Proposal Marselinus Jian

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH RED MUD DAN RHIZOBIUM TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN HASIL EDAMAME
PADA TANAH GAMBUT

Oleh:
Marselinus Jian
NIM C1011201017

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2024
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH RED MUD DAN RHIZOBIUM TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN HASIL EDAMAME PADA
TANAH GAMBUT

Marselinus Jian
NIM C1011201017

Jurusan Budidaya Pertanian

Tim Pembimbing:

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Ir. Rini Susana, M.Sc. Asri Mulya Ashari, SP, MP.


NIP. 196404181908102002 NIP. 198701312019032008

Disahkan Oleh:
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian

Dr. Ir.Fadjar Rianto, MS.


NIP. 196101261985031002
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan Rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
Pengaruh Red Mud dan Rhizobium Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Edamame
Pada Tanah Gambut.
Penulisan proposal penelitian ini dibuat sebagai sayarat untuk melakukan
penelitian di lapangan. Proposal penelitian ini dibuat dengan adanya peranan, bantuan,
serta bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada Ir. Rini Susana, M.Sc. selaku dosen pembimbing pertama dan Asri
Mulya Ashari, SP, MP. selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis dalam menyusus proposal penelitian. Penulis juga
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan, motivasi, biaya, serta
doa selama pembuatan proposal penelitian
2. Prof. Dr. Ir. Denah Suswati, MP. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura
3. Dr. Ir. Fadjar Rianto, MS. Selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian Universitas
Tanjungpura
4. Agus Ruliyansyah, SP.M.Si. Selaku PLT ketua program studi Agroteknologi
Universitas Tanjungpura
5. Ir. Dwi Zulfita, M.Sc. Selaku Dosen Pembimbing Akademik
6. Seluruh Civitas Akademik Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.
Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
proposal penelitian ini, maka diperlukan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca.

Pontianak, Maret 2024


Penulis

Marselinus Jian
NIM C1011201017

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 4
A. Landasan Teori ............................................................................................. 4
1. Botani Edamame ...................................................................................... 4
2. Syarat Tumbuh ......................................................................................... 6
3. Budidaya Tanaman Edamame ................................................................ 7
4. Tanah Gambut .......................................................................................... 9
5. Red Mud dan Peranannya ....................................................................... 10
6. Bakteri Rhizobium ................................................................................... 11
B. Kerangka Konsep ........................................................................................ 12
C. Hipotesis ....................................................................................................... 13
III. METODE PENELITIAN ................................................................................. 14
A. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 14
B. Alat dan Bahan Penelitian .......................................................................... 14
C. Rancangan Penelitian .................................................................................. 15
D. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 15
E. Variabel Pengamatan ................................................................................... 17
F. Analisis Statistik .......................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 22
LAMPIRAN ............................................................................................................. 24

ii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Analisis Keragaman RAL Faktorial ................................................... 20

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Deskripsi Kedelai Edamame Varietas Ryoko 75 ......................... 24
Lampiran 2. Hasil Analisis Tanah Gambut ...................................................... 25
Lampiran 3. Hasil Analisis Sifat Fisika Tanah Gambut ................................... 26
Lampiran 4. Hasil Analisis Kapur Dolomit...................................................... 27
Lampiran 5. Hasil Analisis Kebutuhan Kapur Pada Tanah Gambut ................ 28
Lampiran 6. Denah Penelitian .......................................................................... 29
Lampiran 7. Hasil Perhitungan Kebutuhan Red Mud Per Tanaman ................ 30
Lampiran 8. Hasil Perhitungan Kapur Dolomit Per Polybag........................... 31
Lampiran 9. Hasil Perhitungan Kebutuhan Pupuk Kandang Per Tanaman ..... 32
Lampiran 10. Hasil Perhitungan Kebutuhan Pupuk NPK Per Tanaman .......... 33

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Edamame (Glycine max (L.) Merill) merupakan tanaman yang berasal dari
Jepang. Tanaman Edamame termasuk golongan polong-polongan yang banyak
dibudidayakan sebagai tanaman sayur (Vegetable soybean) yang memiliki biji polong
yang lebih besar dibandingkan dengan kedelai biasa, memiliki rasa yang cenderung
manis, berwarna hijau cerah dan merupakan sumber lemak dan protein nabati. Kedelai
edamame mengandung protein lengkap bermutu tinggi terbanyak dibandingkan
dengan tumbuhan lainnya, juga mengandung asam amino penting yang dibutuhkan
tubuh dalam komposisi yang sempurna.
Menurut BPS (2021), rata-rata produksi tanaman kedelai edamame di
Indonesia selama kurang lebih lima tahun terakhir (2014-2018) sebesar 24,647 ton,
sedangkan produktivitas nasional kedelai mencapai 3,5 ton/ha. Tanaman edamame
merupakan salah satu tanaman yang cocok dibudidayakan di lahan tropis. Budidaya
tanaman edamame di Indonesia masih sangat sedikit karena masih banyak orang yang
belum mengetahui manfaatnya bagi kesehatan. Kalimantan Barat memiliki berbagai
jenis tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan budidaya tanaman edamame salah
satunya yaitu tanah gambut. Penggunaan tanah gambut sebagai media tanam memiliki
berbagai kendala seperti ketersediaan unsur hara yang rendah, tingginya kapasitas
tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB) yang rendah, dan pH tanah yang rendah.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pH tanah gambut, salah satunya
yaitu pemberian amelioran berupa red mud sebagai pengganti kapur.
Red mud adalah residu atau bahan buangan yang berasal dari pengolahan
bauksit untuk produksi alumina. Sebagai limbah padatan, red mud akan ditemukan
dalam bentuk lumpur basah atau kering yang ditampung dalam sebuah kolam.
Perkembangan yang begitu cepat pada industri alumina di seluruh dunia
menyebabkan red mud menjadi salah satu permasalahan lingkungan terutama
disebabkan jumlahnya yang banyak. Red mud memiliki pH yang sangat basa yaitu
sekitar 13-14 sehingga dapat meningkatkan pH pada tanah yang bersifat masam
(Muchtar 2009).

1
2

Tanaman edamame merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang bisa


bersimbosis dengan bakteri rhizobium. Rhizobium adalah salah satu kelompok bakteri
yang berkemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman. Rhizobium mampu
mengikat nitrogen bebas di udara menjadi ammonia (NH3) yang akan diubah menjadi
asam amino yang selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang diperlukan tanaman
untuk tumbuh dan berkembang (Sari dan Retno 2015). Aktivitas bakteri rhizobium
didalam tanah termasuk dalam pembentukan bintil akar dipengaruhi oleh pH tanah.
Rhizobium berkembang secara aerob di dalam tanah dan tumbuh optimal pada suhu
25-30ºC dengan pH 6-7. Beberapa strain rhizobium masih dapat bertahan pada pH ≥
4,5 (Rosales dkk, 2013). Secara alami rhizobium ada didalam tanah, namun jumlahnya
terbatas sehingga perlu adanya penambahan melalui inokulasi dengan biakkan murni
rhizobium agar pembentukan bintil akar dapat lebih efektif. Penambahan red mud
dengan berbagai dosis akan meningkatkan pH tanah pada rentang yang berbeda,
perbedaan pH ini akan mempengaruhi pembentukan bintil akar dan aktivitas bakteri
sehingga fiksasi nitrogen akan bervariasi.

