Agama Menjamin Kebahagiaan Makalah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

AGAMA MENJAMIN KEBAHAGIAAN

Oleh:

1. Riadin Risanto 061830330875


2. Heptaniarti 061830330866

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
2019
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Semua orang ingin bahagia. Tidak ada orang yang ingin hidupnya
sengsara, dan tidak bahagia. Namun, hanya ada sebagian orang yang mengerti arti
bahagia secara lahir dan batin. Dan hanya ada sebagian orang yang mampu
menjadi bahagia secara lahir dan batin.
Jika kebahagiaan hanya diukur dari harta, maka kebahagiaan yang
sesungguhnya tidak benar-benar didapatkan. Jika kebahagiaan hanya diukur dari
tahta, maka kebahagiaan yang sesungguhnya tidak benar benar diraih. Jika
kebahagiaan hanya diukur dari kenikmatan duniawi lainnya, maka kebahagiaan
yang sesungguhnya tidak benar-benar dicapai.

I.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu kebahagiaan?
b. Apa hubungan antara agama dan kebahagiaan?
c. Bagaimana prinsip kebahagiaan menurut Islam?
d. Bagaimana agama menjamin kebahagiaan?

I.3 Tujuan Makalah


a. Mengetahui apa itu kebahagiaan
b. Mengetahui hubungan antara agama dan kebahagiaan
c. Mengetahui prinsip kebahagiaan menurut Islam
d. Mengetahui bagaimana agama menjamin kebahagiaan

I.4 Manfaat Makalah


Makalah ini disusun agar dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
yang mampu meningkatkan wawasan pembaca maupun praktis yang berguna
apabila pembaca berada di lingkungan masyarakat.

ii
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 APA ITU KEBAHAGIAAN


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahagia adalah keadaan atau
perasaan senang dan tentram (bebas dari segala yang menyusahkan). Dan
kebahagiaan adalah kesenangan dan ketentraman hidup secara lahir dan batin.
Berikut pendapat dari beberapa ahli mengenai makna kebahagiaan:
1. Al-Alusi
Bahagia adalah perasaan senang dan gembira karena bisa mencapai
keinginan atau cita-cita yang dituju dan diharapkan
2. Ibnul Qayyim al-Jauziyah
Kebahagiaan adalah perasaan senang dan tentram karena hati sehat dan
berfungsi dengan baik.
3. Al Ghazali
Bahagia terbagi menjadi dua antara lain:
 Bahagia hakiki adalah kebahagiaan ukhrawi yang dapat diperoleh dengan
modal iman, ilmu dan amal.
 Bahagia majusi adalah kebahagiaan duniawi yang dapat diperoleh baik itu
orang yang beriman maupun yang tidak beriman

Definisi kebahagian juga diuraikan oleh para pemikir Muslim masa kini.
Cendekiawan Muslim asal Bogor, Prof Syed Muhammad Naquib Al-Attas,
mendefinisikan kebahagiaan sebagai kesejahteraan yang bukan hanya lahiriah.
Kebahagiaan tidak merujuk pada ketenangan pikiran. Ini adalah keyakinan diri
akan hakikat segala yang ada. Kebahagiaan adalah keadaan diri yang yakin akan
Allah. Kebahagiaan merupakan kondisi hati yang dipenuhi dengan iman dan
berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu.
Dalam ilmu tasawuf, seperti yang disampaikan Imam al-Ghazali, dalam
karyanya yang monumental Ihya Ulumiddin, merupakan sebuah kondisi spiritual

