Makalah Industri Pengolahan Mineral
Makalah Industri Pengolahan Mineral
Makalah Industri Pengolahan Mineral
MAKALAH
Oleh :
1. Mohamad Nor Aufa A1C314022
2. Noor Mini A1C314026
3. Farah Medina A1C314060
4. Masnah A1C314070
5. Siti Rahmah A1C314210
Reg A-2
BANJARMASIN
NOVEMBER 2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum W. W.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Serta puji dan
syukur atas kehadirat Allah Swt Tuhan semesta alam yang meliputi penguasa seluruh jagat raya
ini, mengetahui apa yang tidak kita ketahui, dan memberi daya upaya kepada kita untuk sujud
dan mengenal kepada-Nya dengan ilmu yang diberikan-Nya.
Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad Saw, seluruh
keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman illa yaumil kiyamah. Karena
dengan perantara merekalah sehingga kita masih berpegang kepada kalam kalimat Allah dan
menjadi manusia yang beriman dengan ilmu serta pengetahuan untuk menuju kepada jalan yang
di ridhoi Allah.
Alhamdulillah pada kesempatan ini kami dapat meyelesaikan pembuatan makalah yang
berjudul Industri Pengolahan Mineral. Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kimia
Industri. Walaupun tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang kami hadapi, tiada daya dan upaya
kecuali dengan pertolongan Allah Swt. Walaupun demikian, sudah tentu makalah ini masih
terdapat kekurangan dan belum dikatakan sempurna karena keterbatasan kemampuan kami. Oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak kami harapkan agar dalam
pembuatan makalah di waktu yang akan datang bisa lebih baik lagi. Harapan kami semoga
makalah ini berguna bagi siapa saja yang membacanya. Kami sadari bahwa kesempurnaan hanya
milik Allah. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat memahami teknik dasar pengolahan mineral dan dampak serta
solusi untuk limbah pada proses pengolahan mineral.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengolahan mineral?
2. Bagaimana tahapan-tahapan pengolahan mineral?
3. Apa dampak yang dihasilkan dalam pengolahan mineral?
4. Bagaimana pengelolaan dampak yang dihasilkan dalam pengolahan mineral?
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 1. menunjukkan contoh diagram alir operasi pengecilan ukuran bijih, mineral atau bahan
galian. Secara umum operasi pengecilan ukuran bijih melibatkan operasi crushing, grinding dan
sizing. Pabrik pengolahan bijih biasanya dimulai dengan operasi sizing, yaitu pemisahan
berdasarkan besar ukuran dengan menggunakan Grizzly Feeder. Alat ini akan mengeluarkan
bijih yang memiliki ukuran yang lebih kecil daripada ukuran setting Jaw Crusher. Grizzly
Feeder juga berfungsi sebagai pengatur laju penumpanan. Umpan yang masuk diatur sesuai
dengan kapasitas Jaw Crusher. Underflow yang merupakan Under size dari Grizzly Feeder
langsung masuk ke Cone Crusher. Sedangkan overflow yang merupakan oversize dari Grizlly
Feeder masuk ke Jaw Crusher.
Gambar 2. Diagram Operasi Kominusi Untuk Pengecilan Ukuran Bijih
Jaw Crusher menerima umpan dari overflow-nya Grizzly Feeder dan oversize dari Screen 1.
Operasi Screen 1 akan memisah ukuran bijih berdasarkan besar ukuran umpan yang dapat
diterima oleh Cone Crusher. Jadi fungsi Screen 1 adalah untuk memastikan bahwa ukuran
produk Jaw Crusher dapat diterima dan yang masuk ke cone crusher.
Cone Crusher menerima umpan yang merupakan underflow-nya grizzly feeder, under flow-nya
screen 1, dan overflow-nya screen 2. Fungsi sreen 2 adalah untuk mengeluarkan ukuran bijih
yang lebih besar dari kemampuan Ball Mill. Sehingga yang masuk ke Ball Mill hanya bijih
berukuran yang sesuai dengan kemampuan Ball Mill.