B. Rumusan Masalah
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala yang ada pada tanah
gambut yaitu dengan pemberian amelioran berupa lumpur merah (red mud) dan bakteri
penambat nitrogen (rhizobium). Red mud memiliki pH tanah yang basa sehingga
berfungsi untuk meningkatkan pH tanah pada tanah gambut yang bersifat masam
sedangkan rhizobium merupakan bakteri yang bersimbiosis mutualisme dengan
tanaman kacang-kacangan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai penyedia unsur hara
nitrogen bagi tanaman. Pemberian red mud dan rhizobium diharapkan dapat
meningkatkan hasil produksi pada tanaman edamame.
Pemberian red mud dalam budidaya tanaman edamame pada tanah gambut
harus memperhatikan dosis yang akan diberikan agar perlakuan yang diberikan kepada
tanaman sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini menunjukan bahwa pentingnya untuk
mengetahui dosis yang tepat agar tanaman edamame dapat tumbuh dengan baik. Selain
dosis pemberian rhizobium sebagai penyedia unsur hara nitrogen juga sangat penting
untuk dilakukan agar unsur hara nitrogen tetap tersedia bagi tanaman. Berdasarkan
uraian diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat dosis
3

interaksi red mud dan rhizobium yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman
edamame pada tanah gambut.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan dosis interaksi red mud dan
rhizobium yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman edamame pada tanah
gambut.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Botani Edamame
Edamame (eda: cabang dan meme: kacang) atau dapat juga disebut buah yang
tumbuh dibawah cabang ialah sejenis kedelai yang berasal dari Jepang dan memiliki
nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan kacang kedelai biasa. Selain itu,
edamame mempunyai phytic acid lebih tinggi sehingga lebih halus dan mudah
dimasak. Bentuk tanamannya lebih besar dari kedelai biasa, begitu pula biji dan
polongnya. Menurut (Pambudi, 2013). kedelai edamame diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polypetales
Famili : Leguminosa
Subfamili : Papilionoideae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L.) Merill
Kedelai terdiri atas dua macam alat organ reproduksi utama, yaitu vegetatif dan
generatif. Organ vegetatif meliputi akar, batang, dan daun sedangkan organ generatif
meliputi bunga, buah, dan biji.
a. Akar
Sistem perakaran tanaman kedelai terdiri atas akar tunggang, akar sekunder
yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang tumbuh dari akar sekunder.
Akar tunggang merupakan perkembangan dari akar radikal yang sudah mulai muncul
sejak masa perkecambahan. Perkembangan akar kedelai dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain penyiapan lahan, tekstur tanah kondisi fisik dan kimia tanah, serta
kadar air tanah. Salah satu kekhasan dari sistem perakaran tanaman kedelai adalah
adanya interaksi simbiosis antara bakteri nodul akar (Rhizobium japonicum) dengan
akar tanaman kedelai yang menyebabkan terbentuknya bintil akar (Adisarwanto,

4
5

2014). Bibtil-bintil akar bentuknya bulat tidak beraturan yang merupakan koloni dari
bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri ini dapat mengikat nitrogen langsung dari udara
dalam bentuk gas nitrogen yang kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah
dioksidasi menjadi nitrat. Jumlah nitrogen yang dapat ditambat bakteri ini kisaran 40-
70% dari seluruh nitrogen yang dibutuhkan tanaman. Pada tanaman yang sudah
mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15-20 hari setelah tanam
(Pambudi, 2013).
b. Batang
Pertumbuhan batang kedelai edamame memiliki dua tipe yaitu determinate dan
indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan
bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate cirinya adalah batang
tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga, sedangkan tipe indeterminate
cirinya adalah batang dan daun masih tumbuh meskipun tanaman itu mulai berbunga.
Batang tanaman kedelai edamame berbentuk semak dengan ketinggian kisaran 30-100
cm, berwarna ungu atau hijau, serta dapat membentuk banyak cabang. Umumnya
batang tanaman kedelai dapat membentuk 3-6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman
terlalu rapat, cabang menjadi berkurang, atau bisa tidak bercabang sama sekali.
(Rukmana dan Yudirachman, 2014).
c. Daun
Tanaman kedelai merupakan tanaman semusim yang daunnya hampir
seluruhnya trifoliat (menjari tiga) dan jarang sekali mempunyai empat atau lima jari
daun. Bentuk daun tanaman kedelai bervariasi yakni antara oval dan lanceolate dengan
ciri-ciri daun berbulu pendek, warna daun hijau tua atau hijau muda (Adisarwanto,
2014). Daun pertama yang keluar dari buku sebelah atas kotiledon berupa daun tunggal
berbentuk sederhana dan letaknya berseberangan (unifoliolat) (Pambudi, 2013).
d. Bunga
Bunga pada tanaman kedelai umumnya muncul/tumbuh pada ketiak daun,
yakni setelah buku kedua, tetapi terkadang bunga dapat pula terbentuk pada cabang
tanaman yang mempunyai daun. Hal ini karena sifat morfologi cabang tanaman
kedelai serupa atau sama dengan morfologi batang utama. Pada kondisi lingkungan
tumbuh dan populasi tanaman optimal, bunga akan terbentuk mulai dari tangkai daun
pada buku ke 2-3 paling bawah, dalam satu kelompok bunga, pada ketiak daun akan
6

kuncul 1-7 bunga tergantung dari karakter varietas kedelai yang ditanam
(Adisarwanto, 2014). Bunga tanaman kedelai mempunyai alat kelamin jantan dan
betina, sehingga termasuk bunga sempurna (Hermaprodite). Mekarnya bunga
berlangsung pada pukul 08.00-09.00 dan penyerbukannya bersifat menyerbuk sendiri.
Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan
kawin silang alami sangat kecil (Pambudi, 2013).
e. Buah dan biji
Buah kedelai disebut polong yang tersusun dalam rangkaian buah, tiap polong
berisi antara 1-4 biji. Jumlah polong per tanaman brgantung pada varietas tanamannya.
Polong kedelai pertama kali muncul sekitar 10-14 hari setelah bunga pertama
terbentuk. Warna polong yang baru tumbuh berwarna hijau dan selanjutnya akan
berubah menjadi kuning atau cokelat. Biji kedelai umumnya berbentuk bulat atau pipih
sampai bulat lonjong dengan warna bervariasi kuning, hijau, cokelat atau hitam
(Adisarwanto, 2014).

