Buat Bu Emma
Buat Bu Emma
Buat Bu Emma
Oleh
ASTY NESYA RAHMI
150510160061
USULAN PENELITIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
2019
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 150510160061
Menyetujui :
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Usulan Penelitian (UP). Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan
keepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga
akhir zaman.
Manis (Zea mays L.) Varietas Talenta Pada Inceptisols Jatinangor”. Dilakukan
2. Ir. Anas, M.Sc.,P.hD selaku Ketua Komisi Penelaah dan Dr. Ir. Rina
3. Dr. Rija Sudirja, SP.,MT. sebagai Kepala Departemen Ilmu Tanah dan
Agroteknologi.
i
5. Bega, Margareta, Lusi, Erika, Hani, April dan Eva sebagai rekan penelitian
penelitian ini.
6. Semua pihak yang turut serta membantu dan melancarkan dalam seluruh
Gunawan, Ibunda Eti Rosilawati, yang telah banyak memberikan dukungan baik
secara moril maupun materil, nasehat, dan doa sehingga penyusunan usulan
menjadi masukan yang berguna bagi penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga
usulan penelitian yang telah disusun dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................... 5
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................ 6
1.4 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 7
1.5 Hipotesis ......................................................................................... 10
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
adalah jagung manis. Jagung manis semakin populer dan digemari karena rasanya
yang manis dan enak dibanding jagung biasa, aroma lebih harum, dan mengandung
gula sukrosa serta rendah lemak, sehingga baik dikonsumsi bagi penderita diabetes
(Putri, 2011). Kandungan jagung manis terdiri dari 5-6% gula, 10-11% pati, 3%
polisakarida yang larut dalam air, 70% air, serta sejumlah kandungan lain dalam
jumlah sedang seperti protein, vitamin A, dan Kalium (Haddadi, 2016). Jagung
manis ini pun bernilai ekonomis tinggi dan mempunyai umur produksi singkat
karena umumnya dipanen muda. Hal ini yang menjadikan komoditas jagung manis
jumlah cukup besar. Permintaan tinggi ini tidak diimbangi dengan ketersediaaan
Syukur (2013) pada tahun 2008-2010, impor jagung manis mengalami peningkatan
sebesar 6.26% per tahun. Nilai impor jagung pada tahun 2016 pun terbilang cukup
besar yakni 1,06 juta ton (Badan Pusat Statistik, 2016). Hal ini membuktikan bahwa
1
2
produksi jagung manis nasional sampai saat ini masih belum dapat mencukupi
Hasil jagung manis rata-rata 8,31 ton tongkol per hektar sedangkan potensi
genetisnya bisa dapat mencapai 16-18 ton per hektar (Sutari, dkk. 2016).
Produktivitas jagung manis nasional pada tahun 2016 sebesar 5,282 ton/ha (Chafid,
dkk., 2016) dan pada tahun 2017 sebesar 5,178 ton/ha (BPS, 2017). Data ini
masih rendah.
Luas panen jagung pada tahun 2005-2015 terjadi perlambatan dengan rata-
rata pertumbuhan sekitar 1,76% (Rahmah, 2016). Perlambatan ini diduga terjadi
dikarenakan beberapa hal, seperti alih fungsi lahan dan sistem pola tanam yang
diterapkan oleh petani. Petani cenderung akan menanam padi kembali ketika musim
kemarau basah, dikarenakan air yang tersedia lebih mencukupi untuk menanam
padi, hal ini pula yang diduga menurunkan luas panen jagung manis. Hal ini
2016).
perluasan areal tanam pada lahan yang berpotensi dijadikan lahan pertanian.
Budidaya jagung manis pada umumnya dilakukan pada lahan kering, salah satunya
jenis tanah Inceptisol. Inceptisols merupakan tanah yang belum matang dan
mengalami perkembangan profil yang lambat serta memiliki sifat yang mirip
Luasan Inceptisols di Indonesia adalah 37,5% dari luas dataran Indonesia atau
termasuk Jatinangor adalah seluas 2,119 juta ha (Subagyo dkk., 2000 dalam
Machfud dkk,. 2017). Meskipun penyebaran cukup luas dan potensial, tetapi bukan
lapangan.
