Forsepad-MAKALAH LARUTAN BETADINE

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 40

SEDIAAN LARUTAN (BETADINE)

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas


Mata Kuliah Formulasi Sediaan Semi Padat dan Cair Pagi C

Di susun oleh :

Kelompok 1 :
1. Tomy Agustinus 1543050002
2. Aning Andri Yanti 1543050035
3. Jesica Cornelia 1743050002
4. Salsabila Mumtaz 1743050003
5. Kharida Zainatus .S 1743050004
6. Muhamad Helmi 1743050007
7. Ira Cristanti .S 1743050050

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
TAHUN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persaingan bisnis di era globalisasi saat ini menjadi sangat ketat. Berbagai cara dilakukan oleh
perusahaan untuk meluncurkan berbagai produk baru yang seakan-akan tidak pernah berhenti
dengan produknya yang sangat beragam. Salah satu masalah utama perusahaan dalam
menyusun strategi produknya adalah pemberian merek (Rahmadhany, 2011). Merek memang
bukan sekedar nama, istilah, tanda, simbol atau kombinasinya. Lebih dari itu, merek adalah
janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan features, benefits dan services kepada para
pelanggan. Dan janji inilah yang membuat masyarakat mengenal merek tersebut, lebih daripada
merek yang lain. Dalam dunia industri, istilah merek menjadi salah satu kata yang popular
dalam kehidupan sehari-hari. Merek sekarang tidak hanya dikaitkan oleh produk tetapi juga
dengan berbagai strategi yang dilakukan oleh perusahaan (Knapp, 2002).
Salah satu strategi perusahaan yang digunakan adalah dengan perluasan merek dimana
perusahaan mengembangkan produk baru yang berbeda kategorinya namun menggunakan
nama merek yang sama dengan nama merek produk sebelumnya (Kotler, 2002). Suatu produk
dengan merek yang telah dikenal sebelumnya tidak lagi hanya dilihat fungsi produknya semata,
namun juga dilihat dari nilai emosional keseluruhan (Mortimer, 2002). Strategi ini dinilai akan
lebih efektif dan lebih efisien karena memanfaatkan image merek produk sebelumnya atau
memanfaatkan brand recognition (nama merek yang sudah dikenal luas), sehingga konsumen
tidak asing dengan produk yang ditawarkan perusahaan (Rangkuti, 2002). Beberapa manfaat
strategi perluasan merek (brand extension) yang pertama adalah mengurangi persepsi risiko
ditolaknya produk tersebut oleh pelanggan. Selain itu, perluasan merek dapat meningkatkan
efisiensi dalam biaya distribusi dan promosi (Aaker dan Keller, 1990).
Merek erat kaitannya dengan keputusan konsumen dalam hal pembelian produk. Oleh karena
itu, perusahaan menyadari merek sebagai aset perusahaan yang paling bernilai karena disatu
sisi dimana ketika perusahaan tidak dapat lagi memproduksi produk mereka di dalam negeri,
merek mereka akan tetap memperoleh kesetiaan pelanggan. Hal ini terjadi karena seiring
dengan bertambahnya jumlah produk di pasaran, konsumen lebih bergantung pada merek yang
mereka ketahui dan percayai dan bergantung pada perusahaan yang memproduksi merek-merek
tersebut (Egolf, 2005).
Banyak perusahaan di Indonesia yang sudah menerapkan strategi perluasan merek, salah
satunya adalah PT. Mahakam Beta Farma yang bergerak pada bidang obat-obatan produksi
dalam negeri yang bersifat terapeutis maupun antiseptis. Salah satu produknya yang terkenal
adalah merek Betadine. Keberhasilan produk ini erat kaitannya dengan sambutan masyarakat
yang baik dengan adanya obat antiseptik yang terpercaya dan terbukti secara klinis mampu
membasmi berbagai jenis kuman dalam waktu singkat. Betadine semakin terpercaya dengan
digunakanannya obat ini oleh NASA dalam perjalanan luar angkasa (Mahakam Beta Farma,
2014). Dengan keberhasilan merek Betadine ini mendorong perusahaan tersebut untuk
mengembangkan produknya dengan mengandalkan kesuksesan merek Betadine. Kini PT.
Mahakam Beta Farma mengembangkan produknya dengan meluncurkan Betadine Antiseptic
Solution, Betadine Feminine Hygiene Solution untuk kewanitaan, Betadine Skin Cleanser,
Betadine Ointment (Betadine salep), Betadine Gargle (obat kumur) dan Betadine Shampoo
yang semua ini masih mempunyai kesamaan fungsi produk sebagai antiseptik (Mahakam Beta
Farma, 2014). Betadine Feminine Hygiene Solution merupakan produk paling baru dari
perluasan merek Betadine yang mengandung bahan aktif povidone 10% yang mempunyai
fungsi untuk menjaga kebersihan kewanitaan dan mencegah bau, gatal-gatal, keputihan serta
masalah yang berhubungan dengan kewanitaan lain yang disebabkan oleh kuman dan jamur.
Produk ini cukup memiliki perbedaan yang lumayan jauh dari produk asal yaitu Betadine,
karena Betadine sendiri telah tertanam di benak konsumen sebagai obat penyembuh luka
(Mahakam Beta Farma, 2014).
Perusahaan yang meluncurkan produk baru hasil perluasan merek, produk tersebut akan
membawa asosiasi yang baru, asosiasi tersebut akan berasimilasi dengan asosiasi yang sudah
ada. Asosiasi baru yang sejalan dengan asosiasi yang sudah ada tidak akan terjadi pergeseran
brand image bahkan dapat menguatkan brand image yang sudah ada, namun jika asosiasi baru
tersebut berbeda dengan asosiasi yang sudah ada maka akan terjadi pergeseran brand image
(Martinez dkk, 2009). Penelitian Aaker dan Keller (1990) dan replikasinya Bottomley dan
Doyle (1996), serta Barrett dkk (1999) menemukan bahwa perceived risk berpengaruh secara
signifikan pada sikap konsumen terhadap produk perluasan merek.
B. Tujuan
1. Mengidentifikasi pengaruh reputasi merek Betadine terhadap sikap konsumen
2. Mengidentifikasi perngaruh similarity merek Betadine terhadap sikap konsumen
3. Mengidentifikasi pengaruh innovativeness merek Betadine terhadap sikap konsumen
4. Mengidentifikasi pengaruh perceived risk merek Betadine pada sikap konsumen

C. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas permasalahan dalam penelitian dan memerlukan
penelitian untuk menguji kebenaran dugaan tersebut. Hipotetis yang akan diuji dalam penelitian
ini adalah:
1. H1 : Reputasi berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen pada produk perluasan
merek
2. H2 : Similarity berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen pada produk perluasan
merek
3. H3 : Innovativeness berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen pada produk
perluasan merek
4. H4 : Perceived risk berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen pada produk
perluasan merek
5. H5 : Reputasi, Similarity, Innovativeness, Perceived risk berpengaruh signifikan
terhadap sikap konsumen pada produk perluasan merek.
Gambar : Model analisis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.DEFINISI COMPOUNDING
Menurut USP 2004 Compounding merupakan proses melibatkan pembuatan
(preparation), pencampuran (mixing), pemasangan (asembling), pembungkusan (packaging),
dan pemberian label (labelling) dari obat atau alat sesuai dengan resep dokter yang berlisensi
atas inisiatif yang didasarkan atas hubungan dokter/pasien/farmasis/compounder dalam
praktek profesional.
2.2. TEKNIK COMPOUNDING
Pencampuran merupakan salah satu pekerjaan yang sangat umum dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari (Lachman,1989). Pencampuran adalah proses yang menggabungkan
bahan-bahan yang berbeda untuk menghasilkan produk yang homogen. Pencampuran dalam
sediaan farmasi dapat diartikan sebagai proses penggabungan dua atau lebih komponen
sehingga setiap partikel yang terpisah dapat melekat pada partikel dari komponen lain (Bhatt
dan Agrawal, 2007).