2. Syarat Tumbuh
Kedelai edamame sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan
subtropis, namun kedelai edamame paling cocok ditanam pada daerah beriklim tropis
atau berhawa panas, sehingga produktivitas tanaman menjadi optimal. Selama
pertumbuhan tanaman kedelai membutuhkan air sekitar 350-550 mm. Curah hujan
yang cukup selama pertumbuhan dan berkurang saat pembungaan dan menjelang
pemasakan biji akan meningkatkan produksi kedelai edamame (Adisarwanto, 2014).
Energi radiasi atau takaran sinar matahari merupakan faktor penting
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kualitas, intensitas dan lamanya
penyinaran merupakan segi radiasi yang penting (Pambudi, 2013). Umumnya
pertumbuhan terbaik tanaman kedelai edamame terjadi pada temperatur antara 25-27
o
C, dengan penyinaran penuh (minimal 10 jam/hari) dengan kelembaban rata-rata
mencapai 50%. Kedelai edamame memerlukan pengairan yang cukup, dengan volume
air yang tidak terlalu banyak sehingga mencegah tanaman terserang busuk akar.
Tanaman kedelai biasa dapat tumbuh baik pada ketinggian 0,5-300 mdpl. Namun,
varietas kedelai berbiji besar seperti kedelai edamame cocok ditanam di lahan dengan
ketinggian 300-500 mdpl (Latif dkk, 2017).
7

Tanaman kedelai edamame sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah.


Namun demikian untuk mendapatkan pertumbuhan dan produktivitas yang optimal
kedelai edamame harus ditanam pada jenis tanah yang subur. Pada jenis tanah yang
bertekstur remah dengan kedalaman tidak lebih dari 50 cm, akar tanaman kedelai dapat
tumbuh mencapai kedalaman 2 m (Ultriasratri 2016). Toleransi keasaman tanah
sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai
masih dapat tumbuh, pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terhambat
karena keracunan aluminium sehingga membuat pertumbuhan bakteri dan proses
nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan
berjalan kurang baik (Suhaeni, 2007).

3. Budidaya Tanaman Edamame


Tanaman edamame merupakan tanaman yang diambil bagian polongnya untuk
menjadi bahan konsumsi sehingga untuk mendapatkan polong yang berkualitas baik
maka perlu adanya teknik budidaya yang tepat. Adapun Teknik budidaya edemame
menurut Pambudi (2013) adalah sebagai berikut:
a. Persiapan lahan
Pengolahan tanah merupakan upaya memperbaiki kondisi tanah untuk
mendapatkan struktur tanah yang baik. Lakukan pembersihan lahan dengan cara
membersihkan lahan dari gulma maupun sampah lainnya. Setelah selesai
membersihkan gulma maka lakukan pencangkulan untuk membalik tanah agar lebih
gembur lalu buatlah bedengan dengan tinggi 20-25 cm dan lebar bedengan 1 meter,
sementara untuk panjang bedengan menyesuaikan ukuran lahan. Bersamaan dengan
pembuatkan bedengan dilakukan juga pembuatan saluran air (parit). Lebar saluran air
antar bedengan yang dibutuhkan untuk budidaya kedelai edamame adalah sebesar 40-
50 cm. Setelah bedengan selesai dibuat tidak langsung ditanami melainkan didiamkan
2-3 hari. Fungsi bedengan didiamkan adalah agar oksigen didalam tanah menjadi
tersedia dan tanah yang ada pada bedengan menjadi padat dan tidak mudah hancur.
Lakukan pemupukan dasar yang terdiri dari pupuk kandang dan pupuk kimia.
b. Pemilihan benih
Benih edamame yang diperlukan untuk 1 hektar lahan yaitu kisaran 80-100 kg.
Varietas edamame yang ditanam disesuaikan dengan pasar, antara lain yang paling
banyak ditanam petani adalah varietas Ryoko. Varietas ini polongnya lebih besar dan
8

rasanya lebih manis. Untuk menjamin pertumbuhan yang seragam, gunakan benih
yang masih baru atau melalui penyimpanan yang baik untuk mencegah serangan lalat
bibit, sebelum ditanam benih diberi perlakuan dengan insektisida karbosulfan (misal:
Marshall 25 ST) takaran 5-10 g/kg benih.
c. Penanaman
Kegiatan penanaman dilakukan setelah tahapan pembuatan bedengan selesai
dilakukan. Jarak tanam yang digunakan petani di lapangan adalah 25x25 cm. Lakukan
pembuatan lubang tanam pada bedengan dengan kedalaman 1,5-2 cm kemudian
masukkan antara 2-3 benih per lubang tanam lalu ditutup dengan tanah yang gembur.
d. Pemeliharaan tanaman
Kegiatan pemeliharan terdiri dari penyiraman, penyulaman, penyiangan,
pemupukan, dan pengendalian OPT.
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan melihat situasi cuaca yang ada. Jika kegiatan budidaya
dilakukan pada musim hujan biasanya petani tidak melakukan kegiatan
penyiraman, karena tanaman sudah mendapatkan pasokan air yang cukup dari air
hujan. Penyiraman pada musim kemarau dilakukan minimal seminggu sekali.
2. Penyulaman
Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam (HST) dengan cara mengganti
tanaman yang mati atau tidak normal tumbuhnya. Penyulaman kedelai edamame
menggunakan bibit yang sudah ditumbuhkan terlebih dahulu dengan tujuan agar
tanaman kedelai edamame dapat tumbuh secara serempak dan dapat dipanen pada
waktu yang bersamaan.
3. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan rumput atau gulma yang tumbuh di
sekitar tanaman kedelai edamame. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman
berumur 9 HST. Penyiangan selanjutnya dilakukan sesuai kondisi pertanaman.
4. Pemupukan
Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 7-10 hari
menggunakan pupuk kandang kotoran ayam yang dicampur dengan sekam,
pemupukan kedua pada saat berumur 14-20 hari, sedangkan pemupakan ketiga
pada saat berumur 35-40 hari. Pemupukan kedua dan ketiga hanya menggunakan
9

pupuk kimia saja. Pupuk kimia yang digunakan terdiri atas pupuk NPK setara
dengan 75 kg urea, 100 kg KCl, dan 100 kg TSP per hektar.
5. Pengendalian OPT
Pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT) dilakukan secara terpadu
sesuai dengan jenis hama maupun penyakit yang menyerang. Penggunaan
pestisida dilakukan secara selektif dan terkendali.
e. Panen
Panen edamame dapat dilakukan setelah tanaman berumur 68-72 hari setelah
tanam. Proses pemanenan dilakukan dengan cara memetik setiap polong yang ada pada
tanaman kedelai edamame.

