapat diajukan antara lain: (1) Bagi perusahaan, hendaknya
dapat memperbaiki SMK3, pelaksanaan pelatihan K3 sebaiknya diadakan rutin
atau teratur dengan mengikut sertakan seluruh elemen perusahaan, penyebaran
informasi K3 hendaknya lebih ditingkatkan, mengontrol dan memperbaiki sarana
prasarana yang telah menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja dan tempat
yang berpotensi besar untuk terjadinya kecelakaan kerja; (2) Bagi tenaga kerja,
lebih meningkatkan kewaspadaan ketika bekerja dan saat berada dalam
perjalanan, mematuhi peraturan, merubah perilaku tegesa-gesa saat bekerja dan
saat dalam perjalanan.

ii
ABSTRACT

EkaSwaputri. 2009. Analysis Cause of Work Accident (Case Study in PT.


Jamu Air Mancur). Final Project Public Health Department. Sport
Faculty. Semarang State University. First Advisor: Drs. Sugiharto M.
Kes., Second Advisor: Eram Tunggul P, S.KM, M.Kes.
Keywords: The Cause, Work Accident.

Rate of work accident in Indonesia still occupy the highest sequence for
South-East Asia region, even though it has been decreased recently. According to
data Depnakertrans 2006, amount of work accidents cases in Indonesia in the
year 2003 was 105.846 cases, year 2004 are 95.418 case, year 2005 was 96.081,
and year 2006 was 70.069 cases. The amount is on the decline to 37,12 % for the
last 4 years. To overcome the work accident that cause the production process
trouble and financial loss of a company, is necessary to find out any risk factors
that cause the accident to prevent another accident. The problem of this research
covers what factor caused the work accident of PT. Jamu Air Mancur. The
purpose of this research is to find out risk factors cause that accident in PT. Jamu
Air Mancur.
This research is qualitative descriptive research with an approach of case
study. Population in this research is the 11 of workers PT. Jamu Air Mancur who
got work accident were taken 2007. Sample amount is 10 people. Data acquisition
directly from respondents by using research instrument in the form of companys
document and questionaire. Technique of analyzing the data is by analyzing the
data acquisition result, reducting the data, and making percentage.
Based on the research result, it is obtained the Risk factors which
potencially cause the work accident in PT. Jamu Air Mancur year 2007 are: age,
year of service, training of K3, self safety devices, work attitude, machine
guarding, and condition of road.
Some suggestions that can be learnt are: (1) For the company, hopefully it
improve/repair SMK3, the training of K3 would better be performed regularly by
involving all companys element, the information K3 should be improved, the
facilities that had caused or may cause the work accidents need to be well
controlled or repaired. (2) For the workers, it is necessary to increase their
awareness during they work and when they are on the way, obey the rules, change
the hasty attitude while working and on the way.

iii
PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul ANALISIS PENYEBAB KECELAKAAN KERJA

(Studi Kasus di PT. Jamu Air Mancur) telah dipertahankan di hadapan Sidang

Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Pada hari : Senin

Tanggal : 04 Mei 2009

Panitia Ujian

Ketua, Sekretaris,

Drs. Harry Pramono, M.Si. dr. H. Mahalul Azam, M.Kes.


NIP. 131 469 638 NIP. 132 297 151

Penguji,

1. Drs. Herry Koesyanto, M.S. (Utama)


NIP. 131 571 549

2. Drs. Sugiharto, M.Kes. (Anggota)


NIP. 131 571 557

3. Eram Tunggul P, S.KM, M.Kes. (Anggota)


NIP. 132 303 558

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sehat dan selamat bukanlah segalanya, tetapi tanpa itu segalanya tidak ada

artinya (AM. Sugeng Budiono, 2003:233).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Ananda persembahkan

untuk Ayah dan Ibunda tercinta.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga skripsi yang berjudul ANALISIS PENYEBAB KECELAKAAN

KERJA (Studi Kasus di PT. Jamu Air Mancur) dapat terselesaikan dengan baik.

Penyelesaian skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Universitas Negeri Semarang.

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai tersusunya skripsi ini,

dengan rasa rendah hati disampaikan terimakasih yang tulus kepada yang

terhormat:

1. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Semarang, Bapak Drs. Moh. Nasution, M.Kes., atas ijin penelitian.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang, Bapak dr. H. Mahalul Azam, M.Kes., atas

persetujuan penelitian.

3. Pembimbing I, Bapak Drs. Sugiharto, M.Kes., atas arahan dan bimbingannya

dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Pembimbing II, Bapak Eram Tunggul Pawenang, S.KM, M.Kes, atas arahan

dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Kepala Sub Divisi Corporate Affair PT. Jamu Air Mancur Palur, Bapak Iwan

Sanusi, SH. MM., atas ijin penelitian.

6. Bapak Sutardi dan Ibu Darmini, atas bantuan dalam pengambilan data di PT.

Jamu Air Mancur Palur.

vi
7. Bapak Swasto Wibowo dan Ibu Nurti Handayani tercinta atas semua kasih

sayang, doa, dan semangat yang diberikan untuk Ananda.

8. Adik tercinta, Nila dan Bagas, kehadiranmu memberiku semangat untuk terus

maju.

9. Sahabat terbaikku, Lilyn, Dyka, Diyah, Lia, Risya, Widy, Ratih, Andra,

Melanie, Narimo, Pradipta, Eri, Robby, Yatman, Wawan, terimakasih untuk

bantuan, semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

10. Rekan Ilmu Kesehatan Masyarakat 2003 serta teman di Bali Kost.

11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu kelancaran penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Semoga amal baik dari semua pihak mendapat pahala yang berlipat dari Allah

SWT. Amin.

Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik

dan saran dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Semarang, Februari 2009

Penyusun

vii
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ............................................................................................................ i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................................... iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
1.4 Manfaat Hasil Penelitian .......................................................................... 5
Keaslian Penelitian .......................................................................................... 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 10
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 11
2.1 Landasan Teori ....................................................................................... 11
2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja .......................... 11
2.1.2 Tujuan, Saran, Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja........ 12
2.1.3 Kecelakaan Kerja........................................................... 13
2.1.4 Klasifikasi Kecelakaan Kerja ........................................ 15
2.1.5 Penyebab Kecelakaan Kerja .......................................... 17
2.1.6 Teori Penyebab Kecelakaan Kerja ................................................. 18
2.1.7 Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factor Theory) . 20
2.1.8 Akibat Kecelakaan Kerja ............................................... 28
2.1.9 Pencegahan Kecelakaan ................................................ 29

viii
2.2 Kerangka Teori........................................................................................ 33
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 34
3.1 Kerangka Konsep ................................................................................... 34
3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................. 34
3.3 Fokus Penelitian ................................................................................... 35
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 35
3.5 Instrumen Penelitian .............................................................................. 35
3.6 Perolehan Data ................................................................................... 36
3.7 Validitas Data dan Reliabilitas ............................................................... 36
3.8 Teknik Analisis Data .............................................................................. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 39
4.1 Karakteristik Responden ........................................................................ 39
4.1.1 Usia .............................................................................................. 39
4.1.2 Jenis Kelamin ............................................................................... 40
4.1.3 Tingkat Pendidikan ...................................................................... 41
4.1.4 Masa Kerja ................................................................................... 42
4.1.5 Jenis Kecelakaan .......................................................................... 43
4.2 Hasil Penelitian ................................................................................... 44
4.2.1 Pelatihan K3 ................................................................................. 44
4.2.2 Peraturan K3.................................................................................. 46
4.3 Hasil Penelitian pada Kecelakaan Dalam Tempat Kerja ....................... 46
4.3.1 Riwayat Kecelakaan .................................................................. 46
4.3.2 Sifat Luka dan Letak Kelainan .................................................. 47
4.3.3 Alat Pelindung Diri ..................................................................... 47
4.3.4 Perilaku ...................................................................................... 48
4.3.5 Kebisingan ................................................................................. 50
4.3.6 Suhu ........................................................................................... 50
4.3.7 Penerangan ................................................................................. 51
4.3.8 Lantai Licin ................................................................................ 52
4.3.9 Kondisi Mesin, Ketersediaan Alat Pengaman Mesin dan Letak
Mesin ......................................................................................... 52

ix
4.4 Hasil Penelitian pada Kecelakaan Luar Tempat Kerja........................ 54
4.4.1 Riwayat Kecelakaan ...................................................... 54
4.4.2 Sifat Luka dan Letak Kelainan ...................................... 55
4.4.3 Alat Pelindung Diri ....................................................... 56
4.4.4 Perilaku.......................................................................... 57
4.4.5 Keadaan Jalan ................................................................ 57
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 59
5.1.1 Karakteristik Responden .............................................................. 59
5.1.2 Kecelakaan Dalam Tempat Kerja ................................................ 66
5.1.3 Kecelakaan Luar Tempat Kerja ................................................... 76
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 80
6.1 Simpulan .................................................................................................. 80
6.2 Saran ......................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82
LAMPIRAN .................................................................................................... 85

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Keaslian Penelitian ................................................................................ 6

2. Perbedaan Hasil Penelitian .......................................................................... 9


3. Tabel Nilai Ambang Batas .................................................................... 25
4. Matriks Validitas Data dan Reliabilitas ................................................. 36
5. Distribusi Responden berdasarkan Usia ................................................ 44
6. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 45
7. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ........................ 46
8. Distribusi Responden berdasarkan Masa Kerja ..................................... 47
9. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kecelakaan ............................ 48
10. Distribusi Responden berdasarkan Keikutsertaan Mengikuti Pelatihan
K3 .......................................................................................................... 45
11. Distribusi Responden berdasarkan Pengadaan Pelatihan K3 ................ 45
12. Distribusi Responden tentang Pelatih K3 .............................................. 45
13. Distribusi Responden berdasarkan Keberadaan Peraturan K3 ditempat
Kerja ...................................................................................................... 46
14. Distribusi Responden berdasarkan Riwayat Kecelakaan ...................... 46
15. Distribusi Responden berdasarkan Sifat Luka ....................................... 47
16. Distribusi Responden berdasarkan Letak Kelainan ............................... 47
17. Distribusi Responden berdasarkan Alat Pelindung Diri ........................ 48
18. Distribusi Responden berdasarkan Kenyamanan Memakai APD ......... 48
19. Distribusi Responden berdasarkan Sikap Saat Kecelakaan ..........................49
20. Distribusi Responden berdasarkan Sikap Tergesa Saat Kecelakaan ............50
21. Distribusi Responden berdasarkan Kebisingan ditempat Kerja ...................50
22. Distribusi Responden berdasarkan Kenyamanan Suhu ditempat Kerja 51
23. Distribusi Responden berdasarkan Penerangan Tempat Kerja .....................52
24. Distribusi Responden berdasarkan Keadaan Lantai Saat Terjadi
Kecelakaan ....................................................................................................52

xi
25. Distribusi Responden berdasarkan Kondisi mesin yang digunakan
Selama Berproduksi ............................................................................... 53
26. Distribusi Responden berdasarkan Ketersediaan Pengaman Mesin Saat
Terjadi Kecelakaan ................................................................................ 53
27. Distribusi Responden berdasarkan Jarak Mesin Saat Terjadi
Kecelakaan ............................................................................................. 54
28. Distribusi Responden berdasarkan Riwayat Kecelakaaan ..................... 55
29. Distribusi Responden berdasarkan Sifat Luka ....................................... 55
30. Distribusi Responden berdasarkan Letak Kelainan ............................... 53
31. Distribusi Responden berdasarkan Alat Pelindung Diri ........................ 56
32. Distribusi Responden berdasarkan Kenyamanan Memakai APD ......... 57
33. Distribusi Responden berdasarkan Perilaku Saat Terjadi Kecelakaan .. 57
34. Distribusi Responden berdasarkan Kondisi Fisik Jalan ........................ 58

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori.................................................................................................33

2. Kerangka Konsep .............................................................................................34

3. Distribusi Responden berdasarkan Usia .................................................... 40

4. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin .................................... 41

5. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ........................... 42

6. Distribusi Responden berdasarkan Masa Kerja ........................................ 43

7. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kecelakaan ............................... 44

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Kecelakaan Kerja PT. Jamu Air Mancur Tahun 2007 ..........................86

2. Daftar Sampel Penelitian...............................................................................88

3. Data Hasil Penelitian............................................................................... 89

4. Instrumen Penelitian .............................................................................. 97

5. Laporan Hasil Pengujian Lingkungan kerja (Kebisingan, Iklim Kerja,

6. Getaran) PT. Jamu Air Mancur .............................................................. 99

7. Surat Tugas Pembimbing Skripsi ........................................................... 104

8. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas .......................................................... 105

9. Surat Ijin Riset/ Survey dari Kepala Kesbanglinmas Karanganyar ....... 107

10. Surat Rekomendasi Research/ Survey dari

11. Kepala Bappeda Karanganyar ................................................................ 108

12. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari

13. PT. Jamu Air Mancur ............................................................................. 109

14. Surat Keterangan Penguji Skripsi .......................................................... 110

15. Dokumentasi Penelitian ......................................................................... 111

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dunia usaha Indonesia saat ini sedang menghadapi perubahan besar dan

cepat sebagai dampak globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia, sehingga

perlu meningkatkan daya saing dengan memproduksi barang dengan mutu terbaik

pada tingkat harga yang kompetitif. Untuk itu perlu peningkatan mutu sumber

daya manusia seiring dengan efisiensi perusahaan.

Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri di berbagai

sektor dengan menerapkan berbagai teknologi dan menggunakan bermacam-

macam bahan. Hal ini mempunyai dampak, khususnya terhadap tenaga kerja

berupa resiko kecelakaan dan penyakit. Untuk mengurangi dampak tersebut perlu

dilaksanakan syarat keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja (AM. Sugeng

Budiono, 2003:203).

Kesehatan dan keselamatan kerja telah menjadi salah satu pilar penting

ekonomi makro maupun mikro, karena keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa

dipisahkan dari produksi barang dan jasa. Untuk itu perusahaan harus menekan

resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja, karena kecelakaan akan

menyebabkan kelambatan produksi, padahal ketepatan waktu dapat menghemat

biaya yang besar, sebaliknya ketidaktepatan dalam memenuhi jadwal dapat

berakibat kerugian yang besar pada perusahaan dan pelanggan (Depnaker RI,

1996:42).

1
2

Dalam setiap bidang kegiatan manusia selalu terdapat kemungkinan

terjadinya kecelakaan, tidak ada satu bidang kerjapun yang dapat memperoleh

pengecualian. Kecelakaan dalam industri sesungguhnya merupakan hasil akhir

dari suatu aturan dan kondisi kerja yang tidak aman (ILO, 1989:15). Kecelakaan

tidak terjadi kebetulan melainkan ada sebabnya, oleh karena itu kecelakaan dapat

dicegah asal kita cukup kemauan untuk mencegahnya (Sumamur PK., 1996:212).

Kecelakaan juga timbul sebagai hasil gabungan dari beberapa faktor.

Faktor yang paling utama adalah faktor perlatan teknis, lingkungan kerja, dan

pekerja itu sendiri. Misalnya dalam suatu pabrik mungkin saja kekurangan

peralatan yang aman, atau dengan perkataan lain mesin-mesin tidak dirancang

baik untuk dilengkapi dengan alat pengamanan secukupnya. Lingkungan kerja

yang bising sehingga tenaga kerja tidak mendengar isyarat bahaya. Suhu ruangan

buruk sehingga para pekerja jadi mudah letih dan tak mampu lagi untuk

berkonsentrasi terhadap tugas-tugas yang ditanganinya, kurang baiknya

pengaturan sirkulasi udara menyebabkan terkumpulnya uap beracun yang pada

akhirnya mengakibatkan kecelakaan. Demikian pula para pekerja itu sendiri dapat

menjadi faktor penyebab bila mereka tidak mendapat latihan yang memadai atau

mereka belum berpengalaman dalam tugasnya (ILO, 1989:16).

Agar dapat melakukan tindakan pencegahan dan keselamatan kerja, perlu

diketahui dengan tepat bagaimana dan mengapa kecelakaan kerja terjadi. Agar

efektif upaya pencegahan harus didasari pengetahuan penyebab kecelakaan yang

lengkap dan tepat. Pengumpulan dan pencatatan data kecelakaan dimaksudkan

untuk mendapat informasi yang lengkap guna upaya pencegahan kecelakaan

tersebut (Syukri Sahab, 1997:60). Wawancara dengan korban kecelakaan bisa


3

menggali informasi mengenai kejadian yang langsung berkaitan dengan kejadian

kecelakaan. Informasi ini hendaknya keterangan tentang kejadian yang

sebenarnya, tidak ada hal yang ditutupi, terutama yang berkaitan dengan

kesalahan dalam operasi (Syukri Sahab, 1997:177).

Di negara maju yang telah memberikan perhatian yang besar terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja, kerugian akibat kecelakaan kerja ternyata masih

cukup besar. Lees mengutip Fletcher& Douglas (Depnaker RI, 1996:41) yang

menghitung kerugian akibat kecelakaan dalam setahun pada sebuah industri skala

medium sebagai berikut: terjadi 71 kasus cidera berat, 10522 kasus cidera ringan

dan 35500 kasus yang mengalami kerugian material dengan total kerugian sebesar

1.273.518 US Dollar.

Di Amerika Serikat menurut National Council rata-rata lebih dari 10.000

kasus kecelakaan fatal dan lebih dari 2 juta kasus cidera tiap tahun dengan

kerugian mencapai lebih dari 65 Milyar US Dollar, sedangkan di Inggris Health

and Safety Executive mencatat kejadian kebakaran pada industri kimia dan

minyak bumi dengan total kerugian 98,9 juta pound. Jumlah kejadian 687 kali

atau rata- rata 53 kejadian setiap tahun (Depnaker RI, 1996:41).

Menurut ILO, setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh

karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000

kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena

penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 160 juta

penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya (Depkes RI, 2007:2).
4

Meskipun telah mengalami penurunan jumlah, namun angka kecelakaan

kerja di Indonesia masih menempati urutan tertinggi untuk wilayah Asia

Tenggara. Ini karena, lemahnya kesadaran dalam menerapkan keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) di perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Menurut

data Depnakertrans RI tahun 2006, jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia

pada tahun 2003 sebanyak 105.846 kasus, tahun 2004 sebanyak 95.418 kasus,

tahun 2005 sebanyak 96.081, dan tahun 2006 sebanyak 70.069 kasus. Jumlah

tersebut menurun sebesar 37,12 persen dalam kurun waktu 4 tahun terakhir ini

(BIKKB Riau, 2007:1), sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 83.714 kasus dan

tahun 2008 turun sebesar 55,82% dari tahun 2007 menjadi 36.986 kasus

(Himakesja, 2009:1).

Salah satu perusahaan yang perlu mendapat perhatian terhadap kecelakaan

kerja adalah PT. Jamu Air Mancur. Perusahaan ini merupakan perusahaan global

bergerak di bidang manufacturing, khususnya dalam industri jamu. Di perusahaan

ini terdapat tiga unit produksi yaitu unit jamu, kosmetik dan ekstrak. Masing-

masing bagian mempunyai potensi terhadap bahaya untuk terjadinya kecelakaan

kerja. Secara teknis proses produksi dimulai dari pemilihan bahan baku, giling,

ayak, bahan setengah jadi (halusan), mesin filling (pembungkus), packaging dan

pengepakan.

Meskipun kasus kecelakaan kerja di Indonesia mengalami penurunan

jumlah yang cukup baik, namun di perusahaan ini terdapat kenaikan jumlah

kecelakaan kerja. Data laporan kecelakaan kerja yang tersedia dapat diketahui

bahwa jumlah kasus kecelakaan kerja dari tahun 2003 sampai 2006 secara

berturut-turut sebanyak 2003 sebanyak 4 kasus , 2004 sebanyak 9 kasus, 2005


5

sebanyak 3 kasus, 2006 sebanyak 7 kasus, tetapi pada tahun 2007 terdapat

kenaikan jumlah kasus yakni sebesar 11 kasus kecelakaan kerja.

