Pengujian Aktivitas Obat Stimulansia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

PENGUJIAN AKTIVITAS OBAT STIMULANSIA

KELOMPOK 2 :

Margaretha Vita Ribeiro 2443017146

Faniesha Alia Arsady 2443018099

Dinda Listya Kusumawati 2443018138

Honoratia Stelladezy Boko P. 2443018143

Grace Jeane Carolin L. 2443018148

Sintya Prasadika Tanod 2443018165

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

2020
I. Tujuan Praktikum
 Memahami efek berbagai dosis kafein sebagai stimulan
 Mengenal macam – macam alat yang dapat digunakan untuk uji efek stimulan

II. Landasan Teori tentang Obat Uji


 Sejarah

Caffeine kemungkinan merupakan obat sosial yang paling luas digunakan secara luas
diseluruh dunia. Sebagian orang tidak menyadari bahwa caffeine adalah obat, walaupun
banyak, khususnya pada usia-usia tertentu, yang mengalami efek – efek gangguan tidur
dan gangguan ritme jantung akibat terlalu banyak kopi. Karakteristik gejala putus
obatnya ditandai dengan letargi, cepat marah (iritabilitas), dan sakit kepala telah
diketahui bila penggunaanya melebihi 600mg/hari (kira-kira enam cangkir kopi).
(Bertram G. Katzung 2002)

Dari turunan xantin yang ada dalam tanaman yaitu kafein, teofilin dan teobromin,
kafein memiliki kerja psikotonik yang paling kuat . Yang agak kurang kerjannya adalah
teofillin sedangkan teobromin tidak mempunyai efek stimulasi pusat. (Dinamika Obat
1991)

Kadar kafein. 1 cangkir kopi (ca 100 ml) mengandung 80-100 mg kafein tergantung
dari banyaknya kopi yang digunakan , 100 ml teh ca 600 mg dan 100 ml cola ca 20 mg
kafein. (Obat-obat penting 2002)

 Kimia dan Farmakologi

Caffeine.

Caffeine, merupakan senyawa methylxanthine, tampak efek sentralnya (dan


kemungkinan salah satu efek perifer juga tampak dengan baik) dengan menyakat
reseptor adenosine. Methylxanthine yang lain, misalnya, theophylline, mempunyai
kerja yang sama. Adenosine memodulasi aktivitas adenylyl cyclase, menyebabkan
kontraksi otot polos jalan napas terpisah sebagai salah satu kerja periferal. Aksi yang
sama mungkin terdapat pada aksi-aksi stimulansia sentral dari methylxanthine. Pada
konsentrasi yang tinggi, methylxanthine menghambat fosfodiesterase, sehingga
menghambat pemecahan dari cAMP dan meningkatkan cAMP intrasel. Namun hal ini
diragukan apakah penting pada pemberian dosis biasa. (Bertram G. Katzung 2002)

 Khasiat

Kafein berkhasiat menstimulasi SSP, dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar,
dan mengantuk, juga daya konsentrasi dan kecepatan reaksi dipertinggi, prestasi otak
dan suasana jiwa diperbaiki. Kerjanya terhadap kulit otak lebih ringan dan singkat dari
pada amfetamin. Kafein juga berefek inotrop positif terhadap jantung (memperkuat
daya konsentrasi), vasodilatasi perifer, dan diuretis. Kafein bersifat menghambat
enzim fosfodiesterase. (Obat-obat penting 2002)

 Penggunaan

Sebagai zat penyegar yang bila digunakan terlampau banyak ( lebih dari 20 cangkir
sehari) dapat bekerja adiktif. Minum kopi lebih dari 4-5 cangkir sehari meningkatkan
kadar Homosistein dalam darah dan dengan demikian juga resiko akan PJP. Bila
dihentikan sekaligus dapat mengakibatkan sakit kepala sebagai gejala penarikan. Zat ini
sering didominasikan dengan perasetamol atau asetosal guna memperkuat efek
analgetisnya, juga dengan ergotamin guna memperlancar absorpsinya. (Obat-obat
penting 2002)

Efek kafein yang menguntungkan pada sakit kepala vasomotorik disebabkan oleh
konstriksi pembuluh darah otak dan turunanya tekanan liquor. Disamping itu kafein
juga mempunyai efek pada metabolisme yaitu merangsang glikogenolisis dan liposis.
(Dinamika Obat 1991)

