Makalah Teori Stress Dan Adaptasi
Makalah Teori Stress Dan Adaptasi
Makalah Teori Stress Dan Adaptasi
PENDAHULUAN
Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu
berubah-ubah. Manusia sebagaimana dia ada pada suatu ruang dan waktu,
merupakan hasil interaksi antara jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsur
tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam segala masalah, kita
harus mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu keseluruhan (holistik) sehingga
manusia disebut makhluk somato-psiko-sosial.
Meningkatnya tuntutan dan kebutuhan hidup akan sesuatu yang lebih baik,
menyebabkan individu berlomba untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkannya.
Tapi pada kenyataannya sesuatu yang diinginkan tersebut kadangkala tidak dapat
tercapai sehingga dapat menyebabkan individu tersebut bingung, melamun hingga
stres.
1
Pemahaman tentang stres dan akibatnya penting bagi upaya pengobatan
maupun pencegahan gangguan kesehatan jiwa. Masalah stress sering dihubungkan
dengan kehidupan modern dan nampaknya kehidupan modern merupakan sumber
gangguan stress lainya. Perlu diperhatikan bahwa kepekaan orang terhadap stress
berbeda. Hal ini juga bergantung pada kondisi tubuh individu yang turut
menampilkan gangguan jiwa.
Stress merupakan gangguan kesehatan jiwa yang tidak dapat dihindari, karena
merupakan bagian dari kehidupan. . Stres dapat timbul karena adanya konflik dan
frustrasi. Sebagian besar orang beranggapan bahwa yang dimaksud stres adalah
sesuatu yang tidak menyenangkan dan membuat orang tersebut merasa tidak
nyaman, bingung,mudah marah, tekanan darah meningkat, detak jantung lebih
cepat, gangguan pencernaan, dsb. Sebagian besar stres dapat dipicu karena
pengaruh eksternal dan ada pula yang dipengaruhi oleh faktor internal individu
tersebut. Stres sebenarnya dapat dicegah dan diatasi dengan cara-cara tertentu.
Tapi melihat hal-hal tersebut,tampaknya tidak banyak orang yang mengetahui
tentang stres, bagaimana mencegahnya, mengatasi, ataupun memanfaatkan stres
tersebut sebagai salah satu bagian dari hidup kita. Pemahaman yang baik terhadap
stres akan membantu kita dalam menghadapi stres ketika stres tersebut menyerang
kita, melalui penanganan yang tepat dengan adanya pemahaman yang baik
mengenai stres, maka individu tidak akan terkena dampak negatif dari stres
tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
duraikan sebagai berikut.
1.2.1. Bagaimanakah konsep teori stres?
1.2.2. Bagaimanakah konsep teori adaptasi?
1.2.3. Bagaimanakah mekanisme koping terhadap stres?
1.2.4. Bagaimanakah cara mencegah stres?
2
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini
diuraikan sebagai berikut.
1.3.1. Untuk menjelaskan konsep teori stress
1.3.2. Untuk menjelaskan konsep teori adaptasi
1.3.3. Untuk menjelaskan mekanisme koping
1.3.4. Untuk menguraikan cara menceha stress
3
BAB II
PEMBAHASAN
Stres adalah suatu reaksi tubuh yang dipaksa, di mana ia boleh menganggu
equilibrium (homeostasis) fisiologi normal (Julie K., 2005). Sedangkan menurut
WHO (2003) Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial
(tekanan mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian
untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak
disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres; konteks
yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat
stres semua sebagai suatu sistem.
1. Stres Tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya
disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
4
1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting);
2) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya;
3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,
namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
2. Stres Tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula menyenangkan
sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul
keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi
cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat.
Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat
untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada
pada stres tahap II adalah sebagai berikut:
1) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar;
2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang;
3) Lekas merasa capai menjelang sore hari;
4) Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort);
5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar);
6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang;
7) Tidak bisa santai.
5
3) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin
meningkat;
4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai
masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan
sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi
atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late insomnia);
5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa loyo dan serasa mau
pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi
pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban
stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan
untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami
defisit.
4. Stres Tahap IV
Gejala stres tahap IV, akan muncul:
1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit;
2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah
diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit;
3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan
kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate);
4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari;
5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang
menegangkan; Seringkali menolak ajakan (negativism) karena
tiada semangat dan kegairahan;
6) Daya konsentrasi daya ingat menurun;
7) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat
dijelaskan apa penyebabnya.
5. Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V,
yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan
psychological exhaustion);
6
2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang
ringan dan sederhana;
3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal
disorder);
4) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat,
mudah bingung dan panik.
6. Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan
panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang
mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat
bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak
ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah
sebagai berikut:
1) Debaran jantung teramat keras;
2) Susah bernapas (sesak dan megap-megap);
3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran;
4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan;
5) Pingsan atau kolaps (collapse). Bila dikaji maka keluhan atau
gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh
keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal
(fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang
melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi ini
dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai
kemungkinan yang akan terjadi.
