Ujian Tengah Semester Pendidikan Agama Katolik
Ujian Tengah Semester Pendidikan Agama Katolik
Ujian Tengah Semester Pendidikan Agama Katolik
KETIKLAH JAWABAN ANDA DALAM PROGRAM WORD DAN DIKIRIM PADA MAIL
[email protected]
NAMA : FRISKA VERONIKA LENAK
NIM : 19504007
JURUSAN : MATEMATIKA
1. Manusia dan Asal Usulnya
a. Jelaskan asal dan tujuan hidup manusia
b. Jelaskan pengertian martabat manusia, sebagai ciptaan yang secitra dengan Allah
c. Jelaskan martabat manusia sebagai ciptaan yang memiliki kebebasan
d. Berilah contoh perilaku anda dalam hal kebebasan secara bertanggung-jawab
e. Jelaskan arti dan peran hati nurani dalam kehidupan
f. Berilah contoh tindakan yang sesuai dengan hati nurani
2. Panggilan hidup manusia
a. Jelaskan makna panggilan hidup manusia
b. Jelaskan peran manusia sebagai rekan kerja Allah
c. Jelaskan profesi sebagai sarana untuk memuliakan Allah
d. Jelaskan berkeluarga sebagai panggilan hidup
e. Berilah contoh perilaku sebagai anggota keluarga yang memuliakan Allah
f. Jelaskan imamat dan hidup bakti sebagai panggilan hidup
3. Agama dan Dialog
a. Jelaskan arti pluralitas agama
b. Jelaskan arti religiositas
c. Ceritakan pengalaman Beragama anda
d. Jelaskan arti agama
e. Jelaskan motivasi beragama
f. Jelaskan hubungan agama, wahyu dan iman.
g. Jelaskan arti kerukunan umat beragama
h. Jelaskan pengertian dialog antar umat beragama
i. Jelaskan bentuk-bentuk dialog antar umat beragama
4. Yesus Kristus dan Karya Penyelamatan-Nya
a. Identifikasi Yesus dalam KS PL dan KS PB
b. Jelaskan karya dan pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah
c. Jelaskan sengsara wafat dan kebangkitan Kristus
d. Jelaskan makna sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus
e. Jelaskan Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia.
f. Jelaskan makna hidup Yesus bagi manusia
5. Allah Tritunggal
a. Jelaskan keesaan Allah yang memiliki tiga Pribadi
b. Jelaskan Allah Bapa sebagai Pencipta
c. Jelaskan Allah Putra sebagai Penebus
d. Jelasakan Allah Roh Kudus sebagai Penolong
e. Jelaskan relasi tiga Pribadi Allah Tritunggal
JAWABAN :
b) Allah menciptakan manusia secitra dan segambar dengan Allah. Kita diharapkan mengenal
diri sebagai pribadi, Citra Allah dan dipanggil agar mampu hidup sebagai Citra Allah yang
bersyukur atas keberadaan dirinya, menghargai hak azasi manusia, dan mampu bekerjasama
dengan sesama, menjaga kelestarian lingkungan hidup serta mampu berelasi dengan Tuhan
sebagai pencipta kehidupan.
Allah menempatkan martabat manusia di atas ciptaan yang lain. Hanya manusia yang
secitra dengan Allah. Dari segala ciptaan yang kelihatan, hanya manusia "mampu mengenal
dan mencintai Penciptanya dan oleh Allah manusia ditetapkan sebagai tuan atas semua
makhluk di dunia ini, untuk menguasainya dan menggunakannya sambil meluhurkan Allah"
(GS 12,3). Lebih tegas lagi para Bapa Konsili menyatakan bahwa “Allah sebagai Bapa
memelihara semua orang, menghendaki agar mereka merupakan satu keluarga, dan saling
menghargai dengan sikap persaudaraan. Sebab mereka semua diciptakan menurut gambar
Allah, yang menghendaki segenap bangsa manusia dari satu asal mendiami muka bumi (Kis
17:26). Mereka semua dipanggil untuk satu tujuan, yakni Allah sendiri” (GS 24,1). Manusia
merupakan satu-satunya makhluk, yang Allah kehendaki demi dirinya sendiri (bdk. GS 24,3)
Martabat manusia itu mulia karena hidupnya tergantung pada Allah. Asal mula dan
sumber kehidupan manusia adalah Allah, yang menjadi pemberi dan penopang kehidupan.