 Absorpsi

Resorpsinya di usus baik, PP-nya ca 17 %, plasma-t1/2-nya 3-5 jam. Dalam hati, zat
ini diuraikan hampir tuntas dan dikeluarkan lewat urin. (Obat-obat penting 2002)
Setelah pemberian secara oral, kafein diabsorbsi dengan cepat dan sempurna; dan
dalam organisme sebagian akan mengalami demetilasi dan oksidasi. Produk ekskresi
utama dalam urin adalah monometilxantin dan dimetilxantin serta monometilurat,
dimetilurat dan trimetilurat. (Dinamika Obat 1991)

 Efek samping

Bila minum lebih dari 10 cangkir kopi dapat berupa debar jantung, gangguan
lambung, tangan gemetar, gelisah, ingatan berkurang, dan sukar tidur. Sebaiknya jangan
minum lebih dari 3-4 cangkir kopi sehari. (Obat-obat penting 2002)

 Dosis

Pada rasa letih 1-3 dd 100-200 mg, sebagai adjuvans bersama analgetika 50 mg
sekali, bersama ergotamin pada migrain 100 mg. (Obat-obat penting 2002)

Pada dosis biasa yaitu 50-200 mg, kafein terutama bekerja pada korteks serebri. Pada
orang yang lelah, gejala kelelahan akan hilang dan kemampuan psikis akan meningkat.
Orang yang tidak lelah tetapi segar, tidak akan dipengaruhi kemauannya jika
menggunakan kafein.

Pada dosis yang lebih tinggi pusat vasomotor dan pusat pernapasan akan distimulasi
oleh kafein . Akan tetapi tekanan darah tetap tidak naik; ini terjadi karena pada saat
bersamaan terjadi juga dilatasi pembuluh kulit, ginjal dan koronar, akibat kerjanya
disistem saraf perifer. (Dinamika Obat 1991)

III. Landasan Teori Tentang Metode Pengujian Obat


 Holeboard
Mencit diletakkan diatas papan terbuka dengan lubang-lubang dibagian bawahnya
dimana mencit akan memasukkan kepala hingga bagian telinga ke dalam lubang.
Perilaku ini dianggap sebagai rasa keingintahuan atau eksplorasi dari mencit, hal ini
dapat diukur dengan pengamatan secara visual dalam rentang waktu tertentu.

Holeboard Platform

 Platform
Mencit diletakkan di atas platform sambil dilakukan pengamatan terhadap
aktivitasnya apakah mencit menjadi lebih aktif setelan penambahan kafein sitrat dengan
dibandingkan pada kontrol, selain itu aktivitas sikap tubuh mencit berupa grooming,
kecepatan nafas dan jengukkan atau menundukkan kepala sampai keluar dari tepi
platform juga diamati. Kemudian lakukan pencatatan terhadap aktivitas, sikap tubuh,
jumlah kecepatan nafas per menit dan jumlah jengukan pada tepi platform (Harun et al.,
1986).

IV. Metode Pengujian dan Aktivitas Obat


a) Alat dan Bahan
 Alat yang digunakan :
 Platform
 Holeboard
 Jarum Suntik 1 ml
 Bahan yang digunakan :
 Aquadest 0,05 ml (ip)
 Kafein sitrat 1,5% 25 mg/kgBB (ip)
 Kafein sitrat 1,5% 50 mg/kgBB (ip)
 Kafein sitrat 1,5% 75 mg/kgBB (ip)
b) Cara perhitungan dosis dan pengenceran larutan
 Diketahui :
Berat mencit : 27 g
Dosis kafein sitrat 1,5% : 75mg/70kgBB
Volume Minimal 0,05 ml
Jawab :
75 mg× 0,0026× 27 g
Dosis : =0,2633 mg
20 g
0,2633 mg
Volume Pemberian : ×100 %=0,0176 ml
1500 mg
Faktor Pengenceran : 5x 5 ×0,0176=0,08 ml

 Diketahui :
Berat mencit : 28 g
Dosis kafein sitrat 1,5% : 25mg/70kgBB
Volume Minimal 0,05 ml
Jawab :
25 mg× 0,0026× 28 g
Dosis : =0,091 mg
20 g
0,091mg
Volume Pemberian : ×100 %=0,006 ml
1500mg
0,05 ml
Faktor Pengenceran : 8x =8,3
0,006 ml
VP setelah 10x pengenceran : 0,006 ml × 10=0,06 ml
 Diketahui :
Berat mencit : 28 g
Dosis kafein sitrat 1,5% : 50 mg/70kgBB
Volume Minimal 0,05 ml
Jawab :
50 mg× 0,0026× 28 g
Dosis : =0,182 mg
20 g
0,182mg
Volume Pemberian : ×100 %=0,0121 ml
1500mg
0,05 ml
Faktor Pengenceran : 5x =4,13 /5 x
0,0121ml
VP setelah 5x pengenceran : 0,0121 ml ×5=0,0605 ml
c) Klasifikasi hewan coba yang digunakan
Mencit jantang dengan berat 25 – 30 mg
V. Skema Kerja Praktikum

Menimbang 1 ekor mencit.