Ball Mill menerima umpan yang merupakan underflow-nya screen 2 dan undersize yang
merupakan underflow-nya classifier. Produk operasi Ball Mill masuk dalam classifier untuk
dipisah berdasarkan ukuran. Classifier membagi produk ball mill menjadi dua bagian yaitu
underflow dan overflow. Overflow classifier merupakan bijih dengan ukuran yang sudah sesuai
dengan target operasi kominisi dan siap untuk dipasah bedasarkan sifat-sifat fisiknya. Sedangkan
underflow merupakan produk ball mill yang terdiri dari bijih berukuran kasar yang belum siap
untuk dipisiah. Bijih dari Underflow langsung masuk lagi ke dalam ball mill.
Tahapan Kominusi:
Peremukan, crushing biasanya digunakan untuk pengecilan ukuran sampai ukuran bijih
kurang lebih 20 mm, sedangkan penggerusan, grinding digunakan untuk pengecilan ukuran
mulai dari 20 mm sampai halus. Umumnya pengecilan ukuran bijih dilakukan secara bertahap
yaitu:
a) Peremukan tahap pertama, primary crushing, mengecilkan ukuran bijih sampai ukuran 20 cm.
b) Peremukan tahap kedua, secondary crushing, mengecilkan ukuran bijih dari sekitar 20 cm
sampai 5 cm.
c) Peremukan tahap ketiga, tertiary crushing, mengecilkan ukuran bijih dari 5 cm menjadi
sekitar 1 cm
d) Penggerusan kasar, grinding, mengecilkan ukuran bijih mulai dari sekitar 1 cm menjadi
selkitar 1 mm.
e) Penggerusan halus,fine grinding, mengecilkan ukuran bijih mulai dari 1 mm menjadi halus,
biasanya ukuran bijih menjadi kurang dari 0,075 mm.
f) Kemampuan alat dalam mengecilkan ukuran sangat terbatas, sehingga pengecilan selalu
dilakukan bertahap. Tahap peremukan biasanya dilakukan dengan reduksi rasio antara 4
sampai 7, sedangkan penggerusan pengecilan dilakukan dengan reduksi rasio 15 sampai 60.
Reduksi rasio ukuran merupakan perbandingan ukuran umpan terhadap ukuran produk.
Mineral yang berkristral cenderung pecah dalam berbagai bentuk dan ukuran yang tak
terhingga bilamana ada energi yang menekan. Permasalahan utama dalam reduksi ukuran
adalah dalam hal membatasi banyaknya mineral yang oversize ataupun undersize, sekaligus
meningkatkan jumlah hasil mineral hasil proses yang ukurannya seperti yang diinginkan.
Material Umpan
Semua jenis proses reduksi ukuran, baik proses crushing maupun grinding ditentukan
oleh karakteristik umpan dari mineral (batuan/bijih). Parameter utama yang kita butuhkan
dari karakteristik mineral tersebut adalah crushability atau grindability, juga dikenal dengan
indeks kerja dan profil keausan yang dikenal dengan indeks abrasi.
Rasio Reduksi
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, semua operasi reduksi umumnya dilakukan
dalam beberapa tahapan proses. Semua peralatan yang digunakan, crusher atau grinder
masing masing mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap ukuran umpan dan ukuran
produknya. Hubungan antara peralatan dan ukuran mineral yang dihasilkan dikenal dengan
rasio reduksi.
Crushing
Proses crushing berbeda beda tergantung jenis mineral umpan, system operasinya,
dan produk akhir yang diinginkan.
Proses crushing batuan atau gravel dengan produk akhir sebagai filler dalam industri
pemberat (ballast), umumnya hasil proses masih berupa material kasar dengan ukuran dan
bentuk yang tertentu. Ukuran produk hasil crushing berkisar dari 4 sampai 18 mm.
Untuk menjaga bentuk produk dan meminimalkan undersize, proses crushing ini dilakukan
dalam beberapa tahapan.
Proses crushing yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan ukuran hasil akhir yang
relative halus, sekitar 100 mikron (150 mesh). Jumlah tahapan crushing bisa dikurangi
sampai pada ukuran yang diinginkan untuk kemudian diumpankan dalam proses grinding.