Tujuan dilakukannya pencampuran selain menghomogenkan bahan-bahan juga untuk


memperkecil ukuran partikel, melakukan reaksi kimia, melarutkan komponen, membuat
emulsi, dan lain-lain, sehingga tidak jarang dalam teknologi farmasi digunakan beberapa alat
pencampur / mixer dengan jenis yang berbeda untuk mengolah bahan-bahan obat. Tidak hanya
bahan-bahan obat yang akan mempengaruhi produk suatu obat, teknik pencampuran pun dapat
mempengaruhi produk obat yang dihasilkan.
Menurut Bhatt dan Agrawal (2007), beberapa contoh pencampuran skala besar dalam
bidang farmasi :
1. pencampuran bubuk/sebuk dalam pembuatan granul dan tablet
2. pencampuran kering (dry mixing) dalam proses kompresi langsung sediaan tablet dan
kapsul
3. pencampuran bubuk/serbuk dalam pembuatan sediaan kosmetik seperti bedak
4. pembuatan serbuk yang larut dalam larutan untuk pengisian dalam kapsul lunak dan sirup
5. pencampuran dua cairan yang tidak saling larut, seperti sediaan emulsi
Mekanisme pencampuran cairan secara esensial masuk dalam empat kategori, yaitu :
transpor bulk, aliran turbulen, aliran laminer, dan difusi molekuler. Biasanya lebih dari satu
dari proses – proses ini yang dilakukan pada proses pencampuran (Lachman, 1989).
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pencampuran yaitu :
1. sifat fisik dari bahan yang akan dicampur, seperti kerapatan, viskositas, dan kemampuan
bercampur
2. segi ekonomi, menyangkut pemrosesan
3. waktu, waktu yang dibutuhkan untuk mencampur
4. alat, kemudahan mencampur, perawatan, dan pembersihannya (Lachman, 1989).
Berdasarkan pengaturan penambahan suatu cairan atau larutan serbuk berupa bahan
pengikat dan reaksi mekanik maka proses pencampuran terdiri dari low shear dan high shear.
Shear adalah jumlah tekanan mekanik pada rotor (Tousey, 2002).
Pada proses pencampuran solid-liquid, digunakan metode shear mixing. Alat yang
digunakan adalah shear nmixer. Mesin ini dirancang untuk mengurangi ukuran partikel dan
mencampur. Metode pencampuran ini memiliki efisiensi yang lebih baik daripada metode
pencampuran lain. Kecepatan putaran mesin ini 3000-15000 rpm.
High shear adalah suatu metode pengadukan, dimana cairan dengan kekentalan rendah
(biasanya air) ditambahkan ke dalam campuran serbuk yang telah mengandung pengikat yang
kemudian dicampur dengan sisa bahan dalam formulasi (Tousey, 2002). Namun, penggunaan
high shear mixing pada kondisi tertentu dapat digunakan untuk membantu serbuk yang
mempunyai karakteristik khusus/sulit tercampur terdispersi ke dalam cairan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pencampuran Cair-Padat :

1. Bejana Pengaduk
Dalam industri kimia, bejana pengaduk merupakan tangki pengaduk ataupun autoklaf.
Penggunaan bejana ini disesuaikan dengan maksud dan tujuan pencampuran. Misalnya
untuk operasi kontinyu seringkali dipergunakan tangki pengaduk, sedangkan untuk maksud
pencampuran bertekanan digunakan autoklaf.

Wadah pengaduk biasanya adalah berbentuk silinder terbuka atau tertutup sedikit
sesuai jenis reaksi yang akan dilangsungkan. Kebanyakan dari wadah pengaduk dibuat dari
bahan isolator ataupun semi konduktor. Tangki pengaduk atau tanki reaksi biasanya
didesain untuk melakukan reaksi-reaksi pada tekanan diatas tekanan atmosfer, namun
seringkali juga digunakan untuk proses lain seperti pencampuran, pelarutan, penguapan,
ekstraksi ataupun kristalisasi.untuk pertukaran panas, tangki biasanya dilengkapi dengan
mantel ganda yang dilas atau disambung dengan flens, atau dilengkapi dengan kumparan
berbentuk pipa yang di las.

Untuk mencegah kerugian panas yang tidak dikehendaki, tangki dapat diisolasi. Perlu
diingat bahwa tangki pengaduk didesain sesuai dengan keperluan, misalnya untuk reaksi
dalam beberapa sistem operasi (terisolasi, terbuka ataupun tertutup), proses kerja dan
keperluan pengerjaan. Oleh karena itu kadangkala tangki dilengkapi dengan berbagai
lubang khusus. Lubang-lubang khusus ini misalnya : sumbu pengaduk/penyekat, pipa
penyuling, alat ukur pengendali, saluran pemasukan dsb. (Lachman, 1989)