Eutrudepts, dan sub group Fluventic Eutrudepts. Typic Eutrudepts merupakan jenis
tanah yang termasuk ke dalam ordo Inceptisol. Jenis tanah ini sangat berpotensi
menjadi lahan pertanian jika dikelola dengan baik karena memiliki sebaran yang
sangat luas termasuk diantaranya untuk budidaya jagung manis. Luas sebarannya
mencapai 17% dari luas daratan dunia, termasuk di Indonesia (Soil Survey Staff,
2014).
Permasalahan pada tanah Inceptisol adalah memiliki sifat fisik yang baik
namun tidak dengan sifat kimianya. Tanah Inceptisol bersifat masam hingga agak
masam dan kekurangan unsur hara N, P, K, Ca, dan Mg akibat tingkat pencucian
yang intensif (Halasan dan Hasanudin, 2018). Hal ini menjadi kendala bagi
memberikan dosis pupuk yang sesuai bagi kebutuhan tanaman dan kondisi lahan.
4
Kandungan unsur hara pada tanah semakin lama semakin berkurang, penambahan
pupuk dengan dosis yang sesuai sangat diperlukan untuk mengganti unsur hara
yang hilang (Syafrudin, 2015). Pemupukan dengan dosis serta komposisi yang
sesuai adalah salah satu cara untuk memperbaiki kandungan unsur hara yang
oleh tanaman untuk tumbuh dan berproduksi. Kebutuhan produksi tanaman jagung
manis yang tinggi memerlukan pengelolaan hara yang tepat agar kebutuhan hara
tanaman dapat dipenuhi secara optimal. Umumnya, tanah di daerah tropik basah
maupun majemuk nyata meningkatkan bobot kering tanaman jagung, unsur hara N,
tanaman jagung.
meningkatkan kesuburan tanah dan serapan hara tanaman sehingga tujuan dari
tongkol serta panjang dan diameter tongkol jagung manis, tetapi penambahan N
5
yang tidak diiringi dengan unsur P dan K menyebabkan tanaman mudah rebah dan
menurunkan ongkos produksi tanaman melalui peningkatan hasil tiap hektar. Saat
ini semakin banyak pupuk yang diproduksi untuk meningkatkan pertumbuhan dan
pupuk memiliki tingkat efektivitas yang berbeda salah satunya pupuk NK majemuk.
masing 9%, dan 34% dan tambahan pupuk P tunggal sejumlah 1% untuk
menentukan kombinasi dosis pupuk majemuk dan pupuk tunggal yang berpengaruh
terhadap hasil tanaman jagung pada tanah Inceptisol dan mendapatkan kombinasi
dosis penggunaan pupuk NK dan pupuk P tunggal yang tepat untuk tanaman jagung
K dan hasil jagung manis (Zea mays L.) varietas Talenta pada
Inceptisols ?
K dan hasil jagung manis (Zea mays L.) varietas Talenta pada
Inceptisols.
untuk pengetahuan praktis di lapangan. Dari segi ilmiah hasil penelitian ini
tunggal dalam meningkatkan K-tersedia tanah, serapan K dan hasil jagung manis
(Zea mays L.) varietas Talenta pada Inceptisols. Secara aplikasi penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi rujukan dalam penentuan kombinasi dosis pupuk NK dan
tanah, serapan K dan hasil jagung manis (Zea mays L.) varietas Talenta pada
Inceptisols.
fiksasi kalium sangat kuat sehingga konsentrasi kalium pada larutan tanah
berkurang. Kekahatan kalium menjadi kendala yang sangat penting dan sering
terjadi di tanah Inceptisol. Selain faktor tanah, unsur hara kalium pada tanah mudah
tercuci karena curah hujan yang tinggi di daerah tropika basah menyebabkan K
lebih kokoh (Pratiwa, 2014). Sehingga aliran unsur hara dan air dari dalam tanah
sukrosa yang berpengaruh terhadap tingkat kemanisan pada tanaman jagung manis.