4. Tanah Gambut
Pembentukan gambut merupakan proses transformasi dan translokasi. Proses
transformasi merupakan proses pembentukan biomassa dengan dukungan nutrisi
terlarut, air, udara, dan radiasi matahari. Proses translokasi merupakan pemindahan
bahan oleh gerakan air dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan
oleh gerakan angin (udara) akibat perbedaan tekanan (Noor dkk, 2014). Kalimantan
Barat memiliki lahan gambut sebesar 1.542.711 ha atau sekitar 10,47% dari luas
provinsi 14.731.047 ha (BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2021). Hal ini menunjukan
bahwa lahan gambut yang tersebar di wilayah Kalimantan Barat cukup luas dan dapat
digunakan untuk proses pertanian. Tanah gambut terbentuk dari penumpukan material
organik, seperti sisa pohon, rumput, lumut, dan jasad hewan yang setengah membusuk,
hal ini membuat produksi bahan organik menjadi lebih banyak dari proses
pembusukan yang terjadi sehingga terjadi akumulasi bahan gambut.
Karakteristik fisik gambut yang penting dalam pemanfaatannya untuk
pertanian meliputi kadar air, berat isi /bulk density (BD), daya menahan beban (bearing
capacity), subsiden (penurunan permukaan), dan mengering tidak balik (irriversible
drying). Beberapa sifat fisik yang perlu diperhatikan kaitannya dengan konservasi
tanah gambut adalah kadar air serta kapasitas memegang air. Kadar air tanah gambut
berkisar antara 100-1.300% dari berat keringnya (13 kali bobotnya) menyebabkan BD
menjadi rendah. Bulk density terkait dengan tingkat kematangan dan kandungan bahan
mineral, dimana semakin matang dan semakin tinggi kandungan bahan mineral maka
10

BD akan semakin besar dan tanah gambut semakin stabil (tidak mudah mengalami
kerusakan) (Ratmini, 2012).
Karakteristik kimia lahan gambut sangat ditentukan oleh kandungan,
ketebalan, dan jenis mineral pada substratum (di dasar gambut), serta tingkat
dekomposisi gambut. Kandungan mineral gambut di Indonesia umumnya kurang dari
5% dan sisanya adalah bahan organik. Fraksi organik terdiri dari senyawa-senyawa
humat sekitar 10-20% dan sebagian besar lainnya adalah senyawa lignin, selulosa,
hemiselulosa, lilin, tannin, resin, suberin, protein, dan senyawa lainnya (Agus dan
Subiksa, 2008). Muatan tanah gambut terdapat pada fase cairnya, terdiri dari asam-
asam organik alifatik maupun aromatik yang memiliki gugus fungsional yang aktif
seperti karboksil, hidroksil dan amine. Karakteristik dari asam-asam organik ini akan
menentukan sifat kimia dari gambut. Sebagai akibat dari tingginya asam organik, maka
reaksi tanah pada umumnya masam. Namun karena asam organik adalah asam lemah,
maka pH tanah biasanya berkisar antara 4-5. pH tanah bisa lebih rendah bila ada
lapisan sulfidik yang teroksidasi atau gambut yang terbentuk di atas lapisan tanah yang
sangat miskin seperti pasir kuarsa (Ratmini, 2012).
Taksonomi tanah gambut diklasifikasikan berdasarkan tingkat dekomposisi
atau derajat pelapukan/penghancuran bahan organik, yaitu fibrik (belum melapuk)
adalah bahan gambut yang masih tergolong mentah yang dicirikan dengan tingginya
kandungan bahan-bahan jaringan tanaman atau sisa-sisa tanaman yang masih dapat
dilihat keadaan aslinya dengan ukuran beragam, dengan diameter antara 0,15 mm
hingga 2,00 cm, hemik (setengah melapuk) adalah bahan gambut yang sudah
mengalami perombakan dan bersifat separuh matang, dan saprik (sudah melapuk)
adalah bahan tanah gambut yang sudah mengalami perombakan sangat lanjut dan
bersifat matang hingga sangat matang (Noor dkk, 2014).

5. Red Mud dan Peranannya


Kalimantan Barat merupakan wilayah yang memiliki potensi sumber bauksit
yang sangat tinggi. Salah satu industri yang melakukan aktivitas pertambangan dan
pengolahan bauksit menjadi alumina yaitu PT Indonesia Chemical Alumina (ICA)
yang berada di Tayan, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Pengolahan bauksit
dilakukan melalui proses Bayer menghasilkan limbah lumpur halus berwarna merah
kecoklatan, residu bauksit yang disebut red mud. Lumpur merah atau biasa disebut red
11

mud mengandung pH tanah yang bersifat basa, kadar natrium dan aluminium yang
tinggi. Red mud memiliki pH sekitar 13-14 sehingga dapat meningkatkan pH pada
tanah yang bersifat masam (Muchtar 2009).
Red mud memiliki sifat yang basa sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
untuk meningkatkan pH tanah dan mengandung kation polivalen Fe dan Al sehingga
dapat berfungi sebagai amelioran. Salah satu jenis tanah marginal yang potensial untuk
budidaya tanaman edamame adalah tanah gambut. Gambut merupakan lapisan tanah
yang kaya dengan bahan organik dari sisa-sisa tanaman yang belum terdekomposisi
sempurna. Kalimantan Barat merupakan daerah yang memiliki tanah gambut, dengan
pH sekitar 3.0–4.5. Tanah tersebut sangat asam sehingga tidak dapat digunakan
sebagai lahan bercocok tanam dan air dalam kandungan tanah tersebut tidak dapat
diminum. Red mud diharapkan bisa menjadi penetral pH tanah pada tanah gambut
sehingga tanaman budidaya dapat tumbuh dengan baik. Umumnya, mineral utama di
dalam red mud dari proses bayer yaitu berupa gibbsite (Al(OH)3), boehmite (γ-alooh),
hematite (Fe2O3), goethite (FeO-OH), quartz (SiO2), anatase (TiO2), dan calcite
(CaCO3). Kandungan mineral yang terdapat red mud merupakan residu mineral dari
bijih bauksit, sehingga kandungan mineral ysang dimiliki red mud bisa saja berbeda-
beda tergantung pada proses pengolahan dan jenis biji bauksit yang diolah (Wulandari,
2016).

6. Bakteri Rhizobium
Bakteri rhizobium adalah kelompok bakteri yang berkemampuan sebagai
penyedia hara bagi tanaman dengan cara mengikat nitrogen bebas di udara menjadi
ammonia (NH3) yang akan diubah menjadi asam amino yang selanjutnya menjadi
senyawa nitrogen yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Rhizobium hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila berada di dalam bintil akar
dari mitra legumnya. Peranan rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya
berkaitan dengan masalah ketersediaan hara bagi tanaman inangnya. Simbiosis ini
menyebabkan bakteri rhizobium dapat menambat nitrogen dari atmosfir, dan
selanjutnya dapat digunakan oleh tanaman inangnya.
Nitrogen merupakan suatu unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah banyak, yang berfungsi sebagai penyusun protein dan penyusun enzim.
Tanaman memerlukan suplai nitrogen pada semua tingkat pertumbuhan, terutama pada
12

awal pertumbuhan, sehingga adanya sumber N yang murah akan sangat membantu
mengurangi biaya produksi. Jika unsur nitrogen terdapat dalam keadaan kurang, maka
pertumbuhan dan produksi tanaman akan terganggu (Armiadi, 2009). Rhizobium
adalah bakteri yang dapat menambat unsur N2 melalui simbiosis dengan akar tanaman
kacang-kacangan dengan membentuk bintil akar (Prayoga dkk. 2018). Rhizobium
berkembang secara aerob di dalam tanah dan tumbuh optimal pada suhu 25-30ºC
dengan pH 6-7. Beberapa strain rhizobium masih dapat bertahan pada pH ≥ 4,5
(Rosales dkk, 2013).