2.3. BENTUK SEDIAAN LIQUID


Bentuk sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung satu atau
lebih zat aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium, yang homogen pada
saat diaplikasikan. Bentuk sediaan liquid dalam konsistensi cairnya, memiliki keunggulan
terhadap bentuk sediaan solid dalam hal kemudahan pemberian obat terkait sifat
kemudahan mengalir dari sediaan liquid ini. Selain itu, dosis yang diberikan relative lebih
akurat dan pengaturan dosis lebih mudah divariasi dengan penggunaan sendok takar.
Namun, bentuk sediaan ini tidak sesuai untuk zat aktif yang tidak stabil terhadap air.
Dengan kemasan botol dan penggunaan sendok takar untuk sediaan oral, maka tingkat
kepraktisan bentuk sediaan ini relative lebih rendah jika dibanding bentuk sediaan solid.
Untuk pemakaian topical, keunggulan bentuk sediaan liquid, jika dibanding bentuk
sediaan solid maupun semisolid, terletak pada daya sebar dan bioadhesivitasnya, selama
viskositasnya optimum. Namun terkait daya lekat dan ketahanan pada permukaan kulit,
bentuk sediaan liquid relative lebih rendah jika dibanding bentuk sediaan semisolid. Hal
ini terutama berhubungan dengan tingkat viskositas dari kedua bentuk sediaan tersebut.
Ragam bentuk sediaan liquid yang akan didiskusikan dalam makalah ini adalah larutan,
emulsi dan suspensi.
1. LARUTAN
Larutan merupakan sediaan liquid yang mengandung satu atau lebih zat aktif
(solute) yang terlarut dalam medium/pelarut/solvent yang sesuai. Medium/pelarut/solvent
yang universal adalah air. Namun demikian, ada berbagai jenis solvent lain yang
digunakan, antara lain minyak dan etanol. Kriteria yang berlaku untuk suatu sediaan
larutan adalah bahwa sediaan tersebut harus:
a. Aman dalam penggunaannya (tidak toksik, tidak iritatif, tidak alergenik)
b. Homogen
c. Zat aktif harus terlarut sempurna dan stabil dalam medium
Dengan persyaratan yang mendasar dari larutan bahwa semua komponen solute harus
terlarut, maka kelarutan (solubility) suatu bahan dalam medium memegang peranan
penting. Yang dimaksud dengan kelarutan (solubility) adalah ratio sejumlah solute
yang larut dalam pelarut yang sesuai.
d. Tidak boleh ada partikel yang mengapung, melayang, atau mengendap pada sistem
larutan
e. Viskositas dan daya sebar memungkinkan untuk penuangan maupun aplikasi dengan
mudah.
Dalam larutan oral, dikenal istilah sirup dan elixir. Istilah sirup terkait dengan
penggunaan gula dengan kadar 60-80%, sedangkan elixir terkait dengan keberadaan etanol
(dengan proporsi bervariasi) yang berfungsi sebagai cosolvent.
Cosolvent merupakan bahan yang dapat membentu kelarutan suatu solute dalam
medium utamanya. Contoh cosolvent selain etanol yang sering digunakan adalah propylene
glycol, isopropyl alcohol. Penggunaan cosolvent selain mempertimbangkan kadar dan
kapasitas cosolvensinya, juga harus mempertimbangkan faktor keamanan pada pemakaian
(tidak toksik), halal/tidaknya solvent tersebut saat digunakan per oral (telan).
Sehubungan dengan pemakaian larutan oral, penggunaan sendok takar memegang
peranan penting, untuk memastikan kebenaran dosis sediaan yang dikonsumsi oleh pasien.
Sangat tidak dianjurkan untuk menggunakan sendok makan atau sendok teh rumah tangga,
mengingat volume yang belum tentu sesuai dengan volume yang tertara sebagai sendok
makan (15 mL) atau sendok teh (5 mL) pada standar peresepan. Di dalam Farmakope
Indonesia edisi IV (1995) untuk merujuk takaran sendok sudah digunakan istilah sendok
besar (15 mL) dan sendok kecil (5 mL). Larutan tidak hanya digunakan untuk keperluan
per oral saja, namun juga parenteral dan topical. Larutan parenteral memerlukan tambahan
criteria khusus yaitu sterilitas dan bebas pyrogen.
(http://romdhoni.staff.gunadarma.ac.id)

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam desain sediaan larutan, antara
lain:
1. Tujuan terapi dan jalur pemberian. Dalam tujuan terapi ini perlu dipastikan:
a. Apakah dibutuhkan sediaan yang mampu memberikan onset cepat,
b. Apakah perlu secara per oral atau parenteral.
c. Zat aktif apa yang sekiranya memberikan efikasi dan keamanan dalam terapi
tersebut.
2. Zat aktif dan pemilihan medium
a. Kelarutan zat aktif terpilih dalam medium yang sesuai.
b. Stabilitas zat aktif dalam medium
c. Kadar zat aktif yang akan diformulasikan
d. Kebutuhan peran viscocity enhancer atau cosolvent
e. Kebutuhan peran additives, seperti misalnya: gula/pemanis, flavoring agent,
coloring agent, preservative,antioksidant
3. Desain kemasan baik primer (yang bersentuhan dengan produk) ataupun sekunder (yang
mengemas kemasan primer).

Jenis Larutan

 Berdasarkan pemakaian:
1. Larutan oral
Adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat dengan/ tanpa aroma,
pemanis, pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven air yang pemakaiannya
melalui oral. Contohnya : sirup, sirup simpleks, eliksir.

a. Potiones (Obat Minum)


Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat
dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna yang larut dalam air
atau berbentuk emulsi atau suspensi.

b. Elixir
- Sediaan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan (pemanis, pengawet,
pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap dan sebagai pelarut
digunakan campuran air-etanol.
- Etanol berfungsi untuk mempertinggi kelarutan obat. Elixir dapat pula
ditambahkan glycerol, sorbitol, atau propilenglikol.
c. Sirup
- Sirup simplex, mengandung 65 % gula dalam larutan nipagin 0,25 %b/v
- Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan,
digunakan untuk pengobatan.
- Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau
penyedap lain. Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup rasa atau bau obat
yang tidak enak.
d. Netralisasi
Obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan bagian basa
sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral. Mis; solutio citratis magnesii.

e. Saturatio
- Obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dan basa tetapi gas yang terjadi
ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh dengan gas.
- Pembuatan:
Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang tersedia. Mis NaHCO3
digerus tuang kemudian masuk botol.

Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang tersedia.

2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa asam dituang hati-hati
lewat tepi botol, segera tutup dengan sampagne knop sehingga gas yang terjadi
tertahan.
f. Potio Effervescent
Saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.
- Pembuatan :
i. Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio
ii. Langkah 3 : seluruh bagian asam dimasukkan ke dalam basa dengan hati-
hati, segera tutup dengan sampagne knop.Gas CO2 umumnya digunakan
untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan kadang-kadang dimasudkan
untuk menyegarkan rasa minuman.
iii. Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio effervescent
adalah :
iv. Diberikan dalam botol yang kuat, berisi kira-kira 9/10 bagian dan tertutup
kedap dengan gabus atau karet yang rapat. Kemudian diikat dengan
sampagne knop.
v. Tidak boleh mengandung bahan obat yang sukar larut, karena tidak boleh
dikocok. Pengocokan menyebabkan botol pecah karena botol berisi gas
dalam jumlah besar.
- Penambahan Bahan-bahan
Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian asam

 Zat netral dalam jumlah kecil. (jumlah besar dilarutkan dalam asam sebagian
dilarutkan dalam basa, berdasarkan perbandingan jumlah airnya).
 Zat-zat mudah menguap.
 Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkaloid
 Sirup
Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian basa

 Garam dari asam yang sukar larut. Mis Natrii benzoas, Natrii salisilas.
 Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam-garam kalium dan
amonium harus ditambahkan ke dalm bagian basanya, bila tidak akan
terbentulk endapan kalium atau amonium dari asam tartrat.
g. Guttae (drop)
- Obat tetes : sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, apabila tidak
dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam.
- Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan
tetesan yang setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan
dalam Farmakope Indonesia.
- Pediatric drop : obat tetes yang diguanakan untuk anak-anak atau bayi.
2. Larutan topical
Adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali mengandung pelarut
lain seperti etanol dan poliol yang pemakaiannya untuk bagian luar tubuh. Contohnya
: Collyrium Guttae, Ophthalmicae, Gargarisma, Guttae Oris, Guttae Nasalis,
Inhalation, Injectiones , Lavement, Douche.(Syamsuni, 2006)

a. Collyrium
- Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonis digunakan untuk
membersihkan mata, dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.
- Catatan :
- Pada etiket harus tertera : Masa penggunaan setelah tutup dibuka dan ”obat cuci
mata”.
- Collyrium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan lama 2
jam setelah botol dibuka tutupnya. Yang mengandung pengawet dapat digunakan
paling lama 7 hari setelah botol dibuka tutupnya.

b. Guttae ophthalmicae
Obat tetes mata : larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang dibuat
dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata.

Tetes mata juga tersedia dalam bentuk suspensi, partikel halus dalam bentuk
termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea.

c. Gargarisma (Gargle)
Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya
dalam keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan.

Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi


tenggorokan.

Penandaan : Petunjuk pengencern sebelum digunakan dan ”hanya untuk kumur,


tidak ditelan”

d. Litus Oris
Oles bibir adalah sediaan cair agak kental dan pemakaiannya secara disapukan
dalam mulut.

