Skripsi Lansia
Skripsi Lansia
Skripsi Lansia
SKRIPSI
Oleh:
ST. ROSMILA
NIM: 3116018
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha
Sarjana Keperawatan.
bahwa penulis banyak mendapat bimbingan dan saran yang bermanfaat dari
sesuai dengan yang telah penulis rencanakan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta
penulis.
3. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan
bimbingan dan motivasi tiada henti dalam penyusunan riset keperawatan ini.
4. dr. Hj. Hamisah Mile selaku kepala Puskesmas Tarakan Makassar yang telah
kesabaran serta kesederhanaan, serta anak-anakku Belva dan Sofie, terima kasih
atas tawa riang dan tangis bahagia yang telah kalian berikan dalam lembar
kehidupan ini.
KATA PENGANTAR
7. Kepada kedua orang tua penulis, Bapak dan Ibu yang telah mengajarkan
iv
8. Sahril suamiku, terima kasih atas bantuan, dukungan, kedewasaan, serta
kasih atas tawa riang dan tangis bahagia yang telah kalian berikan dalam
10. Teman-teman Program Transfer S-1 Angkatan Pertama, yang telah menemani
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
mungkin belum bisa terwujud. Dan juga dalam penyusunan riset keperawatan ini
masih banyak kekurangan, sehingga kritik, saran serta arahan senantiasa penulis
v
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................vi
DAFTAR TABEL............................................................................................... ix
ABSTRAK ..........................................................................................................xiv
ABSTRACT........................................................................................................xv
A. Lansia .................................................................................... 6
B. Hipertensi .............................................................................. 7
1. Pengertian ....................................................................... 7
vi
2. Epidemiologi ................................................................... 9
3. Klasifikasi .......................................................................10
4. Etiologi ............................................................................12
5. Patofisiologi ....................................................................15
7. Penatalaksanaan .............................................................. 18
8. Komplikasi ......................................................................23
1. Pengertian .......................................................................24
4. Prosedur ..........................................................................29
Pengukuran .................................................................................39
BAB VI PENUTUP................................................................................. 60
6.1 Kesimpulan.......................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
7. Output SPPS
xii
DAFTAR SINGKATAN
13 CO Carbonmonoksida
xiii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIK GIA Makassar
2018
ST. ROSMILA
Abstrak
Latar belakang: Tekanan darah akan meningkat setelah umur 45-55 tahun, dinding
arteri akan mengalami penebalan oleh adanya penumpukan zat kolagen pada
lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit menjadi
kaku. Senam lansia merupakan olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkan, yang diterapkan pada lansia. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi
di Puskesmas Tarakan Makassar.
Metode penelitian: Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah ”Quasi
experimental pre-post test” dengan intervensi senam lansia. Populasi penelitian ini
adalah lansia penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Tarakan Makassar,
berjumlah 284 orang pada tahun 2018 dari empat belas Posyandu Lansia. Besar
sampel penelitian ini adalah 16 responden tiap kelompoknya. Analisis
menggunakan uji t test.
Hasil penelitian: Terdapat pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah sistolik
dan diastolik pada lansia hipertensi di Puskesmas Tarakan Makassar (p-value
0,000).
Saran: Tenaga kesehatan perlu melakukan sosialisasi dan pelatihan ketrampilan
pelaksanaan senam lansia sehingga dapat melaksanakan pengelolaan lansia yang
mengalami hipertensi dengan cara penatalaksanaan nonfarmakologi untuk
mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi.
xiv
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH
SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2018
Dwi Sulastri
Background: Blood pressure can increase when one is aged 45 – 55 years old. The
artery walls become thick due to the collagen accumulation in the muscle layers.
As a result, the blood vessels will gradually narrow and become rigid. Elderly
exercise is a mild exercise. It is easy to do without burdensome, which is dedicated
to the elderly. The objective of this research is to analyze the effect of the elderly
exercise on the blood pressure of the hypertensive elderly at Community Health
Center of Kalijambe, Sragen.
Method: This research used the quasi experimental method with the pre-post test
design. The population of research consisted of 284 elderly patients from four
Elderly Integrated Health Posts The samples of research consisted of 32, 16 as the
experimental group and the rest 16 as the control group. The former was exposed
to the intervention of the elderly exercise. The data of research were analyzed by
using the t-test.
Result: There was an effect of the elderly exercise on the systolic blood pressure
and dyastolic blood pressure of the hypertensive patients at Community Health
Center of Kalijambe, Sragen as indicated by the p-value = 0.000.