Menyiapkan alat suntik yang sudah berisikan aquades 0,05 mL.

Mengusapkan kapas yang telah dibasahi alkohol pada permukaan kulit mencit di daerah
abdomen kanan.

Menyuntikan aquades pada mencit secara intraperitoneal.

Meletakkan mencit diatas platform, kemudian diamati aktivitas, sikap tubuh, jumlah
jengukan/menit, dan kecepatan nafas/menit masing-masing pada menit ke-5, 10, 15, dan 20.

Catat data yang diperoleh dan masukan dalam tabel.

Meletakkan mencit diatas hole board, kemudian lakukan pengamatan dan perhitungan
jumlah jengukan kepala mencit kedalam lubang selama 5 menit.

Catat data yang diperoleh dan masukan dalam tabel.


VI. Hasil Praktikum
PLATFORM Hole
Board
PERLAKUAN 5’ 10’ 15’ 20’ Efek Toxic (menit ke )

KONTROL Aktivitas aktif Kurang Kurang aktif


aktif aktif
Sikap tubuh 27 20 13 11
Jumlah 16 16 14 12 - 13
jengukan
Kec. 100 104 105 103
Nafas/menit
Dosis 25 Aktivitas Akti Aktif Aktif Akti
mg/70kgBB f f
Sikap tubuh 4 6 6 17
Jumlah 2 9 14 16 13
jengukan
Kec. 136 140 144 152
Nafas/menit
Dosis 50 Aktivitas Akti Aktif Aktif Akti
mg/70kgBB f f
Sikap tubuh 2 3 5 2
Jumlah 0 10 4 6 - 15
jengukan
Kec. 156 188 200 208
Nafas/menit
Dosis 75 Aktivitas Akti Aktif Aktif Akti
mg/70kgBB f f
Sikap tubuh 5 11 15 16
Jumlah 13 13 21 39 - 30
jengukan
Kec. 142 144 148 172
Nafas/menit

VII. Pembahasan
Obat Sistem Saraf Pusat (SSP) adalah semua obat yang mempengaruhi sistem saraf
pusat, obat tersebut akan bereaksi terhadap otak dan dapat mempengaruhi pikiran seseorang
yaitu perasaan atau tingkah laku, hal ini disebut obat psikoaktif. Ada obat yang
merangsang sistem saraf pusat yang dinamakan stimulan dan ada juga yang menekan saraf
pusat (inhibitor).
Obat Stimulansia merupakan obat yang dapat menimbulkan rangsangan tidak selektif
pada sistem saraf pusat. Contoh obat stimulansia adalah kafein. Kafein merupakan derivat
xanthin yang banyak terdapat pada the dan kopi. Pada susunan saraf pusat, kafein
menstimulasi aktivitas mental dan meningkatkan kapasitas untuk bekerja lebih lama.
Dalam percobaan praktikum kali ini, kami melakukan percobaan menggunakan obat
kafein sitrat. Pada mencit 1 (kontrol) diberikan larutan WFI (water for injection) 0.05 mL
dan disuntikkan secara intraperitonial (IP), mencit tersebut tidak memberikan efek apapun
(normal).
Pada mencit 2 diberikan kafein 25mg/70kgBB, mencit tersebut menunjukkan
aktivitas yang aktif, sikap tubuh (grooming) yang meningkat tiap per 5 menit namun sedikit
lebih kurang dibandingkan kontrol, jumlah jengukan yang meningkat, dan kecepatan
napas/menit meningkat. Hal tersebut menunjukkan efek kafein yang mempengaruhi sistem
saraf pusat dan kemampuan koordinasi otot halus sehingga mempengaruhi tingkah laku
mecit yang lebih aktif namun sikap tubuh yang tidak terlalu aktif.
Pada mencit 3 diberikan kafein 50mg/70kgBB, mencit tersebut menunjukkan
aktivitas yang lebih aktif dibandingkan mencit 2, dimana sikap tubuh sedikit menurun
dibandingkan pada mencit 2, jumlah jengukan yang tidak menentu (naik turun) dan
kecepatan napas/menit meningkat tiap 5 menit. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin
besar dosis kafein yang diberikan maka semakin mempengaruhi sistem saraf pusat yang
mengakibatkan tingkah laku mencit yang lebih aktif lagi.
Pada mencit 4 diberikan kafein 75 mg/70kgBB, mencit tersebut menunjukkan
aktivitas yang lebih proaktif dibandingkan mencit 3, dimana sikap tubuh yang lebih
meningkat, jumlah jengukan yang lebih meningkat dan kecepatan napas/menit lebih
meningkat, tetapi tidak menimbulkan toxic response. Hal ini mungkin disebabkan karena
kesalahan penyuntikan (posisi yang salah sehingga terkena organ dalam pada mencit).
VIII. Penyelesaian Tugas Dari Buku Praktikum
Kesimpulan dari praktikum uji aktivitas obat stimulansia yang kami lakukan adalah:
1. Kafein merupakan obat stimulansia yang dapat menimbulkan rangsangan tidak
selektif pada sistem saraf pusat.
2. Semakin besar dosis yang diberikan, maka aktivitas dari mencit akan semakin aktif.