Karena martabat manusia sangat mulia dan luhur, kehidupan manusia harus dilindungi sejak
pembuahan dalam kandungan. “Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku,
menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur 13 kepada-Mu oleh karena kejadianku
dasyat dan ajaib; ajaib apa yang kamu buat dan jiwaku benar-benar menyadarinya” (Mzm.
139; 13 – 14).
Martabat manusia sebagai citra Allah merupakan landasan penghargaan terhadap hak
azasi manusia. Semua hak azasi berakar dalam kodrat kemanusiaan yang lahir bersamaan
dengan manusia. Nilai-nilai kemanusiaan itu berasal dari Tuhan, pencipta alam semesta.
Setiap manusia memperkembangkan kepribadiannya dalam hubungannya dengan sesama
atas dasar nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Setiap diskriminasi, dan paksaan
dalam hal agama, misalnya, selalu bertentangan dengan kemanusiaan dan ke-Tuhan-an.
Oleh karena itu, para pemeluk agama harus menjadi pelopor dalam menegakkan hak-hak
asasi manusia. Hak asasi manusia merupakan syarat mutlak untuk perkembangan demokrasi
yang sehat. Setiap penganut agama harus menjunjung tinggi hak-hak asasi karena itu berasal
dari Tuhan sendiri (Jacobus Tarigan, 2013).
Sumber : https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/5-PendidikanAgamaKatolik.pdf
c) Martabat manusia yang memliki kebebasan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh
Allah kepada kita sebagai manusia. Martabat tersebut dapat kita lihat dalam berbagai
contoh yaitu Allah membebaskan kita dari segala dosa kita dengan mengutus putranya
untuk dikorbankan, kita juga diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri jalan hidup kita
da Allah tetap memantau serta menuntun kita dalam melaksanakan segala aktivitas hidup
kita. (sumber: sesuai pikiran sendiri)
Contoh lain yang menggambarkan martabat kita sebagai manusia yang memiliki
kebebasan yaitu menjadikan kita sebagai manusia dengan pribadi yanhg sosial.
Hidup di tengah-tengah manusia lain merupakan sebuah keniscayaan. Oleh karena itu,
sebagai citra Allah manusia adalah pribadi sosial, yang di satu sisi sebagai anugerah yang
layak “disyukuri” dan di lain pihak mengandung tugas panggilan/perutusan yaitu
“membangun”. Karenanya, kita perlu membangun kesadaran bahwa kita hidup dalam suatu
komunitas kebersamaan. Kesadaran itu, hendaknya dihayati dengan sikap-sikap yang
menunjang tercapainya kerja sama dan saling pengertian dan peduli di antara sesama
manusia.
Dari penjelasan dan uraian di atas, secara singkat dapat dikatakan bahwa relasi sosial
manusia dipahami dalam penilaian martabat manusia yang tidak bisa terpisah dari
kenyataan bahwa ia diciptakan oleh Allah. Hal itu berarti luhurnya martabat manusia diakui,
dihormati dan dijunjung tinggi karena iman akan Allah, maka kepercayaan bahwa Allah itu
Sang Pencipta sekaligus mengandung kepercayaan bahwa Allah menjadikan manusia sebagai
makhluk sosial yang mulia dan bermartabat luhur.
Karena martabat luhur manusia hanya diakui dalam iman akan Allah sebagai Sang
Pencipta dan dalam diri Yesus Kristus, Putera Allah yang tunggal. Manusia menentukan sikap
dan hubungannya dengan sesama. Dengan akal budinya, dan kemampuan membedakan
yang baik dan yang jahat, serta dengan kehendak bebasnya, manusia bertanggungjawab atas
perbuatannya. Martabat setiap manusia diuji dalam relasi membina dirinya dengan
sesamanya, dan keberhasilan kemanusiaannya dinilai dari sisi kadar etis-moralnya, bukan
pada apa yang dimiliki dan melekat pada dirinya. Dalam konteks bernegara, kepekaan sosial
diwujudkan dalam bentuk membayar pajak dengan benar, tepat waktu dan tidak
memanipulasi kewajiban pajaknya.
Sumber : https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/5-PendidikanAgamaKatolik.pdf
d) Contoh perilaku saya yang bebas dan bertanggung jawab yaitu saat saya menyampaikan
berbagai informasi. Seperti, Saya saat itu menyampaikan sebuah informasi, informasi
apapun itu saya memiliki kebebasan untuk menyampaikannya kepada orang lain. Tetapi
disisi lain saya juga harus bertaggung jawab dengan apa yang saya sampaikan ataupun saya
sebarkan tersebut. Seperti jika hal tersebut yang saya sampaikan itu salah maka saying harus
bertanggung jawab dengan kesalahan saya itu. Dan sesuai dengan apa yang terjadi selama
ini saya selalu bertanggung jawab dengan apa yang saya sampaikan.