B. Kerangka Konsep
Budidaya tanaman edamame memerlukan keadaan tanah, lingkungan, serta
unsur hara cukup untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal. Pemanfaatan tanah
gambut sebagai media tanam mendapatkan berbagai kendala seperti ketersediaan
unsur hara yang rendah, tingginya kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB)
yang rendah, dan pH tanah yang rendah. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kendala yang ada pada tanah gambut yaitu dengan pemberian amelioran berupa
lumpur merah (red mud) dan bakteri penambat nitrogen (rhizobium). Red mud
memiliki pH tanah yang basa sehingga berfungsi untuk meningkatkan pH tanah pada
tanah gambut yang bersifat masam sedangkan rhizobium merupakan bakteri yang
bersimbiosis mutualisme dengan tanaman kacang-kacangan sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai penyedia unsur hara nitrogen bagi tanaman. Pemberian red mud
dan rhizobium diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi pada tanaman edamame.
Hasil penelitian Puspa dkk (2023) menunjukan bahwa pengaruh pemberian
pupuk kandang bebek 20 ton/ha dan red mud 4 ton/ha bepengaruh nyata terhadap
jumlah cabang, jumlah polong per tanaman, dan berat polong per tanaman pada
tanaman edamame di tanah gambut. Hasil Penelitian Lestari (2023) menunjukkan
bahwa pemberian red mud 18 ton/ha dan bokashi limbah sayuran 15 ton/ha merupakan
dosis efektif terhadap pertumbuhan dan hasil lobak putih pada tanah gambut. Hasil
penelitian Tambunan dkk (2024) menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antar
red mud dan pupuk NPK, namun perlakuan faktor tunggal red mud dengan dosis 20
ton/ha dan pupuk NPK 300 kg/ha merupakan dosis terbaik untuk meningkatkan
pertumbuhan dan hasil cabai rawit pada tanah gambut.
13

Hasil penelitian Evita dkk (2022) menunjukkan bahwa terdapat interaksi


pemberian rhizobium dan kompos gulma air terhadap parameter jumlah bintil akar dan
pemberian rhizobium 10 g/kg benih memberikan pengaruh terbaik terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai di tanah ultisol. Hasil penelitian Andra (2023)
menunjukan bahwa pengaruh tunggal inokulasi rhizobium dosis 4g/kg benih
memberikan pengaruh yang nyata terhadap hampir seluruh variabel pengamatan
kecuali parameter tinggi tanaman pada tanaman kedelai edamame di tanah aluvial.

C. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini yaitu diduga terdapat pengaruh dan interaksi
pemberian red mud dengan dosis yang berbeda dan rhizobium terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman edamame pada tanah gambut.
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas
Tanjungpura. Penelitian ini akan dilaksanakan ± 5 bulan, dimulai sejak bulan Maret
sampai dengan bulan Agustus 2024.

B. Alat dan Bahan Penelitian


1. Alat
Alat-alat yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu ayakkan, cangkul,
corong, gembor, gelas ukur, jerigen, jangka sorong, kertas label, meteran, oven,
parang, patok sampel, sekop, timbangan digital, thermohygrometer, alat tulis dan alat
dokumentasi (kamera).
2. Bahan
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Benih kedelai edamame
Benih kedelai edamame yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu varietas
Ryoko 75.
b. Tanah gambut
Tanah yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu tanah gambut.
c. Lumpur merah (red mud)
Lumpur merah (red mud) yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
tambang bauksit di PT. ICA, Kecamatan Tayan, Kabupaten Sanggau, Kalimantan
Barat.
d. Rhizobium
Rhizobium yang digunakan dalam penelitian ini yaitu biakan murni rhizobium
merk Rhizoka.
e. Polybag
Polybag yang digunakan dalam penelitian ini yaitu polybag berwarna hitam
dengan ukuran 35 cm x 40 cm.
f. Pupuk organik
Pupuk organik yang digunakan pada penelitian ini adalah pupuk kandang kotoran
ayam.

14
15

g. Pupuk anorganik
Pupuk anorganik yang digunakan sebagai pupuk dasar dan susulan dalam
penelitian ini yaitu pupuk NPK Mutiara 9:25:25.
h. Polinet
Polinet digunakan untuk membuat pagar sekeliling lokasi penelitian dengan
tujuan untuk meningkatkan keamanan.
i. Pestisida
Pestisida yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pestisida nabati dan kimia
tergantung dari gejala serangan yang didapatkan.

C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pola Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri dari dua faktor, faktor pertama yaitu red mud (R) yang
terdiri dari 4 taraf dan faktor kedua yaitu rhizobium (B) yang terdiri dari 2 taraf,
sehingga diperoleh 8 kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Masing-masing
unit percobaan terdapat 4 sampel tanaman sehingga total keseluruhan 96 tanaman.
Pemberian red mud (R), yang terdiri dari 4 taraf yaitu:
r0 : kapur dolomit (kontrol)
r1 : red mud 10 ton/ha = 78,1 g/tanaman
r2 : red mud 15 ton/ha = 117,1 g/tanaman
r3 : red mud 20 ton /ha= 156,2 g/tanaman
Rhizobium (B), yang terdiri dari 2 taraf yaitu:
b0 : tanpa rhizobium
b1 : dengan rhizobium
Adapun kombinasi perlakuan yang diperoleh adalah sebagai berikut: r 0b0, r0b1, r1b0,
r1b1, r2b0, r2b1, r3b0, r3b1.

D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan tempat penelitian
Tempat penelitian yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu dari rumput,
kayu, maupun sampah lainnya, sehingga tidak menggangu pada saat penelitian.
2. Persiapan red mud
16