Recommendation: The health workers are required to conduct socialization and
training of the elderly exercise need to socialize and train the performance skill of
exercise elderly. So, they can manage the elderly whom have hypertension by using
non-pharmacological management to control blood pressure on hypertensive
patients.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi
pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik.
Tekanan darah akan meningkat setelah umur 45-55 tahun, dinding arteri akan
mengalami penebalan oleh adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,
usia harapan hidup. Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1
juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia
harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006 usia harapan hidup meningkat menjadi
66,2 tahun dan jumlah lansia menjadi 19 juta orang, dan diperkirakan pada
tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4%. Hal ini menunjukkan
(Riskesdas, 2013).
1
2
Semakin tingginya usia harapan hidup, maka semakin tinggi pula faktor
para lansia adalah rentannya kondisi fisik para lansia terhadap berbagai
dari luar serta menurunnya efisiensi mekanisme homeostatis, oleh karena hal
perilaku hidup yang tidak sehat. Tekanan darah tinggi dianggap mempertinggi
faktor resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) karena tekanan darah yang
pemberian obat anti hipertensi, sedangkan untuk terapi tanpa obat bisa
3
yang ada salah satu olahraga yang dapat dilakukan yaitu olahraga senam lansia
(Armilawati, 2007).
membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap
radikal bebas yang berlebihan didalam tubuh (Suroto, 2004). Penelitian oleh
Astari, dkk (2011) tentang pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah
tekanan darah hanya dilakukan pada pertemuan pertama sebagai pretest dan
pertemuan keenam sebagai post test, sehingga perlu meneliti keefektifan senam
Kalijambe pada tahun 2013 dari pasien yang periksa ke Poli Umum dengan
karena itu, dari fenomena di atas peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
4
Kalijambe Sragen. Penelitian ini yang akan dilakukan dengan menilai tekanan
darah sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia dalam periode dua bulan
penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh senam lansia terhadap tekanan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
intervensi.
3. Bagi Masyarakat
5. Bagi Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia
2012).
Terdapat beberapa macam penyakit yang biasa menimpa para lansia antara
lain hipertensi, diabetes mellitus, jatung koroner, stroke, katarak, dan lain
menimpa lansia yaitu hipertensi yang bisa menjadi awitan dari berbagai
6
7
B. Hipertensi
1. Pengertian
normal sekitar 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk
2011).
hipertensi sebagai tekanan darah yang lebih dari 140/90 mmHg. Secara
8
kesehatan tersebut yang sering menimpa lansia yaitu hipertensi yang bisa
macam mulai dari alat pengukur tekanan darah yang berbeda sampai
terjadi peningkatan dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi 9,5 persen tahun
sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal
2. Epidemiologi
dikalangan Afro - Amerika setelah usia remaja (Price & Wilson, 2006).
10
3. Klasifikasi
a. Hipertensi primer
b. Hipertensi sekunder
High Blood Preassure (JNC) ke-VII dalam Smeltzer & Bare (2010)
yaitu <130 mmHg untuk tekanan darah sistole dan <85 mmHg untuk
Tabel 2.1
Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas
tidak sedang memakai obat antihipertensi dan tidak sedang sakit
akut.
Tekanan darah Tekanan darah
Kategori
sistolik diastolik
Tabel 2.2
Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas
berdasarkan nilai Mean Arterial Pressure.
Kategori Nilai MAP
Normal 70-90 mmHg
Normal tinggi 100-105 mmHg
Stadium 1 (hipertensi ringan) 106-119 mmHg
Stadium 2 120-132 mmHg
(hipertensi sedang)
Stadium 3 133-149 mmHg
(hipertensi berat)
Stadium 4 150 mmHg atau lebih
(hipertensi maligna atau
sangat berat)
4. Etiologi
dan genetik.
13
1) Faktor genetik
Wilson, 2006).
3) Faktor usia
1) Pola Makan
2) Kebiasaan Merokok
lebih dari satu pak rokok perhari menjadi dua kali lebih rentan
3) Aktifitas Fisik
5. Patofisiologi
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Ulfah, 2012).
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
17
2006).
6. Manifestasi Klinik
tekanan darah yang tinggi, akan tetapi dapat pula ditemukan perubahan
dan pada kasus berat terdapat edema pupil (Smeltzer & Bare, 2010).