Selain itu kalium juga berperan seperti activator enzim, pembentukan gula,
tekanan osmosis dan tugor, yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
membuka karena sel penjaga menyerap air, dan penyerapan air ini terjadi sebagai
8
akibat adanya ion K+ (Singh et al., 2014). Kalium yang dapat ditukar di dalam tanah
beberapa unsur hara. Jumlah kalium di dalam tanah menurun apabila tanah menjadi
lebih basa.
dapat mempertahankan kandungan air didalam jaringannya. Hal ini karena tanaman
mampu menyerap lengas dari tanah dan mengikat air sehingga tanaman akan tahan
tanaman kalium juga berbentuk K+. Kalium memiliki jumlah valensi satu sehingga
bersifat mudah terlepas dari kompleks jerapan akibat tergantikan oleh mineral yang
bervalensi tinggi seperti silikat, namun kalium juga mudah tercuci. (Hadi., dkk,
2014). K yang dibutuhkan tanaman tergantung dari jenis tanaman dan produksi
yang diinginkan yaitu antara 20 – 60 ppm. Kadar K-larutan dalam air pada tanah-
antara 1 – 80 ppm.
adalah difusi, sehingga penambahan senyawa K2O melalui proses pemupukan akan
larutan tanah sehingga proses difusi dapat terjadi (Wiraatmaja, 2016). Jika
ketersediaan K dalam tanah tinggi maka serapan K oleh tanaman pun akan
9
berbanding lurus. Umumnya kadar kalium total tanah cukup tinggi diperkirakan
mencapai 2,6 persen dari total berat tanah tetapi yang tersedia cukup rendah (Kaya,
2014).
tepat terutama dalam pemberian pupuk. Hasil jagung dapat ditingkatkan dengan
pemupukan yang tepat, baik dosis dan waktu maupun jenis pupuk yang diberikan
yaitu hara N, P dan K yang merupakan hara penting bagi pertumbuhan tanaman
(Kasno dan Tia 2013). Penambahan NK majemuk menjadi salah satu alternatif
tanah, K tersedia di dalam tanah, kadar serapan N,P,K pada tanaman, dan dapat
serapan hara K. Serapan K pada biji jagung lebih banyak dibandingkan dengan
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis saat tinggi
berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada umur 4 dan 6 MST dan meningkatkan
bobot kering brangkasan tanaman jagung manis sebesar 56,9%. Semakin tinggi
hara yang diserap oleh tanaman semakin banyak brangkasan yang dihasilkan.
Demikian pula kadar K dengan dosis 132 kg/ha lebih tinggi dibandingkan perlakuan
kontrol. Hal ini menunjukkan adanya sumber kalium yang berasal dari pupuk NK
(Sofiana, 2008). Peningkatan kandungan hara NK tanah tersebut dapat berasal dari
residu pupuk NPK yang diberikan dan hasil dikomposisi pupuk organik yang
pemupukan NK majemuk dan pupuk P tunggal terdapat dosis pupuk yang paling
1.5. Hipotesis
ssebagai berkut :
terhadap K-tersedia tanah, serapan K dan hasil jagung manis (Zea mays
2. Terdapat salah satu kombinasi dosis pupuk NK dan pupuk P tunggal yang
2020. Lokasi penelitian berada di Kebun Percobaan Kesuburan Tanah dan Nutrisi
Tanaman, Jurusan Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian,
Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, Universitas
3. Pupuk urea (46% N), pupuk SP-36 (36% P2O5), pupuk KCl (50%
K2O)
5. Furadan
6. Air bersih
9
10
Kelompok (RAK), yang terdiri dari satu perlakuan kontrol sebagai pembanding,
satu perlakuan pupuk N,P,K tunggal dengan dosis anjuran untuk wilayah Jatinangor
dosis pupuk NK majemuk dan pupuk P tunggal yang berbeda dosis. Masing-masing
(Lampiran 7).