7
2) Stres sedang
Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan
mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.
3) Stres berat
Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung
memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi stres. Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan
lain dan memerlukan banyak pengarahan.
Bayi, anak-anak dan dewasa semua dapat mengalami stres. Sumber stres bisa
berasal dari diri sendiri, keluarga, dan komunitas sosial (Alloy, 2004). Menurut
Maramis (2009) dalam bukunya, ada empat sumber atau penyebab stres
psikologis, yaitu frustasi, konflik, tekanan, dan krisis.
Frustasi timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral
melintang, misalnya apabila ada mahasiswa yang gagal dalam mengikuti ujian
osca dan tidak lulus. Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan
kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang
dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain).
8
Konflik timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-
macam keinginan, kebutuhan atau tujuan. Ada 3 jenis konflik, yaitu :
9
2.1.4. Penggolongan Stres
Menurut Selye (2005) dalam menggolongkan stres menjadi dua golongan
yang didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialaminya yaitu :
1) Distres (stres negatif)
Merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres
dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas,
ketakutan, khawatir atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan
psikologis yang negatif, menyakitkan dan timbul keinginan untuk
menghindarinya.
10
(2) Respon kognitif, dapat terlihat lewat terganggunya proses kognitif
individu, seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi,
pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.
(3) Respon emosi, dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang
mungkin dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan
sebagainya.
(4) Respon tingkah laku, dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan
situasi yang menekan, dan flight, yaitu menghindari situasi yang
menekan.
Gejalagejala lain yang dapat dilihat dari orang yang sedang mengalami stres
antara lain:
a) Cemas
b) Depresi
c) Makan berlebihan
d) Berpikiran Negatif
e) Tidur Berlebihan
f) Diare
g) Konstipasi atau sembelit
h) Kelelahan yang terus menerus
i) Sakit kepala
j) Kehilangan Nafsu Makan
k) Marah
l) Tegang
m) Mudah Tersinggung
n) Gatal-gatal
o) Alergi
p) Merokok
q) Nyeri persendian
r) Berdebar-debar
s) Sesak napas
11
Apabila seseorang mengalami satu atau lebih dari gejala-gejala di atas, maka
kemungkinan orang tersebut mengalami stres.
Stres juga dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada anggota
tubuh, diantaranya:
a. Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan
warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan (rambut memutih) terjadi
sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan rambut.
b. Mata
c. Telinga
d. Daya pikir
e. Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak
serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau tertawa dan kulit muka
kedutan (tic facialis).
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain
daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar
12
menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami
spasme (muscle cramps) sehingga serasa tercekik.
g. Kulit
Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam, pada kulit
dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi
lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain daripada
itu perubahan kulit lainnya adalah merupakan penyakit kulit, seperti munculnya
eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul
jerawat (acne) berlebihan; juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki
berkeringat (basah).
h. Sistem Pernafasan
i. Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat terganggu
faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar
(dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga yang bersangkutan nampak
mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di bagian
ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan
kesemutan. Selain daripada itu sebahagian atau seluruh tubuh terasa panas
(subfebril) atau sebaliknya terasa dingin.
13
j. Sistem Pencernaan
Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada sistem
pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih; hal ini
disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah
kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan
penyakit maag. Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi
pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang
air besar atau sebaliknya sering diare.
k. Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat juga
terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil
lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes
mellitus).
m. Sistem Endokrin
14
2.1.6. Stres berdasarkan Jenis Kelamin
a. Stres pada Wanita
Fluktuasi estrogen dalam tubuh wanita dapat membuat parasaannya berubah-
ubah. Selama periode stres, kadar estrogen menurun. Kelenjar adrenalin
menghasilkan hormon stres lebih banyak dari pada estrogen. Selama fase ini,
ketika kadar estrogen menurun, terjadi pembentukan plak pembuluh darah yang
meningkatkan resiko terjadinya peyakit jantung. Setelah mencapai masa
menopouse, kadar estrogen pada wanita menurun hingga 80%. Ini adalah masa
titik balik yang penting pada kehidupan wanita. Banyak perubahan besar yang
terjadi seperti muka kemerahan dan terasa panas, masa tulang yang rendah hingga
mengalami osteoporosis. Selain itu estrogen melindungi sistem jantung dan
pembuluh darah sampai pada masa menopouse. Setelah menopouse, wanita
menjadi rentan terhadap masalah jantung, yang kemungkinan sama dengan pria.