Sumber : sesuai pikiran sendiri
Dalam hati manusia, sebelum ia bertindak atau berbuat sesuatu, ia sudah mempunyai suatu
kesadaran atau pengetahuan umum bahwa ada yang baik dan ada yang buruk. Setiap orang
memiliki kesadaran moral tersebut, walaupun kadar kesadarannya berbeda-beda.
Pada saat-saat menjelang suatu tindakan etis, pada saat itu kata hati akan mengatakan
perbuatan itu balk atau buruk. Jika perbuatan itu baik, kata hati muncul sebagai suara yang
menyuruh. Namun, jika perbuatan itu buruk, kata hati akan muncul sebagai suara yang
melarang. Kata hati yang muncul pada saat ini disebut prakata hati.
Pada saat suatu tindakan dijalankan, kata hati masih tetap bekerja, yakni menyuruh atau
melarang. Sesudah suatu tindakan atau perbuatan, maka kata hati muncul sebagai "hakim"
yang memberi vonis. Untuk perbuatan yang baik, kata hati akan memuji, sehingga membuat
orang merasa bangga dan bahagia. Namun, jika perbuatan itu buruk atau jahat, maka kata
hati akan mencela/menyalahkan, sehingga orang merasa gelisah, malu, menyesal, putus asa ,
dsb.
Sumber : http://wilyckp.blogspot.com/2009/03/peran-hati-nurani-dalam-kehidupan.html
f) Contoh sederhana dari tindakan yang sesuai dengan hat nurani yaitu menolong sesama
dengan tulus hati.(sumber : sesuai pikiran sendiri)
Contoh lain dari tindakan sesuai dengan hati nurani kontemporer adalah dari
seorang bushwalker Kristen, Brenda Hean, yang memprotes banjir dari Danau
Pedder meskipun diancam dan akhirnya meninggal. Contoh lain adalah kampanye Ken Saro-
Wiwa melawan ekstraksi minyak oleh korporasi multinasional di Nigeria, yang berakhir pada
hukuman mati. Ada pula aksi yang dilakukan oleh Tank Man yang difoto sedang memegang
sebuah kantong belanja di jalur tank pada protes di Lapangan Tiananmen, pada 5 Juni
1989. Sekretaris Jenderal PBB, Dag Hammarskjöld, yang mencoba menciptakan kedamaian
di Kongo meskipun ia diancam akan dibunuh, sangat termotivasi oleh hati nurani,
sebagaimana ditunjukkan dalam diarinya, Vägmärken (Pertanda)
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Hati_nurani
Katekismus Gereja Katolik (KGK) menegaskan bahwa Allah memanggil manusia untuk
hidup bahagia sebagai anggota keluarga-Nya. Demi tujuan itu, Allah mengutus Putera-Nya ke
dunia dan semua orang yang mau menanggapi panggilan-Nya diberi-Nya karunia untuk
memanggil Allah sebagai Bapa. Itu berarti panggilan hidup kristiani adalah panggilan Allah
kepada semua orang yang mau percaya kepada Sang Putera. Allah mengaruniakan gelar
anak-anak Allah berdasarkan iman mereka, supaya mereka pun berhak mewarisi kehidupan-
Nya yang bahagia.
Panggilan hidup bahagia yang dijabarkan secara rinci di awal tulisan ini,
menjadi nyata dalam istilah “hidup yang kekal”.Hidup abadi adalah hadiah sekaligus tujuan
hidup kita. Hidup kekal merupakan hadiah apabila kita memenangkan lomba “kesetiaan
iman” kepada Yesus kristus. Hidup ini juga merupakan tujuan karena itulah yang dijanjikan
Allah untuk diberikan kepada mereka yang menanggapi panggilan-Nya.
Henri Nouwen menuliskan, “Hidup abadi adalah hidup yang dapat dirasakan sekarang ini
juga, karena hidup abadi adalah hidup dalam dan bersama Allah. Dan Allah ada kini dan di
sini, di tempat saya berada.”
Dengan penghayatan semacam itu maka yang kita sebut hadiah itu sebenarnya sudah kita
terima. Sekalipun belum sempurna tujuan hidup itu sudah kita capai sekarang, saat ini,
saat kita menyadari kebenaran ini.
Sumber : http://www.carakatolik.com/panggilan-hidup-kristiani/
b) Allah mempercayakan kepada manusia untuk bertanggungjawab dalam
mengusahakan, menata dan mengelola seluruh semesta. Allah menjadikan manusia
sebagai rekan sekerjanya. Allah memberi mandate kepada manusia. Sungguh, ini
seharusnya merupakan kebanggaan yang seyogyanya membuat manusia takluk pada
Penciptanya, bersyukur dan mengagungkan nama-Nya.
Ketika Allah mengerjakan karya keselamatan dalam diri orang percaya, Ia melengkapi orang-
orang kepunyaanNya untuk setiap perbuatan baik (1 Tim. 3:17). Karena itu, kepada orang-
orang percaya yang diaspora, Petrus mengingatkan mereka, bahwa mereka adalah rekan
sekerja Allah Untuk menjadi rekan sekerja Allah, mereka harus saling melayani berdasarkan
karunia yang dianugerahkan kepada mereka, karena mereka adalah sebagai pengurus yang
baik dari kasih karuni Allah (1 Pet. 4:10). Melakukan perkerjaan yang baik, yang telah
dipersiapkan Allah, itulah yang dikehendaki Allah bagi orang yang telah ditebus-Nya.
Dengan demikian menjadi rekan sekerja Allah, panggilan Allah kepada tiap orang percaya
untuk menjadi saksi bagiNya di setiap lini kehidupan
Sumber : https://gri.or.id/news/view/308/menjadi-rekan-sekerja-allah
https://materdeilampersari.org/inspirasi/menjadi-rekan-sekerja-allah/
c) Profesi sebagai sarana untuk memuliaakan Allah merupakan suatu tindakan yang dilakukan
oleh manusia dan yang ditekuni oleh manusia dalam wujud dan betuk untuk memuliakan
Allah sementara mereka melakukannya sebagai suatu usaha menunjang kehidupan mereka.
(sumber : Pikiran sendiri)
Melalui pekerjaan kita, kita menyatakan kasih Allah, keadilan Allah, kebenaran Allah,
seluruh atribut Allah dalam diri seorang gambar dan rupa Allah. Dalam Kejadian 1:28 Allah
berfirman kepada manusia untuk menaklukkan bumi dan berkuasa atas segala makhluk
ciptaan lainnya. Ini berarti ketika kita hari ini bekerja sebagai seorang insinyur, dokter, supir
taksi, penjaga warung, dan sebagainya, kita harus ingat mandat Allah untuk menaklukkan
bumi. Tapi di manakah hubungan pekerjaan menjaga warung dengan menaklukkan bumi?
R. Paul Stevens, mantan profesor di Regent College, Kanada, mengatakan bahwa
pekerjaan yang penting bagi Allah adalah pekerjaan yang menjadi bagian dari mandat Allah
(Kej. 1:28, 2:15). Ini berkaitan dangan pekerjaan yang dapat menciptakan, memelihara,
menebus, dan mengonsumasi manusia. Pekerjaan seperti ini haruslah sinkron dengan
rencana Allah dan dilakukan sesuai dengan cara Allah. Bagaimana caranya? Stevens
mengutip Karl Barth yang memberikan kriteria pekerjaan yang sesuai cara Allah, yaitu:
§ sepenuh hati menyelami pekerjaan itu;
§ berkontribusi kepada kemajuan umat manusia;
§ pekerjaan yang tidak menggunakan manusia semata-mata sebagai alat;
§ pekerjaan yang telah digumuli dan direfleksikan secara internal;
§ pekerjaan yang tidak mengganggu gugat hari Sabat.
Itulah sebabnya pekerjaan yang berkenan bagi Allah mempunyai nilai kekal, baik dalam
tujuan pekerjaan itu maupun hasil karya pekerjaan itu.
Jadi betapa mulianya nilai pekerjaan itu! Bila pekerjaan itu sendiri sesuatu yang mulia
berarti kita perlu dengan serius merefleksikan nilainya. Pekerjaan kita bukanlah sekedar
untuk mencari nafkah untuk bertahan hidup. Pekerjaan adalah bagian dari tujuan hidup
manusia dalam rangka memuliakan Allah dan menyatakan Allah di dunia ini.
(Sumber : https://www.buletinpillar.org/artikel/bagaimana-mungkin-pekerjaan-sekuler-
dapat-memuliakan-allah)
Kisah seorang Daniel membebaskan seorang nabi dalam pengertian yang sempit seperti
nabi Yesaya, Yehezkiel, atau Yeremia. Daniel lebih mirip seorang sarjana (sarjana) dari
seorang nabi atau imam, atau Pendeta, Penginjil, atau missonaris, dalam bahasa kita
sekarang. Dia http://mccallssf.com/ lebih suka seorang jemaat awam. Jemaat awam yang
merindukan dibangunnya kembali kehidupan beribadah di Bait Allah yang kudus yang telah
diruntuhkan oleh musuh Israel. Namun, para jemaat ini memiliki kasih kepada Allah yang
tidak lebih dari para imam, Pendeta, ya banyak hamba Tuhan. Daniel meneguhkan kembali
cerita reformatoris yang meminta supaya dipanggil bukan hanya di biara, tidak hanya
sebatas gedung gereja, tidak hanya orang yang membawa diri menjadi yang disebut 'hamba
Tuhan penuh-waktu'. Ternyata seorang jemaat awam, dengan pekerjaan dan panggilannya
yang juga awam dapat mengerjakan hal yang sangat penting dalam hidup ini, dan terutama,
menyenangkan dan memuliakan Allah.(sumber : https://soladeigloria.org/283-2/)
d) Dalam mengisi hidupnya manusia memiliki pilihan hidup yang sama-sama penting.
pilihan hidup berkeluarga dan pilihan hidup selibat (tidak menikah). Kali ini kita membahas
panggilan hidup berkeluarga.
2. Makna Keluarga
Keluarga dalam arti luas: persatuan antara keluarga inti, yaitu suami-istri dan anak-anak
yang dipercayakan Tuhan kepada keluarga tersebut ditambah semua sanak keluarga,
kerabat, saudara, baik keluarga suami ataupun istri yang secara emosi dan sosial memiliki
ikatan.
secara umum keluarga bermakna:
a. kesatuan sosial, hubungan biologis, ekonomis, dan rohani.
Tujuannya: mendidik anak-anak sebagai anggota masyarakat luas.
b. Sel kehidupan masyarakat.
c. Tempat utama dan pertama pendidikan anak-anak.
b. Hakikat Spiritual
1) cinta sebagai dasar hidup berkeluarga
2) tanggapan akan panggilan Tuhan
3) Makna sakramental Perkawinan
4) Gereja Mini
d.) Agama menurut Nasution dalam Jalaludin mengandung arti ikatan yang harus dipegang
dan dipatuhi manusia. Ikatan dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari
manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan pancaindera, namun
mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Mangunwijaya
dalam Rizky Setiawati juga membedakan istilah religi (yang bermakna agama) dengan
religiusitas (yang bermakna keberagaman).
Menurutnya religi lebih nampak formal dan resmi sedangkan religiusitasnampak luwes sebab
melihat aspek yang senantiasa berhubungan dengan kedalaman manusia, yaitu penghayatan
terhadap aspek-aspek religi itu sendiri. Dalam hal ini maka religiusitas lebih dalam dari
agama. Religiusitas lebih melihat aspek yang ada dalam lubuk hati, riak getaran hati nurani
serta sikap personal yang sedikit hanya menjadi misteri bagi orang, yakni cita rasa yang
mencakup rasio dan rasa manusiawi ke dalam pribadi manusia.
Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia
yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan.[note 1] Banyak agama
memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan /
atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos
dan (sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai.
Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.
Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan, definisi tentang apa yang
merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci. Praktik agama juga
dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, dewa atau dewi, pengorbanan,
festival, pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari,
masyarakat layanan atau aspek lain dari kebudayaan manusia. Agama juga mungkin mengandung
mitologi.
Kata agama kadang-kadang digunakan bergantian dengan iman, sistem kepercayaan atau kadang-
kadang mengatur tugas; Namun, dalam kata-kata ÉmileDurkheim, agama berbeda dari keyakinan
pribadi dalam bahwa itu adalah "sesuatu yang nyata sosial" ÉmileDurkheim juga mengatakan bahwa
agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang
berhubungan dengan hal yang suci. Sebuah jajak pendapat global 2012 melaporkan bahwa 59% dari
populasi dunia adalah beragama, dan 36% tidak beragama, termasuk 13% yang ateis, dengan
penurunan 9 persen pada keyakinan agama dari tahun 2005. Rata-rata, wanita lebih religius
daripada laki-laki. Beberapa orang mengikuti beberapa agama atau beberapa prinsip-prinsip agama
pada saat yang sama, terlepas dari apakah atau tidak prinsip-prinsip agama mereka mengikuti
tradisional yang memungkinkan untuk terjadi unsur