Untuk menanggulangi terjadinya kecelakaan kerja yang berakibat


terganggunya proses produksi sehingga menyebabkan kerugian perusahaan, maka
perlu diketahui faktor resiko penyebab kecelakaan tersebut sehingga dapat
dilakukan upaya pencegahan. Bertolak dari latar belakang tersebut, peneliti akan
mendeskripsikan faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja yang terjadi selama
Tahun 2007.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor apa yang menyebabkan

kecelakaan kerja PT. Jamu Air Mancur?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk menganalis faktor resiko

penyebab kecelakaan di PT. Jamu Air Mancur Tahun 2007.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui gambaran faktor manusia, faktor lingkungan, faktor

alat dan bahan yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja serta untuk mengetahui

cara mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja di PT. Jamu Air Mancur Tahun

2007.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Diharapkan dengan penelitian ini, dapat diambil manfaat untuk kemajuan

bersama, antara lain sebagai berikut.

1.4.1 Bagi Perusahaan


6

Dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan membuat

kebijakan serta perencanaan K3, memberikan informasi penyebab kecelakaan

kerja sehingga memungkinkan diupayakan usaha pencegahan dan pengendalian

dalam mengurangi kecelakaan kerja di PT. Jamu Air Mancur.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat menambah khasanah kepustakaan khususnya

dalam hal kecelakaan kerja, penyebab dari kecelakaan tersebut.

1.4.3 Bagi Penulis

Meningkatkan dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang keselamatan

dan kesehatan kerja, khususnya tentang kecelakaan kerja serta faktor-faktor yang

menjadi penyebab kecelakaan kerja.

1.5 Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini merupakan matriks yang memuat tentang judul

penelitian, nama peneliti, tahun dan tempat penelitian, rancangan penelitian,

variabel yang diteliti dan hasil penelitian (Tabel 1).

Tabel 1

Matriks Keaslian Penelitian


Judul /
Tahun
Peneliti / Desain Variabel
No Peneli Hasil Penelitian
Lokasi Penelitian Penelitian
tian
Penelitian
1. Analisa 2005 Merupakan Unsafe Dari hasil analisa,
Resiko dan penelitian condition potensi bahaya yang
Potensi deskriptif terbesar di bagian
Bahaya dengan Kecelakaan operasional, berada
Lingkungan metode pada tingkat mayor
Kerja di survey Identifikasi sebanyak 16 aktivitas.
Dunia dengan bahaya
Fantasi, pendekatan Potensi bahaya yang
7

Jakarta/ Lina secara Analisa terbesar untuk aktivitas


Saptyani/ cross resiko bagian teknik dan sipil
Dunia sectional berada pada tingkat
Fantasi mayor sebanyak 13
Ancol aktivitas.

Dan untuk aktivitas


bagian administrasi,
memiliki potensi
bahaya terbanyak pada
tingkat mayor sebanyak
4 aktivitas
2. Analisis 2005 Cross Variabel 1. Tidak ada hubungan
faktor yang sectional bebas: yang signifikan
berhubungan 1. Umur antara umur dengan
dengan 2. Masa kecelakaan kerja
terjadinya kerja dengan : 0,05 dan
kecelakaan 3. Penggun nilai p:0,248
kerja pada aan APD 2. Ada hubungan yang
devisi Paper 4. Pendidik signifikan antara
Mill 6 an masa kerja dengan
PT. Pura 5. Pelatihan kecelakaan kerja
Barutama K3 dengan : 0,05 dan
Kudus 6. Kebising nilai p:0,013)
Tahun 2005/ an 3. Ada hubungan yang
Unik Anita 7. Iklim signifikan antara
Inti/ kerja penggunaan APD
Devisi 8. Penerang dengan kecelakaan
Paper Mill 6 an kerja dimana dengan
PT. Pura 9. Kondisi :0,05 dan nilai
Barutama mesin p:0,046 dan
Kudus 10. Ketersed OR:0,267
iaan alat 4. Tidak ada hubungan
pengama yang signifikan
n mesin antara pendidikan
dengan kecelakaan
Variabel kerja dengan :0,05
terikat: dan nilai p:0,156
Kecelakaan 5. Tidak ada hubungan
kerja yang signifikan
antara pelatihan
keselamatan dan
kesehatan kerja
8

dengan kecelakaan
kerja dengan :0,05
dan nilai p:0,354
6. Tidak ada hubungan
yang signifikan
antara kebisingan
dengan kecelakaan
kerja dengan :0,05
dan nilai p:0,816

7. Tidak ada hubungan


yang signifikan
antara iklim kerja
dengan kecelakaan
kerja dengan :0,05
dan nilai p:0,061
8. Tidak ada hubungan
yang signifikan
antara penerangan
dengan kecelakaan
kerja dengan :0,05
dan nilai p:0,096
9. Tidak ada hubungan
yang signifikan
antara kondisi mesin
dengan kecelakaan
kerja dengan :0,05
dan nilai p:0,431
10. Tidak ada hubungan
yang signifikan
antara ketersediaan
alat pengaman
mesin dengan
kecelakaan kerja
dengan :0,05 dan
nilai p:0,073

Dari penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, terdapat perbedaan

dengan penelitian yang dilakukan, perbedaan tersebut yaitu tahun dan tempat
9

penelitian (2007/ PT. Jamu Air Mancur Palur, Karanganyar), rancangan penelitian

(metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus), variabel penelitian

terdapat generalisasi dari variabel penelitian peneliti-peneliti sebelumnya

diantaranya jenis kelamin, perilaku, pelatihan K3, peraturan K3, keadaan lantai

(Tabel 2).

Tabel 2

Perbedaan Hasil Penelitian


Lina Saptyani Unik Anita Inti Eka Swaputri
(1) (2) (3) (4)
Judul Analisa Resiko Dan Analisis faktor Analisis Penyebab
Penelitian Potensi Bahaya yang berhubungan Kecelakaan Kerja
Lingkungan Kerja di dengan terjadinya (Studi Kasus di
Dunia Fantasi Ancol kecelakaan kerja PT. Jamu Air
pada devisi Paper Mancur)
Mill 6
PT. Pura Barutama
Kudus
Tahun/Tempat 2005/ Lingkungan 2005/ Devisi 2007/ PT. Jamu
Penelitian Kerja di Dunia Paper Mill 6 PT. Air Mancur Palur,
Fantasi Ancol, Jakarta Pura Barutama Karanganyar
Kudus
Rancangan Deskriptif dengan Cross sectional Metode deskriptif
Penelitian metode survey dengan kualitatif dengan
pendekatan secara pendekatan studi
Cross Sectional kasus
Variabel 1. Unsafe condition Variabel bebas: Faktor Manusia
Penelitian 2. Kecelakaan 1. Umur 1. Usia
3. Identifikasi bahaya 2. Masa kerja 2. Jenis Kelamin
4. Analisa resiko 3. Penggunaan 3. Masa Kerja
APD 4. Penggunaan
4. Pendidikan APD
5. Tingkat
5. Pelatihan K3
Pendidikan
6. Kebisingan
6. Perilaku
7. Iklim kerja 7. Pelatihan K3
8. Penerangan 8. Peraturan K3
9. Kondisi mesin Lingkungan
10. Ketersediaan Kerja
alat pengaman 9. Kebisingan
10

mesin 10. Suhu


11. Penerangan
Variabel terikat: 12. Lantai Licin
Kecelakaan kerja Faktor Peralatan
13. Kondisi mesin
14. Ketersediaan
alat pengaman
mesin
15. Letak Mesin

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Responden penelitian adalah seluruh pekerja PT. Jamu Air Mancur Tahun

2007

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Pelaksanaan penelitian pada bulan Juli-September 2008

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

Penelitian meliputi materi keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya

kecelakaan kerja serta faktor penyebabnya.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan teori

2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari- hari

sering disebut dengan safety saja, oleh American Society of Safety Engineers

(ASSE) diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua

jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja (AM.

Sugeng Budiono, 2003:171).

Sumber lain mengatakan bahwa, keselamatan kerja adalah keselamatan

yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses

pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara

melakukan pekerjaan (Sumamur PK., 1989:1).

Keselamatan kerja merupakan tanggung jawab keseluruhan organisasi.

Lini dan staf sama-sama bertanggung jawab, dan antar keduanya perlu adanya

koordinasi serta pembagian tugas dan tanggung jawab (Depnaker RI, 1996:46).

Kinerja perusahaan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sifatnya relatif,

karena tidak pernah ada keselamatan dan kesehatan kerja yang mencapai

sempurna. Dengan demikian selalu dapat diupayakan perbaikan (Syukri Sahab,

2001:93).

Kesehatan kerja ialah ilmu yang mempelajari hubungan antara pekerjaan

dan kesehatan. Hubungan itu dapat terjadi dua arah. Arah pertama adalah

bagaimana pekerjaan mempengaruhi kesehatan, sedangkan arah kedua adalah

11
12

bagaimana kesehatan mempengaruhi pekerjaan. Dalam hal tersebut pertama

dipelajari masalah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan penyakit yang

berhubungan dengan pekerjaan. Dalam hal kedua dipelajari bagaimana pekerjaan

yang sakit agar tetap dapat menjalankan pekerjaannya secara produktif (Tan

Malaka, 1996:26).

Kesehatan kerja meliputi segala upaya untuk mencegah penyakit akibat

kerja dan penyakit lainnya pada tenaga kerja. Tujuannya ialah agar tenaga kerja

ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan kondisi

mentalnya sehingga setiap tenaga kerja berada dalam keadaan sehat dan sejahtera

pada saat ia mulai bekerja sampai selesai masa baktinya (Syukri Sahab, 2001:67).

2.1.2 Tujuan, Saran dan Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Program keselamatan dan kesehatan kerja ditujukan untuk mencapai

sasaran jangka pendek dan jangka panjang. Dalam keadaan tertentu manajer

keselamatan dan kesehatan kerja dapat menyusun program cepat (Crash Program)

untuk mencapai sasaran yang mendesak (Depnaker RI, 1996:46.)

Occupational Safety and Health Administration, suatu badan yang

berwenang mengawasi keselamatan dan kesehatan kerja di Amerika Serikat,

menyarankan 4 program keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut: (1)

Kemauan (commitment) manajemen dan keterlibatan pekerja, (2) Analisis resiko

tempat kerja, (3) Pencegahan dan pengendalian bahaya, (4) Pelatihan pekerja,

penyelia, dan manajer (Depnaker RI, 1996:47).

Sasaran manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ialah mengurangi

dan menghilangkan faktor-faktor yang berperan dalam kejadian kecelakaan dan

penyakit akibat kerja di tempat kerja sehingga terwujud suatu tempat kerja yang
13

aman dan sehat yang dapat mendukung proses berproduksi yang efisien dan

produktif (Syukri Sahab, 2001:175).

Sedangkan dalam UU No.1 Tahun 1970 Pasal 3 ayat 1 tentang

Keselamatan Kerja, disebutkan bahwa tujuan pemerintah membuat aturan

keselamatan dan kesehatan kerja adalalah sebagai berikut:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan,

2. Memberi pertolongan pada kecelakaan,

3. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja,

4. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau

radiasi, suara dan getaran,

5. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai,

6. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik,

7. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup,

8. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban,

9. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan

proses kerjanya,

10. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan,

11. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya,

12. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerja yang bahaya

kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.


14

2.1.3 Kecelakaan Kerja

Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tak

terduga. Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja dapat diramalkan atau diduga dari

semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan (Bennet N. B.

Silalahi, 1995:40). Kecelakaan sebelumnya dianggap sebagai kehendak Tuhan,

karena itu orang tertimpa kecelakaan menerimanya sebagai nasib atau takdir.

Heinrich adalah orang yang pertama mengamati kecelakaan. Ia menyimpulkan

bahwa kecelakaan mempunyai urut-urutan tertentu (Syukri Sahab, 1997:7).

Dalam Permenaker No.03/MEN/1998 tentang tata cara pelaporan dan

pemeriksaan kecelakaan, disebutkan bahwa kecelakaan adalah suatu kejadian

yang tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta

benda (Himpunan Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2004:88).

Sedangkan menurut M. Sulaksomo (1997) dalam Gempur Santoso (2004:7)

kecelakaan adalah kejadian tak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan

proses suatu aktivitas yang telah diatur. Adapun definisi lain dari kecelakaan

adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena

di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam

bentuk perencanaan (Sumamur PK., 1989:5).

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan

kerja pada perusahaan. Hubungan kerja dapat berarti bahwa kecelakaan itu terjadi

karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Kadang-kadang

kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya, sehingga meliputi juga


15

kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau

transpor ke dan dari tempat kerja (Sumamur PK., 1989:5).

Sedangkan pengertian kecelakaan kerja yang tercantum dalam petunjuk

teknis penyelesaian jaminan kecelakaan kerja PT. Jamsostek (Persero)

(Jamsostek, 2005:1) adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan

kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula

kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat

kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat

kerja, karena untuk sampai pada kecelakaan akibat kerja harus melalui prosedur

investigasi (Depkes RI, 2007:2).

2.1.4 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) tahun 1952,

kecelakaan kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut (ILO, 1980:43):

2.1.4.1 Klasifikasi menurut Jenis Kecelakaan

Menurut jenisnya, kecelakaan dapat dikategorikan sebagai berikut: (1)

Terjatuh, (2) Tertimpa benda jatuh, (3) Tertumbuk atau terkena benda, terkecuali

benda jatuh, (4) Terjepit oleh benda, (5) Gerakan yang melebihi kemampuan, (6)

Pengaruh suhu tinggi, (7) Terkena arus listrik, (8) Kontak dengan bahan

berbahaya atau radiasi, (9) Jenis lain termasuk kecelakaan yang datanya tidak

cukup atau kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut

2.1.4.2 Klasifikasi menurut Penyebab

2.1.4.2.1 Mesin
16

Mesin yang dapat menjadi penyebab kecelakaan, diantaranya: (1)

Pembangkit tenaga terkecuali motor listrik, (2) Mesin penyalur (transmisi), (3)

Mesin-mesin untuk mengerjakan logam, (4) Mesin pengolah kayu, (5) Mesin

pertanian, (6) Mesin pertambangan, (7) Mesin lain yang tak terkelompokkan.

2.1.4.2.2 Alat angkutan dan peralatan terkelompokkan

Klasifikasi ini terdiri dari: (1) Mesin pengangkat dan peralatannya, (2)

Alat angkutan yang menggunakan rel, (3) Alat angkutan lain yang beroda, (4)

Alat angkutan udara, (5) Alat angkutan air, (6) Alat angkutan lain.

2.1.4.2.3 Peralatan lain

Penyebab kecelakaan kerja oleh peralatan lain diklasifikasikan menjadi:

(1) Alat bertekanan tinggi, (2) Tanur, tungku dan kilang, (3) Alat pendingin, (4)

Instalasi listrik, termasuk motor listrik tetapi dikecualikan alat listrik (tangan), (5)

Perkakas tangan bertenaga listrik, (6) Perkakas, instrumen dan peralatan, diluar

peralatan tangan bertenaga listrik, (7) Tangga, tangga berjalan, (8) Perancah

(Scaffolding), (9) Peralatan lain yang tidak terklasifikasikan.

2.1.4.2.4 Material, Bahan-bahan dan radiasi

Material, Bahan-bahan dan radiasi yang dapat menjadi penyebab

kecelakaan diklasifikasikan menjadi: (1) Bahan peledak, (2) Debu, gas, cairan,

dan zat kimia, diluar peledak , (3) Kepingan terbang, (4) Radiasi, (5) Material dan

bahan lainnya yang tak terkelompokkan.

2.1.4.2.5 Lingkungan kerja

Faktor dari Lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan

diantaranya berupa: (1) Di luar bangunan, (2) Di dalam bangunan, (3) Di bawah

tanah.

2.1.4.2.6 Perantara lain yang tidak terkelompakkan


17

Penyebab kecelakaan berdasarkan perantara lain yang tidak

terkelompokkan terbagi atas: (1) Hewan, (2) Penyebab lain.

2.1.4.2.7 Perantara yang tidak terklasifikan karena kurangnya data.

Kurangnya data penunjang dari penyebab kecelakaan, dapat

diklasifikasikan tersendiri dalam satu kelompok.

2.1.4.3 Klasifikasi menurut Sifat Luka

Menurut sifat luka atau kelainan, kecelakaan dapat dikelompokkan

menjadi: (1) Patah tulang, (2) Dislokasi atau keseleo, (3) Regang otot atau urat,

(4) Memar dan luka yang lain, (5) Amputasi, (6) Luka lain-lain, (7) Luka di

permukaan, (8) Gegar dan remuk, (9) Luka bakar, (10) Keracunan-keracunan

mendadak, (11) Akibat cuaca dan lain-lain, (12) Mati lemas, (13) Pengaruh arus

listrik, (14) Pengaruh radiasi, (15) Luka yang banyak dan berlainan sifatnya.

2.1.4.4 Klasifikasi menurut Letak Kelainan

Berdasarkan letak kelainannya, jenis kecelakaan dapat dikelompokkan

pada: (1) Kepala, (2) Leher, (3) Badan, (4) Anggota atas, (5) Anggota bawah, (6)

Banyak tempat, (7) Kelainan umum, (8) Letak lain yang tidak dapat dimasukkan

klasifikasi tersebut.

Sedangkan menurut Bennet NB. Silalahi (1995:156) dalam analisa

sejumlah kecelakaan, kecelakaan-kecelakaan tersebut dapat dikelompokkan

kedalam pembagian kelompok yang jenis dan macam kelompoknya ditentukan

sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya kelompok:

2.1.4.5 Tingkat Keparahan Kecelakaan

Dalam Mijin Politie Reglement Sb 1930 No. 341 kecelakaan dibagi

menjadi 3 tingkat keparahan, yakni mati, berat dan ringan. Dalam PP 11/1979

keparahan dibagi dalam 4 tingkat yakni mati, berat, sedang dan ringan.
18

2.1.4.6 Daerah Kerja atau Lokasi

Dalam pertambangan minyak dan gas bumi, ditentukan kelompok

daerah kerja: seismik, pemboran, produksi, pengolahan, pengangkutan, dan

pemasaran.

2.1.5 Penyebab Kecelakaan Kerja


Suatu industri sangat tidak menginginkan terjadinya kecelakaan, karena

dapat menimbulkan kerugian bagi industri tersebut. Kecelakaan dapat disebabkan

oleh pekerja atau keadaan lingkungan kerja pada suatu perusahaan yang tidak

tertata atau teratur. Penyebab atau potensi bahaya yang menimbulkan celaka

sering kali tidak dihiraukan karena belum merupakan hal yang merugikan

perusahaan, sampai terjadi kecelakaan barulah perusahaan mulai

menghiraukannya. Pekerja juga sering melakukan tindakan bahaya tanpa disadari,

walaupun sudah mengetahui tindakan tersebut berbahaya tetap saja pekerja

tersebut melakukannya. Dari data statistik kecelakaan didapatkan bahwa 85%

sebab kecelakaan adalah karena faktor manusia. (Sumamur PK., 1989:3).

Setiap kecelakaan mempunyai penyebab banyak. Semua penyebab kalau

dicari penyebabnya sampai penyebab dasar akan menuju pada disfungsi

manajemen. Faktor penyebab kecelakaan yang langsung berkaitan dengan

kecelakaan disebut sebagai penyebab langsung. Penyebab langsung disebabkan

oleh faktor lain yang disebut penyebab tidak langsung (Syukri Sahab, 2001:176).
19

2.1.6 Teori Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan biasanya timbul sebagai hasil gabungan dari beberapa faktor.