Cth: Lar 10 % borax dalam gliserin

e. Guttae Nasales
Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan
obat ke dalam rongga hidung,

Dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.

Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan
pembawa.

f. Inhalationes
Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut atau disemprotkan
dalam bentuk kabut ke dalam saluran pernafasan.

Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapat mencapai
bronkhioli.

Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas.

Penandaan : Pada etiket ditulis ”Kocok dahulu”

g. Epithema/Obat Kompres
Cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat yang sakit dan
panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose, digunakan
untuk mengeringkan luka bernanah.
Cth : Sol Rivanol, campuran Borwater-revanol

 Berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut :


1. Spirit
Adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalcohol dari zat yang mudah
menguap, dari bahan-bahan yang berbau harum.
2. Tinctur
Adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan
tumbuhan atau senyawa kimia.(M.Anief, 2007)

Dalam Farmakope Edisi III Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui secara pasti dapat
dinyatakan dengan istilah sebagai berikut:

Jumlah bagian pelarut yang diperlukan


Istilah kelarutan
untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut <1
Mudah larut 1- 10
Larut 10-30
Agak sukar larut 30-100
Sukar larut 100-1000
Sangat sukar larut 1000-10000
Praktis tidak larut >10000

2. EMULSI
Menurut FI III : 9 Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
cairan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau
th
surfaktan yang cocok. Menurut RPS 18 : 298 Emulsi adalah suatu sistem terdispersi
yang terdiri dari paling sedikit 2 fase cairan yang tidak saling bercampur. Sebagian besar
dari emulsi konvensional dalam farmasi memiliki ukuran partikel terdispersi dalam
diameter dari 0,1 sampai 100 mm. Menurut Lachman : 1029 Emulsi adalah suatu
campuran yang tidak stabil secara termodinamika yang terdiri dari 2 cairan yang tidak
saling bercampur. Menurut Parrot : 354 Emulsi adalah suatu sistem polifase dari 2
campuran yang tidak saling bercampur. Salah satunya tersuspensi dengan bantuan
emulgator keseluruh partikel lainnya. Ukuran diameter partikelnya 0.2 – 50 m. Menurut
Physical Pharmacy : 522 Emulsi adalah sistem yang tidak stabil secara termodinamika
mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur satu diantaranya
terdispersi sebagai globul-globul (fase pendispersi) dalam fase cair lainnya (fase
kontinyu) distabilkan dengan adanya bahan pengemulsi/emulgator.

Emulgator adalah suatu bahan yang dalam strukturnya memiliki bagian yang
lyofilik maupun lyofobik, yang mampu mengakomodasi droplet-droplet cairan yang tidak
saling campur, untuk dapat terdispersi dengan stabil. Contoh dari emulgator adalah: Pulvis
Gummi Arabicum (PGA), Tween, dan Span.
HLB (hydrophyl-lipophyl balance) merupakan suatu tingkat keseimbangan bagian
hidrofil dan bagian lipofil dari suatu emulgator dalam membentuk emulsi yang stabil.
Untuk mendesain suatu emulsi, seorang formulator perlu memahami HLB dari emulgator
atau campuran emulgator yang akan digunakan, untuk menstabilkan emulsi sesuai tipe
emulsi yang dikehendaki. Lebih daripada itu, beberapa fase minyak juga mengindikasikan
kebutuhan HLB (required HLB) yang harus dipunyai oleh emulgator untuk menstabilkan
emulsi pada dua jenis tipe emulsi.
Kriteria emulsi yang baik adalah:
a. Aman
b. Efektif dan efisien sesuai dengan tujuan terapi
c. Merupakan disperse homogen antara minyak dengan air
d. Stabil baik secara fisik maupun khemis dalam penyimpanan
e. Memiliki viskositas yang optimal, sehingga mampu menjaga stabilitas dalam
penyimpanan, serta dapat dituangkan dengan mudah
f. Dikemas dalam kemasan yang mendukung penggunaan dan stabilitas obat.
Dalam emulsi dikenal istilah fase dispers dan medium pendispersi. Ada
dua jenis tipe emulsi secara umum, yaitu:
1. Tipe air/minyak (A/M).
Tipe A/M berarti air (fase terdispersi) terdispersi dalam minyak (medium).
2. Tipe minyak/air (M/A).
Tipe M/A berarti minyak (fase terdispersi) terdispersi dalam air (medium).
Secara khusus dikenal pula tipe air/minyak/air dan tipe minyak/air/minyak.
Untuk membedakan tipe emulsi tersebut dapat dilakukan dengan cara:
1. Pemberian pewarna yang larut pada salah satu fase, kemudian dilakukan
pengamatan secara mikroskopis terhadap kondisi emulsi yang telah terwarnai
salah satu fasenya.
Contoh: semisal digunakan methylen blue yang larut air, apabila diamati melalui
mikroskop, yang terwarnai adalah dropletnya, maka emulsi tersebut bertipe A/M,
begitu juga sebaliknya. Jika digunakan Sudan III yang larut minyak, apabila
diamati melalui mikroskop, yang terwarnai adalah dropletnya, maka emulsi
tersebut bertipe M/A, begitu juga sebaliknya
Catatan: untuk pemastian hasil, emulsi perlu ditest dengan 2 jenis pewarna
tersebut.
2. Pengenceran dengan menggunakan cairan salah satu fase. Jika cairan untuk
mengencerkan tersebut bercampur dengan emulsi, maka dapat dipastikan bahwa
cairan tersebut berperan sebagai medium pendispersi.
Catatan: untuk pemastian hasil, emulsi perlu ditest dengan 2 jenis cairan
tersebut.
Sistem emulsi merupakan sistem dispersi yang diupayakan untuk memanipulasi dalam
waktu tertentu, dua cairan yang secara alami tidak saling menyatu, sehingga suatu saat
fase-fase dalam sistem tersebut dapat memisah sesuai dengan kealamiannya (by
nature). (M.Anief, 2000)

3. SUSPENSI
Suspensi merupakan sediaan yang merupakan sistem dispersi dari partikel zat aktif
solid yang memiliki kelarutan yang rendah pada medium. Yang diharapkan dari suatu
sediaan suspensi adalah bahwa sistem terdistribusi homogen saat digunakan.
Untuk itu yang menjadi criteria dalam sediaan suspensi adalah:
a. Aman
b. Efektif dan efisien
c. Partikel solid stabil secara kimia dalam medium
d. Partikel solid terdistribusi merata, tidak boleh cepat mengendap, kalaupun mengendap
dapat diredispersikan kembali dengan penggojogan ringan
e. Tidak membentuk cake (endapan massif yang kompak pada dasar botol yang tidak
dapat diredispersikan kembali)
f. Partikel solid tidak mengapung (floating).
Suspensi didesain dalam dunia kefarmasian untuk mengakomodasi penghantaran
zat aktif solid yang perlu dihantarkan dengan sediaan liquid, yang memiliki kelarutan yang
rendah terhadap medium. Dalam suspensi dikenal dua sistem yaitu:
1. Sistem flokulasi
Dalam sistem ini, saat tidak dilakukan intervensi mekanik apa pun, partikel-partikel
solid saling bergabung perlahan membentuk flok dengan ikatan yang lemah. Dengan
terbentuknya flok ini, maka flok akan cepat mengendap dan supernatant/medium akan
tampak relatif jernih. Namun dengan adanya kerenggangan dalam struktur flok ini,
apabila sistem digojog, maka partikel akan mudah terdispersi kembali.
2. Sistem deflokulasi.
Dalam sistem ini, partikel-partikel solid tidak membentuk flok, dan sebagai akibat
gravitasi, mengendap perlahan pada dasar. Berhubung partikel tersebut mengendap
perlahan, maka terjadi suatu penataan partikel di dasar botol yang cenderung membuat
endapan menjadi kompak dan keras (terbentuk cake) yang relative sulit untuk
didispersikan kembali dengan penggojogan ringan. Kedua sistem tersebut bukan
merupakan suatu pilihan. Formulator perlu mengakomodasi kebaikan dari dua sistem
tersebut untuk sediaan suspensi yang berkualitas (lama mengendap, sekalipun
mengendap dapat diredispersikan kembali dengan mudah, sehingga dalam
pemakaian/penggunaan obat dapat memberikan sejumlah partikel yang terdistribusi
homogen dalam medium) dalam penyimpanan waktu yang dikehendaki..
Komposisi dari sediaan suspensi adalah:
1. Zat aktif dengan kelarutan yang rendah pada medium
2. Medium suspensi yang diharapkan (dapat berupa air atau minyak)
3. Wetting agent à surface active agent
Solid yang memiliki kelarutan yang rendah dalam medium cenderung memiliki
tegangan permukaan yang tinggi. Keperluan menyertakan wetting agent disini
adalah agar tegangan permukaan solid dapat diturunkan, sehingga solid dapat
terbasahi dengan baik, dapat berada dalam medium, tidak terjadi pengapungan
partikel (floating).
4. Viscocity enhancer
Viscocity enhancer dibutuhkan untuk membentuk struktur pembawa (structured
vehicle) yang mampu menahan laju pengendapan partikel. Semakin kental sistem,
maka laju pengendapan partikel akan semakin rendah (salah satu intepretasi dari
Hukum Stokes)
3. Agen pemflokulasi
Agen pemflokulasi dibutuhkan untuk menstimulasi partikel-partikel membentuk
flok, sehingga resiko terbentuknya cake dapat dihindari. Namun, perlu diperhatikan
penambahan agen pemflokulasi ini, diarahkan untuk flokulasi yang terkendali
(controlled flocculation)
4. Additives
Sebagai additives disini dapat digunakan: gula (yang juga dapat berfungsi sebagai
viscocity enhancer) atau pemanis, pewarna, antioksidant, pengawet (yang
kesemuanya harus larut pada medium).
Suspensi juga dapat digunakan secara oral, topical, maupun parenteral. Namun
hal yang perlu diperhatikan terutama dengan penggunaan parenteral adalah kadar
solid, ukuran partikel solid (micro or nano sized) dan bentuk partikel solid (spheris),
selain sterilitas dan kondisi pyrogen-free. Demikian juga dengan penggunaan topical
yang ditujukan pada mata (ophthalmic suspension), perlu juga melihat ukuran dan
bentuk partikel, sealing sterilitas. Dalam ophthalmic suspension, kondisi pyrogen free
tidak dipersyaratkan, mengingat pemberian dilakukan secara topical. (Syamsuni,
2006)

2.4. TEKNIK COMPOUNDING SEDIAAN LIQUID


Formula Umum
R/ zat aktif
Pengental
Anti caplocking agent
Dapar
Pengawet
Antioksidan
Pemanis
Pewarna
Pewangi
Pembasah (jika perlu)
Solubilizer (jika perlu)
Komposisi umum sediaan larutan terdiri dari : bahan obat (solut) dan bahan pelarut (solvent)
serta bahan pembantu.
1. Bahan Obat
Prinsip cara melarutkan zat:

- Zat-zat yang mudah larut, dilarutkan dalam botol


- Zat-zat yanga agak sukar larut dilarutkan dengan pemanasan.
Masukan zat padat yang akan dilarutkan dalam erlenmeyer, setelah itu dimasukan zat
pelarutnya, dipanasi diatas tangas airdengan digoyangkan sampai larut. Zat aktif yang
hendak dilarutkan dimasukan dalam erlenmeyer dahulu, mencegah jangan sampai ada
yang lengket pada leher erlenmeyer.
- Untuk zat yang akan terbentuk hidrat maka air dimasukan dahulu dalam erlenmeyer
agar tidak terbentuk senyawa hidrat yang lebih lambat larutnya
- Untuk zat yang meleleh dalam air panas dan merupakan tetes besar dalam erlenmeyer
atau botol maka perlu dalam melarutkan digoyang-goyangkan untuk mempercepat
larutnya zat tersebut.
- Zat-zat yang mudah terurai dalam pemanasan dan dilarutkan secara dingin. Zat tersebut
contohnya: Hexaminum, Natrii bicarbonat, Cholarii Hydras, Protagol, Luminal
Natrium, Calsii Salisilat.
- Zat-zat yang mudah menguap bila dipanasi, dilarukan dalam botol tertutup dan
dipanaskan serendah-rendahnya sambil digoyangkan. Zat tersebut ialah: Camphora,
Thymol, Acidum Benzoicum, Acidum Salicylicum.
Bahan obat dari sediaan liquid harus terlarut. Jika bahan obat sukar untuk larut maka
perlu penanganan khusus seperti :
Cara menaikkan kelarutan:
1. Penggantian bentuk yang tepat (like dissolves like)
2. Dilarutkan dalam pelarut campuran
3. Dibuat bentuk kompleks yang larut
4. Pengaturan pH
5. Penambahan solubilizing agent

Cara mempercepat kelarutan:


1. Memperkecil ukuran partikel
2. Pengadukan
3. Pemanasan

Cara menaikkan kelarutan:


a. Penggantian bentuk yang tepat (like dissolves like)
- solut polar larut dalam pelarut polar
- solut non polar larut dalam pelarut non polar
Contoh:
- garam alkaloid larut dalam pelarut polar
(Ephedrin HCl) (air)
- alkaloid base larut dalam pelarut non polar
(Ephedrin base) (minyak)
b. Dilarutkan dalam pelarut campuran
Phenobarbital, paracetamol, dll sukar larut dalam air  kelarutan akan naik bila
dilarutkan dalam pelarut campuran.
Contoh: Elixir Phenobarbital  pelarut: air, alkohol, gliserin
R/ Phenobarbital 0,3
Alkohol qs
Glycerin qs
Aquadest ad 100 ml
m.f. Solutio
c. Dibuat bentuk kompleks yang larut
Iodium sukar larut dalam air tetapi larut dalam larutan pekat KI atau NaI  membentuk
garam rangkap yang mudah larut.
Contoh: pembuatan Solutio Lugoli
R/ Iodide 50
Potasium Iodide 100
Aquadest ad 1000 ml
m.f. Solutio
d. Pengaturan pH
- asam larut dalam suasana basa
- basa larut dalam suasana asam
e. Penambahan solubilizing agent
Penambahan zat tertentu yang dapat menaikkan kelarutan, misal: Tween

Cara mempercepat kelarutan:

a. Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel  semakin cepat larut
Mengapa??
 ukuran partikel kecil  luas permukaan besar  kontak dengan pelarut semakin
besar  yang teramati: semakin cepat larut.
b. Pengadukan

Pengadukan mempercepat Pelarut jenuh diganti Solut semakin


penggantian pelarut di dengan pelarut cepat larut
 
c. Suhu permukaan solut belum jenuh

- Eksotermik : suhu  kelarutan  H(–)


- Endotermik : suhu  kelarutan  H(+)

2. Bahan Pelarut

Menurut FI ed III: kecuali dinyatakan lain, yang disebut pelarut ialah air suling. Pelarut
yang biasa digunakan adalah:

 Air, untuk melarutkan bermacam-macam garam.


 Spiritus, untuk melarutkan kamfer, iodine, mentol.
 Gliserin, untuk melarutkan tannin, zat samak, boraks, fenol.
 Eter, untuk melarutkan kamfer, fosfor, sublimat.
 Minyak, untuk melarutkan kamfer, mentol.
 Paraffin liquidum, untuk melarutkan cera, cetasium, minyak-minyak, kamfer,
mentol, klorbutanol.
 Kloroform, untuk melarutkan minyak-minyak, lemak.
 Syarat bahan pelarut antara lain :
a. Bersih dan higienis.
b. Memiliki daya melarutkan solut yang besar.
c. Inert.
d. Bebas dari warna dan bau yang tidak dikehendaki.
3. Bahan pembantu

a. Anti caplocking
Untuk mencegah kristalisasi gula di cap botol maka umumnya digunakan alkohol
polyhydric seperti sorbitol, gliserol, atau propilenglikol.

b. Pewangi
Flavour digunakan untuk menutupi rasa tidak enak dan membuat agar obat dapat
diterima oleh pasien terutama anak-anak. Dalam pemilihan pewangi perlu
dipertimbangkan, untuk siapa obat diberikan dan berapa usia pengkonsumsinya. Anak-
anak lebih menyukai rasa manis atau buah-buahan sedangkan orang dewasa lebih
menyukai rasa asam. Flavour seperti asam sitrat garam dan momosodium glutamat
kadang-kadang juga digunakan. Flavouring agent dapat tidak stabil secara kimiawi
karena oksidasi, reduksi, hidrolisis, dan adanya pengaruh pH

c. Zat pewarna
Zat pewarna ditambahkan untuk menutupi penampilan yang tidak menarik atau
meningkatkan penerimaan pasien. Zat warna yang ditambahkan harus sesuai dengan
flavour sediaan tersebut. Zat warna harus nontoksik, noniritan dan dapat tersatukan
dengan zat aktif serta zat tambahan lainnya.

Dalam pemilihan zat warna harus dipertimbangkan juga masalah:

1. Kelarutan
2. Stabilitas
3. Ketercampuran
4. Konsentrasi zat warna dalam sediaan
d. Pengawet
Pengawet yang digunakan harus nontoksik, tidak berbau, stabil dan dapat bercampur
dengan komponen formula lain yang digunakan selama pengawet ini bekerja dalam
melawan mikroba potensial spectrum luas. Alasan penggunaan bahan pengawet
kombinasi untuk meningkatkan kemampuan spectrum anti mikroba, efek yang sinergis
memungkinkan penggunaan pengawet dalam jumlah kecil sehingga kadar
toksisitasnya menurun pula dan mengurangi kemungkinana terjadinya resistensi.

Kriteria untuk pengawet:

1. Harus efektif melawan mikroorganisme spectrum luas


2. Harus stabil secara fisik, kimia, dan secara mikrobiologi selama life-time produk
3. Harus nontoksik, cukup larut, dapat tercampurkan dengan komponen formula lain,
pada konsentrasi yang digunakan mempunya rasa dan bau yang dapat diterima
pengguna.
e. Pemanis
Pemanis yang digunakan dalam sediaan diantaranya: glukosa, sukrosa, sorbitol,
manitol, xytol, garam Na dan Ca dari sakarin, aspartam, thaumatin.

f. Antioksidan
Antioksidan yang ideal bersifat: nontoksik, noniritan, efektif pada konsentrasi rendah,
larut dalam fase pembawa dan stabil.

Contoh antioksidan adalah: asam askorbat, asam sitrat, Na metabisulfit, Na sulfite

g. Dapar
Zat yang range pH stabilitasnya kecil, maka harus di dapar dengan dapar yang
sesuai dengan memperhatikan :

1. ketercampuran dengan kandungan larutan


2. inert
3. tidak toksik
4. kapasitas dapar yang bersangkutan.
Larutan yang mengandung asam kuat atau basa kuat adalah larutan yang mempunyai
kapasitas dapar. Kebanyakan dapar terdiri dari campuran asam lemah dan garamnya
atau basa lemah dan garamnya. Buffer/ dapar adalah suatu material yang ketika
dilarutkan dalam suatu pelarut, senyawa ini mampu mempertahankan pH ketika suatu
asam atau basa ditambahakn. Buffer yang sering digunakan adalah: karbonat, sitrat,
glukonat, laktat, posfat atau tartrat.

Kriteria untuk buffer adalah:

a. mempunyai kapasitas yang cukup dalam rentang pH yang diinginkan.


b. aman untuk penggunaan jangka panjang.
c. memiliki sedikit/ tidak ada efek yang mengganggu stabilitas sediaan jadi.
d. dapat menerima flavouring dan warna dari produk. (solutio.blogspot.com)
2. Teknik compounding sediaan liquid secara umum
a. Dengan cara sederhana

Misal: - Sirup simplex  melarutkan gula dalam air

- Solutio Acidi Borici  melarutkan Acidum boricum dalam air.

b. Dengan reaksi kimia

Misal: - Solutio Lugoli  melarutkan Iod dalam larutan pekat kalium iodida

- Solutio Magnesii citras  melarutkan Magnesium carbonat dalam larutan


asam citrat.

c. Dengan ekstraksi simplisia nabati

Misal :

- infusa daun sirih ( Piper betle folium).

- Cara Melarutkan Zat (M.Anief, IMO, 99)

1) Zat-zat yang mudah larut, dilarutkan dalam botol


2) Zat-zat yang agak sukar dilarutkan dengan pemanasan
3) Untuk zat yang akan terbentuk hidrat maka air dimasukkan dulu dalam
erlenmeyer agar tidak terbentuk senyawa hidrat yang lebih lambat.
4) Untuk zat yang meleleh dalam air panas dan merupakan tetes besar dalam dasar
erlenmeyer atau botol maka perlu dalam melarutkkan digoyang-goyangkan atau
di gojok untuk mempercepat larutnya zat tersebut.
5) Zat-zat yang mudah terurai pada pemanasan tidak boleh dilarutkan dengan
pemanasan dan dilarutkan secara dingin.
6) Zat-zat mudah menguap bila dipaanasi, dilarutkan dalam botol tertutup dan
dipanaskan serendah-rendahnya sambil digoyang-goyangkan.
7) Obat-obat keras harus dilarutkan tersendiri, untuk meyakini apakah sudah larut
semua, dapat dilakukan ditabung reaksi lalu bilas.
8) Perlu diperhatikan bahwa pemanasan hanya diperlukan untuk mempercepat
larutnya suatu zat, tidak untuk menambah kelarutan, sebab bila keadaan menjadi
dingin maka akan terjadi endapan.
- Apabila meracik sediaan larutan, emulsi dan suspensi, peracik menyiapkan 2%
sampai 3% jumlah berlebih dari jumlah total. Dalam meracik sediaan ini
diperhatikan:
1) Untuk wadah unit-tunggal, berat dari tiap wadah yang terisi, periksa berat,
tidak kurang dari 100% dan tidak lebih dari 110% dari volume pada label.
2) Suspensi air disiapkan dengan menghaluskan campuran serbuk menjadi
pasta halus dengan bahan pembasah yang tepat. Pasta ini diubah menjadi
cairan free-flowing dengan menambahkan pembawa secukupnya. Bagian
pembawa dipakai untuk mencuci mortir, atau bejana lain, untuk mentransfer
suspensi secara kuantitatif ke dalam botol yang sudah dikalibrasi. Sediaan
dapat dihomogenkan untuk menjamin kehomogenan sediaan akhir.
3) Kurangi ukuran partikel menjadi ukuran terkecil yang layak
4) Larutan tidak mengandung bahan-bahan tidak larut yang tampak.
5) Emulsi dan suspensi diberi label “Kocok sebelum dipakai”
3. Compounding process

Compounder mengingat langkah-langkah berikut untuk meminimalkan kesalahan dan


memaksimalkan tujuan penulis resep :

a. Pertimbangkan kecocokan resep yang akan diracik dengan syarat-syarat


keamanan dan tujuan pemakaian.
b. Kerjakan perhitungan yang penting untuk mendapatkan jumlah bahan-bahan
yang diperlukan.
c. Identifikasi alat-alat yang diperlukan
d. Pakai pakaian yang tepat dan cuci tangan
e. Bersihkan daerah peracikan dan alat yang diperlukan
f. Hanya satu resep yang harus diracik pada satu waktu dalam suatu peracikan yang
ditentukan.
g. Kumpulkan semua bahan-bahan untuk meracik resep
h. Racik sediaan dengan mengikuti catatan formulasi (formulation record), Proses
meracik (lanjutan)
i. Nilai variasi berat, kecukupan pencampuran, kejernihan, bau, warna,
konsistensi, dan pH setempatnya.
j. Bubuhi keterangan catatan racikan dan jelaskan rupa sediaan
k. Beri label wadah resep dengan memasukkan item berikut: a) nama sedaan, b)
nomor identifikasi internal, c) initial compounder, d) penyimpanan yang
diperlukan, dan pernyataan yang diperlukan berdasarkan undang-undang.
l. Tandatangani dan beri tanggal resep yang menegaskan bahwa semua prosedur
telah dikerjakan untuk menjamin keseragaman, identitas, kekuatan, kuantitas, dan
kemurnian.
m. Bersihkan semua peralatan dan simpan dengan tepat.

2.5. PROBLEM COMPOUNDING PADA SEDIAAN LIQUID


A. Pengatasan kontaminasi mikroba
Dalam rangka mengoptimalkan metode untuk mengendalikan kontaminasi
mikroba obat-obatan, perlu untuk memahami sumber-sumber dan rute dari mana
kontaminasi mungkin berasal. Kontaminasi mikroba dari bahan baku selalu akan
ditransfer ke produk, sedangkan kontaminasi lebih lanjut mungkin diperoleh dari
peralatan dan lingkungan, dari operator proses dan bahan kemasan.
Contoh sediaan liquid yang berpotensi besar terkontaminasi mikroba adalah
sediaan sirup. Sirup adalah sediaan yang komposisi terbesar pada umumnya adalah air
sebagai pelarut. Karena komposisi terbesar dari sediaan ini adalah air maka, sirup
rentan sekali terkontaminasi oleh mikroba sebab air adalah media yang sesuai untuk
pertumbuhan mikroba.

Untuk mengantisipasi tumbuhnya mikroba pada sediaan selalu di lengkapi


dengan zat pengawet atau zat anti bakteri. Selain itu tetap menjaga stabilitas dari
sediaan salah satunya dengan cara memperkecil ukuran partikel sehingga zat mudah
terlarut. Zat aktif stabil pada pH tertentu. Oleh karena itu diperlukan dapar untuk
mempertahankan pH sediaan. Untuk kontaminasi mikroba pada alat ataupun kemasan
biasanya digunakan uji sterilitas. (bloomefield,2007)
B. Pengatasan problem oksidasi
Selain kontaminasi mikroba problem yang sering terjadi pada compounding
sediaan adalah terjadinya oksidasi atau interaksi sediaan dengan oksigen bebas di
udara. Untuk mencegah terjadinya oksidasi antara produk dengan oksigen bebas
tersebut maka biasanya pada waktu pengemasan dibuat sedemikian rupa, sehingga
terdapat sedikit mungkin oksigen pada wadah obat cairan. Cara lain untuk menghindari
terjadinya oksdasi adalah dengan penambahan bahan anti oksidan pada produk obat
yang dapat mengurangi oksigen bebas.
C. Pengatasan problema pembuatan suspensi dan emulsi
a. Pengatasan problema pembuatan suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel.
Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.

1. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah:


 Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut
serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran
partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya.
Sedangkan antar luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan
hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil
luas penampangnya.

 Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan
tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).

 Jumlah Partikel / Konsentrasi


Apabila di dalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka
partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering
terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan
terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar
konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel
dalam waktu yang singkat.

 Sifat / Muatan Partikel


Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam
campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada
kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan
yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah
merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengaruhi. Ukuran partikel
dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser,
colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan
dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut.
Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan
pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).

b. Pengatasan problema pembuatan emulsi


Emulsi merupakan sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Untuk menyatukan sistem dua fase tersebut
distabilkan dengan penambahan emulgator. Emulsi dikatakan tidak stabil bila
mengalami hal-hal seperti dibawah ini :
1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu
mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming
bersifat reversibel artinya bila dikocok perlahan-lahan akan terdispersi
kembali.
2. Koalesen dan cracking (breaking) yaitu pecahnya emulsi karena film yang
meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya
irreversibel (tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena:
a. Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan PH, penambahan
CaO / CaCL2
b. Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan dan
pengadukan.
Untuk dapat mencegah terjadinya koalesensi dapat ditambahkan emulgator
atau surfaktan yang cocok. Surfaktan menstabilkan emulsi dengan cara
menempati antar-permukaan tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat
batas fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi.
3. Inversi fase yaitu peristiwa berubahnya tipe emulsi W/O menjadi O/W atau
sebaliknya dan sifatnya irreversible.(Syamsuni,2006)
BAB III
PEMBAHASAN

Profil Produk

Betadine Antiseptic Solution

Betadine antiseptic solution merupakan antiseptik yang tersedia bebas untuk mengobati luka.
Betadine adalah suatu zat kimia yang mengandung bahan aktif Povidon-Iodine yang mempunyai
sifat antiseptik (membunuh kuman) baik bakteri gram positif maupun negatif. Betadine digunakan
untuk pengobatan pertama dan mencegah timbulnya infeksi pada luka-luka seperti: lecet,
terkelupas, tergores, dan terpotong. Selain itu, Betadine juga digunakan untuk mempersiapkan
kulit sebelum operasi, karena merupakan mikrobisida topikal kuat berspektrum luas yang
mengandung 10% povidon-iodin. Betadine Antiseptic Solution terdapat dalam kemasan 5 ml, 15
ml, 30 ml, dan 60 ml. Banyak perusahaan di Indonesia yang sudah menerapkan strategi perluasan
merek, salah satunya adalah PT. Mahakam Beta Farma yang bergerak pada bidang obat-obatan
produksi dalam negeri yang bersifat terapeutis maupun antiseptis. Salah satu produknya yang
terkenal adalah merek Betadine. Keberhasilan produk ini erat kaitannya dengan sambutan
masyarakat yang baik dengan adanya obat antiseptik yang terpercaya dan terbukti secara klinis
mampu membasmi berbagai jenis kuman dalam waktu singkat. Walau banyak digunakan dalam
masyarakat, pengetahuan mengenai manfaat betadine terbatas pada pembersihan luka saja.
Padahal ada lebih banyak lagi manfaat dari betadine, yaitu :

1. Menghambat Pertumbuhan Kuman


Betadine bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman. Jadi ketika seseorang memiliki
luka, mengapa pertolongan pertama adalah betadine? Karena luka rentan sekali akan
keberadaan kuman. Keberadaan kuman ini dapat membahayakan, karena mungkin saja
membuat luka semakin parah ataupun juga penyakit lain yang disebabkan oleh kuman
tersebut. Oleh sebab itu, bagi anda yang memiliki luka segeralah siramkan
betadine setidaknya sebagai pertolongan pertama. Sehingga kuman-kuman disekitar anda
enggan masuk ke luka dan tubuh anda. Tubuh anda pun akan terhindar dari penyakit yang
disebabkan oleh luka.

2. Mengompres Luka

Manfaat betadine untuk luka selanjutnya berkaitan dengan luka juga, yaitu dalam hal
mengompres luka. Seperti diketahui, luka akan terasa sangat perih oleh penderitanya.
Khususnya bagi anak-anak, luka akan terasa sangat sakit bahkan sampai bisa menangis. Oleh
sebab itu, dibutuhkan suatu penenang agar luka tidak terlalu perih lagi. Biasanya dilakukan
kompres pada luka. Tapi tidak bisa sembarangan dalam manfaat air garam untuk luka untuk
kompres luka dilakukan. Luka dapat dikompres selain dengan alkohol, adalah juga dengan
betadine. Luka anda kemudian akan lebih dingin dan tidak terlalu perih lagi.

3. Membersihkan Luka

Manfaat lain dari betadine adalah untuk membersihkan luka pada kulit. Diketahui bahwa luka
pada kulit seringkali terjadi karena terjatuh atau hal lainnya. Jika luka terjadi dan
menyebabkan sekitar luka kotor, maka penting untuk segera membersihkan lukanya. Seperti
diketahui, luka umumnya dibersihkan menggunakan alkohol. Pilihan lain untuk
membersihkan luka adalah dengan menggunakan betadine. Sehingga luka anda pun dapat
terjaga bersih tanpa ada resiko infeksi akibat luka yang kotor. Jadi silahkan gunakan betadine
untuk membersihkan luka anda.

4. Mencegah Luka Infeksi

Infeksi luka diketahui juga sangat rentan terjadi jika anda kurang hati-hati dalam
mengupayakan penyembuhannya. Terjadinya infeksi luka ini tidak dapat dipungkiri
dipengaruhi juga bagaimana memberikan pertolongan pertama. Cara terbaik untuk mencegah
infeksi luka adalah dengan menggunakan betadine. Betadine dapat membersihkan luka dan
mengusir berbagai pengaruh yang dapat membuat luka menjadi infeksi. Oleh sebab itu,
gunakanlah betadine untuk mendapatkan luka yang terbebas dari infeksi secara keseluruhan.

5. Mengeringkan Luka Nanah

Salah satu jenis luka adalah luka nanah atau luka bernanah. Jenis luka ini diketahui memiliki
bahaya yang sangat tinggi. Bagaimana seseorang dapat menjaga nanah tetap terhindar dari
infeksi adalah dengan segera mengeringkannya. Anda dapat membantu mengeringkan luka
nanah dengan menggunakan betadine. Betadine tersebut diaplikasikan pada luka nanah
tersebut. Sehingga luka nanah anda pun dapat lebih mudah kering untuk penyembuhannya.
6. Menyembuhkan Bisul

Bisul merupakan penyakit kulit yang sejenis dengan kulit nanah. Penyakit bisul ini diketahui
memiliki rasa sakit dan nyeri yang membuat seseorang menjadi tidak tahan menahan sakitnya.
Sakit bisul ini memiliki mata yang jika pecah akan sangat perih rasanya. Untuk itu dapat
menggunakan betadine untuk penyembuhan bisul. Bisul ini akan lebih dingin juga sehingga
sakitnya pun dapat lebih mudah ditangani. Sakit bisul ini banyak dialami oleh anak-anak.
Sebanyak itu pula maka, orang tua kemudian disarankan untuk menggunakan betadine sebagai
upaya penyembuhannya.

7. Mempercepat Penyembuhan Bisul

Penyembuhan bisul akan lebih cepat jika dilakukan dengan menggunakan khasiat dari
betadine. Betadine merupakan obat luka yang menimbulkan rasa dingin dan tidak mudah
perih. Jika anda mengaplikasikan betadine pada luka anda, dengan manfaat bio oil maka luka
bisul anda akan lebih cepat sembuh. Alasannya adalah karena betadine memiliki kemampuan
untuk mendinginkan luka yang perih. Jika luka bisul dikenakan betadine, maka bisul anda
akan lebih cepat sembuh. Jadi bisul anda pun tidak lagi perlu waktu lama, untuk matang, lalu
pecah dan sembuh kembali.

8. Menjadi Obat Antiseptic

Obat antiseptic yang umum diketahui masyarakat adalah alkohol. Selain alkohol, anda juga
dapat menggunakan betadine. Memang sedikit mirip khasiatnya dengan alkohol. Akan tetapi,
perbedaan utamanya terletak pada kandungannya. Jika anda memiliki antiseptic maka anda
akan lebih mudah menjaga kesehatan anda dengan manfaat rivanol dan mengantisipasi luka
yang mungkin mengenai anda dan keluarga anda. Oleh sebab itu, gunakanlah obat antiseptic
dan milikilah antiseptic ini sebagai cara utama penanggulangan penyakit luka anda. Jadi
siapapun anda, mulai sekarang gunakanlah antiseptic ini setiap saat.

Selain itu, juga masih ada beberapa manfaat betadine untuk luka yang sangat bagus untuk luka
lainnya, sebagai berikut:

1. Mengeringkan Luka Lebih Cepat


2. Menghindari Luka semakin Melebar
3. Mengurangi Rasa Nyeri
4. Merendam Luka
5. Mengeringkan Bisul
6. Menyembuhkan Luka
7. Membunuh Kuman di Luar Tubuh
BAB IV
KESIMPULAN

Betadine sebagai salah satu obat antiseptic produksi PT. Mahakam Beta Farma yang telah
dikenal oleh masyarakat luas memiliki banyak manfaat diantaranya :

1. Mengeringkan Luka Lebih Cepat


2. Menghindari Luka semakin Melebar
3. Mengurangi Rasa Nyeri
4. Merendam Luka
5. Mengeringkan Bisul
6. Menyembuhkan Luka
7. Membunuh Kuman di Luar Tubuh

Selain Betadine antiseptic solution, PT. Mahakam Beta Farma mengembangkan produknya
dengan meluncurkan Betadine Feminine Hygiene Solution untuk kewanitaan, Betadine Skin
Cleanser, Betadine Ointment (Betadine salep), Betadine Gargle (obat kumur) dan Betadine
Shampoo yang semua ini masih mempunyai kesamaan fungsi produk sebagai antiseptik (Mahakam
Beta Farma, 2014).

Anda mungkin juga menyukai