Grinding
Reduksi ukuran dengan proses crushing mempunyai keterbatasan dalam hal ukuran
akhir partikel. Untuk reduksi ukuran lebih lanjut, katakan dibawah 5 20 mm, harus
dilakukan proses grinding. Grinding merupakan proses powdering atau pulverizing dengan
menggunakan gaya mekanika batuan seperti impak, kompresi, penggesekan, dan
penggerusan.
Kegiatan industri mineral dapat menciptakan kerusakan lingkungan yang serius dalam
suatu kawasan/wilayah. Potensi kerusakan tergantung pada berbagai faktor kegiatan industri
mineral dan faktor keadaan lingkungan. Faktor kegiatan industri mineral antara lain pada
teknik industri mineral, pengolahan dan lain sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan antara
lain faktor geografis dan morfologis, fauna dan flora, hidrologis dan lain-lain. Dampak
kegiatan industri mineral terhadap lingkungan tidak hanya bersumber dari pembuangan
limbah, tetapi juga karena perubahan terhadap komponen lingkungan yang berubah atau
meniadakan fungsi-fungsi lingkungan. Semakin besar skala kegiatan industri mineral, makin
besar pula areal dampak yang ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat kegiatan industri
mineral dapat bersifat permanen, atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula.
Perubahan topografi tanah, termasuk karena mengubah aliran sungai, bentuk danau atau bukit
selama masa kegiatan industri mineral, sulit dikembalikan kepada keadaannya semula.
Kegiatan industri mineral juga mengakibatkan perubahan pada kehidupan sosial, ekonomi
dan budaya masyarakat. Perubahan tata guna tanah, perubahan kepemilikan tanah, masuknya
pekerja, dan lain-lain.
Ada berbagai macam resiko di bidang industri mineral yaitu resiko geologi
(eksplorasi) yang berhubungan dengan ketidakpastian penemuan cadangan (produksi), resiko
teknologi yang berhubungan dengan ketidakpastian biaya, resiko pasar yang berhubungan
dengan perubahan harga, dan resiko kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan
perubahan pajak dan harga domestik. Resiko-resiko tersebut berhubungan dengan besaran-
besaran yang mempengaruhi keuntungan usaha yaitu produksi, harga, biaya dan pajak. Usaha
yang mempunyai risiko lebih tinggi menuntut pengembalian keuntungan (rate of return) yang
lebih tinggi (Poerwanto, 2007).. Kegiatan ini terdiri dari tahap pra-konstruksi, operasi,
produksi dan pasca kegiatan
Sebagai negara penganut paham sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat,
Indonesia cenderung menggunakan prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu mengolah
kekayaan sumberdaya alam dan energi secara bijaksana agar kondisi lingkungan tetap lestari
dan bermutu tinggi. Lingkungan yang lestari, pembangunan akan tetap berlangsung dari
generasi ke generasi, dan lingkungan yang lestari hanya dapat dilahirkan dari pola pikir yang
memiliki rasa bijak lingkungan yang besar (Naiola, 1996). Usaha pertambangan mineral tidak
hanya sekedar pemenuhan keuntungan (aspek ekonomi) dari pengelolaan sumber daya
mineral, tetapi juga harus memperhatikan kebutuhan sosial dan lingkungan.
3.1 Kesimpulan
a) Pengolahan mineral (mineral dressing) adalah pengolahan mineral secara fisik.
b) Tujuan teknis lebih mengedepankan bagaimana memperoleh produk (konsentrat)
yang memenuhi syarat yang diinginkan, baik untuk proses selanjutnya, atau untuk
konsumen.
Secara teknis persyaratan yang diperlukan untuk konsentrat adalah:
Kandungan mineral berharga harus lebih besar dari nilai minimum yang ditentukan.
Kandungan gangue mineral harus lebih kecil dari nilai maksimum yang ditentukan.
c) Proses pemisahan dilakukan secara mekanis dengan memanfaatkan perbedaan sifat-
sifat fisik mineral yang akan dipisah.
d) Segala kegiatan pembangunan yang berlangsung diharapkan tidak hanya mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga harus mampu menjaga
kelestarian sumber daya alam. Sehingga alam tidak akan kehilangan fungsinya
sebagai pengendali keseimbangan kehidupan. Oleh karena itu setiap pembangunan
yang dilakukan harus berwawasan lingkungan.