Tanda gejala lain yang meskipun secara tidak sengaja terjadi bersamaan
pandangan kabur hal itu karena adanya kerusakan pada otak, mata,
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan farmakologi
orang tua (>50 tahun) obat pilihan pertama yang diberikan adalah β
bloker jika dengan angina dan inhibitor ACE jika dengan diabetes
hidup dalam hal ini termasuk penurunan berat badan jika kelebihan
kaya buah dan sayuran dan dengan produk sedikit lemak juga
koroner. Penelitian pada lebih dari 700 pria yang diotopsi dengan
(Soeharto, 2004).
8. Komplikasi
sedang yaitu pada mata, ginjal, jantung dan otak. Komplikasi pada mata
dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut
C. Senam Lansia
1. Pengertian
atau aerobic yang merupakan suatu aktifitas fisik yang dapat memacu
(Suroto, 2004).
untuk melakukan tugas berat) dan fine muscle (otot untuk melakukan
membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang
senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah
serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan
individual untuk tujuan yang khusus dapat diberikan pada jenis dan
dan mudah serta sangat bermanfaat bagi sebagian besar usia lanjut.
Salah satu olahraga yang aman dan dapat menurunkan perubahan fisik
pada lansia adalah senam. Aktivitas fisik seperti senam pada usia lanjut
(Suroto, 2004).
ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45
tahun) dan usia lansia (65 tahun ke atas). Orang melakukan senam secara
teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari
jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak sehingga
latihan stretching dapat memberi efek otot yang tetap kenyal karena
spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle spindle akan bertahan
2004).
kesegaran jasmani.
a. Pemanasan
yang lebih berat pada saat latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh
60% detak jantung maksimal, suhu tubuh naik 1ºC - 2ºC dan badan
b. Kondisioning
c. Penenangan
tangan.
4. Prosedur
Posyandu lansia.
D. Keasilan Penelitian
E. Kerangka Teori
Hipertensi
Gambar 2.27
Kerangka Teori
(Sukandar dkk, 2009) dan (Smeltzer & Bare, 2010)
F. Kerangka Konsep
Kelompok intervensi
Pre: Post:
Senam
Tekanan darah Tekanan darah
Kelompok kontrol
Gambar 2.28
Kerangka Konsep
35
G. Hipotesis
Hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh
Kalijambe Sragen.
BAB III
METODE PENELITIAN
darah sebelum dan sesudah diberikan senam lansia. Penilaian atau observasi
pada penelitian dengan menggunakan desain ini akan dilakukan sebanyak dua
kali, yaitu sebelum dan sesudah eksperimen (pre dan post test). Perbedaan
antara pre dan post test dianggap efek dari treatment (Arikunto, 2005).
Tabel 3.1
Desain Penelitian Quasi Experimental Pendekatan Pre-Post Test Design
Kelompok Pre Test Perlakuan Post test
36
37
Keterangan:
intervensi.
intervensi.
a. Populasi
b. Sampel
c. Besar sampel
kemaknaan 5 %, kekuatan uji 95% dan uji hipotesis dua sisi dihitung
(n - 1) x (t - 1) ≥ 15
Keterangan :
t = banyaknya kelompok
(n-1) x (2 – 1) ≥ 15
(n – 1) x 1 ≥ 15
n–1 ≥ 15
n ≥ 15 + 1
n = 16
39
sebelum dan sesudah diberikan senam lansia. Senam lansia dipandu oleh
40
bidan Puskesmas yang telah diberikan pelatihan senam lansia oleh Dinas
Kabupaten Sragen.
penelitian.
terlatih.
11. Peneliti kemudian mengolah hasil data yang sudah didapatkan dari
penelitian menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada empat tahapan
dalam pengolahan data yang peneliti harus lalui yaitu editing, coding,
processing, dan cleaning. Data yang telah dikumpulkan pada penelitian ini
tahapan yaitu merekapitulasi hasil jawaban kuesioner yang diisi oleh responden
kemudian dilakukan:
1. Editing
2. Coding
data. Kegiatan yang dilakukan, setelah data diedit kemudian diberi kode.