Red mud dikeringkan terlebih dahulu, kemudian dihaluskan dan diayak


menggunakan ayakkan sehingga red mud yang diperoleh bertekstur halus.
3. Persiapan media tanam
Media tanam yang digunakan yaitu tanah gambut yang diambil pada
kedalaman 0-20 cm. Tanah gambut dibersihkan terlebih dahulu dari sampah yang
berukuran besar seperti akar, daun maupun serasah lainnya. Tanah ditimbang sebanyak
8 kg, kemudian ditambah dengan red mud sesuai dengan taraf perlakuan, setelah itu
dicampur dengan merata dan dimasukkan kedalam polybag kemudian di inkubasi
selama 2 minggu. Untuk perlakuan kontrol, tanah diberi kapur dolomit dengan dosis
68 g/polybag untuk meningkatkan pH tanah menjadi 5,5. Selama masa inkubasi, tanah
dijaga kelembapannya agar tidak kering, jika terlihat kering maka dilakukan
penyiraman. Setelah 2 minggu masa inkubasi maka dilakukan analisis tanah pada
semua perlakuan.
4. Inokulasi bakteri
Inokulasi bakteri dilakukan sebelum penanaman menggunakan bakteri
rhizobium (Legin Rhizoka). Perbandingan untuk pencampurannya yaitu 5 g untuk 1
kg benih kedelai edamame dengan cara benih dibersikan terlebih dahulu dari pestisida
yang menempel pada benih setelah itu rhizobium dicampurkan dengan benih
edamame.
5. Pemupukan dasar
Pemupukan dasar menggunakan pupuk kandang kotoran ayam dengan dosis
78,1 g/tanaman. Pemupukan dasar dilakukan 3 hari sebelum penanaman dengan cara
mencampurkan tanah yang ada di dalam polybag dengan pupuk kandang kotoran ayam
tanpa mengeluarkan tanah yang ada didalam polybag.
6. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam dengan kedalaman
1,5-2 cm terlebih dahulu kemudian masukan 2 benih kelubang tanam dan tutup
kembali menggunakan tanah. Setelah berumur 1 minggu maka dilakukan penjarangan
dengan memilih salah satu tanaman yang tumbuh dengan baik untuk dibiarkan hidup.
7. Pemeliharaan
a. Penyiraman
17

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari sesuai dengan
kapasitas lapang, kecuali jika hari hujan maka tidak dilakukan penyiraman.
b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila terdapat benih yang tidak tumbuh, tanaman kurang
sehat (cacat), dan mati ketika tanaman berumur kurang lebih 7 hari. Penyulaman
menggunakan bibit tanaman yang disediakan khusus untuk penyulaman dengan
usia yang sama dengan tanaman edamame lainnya.
c. Penyiangan gulma
Penyiangan gulma dimulai pada 9 hari setelah tanam (HST) saat ada gulma yang
tumbuh disekitar lahan maupun didalam polybag. Penyiangan dilakukan secara
manual dengan cara mencabut gulma menggunakan tangan maupun
menggunakan parang dengan cara menebas gulma yang tumbuh.
d. Pemupukan susulan
Pemupukan susulan dilakukan sebanyak dua kali dengan menggunakan pupuk
NPK Mutiara 9:25:25 dengan dosis 2,34 g/tanaman dengan cara membuat lubang
terlebih dahulu dengan jarak kurang lebih 5 cm dari tanaman kemudian masukan
pupuk NPK kedalam lubang tersebut dan tutup kembali menggunakan tanah.
Pemupukan susulan pertama pada saat tanaman berumur 20 HST, dan pemupukan
susulan kedua pada saat tanaman berumur 40 HST.
e. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara preventif dengan melalui
penyemprotan pestisida hayati satu kali dalam seminggu.
8. Panen
Panen polong edamame dilakukan ketika sudah sesuai dengan kriteria panen.
Kriteria panen segar untuk tanaman edamame memiliki ciri-ciri polong berisi penuh,
mulus, dan berwarna hijau tua. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik polong
pada setiap tanaman.

E. Variabel Pengamatan
1. Variabel pengamatan umum
a. Tinggi tanaman (cm)
18

Pengukuran tinggi tanaman menggunakan meteran atau penggaris, dimulai dari


pangkal batang sampai titik tumbuh dengan interval 1 minggu sekali. Pengukuran
dilakukan 2 minggu setelah tanam sampai 5 minggu setelah tanam.
b. Berat kering tanaman (g)
Pengamatan berat kering tanaman dilakukan pada saat tanaman memasuki masa
vegetatif maksimum. Bagian tanaman di potong-potong terlebih dahulu kemudian
dimasukan ke dalam kantong kertas dan dimasukan ke dalam oven dengan
temperatur 85ºC selama 24 jam. Setelah dioven maka dilakukan penimbangan
untuk mendapatkan berat kering tanaman.
c. Volume akar (cm3)
Volume akar tanaman dilakukan pada saat tanaman memasuki masa vegetatif
maksimum dengan mengambil 1 sampel setiap perlakuan. Volume akar diukur
dengan cara mengisi gelas ukur dengan air dalam batas tertentu, kemudian akar
yang telah dibersikan dimasukkan kedalam gelas ukur. Volume akar ditentukan
dari pertambahan tinggi muka air pada gelas ukur.
d. Jumlah polong isi per tanaman (polong)
Perhitungan jumlah polong isi dilakukan pada akhir penelitian dengan
menghitung jumlah polong berisi pada tanaman.
e. Berat polong per tanaman (g)
Berat polong pertanaman dilakukan setelah panen dengan cara menimbang polong
pertanaman.
2. Variabel pengamatan penunjang
a. Suhu (ºC)
Pengamatan suhu udara dilakukan setiap hari selama penelitian dengan
menggunakan thermometer. Pengamatan dilakukan pada pagi hari jam 07:00
WIB, siang hari jam 12:00 WIb dan sore hari jam 17:00. Perhitungan rata-rata
suhu udara perhari yaitu:
(2 x suhu pagi)+suhu siang+suhu sore
Suhu udara (T) =
4
b. Kelembapan udara (%)
19

Kelembapan udara diukur dengan menggunakan hygrometer yang dilakukan


bersamaan dengan pengukuran suhu. Perhitungan rata-rata kelembapan udara
perhari yaitu:
(2 x RH pagi)+RH siang+RH sore
Kelembapan Udara (RH) =
4
c. Curah hujan (mm)
Pengukuran cura hujan dilakukan dengan menggunakan wadah yang diberi
corong pada bagian atasnya. Pengukuran curah hujan dilakukan sejak awal
penelitian.
volume air yang tertampung (cm3)
Curah hujan = x 10
luas mulut corong (cm2)
d. pH tanah setelah inkubasi
Pengukuran pH tanah menggunakan pH meter dilakukan pada awal penelitian
yaitu setelah inkubasi.