15
1. Local Adaptation Syndrom (LAS)
16
c. Thinitus (pendengaran berdenging)
d. Daya mengingat, konsentrasi, dan berpikir menurun.
e. Wajah tegang, serius, tidak santai, sulit tersenyum, dan kedutan pada kulit
wajah (tic facialis).
f. Bibir dan mulut terasa kering, tenggorokan terasa tercekik.
g. Kulit dingin atau panas, banyak berkeringat, kulit kering timbul
eksim, biduran (urtikaria), gatal-gatal, tumbuh jerawat (acne), telapak
tangan dan kaki berkeringat dan kesemutan.
h. Napas terasa berat dan sesak.
i. Jantung berdebar-debar, muka merah atau pucat.
j. Lambung mual, kembung dan pedih, mulas, sulit defekasi, atau diare.
k. Sering berkemih
l. Otot sakit, seperti ditusuk-tusuk, pegal, dan tegang.
m. Kadar gula meninggi, pada wanita terjadi gangguan menstruasi.
n. Libido menurun atau bisa juga meningkat
17
c. Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat.
Terkadang disertai rasa sedih.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan
eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demi-
kian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang
optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan,
mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau pengua-
ssan situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd danBrookman,1992). Stresor yang
menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka
panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal,
seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap
tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif
dari seluruh individu.
18
a. Adaptasi Fisiologis
b. Adaptasi Psikologis
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan menga
mati perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam
berbagai cara. Karena kepribadian individual mencakup hubunganyang
kompleks di antara banyak faktor, maka reaksi terhadap stress
yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan
stresor klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme
19
koping yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan
yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga
menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa control
terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan
antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe
dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).
Ansietas
Depresi
Kepenatan
Peningkatan penggunaan bahan kimia
Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
Kelelahan mental
Perasaan tidak adekuat
Kehilangan harga diri
Peningkatan kepekaan
Kehilangan motivasi.
Ledakan emosional dan menangis.
Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.
Kecenderungan untuk membuat kesalahan (misalnya
buruknya penilaian).
Mudah lupa dan pikiran buntu
Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.
Preokupasi (mis. mimpi siang hari )
Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.
Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit
Letargi
Kehilangan minat
Rentan terhadap kecelakaan.
20
c. Adaptasi Perkembangan
21
Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga,
menciptakan kasrier yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua mereka.
Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada beberapa kasus meng-
gantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau orang tua dari kebutuhan
mereka. Namun demikian dapat timbul stress, jika mereka merasa terlalu
banyak tanggung jawab yang membebani mereka.
e. Adaptasi Spritual
22
seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi dapat
mengganggu makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi. Ketika
perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual, perawat tidak boleh
menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan klien tetapi harus
memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah berubah.
Individu dari semua umur mengalami stress dan mencoba untuk mengatasiny
a. Karena ketegangan fisik dan emosional yang menyertai stress
menimbulkan ketidaknyamanan, seseorang menjadi termotivasi untuk melakukan
sesuatu untuk mengurangi stress.
23
perilaku koping adalah humor, distraksi, bertanya untuk suatu informasi
berbicara dengan yang lain tentang keluhan/perasaan-perasaannya,
mendefinisikan kembali masalah kedalam istilah yang lebih disukai,
menghadapi masalah dengan dengan melakukan beberapa tindakan,
negosiasi kemungkinan pilihan/alternatif, menurunkan ketegangan dengan
minum, makan atau menggunakan obat, menarik diri, menyalahkan
seseorangatau sesuatu, menyalahkan diri sendiri menghindar dan
berkonsultasi denganahli agama
1. Individu
a. Kenal diri sendiri
Merupakan tahap awal yang harus dilakukan. Karena individu yang sudah
kenal akan dirinya, akan siap untuk menghadapi stressor yang ada. Cara
yang dapat dilakukan adalah:
Identifikasi diri
Tanyakan pada orang lain siapa anda
Mintalah umpan balik jika anda sudah kenal diri anda
b. Turunkan kecemasan
Identifikasi penyebab cemas
Cari tindakan yang menurut anda dapat menurunkan kecemasan
Lakukan teknik relaksasi
24
c. Berikan bimbingan mental dan spiritual untuk individu tersebut
darikeluarga
d. Berikan bimbingan khusus untuk individu, misalnya konseling
25
melenyapkan stress (Robinson, 1990; Dahl dan ONeal, 1993). Hipotesis
fisiologis menyatakan bahwa tertawa melepaskan endorphin ke dalam
sirkulasi dan perasaan stress di lenyapkan.
4. Istirahat
Pola istirahat dan tidur yang tetap, dan kebaisaan juga penting untuk
menangani stress. Seseorang yang mengalami stress harus di dorong
meluangkan waktunya untuk istirahat dan tidur. Tidur tidak hanya
menyegarkan tubuh, Tetapi juga membantu seseorang menjadi rileks
secara mental.
5. Tehnik Relaksasi
Relaksasi progresif dengan dan tanpa ketegangan otot dan tehnik
manipulasi pikiran mengurangi komponen fisiologis dan emodional stress.
Tehnik relaksasi adalah perilaku yang dipelajari dan membutuhkan waktu
pelatihan dan praktek. Setelah klien menjadi terampil dalam tehnik ini ,
ketegangan dikurangi dan parameter fisiologis berubah
26
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
28