IX. Usulan Penelitian


Pada penelitian uji aktivitas obat stimulansia yang kami lakukan, metode pengujian
yang dilakukan hanya menggunakan pengamatan pada platform dan hole board. Namun,
ada juga beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian efek obat
stimulansia.
Usulan penelitian terkait uji aktivitas obat stimulansia yang dapat dilakukan antara
lain; 1. Metode Gelantung, yang diamati adalah kemampuan mencit berhasil
menggelantung pada kawat gelantung 50 cm (lebar gelantungan) yang dipasang dengan
ketinggian 20 cm secara horizontal di atas permukaan meja. Caranya mencit diletakkan
pada kawat gelantung, setelah pemberian suspensi lalu hitung berapa detik kemampuan
mencit berhasil menggelantung pada kawat dan bandingkan dengan kontrol, 2) Metode
Evasi, yang diamati adalah gerakan mencit menaiki papan. Caranya dengan mencit
diletakkan setelah pemberian suspensi pada bagian bawah sebuah papan dengan sudut
kemiringan 45o, tinggi 15 cm, lebar 10 cm dan panjang 25 cm. Hitung jumlah gerakan
mencit menaiki papan selama 5 menit dan bandingkan dengan kontrol, 3) Metode Renang,
yang diamati adalah lama mencit bertahan pada permukaan air, 2 cm dari ujung ekor
mencit diikatkan pemberat 2 gram kemudian mencit dimasukkan dalam wadah yang berisi
air setelah pemberian suspensi dengan ketinggian 20 cm dan diameter 40 cm. Amati waktu
mencit mulai dilepaskan untuk bertahan di atas permukaan air sampai tenggelam. Tanda
tenggelam adalah mencit berada dibawah permukaan air 4 sampai 5 detik tanpa bernafas
dan bandingkan dengan kontrol, 4) Uji Discrimination Maze, sebelum percobaan
dilakukan, semua mencit tidak diberi makan selama 16 jam tapi air minum tetap diberikan,
lakukan uji 30 menit setelah diberi larutan uji secara oral dengan volume 0,2 mL/ 20 gram
BB. Alat ini bekerja berdasarkan hukum belajar Thorndike dimana kotak dibuat dan
dirancang dengan lorong yang bersimpang dua dengan warna yang berbeda (hitam dan
putih). (Syavardie,2011).
X. Daftar Pustaka
Than, Tjay Hoan. Obat – Obat Penting Edisi Ke Lima
Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku 2 Edisi 2

Aprilia, Fitri., Siregar, Tahoma. UJI AKTIVITAS STIMULAN SISTEM SYARAF PUSAT
EKSTRAK BIJI PINANG (Areca catechu L.) TERHADAP MENCIT PUTIH (Mus
Musculus L.) DAN PENENTUAN ED50 YANG DIBERIKAN SECARA ORAL. Prosiding
Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4, Tahun 2013, B.51-B.58.
Universitas Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) Jakarta.
Vogel, H.G. 2002. Drug Discovery and Evaluation Pharmacologycal Assays 3rd edition.
Berlin: Springer.
Sugianto, Lisa, Wahyu, D.T. Uji Efek Sedasi dan Durasi Waktu Tidur Ekstrak Etanol
Herba Putri Malu (Mimosa microphylla D.) pada Mencit (Mus musculus) Galur Swiss
Webster. Jurnal Farmasi dan Terapan. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2015. P. 23- 27

Anda mungkin juga menyukai