Tiga yang paling utama adalah faktor peralatan teknis, lingkungan kerja dan

pekerja itu sendiri (ILO, 1989: 15).

Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh banyak faktor dan sering

diakibatkan oleh berbagai penyebab (AM. Sugeng Budiono, 2003:237). Teori

tentang terjadinya kecelakaan banyak dikemukakan, antara lain: (1) Teori

Kebetulan Murni (Pure Chance Theory). Merupakan teori yang menyatakan

bahwa kecelakaan terjadi atas Kehendak Tuhan sehingga tidak ada pola yang

jelas dalam rangkaian peristiwa. Karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan,

(2) Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident Prone Theory). Pada pekerja

tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan karena sifat-sifat pribadinya yang

cenderung mengalami kecelakaan, (3) Teori Tiga Faktor Utama (Three Main

Factor Theory) yang menyebutkan bahwa suatu penyebab kecelakaan adalah

peralatan, lingkungan, dan faktor manusia pekerja itu sendiri, (4) Teori Dua faktor

(Two Factor Theory). Dimana kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya

(Unsafe Condition) dan tindakan atau perbuatan yang berbahaya (Unsafe Act), (5)

Teori faktor Manusia (Human Factor Theory). Menekankan bahwa akhirnya

semua kecelakaan kerja langsung atau tidak langsung disebabkan karena

kesalahan manusia (AM. Sugeng Budiono, 1992:224).

Oleh HW. Heinrich dikembangkan teori tentang terjadinya kecelakaan

kerja, yang sebenarnya merupakan rangkaian yang berkaitan satu dengan lainnya.

Mekanisme terjadinya kecelakaan kerja dinamakan dengan Domino Sequence


20

berupa (1) Ancesetry and Social Environment. Yakni pada orang yang keras

kepala atau mempunyai sifat tidak baik lainnya yang diperoleh karena faktor

keturunan, pengaruh lingkungan dan pendidikan, mengakibatkan seseorang

bekerja kurang hati-hati, dan banyak berbuat kesalahan, (2) Fault of Person.

Merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan tersebut diatas, yang

menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan, (3) Unsafe Act

and or Mechanical or Physical Hazards yang menerangkan bahwa tindakan

berbahaya disertai bahaya mekanik dan fisik lain, memudahkan terjadinya

rangkaian berikutnya, (4) Accident. Merupakan peristiwa kecelakaan yang

menimpa pekerja dan umummya disertai oleh berbagai kerugian, (5) Injury.

Bahwa Kecelakaan mengakibatkan cedera atau luka ringan atau berat, kecacatan,

dan bahkan kematian (AM. Sugeng Budiono, 1992:224).

Menurut Frank E. Bird dan Petterson dalam AM. Sugeng Budiono,

(2003:236), pada awal 1970 mengemukakan bahwa penyebab utama kecelakaan

adalah ketimpangan pada sistem manajemen, sedangkan tindakan maupun

keadaan yang tidak aman (unsafe) hanya mempengaruhi saja.

Berdasarkan pendekatan epidemiologi, terbentuknya kecelakaan

disebabkan oleh 3 faktor, yaitu : (1) Host, yaitu tenaga kerja yang melakukan

pekerjaan. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan host yaitu tenaga kerja yang

mempunyai resiko terpapar oleh berbagai potensi bahaya yang ada, (2) Agent,

yaitu pekerjaan yang meliputi jenis pekerjaan, beban kerja, dan jam kerja yang

potensi penyebab terjadinya kecelakaan kerja, (3) Environment, yaitu lingkungan

yang terdapat di tempat kerja yang meliputi lingkungan fisik, kimia dan biologi
21

yang dapat memaparkan bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja terjadi

(AM. Sugeng Budiono, 2003:237).

2.1.7 Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factor Theory)

Dari beberapa teori tentang faktor penyebab kecelakaan yang ada, salah

satunya yang sering digunakan adalah teori tiga faktor utama (Three Main Factor

Theory). Menurut teori ini disebutkan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan

terjadinya kecelakaan kerja. Ketiga faktor tersebut dapat diuraikan menjadi :

2.1.7.1 Faktor manusia

2.1.7.1.1 Umur

Umur harus mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi

fisik, mental, kemampuan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Umur pekerja

juga diatur oleh Undang-Undang Perburuhan yaitu Undang-Undang tanggal 6

Januari 1951 No.1 Pasal 1 (Malayu S. P. Hasibuan, 2003:48). Karyawan muda

umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis, dan kreatif, tetapi cepat

bosan, kurang bertanggung jawab, cenderung absensi, dan turnover-nya rendah

(Malayu S. P. Hasibuan, 2003:54).

Umum mengetahui bahwa beberapa kapasitas fisik, seperti penglihatan,

pendengaran dan kecepatan reaksi, menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih.

Sebaliknya mereka lebih berhati-hati, lebih dapat dipercaya dan lebih menyadari

akan bahaya dari pada tenaga kerja usia muda. Efek menjadi tua terhadap

terjadinya kecelakaan masih terus ditelaah. Namun begitu terdapat kecenderungan

bahwa beberapa jenis kecelakaan seperti terjatuh lebih sering terjadi pada tenaga

kerja usia 30 tahun atau lebih dari pada tenaga kerja berusia sedang atau muda.
22

Juga angka beratnya kecelakaan rata-rata lebih meningkat mengikuti pertambahan

usia ( Sumamur PK., 1989:305 ).

2.1.7.1.2 Jenis Kelamin

Jenis pekerjaan antara pria dan wanita sangatlah berbeda. Pembagian

kerja secara sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan terjadinya

paparan yang diterima orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda pula. Kasus

wanita lebih banyak daripada pria (Juli Soemirat, 2000:57). Secara anatomis,

fisiologis, dan psikologis tubuh wanita dan pria memiliki perbedaan sehingga

dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian dalam beban dan kebijakan kerja,

diantaranya yaitu hamil dan haid. Dua peristiwa alami wanita itu memerlukan

penyesuaian kebijakan yang khusus.

2.1.7.1.3 Masa kerja

Masa kerja adalah sesuatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja

bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif

maupun negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin

lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan

tugasnya. Sebaliknya, akan memberi pengaruh negatif apabila dengan semakin

lamanya masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja. Hal ini biasanya

terkait dengan pekerjaan yang bersifat monoton atau berulang-ulang.

Masa kerja dikategorikan menjadi tiga yaitu:

1. Masa Kerja baru : < 6 tahun

2. Masa Kerja sedang : 6 10 tahun

3. Masa Kerja lama : < 10 tahun (MA. Tulus, 1992:121).

2.1.7.1.4 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


23

Penggunaan alat pelindung diri yaitu penggunaan seperangkat alat yang

digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari

adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. APD tidak secara sempurna dapat

melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang

mungkin terjadi (AM. Sugeng Budiono, 2003:329). Penggunaan alat pelindung

diri dapat mencegah kecelakaan kerja sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap

dan praktek pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri.

2.1.7.1.5 Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan,

sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia

hidup, proses sosial yakni orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang

terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat

memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan

individu yang optimal (Achmad Munib, dkk., 2004:33). Pendidikan adalah segala

upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,

kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh

pelaku pendidikan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:16). Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, maka mereka cenderung untuk menghindari potensi bahaya

yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.

2.1.7.1.6 Perilaku

Variabel perilaku adalah salah satu di antara faktor individual yang

mempengaruhi tingkat kecelakaan. Sikap terhadap kondisi kerja, kecelakaan dan

praktik kerja yang aman bisa menjadi hal yang penting karena ternyata lebih
24

banyak persoalan yang disebabkan oleh pekerja yang ceroboh dibandingkan

dengan mesin-mesin atau karena ketidakpedulian karyawan. Pada satu waktu,

pekerja yang tidak puas dengan pekerjaannya dianggap memiliki tingkat

kecelakaan kerja yang lebih tinggi. Namun demikian, asumsi ini telah

dipertanyakan selama beberapa tahun terakhir. Meskipun kepribadian, sikap

karyawan, dan karakteristik individual karyawan tampaknya berpengaruh pada

kecelakaan kerja, namun hubungan sebab akibat masih sulit dipastikan (Robert L.

Mathis, 2002:226).

2.1.7.1.7 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar

untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan

yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan metode yang lebih

mengutamakan praktek daripada teori, dalam hal ini yang dimaksud adalah

pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003:200).

Timbulnya kecelakaan bekerja biasanya sebagai akibat atas kelalaian

tenaga kerja atau perusahaan. Adapun kerusakan-kerusakan yang timbul, misalnya

kerusakan mesin atau kerusakan produk, sering tidak diharapkan perusahaan

maupun tenaga kerja. Namun tidak mudah menghindari kemungkinan timbulnya

risiko kecelakaan dan kerusakan. Apabila sering timbul hal tersebut, tindakan

yang paling tepat dan harus dilakukakan manajemen tenaga kerja adalah

melakukan pelatihan. Penyelenggaraan pelatihan dimaksudkan agar pemeliharaan

terhadap alat-alat kerja dapat ditingkatkan. Salah satu tujuan yang ingin dicapai

adalah mengurangi timbulnya kecelakaan kerja, kerusakan, dan peningkatan

pemeliharaan terhadap alat-alat kerja (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003:213 ).


25

2.1.7.1.8 Peraturan K3

Menurut Sumamur PK (1996) dalam Gempur Santoso (2004:8)

menyebutkan bahwa peraturan perundangan adalah ketentuan-ketentuan yang

mewajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,

perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan

industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan

perawatan medis. Ada tidaknya peraturan K3 sangat berpengaruh dengan kejadian

kecelakaan kerja. Untuk itu, sebaiknya peraturan dibuat dan dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan

2.1.7.2 Faktor lingkungan

2.1.7.3.1 Kebisingan

Bising adalah suara/bunyi yang tidak diinginkan (AM. Sugeng Budiono,

2003:32). Kebisingan pada tenaga kerja dapat mengurangi kenyamanan dalam

bekerja, mengganggu komunikasi/percakapan antar pekerja, mengurangi

konsentrasi, menurunkan daya dengar dan tuli akibat kebisingan. Sesuai dengan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, Intensitas kebisingan yang

dianjurkan adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja (Tabel 3).


26

Tabel 3

Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja


Waktu Pemajanan per Hari Intensitas Kebisingan dalam dBA
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,12 Detik 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
Tidak Boleh 140
Sumber: Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-51/MEN/1999

2.1.7.3.2 Suhu Udara

Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja

manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24C-

27C. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku dan kurangnya

koordinasi otot. Suhu panas terutama berakibat menurunkan prestasi kerja pekerja,
27

mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan

keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf

perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang (Sumamur PK.,

1996:88).

Sedangkan menurut Grandjean (1986) dalam Eko Nurmianto

(2003:278) kondisi panas sekeliling yang berlebih akan mengakibatkan rasa letih

dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan

kerja. Hal ini akan menurunkan daya kreasi tubuh manusia untuk menghasilkan

panas dengan jumlah yang sangat sedikit.

2.1.7.3.3 Penerangan

Penerangan ditempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang

menerangi benda-benda di tempat kerja. Banyak obyek kerja beserta benda atau

alat dan kondisi di sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting

untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi (AM. Sugeng Budiono,

2003:31).

Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang

dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya tidak perlu (Sumamur PK.,

1996:93). Penerangan adalah penting sebagai suatu faktor keselamatan dalam

lingkungan fisik pekerja. Beberapa penyelidikan mengenai hubungan antara

produksi dan penerangan telah memperlihatkan bahwa penerangan yang cukup

dan diatur sesuai dengan jenis pekerjaan yang harus dilakukan secara tidak

langsung dapat mengurangi banyaknya kecelakaan.

Faktor penerangan yang berperan pada kecelakaan antara lain kilauan

cahaya langsung pantulan benda mengkilap dan bayang-bayang gelap (ILO,


28

1989:101). Selain itu pencahayaan yang kurang memadai atau menyilaukan akan

melelahkan mata. Kelelahan mata akan menimbulkan rasa kantuk dan hal ini

berbahaya bila karyawan mengoperasikan mesin-mesin berbahaya sehingga dapat

menyebabkan kecelakaan (Depnaker RI, 1996:45).

2.1.7.3.4 Lantai licin

Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras, tahan air

dan bahan kimia yang merusak (Bennet NB. Silalahi, 1995:228). Karena lantai

licin akibat tumpahan air, minyak atau oli berpotensi besar terhadap terjadinya

kecelakaan, seperti terpeleset.

2.1.7.3 Faktor Peralatan

2.1.7.3.1 Kondisi mesin

Dengan mesin dan alat mekanik, produksi dan produktivitas dapat

ditingkatkan. Selain itu, beban kerja faktor manusia dikurangi dan pekerjaan dapat

lebih berarti (Sumamur PK., 1989:203). Apabila keadaan mesin rusak, dan tidak

segera diantisipasi dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.

2.1.7.3.2 Ketersediaan alat pengaman mesin

Mesin dan alat mekanik terutama diamankan dengan pemasangan pagar

dan perlengkapan pengamanan mesin ata disebut pengaman mesin. Dapat

ditekannya angka kecelakaan kerja oleh mesin adalah akibat dari secara

meluasnya dipergunakan pengaman tersebut. Penerapan tersebut adalah

pencerminan kewajiban perundang-undangan, pengertian dari pihak yang

bersangkutan, dan sebagainya (Sumamur PK., 1989:203).


29

2.1.7.3.3 Letak mesin

Terdapat hubungan yang timbal balik antara manusia dan mesin. Fungsi

manusia dalam hubungan manusia mesin dalam rangkaian produksi adalah

sebagai pengendali jalannya mesin tersebut.

Mesin dan alat diatur sehingga cukup aman dan efisien untuk

melakukan pekerjaan dan mudah (AM. Sugeng Budiono, 2003:65). Termasuk

juga dalam tata letak dalam menempatkan posisi mesin. Semakin jauh letak mesin

dengan pekerja, maka potensi bahaya yang menyebabkan kecelakaan akan lebih

kecil. Sehingga dapat mengurangi jumlah kecelakaan yang mungkin terjadi.

2.1.8 Akibat Kecelakaan Kerja

Menurut Sumamur PK. (1989:5) kecelakaan dapat menimbulkan 5 jenis

kerugian, yaitu: Kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan,

kelalaian dan cacat, dan kematian.

Heinrich (1959) dalam ILO (1989:11) menyusun daftar kerugian

terselubung akibat kecelakaan sebagai berikut: (1) Kerugian akibat hilangnya

waktu karyawan yang luka, (2) Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan lain

yang terhenti bekerja karena rasa ingin tahu, rasa simpati, membantu menolong

karyawan yang terluka, (3) Kerugian akibat hilangnya waktu bagi para mandor,

penyelia atau para pimpinan lainnya karena membantu karyawan yang terluka,

menyelidiki penyebab kecelakaan, mengatur agar proses produksi ditempat

karyawan yang terluka tetap dapat dilanjutkan oleh karyawan lainnya dengan

memilih dan melatih ataupun menerima karyawan baru, (4) Kerugian akibat

penggunaan waktu dari petugas pemberi pertolongan pertama dan staf departemen

rumah sakit, (5) Kerugian akibat rusaknya mesin, perkakas, atau peralatan lainnya
30

atau oleh karena tercemarnya bahan-bahan baku, (6) Kerugian insidental akibat

terganggunya produksi, kegagalan memenuhi pesanan pada waktunya, kehilangan

bonus, pembayaran denda ataupun akibat-akibat lain yang serupa, (7) Kerugian

akibat pelaksanaan sistem kesejahteraan dan maslahat bagi karyawan, (8)

Kerugian akibat keharusan untuk meneruskan pembayaran upah penuh bagi

karyawan yang dulu terluka setelah mereka kembali bekerja, walaupun mereka

(mungkin belum penuh sepenuhnya) hanya menghasilkan separuh dari

kemampuan normal (9) Kerugian akibat hilangnya kesempatan memperoleh laba

dari produktivitas karyawan yang luka dan akibat dari mesin yang menganggur,

(10) Kerugian yang timbul akibat ketegangan ataupun menurunnya moral kerja

karena kecelakaan tersebut, (11) Kerugian biaya umum (overhead) per-karyawan

yang luka.

2.1.9 Pencegahan Kecelakaan

Suatu pencegahan kecelakaan yang efektif memerlukan pelaksanaan

pekerjaan dengan baik oleh setiap orang ditempat kerja. Semua pekerja harus

mengetahui bahaya dari bahan dan peralatan yang mereka tangani, semua bahaya

dari operasi perusahaan serta cara pengendaliannya. Untuk itu diperlukan

pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai keselamatan dan

kesehatan kerja atau dijadikan satu paket dengan pelatihan lain (Depnaker RI,

1996:48).

Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang sebab

kecelakaan. Sebab disuatu perusahaan diketahui dengan mengadakan analisa

kecelakaan. Pencegahan ditujukan kepada lingkungan, mesin, alat kerja, perkakas

kerja, dan manusia (Sumamur PK., 1996:215).


31

Menurut Bennett NB. Silalahi (1995:107) ditinjau dari sudut dua sub

sistem perusahaan teknostruktural dan sosio proseksual, teknik pencegahan

kecelakaan harus didekati dari dua aspek, yakni aspek perangkat keras (peralatan,

perlengkapan, mesin, letak dan sebagainya) dan perangkat lunak (manusia dan

segala unsur yang berkaitan).

Menurut Julian B. Olishifski (1985) dalam Gempur Santoso (2004:8)

bahwa aktivitas pencegahan kecelakaan dalam keselamatan kerja professional

dapat dilakukan dengan memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan,

memberikan alat pengaman, memberikan pendidikan (training), dan Memberikan

alat pelindung diri.

Menurut ILO dalam ILO (1989:20) berbagai cara yang umum digunakan

untuk meningkatkan keselamatan kerja bidang industri dewasa ini diklasifikasikan

sebagai berikut:

2.1.9.1 Peraturan

Peraturan merupakan ketentuan yang harus dipatuhi mengenai hal-hal

yang seperti kondisi kerja umum, perancangan, kontruksi, pemeliharaan,

pengawasan, pengujian dan pengoperasian peralatan industri, kewajiban para

pengusaha dan pekerja, pelatihan, pengawasan kesehatan, pertolongan pertama,

dan pemeriksaan kesehatan.

2.1.9.2 Standarisasi

Yaitu menetapkan standar resmi, setengah resmi, ataupun tidak resmi,

misalnya mengenai konstruksi yang aman dari jenis peralatan industri tertentu,

kebiasaan yang aman dan sehat, ataupun tentang alat pengaman perorangan.

2.1.9.3 Pengawasan

Untuk meningkatkan keselamatan kerja perlu dilakukan pengawasan yang

berupa usaha penegakan peraturan yang harus dipatuhi. Hal ini dilakukan supaya
32

peraturan yang ada benar-benar dipatuhi atau tidak dilanggar, sehingga apa yang

menjadi sasaran maupun tujuan dari peraturan keselamatan kerja dapat tercapai.

Bagi yang melanggar peraturan tersebut sebaiknya diberikan sanksi atau

punishment.

2.1.9.4 Riset Teknis

Hal yang termasuk dalam riset teknis berupa penyelidikan peralatan dan

ciri-ciri dari bahan berbahaya, penelitian tentang perlindungan mesin, pengujian

masker pernafasan, dan sebagainya. Riset ini merupakan cara paling efektif yang

dapat menekan angka kejadian kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.

2.1.9.5 Riset medis

Termasuk penyelidikan dampak fisiologis dan patologis dari faktor

lingkungan dan teknologi, serta kondisi fisik yang amat merangsang terjadinya

kecelakaan. Setelah diketahui faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya

kecelakaan, maka seseorang dapat menghindari dan lebih berhati-hati dengan

potensi bahaya yang ada.