3. Processing
agar data yang sudah di-entry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan
4. Cleaning
dalam membaca kode, kesalahan juga dimungkinkan terjadi pada saat kita
adalah:
1. Analisis Univariat
tekanan darah sebelum dan sesudah senam lansia pada kelompok kontrol
dan kelompok intervensi. Data akan disajikan dalam bentuk tabel rerata
2. Analisis Bivariat
perbedaan antara dua variabel. Pemilihan uji statistik yang akan digunakan
untuk melakukan analisis didasarkan pada skala data, jumlah populasi atau
sampel dan jumlah variabel yang diteliti. Analisis bivariat dilakukan untuk
Sragen.
normal atau tidak normal. Distribusi data dikatakan normal jika hasil uji
dengan uji statistik dependent t test, jika data berdistribusi normal, dan
44
manusia.
a. Informed Consent
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode lembar
2011).
45
c. Confidentiality (kerahasiaan)
dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
HASIL PENELITIAN
responden yang tidak dilakukan senam lansia dan 16 responden yang dilakukan
dilakukan senam lansia pada setiap kali kegiatan senam lansia dilakukan. Tujuan
pengambilan data dalam penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya perubahan
tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia pada kelompok
intervensi yang dibandingkan dengan kelompok kontrol pada kurun waktu yang
sama.
kontrol.
Tabel 4.1: Gambaran sebaran nilai rata-rata tekanan darah sistolik pada
lansia yang mengalami hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan senam
lansia pada kelompok kontrol.
Tekanan darah sistolik Mean Median SD Min-maks P value
Sebelum senam 172 172,5 9,9 155-190 0,041
Sesudah senam 169 170 10,7 150-190
sistolik pada kelompok kontrol sebelum senam adalah 172 mmHg, dengan
tekanan darah sistolik terendah adalah 155 mmHg dan tekanan darah
46
47
sedangkan tekanan darah sistolik terendah adalah 150 mmHg dan tekanan
Tabel 4.2: Gambaran sebaran nilai rata-rata tekanan darah diastolik pada
lansia yang mengalami hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan senam
lansia pada kelompok kontrol.
Tekanan darah diastolik Mean Median SD Min-maks P value
Sebelum senam 89,38 90 7.7 80-100 0,006
Sesudah senam 84,38 80 10,7 70-100
diastolik tertinggi adalah 100 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah diastolik
pada kelompok kontrol sesudah senam adalah 84,38 mmHg, tekanan darah
intervensi.
Tabel 4.3: Gambaran nilai rata-rata tekanan darah sistolik pada lansia yang
mengalami hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia pada
kelompok intervensi.
Tekanan darah sistolik Mean Median SD Min- P
maks value
Sebelum senam 182,50 182,5 12,7 160-200 0,000
Sesudah senam 130 130 7,6 120-145
mmHg, tekanan darah sistolik terendah adalah 160 mmHg dan tekanan
darah sistolik tertinggi adalah 200 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah
tekanan darah sistolik terendah adalah 120 mmHg dan tekanan darah
Tabel 4.4: Gambaran nilai rata-rata tekanan darah diastolik pada lansia
yang mengalami hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia
pada kelompok intervensi.
Tekanan darah diastolik Mean Median SD Min- P
maks value
Sebelum senam 97 100 6,8 80-110 0,000
Sesudah senam 72,81 70 6,0 65-90
sistolik tertinggi adalah 110 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah diastolik
Tabel 4.5: Analisis pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah sistolik
pada lansia hipertensi di Puskesmas Kalijambe Sragen.
Rerata tekanan darah sesudah Median SD Min- P
senam maks value
TD sistolik kelompok kontrol 170 10.7 150-190 0,000
TD sistolik kelompok intervensi 130 7.6 120-145
49
sistolik pada kelompok kontrol sesudah senam adalah 170 mmHg, tekanan
darah sistolik terendah adalah 150 mmHg dan tekanan darah sistolik
tertinggi adalah 190 mmHg. Dan nilai tengah tekanan darah sistolik pada
darah sistolik terendah adalah 120 mmHg dan tekanan darah sistolik
tertinggi adalah 145 mmHg. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
diastolik tertinggi adalah 100 mmHg. Dan nilai tengah tekanan darah
sistolik pada kedua kelompok baik pada kondisi pre dan post intervensi
kedua kelompok baik pada kondisi pre dan post intervensi berdistribusi
tidak normal.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Gambaran nilai rata-rata tekanan darah pada lansia yang mengalami
hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia pada kelompok
kontrol.