B = N,P,K tunggal
C = ¼ Dosis NK + 1 P
D = ½ Dosis NK + 1 P
E = ¾ Dosis NK + 1 P
F = 1 Dosis NK + 1 P
G = 1 ¼ Dosis NK + 1 P
H = 1 Dosis NK
I = ½ Dosis NK + ½ NPK
11
dianilisis secara statistik dan pengamatan penunjang yang tidak dianalisis secara
statistik.
1. K-tersedia dalam tanah, diamati pada saat fase vegetatif maksimum dengan
2. Serapan K tanaman pada saat fase vegetatif akhir dengan metode pengabuan
batang, dimulai dari umur 14 HST dengan interval dua minggu hingga
Yij = µ+τi+βj+ɛij
Keterangan :
ɛij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-I pada kelompok ke-j
berikut:
pengujian dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%
cm.
Analisis Tanah Awal. Tanah yang akan dianalisis merupakan tanah komposit
dengan metode diagonal yang diambil dari lapangan dibersihkan dari sisa-sisa akar
tanaman dan gulma, dikering anginkan, ditumbuk, kemudian disaring hingga halus.
Tanah diambil secara diagonal pada 5 titik sebanyak 250 g diambil untuk dianalisis
2.4.2 Penanaman
tanam sedalam 5 cm dengan cara ditugal pada jarak tanam yang telah ditentukan
dan memasukkan dua benih dalam lubang tanam. Setelah memasukkan dua benih,
14
kecambah. Pada setiap petak terdapat 20 lubang tanam yang diisi dua benih per
2.4.3 Pemupukan
pupuk majemuk dan pupuk NPK standar (Urea, SP36 dan KCl) yang dilakukan
sudah ditugal sedalam 5 cm disamping tanaman. Jarak antara lubang pupuk dengan
tanaman yaitu 5 cm. Pemberian pupuk NPK standar untuk Urea (N) dilakukan pada
7 HST, 21 HST dan 35 HST, sedangkan SP-36 (P) dan KCl (K) dilakukan pada saat
awal tanam. Pemberian pupuk NK majemuk dan pupuk P tunggal dilakukan pada
2.4.4 Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari sebanyak dua kali setiap pagi dan sore hari
apabila tidak turun hujan, dan tanah telah lembab. Kemudian menjelang tanaman
berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga penyiraman diperlukan lebih
intensif.
15
Penjarangan dilakukan jika pada setiap lubang tanam terdapat dua tanaman
jagung yang tumbuh. Salah satu tanaman jagung dibuang dengan cara mencabut
Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh atau mati.
Penyulaman menggunakan jenis benih yang sama dan wakrtu penyulaman paling
lambat dua minggu setelah tanam. Pada kegiatan penyulaman harus memperhatikan
konsisi tanah pada areal pertanaman karena dilakukan apabila tanah dalam kondisi
Penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman jagung adalah penyakit bulai,
yang disebabkan oleh jamur Fusarium sp., sedangkan hama yang menyerang
tanaman jagung umumnya adalah lalat bibit, penggerek batang dan tongkol Lalat
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Secara
mekanis adalah dengan mengambil hama secara langsung pada areal pertanaman,
profenofos (Curacron 500 EC) pada tanaman yang terkena serangan hama di
bawah tongkol. Dapat juga dilakukan dengan cara membuang daun bagian bawah
tongkol dengan ketentuan biji tongkol sudah terisi sempurna dan biji sudah keras.
d. Penyiangan gulma
agar tidak mengganggu tanaman jagung dalam kompetisi unsur hara dengan
menggunakan arit dan cangkul. Gulma kemudian dibenamkan kembali dalam tanah
agar meminimalisir kehilangan unsur hara yang telah diberikan. Penyiangan gulma
sebaiknya dilakukan dua minggu sekali selama masa pertumbuhan tanaman jagung,
e. Pembumbunan
pembumbunan.