F. Analisis Statistik
Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis
varians uji F untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata
atau berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman edamame, Jika
hasil analisis varians uji F berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji BNJ taraf
5%. Menurut Gaspersz (1994), model statistik untuk metode eksperimen lapangan
dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) sebagai berikut:
Yijk = μ + Ai + Bj + ABij + Ʃk ij
Keterangan:
Yijk = Variabel respon pengaruh dari perlakuan red mud dan rhizobium
μ = Nilai rata-rata yang sebenarnya
Ai = Pengaruh dari taraf perlakuan red mud
Bj = Pengaruh dari taraf perlakuan rhizobium
ABij = pengaruh dari interaksi pemberian red mud dan rhizobium
Ʃk ij = pengaruh dari unit eksperimen k dalam kombinasi perlakuan (ij)
r = taraf perlakuan pemberian red mud (1, 2, 3 dan 4)
b = taraf perlakuan pemberian rhizobium (1 dan 2)
k = ulangan (1, 2 dan 3)
20

Selanjutnya hasil pengamatan dianalisis secara statistik dan disusun dalam model
analisis keragaman Tabel 1.
Tabel 1. Analisis Keragaman RAL Faktorial
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat
F Tabel
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F Hitung
5%
(SK) (DB) (JK) (KT)
Perlakuan rb-1 JKP KTP KTP/KTG F(V1)
Red Mud r-1 JK(r) KT(r) KT(r)/KTG
Rhizobium b-1 JK(b) KT(b) KT(b)/KTG
Interaksi (r-1)(b-1) JK(rxb) KT(rxb) KT(rxb)/KTG
Galat rb (k-1) JKG KTG KT(rb)/KTG
Total rbk-1 JKt
Sumber: Gasperz (1994)
Besarnya keragaman hasil penelitian dapat dihitung dengan rumus:
√KTG
Koefisien keragaman (KK) = 𝑥 100%

Keterangan:
KK = koefisien keragaman
KTG = kuadrat tengah galat
𝑥̅ = nilai rerata
Analisis keragaman dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel pada
taraf 5%. Dari perbandingan F hitung dengan F tabel tersebut, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Jika F hitung > F tabel 5%, maka perlakuan berpengaruh nyata.
2. Jika F hitung ≤ F tabel 5%, maka perlakuan berpengaruh tidak nyata.
Apabila hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh nyata,
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 5% bertujuan untuk mengetahui
perbedaan dari tiap perlakuan. Rumus Uji BNJ:
BNJ = Q (p, db) x Sy
Keterangan:
Q = nilai yang diperoleh dari Tabel Q untuk tingkat nyata 5%
P = banyaknya perlakuan yang dibandingkan
db = derajat bebas
21

√KT Galat
Sy =
k (r,b,i)
Keterangan:
KTG = kuadrat tengah galat
k (r) = ulangan x taraf faktor red mud
k (b) = ulangan x taraf faktor rhizobium
k (i) = ulangan
Jika perhitungan analisi keragaman menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh
nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% untuk
mengetahui perbedaan antar perlakuan.
√KTG
BNJ red mud ( r ) = Q5% (t, dbg)
r.b

√KTG
BNJ rhizobium ( b ) = Q5% (t, dbg)
r.r
√KTG
BNJ Interaksi = Q5% (t, dbg)
r.x
Keterangan:
Q5% = nilai yang diamati dari tabel Q5%
t = jumlah perlakuan
dbg = derajat bebas galat
KTG = kuadrat tengah galat
r = jumlah ulangan
22

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2014. Kedelai Tropika Produktivitas 3 Ton/Ha. Malang. Penebar


Swadaya.
Agus, F dan Subiksa. 2008. Bogor Lahan Gambut : Potensi untuk Pertanian dan aspek
Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Center.
Andra. Siti, H. dan Dini, A. 2023. Pengaruh Inokulasi Rhizobium Dan Pupuk Fosfat
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Edamame Pada Tanah Aluvial.
Jurnal Sains Pertanian Equator. 12(4): 944-951.
Armiadi. 2009. Penambatan Nitrogen Secara Biologis pada Tanaman Leguminosa.
Wartazoa. 19(1): 23-30.
Badan Pusat Statistika. 2021. Data Produksi Tanaman Edamame di Indonesia Tahun
2014-2018. Indonesia: Badan Pusat Statistika (BPS) Indonesia.
Badan Pusat Statistika. 2021. Provinsi Kalimantan Barat dalam Angka 2021.
Pontianak: Badan Pusat Statistika (BPS) Kalimantan Barat.
Evita. Trias, N. dan Jasminardi. 2022. Aplikasi Rhizobium dan Kompos Gulma Air
Plus Dalam Peningkatan Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine Max
(L) Merill) Berbasis Sumber Daya Lokal. Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan
Universitas Jambi. 6(2): 126-133.
Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan: Untuk Ilmu-ilmu Pertanian,
Ilmu-ilmu Teknik, dan Biologi. Bandung. Armico.
Latif, F,N. Elfarisna. dan Sudirman, 2017. Efektivitas Pengurangan Pupuk NPK
Dengan Pemberian Pupuk Hayati Provibio Terhadap Budidaya Tanaman
Kedelai Edamame. Jurnal Agrosains Dan Teknologi. 2(2): 105-20.
Lestari, L.L. 2023. Pengaruh Red Mud dan Bokashi Limbah Sayuran Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Lobak Putih Pada Tanah Gambut. Skripsi. Pontianak:
Universitas Tanjungpura, Fakultas Pertanian.
Marlina, N. Raden, I.S.A. Rosmiah. dan Lusdi. R.S. 2015. Aplikasi Pupuk Kandang
Kotoran Ayam pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis Hypogeae L.). Journal
of Biology & Biology Education. 7(2): 137-141
Minardi. 2009. Optimalisasi Pengolahan Lahan Kering Untuk Pengembangan
Pertanian Tanaman Pangan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Muchtar, A. 2009. Pemrosesan Red Mud Limbah Ekstraksi Alumina dari Bijih Bauksit
Bintan untuk Memperoleh kembali Alumina dan Soda. Jurnal Teknologi
Mineral dan Batubara. 5(14):11-18.
Noor, M. Masganti. dan Fahmuddin, A. 2014. Lahan Gambut Indonesia Pembentukan,
Karakteristik, dan Potensi Mendukung Ketahanan Pangan. Jakarta. IAAARD
PRESS.
23

Pambudi, S. 2013. Budidaya dan Khasiat Kedelai Edamame. Yogyakarta. Pustaka


Baru Press.
Prayoga, D. Riniarti, M. dan Duryat. 2018. Aplikasi rhizobium dan urea pada
pertumbuhan semai sengon laut. Jurnal Sylva Lestari. 6(1):1-8.
Puspa, S,S. Darussalam. dan Dini, A. 2023. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang
Bebek Dan Red Mud Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Edamame Pada Tanah
Gambut. Jurnal Sains Pertanian Equator. 12(4): 1224-1232.
Ratmini, S. 2012. Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pengembangan
Pertanian. Jurnal Lahan Suboptimal. 1(2): 197-206.
Rosales, RR. Escobedo, JMV. Rogel, M.A. Martinez, J. Orrillo EO. dan Romero EM.
2013. Rhizobium calliandrae sp nov, Rhizobium mayense sp nov, and
Rhizobium jaguaris sp nov, rhizobial species nodulating the medicinal legume
calliandra grandiflora. Systematic and Evolutionary Microbiology. 6(3): 3423-
3429.
Rukmana, R. dan Yudirachman, H. 2014. Budidaya dan Pengolahan Hasil Kacang
Kedelai Unggul. Nuansa Aulia. Bandung.
Sari, R dan Retno, P. 2015. Rhizobium: Pemanfaatannya Sebagai Bakteri Penambat
Nitrogen. Info Teknis EBONI. 12(1): 51-64.
Suhaeni, N. 2007. Petunjuk Praktis Menanam Kedelai. Nuansa. Bandung.
Tambunan, D.J, Siti, H, dan Dini, A. 2024. Respon Pertumbuhan dan Hasil Cabai
Rawit Terhadap Pemberian Red Mud dan Pupuk NPK Pada Tanah Gambut.
Jurnal Sains Pertanian Equator. 13(1): 132-139.
Ultriasratri, A. 2016. Respon Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Kedelai Edamame
(Glycine max (L.) Merrill) Berumur Genjah Pada Perlakuan Penyiangan
Gulma. Universitas Muhammadiyah Purwokorto. Jawa Tengah.
Wulandari. 2016. Sintesis dan Karakterisasi Aluminosilikat Mesopori dari Red Mud
Pulau Bintan Sebagai Sumber Alumina. Tesis. Surabaya : Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
24

LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi Kedelai Edamame Varietas Ryoko 75


Asal : Taiwan
Pemulia : PT. Saung Mirwan
Keterangan : Varietas Unggul Nasional (Released Variety)
Warna Hipokotil : Hijau
Warna Batang : Hijau
Warna Daun : Hijau Tua
Warna Bulu : Kuning
Warna Bunga : Putih
Warna Polong Tua : coklat
Warna Kulit Biji Muda : Hijau
Warna Kulit Biji Tua : Kuning
Tipe Tumbuh : Determinate
Tinggi Tanaman : + 65-80 cm
Bentuk Biji : Bulat
Umur Mulai Berbunga : 23 Hari Setelah Tanam
Umur Panen : Polong Segar 63-68 Hari Setelah Tanam
: Polong Tua 87-95 Hari Setelah Tanam
Kandungan Lemak : Biji Muda 7,52%; Biji Tua 22,35%
Kandungan Protein : Biji Muda 11,58%; Biji Tua 37,97%
Kandungan Gula : Biji Muda 14,0o Brix; Biji Tua 10,5o Brix
Keterangan : Dipanen Dalam Bentuk Polong Segar Sebagai Kedelai
sayur
Sumber: (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2002)
25

Lampiran 2. Hasil Analisis Tanah Gambut


26

Lampiran 3. Hasil Analisis Sifat Fisika Tanah Gambut


27

Lampiran 4. Hasil Analisis Kapur Dolomit


28

Lampiran 5. Hasil Analisis Kebutuhan Kapur Pada Tanah Gambut


29

Lampiran 6. Denah Penelitian

1 2 3
r1b0 r0b1 r3b1
6 5 4
r1b1 r2b0 r2b1

U
7 8 9
r0b0 r3b0 r2b1
12 11 10
r1b1 r3b1 r3b0
13 14 15
r1b0 r0b1 r2b0
18 17 16
r0b0 r0b1 r2b1
19 20 21
r3b0 r0b0 r2b0
24 23 22
r1b0 r3b1 r1b1

Keterangan:
1-24 = Nomor plot
r0-r3 = Perlakuan red mud
b0-b1 = Perlakuan rhizobium
30

Lampiran 7. Hasil Perhitungan Kebutuhan Red Mud Per Tanaman


Diketahui:
Luas lahan 1 ha = 10.000 m2
Jarak tanam = 25 cm x 25 cm = 0,25 x 0,25 = 0,0625 m2
Luas lahan 10.000 m2
Jumlah populasi tanaman= = = 160.000 tanaman/ha
Jarak tanam 0,0625 m2
80
Jumlah populasi tanaman 80%= x 160.000= 128.000 tanaman/ha
100
r1 = red mud 10 ton /ha
Dosis
=
Populasi tanaman
10.000 kg/ha
=
128.000 tanaman/ha
= 0,0781 kg/tanaman
= 78,1 g/tanaman
r2 = red mud 15 ton/ha
Dosis
=
Populasi tanaman
15.000 kg/ha
=
128.000 tanaman/ha
= 0,1171 kg/tanaman
= 117,1 g/tanaman
r3 = red mud 20 ton/ha
Dosis
=
Populasi tanaman
20.000 kg/ha
=
128.000 tanaman/ha
= 0,1562 kg/tanaman
= 156,2 g/tanaman
31

Lampiran 8. Hasil Perhitungan Kapur Dolomit Per Polybag


Diketahui:
Berat basah gambut (BB) = 8 kg/polybag
Kadar air gambut (KA) = 447,89%
BB - BKO
KA =
BKO
8 - BKO
447,89% =
BKO
4,44789 x BKO + BKO = 8 – BKO + BKO
5,44789 BKO =8
8
BKO =
5,44789
= 1,4686 kg
= 1,5 kg
Berdasarkan hasil analisis Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Untan, untuk
meningkatkan pH tanah dari 4,46 menjadi 5,5 diperlukan 4,04 g CaCO3/100 g tanah
setara dengan 40,4 g CaCO3/kg tanah kering oven.
Maka = 40,4 x 1,5
= 60,6 g
Daya netralisasi kapur dolomit adalah 89,11% maka kapur dolomit yang diperlukan
sebanyak:
100
= x 60,6
89,11
= 68, g dolomit/polybag
32

Lampiran 9. Hasil Perhitungan Kebutuhan Pupuk Kandang Per Tanaman


Hasil penelitian Marlina dkk (2015) menujukan bahwa pemberian pupuk
kandang kotoran ayam sebanyak 10 ton/ha memberikan pertumbuhan dan produksi
terbaik pada tanaman kacang tanah.
Diketahui:
Luas lahan 1 ha = 10.000 m2
Jarak tanam = 25 cm x 25 cm = 0,25 x 0,25 = 0,0625 m2
Luas lahan 10.000 m2
Jumlah populasi tanaman= = = 160.000 tanaman/ha
Jarak tanam 0,0625 m2
80
Jumlah populasi tanaman 80% = x 160.000= 128.000 tanaman/ha
100
Pupuk kandang kotoran ayam = 10 ton /ha
Dosis
=
Populasi tanaman
10.000 kg/ha
=
128.000 tanaman/ha
= 0,0781 kg/tanaman
= 78,1 g/tanaman
33

Lampiran 10. Hasil Perhitungan Kebutuhan Pupuk NPK Mutiara Per Tanaman
Menurut penelitian Minardi (2009) dosis anjuran pupuk NPK pada tanaman
kacang-kacangan adalah 300 kg/ha yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil
produksi serta memberikan pengaruh terbaik terhadap semua parameter pertumbuhan
pada tanaman kacang kedelai.
Diketahui:
Luas lahan 1 ha = 10.000 m2
Jarak tanam = 25 cm x 25 cm = 0,25 x 0,25 = 0,0625 m2
Luas lahan 10.000 m2
Jumlah populasi tanaman= = = 160.000 tanaman/ha
Jarak tanam 0,0625 m2
80
Jumlah populasi tanaman 80%= x 160.000= 128.000 tanaman/ha
100
Dosis
NPK =
Populasi tanaman
300 kg/ha
=
128.000 tanaman/ha
= 0,00234 kg/tanaman
= 2,34 g/tanaman

Anda mungkin juga menyukai