darah sistolik pada kelompok kontrol sebelum senam adalah 172 mmHg,
dengan tekanan darah sistolik terendah adalah 155 mmHg dan tekanan darah
sistolik tertinggi adalah 190 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah sistolik pada
kelompok kontrol sesudah senam adalah 169 mmHg, tekanan darah sistolik
terendah adalah 150 mmHg dan tekanan darah sistolik tertinggi adalah 190
mmHg.
senam adalah 89,38 mmHg, tekanan darah diastolik terendah adalah 80 mmHg
dan tekanan darah diastolik tertinggi adalah 100 mmHg. Nilai rata-rata tekanan
darah diastolik pada kelompok kontrol sesudah senam adalah 84,38 mmHg,
dengan tekanan darah diastolik terendah adalah 70 mmHg dan tekanan darah
rata-rata dari tekanan darah sistolik sebesar 158 mmHg yang merupakan
hipertensi sedang (stadium 1). Hasil pengukuran tekanan darah diastolik pada
51
52
responden dipengaruhi oleh berbagai macam faktor resiko baik yang bisa
stress serta faktor resiko yang tidak dapat dikontrol seperti usia, jenis kelamin
dan keturunan (Harrison, Wilson dan Kasper, 2005). Menurut hasil penelitian
setiap generasi dan keturunan yang tidak mewarisi hipertensi akan mempunyai
linked, yaitu gen yang terdapat pada kromosom kelamin, karena baik ayah atau
megalami penuruanan elastisitas dari aorta dan arteri besar lainnya (Ismayadi,
2004). Selain itu, terjadi peningkatan resistensi pembuluh darah perifer ketika
(Gunawan, 2009).
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang mengakibatkan
2009).
53
meningkat pada lansia yaitu karena faktor kurangnya melakukan aktifitas fisik
seperti berolah raga secara teratur (Harrison, Wilson dan Kasper, 2005).
(Giriwijoyo, 2007).
Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian Ilkafah (2014) yang
menemukan bahwa hasil pengukuran tekanan darah setiap sebelum dan sesudah
senam didapatkan bahwa ada penurunan tekanan darah secara bertahap. Pada
hari pertama senam rata-rata nilai tekanan darah dari responden tidak
merupakan faktor resiko mayor Penyakit Jantung Koroner (PJK), efek potensial
sekitar 1,5 mmHg baik sistolik maupun diastolik, dikarenakan ketiga lansia
dan dapat terjadi karena lansia tersebut mempunyai kolesterol dan sering
kafein yang bisa meningkatkan tekanan darah sehingga efek senam belum
adalah suatu aspek fisik dari kebugaran menyeluruh. Tujuan dari latihan fisik
peredaran darah serta kekuatan otot dan kelenturan sendi (Ilkafah, 2014).
5.2 Gambaran nilai rata-rata tekanan darah pada lansia yang mengalami
hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia pada kelompok
intervensi.
darah sistolik pada kelompok intervensi sebelum senam adalah 182,50 mmHg,
tekanan darah sistolik terendah adalah 160 mmHg dan tekanan darah sistolik
tertinggi adalah 200 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah sistolik pada
kelompok intervensi sesudah senam adalah 130 mmHg, tekanan darah sistolik
55
terendah adalah 120 mmHg dan tekanan darah sistolik tertinggi adalah 145
mmHg.
mmHg dan tekanan darah sistolik tertinggi adalah 110 mmHg. Nilai rata-rata
tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi sesudah senam adalah 72,81
mmHg, tekanan darah diastolik terendah adalah 65 mmHg dan tekanan darah
lanjut usia jantung akan sedikit mengecil yang banyak mengalami penurunan
menurun, pada lanjut usia tekanan darah akan naik secara bertahap sehingga
mmHg dan standar deviasi sebesar 8,63. Tekanan darah diastolik terendah 74
mmHg dan tekanan darah diastolik tertinggi 112 mmHg. Menurut penelitian
latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh seperti gerak jalan, berenang,
tinju, gulat atau angkat besi, karena latihan yang berat malah dapat
menimbulkan hipertensi.
5.3 Analisis pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah pada lansia
hipertensi di Puskesmas Kalijambe Sragen.
sistolik pada kelompok kontrol sesudah senam adalah 170 mmHg, tekanan
darah terendah adalah 150 mmHg dan tekanan darah tertinggi adalah 190
mmHg. Nilai tengah tekanan darah pada kelompok intervensi sesudah senam
adalah 130 mmHg, tekanan darah terendah adalah 120 mmHg dan tekanan
darah tertinggi adalah 145 mmHg. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
Kalijambe Sragen.