2.4.5 Pengamatan
panjang tajuk daun (cm), jumlah daun (helai) dan diameter batang (cm).
Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu pada umur 14, 21, 42 dan 56 HST. Tinggi
tanaman diukur dari pangkal batang atau dari batang di permukaan tanah sampai
panjang tajuk daun dilakukan dengan mengukur panjang daun dari ujung helai daun
pertama sampai ujung daun kedua. Perhitungan jumlah tanaman dilakukan secara
17
daun yang diambil adalah daun ke-4 pada vegetatif maksimum. Ciri daun diambil
sebelum adanya bakal bunga yaitu pada umur kurang lebih 56 HST yaitu pada saat
vegetatif maksimum. Sampel daun yang telah diambil kemudian ditimbang dan
dipotong, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C. Sampel daun tanaman
dihaluskan dengan kehalusan 0,5 mm, kemudian diberi label dan dianalisis di
laboratorium.
Sampel tanah diambil pada setiap petak percobaan sebanyak 5 titik secara
diagonal sebanyak 250 gram lalu dikompositkan. Lalu dibersihkan dari sisa-sisa
akar tanaman dan gulma. Kemudian tanah diberi label, dikering anginkan,
ditumbuk dan di saring sampai halus. Setelah itu sampel tanah dianalisis pH dan
2.4.8 Pemanenan
panen, yaitu pada umur 80 HST. Jagung yang siap panen atau sudah matang
fisiologis dicirikan dengan daun jagung atau kelobot telah kering sekitar 90% dan
berwarna kekuningan, batang jagung dan rambut pada tongkol jagung sudah mulai
mengering. Panen yang dilakukan sebelum atau setelah lewat masak fisiologis akan
18
berpengaruh terhadap kualitas kimia biji jagung karena dapat menyebabkan kadar
Selanjutnya bobot hasil per petak ditimbang dan dikonversikan ke dalam hasil per
Badan Pusat Statistik, 2016. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai 2015. Berita Resmi
Statistik, (62), pp.1–11
Badan Pusat Statistik, 2016. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai 2015. Berita Resmi
Statistik, (62), pp.1–11.
Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor.
Biro Pusat Statistik. 2017. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta.
Cruz CA, ABC Filho, NB Meneses, TPL Cunha, RHD Nowaki and JC Barbosa. 2015.
Influence of Amount and Parceling of Nitrogen Fertilizer on Productivity and
Industrial Revenue of Sweet Corn. Australian Journal of Crop Science 9: 895-
900.
Hadi, M. A., Razali., dan Fauzi. 2014. Pemetaan Status Unsur Hara Fosfor dan Kalium
di Perkebunan Nanas (Ananas comosus l. merr) Rakyat Desa Panribuan
Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun. Jurnal Online
Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 427- 439.
Halasan A dan R Hasanudin. 2018. Perubahan Sifat Kimia Tanah dan Hasil Jagung
pada Inseptisol dengan Pemberian Kompos. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Indonesia 20: 33-39.
19
20
Hidayat, H. K., dan Sumarni, T. (2018). Pada Tanaman Jagung Manis ( Zea mays
saccharata Sturt ). The Effect of Paitan Fertilizer ( Tithonia diversifolia ) and
NPK Inorganic at Sweet Corn ( Zea mays saccharata Strut .), 6(5), 775–782.
Kasno, A. dan Tia Rostaman (2013). Serapan Hara dan Peningkatan Produktivitas
Jagung dengan Aplikasi Pupuk NPK Majemuk. Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan Vol. 32 No. 3: 179–186.
Kaya, E. 2014. Pengaruh Pupuk Organik dan Pupuk NPK terhadap pH dan K-tersedia
Tanah serta Serapan-K. Buana Sains Vol.14, No.2: 113-122.