2.1.9.6 Riset Psikologis

Sebagai contoh adalah penyelidikan pola psikologis yang dapat

menyebabkan kecelakaan. Psikologis seseorang sangat membawa pengaruh besar

dengan kecelakaan. Karena apa yang dirasakan/sedang dialami cenderung terus

menerus berada dalam pikiran, hal inilah yang dapat mempengaruhi konsentrasi

saat bekerja sehingga adanya bahaya kadang terabaikan.

2.1.9.7 Riset Statistik

Digunakan untuk mengetahui jenis kecelakaan yang terjadi, berapa

banyak, kepada tipe orang yang bagaimana yang menjadi korban, dalam kegiatan

seperti apa, dan apa saja yang menjadi penyebabnya. Riset seperti ini dapat
33

dijadikan sebagai pelajaran atau acuan agar dapat terhidar dari kecelakaan, kerena

belajar dari pengalaman yang terdahulu.

2.1.9.8 Pendidikan

Hal ini meliputi pengajaran subyek keselamatan sebagai mata ajaran dalam

akademi teknik, sekolah dagang ataupun kursus magang. Pemberian pendidikan

mengenai keselamatan dan kesehatan kerja pada usia sekolah diharapkan sebelum

siswa terjun ke dunia kerja sudah memiliki bekal terlebih dahulu tentang

bagaimana cara dan sikap kerja yang yang aman dan selamat, sehingga ketika

terjun ke dunia kerja mereka mampu menghindari potensi bahaya yang dapat

menyebabkan celaka.

2.1.9.9 Pelatihan

Salah satu contoh pelatihan yaitu berupa pemberian instruksi praktis bagi

para pekerja, khususnya bagi pekerja baru dalam hal keselamatan kerja. Perlunya

pemberian pelatihan karena pekerja baru cenderung belum mengetahui hal-hal

yang ada di perusahaan yang baru ditempatinya. Karena setiap tempat kerja

mempunyai kebijakan dan peraturan yang tidak sama dengan tempat kerja lain.

Bahaya kerja yang ada juga sangat berbeda.

2.1.9.10 Persuasi

Penerapan berbagai metode publikasi dan imbauan untuk mengembangkan

kesadaran akan keselamatan dapat dijadikan sebagai contoh dari persuasi.

Persuasi dapat dilakukan anatar individu maupun melalui media seperti poster,

spanduk, dan media lainnya.

2.1.9.11 Asuransi

Dapat dilakukan dengan cara penyediaan dana untuk untuk meningkatkan

upaya pencegahan kecelakaan. Selain itu asuransi juga dapat digunakan untuk
34

membantu meringankan beban korban kecelakaan karena sebagian dari biaya di

tanggung asuransi.

2.1.9.12 Tindakan Pengamanan oleh Masing-masing Individu.

Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kesadaran tiap individu terhadap

kesehatan dan keselamatan kerja. Peningkatan kesadaran dimulai dari diri sendiri

kemudian menularkannya kepada orang lain.

2.2 Kerangka Teori

Berdasarkan uraian dalam landasan teori, maka disusun kerangka teori

mengenai faktor penyebab kecelakaan kerja (Gambar 1).

Faktor Manusia

1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Masa Kerja
4. Penggunaan APD
5. Tingkat Pendidikan
6. Perilaku
7. Pelatihan K3
8. Peraturan K3

Lingkungan Kerja

9. Kebisingan
10. Suhu KECELAKAAN KERJA

11. Penerangan
12. Lantai Licin

Faktor Peralatan

13. Kondisi mesin


14. Ketersediaan Alat Pengaman
Mesin
15. Letak Mesin

Gambar 1

Kerangka Teori
Sumber: ILO (1989), Syukri Sahab (1997), Sumamur PK. (1989), Sumamur
PK. (1996), AM. Sugeng Budiono (1992), AM. Sugeng Budiono (2003),
Depnaker RI (1996).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau diukur melalui

penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:44). Adapun kerangka konsep penelitian

ini sebagai berikut:

1. Faktor Manusia

2. Faktor Lingkungan KECELAKAAN KERJA

3. Faktor Peralatan

Gambar 2

Kerangka Konsep

3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis dan rancangan penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif

karena permasalahan yang akan dibahas tidak berkenaan dengan angka-angka

tetapi mendeskripsikan secara jelas dan terperinci serta memperoleh data yang

mendalam dari fokus penelitian. Penelitian kualitatif ini bersifat menyatakan data,

dalam keadaan sebagaimana adanya, dengan tidak diubah dalam bentuk simbol

atau bilangan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi

kasus. Penggunaan studi kasus dimaksudkan untuk meneliti kasus yang sudah ada
34
35

sehingga peneliti hanya mempelajari kasus yang sudah ada yaitu faktor penyebab

kecelakaan kerja di PT. Jamu Air Mancur Tahun 2007.

3.3 Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, fokus penelitian berisi pokok kajian yang meliputi:

usia, jenis kelamin, masa kerja, penggunaan APD, tingkat pendidikan, perilaku,

pelatihan K3, peraturan K3, kebisingan, suhu, penerangan, lantai licin, kondisi

mesin, ketersediaan alat pengaman mesin, serta letak mesin.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pekerja PT. Jamu Air

Mancur sebanyak 11 orang.

Sedangkan sampel penelitian dipilih dari populasi yang mengalami

kecelakaan ditempat kerja dan di luar tempat kerja serta belum purna kerja, yang

berjumlah 10 orang.

Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan

Purposive Sampling yakni pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Pelaksanaannya adalah mula-mula

peneliti mengidentifikasi semua karakteristik populasi, kemudian menetapkan

berdasarkan pertimbangannya sebagian dari anggota populasi menjadi sampel

penelitian.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah perangkat yang digunakan untuk

mengungkap data (Soekidjo Notoatmodjo, 2005:48). Instrumen yang digunakan


36

dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang digunakan untuk memperoleh

informasi mengenai data umum subyek penelitian, serta faktor manusia,

lingkungan dan peralatan yang menyebabkan kecelakaan kerja.

3.6 Perolehan Data

Dalam penelitian ini, data diperoleh langsung dari responden dengan

menggunankan instrumen penelitian berupa kuesioner dan dokumen perusahaan.

Kuesioner tersebut untuk memperoleh informasi mengenai data umum subyek

penelitian (nama, umur, alamat, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja), serta

faktor manusia, lingkungan dan peralatan yang menyebabkan kecelakaan kerja.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti perlu mengadakan guide

kuesioner.

Kemampuan peneliti sangat diperlukan dalam guide kuesioner, karena

kualitas penelitian tergantung pada apakah peneliti dapat melakukan pendalaman

setiap pertanyaan yang diberikan oleh informan atau responden. Oleh karena itu

penggalian informasi secara terus-menerus dan melihat hubungan-hubungan satu

jawaban dengan serangkaian bidang penjelasan lain adalah akan terus

diperhatikan oleh peneliti dalam proses guide kuesioner.

Dengan guide kuesioner yang dilakukan peneliti kepada subyek,

peneliti memperoleh informasi akurat mengenai faktor penyebab kecelakaan kerja

di PT. Jamu Air Mancur tahun 2007.

3.7 Validitas Data dan Reliabilitas

Uji validitas data peneliti gunakan adalah dengan cara membuat matriks

uji validitas isi untuk keperluan pengecekan apakah sudah ada kesesuaian antara
37

aspek/dimensi, teori dan pertanyaan yang nantinya penulis melakukan

pengambilan data di lapangan.

Kriteria keabsahan data diterapkan dalam rangka memberikan temuan

hasil lapangan dengan yang di teliti. Teknik yang digunakan untuk melacak dan

membuktikan kebenaran atau kepercayaan data tersebut bisa melalui ketekunan di

lapangan, triangulasi, pengecekan dengan teman sejawat, analisis terhadap kasus-

kasus negatif, referensi yang memadai dan pengecekan anggota. Dari berbagai

teknik tersebut, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi,

yakni berupa triangulasi dengan sumber dan triangulasi dengan metode.

3.8 Teknik Analisis Data

Mengenai pengertian analisa data, Bogdan dan Biklen memberikan

pengertian bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan

jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi

satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang

perlu diceritakan kepada orang lain (Lexy J Moleong, 2006:248).

Langkah teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

3.8.1 Menelaah seluruh data yang tersedia dari hasil guide kuesioner.

Bagian ini merupakan bagian utama yang dilakukan oleh peneliti setelah

pengumpulan data di lapangan di mana dalam pengumpulan data tersebut, peneliti

memperoleh data mengenai faktor penyebab kecelakaan kerja melalui guide

kuesioner.
38

Guide kuesioner yang dilakukan oleh peneliti mencakup pertanyaan

mengenai usia, jenis kelamin, masa kerja, penggunaan APD, tingkat pendidikan,

perilaku secara tidak hati-hati atau lalai, pelatihan K3, kebisingan, penerangan,

kondisi mesin, ketersediaan alat pengaman mesin.

3.8.2 Melakukan reduksi data dengan cara membuat rangkuman inti.

Berdasarkan (jumlah sampel) yang peneliti peroleh, dengan demikian

peneliti dapat melakukan reduksi data yang telah peneliti peroleh tersebut. Cara

mereduksi data yang peneliti lakukan yaitu setelah peneliti mengadakan guide

kuesioner dengan subyek penelitian, kemudian dari sejumlah pertanyaan yang

sudah diajukan oleh peneliti kepada subyek penelitian tersebut maka peneliti

mengelompokkan pertanyaan tersebut kedalam masing-masing bagian dengan

kata lain pertanyaan yang diajukan tersebut dikelompokkan kedalam masing-

masing topik yang berbeda dengan tujuan supaya peneliti mengalami kemudahan

dalam menganalisis data tersebut.

Pertanyaan yang sudah disertai dengan jawaban dari para subyek

penelitian tersebut yang sudah dikelompokkan, kemudian dibuat refleksi yang

berisi kesimpulan dari peneliti mengenai jawaban subyek penelitian tersebut.

Sehubungan dengan adanya refleksi tersebut, maka peneliti dapat menyusun

pertanyaan kembali yang sekiranya belum ditanyakan oleh peneliti kepada subyek

penelitian, dengan kata lain dari refleksi tersebut, muncul pertanyaan lain dari

pikiran peneliti sehingga dari hal tersebutlah peneliti menyusun kembali

pertanyaan lain.
39

3.8.3 Membuat Prosentase

Seluruh data hasil perolehan data dengan kuesioner di prosentasekan

untuk mempermudah dalam memahami hasil penelitian

Bagan analisis data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini yaitu

mencakup:

Menelaah hasil perolehan data Reduksi data Membuat


Prosentase
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Responden yang dipilih adalah karyawan PT. Jamu Air Mancur yang

mengalami kecelakaan ditempat kerja dan di luar tempat kerja serta bersedia

dijadikan sebagai sampel penelitian dan belum purna kerja. Jumlah responden adalah

10 orang dengan deskripsi sebagai berikut:

4.1.1 Usia

Berdasarkan data responden tentang karakteristik usia (Tabel 5) didapatkan

bahwa responden terbanyak berada pada rentang usia diatas 50 tahun berjumlah 5

orang (50%), pada rentang usia 41-55 tahun dan 31-40 tahun masing-masing

berjumlah 2 orang (20%), dan rentang usia 30 tahun kebawah sebesar (10%) atau 1

orang responden (Gambar 3).

Angka kecelakaan umumnya meningkat setelah umur 30 tahun keatas.

Semakin bertambahnya usia seseorang, maka kemampuan fisiknya cenderung

menurun. Dari 10 responden diperoleh bahwa usia di atas 50 tahun yang menjadi

korban kecelakaan terbanyak.

Tabel 5

Distribusi Responden berdasarkan Usia


No Usia Responden (Tahun) Jumlah Prosentase (%)
1 30 1 10
2 31 40 2 20
3 41 50 2 20
4 > 50 5 50
Jumlah 10 100

39
40

USIA RESPONDEN

6
5
5
4
3 Jumlah
2 2
2
1
1
0
30 31 40 41 50 > 50

Gambar 3

Distribusi Responden berdasarkan Usia

4.1.2 Jenis Kelamin

Berdasarkan data responden tentang jenis kelamin (Tabel 6) dari 10 0rang

responden didapatkan bahwa sebagian besar responden adalah kelompok laki-laki

yaitu sebesar (70%) atau 7 responden dan perempuan sebesar (30%) atau 3

responden (Gambar 4).

Secara umum, peraturan keselamatan yang berlaku pada pria juga berlaku

bagi wanita. Tetapi beberapa perlakuan khusus telah ditambahkan untuk melindungi

wanita terhadap potensi bahaya selama bekerja.

Tabel 6

Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin


No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)
1 Laki-laki 7 70
2 Perempuan 3 30
Jumlah 10 100
41

JENIS KELAMIN RESPONDEN

8 7
7
6
5
4 3 Jumlah
3
2
1
0
Laki-laki Perempuan

Gambar 4

Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

4.1.3 Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan dapat berperan dalam terjadinya suatu kecelakaan. Pekerja yang

mempunyai tingkat pendidikan tinggi cenderung dapat menghindari adanya potensi

bahaya yang dapat mengancam keselamatannya. Berdasarkan data responden tentang

tingkat pendidikan (Tabel 7) didapatkan bahwa responden terbanyak berada pada

tingkat pendidikan SMP berjumlah 6 orang (60%), tingkat pendidikan SMA

berjumlah 2 orang (20%), tingkat pendidikan SMK berjumlah 1 orang (10 %) dan

tingkat pendidikan SD sebesar (10%) atau 1 orang responden (Gambar 5).

Tabel 7

Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan


No. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase (%)
1. SMK 1 10
2. SMA 2 20
3. SMP 6 60
4. SD 1 10
Jumlah 10 100
42

TINGKAT PENDIDIKAN RESPONDEN

7 6
6
5
4
Jumlah
3 2
2
1 1
1
0
SMK SMA SMP SD

Gambar 5

Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

4.1.4 Masa Kerja

Dari hasil penelitian diperoleh data berdasarkan masa kerja (Tabel 8) dari 10

responden yang diketahui bahwa masa kerja responden terlama berada pada

tingkatan diatas 30 tahun yaitu berjumlah 4 orang atau (40%) sedangkan untuk masa

kerja 21-30 tahun berjumlah 3 orang (30%), masa kerja 11-20 tahun berjumlah 2

orang dan masa kerja 10 tahun atau kurang sebesar (10%) atau 1 orang responden

(Gambar 6).

Tabel 8

Distribusi Responden berdasarkan Masa Kerja


Masa Kerja Prosentase
No Jumlah
(Tahun) (%)
1 10 1 10
2 11 s/d 20 2 20
3 21 s/d 30 3 30
4 > 30 4 40
Jumlah 10 100
43

MASA KERJA RESPONDEN

4.5 4
4
3.5 3
3
2.5 2 Jumlah
2
1.5 1
1
0.5
0
> 10 11 s/d 20 21 s/d 30 > 30

Gambar 6

Distribusi Responden berdasarkan Masa Kerja

4.1.5 Jenis Kecelakaan

Salah satu metode yang mampu memberikan beberapa petunjuk tentang

penyebab dari suatu kecelakaan adalah klasifikasi kecelakaan itu sendiri. Definisi

kecelakaan kerja oleh Jamsostek adalah kecelakaan kecelakaan yang terjadi

berhubung dengan hubungan kerja dan kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan

berangkat dan pulang melalui jalan yang biasa dilalui.

Dari hasil penelitian diperoleh data berdasarkan masa kerja (Tabel 9) dari 10

responden yang diketahui bahwa jenis kecelakaan yang di alami responden adalah

sebesar (50%) atau 5 responden, baik untuk kecelakaan diluar tempat kerja maupun

kecelakaan di tempat kerja (Gambar 8).

Tabel 9

Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kecelakaan


No Jenis Kecelakaan Jumlah Prosentase (%)
1 Dalam tempat kerja 5 50
2 Luar tempat kerja 5 50
Jumlah 10 100
44

JENIS KECELAKAAN KERJA

6
5 5
5

3 Jumlah

0
Dalam tempat kerja Luar tempat kerja

Gambar 7

Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kecelakaan

4.2 Hasil Penelitian


Berikut ini adalah hasil penelitian yang diperoleh setelah dilakukan penelitian

tentang faktor penyebab kecelakaan kerja di PT. Jamu Air Mancur Palur,

Karanganyar.

4.2.1 Pelatihan K3

4.2.1.1 Keikutsertaan Mengikuti Pelatihan K3

Dari hasil penelitian diperoleh data berdasarkan keikutsertaan dalam

mengikuti pelatihan K3 (Tabel 10) dari 10 responden yang diketahui bahwa

sejumlah 7 orang (70%) pernah mengikuti pelatihan K3 dan 3 orang (30%) belum

pernah mengikuti pelatihan K3.

Pelatihan K3 yang diadakan perusahaan hanya diikuti oleh karyawan laki-

laki, seperti yang dikatakan oleh 2 orang karyawan yang belum pernah mengikuti

pelatihan K3. Sedangkan 4 orang responden mengatakan bahwa pelatihan K3 hanya

diberikan pada perwakilan tiap bagian ruangan, 1 orang responden mengatakan


45

belum pernah mengikuti pelatihan K3 karena belum mendapatkan giliran dan 3

orang responden mengatakan penah mengikuti dan pernah menjadi anggota P2K3.

Tabel 10

Distribusi Responden berdasarkan Keikutsertaan Mengikuti Pelatihan K3


No. Keikutsertaan Mengikuti Pelatihan K3 Jumlah Prosentase (%)
1. Pernah 3 30
2. Belum Pernah 7 70
Jumlah 10 100

4.2.1.2 Pengadaan Pelatihan K3

Berdasarkan data responden tentang pengadaan pelatihan K3 (Tabel 11)

didapatkan bahwa sejumlah 8 orang (80%) mengatakan pelatihan K3 diadakan secara

teratur dan 2 orang (20%) mengatakan pengadaan pelatihan K3 tidak rutin.

Tabel 11

Distribusi Responden berdasarkan Pengadaan Pelatihan K3


No. Pengadaan Pelatihan K3 Jumlah Prosentase (%)
1. Rutin 8 80
2. Tidak Rutin 2 20
Jumlah 10 100

4.2.1.3 Pelatih K3

Dari hasil penelitian diperoleh data berdasarkan Pengetahuan tentang Pelatih

K3 (Tabel 12) dari 10 responden seluruhnya (100%) mengetahui tentang pelatih K3

yang memberikan pelatihan K3 yaitu tim P2K3.

Tabel 12

Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan tentang Pelatih K3


No. Pemberi Pelatihan K3 Jumlah Prosentase (%)
1. Tim P2K3 10 100
2. Lain-lain 0 0
Jumlah 10 100
46

4.2.2 Peraturan K3

4.2.2.1 Keberadaan Peraturan K3 di Tempat kerja

Berdasarkan data responden tentang Keberadaan Peraturan K3 (Tabel 13)

didapatkan bahwa seluruh responden yang berjumlah 10 orang (100%) mengatakan

di perusahaan terdapat peraturan K3.

Peraturan tentang K3 yang ada diperusahaan ternyata tidak semua pekerja

mengetahui peraturan yang ada, hanya mengetahui kalau peraturan tersebut ada. Dari

10 responden, sebanyak 7 orang mengetahui adanya peraturan K3 dan mengetahui

peraturan tersebut, sedangkan 3 orang hanya mengetahui jika diperusahaan terdapat

peraturan K3 tanpa ,mengetahui peraturan apa yang dimaksudkan.

Tabel 13

Distribusi Responden berdasarkan Keberadaan Peraturan K3 ditempat Kerja


No. Peraturan K3 Jumlah Prosentase (%)
1. Ada 10 100
2. Tidak 0 0
Jumlah 10 100

4.3 Hasil Penelitian pada Kecelakaan Dalam Tempat Kerja

4.3.1 Riwayat Kecelakaan

Berdasarkan data responden tentang riwayat kecelakaan (Tabel 14)

didapatkan bahwa sejumlah 2 responden (40%) mengalami terpeleset, 1 responden

(20%) mengalami terpotong jarinya dan 2 responden lainnya (40%) masuk dalam

kategori lain-lain yakni tergelincir kakinya dan keseleo.

Tabel 14

Distribusi Responden berdasarkan Riwayat Kecelakaan


No. Riwayat Kecelakaan Jumlah Prosentase (%)
1. Terpeleset 2 40
2. Terpotong 1 20
3. Lain-lain 2 40
Jumlah 5 100
47

4.3.2 Sifat Luka dan Letak Kelainan

4.3.2.1 Sifat Luka

Berdasarkan data responden tentang sifat luka (Tabel 15) diperoleh bahwa

sejumlah 3 responden (60%) mengalami ngilu dan pegal, 1 responden (20%)

mengalami luka terbuka dan 1 responden (20%) mengalami terpotong jarinya.

Tabel 15

Distribusi Responden berdasarkan Sifat Luka


No. Sifat Luka Jumlah Prosentase (%)
1. Ngilu, Pegal 3 60
2. Luka Terbuka 1 20
3. Terpotongnya Jari 1 20
Jumlah 5 100

4.3.2.2 Letak Kelainan

Berdasarkan data responden tentang letaak kelainan (Tabel 16) diperoleh

bahwa sejumlah 4 responden (80%) mengalami kelainan di bagian tangan dan kaki

dan 1 responden (20%) termasuk dalam kategori lain-lain yaitu mengalami kelainan

pada bagian pinggul.

Tabel 16

Distribusi Responden berdasarkan Letak Kelainan


No. Letak Kelainan Jumlah Prosentase (%)
1. Tangan dan Kaki 4 80
2. Lain-lain 1 20
Jumlah 5 100

4.3.3 Alat Pelindung Diri (APD)

4.3.3.1 Perlindungan yang dipakai saat kecelakaan terjadi

Berdasarkan data responden tentang perlindungan yang dipakai saat

kecelakaan terjadi (Tabel 17) diperoleh bahwa sejumlah 3 responden (60%)


48

memakai alat pelindung diri saat kecelakaan terjadi dan 2 responden (40%) sudah

tidak memakai pelindung diri saat kecelakaan terjadi.

Tabel 17

Distribusi Responden berdasarkan Alat Pelindung Diri


No. Alat Pelindung Diri Jumlah Prosentase (%)
1. Memakai 3 60
2. Tidak Memakai 2 40
Jumlah 5 100

4.3.3.2 Kenyamanan Memakai Alat Pelindung Diri

Dari hasil penelitian diperoleh data tentang kenyamanan memakai APD

didapatkan bahwa seluruh responden yang berjumlah 5 orang (100%) merasa

nyaman ketika memakai APD sewaktu bekerja (Tabel 18).

Perasaan nyaman saat memakai APD dikarenakan pekerja sudah terbiasa (1

responden), karena tidak mengganggu pekerjaan (1 responden), sudah menjadi

kewajiban (1 responden), dan 2 orang responden mengatakan hanya merasa nyaman

saja saat memakai APD.

Tabel 18

Distribusi Responden berdasarkan Kenyamanan Memakai Alat Pelindung Diri


No. Kenyamanan Jumlah Prosentase (%)
1. Nyaman 5 100
2. Tidak Nyaman 0 0
Jumlah 5 100

4.3.4 Perilaku

4.3.4.1 Sikap Saat Terjadi Kecelakaan

Berdasarkan data responden tentang sikap saat terjadi kecelakaan (Tabel 19)

diperoleh bahwa sejumlah 2 responden (40%) bersikap hati-hati saat kecelakaan

terjadi dan sejumlah 3 responden (60%) kurang berhati-hati saat terjadi kecelakaan.
49

Pendapat responden berbeda tentang sikap kerja mereka ketika terjadi

kecelakaan. Terdapat 1 responden yang mengatakan saat itu bersikap hati-hati saat

bekerja, 1 responden tidak memperhatikan kondisi jalan saat terjadi kecelakaan, 1

reponden mengatakan pikirannya terpecah dengan urusan dirumah karena keesokan

harinya akan ada hajatan mantu dirumahnya, 1 responden berkata selalu santai ketika

bekerja termasuk saat mengalami kecelakaan tersebut, 1 responden lainnya

mengatakan karena sedikit lengah saat memasukkan adonan ke mesin extruder

sehingga jari tangan bisa masuk kedalamnya.

Tabel 19

Distribusi Responden berdasarkan Sikap Saat Terjadi Kecelakaan


No. Sikap Jumlah Prosentase (%)
1. Hati-hati 2 40
2. Kurang Hati-hati 3 60
Jumlah 5 100

4.3.4.2 Sikap Tergesa-Gesa Saat Kecelakaan Terjadi

Berdasarkan data responden tentang sikap tergesa-gesa saat terjadi

kecelakaan (Tabel 20) diperoleh bahwa sejumlah 3 responden (60%) bersikap

tergesa-gesa saat kecelakaan terjadi dan sejumlah 2 responden (40%) tidak tergesa-

gesa saat terjadi kecelakaan.

Sebagian besar responden (2 orang) mengaku tidak tergesa dalam bekerja saat

kecelakaan terjadi, 1 reponden mengaku tidak tergesa karena sudah ditentukan

waktu kerja yang disesuaikan dengan produksi, 1 orang mengaku sangat tergesa-gesa

dengan urusan dirumah, dan 1 orang mengatakan agak tergesa sehingga tidak konsen

dengan kondisi jalan didepannya.


50

Tabel 20

Distribusi Responden berdasarkan Sikap Tergesa Saat Terjadi Kecelakaan


No. Sikap Jumlah Prosentase (%)
1. Tergesa-gesa 3 60
2. Tidak Tergesa-gesa 2 40
Jumlah 5 100

4.3.5 Kebisingan

Dari hasil penelitian diperoleh data tentang kebisingan ditempat kerja

didapatkan bahwa (40%) reponden yang berjumlah 4 orang merasa tempat kerja

mereka bising dan 1 responden (10%) mengaku tempat kerja mereka tidak bising

(Tabel 21 ).

Tingkat kebisingan yang terdapat ditempat kerja dirasa masih tergolong wajar

dan tidak mengganggu karena sudah terbiasa dengan keadaan tersebut. Hal tersebut

sesuai dengan yang di katakan oleh 4 orang pekerja dan 1 orang pekerja lainnya

mengaku tingkat kebisingan ditempat kerjanya masih dalam taraf normal sehingga

tidak merasa bising.

Tabel 21

Distribusi Frekuensi Kebisingan ditempat Kerja

No. Tempat Kerja Bising Jumlah Prosentase (%)


1. Ya 4 80
2. Tidak 1 20
Jumlah 5 100

4.3.6 Suhu

Suhu ditempat kerja yang terlalu panas dapat menjadi faktor resiko terjadinya

kecelakaan ditempat kerja. Karena suhu yang dirasa tidak nyaman akan

mempengaruhi kondisi fisik pekerja juga (Tabel 22).


51

Dari hasil penelitian diperoleh data tentang kenyamanan suhu ditempat kerja

didapatkan bahwa (40%) reponden yang berjumlah 4 orang merasa nyaman dengan

suhu ditempat kerja mereka dan 1 responden (10%) mengaku suhu tempat kerja

mereka tidak nyaman.

Sebagian besar responden (4 responden) mengaku nyaman dengan kondisi

suhu ditempat kerja dan 1 responden merasa kepanasan saat melakukan aktivitas

pekerjaannya sebagai juru masak dikantin. Responden tersebut merasakan kepanasan

saat kompor-kompor di dapur menyala.

Tabel 22

Distribusi Frekuensi Kenyamanan Suhu ditempat Kerja


No. Kenyamanan Suhu Jumlah Prosentase (%)
1. Ya 4 40
2. Tidak 1 20
Jumlah 5 100

4.3.7 Penerangan

4.3.7.1 Kondisi Penerangan ditempat Kerja

Penerangan ditempat kerja yang baik, memungkinkan pekerja melihat benda

yang digunakan dalam berproduksi dan alat-alat dapat terlihat dengan jelas (Tabel

23). Dari hasil penelitian diperoleh data tentang kondisi penerangan ditempat kerja

didapatkan bahwa seluruh responden yang berjumlah 5 orang (100%) mengaku

kondisi penerangan ditempat kerja mereka adalah baik.

Seluruh responden mengaku tempat kerja mereka mempunyai penerangan

yang baik dengan jenis penerangan yang dipakai berupa cahaya matahari sebanyak 3

responden (60%) dan yang mengatakan lampu sebagai sumber penerangan di tempat

kerjanya sebanyak 2 responden (40%).


52

Tabel 23

Distribusi Frekuensi Kondisi Penerangan Tempat Kerja


No. Kondisi Penerangan Jumlah Prosentase (%)
1. Baik 5 100
2. Kurang 0 0
Jumlah 5 100

4.3.8 Lantai Licin

Dari hasil penelitian diperoleh data tentang keadaan lantai saat terjadi

kecelakaan didapatkan bahwa (60%) reponden yang berjumlah 3 orang mengaku

lantai licin ketika terjadi kecelakaan dan 2 orang responden (40%) mengaku lantai

tidak licin saat terjadi terjadi kecelakaan (Tabel 24).

Saat kecelakaan terjadi responden yang mengatakan jika lantai licin sejumlah

3 orang. Ketiga responden berpendapat lantai licin dikarenakan karena lantai basah

dan kaki yang menginjak lantai masih terdapat sabun (1 orang), lantai basah karena

percikan air dari keran tempat cuci piring dan gelas yang tertutup oleh keset yang

sudah basah tetapi tidak diganti sehingga keset menyebabkan terpeleset (1 orang), air

dan minyak didapur yang terbawa oleh sandal sehingga merata di lantai.

Tabel 24

Distribusi Frekuensi Keadaan Lantai Saat Terjadi Kecelakaan


No. Keadaan Lantai Jumlah Prosentase (%)
1. Licin 3 60
2. Tidak Licin 2 40
Jumlah 5 100

4.3.9 Kondisi Mesin/ Ketersediaan Alat Pengaman Mesin/ Letak Mesin

4.3.9.1 Kondisi Mesin

Dari hasil penelitian diperoleh data tentang kondisi mesin bahwa (20%)

reponden yang berjumlah 1 orang mengaku mesin dalam keadaan baik dan 4 orang

responden (80%) tidak tahu tentang keadaan mesin (Tabel 25).


53

Ketidaktahuan 4 orang responden tentang kondisi mesin dikarenakan

keempat orang tersebut tidak mengalami kecelakaan kerja yang disebabkan oleh

karena mesin. Seorang responden yang mengalami kecelakaan karena mesin

mengaku bahwa mesin yang digunakan selama produksi masih baik.

Tabel 25

Distribusi Frekuensi kondisi Mesin yang digunakan Selama berproduksi


No. Kondisi Mesin Jumlah Prosentase (%)
1. Baik 1 20
2. Kurang Baik 0 0
3. Tidak Tahu 4 80
Jumlah 5 100

4.3.9.2 Ketersediaan alat Pengaman Mesin

Dari hasil penelitian diperoleh data tentang ketersediaan pengaman mesin

bahwa (20%) reponden yang berjumlah 1 orang mengaku tidak tersedianya

pengaman mesin ketika kecelakaan terjadi dan 4 orang responden (80%) tidak tahu

tentang tersedianya pengaman mesin (Tabel 26).

Tabel 26

Distribusi Frekuensi Ketersediaan Pengaman Mesin Saat Kecelakaan


No. Pengaman Mesin Jumlah Prosentase (%)
1. Ada 0 0
2. Tidak 1 20
3. Tidak Tahu 4 80
Jumlah 5 100

4.3.9.3 Letak Mesin

Dari hasil penelitian diperoleh data tentang jarak mesin saat kecelakaan

terjadi bahwa (20%) reponden yang berjumlah 1 orang mengaku jarak mesin saat

terjadi kecelakaan adalah aman sedangkan 4 orang responden (80%) tidak tahu

tentang keamanan jarak mesin saat terjadi kecelakaan (Tabel 27).


54

Responden yang menjawab tidak tahu tentang jarak mesin saat terjadi

kecelakaan karenakan keempat orang tersebut tidak mengalami kecelakaan kerja

yang disebabkan oleh karena mesin. Seorang responden yang mengalami kecelakaan

karena mesin mengaku bahwa saat terjadinya kecelakaan, jarak atau posisi kerjanya

cukup aman dengan tempat mesin berada. Karena sudah setiap hari terbisa dengan

posisi kerja dengan jarak mesin sama seperti saat kecelakaan terjadi.

Tabel 27

Distribusi Frekuensi Jarak Mesin Saat Terjadi Kecelakaan


No. Jarak Mesin Jumlah Prosentase (%)
1. Aman 1 20
2. Kurang Aman 0 0
3. Tidak Tahu 4 80
Jumlah 5 100

4.4 Hasil Penelitian pada Kecelakaan di Luar Tempat Kerja

4.4.1 Riwayat Kecelakaan

Berdasarkan data responden tentang riwayat kecelakaan (Tabel 28) diperoleh

bahwa sejumlah 2 responden (40%) mengalami tertabrak oleh kendaraan lain, 1

responden (20%) menabrak kendaraan lain, 1 responden (10%) bertabrakan dengan

kendaraan lain dan 1 responden (20%) terjatuh.

Bermacam-macam pendapat dari responden tentang riwayat dari kecelakaan

yang telah menimpa mereka. 2 responden (40%) tertabrak kendaraan lain saat pulang

kerja, akan berbelok ke arah rumahnya, ditabrak oleh sepeda motor dari arah yang

berlawanan dan responden lain saat berangkat kerja dengan sepeda angin, ketika

akan menghindar dari lubang yang ada didepannya, tiba-tiba tersundul oleh sepeda

motor yang ada di belakangnya. Sebanyak 1 responden (20%) menabrak kendaraaan


55

lainnya dengan kronologi kejadian saat berangkat kerja dengan sepeda motor, saat

ada tikungan dan didepan korban ada pengendara lain, sepeda motor kemudian direm

tapi belum sampai kendaraan berhenti ternyata sudah menabrak kendaraan yang

berada didepan tersebut. Responden lain (20%) mengalami tabrakan ketika sama-

sama akan menyebrang jalan, sedangkan 1 responden lainnya (20%) terjatuh ketika

banting stir untuk menghindari penyeberang jalan.

Tabel 28

Distribusi Responden berdasarkan Riwayat Kecelakaan


No. Riwayat Kecelakaan Jumlah Prosentase (%)
1. Tertabrak 2 40
2. Menabrak 1 20
3. Tabrakan 1 20
4. Terjatuh 1 20
Jumlah 5 100

4.4.2 Sifat Luka dan Letak Kelainan

4.2.2.1 Sifat Luka

Berdasarkan data responden tentang sifat luka (Tabel 29) diperoleh bahwa

sejumlah 3 responden (60%) menderita memar/pegal/lecet dan 2 responden (40%)

mengalami patah tulang.

Tabel 29

Distribusi Responden berdasarkan Sifat Luka


No. Sifat Luka Jumlah Prosentase (%)
1. Memar/Pegal/Lecet 3 60
2. Patah Tulang 2 40
3. Lain-lain 0 0
Jumlah 5 100

4.2.2.2 Letak Kelainan

Berdasarkan data responden tentang letak kelainan (Tabel 30) diperoleh

bahwa sejumlah 3 responden (60%) mengalami kelainan di bagian tangan dan kaki
56

dan 2 responden (40%) termasuk dalam kategori lain-lain yaitu mengalami kelainan

pada bagian tulang rusuk dan seluruh badan.

Tabel 30

Distribusi Responden berdasarkan Letak Kelainan


No. Letak Kelainan Jumlah Prosentase (%)
1. Tangan dan Kaki 3 60
2. Lain-lain 2 40
Jumlah 5 100

4.4.3 Alat Pelindung Diri (APD)

4.4.3.1 Perlindungan yang dipakai saat Kecelakaan Terjadi

Berdasarkan data responden tentang perlindungan yang dipakai saat

kecelakaan terjadi (Tabel 31) diperoleh bahwa seluruh responden (100%) memakai

alat pelindung diri saat kecelakaan terjadi. Umumnya dari responden mengenakan

pelindung diri berupa helm dan jaket saat mengendarai kendaraannya.

Sebagian besar korban kecelakaan diluar tempat kerja yang berjumlah 4 orang

mengatakan saat mengalami kecelakaan, perlindungan yang dipakai berupa helm dan

jaket serta 1 orang pekerja yang mengalami kecelakaan saat menggunakan sepeda

angin hanya menggunakan perlindungan berupa jaket.

Tabel 31

Distribusi Responden berdasarkan Alat Pelindung Diri


No. Alat Pelindung Diri Jumlah Prosentase (%)
1. Memakai 5 100
2. Tidak Memakai 0 0
Jumlah 5 100

4.4.3.2 Kenyamanan Memakai Alat Pelindung Diri

Dari hasil penelitian diperoleh data tentang kenyamanan memakai APD

didapatkan bahwa seluruh responden yang berjumlah 5 orang (100%) merasa

nyaman ketika memakai APD sewaktu bekerja (Tabel 32).


57

Tabel 32

Distribusi Responden berdasarkan Kenyamanan Memakai Alat Pelindung Diri


No. Kenyamanan Jumlah Prosentase (%)
1. Nyaman 5 100
2. Tidak Nyaman 0 0
Jumlah 5 100

4.4.4 Perilaku

Dari hasil penelitian diperoleh data tentang perilaku saat terjadi kecelakaan

didapatkan bahwa (60%) dari 5 orang responden yang berjumlah 3 orang

menyatakan tidak tergesa-gesa saat terjadi kecelakaan dan 2 orang lainnya (40%)

mengaku dalam keadaan tergesa-gesa saat terjadi kecelakaan( Tabel 33).

Prosentase yang menunjukkan perilaku yang tidak tergesa-gesa lebih besar

bila dibandingkan dengan prosentase perilaku yang tergesa-gesa. Sebanyak 3 orang

dari 5 orang responden mengatakan tidak tegesa-gesa beralasan karena saat terjadi

kecelakaan sudah hampir sampai rumah (1 orang), karena waktu juga masih pagi saat

terjadi kecelakaan karena setiap harinya juga berangkat pada jam yang sama dan

tidak pernah terlambat (1 orang), 1 orang lainnya beralasan tidak berada dalam

keadaan tergesa-gesa karena tinggal akan pulang rumah saja, jadinya santai.

Sedangkan 2 responden yang mengatakan tegesa-gesa saat kecelakaan terjadi, 1

orang berpendapat tergesa-gesa karena waktunya sudah mepet dan lampu merah-pun

dilanggar agar tidak telambat sampai ditempat kerja. Sedangkan 1 responden lainnya

hanya mengatakan tergesa-gesa saat berangkat kerja, tanpa mengutarakan alasannya

apa.

Tabel 33

Distribusi Frekuensi Perilaku Saat Terjadi Kecelakaan


No. Perilaku Saat Terjadi Kecelakaan Jumlah Prosentase (%)
1. Tidak Tergesa 3 60%
2. Tergesa-gesa 2 40%
Jumlah 5 100%
58

4.4.5 Keadaan Jalan/ Kondisi Fisik Jalan

Dari hasil penelitian diperoleh data tentang kondisi fisik jalan ketika

kecelakaan terjadi didapatkan bahwa (80%) responden yang berjumlah 4 orang

mengatakan kondisi fisik jalan baik sedangkan (20%) responden yang berjumlah 1

orang mengatakan bahwa kondisi fisik jalan dalam keadaan yang kurang baik (Tabel

34).

Pendapat dari kelima responden tentang kondisi fisik jalan berbeda-beda. 1

responden mengatakan jalan masih dalam keadaan baik dan tidak licin, karena tidak

hujan. Responden 2 menyatakan bahwa jalan yang dilalui saat kecelakaan terjadi,

kondisnya berlubang. Responden 3 menyatakan bahwa jalan cukup aman untuk

dilalui. Responden 4 berpendapat kalau jalannya kondisinya masih bagus. Dan

responden 5 mengatakan bahwa kondisi jalan saat kecelakaan terjadi adalah posisi

jalan menikung, tapi kondisi jalan masih bagus.

Tabel 34

Distribusi Frekuensi Kondisi Fisik Jalan


No. Kondisi fisik Jalan Jumlah Prosentase (%)
1. Baik 3 60
2. Kurang Baik 2 40
Jumlah 5 100
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan

5.1.1 Karakteristik Responden

5.1.1.1 Usia

Usia responden berada pada kisaran 28 sampai 52 tahun. Responden yang

mempunyai karakteristik usia paling banyak responden yang berusia lebih dari 50

tahun, yaitu berjumlah 5 orang.

Tidak diragukan lagi bahwa masalah usia dan pengalaman pekerja

merupakan faktor kunci penyebab kecelakaan, tetapi harus diingat pula bahwa

tingginnya usia tidak otomatis dapat disamakan dengan banyaknya pengalaman

(ILO, 1989:49).

Telah diketahui bahwa beberapa kapasitas fisik, seperti penglihatan,

pendengaran dan kecepatan reaksi, menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih.

Efek menjadi tua terhadap terjadinya kecelakaan masih terus ditelaah. Namun

begitu terdapat kecenderungan bahwa beberapa jenis kecelakaan seperti terjatuh

lebih sering terjadi pada tenaga kerja usia 30 tahun atau lebih dari pada tenaga

kerja berusia sedang atau muda. Juga angka beratnya kecelakaan rata-rata lebih

meningkat mengikuti pertambahan usia (Sumamur PK., 1989:305).

5.1.1.2 Jenis Kelamin

Adanya perbedaan karakteristik baik pada wanita dan anak dengan tenaga

kerja pria pada umumnya, menyebabkan perlunya pendekatan yang berlainan

59
60

(terutama pada faktor-faktor tertentu) dalam menghadapi masalah yang mungkin

timbul dilingkungan kerjanya (AM. Sugeng Budiono, 2003:148).

Tenaga kerja yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yang

mengalami kecelakaan jika dibandingkan tenaga kerja perempuan. Dari hasil

penelitian menyebutkan sebesar (70%) dari seluruh responden yang mengalami

kecelakaan adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki.

Jenis pekerjaan antara pria dan wanita sangatlah berbeda. Pembagian kerja

secara sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan terjadinya paparan

yang diterima orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda pula. Kasus wanita

lebih banyak daripada pria (Juli Soemirat, 2000:57).

Rekomendasi untuk tenaga kerja wanita, yang paling sempurna adalah

dengan dipraktekkannya semua peraturan perundangan untuk melindungi tenaga

kerja wanita sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah

termasuk juga menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja

ditempat kerja (AM. Sugeng Budiono, 2003:151).

5.1.1.3 Tingkat Pendidikan

Pendidikan formal tertinggi responden adalah SMP yaitu sebesar 60%.

Karena jenis pekerjaan yang dikerjakan umumnya tidak memerlukan keahlian

khusus. Tetapi semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka mereka

cenderung untuk menghindari potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya

kecelakaan. Pendidikan dan latihan yaitu usaha menanamkan prinsip keselamatan

kerja pada pekerja dan calon pekerja. Pendidikan biasanya diperuntukkan bagi

siswa yang dipersiapkan sebagai tenaga kerja (pre service training). Dalam hal ini
61

keselamatan kerja dapat dimasukkan dalam kurikulum sekolah (Bambang

Endroyono, 1989:8)

Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan,

sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia

hidup, proses sosial yakni orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang

terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat

memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan

individu yang optimal (Achmad Munib, dkk., 2004:33). Pendidikan adalah segala

upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,

kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh

pelaku pendidikan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:16). Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, maka mereka cenderung untuk menghindari potensi bahaya

yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.

5.1.1.4 Masa Kerja

Responden yang mempunyai prosentase terbesar dalam masa kerja yaitu

responden yang telah bekerja diatas 30 tahun yaitu sebesar 30% dari 10

responden, dimana tenaga kerja ini tergolong lama sehingga kemungkinan jenuh

atau bosan akan pekerjaan yang dilakukan semakin besar, karena mereka

mengerjakan pekerjaan yang sama atau monoton setiap harinya.

Masa kerja adalah sesuatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja

disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun

negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya

masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya.

Sebaliknya, akan memberi pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya


62

masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait

dengan pekerjaan yang bersifat monoton atau berulang-ulang (MA. Tulus,

1992:121).

Pekerjaan monoton adalah suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang

sama dalam periode waktu yang tertentu dan dalam jangka waktu yang lama dan

biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar (AM. Sugeng Budiono,

2003:92). Sikap psikologis dan dan fisik dari seseorang terhadap pekerjaan

monoton akan sangat berpengaruh dimana pekerja yang bersikap negatif dan acuh

pada pekerjaannya dapat mengalami bosan, apatis dan mengantuk. Akibat dari

kepenatan atau keletihan dari pekerjaan yang terlalu keras, orang yang melakukan

pekerjaan monoton akan berkurang tingkat kewaspadaannya setelah melakukan

pekerjaan tersebut dengan jangka waktu tertentu (AM. Sugeng Budiono,

2003:94).

5.1.1.5 Jenis Kecelakaan

Salah satu metode yang mampu memberikan beberapa petunjuk tentang

penyebab sesungguhnya dari berbagai kecelakaan dalam industri adalah metode

klasifikasi. Terdapat banyal metode yang berbeda-beda untuk menklasifikasikan

kecelakaan berdasarkan penyebabnya. Dalam beberapa hal klasifikasi dilakukan

berdasarkan lokasi kejadian, sedangkan sebagian lainnya mengklasifikasi

dilakukan berdasar usulan-usulan yang disetujui oleh Konferensi Ahli Statistik

Pekerja Internasional yang Pertama (First International Conference of Labour

Statistician) yang diselenggarakan oleh ILO (ILO, 1989:17).

Pengertian kecelakaan kerja yang tercantum dalam petunjuk teknis

penyelesaian jaminan kecelakaan kerja PT. Jamsostek (Persero) (Jamsostek,


63

2005:1) adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja

termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan

yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan

pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Dari hasil penelitian tentang jenis kecelakaan yang dialami responden,

diperoleh sebayak 50% responden mengalami kecelakaan didalam tempat kerja

dan 50% responden lainnya mengalami kecelakaan diluar tempat kerja.

5.1.1.6 Pelatihan K3

Berdasarkan keikutsertaan responden dalam mengikuti pelatihan K3

diperoleh bahwa sebanyak 7 orang responden belum pernah mengikuti pelatihan

K3. Hal ini dikarenakan pelatihan K3 yang diadakan PT. Jamu Air Mancur hanya

diberikan pada karyawan laki-laki, itupun hanya diambil perwakilan tiap bagian.

Jadi, tidak semua karyawan laki-laki pernah ikut pelatihan K3 karena digilir.

Menurut informasi dari responden diperoleh bahwa, pelatihan K3 yang

diadakan di PT. Jamu Air Mancur kurang teratur. Hal ini terlihat dari keragaman

jawaban yang diberikan oleh responden. Seluruh responden mengatakan bahwa

yang memberikan pelatihan K3 di PT. Jamu Air Mancur adalah P2K3.

Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan

lingkungan kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan sehingga

dapat dan atau bebas dari kecelakaan kerja (Zero Accident) dan tidak terjadi

gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan

disekitarnya. Lebih dari itu, pelaksanaan K3 dapat meningkatkan efisiensi dan

produktivitas kerja (Danggur Konradus, 2006:118).


64

Timbulnya kecelakaan bekerja biasanya sebagai akibat atas kelalaian

tenaga kerja atau perusahaan. Adapun kerusakan-kerusakan yang timbul, misalnya

kerusakan mesin atau kerusakan produk, sering tidak diharapkan perusahaan

maupun tenaga kerja. Namun tidak mudah menghindari kemungkinan timbulnya

risiko kecelakaan dan kerusakan. Apabila sering timbul hal tersebut, tindakan

yang paling tepat dan harus dilakukakan manajemen tenaga kerja adalah

melakukan pelatihan. Penyelenggaraan pelatihan dimaksudkan agar pemeliharaan

terhadap alat-alat kerja dapat ditingkatkan. Salah satu tujuan yang ingin dicapai

adalah mengurangi timbulnya kecelakaan kerja, kerusakan, dan peningkatan

pemeliharaan terhadap alat-alat kerja (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003:213 ).

Pelatihan atau training K3 pada pekerja memainkan peranan penting

dalam peningkatan kondisi kerja atau lingkungan kerja. Secara subtansial, upaya

meningkatkan K3 ditempat kerja sering mengalami hambatan karena kurangnya

kesadaran dari elemen yang terlibat. Untuk mengatasi hal itu, maka pelatihan K3

bagi pekerja penting sekali dapat memfasilitasi para karyawan dalam

mendiagnosis masalah yang mungkin dihadapi dalam pekerjaan dan mungkin

dihadapi dalam pekerjaan dan sekaligus membantu mereka mencari solusi tebaik

untuk mengatasinya (Danggur Konradus, 2006:126).

Keuntungan pelatihan bagi pekerja baru adalah dapat ditanamkan

kebiasaan dan tingkah laku yang aman dalam bekerja. Kebiasaan ini akan terbawa

seterusnya sehingga dapat mendukung upaya pencegahan kecelakaan ditempat

kerja. Sedangkan bagi pekerja lama yang berganti tugas atau menangani jenis

pekerjaan baru, bisa dimanfaatkan untuk mengenal kebiasaan dan perilaku yang
65

tidak aman yang kadang tidak disadarinya. Dengan demikian perilaku yang tidak

aman ini bisa dihilangkan dan diganti dengan kebiasaan dan perilaku yang aman

(Syukri Sahab, 1997:125).

Tujuan dan sasaran sistem manajemen K3 adalah menciptakan sistem

keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja dengan melibatkan unsur

manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam

rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta

terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Siswanto

Sastrohadiwiryo, 2003:45).

Safety and Environmental Committee atau Panitia Pembina Keselamatan

dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (P2K3) dapat dianggap sebagai kunci utama

pada banyak kesuksesan penerapan LK3 diperusahaan. P2K3L merupakan

gabungan antara manajemen dan karyawan. Tanggung jawab dan kewajibannya

dititik beratkan pada pencegahan pencemaran dan kecelakaan kerja serta penyakit

akibat kerja (Emil Salim, 2002:17).

5.1.1.7 Peraturan K3

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa di PT. Jamu Air Mancur sudah

terdapat peraturan K3. Mungkin karena kurangnya sosialisasi tentang peraturan

yang ada dan kurangnya perhatian responden dengan keberadaan peraturan yang

ada, maka hanya sabagian kecil peraturan dan tidak semua responden paham

dengan peraturan tersebut.

Peraturan perundangan adalah ketentuan-ketentuan yang mewajibkan

mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan

pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-


66

tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan perawatan medis.

Ada tidaknya peraturan K3 sangat berpengaruh dengan kejadian kecelakaan kerja.

Untuk itu, sebaiknya peraturan dibuat dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya

untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan (Gempur Santoso,

2004:8).

Peraturan dan perundangan yaitu serangkaian ketentuan yang mengikat

dan wajib dilaksanakan oleh para unsur dari suatu proses pekerjaan. Peraturan ini

mengatur baik proses kerja secara teknis dan alat-alat kerja serta tenaga kerjanya.

Peraturan dapat bersifat mencegah terjadinya kecelakaan kerja (preventif) maupun

tindakan-tindakan yang harus dilakukan bila terjadi kecelakaan (kuratif).

Disamping itu ada pula serangkaian peraturan yang menyangkut kesejateraan

pekerja (Bambang Endroyono, 1989:6).

5.1.2 Kecelakaan Dalam Tempat Kerja

5.1.2.1 Riwayat Kecelakaan

Dari kejadian kecelakaan dalam tempat kerja diperoleh bahwa kecelakaan

umumnya terjadi di waktu setelah jam istirahat datang atau setelah setengah hari

kerja. Korban terbanyak adalah yang mengalami terpeleset saat mencuci piring,

gelas dan membasuh muka.

Dalam studi yang diadakan di Inggris, ditemukan bahwa puncak

kecelakaan lokal terjadi sebelum waktu istirahat. Walaupun hal ini mungkin

disebabkan oleh faktor kelelahan, tetapi mungkin juga karena pekerja

mempercepat produksi pada saat-saat ini sebagai upaya mengejar target sebelum

istirahat (ILO, 1989:47).

5.1.2.2 Sifat Luka dan Letak Kelainan


67

Kecelakaan tidak jarang berakibat luka-luka, terjadinya kelainan tubuh dan

cacat. Bahkan tidak jarang merenggut kecelakaan merenggut nyawa dan berakibat

kematian (Sumamur PK., 1989:6).

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagaian besar letak kelainan

terdapat pada anggota tubuh bagian atas, dan sifat luka terberat adalah

terpotongnya 3 jari tangan masing-masing 1 ruas.

5.1.2.3 Alat Pelindung Diri

Keselamatan pekerja harus diprioritaskan, oleh karena itu perlu dipelajari

langkah kerja dan alat-alat pelindung untuk menjaga keselamatan pekerja

(Bambang endroyono, 1989:25). Penggunaan alat pelindung diri yaitu

penggunaan seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi

sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja.

APD tidak secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat

mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi (AM. Sugeng Budiono,

2003:329).

Cara terbaik mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan

resikonya atau mengendalikan sumbernya seketat mungkin. Tetapi bila ini tidak

mungkin, perusahaan perlu menyediakan pekerja beberapa macam pakaian

pelindung (ILO, 1989:93).

5.1.2.3.1 Pelindung Diri Saat Kecelakaan Terjadi

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian responden sudah tidak

mengenakan pelindung diri saat kecelakaan terjadi dan seluruh responden

mengenakan pelindung diri yang kurang sesuai dengan bahaya kerja yang ada.

Mereka hanya mengenakan perlindungan seadanya yang disediakan dari


68

perusahaan, seperti masker, slebrak, sandal jepit, topi. Melihat dari kecelakaan

yang terjadi, seharusnya pengamanan terhadap karyawan dengan penyediaan

perlindungan yang lebih sesuai dengan bahaya kerja perlu dilakukan.

5.1.2.3.2 Kenyamanan Memakai Alat Pelindung Diri

Perasaan tidak nyaman (risih, panas, berat, terganggu) yang timbul saat

menggunakan APD akan mengakibatkan tenaga kerja merasa enggan untuk

menggunakannya (AM. Sugeng Budiono, 2003:334).

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa, responden merasa nyaman dengan

pelindung diri yang mereka pakai. Kenyamanan itu timbul karena mereka merasa

tidak terganggu dengan memakai pelindung diri tersebut. Responden lain

mengatakan karena sudah terbiasa memakai, sehingga kenyamanan itu muncul

dengan sendirinya. Ada pula yang berpendapat karena suatu kewajiban, maka ia

merasa nyaman saat memakai pelindung diri. Setiap karyawan yang bekerja

ditempat kerja dengan potensi bahaya dan resiko kecelakaan besar diharuskan

memakai perlindungan yang dapat mengurangi potensi bahaya tersebut dan

menekan tingginya resiko terjadinya kecelakaan. Sebaiknya perlindungan yang

digunakan dapat memberikan rasa nyaman pada pekerja sehingga tidak

mengganggu proses produksi yang berlangsung.

5.1.2.4 Perilaku

Variabel perilaku adalah salah satu di antara faktor individual yang

mempengaruhi tingkat kecelakaan. Sikap terhadap kondisi kerja, kecelakaan dan

praktik kerja yang aman bisa menjadi hal yang penting karena ternyata lebih

banyak persoalan yang disebabkan oleh pekerja yang ceroboh dibandingkan

dengan mesin-mesin atau karena ketidakpedulian karyawan. Pada satu waktu,


69

pekerja yang tidak puas dengan pekerjaannya dianggap memiliki tingkat

kecelakaan kerja yang lebih tinggi. Namun demikian, asumsi ini telah

dipertanyakan selama beberapa tahun terakhir. Meskipun kepribadian, sikap

karyawan, dan karakteristik individual karyawan tampaknya berpengaruh pada

kecelakaan kerja, namun hubungan sebab akibat masih sulit dipastikan (Robert L.

Mathis, 2002:226). Walaupun manusianya telah berhati-hati, namun apabila

lingkungannya tidak menunjang (tidak aman) maka kecelakaan dapat pula terjadi,

begitu pula sebaliknya. Oleh karena itulah diperlukan pedoman bagaimana

bekerja yang memenuhi prinsip-prinsip keselamatan (Bambang Endroyono,

1989:5).

Menurut tafsiran yang bertalian dengan sikap tenaga kerja terhadap

keselamatan atas dinamika psikologis, faktor seperti tekanan, emosi, kelelahan,

konflik-konflik kejiwaan yang laten dan tak terselesaikan, dan lain-lain mungkin

berpengaruh secara negatif terhadap keselamatan. Faktor ini mungkin pula

berperanan dalam timbulnya kecelakaan pada tenaga kerja yang sebenarnya tidak

melakukan pekerjaan berbahaya (Sumamur PK., 1989:48).

Telah banyak diketahui bahwa perilaku manusia beserta sifat-sifatnya

memegang peranan yang sangat penting dalam terjadinya kecelakaan kerja.

Dalam hal ini harus diperhatikan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

kecelakaan, salah satunya adalah adanya sikap kerja yang apatis (Emil Salim,

2002:55).

5.1.2.4.1 Sikap Kerja Saat Kecelakaan

Dari sikap responden saat kecelakaan terjadi, sebagian besar responden

termasuk kurang konsentrasi dengan apa yang sedang mereka kerjakan.


70

Konsentrasi mereka terpecah dengan urusan lain selain urusan pekerjaan.

Akibatnya, potensi bahaya yang dapat mengancam keselamatannya tidak dapat

dihindari. Sikap yang mengarah pada kecelakaan seperti bekerja tanpa

menghiraukan peraturan yang ada, kurangya pengetahuan akan pekerjaan yang

dikerjakan, bertindak atau melakukan pekerjaan diluar aturan yang ada, kurang

konsentrasi saat bekerja.

5.1.2.4.2 Keadaan Tergesa-gesa dalam Bekerja Saat Kecelakaan

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 2 responden terlihat tergesa-gesa

saat kecelakaan terjadi, sedangkan 3 responden lainnya mengatakan tidak dalam

keadaan tergesa-gesa saat kecelakaan. Sikap tergesa dalam bekerja sangat

beresiko dengan terjadinya kecelakaan. Setiap dalam keadaan tergesa-gesa,

pekerja cenderung tidak menghiraukan bahaya yang ada disekitarnya.

5.1.2.5 Kebisingan

5.1.2.5.1 Kebisingan ditempat Kerja

Bising adalah suara yang tidak diinginkan (AM. Sugeng Budiono,

2003:32). Kebisingan pada tenaga kerja dapat mengurangi kenyamanan dalam

bekerja, mengganggu komunikasi antar pekerja, mengurangi konsentrasi,

menurunkan daya dengar dan tuli akibat kebisingan.

Sebagian besar responden menyatakan tempat kerja mereka bising

meskipun kebisingannya masih dibawah ambang batas yang ditentukan. Tingkat

kebisingan sekecil apapun dapat menimbulkan gangguan dalam pekerjaan.

Karena dapat mengganggu konsentrasi dan menghalangi komunikasi serta tidak

dapat mendengar perintah ataupun peringatan tentang tanda bahaya dan

sebagainya. Bunyi yang ditimbulkan dari aktivitas produksi seperti mesin


71

produksi, jika tidak sesuai dengan ambang batas yang ditentukan maka dapat

mengganggu kenyamanan kerja sehingga potensi terjadinya kecelakaan semakin

besar.

Tidak ada definisi yang mutlak untuk suara bising berlebihan, tetapi ada

kesepakatan umum bahwa setiap intensitas suara diatas 90 dB (A) tidak dapat

diterima untuk pekerja, dan bahwa suara nada tinggi akan ditolak pada intensitas

lebih rendah (ILO, 1989:103).

Tingkat kebisingan yang terlalu tinggi dapat juga menyebabkan terjadinya

kecelakaan dan efek terhadap produksi karena tanda peringatan dan sinyal lainnya

tidak dapat didengar. Selain itu, iritasi terhadap suara bising juga dapat

mengganggu pekerjaan dan menyebabkan timbulnya kesalahan karena tingkat

kebisingan yang kecilpun dapat mengganggu konsentrasi (Emil Salim, 2002:250).

5.1.2.6 Suhu

5.1.2.6.1 Kenyamanan Suhu ditempat Kerja

Ventilasi dan pengaturan suhu ruangan dimaksudkan untuk mengurangi

dampak LK3 dalam ruangan yang dapat menimbulkan keletihan berlebih dan

ketidaknyamanan bekerja (Emil Salim, 2002:8).

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden merasa

nyaman dengan keadaan suhu ditempat mereka. Karena umumnya ventilasi atau

pertukaran udara ditempat kerja lancar. Hanya 1 responden yang kurang nyaman

dengan keadaan suhu yang ada, dikarenakan pekerjaan yang dijalankan di dapur.

Responden tersebut merasa panas ketika kompor menyala (saat jam masak

berlangsung). Namun setelah selesai memasak dan kompor-kompor padam,

keadaan udara kembali nyaman. Suhu ditempat kerja yang terlalu panas dapat
72

menjadi faktor resiko terjadinya kecelakaan ditempat kerja. Karena suhu yang

dirasa tidak nyaman akan mempengaruhi kondisi fisik pekerja juga.

Tempat kerja yang nyaman merupakan salah satu faktor penunjang gairah

kerja. Lingkungan kerja yang panas dan lembab akan menurunkan produktivitas

kerja juga akan membawa dampak negatif terhadap keselamatan dan kesehatan

kerja (Gempur Santoso, 2004:54).

Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia

akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24C-27C.

Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi

otot. Suhu panas terutama berakibat menurunkan prestasi kerja pekerja,

mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan

keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf

perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang (Sumamur PK.,

1996:88).

Sedangkan menurut Grandjean (1986) dalam Eko Nurmianto (2003:278)

kondisi panas sekeliling yang berlebih akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk,

mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja. Hal ini

akan menurunkan daya kreasi tubuh manusia untuk menghasilkan panas dengan

jumlah yang sangat sedikit.

5.1.2.7 Penerangan

5.1.2.7.1 Kondisi Penerangan ditempat Kerja

Dari hasil penelitian diperoleh data tentang kondisi penerangan ditempat

kerja didapatkan bahwa seluruh responden berpendapat yang sama, yaitu merasa

penerangan yang ada ditempat kerja mereka sudah baik. Sebagian besar tempat
73

kerja responden cukup menggunakan bantuan cahaya matahari sebagai sumber

penerangan tempat kerja.

Penerangan ditempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang

menerangi benda-benda di tempat kerja. Banyak obyek kerja beserta benda atau

alat dan kondisi di sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting

untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi (AM. Sugeng Budiono,

2003:31).

Sumber penerangan ditempat kerja dibedakan dalam dua jenis, yakni:

penerangan alami yang bersumber dari cahaya matahari, dan penerangan buatan

bersumber dari lampu. Penerangan alami ditempat kerja harus diupayakan

diterapkan sedangkan penerangan buatan hanya sebagai penunjang pelengkap jika

sumber penerangan alami tidak memenuhi kebutuhan (Gempur Santoso, 2004:47).

Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang dikerjakan

secara jelas, cepat dan tanpa upaya tidak perlu (Sumamur PK., 1996:93).

Penerangan adalah penting sebagai suatu faktor keselamatan dalam lingkungan

fisik pekerja. Beberapa penyelidikan mengenai hubungan antara produksi dan

penerangan telah memperlihatkan bahwa penerangan yang cukup dan diatur

sesuai dengan jenis pekerjaan yang harus dilakukan secara tidak

langsung dapat mengurangi banyaknya kecelakaan.

5.1.2.8 Lantai Tempat Kerja

5.1.2.8.1 Keadaan Lantai Saat Terjadi Kecelakaan

Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras, tahan air

dan bahan kimia yang merusak (Bennet NB. Silalahi, 1995:228). Karena lantai
74

licin akibat tumpahan air, minyak atau oli berpotensi besar terhadap terjadinya

kecelakaan, seperti terpeleset.

Dari hasil penelitian diperoleh sebagian besar kondisi lantai saat

kecelakaan terjadi adalah dalam keadaan licin. Licinnya lantai dikarenakan karena

percikan air, tercampurnya air dengan busa sabun dan percikan minyak dan air di

dapur. Karena petugas kebersihan hanya membersihkan lantai setiap pagi, maka

ceceran air, ceceran minyak dibiarkan berada dilantai sampai tiba giliran untuk

dibersihkan keesokkan paginya. Hal inilah yang menjadi potensi bahaya apabila

karyawan kurang berhati-hati saat menjalalankan aktivitas dapat menyebabkan

terjadinya kecelakaan. Tempat kerja yang memiliki alas atau lantai yang tergolong

licin sangat mengancam atau membahayakan pekerja yang berada ditempat

tersebut. Keadaan lantai yang licin dapat menyebabkan pekerja terpeleset jika

mereka tidak sadar atau tidak mengetahui kalau sedang menginjak lantai yang

diatasnya terdapat ceceran atau tetesan minyak, air, maupun oli.

5.1.2.9 Kondisi Mesin

5.1.2.9.1 Kondisi Mesin yang digunakan Selama Berproduksi

Mesin dalam ruangan harus dipasang pada pondasi dengan penguatan

ikatan yang kuat kedudukannya, sehingga tidak terjadi getaran yang merambat

pada dinding bangunan (Emil Salim, 2002:193).

Sebelum bekerja dalam suatu bengkel mesin kita harus

mempertimbangkan dan mengingat akan akan keamanan kerja, sehingga program

kerja akan berjalan lancar. Untuk itu kita harus ingat, dimesin mana dan jenis

mesin yang harus kita ketahui, disamping lingkungan dan suasana tempat kerja.
75

Juga harus dilihat alat pengaman atau perintang bagian yang berbahaya dan

berputar serta landasan injakan operator dan kebersihan mesin (Soedjono,

1994:21).

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dari informasi responden yang

mengalami kecelakaan yang berhubung dengan mesin, mengatakan bahwa kondisi

mesin yang digunakan sebagai alat produksi masih berfungsi dengan baik. Dengan

mesin dan alat mekanik, produksi dan produktivitas dapat ditingkatkan. Selain itu,

beban kerja faktor manusia dikurangi dan pekerjaan dapat lebih berarti

(Sumamur PK., 1989:203). Apabila keadaan mesin rusak, dan tidak segera

diantisipasi dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.

5.1.2.9.2 Ketersediaan Alat Pengaman Mesin Saat Terjadi Kecelakaan

Alat pelindung dan alat keselamatan pada mesin (Machine Guarding and

Safety Devices) adalah semua alat yang dipasang untuk melindungi pekerja dari

bahaya langsung maupun tidak langsung yang ada di sutu instalasi. Alat-alat ini

bertujuan untuk melindungi pekerja dari bahaya yang diakibatkan oleh mesin,

proses ataupun bahan yang ada di instalasi (Emil Salim, 2002:202).

Mesin dan alat mekanik terutama diamankan dengan pemasangan pagar

dan perlengkapan pengamanan mesin ata disebut pengaman mesin. Dapat

ditekannya angka kecelakaan kerja oleh mesin adalah akibat dari secara

meluasnya dipergunakan pengaman tersebut. Penerapan tersebut adalah

pencerminan kewajiban perundang-undangan, pengertian dari pihak yang

bersangkutan, dan sebagainya (Sumamur PK., 1989:203).


76

Dari hasil penelitian diperoleh responden yang mengalami kecelakaan

karena mesin menyatakan bahwa saat ia mengalami kecelakaan, mesin yang

digunakan dalam proses produksi tidak ada pelindungnya. Sehingga saat pekerja

kurang berhati-hati dan lengah, maka keselamatannya terancam dan terpotonglah

3 ruas jari tangannya. Setelah ada kejadian kecelakaan, barulah pihak perusahaan

turun tangan untuk memberikan pelindung pada mesin tersebut.

5.1.2.9.3 Fungsi Pelindung Mesin

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang mengalami

kecelakaan karena mesin diperoleh bahwa pelindung mesin yang digunakan masih

dapat berfungsi dengan baik. Hal ini dikarenakan pelindung tersebut baru

terpasang setelah responden mengalami kecelakaan.

5.1.2.9.4 Jarak Mesin Saat Terjadi Kecelakaan

Mesin-mesin dan alat-alat diatur sehingga cukup aman dan efisien untuk

melakukan pekerjaan dan mudah (AM. Sugeng Budiono, 2003:65). Termasuk

juga dalam tata letak dalam menempatkan posisi mesin. Semakin jauh letak

mesin/posisi mesin dengan pekerja, maka potensi bahaya yang menyebabkan

kecelakaan akan lebih kecil. Sehingga dapat mengurangi jumlah kecelakaan yang

mungkin terjadi.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Responden merasa cukup nyaman

dengan posisi kerja dengan jarak mesin yang ada. Kenyaman ini muncul karena

sudah terbiasa dengan posisi kerja seperti itu. Posisi pekerja dengan letak mesin

sangat menentukan kenyamanan saat bekerja. Namun, jarak antara mesin dengan

pekerja dapat menjadi sumber bahaya bagi pekerja apabila pekerja posisi kerjanya
77

langsung terhubung atau berjarak sangat dekat dengan mesin yang sedang

beroperasi dan tanpa pelindung mesin.

5.1.3 Kecelakaan Luar Tempat Kerja

5.1.3.1 Riwayat Kecelakaan

Dari hasil penelitian di peroleh bahwa sebagian besar responden yang

mengalami kecelakaan luar tempat kerja, kecelakaan terjadi ketika mereka

perjalanan berangkat menuju tempat kerja. Kebanyakan responden menjadi

korban tertabrak oleh kendaraan lainnya.

Dalam studi yang diadakan di Inggris, ditemukan bahwa puncak

kecelakaan lokal terjadi sebelum waktu istirahat. Walaupun hal ini mungkin

disebabkan oleh faktor kelelahan, tetapi mungkin juga karena pekerja

mempercepat produksi pada saat-saat ini sebagai upaya mengejar target sebelum

istirahat (ILO, 1989:47).

5.1.3.2 Sifat dan Letak Kelainan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa sifat luka yang

paling serius berupa patah tulang. Lainnya berupa luka atau keluhan ringan seperti

memar, lecet, pegal.

Kecelakaan tidak jarang berakibat luka-luka, terjadinya kelainan tubuh dan

cacat. Bahkan tidak jarang merenggut kecelakaan merenggut nyawa dan berakibat

kematian (Sumamur PK., 1989:6).

5.1.3.3 Alat Pelindung Diri

5.1.3.3.1 Pelindung yang dipakai Saat Terjadi kecelakaan

Keselamatan pekerja harus diprioritaskan, oleh karena itu perlu dipelajari

langkah kerja dan alat-alat pelindung untuk menjaga keselamatan pekerja


78

(Bambang endroyono, 1989:25). Penggunaan alat pelindung diri yaitu

penggunaan seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi

sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja.

APD tidak secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat

mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi (AM. Sugeng Budiono,

2003:329).

Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa perlindungan yang dipakai

responden saat mengalami kecelakaan, semua responden sudah mengenakan

perlindungan. Agar lebih aman lagi, sebaiknya responden mengenakan

perlindungan yang lebih menjamin keselamatannya. Seperti penggunaan sarung

tangan, pelindung/tameng dada, masker wajah.

5.1.3.3.2 Kenyamanan Memakai Pelindung Diri

Dari hasil penelitian diperoleh informasi tentang perasaan nyaman saat

memakai pelindung bahwa seluruh responden merasa nyaman ketika memakai

perlindungan. Mereka menyadari jika pelindung diri itu penting bagi

keselamatannya.

Perasaan tidak nyaman (risih, panas, berat, terganggu) yang timbul saat

menggunakan APD akan mengakibatkan tenaga kerja merasa enggan untuk

menggunakannya (AM. Sugeng Budiono, 2003:334).

5.1.3.4 Perilaku Saat Terjadi Kecelakaan

Variabel perilaku adalah salah satu di antara faktor individual yang

mempengaruhi tingkat kecelakaan. Meskipun kepribadian, sikap karyawan, dan

karakteristik individual karyawan tampaknya berpengaruh pada kecelakaan kerja,

namun hubungan sebab akibat masih sulit dipastikan (Robert L. Mathis,


79

2002:226). Walaupun manusianya telah berhati-hati, namun apabila

lingkungannya tidak menunjang (tidak aman) maka kecelakaan dapat pula terjadi,

begitu pula sebaliknya. Oleh karena itulah diperlukan pedoman bagaimana

bekerja yang memenuhi prinsip-prinsip keselamatan (Bambang Endroyono,

1989:5).

Sikap atau perilaku akan berpengaruh terhadap terjadinya suatu

kecelakaan. Tergesa-gesa selalu dapat mendatangkan kecelakaan, karena mereka

cenderung tidak menghiraukan bahaya yang ada disekitarnya maupun peraturan

yang ada. Sebaliknya, jika bekerja penuh dengan kehati-hatian, maka potensi

untuk terjadinya kecelakaan sangatlah kecil. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa

60% responden mengaku tidak tergesa saat kecelakaan menimpa mereka.

5.1.3.5 Kondisi Fisik Jalan

Lingkungan kerja dapat dipandang secara makro dan secara mikro. Secara

mikro adalah tempat-tempat kerja itu sendiri sebagai lingkungan kerja dari para

pekerja, dan secara makro adalah daerah sekitar sebagai lingkungan dari tempat

kerja itu sendiri. Daerah lingkungan kerja secara makro dapat sampai beberapa

kilometer tergantung dari gangguan yang ditimbulkan (Bambang Endroyono,

1989:11).

Salah satu dari beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab kecelakaan

diantaranya adalah kondisi jalan saat kecelakaan terjadi. Jalan yang rusak,

berlubang, maupun licin akan dapat menyebabkan kecelakaan jika kita tidak

berhati-hati. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa, responden yang mengatakan

bahwa kondisi jalan masih bagus adalah sebesar 80%, 20% responden

mengatakan jalan yang ia lalui saat kecelakaan kondisinya berlubang. Ada pula
80

yang mengatakan bahwa keadaan jalan menikung meskipun kondisinya masih

baik.

5.2 Keterbatasan dan Kelemahan Peneliti

Penelitian yang telah dilaksanakan tentunya tidak terlepas dari keterbasan

dan kelemahan penelitian. Adapun kelemahan dalam penelitian ini adalah:

1. Waktu yang diberikan oleh pihak perusahaan hanya terbatas yaitu saat jam

istirahat.

2. Pengontrolan kejujuran dan kesungguhan responden dalam mengutarakan

jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.

3. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang mengumpulkan data

faktor penyebab kecelakaan yang sudah berlangsung cukup lama, dimana

responden harus mengingat-ingat jawaban yang akan diberikan.

4. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja, dan disini

peneliti hanya meneliti beberapa faktor saja sedangkan faktor lain tidak diteliti

karena keterbatasan peneliti.

5. Responden tidak mengetahui nilai ambang batas faktor fisik lingkungan kerja

(suhu, penerangan, kebisingan), sehingga hanya menjawab sesuai dengan apa

yang apa yang mereka rasakan saat berada ditempat kerjanya.


BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian analisis penyebab kecelakaan kerja,

diperoleh bahwa faktor resiko yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja di

PT. Jamu Air Mancur tahun 2007 adalah:

6.1.1 Faktor Manusia

Sebagian besar sebanyak 90,9% kecelakaan terjadi pada sampel usia di

atas 50 tahun, dengan masa kerja diatas 30 tahun, belum pernah mengikuti

pelatihan K3.

6.1.2 Kecelakaan dalam Tempat Kerja

Pada kecelakaan dalam tempat kerja dapat ditarik simpulan bahwa

kecelakaan terjadi karena faktor alat pelindung diri yang sudah tidak dipakai saat

kecelakaan terjadi, konsentrasi terpecah dengan urusan lain, keadaan lantai licin,

tidak tersedianya pengaman mesin, dengan jenis kecelakaan berupa terpeleset,

Kelainan/luka umumnya terdapat pada anggota badan bagian atas dengan sifat

luka terberat adalah terpotongnya 3 ruas jari.

6.1.3 Kecelakaan Luar Tempat Kerja

Dari hasil penelitian kecelakaan luar tempat kerja dapat disimpulkan

bahwa kecelakaan banyak terjadi saat perjalanan menuju tempat kerja di pagi hari

dengan jenis kecelakaan adalah tertabrak oleh kendaraan lain, kelainan berupa

80
81

patah tulang dan keluhan ringan berupa memar, lecet dan pegal, kondisi jalan

yang berlubang dan menikung menjadi penyebab kecelakaan.

6.2 SARAN

6.2.1 Bagi Perusahaan

1. Hendaknya PT. Jamu Air Mancur dapat menyediakan manual Sistem

Manajemen K3 yang mudah didapat oleh semua personil dalam perusahaan

bisa berupa copy file yang dibagikan oleh seluruh karyawan atau bisa di

tempel di tempat mading atau pusat informasi yang mudah diakses oleh

seluruh karyawan. Dengan karyawan yang dapat mengetahui manual SMK3

secara keseluruhan di harapkan dapat meningkatkan kesadaran karyawan

dalam hal K3.

2. Pelaksanaan pelatihan K3 sebaiknya diadakan rutin atau teratur dengan

mengikut sertakan seluruh elemen perusahaan, baik tenaga kerja laki-laki

maupun perempuan.

3. Penyebaran informasi K3 hendaknya lebih ditingkatkan tidak hanya pada

waktu pelatihan saja, melainkan dengan menambah poster-poster tentang K3

yang di diletakkan pada tempat-tempat yang berpotensi bahaya.

4. Mengontrol dan memperbaiki sarana prasarana yang telah menjadi penyebab

terjadinya kecelakaan kerja dan tempat-tempat yang berpotensi besar untuk

terjadinya kecelakaan kerja tersebut, seperti kondisi lantai dan kondisi mesin.

6.2.2 Bagi Tenaga Kerja

1. Lebih meningkatkan kewaspadaan ketika bekerja dan saat berada dalam

perjalanan.
82

2. Mematuhi peraturan K3 yang diterapkan diperusahaan.

3. Mengurangi dan merubah perilaku tegesa-gesa saat bekerja dan saat dalam

perjalanan.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Munib, dkk., 2004, 2004, Pengantar Ilmu Pendidikan, Semarang: UPT
UNNES Press.

AM. Sugeng Budiono, 2003, Bunga Rampai Hiperkes dan KK, Semarang: BP
UNDIP.

, 1992, Bunga Rampai Hiperkes dan KK, Semarang: BP UNDIP.

Bambang Endroyono, 1989, Keselamatan Kerja untuk Teknik Bangunan,


Semarang: IKIP SEMARANG PRESS.

Bennet Silalahi dan Rumondang Silalahi, 1995, Manajemen keselamatan dan


Kesehatan Kerja, Jakarta: PT Pustaka Bina Mandiri Prestindo Tbk.

BIKKB Riau, 2007, Kecelakaan Tenaga Kerja di Indonesia Terjadi Penurunan


hingga 37,12 Persen, (http://bikkb.riau.go.id), diakses 29 Agustus 2007.

Danggur Konradus, 2006, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Litbang


Danggur&Patners.

Depnaker RI, 1996, Indonesian Journal of Industrial Hygiene Occupational


Health and Safety Volume XXIX No. 4, Jakarta: Depnaker.

Depkes RI, 2007, Kecelakaan di Industri, (http://www.depkes.go.id), diakses 29


Agustus 2007.

Eko Nurmianto, 2003, Ergonomi (Konsep Dasar dan Aplikasinya), Surabaya:


Guna Wijaya.

Emil Salim, 2002, Green Company, Jakarta: PT. Astra Internasional Tbk.

Gempur Santoso, 2004, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta:


Prestasi Pustaka.

Himakesja, 2009, Kecelakaan Kerja Meningkat,


(http://himakesja.wordpress.com), diakses 12 Mei 2009.

ILO, 1989, Pencegahan Kecelakaan, Jakarta: PT. Pustaka Binaman Prestindo.

Juli Soemirat, 2000, Epidemiologi Lingkungan, Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.
87
88

Lexy J Moleong, 2006, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Lina Saptyani, 2005, Analisis Resiko dan Potensi Bahaya Lingkungan Kerja di
Dunia Fantasi Jakarta, Semarang: FKM UNDIP.

Malayu S. P. Hasibuan, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi


Aksara.

MA tulus, 1992, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

PT. Jamsostek, 2005, Petunjuk Teknis Penyelesaian Jaminan (JKK, JHT, JK),
Jakarta: PT. Jamsostek Persero.

Pungky W, 2004, Himpunan Peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja,


Jakarta: Sekretariat ASEAN-OSHNET dan Direktorat PNKK.

Robert L. Malthis dan John H. Jackson, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia
(Buku 2), Jakarta: PT. Salemba Emban Patria.

Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta:


Bumi Aksara.

Soedjono, 1994, Keselamatan Kerja 1, Jakarta: Penerbit Bhratara.

Soekidjo Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT


Rineka Cipta.

, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sumamur PK, 1996, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Gunung
Agung.

, 1989, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta: CV


Haji Masagung.

Syukri Sahab, 1997, Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,


Jakarta: PT. Bina Sumber Daya Manusia.

Tan Malaka, 1996, Proceeding Simposium Pemantauan Biologik dalam Profesi


Kesehatan Tenaga Kerja, Jakarta: EGC.
89

Unik Anita Inti, 2005, Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya
Kecelakaan Kerja pada Devisi Paper Mill 6 PT. Pura Barutama Kudus
Tahun 2005, Semarang: IKM FIK UNNES.
Lampiran 1 86

DATA KECELAKAAN KERJA PT. JAMU AIR MANCUR TAHUN 2007


Tanggal
Rumah Uraian
No. Kec Nama NIK Bagian
Sakit Kejadian
(2007)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. 07 Maret Sri Mulyati (C) 23259 Satpam dr. Oen Sepulang kerja naik sepeda motor dari arah barat, ketika
akan belok menuju ke arah rumah di tabrak sepeda motor
dari arah timur
2. 21 Maret Slamet 31401 Produksi dr. Oen Terpeleset di kamar kecil saat membersihkan muka dan
Siswanto kaki untuk persiapan pulang rumah, lalu terjatuh
3. 17 April Sarnito 30924 Produksi dr. Oen Berangkat kerja naik sepeda ontel, setelah kira2 1km
tersrempet dari belakang
4. 02 Mei Nanang 35634 Produksi dr. Oen Berangkat kerja dengan sepeda motor, ketika menghindari
Baskoro orang menyeberang jalan di perempatan jalan akhirnya
terjatuh
5. 07 Juni Suratman 31625 Produksi dr. Oen Kakinya tergelincir ketika mengangkat racikan jamu yang
akan dinaikkan ke atas truk
6. 27 Juni Sumarno 26856 Produksi dr. Oen Terpeleset saat mencuci gelas ketika akan pulang kerja.
Gelas pecah dan terkena tangan kanan
Lanjutan Lampiran 2 87

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


7. 18 Juli Sumanto 36144 Produksi dr. Oen Perjalanan pulang naik sepeda motor. Ketika menyeberang
jalan, tiba-tiba ditabrak pengendara sepeda motor dari arah
berlawanan
8. 02 Agustus Sri Mulyani (A) 19229 Produksi dr. Oen Tabrakan sesama pengendara motor ketika berangkat kerja
9. 23 Agustus Surati 22855 Produksi dr. Oen Terpeleset saat mencuci piring dan gelas saat selesai
makan siang
10. 06 Sept Maryadi 34140 Produksi dr. Oen Terjatuh dari sepeda motor saat berangkat kerja, karena
mengerem mendadak
11. 28 Suratmi 32210 Cetak dr. Oen Saat melumatkan adukan tangan kanan bergantian
Desember mengambil adonan yang ada disebelah kanannya, tiba-tiba
2 jari tangan kirinya terpotong 1 ruas
Lampiran 2 88

DAFTAR SAMPEL PENELITIAN


Masa
Umur Jenis
No. Nama Alamat Pendidikan Kerja
(Tahun) Kelamin
(Tahun)
1. Sri Mulyati (C) 52 Kartosuro, Sukoharjo P SMA 32
2. Slamet Siswanto 52 Morodipan, Kartosuro, Sukoharjo L SMP 27
3. Sarnito 49 Ngoro Tengah, Mojolaban, Sukoharjo L SMP 27
4. Nanang Baskoro 36 Serengan, Gemblegan, Solo L SMA 13
5. Suratman 52 Jaten, Karanganyar L SD 26
6. Sumarno 51 Makam Haji, Kartosuro, Sukoharjo L SMP 32
7. Sumanto 28 Tasikmadu, Karanganyar L SMK 10
8. Surati 54 Kadipiro, Karanganyar P SMP 33
9. Maryadi 36 Ngemplak, Kaliboto, Solo L SMP 15
10. Suratmi 50 Ngasinan, Jebres, Solo P SMP 34
79

I. Data Korban Kecelakaan Dalam Tempat Kerja


Masa
Umur Jenis
No. Nama Sampel Alamat Pendidikan Kerja
(Tahun) Kelamin
(Tahun)
1. Slamet Siswanto 52 Morodipan, Kartosuro, Sukoharjo L SMP 27
2. Suratman 52 Jaten, Karanganyar L SD 26
3. Sumarno 51 Makam Haji, Kartosuro, Sukoharjo L SMP 32
4. Surati 54 Kadipiro, Karanganyar P SMP 33
5. Suratmi 50 Ngasinan, Jebres, Solo P SMP 34
80

DATA PENELITIAN (Kecelakaan Dalam Tempat Kerja)


Uraian Pertanyaan dalam Kuesioner
Sam
pel Letak APD yang dipakai saat
Riwayat kejadian? Sifat Luka?
kelainan? terjadi kecelakaan?
1. Terpeleset dikamar kecil ketika membasuh muka dan Ngilu karena Pinggul dan Sudah tidak mengenakan APD,
kaki ketika jam kerja berakhir dan akan pulang ke terbentur paha. karena sudah keluar dari tempat
rumah. Kaki di sabun dan korban tiba-tiba terpeleset. lantai kamar kerja. Hanya memakai sandal
mandi. jepit, dan dilepas saat masuk
kedalam kamar mandi.
2. Ketika sedang mengangkat racikan jamu yang akan Keseleo Kaki kiri. Sandal jepit, slebrak, topi.
dinaikkan ke atas truk, kaki korban tergelincir.
3. Setengah 4, hampir waktu pulang. Korban mencuci Luka terbuka Telapak APD sudah ditanggalkan,
gelasnya. Karena jangkauannya tangan ke keran air dan mendapat tangan karena sudah tidak berada
kurang, koban terpeleset oleh keset basah yang setengah 6 jahitan. ditempat kerja.
diinjak oleh korban. Kemudian terjatuh, gelas jatuh dan
pecah terlebih dulu, kemudian tangan korban menumpu
pada pecahan gelas tersebut.
4. Sehabis jam istirahat, korban mencuci piring-piring Kemeng/ Ujung lengan Sandal jepit, slebrak.
karyawan. Ketika posisi mundur, tidak sadar kalau ada ngilu kiri
selokan kecil dibelakangnya. Kaki masuk keselokan dan
keseleo.
81

5. Ketika memasukkan adonan ke mesin extruder (mesin Terpotong 3 Jari kiri Masker, selebrak, topi.
pelumat) tangan kanan bergantian mengambil bahan masing-
adonan yang ada disebelah kanannya. Tiba-tiba jari masing 1 ruas
kirinya terkena putaran molen mesin tersebut.
82

Uraian Pertanyaan dalam Kuesioner


Sam Apakah dalam keadaan
Kenyamanan memakai Sikap sewaktu terjadi
pel tergesa-gesa saat terjadi Tempat kerja terlalu bising?
APD sewaktu bekerja? kecelakaan?
kecelakaan?
1. Nyaman saja Berhati-hati. Tidak tergesa-gesa. Ya, terasa bising. Tetapi tidak
mengganggu, karena masih
dalam taraf normal.
2. Karena sudah lama Tidak memperhatikan kondisi Agak tergesa dan tidak Tidak, masih dalam taraf
memakai dan terbiasa, jalan didepan, sehingga terjadi konsen dengan jalan, normal
jadi nyaman saja. kecelakaan. sampai-sampai kaki
tergelincir ketika akan
menaikkan adonan keatas
truk.
3. Cukup nyaman. Pikiran terpecah dengan urusan Sangat tergesa-gesa. Kadang bising kadang tidak.
dirumah. Karena keesokan Namun masih tergolong wajar
harinya akan ada hajatan mantu dan tidak mengganggu.
dirumah korban.
4. Tidak mengganggu. Kerjanya nyantai. Sebenarnya juga tidak Bising dari suara kompor ketika
nyala, namun tidak
mengganggu karena sudah
terbiasa.
5. Karena sudah menjadi Karena sedikit lengah, Tidak, karena sudah ada jam Saya merasa bising, tetapi
kewajiban, jadinya sehingga jari tangan masuk kerja. sudah terbiasa dengan keadaan
nyaman-nyaman saja. kedalam mesin pelumat tersebut.
adukan. Sehingga jari
terpotong.
83

Uraian Pertanyaan dalam Kuesioner


Sam
Kenyamanan suhu ditempat Apakah penerangan Jenis penerangan Apakah lantai terpelihara
pel
kerja? sudah baik? yang digunakan? kebersihannya dan tidak licin?
1. Keadaan suhunya biasa saja, Sudah cukup baik Karena posisi tempat Lantai basah dan kaki kebetulan
normal. Karena bekerja diruangan kerja ada di luar, masih ada sabun yang belum
tertutup, agar sirkulasi udara jendela dan pintu dibilas, jadinya licin.
lancar maka didalam ruangan selalu terbuka, dengan
diberi kipas angin. cahaya matahari saja
sudah sangat cukup.
2. Nyaman sekali. Disini ada angin- Cukup baik. Cahaya matahari, jika Lantai selalu kering, dan setiap
angin (saluran udara), pintu yang kurang terang baru hari selalu dibersihkan oleh
terbuka, serta kipas angin. menyalakan lampu. petugas kebersihan.
3. Terdapat ventilasi dan kipas angin Menggunakan lampu Lantai terlihat basah karena
ditempat kerja. Jadinnya terasa Sudah cukup baik untuk penerangan. percikan air dari keran tempat
nyaman. penerangannya. cuci piring dan gelas. Meskipun
sudah ada keset, tapi karena keset
yang sudah basah oleh air tidak
diganti, sama saja tidak dapat
menyerap ceceran air yang ada
disekitar tempat cuci tersebut.
4. Terasa panas kalau kompor- Cukup baik Kalau siang cukup Keadaan lantai licin. Karena di
kompor nyala. Meskipun ruangan penerangannya. dengan sinar matahari dapur, selain air juga terdapat
terbuka.dan terdapat kipas angin. saja, lampu baru percikan minyak yang terbawa
dinyalakan saat hujan sandal sampai kemana-mana.
dan malam hari.
5. Enak, tidak merasa kepanasan. Sangat baik Lampu Lantai selalu dalam keadaan
kering.
84

Uraian Pertanyaan dalam Kuesioner


Sam Apakah mesin yang Apakah bagian-bagian
Apakah pelindung tersebut Saat mengalami kecelakaan,
digunakan berproduksi dari mesin yang
pel dapat berfungsi dengan jarak mesin dengan pekerja
masih berfungsi dengan berputar/bergerak diberi
baik? sudah cukup amam?
baik? pelindung dengan baik?
1. - - - -
2. - - - -
3. - - - -
4. - - - -
5. Masih. Tidak ada pengaman Karena masih baru, masih Saya rasa cukup aman. Karena
mesin. Namun setelah dapat berfungsi dengan baik. biasanya juga bekerja dengan
terjadi kecelakaan, posisi yang seperti itu.
kemudian di beri
pengaman.
85

II. Data Korban Kecelakaan Luar Tempat Kerja


Masa
Umur Jenis
Nama Sampel Alamat Pendidikan Kerja
No. (Tahun) Kelamin
(Tahun)
6. Sri Mulyati (C) 52 Kartosuro, Sukoharjo P SMA 32
7. Sarnito 49 Ngoro Tengah, Mojolaban, Sukoharjo L SMP 27
8. Nanang Baskoro 36 Serengan, Gemblegan, Solo L SMA 13
9. Sumanto 28 Tasikmadu, Karanganyar L SMK 10
10. Maryadi 36 Ngemplak, Kaliboto L SMP 15
86

DATA PENELITIAN (Kecelakaan Luar Tempat Kerja)


Sam Uraian Pertanyaan dalam Kuesioner
pel Riwayat kejadian? Sifat Luka? Letak kelainan?
6. Sepulang kerja naik sepeda motor dari arah barat. Memar/ linu Badan
Ketika akan belok menuju rumah, ditabrak sepeda
motor dari arah timur Lecet Jari-jari tangan kanan
7. Saat berangkat kerja naik sepeda angin. Ketika Patah tulang Kaki kanan.
menghindari lubang didepan jalan, tiba-tiba ada sepeda
motor dari arah belakang yang juga menghindari
lubang tersebut. Akhirnya sepeda angin tertabrak
sepeda motor dari dari arah belakang.
8. Saat berangkat kerja naik sepeda motor, ketika Memar dan pegal-pegal. Anggota badan.
menghindari penyebrang jalan dan tidak bisa ngerem.
kemudian banting setang dan terjatuh
9. Sepulang kerja, sampai perempatan akan menyebrang Memar dalam. Lengan dan bahu.
jalan. Dari arah barat ada sepeda motor yang juga akan
menyebrang. Ketika di tengah-tengah jalan kedua
sepeda motor bertabrakan.
10. Berangkat kerja dengan sepeda motor. Didepan ada Patah tulang Tulang rusuk 4 buah
pengendara sepeda motor juga yang mengangkut
keranjang-keranjang akan berbelok dan mengerem
mendadak. Posisi jalan juga menikung, korban sudah
berusaha mengerem juga. Namun, belum sampai
sepeda motor berhenti, ban depan korban bersenggolan
dengan ban belakang sepeda motor yang ada
87

didepannya. Akhirnya terjatuh.


Uraian Pertanyaan dalam Kuesioner
Sam Keadaan jalan saat
Perlindungan yang dipakai saat Kenyamanan memakai Apakah tergesa-gesa saat
pel terjadi kecelakaan?
terjadi kecelakaan? pelindung diri? terjadi kecelakaan?
Licin? Berlubang?
6. Helm, jaket. Cukup nyaman, karena Tidak, karena saat itu sudah Tidak. Jalan masih dalam
demi keselamatan juga. hampir sampai rumah. Lagipula keadaan baik dan tidak
akan membelok, jadi kecepatan licin karena tidak hujan.
juga dikurangi.
7. Jaket. Nyaman. Tidak, karena waktunya juga Berlubang.
masih pagi. Biasanya juga
berangkat pada jam itu. Dan
masih belum terlambat.
8 Helm, jaket. Nyaman. Karena sebagai Ya, agak tergesa. Karena sudah Jalan aman.
kelengkapan. Kalau tidak mepet waktunya. Bahkan lampu
memakai malah kesalahan merah juga saya langgar, biar
nantinya. cepat sampai.
9. Jaket dan helm. Merasa nyaman. Tidak tergesa. Karena tinggal Jalan kondisinya masih
pulang saja. bagus.
10. Helm dan jaket Nyaman-nyaman saja Posisi tergesa-gesa Posisi jalan menikung,
tetapi kondisinya masih
baik.
88

Lampiran 3
97
Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS PENYEBAB KECELAKAAN KERJA
(Studi Kasus di PT. Jamu Air Mancur)

I. Identitas dan Karakteristik Responden


Nama :
Umur :
Alamat :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Masa Kerja :
Tempat Kecelakaan :
II. Pelatihan K3
1. Apakah anda pernah mengikuti pelatihan K3?
2. Apakah pelatihan K3 bagi pegawai diadakan secara teratur?
3. Apakah pelatihan diberikan oleh para ahli?
III. Peraturan K3
4. Apakah terdapat peraturan K3 di tempat Anda bekerja? Jika ada, peraturan
tentang apa saja?

PERTANYAAN UNTUK KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA


IV. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
5. Adakah perlindungan kerja yang Anda pakai saat kecelakaan terjadi?
6. Menurut Anda, apakah jenis/ bentuk APD nyaman untuk dipakai waktu
bekerja?
V. Perilaku
7. Bagaimana sikap Anda saat terjadi kecelakaan?
8. Apakah Anda dalam keadaan tergesa-gesa ketika kecelakaan terjadi?
VI. Kebisingan
9. Apakah Anda merasa tempat kerja Anda terlalu bising?
VII. Suhu
10. Apakah Anda merasa nyaman dengan suhu ruangan di tempat kerja?
Lanjutan (Lampiran 4) 98

VIII. Penerangan
11. Apakah Anda merasa penerangan di tempat kerja Anda sudah baik?
12. Jenis penerangan apa yang digunakan di tempat kerja Anda?
IX. Lantai Licin
13. Apakah lantai terpelihara kebersihannya dan tidak licin?
X. Kondisi Mesin/ Ketersediaan Alat Pengaman Mesin/ Letak Mesin
14. Menurut Anda, apakah mesin yang digunakan sebagai alat produksi masih
dapat berfungsi dengan baik?
15. Apakah saat Anda mengalami kecelakaan, bagian-bagian dari mesin yang
berputar/ bergerak diberi pelindung yang baik?
16. Apakah pelindung tersebut dapat berfungsi dengan baik?
17. Apakah saat Anda mengalami kecelakaan, jarak mesin dengan posisi Anda
bekerja sudah cukup aman?
PERTANYAAN UNTUK KECELAKAAN DI LUAR TEMPAT KERJA
XI. Alat Pelindung Diri (APD)
18. Saat Anda mengalami kecelakaan, pelindung apa saja yang Anda pakai?
19. Apakah Anda merasa nyaman dengan perlindungan yang Anda pakai?
XII. Perilaku
20. Apakah Anda tergesa-gesa saat terjadi kecelakaan?
XIII. Keadaan Jalan/ Kondisi Fisik Jalan
21. Bagaimana keadaan jalan yang Anda lalui saat kecelakaan terjadi? Licin
atau berlubang?
111

Lampiran 12

DOKUMENTASI PENELITIAN

Dokumentasi 1

Guide Kuesioner pada Salah Satu Responden

Dokumentasi 2

Guide Kuesioner pada Salah Satu Responden

Anda mungkin juga menyukai