57
tekanan darah diastolik terendah adalah 70 mmHg dan tekanan darah diastolik
tertinggi adalah 100 mmHg. Nilai tengah tekanan darah diastolik pada
Sragen.
tetapi juga dapat menjaga kesehatan lansia. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Astari (2012) yang menyimpulkan ada pengaruh
yang signifikan antara senam lansia dengan penurunan tekanan darah sistolik
dan diastolik pada lansia hipertensi. Senam lansia yang dilakukan berulang-
berlangsung lama. Itulah sebabnya latihan aktivitas fisik senam yang dilakukan
secara teratur bisa menurunkan tekanan darah. Jenis olahraga yang efektif
Frekuensi latihannya 3-5 kali seminggu dengan lama latihan 20-60 menit sekali
pembuluh darah (saluran darah kecil) dibentuk dalam jaringan yang aktif
kadar Low Density Lipopotein (LDL) (Smeltzer & Bare, 2010). Senam lansia
yang terdiri dari latihan pemanasan, latihan inti, dan latihan pendinginan yang
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Devi
penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia. Penelitian yang
mempengaruhi tidak hanya stabilitas nadi, namun juga stabilitas tekanan darah,
statistik untuk kategori tekanan darah sistolik p-value 0.02 berarti a < p = 0,05)
Kusyati (2014) yang menemukan bahwa frekuensi senam lansia terhadap nadi
berarti semakan tinggi frekuensi senam lansia, maka semakin rendah denyut
nadi. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara
didapatkan ada hubungan antara frekuensi senam lansia dengan nadi pada
lansia. Senam lansia merupakan olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkan, yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olah raga senam lansia
membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap
radikal bebas yang berlebihan didalam tubuh (Suroto, 2004). Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tintin (2006) yang
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
senam adalah 172 mmHg dan sesudah senam 169 mmHg. Nilai rata-rata
senam adalah 182,50 mmHg dan sesudah senam 130 mmHg. Nilai rata- rata
0,000).
6.2. Saran
60
61
c. Bagi Masyarakat
Terapi senam lansia dapat menjadi bahan pertimbangan untuk lansia dan
seperti mengontrol pola makan, merokok, dan stress, serta scrining bagi
e. Bagi Peneliti
Penelitian lebih lanjut dan kontinyu sehingga hasil penelitian ini dapat
tekanan darah.
DAFTAR PUSTAKA
Astari, dkk, (2012), Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia
Dengan Hipertensi Pada Kelompok Senam Lansia Di Banjar Kaja Sesetan
Denpasar Selatan
Devi (2012), Menurunkan Tekanan Darah, Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
DINKES Prov Jateng. (2010). Data informasi kesehatan jawa tengah 2013.
Hastono, S.P. (2007). Basic data analysis for health research. Depok: FKM-UI.
Hidayat, A.A. (2011). Metode penelitian keperawatan dan kebidanan serta teknik
analisis data. Surabaya: Salemba Medika.
Ismayadi, (2004), Proses Menua (Aging Proses), (online), Skripsi. Medan: Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3595/1/keperawatanisma
yadi.pdf, diakses 1 April 2015).
Setiawan, IWA, Yunani dan Kusyati (2014), Hubungan Frekuensi Senam Lansia
Terhadap Tekanan Darah Dan Nadi Pada Lansia Hipertensi, Prosiding
Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah, Semarang
Smeltzer & Bare, (2010), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Smeltzer, S & G. Bare (2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8
volume 3. Jakarta: EGC
Soeharto, I. (2004). Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengn Lemak &
Kolesterol Edisi 2. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Suroto. (2004). Buku Pegangan Kuliah Pengertian Senam, Manfaat Senam dan
Urutan Gerakan. Semarang: Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum
Olahraga Undip.
Titin Sukartini, (2010), Pengaruh senam tera terhadap kebugaran lansia. Trias Sok
& Senam 10 Menit Edisi 2. Jakarta: FKUI
Lilian Irmawati, Faridah Aini, Imron Rosyidi (Pengaruh senam lansia terhadap
tekanan darah pada lansia Penderita hipertensi di desa leyangan kecamatan
ungaran timur, Ungaran, STIKES Ngudi Waluyo
Woods, S. L., Froelicher, E. S., Motzer, S. U., & Bridges, J. E. (2009). Cardiac
Nursing. Philadelphia: Wolters Kluwer Health.