Muyassir. 2012. Efek Jarak Tanam, Umur dan Jumlah Bibit terhadap Hasil Padi Sawah
(Oryza sativa L.). J. Managemen Sumber Daya Lahan. 1 (2) : 207212
Panjaitan IA, Hasibuan, dan Safruddin. 2018. Pengaruh Pemberian Pupuk Solid Padat
dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea
mays saccharata Sturt.). BERNAS Agricultural Research Journal 14: 91-100.
Pratiwa, R. 2014. Peranan Unsur Hara Kalium bagi Tanaman. Balai Besar Pelatihan
Pertanian Lembang. Tersedia online http://www.bbpp-
21
lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel- pertanian/833-peran-unsur-hara-
kalium-k-bagi- tanaman (diakses 12 Agustus 2019)
Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2017. Statistik Lahan Pertanian 2011-2016.
Kementrian Pertanian, Jakarta.
Putra IA dan H Hanum. 2018. Kajian Antagonisme hara K, Ca, dan Mg pada Tanah
Inceptisol yang Diaplikasi Pupuk Kandang, Dolomit, dan Pupuk KCl terhadap
Pertumbuhan Jagung Manis (Zea mays saccharata L.). Journal of Islamic
Science and Technology 4: 23-44.
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta.
Penebar Swadaya: Jakarta.
Sipahutar, E. T. I. A., & Tanah, B. P. (n.d.). 2008. Pertumbuhan dan Hasil Jagung (
Zea mays L ) di Tanah, 77–90.
Siregar F., Fauzi, Supriadi. 2017. Pengaruh Pemberian Beberapa Sumber Bahan
Organik dan Masa Inkubasi Terhadap Beberapa Aspek Kimia Kesuburan
Tanah Ultisol. Jurnal Argiteknologi FP USU. Vol. 5 No.2, April 2017
(37):256-264
Soil Survey Staff. 2014. Keys to Soil Taxonomy. Soil Survey Staff. 2014. Kunci
Taksonomi Tanah. Edisi Ketiga, 2015. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
22
Stephen O, Animasaun DA, Bello AA, and Agboola OO. 2014. Effect of NPK and
poultry manure on growth, yield and proximate composition of three
Amaranths. J Botany. URL:http://dx.doi.org.
Subandi. 2013. Peran dan Pengelolaan Hara Kalium untuk Produksi Pangan di
Indonesia. Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jalan Raya
Kendalpayak Kotak Pos 66, Malang 65101 Telp. (0341) 801468, Faks. (0341)
801496 e-mail: [email protected]
Sumarni N., Rosliani R., dan Suwandi. 2012. Optimasi Jarak Tanam dan Dosis Pupuk
NPK Bawang Merah dari Benih Umbi Mini di Dataran Tinggi. Lembang,
Bandung.
Sutari, W. (2016). Pengaruh konsentrasi pupuk organik cair ( POC ) dan dosis pupuk
N , P , K terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis ( Zea mays L
. var Rugosa Bonaf ) kultivar Talenta The effect of organic liquid fertilizer
concentration and N , P , K fertilizer. Jurnal Pupuk Organik, 15(3), 208–216.
Wiraatmaja IW. 2016. Pergerakan Hara Mineral pada Tanaman. Bahan Ajar .Fakultas
Pertanian, Universitas Udayana.