ii
saat manusia berada dalam satu puncak ketakwaan. Bahagia merupakan
kenikmatan dari Allah SWT.
Kebahagiaan dalam Islam adalah kebahagiaan autentik artinya lahir dan
tumbuh dari nilai-nilai hakiki Islam dan mewujud dalam diri seseorang hamba
yang mampu menunjukkan sikap tobat (melakukan introspeksi dan koreksi diri)
untuk selalu berpegang pada nilai-nilai kebenaran ilahiah, mensyukuri karunia
Allah berupa nikmat iman, Islam, dan kehidupan, serta menjunjung tinggi
kejujuran, kebenaran, dan keadilan dalam menjalani kehidupan pribadi, sosial, dan
profesional. Pada sisi lain, kebahagiaan itu menjadi tidak lengkap jika tidak
mewujud dalam kehidupan konkret dengan jalan membahagiakan orang lain.
Kebahagiaan berasal dari hati yang sehat. eberapa karakteristik hati yang
sehat diantaranya:
1. Selalu beriman kepada Allah dan menjadikan Al Qur’an sebagai obat untuk
hati.
2. Selalu berorientasi ke masa depan dan akhirat.
3. Selalu mendorong pemiliknya untuk kembali kepada Allah.
4. Selalu mengingat Allah.
5. Selalu menyadarkan diri apabila melupakan Allah karena urusan dunia.
6. Selalu mendapatkan ketenangan, kenikmatan, dan kebahagiaan ketika
menjalankan sholat.
7. Selalu memperhatikan waktu agar tidak terbuang sia-sia.
8. Selalu berorientasi kepada kualitas amal selama hidup.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perasaan senang dan
tentram karena hati yang dipenuhi dengan iman dan perilaku yang sesuai dengan
keyakinan.

II.2 HUBUNGAN ANTARA AGAMA DAN KEBAHAGIAAN

Abul Husain al-Warraq berkata, “Hidupnya jiwa adalah dengan mengingat


Zat Yang Maha Hidup dan Tidak Pernah Mati, dan kehidupan yang nikmat adalah
kehidupan bersama Allah, bukan selain-Nya.”

ii
Berdasarkan hadist tersebut, jiwa akan hidup jika mengingat Allah SWT.
zat yang maha hidup dan tidak pernah mati, dan kehidupan akan menjadi nikmat
jika bersama Allah SWT. Dengan mengingat Allah SWT, seperti sholat, mengaji,
dzikir, membuat jiwa akan hidup dan hati menjadi tenang, kehidupan juga akan
menjadi lebih nikmat karena kita selalu mengingat yang menciptakan kehidupan.

Secara teologis, beragama itu adalah fitrah. Jika manusia hidup


sesuai dengan fitrahnya, maka ia akan bahagia. Sebaliknya, jika ia
hidup tidak sesuai dengan fitrahnya, maka ia tidak akan bahagia. Secara
historis, pada sepanjang sejarah hidup manusia, beragama itu merupakan
kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Banyak buku membicarakan atau
mengulas kisah manusia mencari Tuhan. Umpamanya buku yang ditulis oleh Ibnu
Thufail. Buku ini menguraikan bahwa kebenaran bisa ditemukan manakala ada
keserasian antara akal manusia dan wahyu. Dengan akalnya, manusia mencari
Tuhan dan bisa sampai kepada Tuhan. Namun, penemuannya itu perlu konfirmasi
dari Tuhan melalui wahyu, agar ia dapat menemukan yang hakiki dan akhirnya ia
bisa berterima kasih kepada Tuhan atas segala
nikmat yang diperolehnya terutama nikmat bisa menemukan Tuhan dengan
akalnya.
Secara horizontal, manusia butuh berinteraksi dengan sesamanya dan
lingkungannya baik flora maupun fauna. Secara vertikal manusia lebih butuh
berinteraksi dengan Zat yang menjadi sebab ada dirinya. Manusia dapat
wujud/ tercipta bukan oleh dirinya sendiri, namun oleh yang lain. Yang menjadi
sebab wujud manusia tentulah harus Zat Yang Wujud dengan sendirinya
sehingga tidak membutuhkan yang lain. Zat yang wujud dengan
sendirinya disebut wujud hakiki, sedangkan suatu perkara yang
wujudnya tegantung kepada yang lain sebenarnya tidak ada/ tidak berwujud.

Sisi apa dari agama membuat penganutnya lebih bahagia? Sejumlah


penelitian menyimpulkan bahwa social network dalam setiap agama yang penuh
kehangatan dan memberi makna bagi setiap umat-umatnya akan mendatangkan
rasa bahagia.

ii
Agama adalah pedoman hidup dan menjadi tolok ukur yang mengatur
tingkah laku penganutnya dalam kehidupan sehari-hari. Baik atau tidaknya
tindakan seseorang tergantung pada seberapa taat dan seberapa dalam
penghayatan terhadap agama yang diyakini. Agama berperan sangat penting
dalam mengatur kehidupan manusia dan mengarahkannya kepada kebaikan.

Agama hanya mendatangkan bahagia bagi pemeluknya manakala nilai-


nilai agama universal, seperti kejujuran, keadilan, kesetaraan, dan solidaritas
mendominasi relasi sosial di antara para pemeluknya. Jika dalam sebuah
lingkungan sosial keagamaan yang dikembangkan adalah nilai-nilai intoleransi,
kekerasan, pemaksaan, dogma, tidak ada kebebasan memilih, dan penuh
dengankonflik dan terror, maka dapat dipastikan bahwa lingkungan sosial
keagamaan tersebut membuat warganya tidak bahagia. Bukan hanya tidak
bahagia, melainkan juga menciptakan penyakit kejiwaan yang parah untuk waktu
yang lama. Namun, dibutuhkan komitmen kuat, pengertian, kesabaran, cinta-
kasih, dan tanggungjawab bersama untuk menjalin relasi yang hangat, akrab,
intens dan bermakna dengan pasangan. Memang tidak mudah, tapi tidak sedikit di
antara kita berhasil membangun relasi demikian, bahkan mempertahankannya
sampai ajal menjemput.

Agama memberi kekuatan dalam menanggung penderitaan hidup. Agama


menghidupkan kekuatan dalam diri manusia untuk mampu menghadapi berbagai
penderitaan hidup dan berperan sebagai benteng tokoh yang melindunginya dari
serangan keputusan dan hilangnya harapan. Berkat keimanan yang kuat dan
keyakinan bahwa Allah pasti memberi pertolongan, setiap masalah yang muncul
setiap jalan buntu yang ditemui dalam kehidupannya dapat dipecahkan dan
diatasi. Alhasil, ia akan mampu menghindar dari keputusasaan dan kesia-siaan.

Jadi, agama mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kebahagiaan.


Agama berpengaruh pada kebahagiaan seseorang. Seseorang yang imannya kuat
mampu bahagia dengan cara cara yang sederhana seperti mensyukuri semua yang
ada pada dirinya.

ii
II.3 PRINSIP KEBAHAGIAAN MENURUT ISLAM

Setiap manusia memiliki cara pandang dan prinsip yang berbeda dalam
mengukur kebahagiaan. Islam juga mempunyai prinsip dan cara pandang dalam
mengukur kebahagiaan, diantaranya:

1. Bahagia di jalan Allah


Bahagia di jalan Allah maksudnya adalah seseorang yang ridho dan ikhlas
dengan jalan yang sudah Allah tentukan. Dengan hati yang ridho, hati akan
menjadi ikhlas karena percaya serta yakin bahwa Allah akan memberikan yang
terbaik untuk hamba-nya

‫ق‬ َ ‫س ت َقِ ي ًم ا ف َ ا ت َّب ِ ع ُو ه ُ ۖ َو ََل ت َت َّب ِ ع ُوا ال سُّ ب ُ َل ف َ ت َف َ َّر‬


ْ ‫ط ي ُم‬ ِ ‫َو أ َ َّن َٰهَ ذ َا‬
ِ ‫ص َر ا‬
َّ ‫ب ِ كُ ْم عَ ْن سَ ب ِ ي لِ ِه ۚ َٰذ َ لِ كُ ْم َو‬
‫ص ا كُ ْم ب ِ ِه ل َ ع َ ل َّ كُ ْم ت َت َّق ُو َن‬
“dan bahwa(yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-
jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan
Allah agar kamu bertakwa”. (Qs. Al-An’am:153)

Berdasarakan surah di dalam Al-Quran tersbut. Jika kita tidak mengikuti


jalan yang sebagaimana Allah SWT perintahkan maka jalan tersebut akan
mencerai beraikan kita dari jalan-Nya. Karena sesungguhnya kebahagiaan hanya
dapat diperoleh dengan cara mematuhi perintah Allah SWT. menjauhi larangan
Allah SWT. sudah dapat dipastikan orang yang melanggar perintah Allah SWT
tidak akan bahagia, karena ia mencari kebahagian kepada selain Allah.

2. Berpindah dari kebahagiaan dunia ke kebahagiaan akhirat


Sesungguhnya seseorang manusia hidup diatas keinginannya. Ketika
keinginan terbesarnya adalah kehidupan akhirat, maka ia akan berusaha untuk
meraih kehidupan akhirat. Tetapi ketika ia keinginannya adalah kehidupan dunia,
maka ia pun akan terus berselancar di atas dunia dan ia pun kemudian berat untuk
menuju kehidupan akhirat.

ii
َ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه أ َ ْم َرهُ َو َجعَ َل فَ ْق َرهُ بَيْن‬
َّ َ‫َت الدُّ ْنيَا َه َّمهُ فَ َّرق‬ ْ ‫َم ْن َكان‬
ُ ‫َت ْاْل ِخ َرة‬ ْ ‫ب لَهُ َو َم ْن َكان‬ َ ‫َع ْينَ ْي ِه َولَ ْم يَأ ْ ِت ِه ِم ْن الدُّ ْنيَا ِإ ََّل َما ُك ِت‬
‫َّللاُ لَهُ أ َ ْم َرهُ َو َجعَ َل ِغنَاهُ فِي قَ ْل ِب ِه َوأَتَتْهُ الدُّ ْنيَا‬ َّ ‫نِيَّتَهُ َج َم َع‬
‫ي َرا ِغ َمة‬
َ ‫َو ِه‬
“Siapa yang keinginan terbesarnya adalah dunia, Allah akan cerai beraikan
urusannya dan Allah akan jadikan kefakiran itu di pelupuk matanya dan dunia
pun tidak akan mendatanginya kecuali sesuai dengan yang ditakdirkan saja
untuknya. Tapi siapa yang keinginan terbesarnya adalah kehidupan akhirat,
Allah akan kokohkan urusannya dan Allah akan jadikan kekayaan itu di hatinya,
serta dunia pun akan mendatanginya dalam keadaan dunia hina di matanya.”
(HR. Tirmidzi)

Dalam hadist ini, Nabi Muhammad saw. menyebutkan dua keinginan yang
berbeda. Salah satu menginginkan kehidupan dunia dan satunya yang lain
menginginkan kehidupan akhirat. Sesungguhnya, kehidupan akhirat lebih kekal
dan jauh lebih baik daripada kehidupan dunia. Jika kita mengejar kehidupan dunia
maka kita tidak mendapatkan kehidupan akhirat. Namun, apabila kita mengejar
kehidupan akhirat maka kita juga akan mendapatkan kehidupan dunia.
Jadi, seseorang yang mempunyai prinsip bahagia di jalan Allah, dan
berpindah dari kebahagiaan dunia ke kebahagiaan akhirat pasti akan bahagia
karena seseorang itu berhubungan langsung dengan pemilik kebahagiaan, Allah
SWT.

II.4 AGAMA MENJAMIN KEBAHAGIAAN

Sumber kebahagiaan sejati adalah ketenangan hati dan jiwa merupakan


suatu anugrah dari Allah swt. yang sangat berharga. Seseorang yang mempunyai
hati yang tenang pasti memiliki hati yang bahagia. Namun, orang yang bahagia
belum tentu memiliki hati yang tenang. Seseorang yang menginginkan

ii
kebahagiaan, ingin mempunyai hati dan jiwa yang tenang, tetapi lupa kepada sang
Penciptanya, maka semua keinginannya tersebut hanyalah sia-sia belaka.

َّ ‫َّللاِ ۗ أَ ََل ِب ِذ ْك ِر‬


‫َّللاِ تَ ْط َم ِئ ُّن‬ َّ ‫ِين آ َمنُوا َوتَ ْط َم ِئ ُّن قُلُوبُ ُه ْم ِب ِذ ْك ِر‬
َ ‫الَّذ‬
‫وب‬ ُ ُ‫ا ْلقُل‬
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 28).

Islam menjamin kebahagiaan bagi setiap penganutnya di dunia maupun di


akhirat kelak. Ia mempunyai sendi yang sangat esensial yaitu al-Quran. Al-Qur’an
adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, sebagai
penutup para nabi, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-
Nas. Ia merupakan wahyu yang berfungsi untuk menjelaskan segala sesuatu,
sebagai petunjuk dan rahmat, serta memberi kabar gembira bagi orang-orang
Islam.

“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala


sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan khabar gembira bagi orang-orang yang
berserah diri”

Mereka yang mendapat petunjuk adalah orang-orang yang beriman kepada


Allah dan rasul-Nya, dan hati mereka menjadi tenang dan tenteram dengan
banyak mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan banyak mengingat Allah,
hati menjadi tenteram. Mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
rasulnya dan mengerjakan kebajikan serta amal saleh. Mereka pasti mendapat
kebahagiaan dan tempat kembali yang baik di akhirat kelak, berupa surga dan
keridaan Allah.

Berbeda dengan mereka yang tidak mendapat petunjuk, yaitu orang orang
yang tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya, hati mereka menjadi tidak tenang

ii
dan tenteram karena tidak mengingat Allah. Dan mereka tidak mendapat
kebahagiaan dan tempat kembali yang baik di akhirat.

Jadi, kunci kebahagiaan terletak pada iman seseorang. Semakin beriman


seseorang semakin tenteram dan bahagia pula hatinya karena seseorang yang
mempunyai hati yang tenang pasti memiliki hati yang bahagia. Agama mejamin
kebahagiaan seseorang melalui petunjuk yang ia terima. Seseorang yang
mendapatkan petunjuk yaitu orang orang beriman akan mendapatkan kebahagiaan
dunia dan akhirat.

ii
BAB III

PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Tujuan hidup manusia adalah sejahtera di dunia dan bahagia


diakhirat. Dengan kata lain,dapat disebutkan bahagia di dunia dan
bahagia diakhirat. Bahagia adalah perasaan senang dan tentram karena hati yang
dipenuhi dengan iman dan perilaku yang sesuai dengan keyakinan. Agama
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kebahagiaan. Agama berpengaruh
pada kebahagiaan seseorang. Seseorang yang imannya kuat mampu bahagia
dengan cara cara yang sederhana seperti mensyukuri semua yang ada pada
dirinya.
Prinsip kebahagiaan menurut Islam, di antaranya bahagia di jalan Allah
dan berpindah dari kehidupan dunia ke kehidupan akhirat. Seseorang yang
mempunyai prinsip tersebut pasti akan bahagia karena seseorang itu berhubungan
langsung dengan pemilik kebahagiaan, Allah SWT.
Agama menjamin kebahagiaan seseorang dengan keimanann seseorang itu
sendiri. Semakin beriman seseorang maka semakin tenang dan akan bahagia
seseorang tersebut.

ii
DAFTAR PUSTAKA

https://wahdah.or.id/prinsip-hidup-bahagia-menurut-islam/
https://kbbi.web.id/bahagia

http://linarrahma.blogspot.com/2016/12/arti-bahagia-dalam-pandangan-islam.html

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/17/07/12/osyzoy313-memahami-definisi-kebahagiaan

https://www.radiorodja.com/45583-orang-yang-menginginkan-kebahagiaan-
akhirat-dan-kebahagiaan-dunia/

ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul
"Agama Menjamin Kebahagiaan" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana
ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca.

Palembang, 05 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………………i

Daftar Isi ………………………………………………………………………....ii

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ………………………………………………………………..1


I.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………….1
I.3 Tujuan Makalah ………………………………………………………………1
I.4 Manfaat Makalah ……………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Apa itu Kebahagiaan ………………………………………………………. 2


II.2 Hubungan antara Agama dan Kebahagiaan ………………………………... 2
II.3 Prinsip Kebahagiaan menurut Islam ……………………………………….. 3
II.4 Agama Menjamin Kebahagiaan ……………………………………………. 5

BAB III KESIMPULAN


III.1 Kesimpulan …………………………………………………………………7

ii
LAMPIRAN

Moderator : Muhamad Dimas Irvani


Notulen : Viola Adelia Zahra

Pertanyaan 1 :
Shelia Putri Utami Gumay
Dalam presentasi yg anda jelaskan, bahwa agama Islam adalah agama yg
paling baik dan agama penyempurna serta dapat menentramkan hati, lalu
Mengapa org yg menganut agama lain tetap merasa bahagia dan tentam
dalam hidupnya sampai akhir hayat

Jawaban :
Heptaniarti
Mereka yang bukan menganut agama lain tetap bahagia karena mereka
masih mempunyai perasaan, namun, bahagia mereka tidak sampai
keakhirat. Allah tidak pernah menjamin kebahagiaan akhirat kepada orang
orang yang tidak beriman, maksudnya adalah non-muslim. Namun allah
menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat kepada orang orang muslim jika
dia beriman.

Pertanyaan 2 :
Anisyah
misal ada seorang mahasiswa berkeluh kesah karena ipk nya 3,6
sedangkan disisi lain temannya mendapat ipk kurang dari 3,6 tersebut
sehingga temannya tersebut bilang kamu tidak bersyukur atas nikmat yg
diberikan oleh allah tetapi maksud dari mahasiswa tsb beranggapan bahwa
jangan cepat puas.
bagaimana pendapat anda tentang kedua mahasiswa tsb sedangkan islam
mengajarkan selalu tetap bersyukur tpi disisi lain jangan cepat puas
terhadap sesuatu??

ii
Jawaban :
Heptaniarti
Kita tidak tau perjuangan seseorang sehingga kita tidak patut untuk
mencela seseorang tersebut. Misal, mahasiswa yang berkeluh kesah akan
ipk nya 3,6. Mungkin saja, mahasiswa tsb sudah 3 hari tidak tidur karena
ingin mendapatkan ipk 4,0. Namun, yang ia dapatkan hanya 3,6. Maka
dari itu ia berkeluh kesah. Tidak sepatutnya kita menilai seseorang hanya
dalam satu pandangan.

Tanggapan :
Fitriyani Astuti
Mahasiswa yang mendapatkan ipk lebih rendah dari mahasiswa lainnya
seharusnya berkaca, mengapa ia tidak mendapat hasil yang ia impikan.
Intinya adalah berusaha, mahasiswa yang mendapatkan ipk 4,0 saja tidak
berhenti untuk itu, semua orang bisa asal ada niat dan usaha dan doanya.

Pertanyaan 3 :
Muhammad Rizki Hadi
Apa tanggapan anda tentang minoritas warga Muslim Amerika Serikat yg
mengalami diskriminasi?

Jawaban :
Riadin Risanto
Kaum mayoritas tidak akan ada jika tidak ada pembanding dari mayoritas
tersebur yaitu minoritas. Untuk masalah diskriminasi sebenarnya
tergantung kepada orang tsb. Jika orang tersebut mampu membaur
bersama kaum mayoritas tanpa menghilangkan agama di hatinya maka ia
tidak akan di diskriminasi. Tetapi, jika Negara yang mendiskriminasi
kaum minoritas tersebut, ingatlah bahwa Allah akan mengangkat deraja
seorang manusia apabila ia bersabar.

ii
ii

Anda mungkin juga menyukai