23
LAMPIRAN
No Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan Lahan
2. Persiapan Pupuk
3. Penanaman
Pemupukan KCl dan
4. SP-36
5. Pemupukan Urea
Pemupukan NPK
6. Majemuk
7. Penyulaman
8. Pengendalian OPT
9. Pengamatan
10. Panen
Deskripsi Uraian
Golongan varietas Talenta
Umur panen 67 – 80 setelah tanam
Bentuk tanaman Tegak
Tinggi tanaman 160 – 170 cm
Tinggi tongkol 80 – 85 cm
Kerebahan Tahan
Batang Hijau, kokoh
Diameter batang 2,9 – 3,2 cm
Warna daun Hijau
Bentuk daun Bangun pita
Bentuk malai (tassel) Terbuka dan bengkok
Bentuk tongkol Kerucut
Ukuran tongkol Panjang 19,7 – 23,5 cm, diameter 5,4
cm
Bobot per tongkol 221,2 – 336,7 g
Jumlah tongkol per tanaman 1 tongkol
Rasa biji Manis
Warna sekam (glume)
Warna rambut Kuning
Warna biji Kuning
Baris baji Lurus
Jumlah baris biji 12 – 16 baris
Bobot 1000 biji 150 – 152 g
Kapasitas hasil 18 – 25 ton ha-1
Daya tumbuh 99%
26
1 N 9,28 % Kjeldahl
80
Jumlah populasi tanaman ha -1 80% = 53.333 x 100 = 42.666,67 tanaman
1. Pupuk Urea
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
Dosis pupuk Urea lubang tanam-1 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑎−1
300.000
=
42.666,67
= 7,03 g tanaman-1
2. Pupuk SP-36
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
Dosis pupuk Urea lubang tanam-1 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑎−1
150.000
=
42.666,67
= 3,52 g tanaman-1
30
3. Pupuk KCl
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
Dosis pupuk Urea lubang tanam-1 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑎−1
50.000
=
42.666,67
= 1,17 g tanaman-1
4. Pupuk NK Majemuk
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
Dosis pupuk Urea lubang tanam-1 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 ℎ𝑎−1
350.000
=
42.666,67
= 8,20 g tanaman-1
U1 U2 U3
G F E3
H
3
U
J E A
E D E
240 cm
H B J
25 cm
C J F
75 cm
200 cm
F C B
A H I
D I C
5 cm
I A G
5 cm
B G D
C = ¼ Dosis NK + 1 P
D = ½ Dosis NK + 1 P
E = ¾ Dosis NK + 1 P
32
F = 1 Dosis NK + 1 P
G = 1 ¼ Dosis NK + 1 P
H = 1 Dosis NK
I = ½ Dosis NK + ½ NPK
J = ¾ Dosis NK+ ¼ NPK
33
Alat-alat:
1) Timbangan
2) Filter pulp
3) Tabung perkolasi
4) Labu ukur 50 ml
5) Pipet
6) Tabung reaksi
Bahan-bahan:
1) Pasir kuarsa
2) Sampel tanah
4) Larutan La 0,25 %
Cara kerja:
1. Ditimbang 2,5 gram contoh tanah, kemudian dicampur dengan 2,5 gram
pasir kuarsa
tabung reaksi
Perhitungan:
Keterangan:
ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret
Alat-alat:
2) Timbangan analitik
3) Pipet
4) Pengocok tabung
Bahan-bahan:
1) Tanah
5) La 0,25 %
Cara kerja:
1. Ditimbang 0,5 gram contoh tanaman dan dimasukkan ke dalam tabung digestion
2. Ditambahkan 5 ml asam nitrat p.a. dan 0,5 ml asam perklorat p.a. Didiamkan
selama satumalam
3. Kemudian dipanaskan pada suhu 100 oC selama satu jam tiga puluh menit,
kemudianditingkatkan menjadi 150 oC selama dua jam tiga puluh menit (sampai
36
uap kuning habis, bila masih adauap kuning waktu pemanasan ditambahkan
kembali).
4. Setelah uap kuning habis suhu ditingkatkan menjadi 170 oC selama satu jam,
kemudian suhu ditingkatkan kembali menjadi 200oC selama satu jam hingga
5. Destruksi selesai ditandai dengan terbentuknya endapan putih atau sisa larutan
jenuh sekitar 0,5 ml. Ekstrak didinginkan kemudian diencerkan dengan air bebas
6. Dipipet 1 ml ekstrak dan deret standar Ca dari 0 sampai 250 ppm ke dalam tabung
dengan AAS.
Perhitungan:
Keterangan:
ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret