Magang Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Pt. Pamapersada Nusantara Jobsite Adaro Kalimantan Selatan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 82

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by Sebelas Maret Institutional Repository

LAPORAN UMUM

MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA DI PT. PAMAPERSADA
NUSANTARA JOBSITE ADARO
KALIMANTAN SELATAN

Oleh :
Simson Rosidi
R 0007080

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

i
PENGESAHAN

Laporan Umum dengan judul :

MAGANG TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA JOBSITE
ADARO KALIMANTAN SELATAN

dengan peneliti :

Simson Rosidi
NIM R0007080

telah diuji dan disahkan pada :

Hari :.............tanggal :.......................tahun :.............

Pembimbing I Pembimbing II

Lusi Ismayeti ST,. Mkes dr. Sri Indratni PAK.M.Or


NIP. 19720322 200812 2001 NIP. 19480530 197609 2001

Ketua Program
D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS

Putu Suriyasa, dr, MS. PKK, Sp.Ok


NIP 194 811 051 981 111 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah

melimpahkan petunjuk dan perlindungan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penulisan laporan penelitian ini.

Penulisan ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari

penulisan yang penulis tempuh yaitu jurusan Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Fakultas Kedokteran UNS. Sesuai pendidikan yang penulis tempuh maka penulis

mengambil judul “Magang Tentang Keselamtan dan Kesehatan Kerja di PT.

Pamapersada Nusantara Jobsite Adaro Kalimantan Selatan”.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil tanpa bantuan

dari semua pihak. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

2. Bapak. Putu Suriyasa, dr, PKK, SpOK. Selaku Ketua Progam D.III

Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Ibu Lusi Ismayeti, ST, MKes Selaku Dosen Pembimbing I.

4. Ibu Sri Indratni, dr, P.A.K, M.ORSelaku Dosen pembimbing II.

5. Bapak Wawan Dermawan selaku HRD Manager yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan program magang di PT.

Pamapersada Nusantara.

iii
6. Bapak Benny Priyatna, Bapak Ridha, Bapak Riskan, Bapak Bambang Aji,

Bapak Wiwit, Bapak Gunawan, Bapak Joko, selaku pembimbing penulis

di Head Office Jakarta.

7. Bapak Johannes P. Simanjuntak, Bapak Haryono, Bapak Lincon, Bapak

Ridwan, Bapak Robby, bapak Adi selaku jajaran staff SHE Departemen

jobsite TOPB Tempat magang pertama penulis yang telah banyak

memberikan banyak pengetahuan serta pengalaman yang sangat berharga

kepada penulis.

8. Bapak Agus Siswanto, Bapak Heri, Bapak Azizi, Bapak Guruh, Bapak

Sugiyanto, Bapak Iip, Bapak Adi, Mbak Tya, Tyas, selaku jajaran staff

SHE Departermen Jobsite Adaro tempat magang kedua penulis yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba pengetahuan dan

wawasan yang sangat berharga mengenai penelitian ini.

9. Bapak Dani Satiri, Bapak Benny, Bapak Kolonel, Bapak Sigit, Bapak Eko,

Bapak Sinyo, Winda, Pi’i, Iksan selaku jajaran staff SHE Departemen

Jobsite KCMB tempat magang ketiga penulis yang telah memberikan

banyak pengetahuan serta pengalaman yang sangat berharga kepada

penulis.

10. Kedua Orang Tuaku tercinta, kakak-kakakku, serta keponakan-

keponakanku tersayang. terima kasih atas kasih sayangnya, doa, serta

dukungannya yang tak ternilai harganya. “I Love U all”.

iv
11. “My Best Friend” yang tergabung dalam “Gendhon team”, Terima kasih

atas kebersamaan, kekompakan, dan arti indahnya kebersamaan yang

kalian berikan selama ini.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan magang dan

penulisan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari tidak akan bisa membalas kebaikan yang telah

diberikan oleh semua pihak dan semoga Allah SWT membalas semua budi baik

dan bantuan yang telah diberikan, AMIN. Akhir kata penulis mengharap saran

dan kritik yang bersifat membangun demi sempurnanya laporan ini, sehingga

dapat berguna dan bermanfaat dikemudian hari.

Surakarta, Mei 2010

Penulis,

Simson Rosidi

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Tujuan Magang .............................................................................. 4

C. Manfaat Magang ............................................................................ 5

BAB II METODE PENGAMBILAN DATA

A. Metodologi Penelitian .................................................................... 6

B. Persiapan Magang .......................................................................... 6

C. Lokasi Penelitian ............................................................................ 6

D. Pelaksanaan.................................................................................... 7

BAB III HASIL MAGANG

A. Gambaran Umum Perusahaan ........................................................ 10

B. Proses Produksi .............................................................................. 13

C. Identifikasi Bahaya dan Resiko ...................................................... 18

D. Kebijakan Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja ....................... 22

E. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................... 24

vi
F. Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................................ 27

G. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja .................................... 29

H. Pengukuran Hiegene Perusahaan .................................................... 33

I. Pelayanan Kesehatan dan Gizi Kerja .............................................. 34

J. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...................................................... 37

K. Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja ...................................... 39

L. Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja................................ 42

M. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............................. 43

N. Investigasi dan Analisa Kecelakaan ................................................ 44

O. Audit .............................................................................................. 45

BAB IV PEMBAHASAN

A. Identifikasi Bahaya dan Resiko ...................................................... 48

B. Kebijakan Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja ....................... 54

C. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................... 55

D. Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................................ 57

E. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja .................................... 58

F. Pengukuran Hiegene Perusahaan .................................................... 59

G. Pelayanan Kesehatan dan Gizi Kerja .............................................. 63

H. Pengelolaan Lingkungan Hidup ...................................................... 64

I. Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja ...................................... 64

J. Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja................................ 68

K. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............................. 68

vii
L. Investigasi dan Analisa Kecelakaan ................................................ 69

M. Audit .............................................................................................. 69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 71

B. Saran ........................................................................................ 73

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 75

LAMPIRAN

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tantangan dunia industri kian hari kian pesat, tidak hanya berbentuk

dalam persaingan merebut pasar dalam negeri tapi juga pasar luar negeri menjadi

dambaan setiap perusahaan guna mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya.

Bertambahnya jumlah industri diikuti dengan meningkatnya pula penggunaan

alat-alat industri mulai dari paling sederhana sampai yang sangat canggih.

Pergeseran teknologi dari tenaga menusia ke tenaga mesin sudah cukup

dirasakan dampak positifnya yaitu kemudahan-kemudahan didalamnya akan

tetapi apabila dalam penggunaan teknologi tersebut tidak memperhatikan aspek

keselamatan dan kesehatan kerja maka yang sering terjadi adalah dampak buruk

yang mengakibatkan kerugian, baik terhadap manusia (cidera atau cacat),

kerusakan harta benda, atau terganggunya proses produksi didalam kelangsungan

operasional perusahaan.

Aspek keselamatan dan kesehatan kerja menjadi solusi mutlak untuk

melindungi aset-aset perusahaan yang sangat berharga dalam kelangsungan dan

kesinambungan proses produksi. Dimana sudah kita ketahui banyak sekali usaha

yang terpuruk karena ketidakmampuannya dalam mengelola sumber daya

manusia termasuk didalamnya melindungi keselamatan kerja dari tenaga kerja dan

memberikan kesehatan yang memadai. Selain itu sekarang banyak dari konsumen

ix
yang sudah jeli dalam mencari produk yang mereka kehendaki termasuk menuntut

produk yang ramah lingkungan dan yang aman baik material maupun proses

produksinya

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,

pesawat, alat kerja, bahan, proses pengolahannya, landasan tempat kerja, dan

lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

bersasaran segala tempat kerja baik didarat, sisalam tanah, dipermukaaan air,

didalam air, maupun diudara. (Suma’mur, 1996).

Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran

beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja

memperoleh derajat kesehatan setiggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun

sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau

gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan

lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum (Suma’mur, 1996)

Dari definisi diatas untuk menekan dan mencegah terjadinya dampak yang

merugikan baik itu kecelakaan, penyakit akibat kerja, maupun pencemaran

lingkungan perlu adanya upaya pengendalian dengan cara penerapan keselamatan

dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup dalam setiap kegiatan industri.

Isu Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau yang sering disebut K3 adalah

salah satu yang cukup banyak dibicarakan dalam kurun waktu terakhir. Bidang

kerja seperti eksplorasi minyak dan gas alam, penambangan mineral, Manufaktur

dan lain sebagainya merupakan sektor kerja yang mempunyai bahaya dan resiko

tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja. Menyikapi hal tersebut,

x
Pemerintah telah membuat sistem untuk memenuhi kebutuhan akan pentingnya

penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Peraturan-peraturan yang dimaksud

antara lain seperti Undang- undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,

Undang- undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 87 yang

menyebutkan bahwa ”Setiap perusahaan wajib melaksanakan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Kepmenaker No. 05 tahun 1996 tentang

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Kepmentamben No.

555K/26/MPE/1995. tentang peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja khusus

di sektor tambang.

Sinergis dengan peraturan yang dibuat oleh pemerintah, para pelaku usaha

juga termotivasi dan tergerak untuk menciptakan iklim kerja yang selamat dan

sehat untuk pekerja. Selain untuk memenuhi kewajiban, aplikasi keselamatan dan

kesehatan kerja ternyata penting guna kelanjutan dan kesinambungan usaha yang

dijalankan. Oleh karena itu, Tidak salah menjalankan K3 sebagai salah satu cara

hidup dalam bekerja guna mencapai keselamatan dan kesehatan kerja yang

optimal di tempat kerja.

PT. Pamapersada Nusantara sebagai salah satu kontraktor yang bergerak di

bidang pertambangan mineral khususnya batubara mempunyai andil dan peranan

yang besar dalam pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaanya.

Hal ini dikarenakan kondisi dan proses kerja di pertambangan yang mempunyai

bahaya dan resiko besar untuk pekerja sehingga sudah menjadi keharusan bagi

Perusahaan untuk menaruh perhatian yang besar terhadap pengelolaan

keselamatan dan kesehatan kerja. Seperti yang telah menjadi visi PT.

xi
Pamapersada Nusantara yaitu Menjadi kontraktor pertambangan terkemuka di

dunia dengan produktifitas, kemampuan engineering, pengelolaan keselamatan,

kesehatan kerja dan lingkungan hidup yang baik.

Berdasarkan hal terebut, penulis akan mendeskripsikan penerapan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Pamapersada Nusantara jobsite Adaro,

Kalimantan Selatan.

B. Tujuan Magang

Tujuan dari pelaksanaan magang ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui secara langsung upaya-upaya yang dilakukan PT

Pamapersada Nusantara jobsite Adaro Kalimantan Selatan dalam pengelolaan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

2. Untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam mendata dan menganalisa

proses produksi dan faktor-faktor bahaya di PT Pamapersada Nusantara

jobsite Adaro.

3. Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan pengukuran

faktor bahaya terutama menilai faktor fisik yang timbul di perusahaan.

4. Dapat mendiskripsikan upaya-upaya pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja.

C. Manfaat Magang

Dalam pelaksanaan magang ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

xii
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam bidang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di pertambangan batubara khususnya di PT

Pamapersada Nusantara jobsite Adaro.

2. Dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mendata dan menganalisa

faktor-faktor bahaya yang ada di tempat kerja.

3. Dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan pengukuran

faktor bahaya terutama menilai faktor fisik yang timbul di perusahaan.

4. Memberikan masukan-masukan bagi perusahaan dari hasil magang yang

mahasiswa lakukan.

BAB II

METODE PENGAMBILAN DATA

A. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang penulis pakai adalah penelitian deskriptif yaitu

dengan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya terhadap obyek penelitian

dan data yang diperoleh digunakan sebagai bahan penulisan laporan tanpa

dilakukan tes hipotesa.

B. Persiapan Magang

Magang ini dimulai dengan pengajuan permohonan izin magang di PT.


PAMAPERSADA NUSANTARA selama 3 bulan mulai bulan Februari sampai
dengan April 2010,

xiii
C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan di PT Pamapersada Nusantara yang terletak

di jobsite Adaro Haul Road 76 Tutupan, Kec. Tanjung, Kab. Tabalong,

Kalimantan Selatan. Disamping itu penulis juga melakukan monitoring psysical

hazard yaitu noise, lighting, heatstress, kemudian sanitasi mess, HACCP dan gizi

kerja, di jobsite lain yaitu: PT.Pamapersada Nusantara jobsite KCMB, Desa

Rantau Nangka, Kec. Sungai Pinang, Kab. Banjar, Kalimantan Selatan, dan

jobsite TOPB Kalimantan Tengah.

D. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan magang ini, penulis mengikuti program-program

keselamatan dan kesehatan kerja Safety Departement. Disamping itu penulis juga

mengumpulkan data-data sendiri melalui observasi, wawancara dan pengukuran.

Adapun kegiatan yang diikuti penulis menurut program kerja Safety Departement

adalah sebagai berikut:

1. Mengikuti kegiatan induksi keselamatan kerja yang dilakukan di setiap Safety

Departement jobsite.

2. Ikut dalam kegiatan administrasi Safety Departement.

3. Ikut serta dalam kegiatan safety talk yang dilaksanakan setiap departemen

yang waktu pelaksanaannya bergilir dan diikuti oleh seluruh staf dan

karyawan dari masing-masing departemen.

4. Ikut serta dalam kegiatan General safety talk yang diikuti oleh seluruh

departemen yang ada dan waktu pelaksanaannya setiap bulan sekali.

xiv
5. Pemantauan Higiene Perusahaan dan monitoring physical hazard, Sanitasi

mess, HACCP, Gizi Kerja dengan pengarahan dari Safety Departement.

Disamping itu penulis juga mencari atau mengumpulkan data-data sendiri

dengan menggunakan dengan beberapa metode pencarian data seperti:

1. Metode Pencarian Data Lapangan dengan menggunakan teknik sebagai

berikut:

a. Observasi

Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung

terhadap pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sekaligus melakukan

survey ke lapangan untuk mengetahui sistem operasional tambang dan

mengidentifikasi potensi bahaya yang ada.

b. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara wawancara langsung dengan

pegawai atau karyawan yang berwenang dan berkaitan langsung dengan masalah

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

c. Pengukuran

Yaitu melakukan monitoring dan melakukan pengukuran terhadap

physical hazard kebisingan (Noise), penerangan (lighting), tekanan panas (heat

stress), dan Gizi Kerja.

d. Inspeksi

Yaitu melakukan inspeksi langsung mengenai HACCP katering, dan

sanitasi mess.

2. Metode Analisa Data

xv
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara menganalisa data yang

sudah ada.

3. Metode Kepustakaan

Yaitu suatu metode dimana penulis mengumpulkan data yang

berhubungan dengan topik penelitian dengan cara membaca buku-buku

kepustakaan, laporan-laporan yang sudah ada, arsip-arsip dan sumber-sumber lain

yang berada di tempat magang dan perpustakaan kampus.

Selain itu penulis juga mengumpulkan dan mengolah data untuk

penelitian, menyusun laporan pengukuran physical hazard, Sanitasi Mess,

HACCP dan Gizi Kerja untuk dipresentasikan pada akhir magang di setiap

jobsite.

BAB III

HASIL MAGANG

A. Gambaran Umum Perusahaan

Berpijak pada pertumbuhan yang pesat dimasa kini dan menatap

pembangunan bangsa ke masa depan yang sarat dengan cita – cita dan impian. PT.

Pamapersada Nusantara sebagai salah satu perusahaan secara konsisten

memantapkan jati dirinya untuk ikut serta berperan dalam proses pembangunan

ekonomi bangsa. dimana produktifitas perusahaan ikut juga menentukan

produktifitas nasional. PT. Pamapersada Nusantara yang kini menjadi salah satu

perusahaan kontraktor pertambangan terkemuka di Indonesia tetunya tidak akan

xvi
membuat insan PAMA lupa akan sejarah masa lalunya yang dimulai sejak tahun

1974. Pada tahun 1974 inilah dibentuk suatu divisi Rental Heavy Equipment yang

kemudian berubah menjadi Plant Hire and Mining Division atau lebih dikenal

dengan PHM Division dari PT United Tractors pada tahun 1988, sebagai anak

perusahaan dari kelompok usaha PT Astra Internasional yang telah dikenal luas di

bumi nusantara ini. PT United Tractors atau Astra Heavy Industry (Astra Heavy

Equipment Group) merupakan distributor maupun dealer yang bereputasi tinggi

dibidang peralatan berat dari merk terkenal diseluruh dunia.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan dari industri pertambangan yang

bertumbuh dengan pesat di era tahunl 80–90an, maka dibentuklah PT

Pamapersada Nusantara pada tahun 1993 yang secara resmi menggantikan PHM

Division PT United Tractors sebagai salah satu unit usaha strategis ( Strategic

Business Unit ). Sejak tanggal 27 September 1993, PT Pamapersada Nusantara

yang populer dengan singkatan PAMA mengibarkan benderanya sebagai suatu

perusahaan kontraktor pertambangan, secara konsisten memantapkan jati dirinya

untuk ikut berperan serta dalam proses pembangunan bangsa.

Kegiatan inti perusahaan berupa jasa kontraktor pertambangan yang

mampu mendesain tambang dan melakukan eksploitasi di bidang tambang emas

(Gold Mine), Tambang Batubara (Coal Mining) dan penambangan bahan galian

keras (Hard Rock Quarrying) serta pemindahan tanah (Earthmoving). Di awal

tahun 1996 PAMA mulai merintis kegiatan di Vietnam, langkah ini ditempuh

xvii
sebagai terobosan untuk mengukuhkan diri menjadi salah satu perusahaan

kontraktor pertambangan kelas dunia (world class mining contractor company).

Dari jumlah karyawan sekitar 3.755 orang di tahun 1997, saat ini PAMA

memiliki karyawan sekitar 7 Ribuan orang diseluruh wilayah operasi yang

tersebar di Indonesia. Hal yang khas dari komunitas karyawan PAMA, sejak

berdiri sampai saat ini, polanya selalu memberdayakan sumber tenaga kerja lokal

dan mempertahankan keseimbangan antara karyawan pusat dan daerah (lokal)

sehingga tidak pernah terbersit kabar bahwa PAMA perusahaan pusat yang tidak

mendukung Otonomi Daerah. Tidak heran PAMA telah menempatkan diri sebagai

salah satu perusahaan kontraktor pertambangan nasional yang patut

diperhitungkan di Negara ini.

Dalam pengelolaan kegiatan usahanya, perusahaan mengaplikasikan

beberapa system, diantaranya ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001 dan sistem –

sistem internal PAMA seperti Pama Safety Management System (PSMS), Pama

Procurement Logistics Management System (PPLMS), Pama Maintenance

Management System (PMMS), Pama Human Resources Management System

(PHRMS). Hal ini semata - mata karena perusahaan ingin memfokuskan diri

kepada kualitas operasi bisnis yang bertujuan memberikan kepuasan maksimal

kepada para stakeholder termasuk para pelanggannya.

SITE ADARO

xviii
Jobsite Adaro merupakan site terbesar yang dimiliki PT Pamapersada

Nusantara. Terletak di 2 Propinsi, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah

dengan Tanjung adalah kota terdekatnya. Memiliki karyawan sekitar 3797 dengan

kapasitas produksi pertahun 18 juta Ton Batubara dengan 51 juta BCM

Overburden, Pama mempunyai tanggung jawab untuk proses : Pembukaan dan

Penambangan Batubara, Hauling, Perawatan Jalan dan Keselamatan Kesehatan

Kerja & Lingkungan Hidup (Safety Health & Environment). Untuk Area Km.35

Pasar Panas memiliki sekitar 30% (1139 orang termasuk subkon) dari jumlah

keseluruhan karyawan.

xix
B. Proses Produksi

Secara umum kegiatan pertambangan dilihat secara operasional adalah

pemindahan tanah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mendapatkan

batubara pada kedalaman tertentu. Kemudian batubara yang diperoleh diangkut ke

stockyard yang kemudian diangkut ke portsite untuk dijual ke costumer. Untuk

pelaksanaan / operasional kegiatan pertambangan tersebut menggunakan alat-alat

berat (A2B) dan Dump Truk.

Adapun tahapan-tahapan dalam proses produksi adalah sebagai berikut:

Lan d Cl earin g

Recl am ati on & P lanting


±60 MBcm/Annum

Mine Oper ation


COAL OVERBURDEN
Òverbur den Dispo sal

PIT ROM -

18.2 Mton/Year 74 KM C r u sh i n g
Plan t

Kel ani s ROM - Stock


Bel t Po rt

1. Land Clearing

xx
Land Clearing merupakan tahap awal sebelum dilakukan proses

penambangan dengan melakukan pembersihan area dari pepohonan dan semak

belukar yang telah diketahui mengandung batubara, Tindakan seperti ini disebut

land clearing yang merupakan tahap awal untuk pembukaan suatu areal tambang

dan alat yang sering digunakan adalah bulldozer.

2. Top Soil Removal

Top soil removal merupakan tahapan dimana setelah area benar-benar

dilakukan pembersihan lahan dilakukan pengupasan lapisan tanah bagian atas

(humus) yang disebut sering top soil yang kemudian dipindahkan ke area disposal

(area untuk tempat penimbunan top soil dan over borden) yang bisa dimanfaatkan

sebagai penyubur tanah dalam kegiatan reklamasi (penghijauan kembali setelah

dilakukan penambangan), kegiatan ini biasanya menggunakan bulldozer dan

excavator.

3. Excavating

Excavating atau penggarukanan terdapat tiga cara berdasarkan jenis

tanahnya yaitu:

a. Cutting, cara ini bisa dilakukan pada struktur tanah yang lunak. Alat yang

biasa digunakan untuk cutting adalah bulldozer atau excavator hidrolic.

b. Ripping, dilakukan apabila terdapat struktur tanah yang agak keras.

Pengerjaannya menggunakan bulldozer yang dilengkapi dengan ripper di

belakangnya untuk menghancurkan lapisan yang keras.

xxi
c. Blasting atau peledakan, proses peledakan ini menggunakan bahan peledak

yang berasal dari campuran Amonium, Nitrat, Fuel dan Oli (ANFO). Blasting

digunakan apabila didapat struktur tanah yang berbatu sehingga lapisannya sangat

keras yang tidak bisa dihancurkan hanya dengan cutting dan ripping. Dengan

blasting akan dapat hasil yang banyak serta waktu yang lebih singkat. Waktu

untuk melaksanakan blasting pun hanya pada jam-jam istirahat.

Excavating dibagi menjadi dua golongan berdasarkan hasil garuannya

yaitu excavating for overburden (pengaruan tanah penutup) dan excavating for

coal (penggaruan batubara). Alat yang sering digunakan adalah bulldozer dan

excavator. Excavating sangat penting dalam rangka pembentukan stripping area

(area berjenjang) untuk mencegah kemungkinan tanah longsor.

4. Loading

Setelah hasil penggaruan tersebut terkumpul maka selanjutnya dilakukan

loading yaitu kegiatan mengangkat hasil penggarukan tadi untuk dimasukkan ke

dalam dump truck. Alat yang sering digunakan adalah excavator dan shovel untuk

loading over burden sedangkan untuk loading batubara menggunakan excavator.

5. Hauling

Hauling merupakan proses pengangkutan baik overburden dan topsoil

(tanah penutup) ke disposal maupun batubara ke stockpile (tempat penimbunan

batubara). Pengangkutan top soil dan Over Burden kedisposal menggunakan

Dump Truk, untuk pengangkutan batubara ke stockpile juga menggunakan Dump

Truk, sedangkan pengangkutan batubara ke Crushing Plant mengunakan Trailer.

6. Dumping

xxii
Dumping merupakan proses menurunkan muatan hauling di stockpile

Sedangkan untuk tanah penutup (topsoil) dan overburden di disposal. Kemudian

batubara dibawa menuju dumping bin dengan menggunakan trailer dan dump

truck yang selanjutnya dibawa ke port site dengan belt conveyor.

7. Spreading

Spreading merupakan proses perataan top soil setelah diturunkan ke

disposal dengan menggunakan bull dozer, kegiatan ini juga merupakan salah satu

tahap dalam pembentukan area berjenjang (stripping area) di area tambang.

8. Maintenance

Disamping tahapan – tahapan proses produksi diatas juga tidak kalah

pentingnya terdapat kegiatan yang bersifat maintenance (perawatan) yang berupa

road maintenance (perawatan jalan) dengan mengunakan grader untuk

pengeringan tanah serta water spraying (penyiraman jalan) dengan water truck.

9. Tempat- tempat lainya

Adapun tempat-tempat untuk kegiatan yang lain adalah sebagai berikut:

1. Workshop

Workshop merupakan bengkel untuk perbaikan atau reparasi alat-alat berat.

2. Warehouse / gudang

Warehouse fungsinya merupakan tempat untuk menerima, menyimpan,

mengeluarkan dan mendistribusikan barang untuk semua keperluan dengan aman,

mudah, akurat untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Training Center

xxiii
Jenis kegiatannya antara lain pendidikan operator dan training yang

dilakukan tiap hari sedangkan untuk siswa yang dirasa sudah siap langsung dilatih

di lapangan dengan didampingi oleh pekerja yang sudah mahir. Training center

berlokasi di KM.64 Tabalong.

C. Identifikasi Bahaya dan Penilaian resiko

1. Potensi Bahaya

Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang ada di tempat kerja yang

dapat menimbulkan terjadinya suatu kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang

terdapat di lingkungan kerja PT. Pamapersada Nusantara yaitu:

a. Peledakan

PT. Pamapersada menggunakan blasting untuk membuka lahan yang

keras sepeti batu-batu yang keras dan alat sudah tidak mampu lagi untuk

membuka lahan, dalam melakukan blasting manusia dan alat harus berada

dalam jarak aman yaitu 300 meter untuk alat dan 500 untuk manusia.

b. Kebakaran

Kebakaran dapat ditimbulkan dari pemakaian batu bara, pengisian

Fuel oil, instalasi listrik bertekanan tinggi. Tempat yang berpotensi terjadi

bahaya kebakaran adalah di office. Untuk mengantisipasi hal tersebut,

perusahaan telah menyediakan sarana pemadam kebakaran seperti mobil

pemadam kebakaran, APAR, hydrant, dan fire alarm system yang di

tempatkan pada tempat yang berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran dan

didukung oleh tim pemadam kebakaran yang telah terlatih.

c. Terjatuh

xxiv
Terjatuh terjadi karena pagar yang rusak pada silo-silo. Dapat juga

karena pekerja tidak membaca tanda-tanda peringatan bahaya atau tanda

peringatan tersebut tidak jelas terlihat atau terbaca. Untuk itu, setiap bulan

perusahaan melakukan inspeksi untuk mengetahui ketidaksesuaian di masing-

masing area. Inspeksi dilakukan oleh tim inspeksi dari masing-masing unit

kerja dan dipimpin pekerja di Seksi K3. Dan kemudian ditindaklanjuti dengan

pembenahan dinding penghalang.

d. Terpeleset

Terpeleset terjadi karena genangan air hujan, oli dan bahan bakar

untuk penggerak mesin yang tercecer di sekitar mesin. Hal ini seringkali tidak

diperhatikan oleh tenaga kerja. Pada genangan air ketika hujan para tenaga

kerja yang bekerja di lapangan tidak diperbolehkan melakukan aktifitas

apapun kecuali pada pekerja yang memakai unit grader, karena unit grader ini

dipergunakan untuk menghaluskan jalan tambang dari genangan air hujan.

Sebagai upaya pengendaliannya, pihak perusahaan telah menggiatkan good

housekeeping di tempat kerja.

e. Tertimpa

Tertimpa dapat terjadi pada semua area yang disebabkan karena

jatuhnya benda-benda yang berada di atas area bekerja, misalnya potongan

dari bagian mesin, bangunan yang terkikis, dan sebagainya. Langkah

pengendalian perusahaan yaitu mewajibkan pemakaian helm untuk seluruh

karyawan atau orang lain yang masuk ke area perusahaan. Seluruh karyawan

xxv
dan orang lain yang masuk ke area perusahaan telah mentaati peraturan

tersebut.

2. Faktor Bahaya

Faktor bahaya adalah segala sesuatu yang ada di tempat kerja yang

dapat menimbulkan terjadinya suatu penyakit akibat kerja. Faktor bahaya yang

terdapat di lingkungan kerja PT. Pamapersada Nusantara adalah:

a. Faktor Kimia

Adanya beberapa jenis bahan kimia yang digunakan dalam proses

produksi dan peledakan, bahan – bahan yang digunakan mengandung bahan kimia

yang bersifat flammable atau mudah terbakar, korosit serta iritan.

b. Faktor Fisika

Faktor-faktor fisika yang dapat mempengaruhi kinerja para karyawan

PT. Pamapersada Nusantara, antara lain:

1) Kebisingan

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber

dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu

dapat menimbulkan gangguan pendengaran, kebisingan yang dihasilkan dari

mesin-mesin yang digunakan di PT. Pamapersada Nusantara. Dari proses

produksi, dari mesin boiler, mesin-mesin yang sedang dalam perbaikan di plant,

kebisingan yang dihasilkan oleh mesin-mesin grader di drilling line, mesin

xxvi
crusher saat memecahkan batu bara. Serta kebisingan yang terjadi di jalan hauling

PT. Pamapersada Nusantara.

Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan di PT. Pamapersada

Nusantara yang dilakukan oleh penulis pada titik-titik tertentu yang dirasa

mempunyai potensi timbulnya kebisingan, hasilnya kurang dari nilai ambang

batas yang telah ditetapkan yaitu 85 dB(A).

2) Penerangan

PT. Pamapersada Nusantara pencahayaan yang mempengaruhi kinerja

karyawan berasal dari cahaya buatan atau lampu yang dipasang, cahaya buatan

berasal dari sinar matahari dan cahaya buatan dari lampu yang di pasang, sinar

yang dipancarkan oleh monitor komputer, serta cahaya langsung bagi yang meja

kerja karyawan menghadap ke jendela

3) Tekanan Panas

Panas yang terjadi ini berasal dari sinar matahari yang langsung ke area

kerja baik itu pada operator maupun pada tyre dan workshop. Dari hasil

pengukuran yang dilakukan untuk tekanan panas (heat stess) di kantor rata – rata

memenuhi standar akan tetapi ada beberapa kabin unit, workshop dan tyre shop

yang masih melebihi NAB untuk waktu kerja 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

Untuk kabin unit, hal ini disebabkan oleh AC pada kabin telah rusak sehingga

tekanan panasnya tinggi. Unit yang mengalami hal ini biasanya ditemukan pada

unit – unit yang lama. Untuk unit–unit yang baru tidak ada masalah karena pada

unit ini dilengkapi dengan AC dalam kabinnya.

xxvii
Untuk tyre dan workshop hal ini disebabkan karena letak tyre dan

workshop pada ruang terbuka dan tidak dilengkapi dengan artificial ventilation.

Di gudang juga mengalami deviasi, hal ini disebakan karena ruangan yang sangat

luas dan kurangnya artificial ventilation. Sebagai upaya pengendalian pekerja

biasanya membawa minum sendiri, dan pemakain baju dari bahan cotton, hal ini

dimaksudkan agar keringat mudah menyerap, dan hal ini sudah terealisasi dengan

baik.

D. Kebijakan dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Kebijakan dasar dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja dikeluarkan

dalam rangka untuk melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dan kesehatan

kerjannya serta menjamin agar peralatan produksi dapat dipergunakan secara baik,

aman dan efisien. Tujuan dikeluarkannya kebijakan ini adalah untuk memberikan

arahan kepada organisasi struktural yang menangani masalah keselamatan dan

kesehatan kerja di lingkungan perusahaan.

PT. Pamapersada Nusantara mempunyai kebijakan dasar tentang

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup yang disahkan di Jakarta

oleh direksi pada tanggal 14 Pebruari 1997. Kebijakan dasar tersebut telah diganti

dengan kebijakan baru yang disahkan pada tanggal 1 Januari 2000 dengan

ditandatangani oleh Presiden Direktur dan menyatakan bahwa perusahaan

berkomitmen untuk turut ambil bagian dalam pengembangan dan pengelolaan

Lingkungan hidup, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan visi “ Be A World

xxviii
Leader Mining Contractor With The Best PRESENT (Productivity,

Engineering, Safety & Environment).

1. Tujuan kebijakan

a. Mendukung visi perusahaan yaitu : MENJADI KONTAKTOR

PERTAMBANGAN TERKEMUKA DI DUNA DENGAN

PRODUKTIVITAS, KEMAMPUAN ENGINEERING, PENGELOLAAN

KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA & LINGKUNGAN HDUP

TERBAIK.

b. Menunjukan kepada publik upaya kita menciptakan, memberikan, dan

memelihara lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi seluruh karyawan,

kontraktor dan subkontraktor. Dan

c. Menunjukan upaya kita untuk bertanggung jawab, Hidup Harmonis dan

Seimbang di Lingkungan dimanapun kita bekerja.

2. Sasaran Kebijakan K3LH

Sasaran dari kebijakan K3LH ini adalah menjadikan Keselamatan,

Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup sebagai salah satu prioritas utama. Untuk

mencapai hal ini, seluruh aspek K3LH harus terintegrasi dalam aktivitas sehari-

hari dan Kegiatan Manajemen seluruh Karyawan di manapun bekerja. Oleh

karena itu untuk memastikan tercapainya tujuan dan sasaran ini yang harus

dilakukan antara lain :

a Memenuhi semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

menerapkan sandar internal yang tepat untuk mencerminkan komitmen.

xxix
b Melaksanakan dan mempertahankan ke-15 elemen Pama Safety Management

Syatem (PSMS) setinggi mungkin di seluruh lokasi kerja. Dan

c Memberikan Pelatihan dan Penyuluhan yang memadai kepada seluruh

karyawan untuk memastikan tujuan kebijakan ini dan standar PSMS dapat

tercapai dan dipertahankan.

3. Tujuan dan Sasaran Spesifik

a. Keselamatan :

1) Cedera Hari Hilang (LTI) ”Nihil” dan Cedera fatal ”Nihil”.

2) Mengurangi Insident ”Kerusakan Harta Benda” dan ”Kerugian Prematur”.

b. Kesehatan :

1) Memastikan bahwa semua bahaya kesehatan di tempat kerja dikelola

dengan efektif

2) Memastikan bahwa kesehatan kerja karyawan kita dikelola dengan efektif

3) Menciptakan dan memelihara tempat kerja yang bersih dan sehat.

c. Lingkungan Hidup :

1) Memastikan semua dampak bagi lingkungan hidup dikelola dengan efektif

2) Mencegah polusi dan mengurangi insident pada ”Penurunan Daya Dukung

Lingkungan”.

3) Memastikan bahwa semua aspek lingkungan dikelola dengan efektif.

4) Menciptakan dan meningkatkan kepedulian lingkungan hidup”.

xxx
E. Sistem Manajemen K3

Dalam rangka mencapai lingkungan kerja yang aman dan sehat maka PT.

Pamapersada Nusantara telah menerapkan suatu sistem manajemen di bidang K3

yang diberi nama PSMS (Pama Safety Management System) yang digunakan

sebagai kebijakan dasar (basic policy) dan merupakan pedoman penerapan

keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup di perusahaan. PSMS

merupakan instrumen atau alat yang dapat digunakan untuk membantu staff dan

manajemen untuk mengendalikan dan meminimalisasi biaya, kerugian manusia,

kerugian harta benda, dan juga insiden memburuknya lingkungan hidup. Sistem

ini dapat digunakan untuk mengetahui masalah tersebut sehingga penghematan

biaya dapat dilakukan.

Pama Safety Management System ini telah diteliti, didesign, dan disusun

khusus untuk PT. Pamapersada Nusantara oleh Pieter J.Van der Westhuizen.

Sistem ini pada intinya bersumber pada 3 sistem Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Resiko dan Pengendalian Kerugian

yang diakui secara Internasional, yaitu :

1. System Penilaian SEQ DNV International (DNV-ISRS-Edisi ke-6 1994)

2. National Occupational Safety Association, Sistem Lima Bintang (NOSA 5

Star direvisi juli 1997)

3. Dewan Pertambangan Afrika Selatan, Mine Safety Management System

(MSMS)

Sistem ini didasarkan pada resiko dan menempatkan perhatian yang besar

pada Identifikasi bahaya, penilaian resiko, serta pengembangan sistem

xxxi
pengendalian yang sesuai, yang tidak hanya membuatnya memungkinkan

mengelola resiko yang teridentifikasi secara efektif, tetapi juga menguranginya

sampai ke tingkat yang dapat diterima.

Sistem Manajemen Keselamatan PAMA telah didesign dan disusun untuk

membantu manajemen dalam mencapai pemenuhan financial, moral, hukum,

serjata terutama meminimalisir kerugian yang diinginkan, penerapan dan

pemeliharan system yang benar tidak akan mengurangi keuntungan dari

perusahaan, tetapi bahkan telah dibuktikan dan disimpulkan secara aplikatif

bahwa melalui pengimplementasian dan pengintegrasian sistem pengelolaan

K3LH yang tepat dapat memberikan banyak keuntungan baik bagi perusahaan

maupun tenaga kerja.

Perangkat manajemen ini digunakan untuk mengukur kinerja dan

pengembangan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang timbul dari seluruh

aktivitas di PT. Pamapersada Nusantara. PSMS terdiri dari 15 elemen dan 118 sub

elemen yang dijadikan sebagai pedoman/acuan pelaksanaan keselamatan dan

kesehatan kerja di PT. Pamapersada Nusantara.

Adapun elemen tersebut adalah sebagai berikut :

1. Elemen 1 : Organisasi dan Kepemimpinan

2. Elemen 2 : Komunikasi

3. Elemen 3 : Inspeksi

4. Elemen 4 : Observasi Tugas

5. Elemen 5 : Investigasi, dan Analisa Insident

6. Elemen 6 : Standar, Prosedur, Peraturan dan disiplin

xxxii
7. Elemen 7 : Kesiapan Dalam Keadaan Darurat

8. Elemen 8 : Pelatihan

9. Elemen 9 : Kesehatan Kerja dan Ergonomis

10. Elemen 10 : Perencanaan rekayasa, Plant Management, pembelian dan

Metode Pengendalian

11. Element 11 : Seleksi dan Penempatan

12. Elemen 12 : Alat Pelindung Diri

13. Elemen 13 : Sistem Evaluasi

14. Elemen 14 : Pemantauan dan Perlindungan Lingkungan

15. Elemen 15 : Keselamatan di Luar Lingkungan kerja.

F. Organisasi K3 Perusahaan

Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Pamapersada

Nusantara mempunyai 3 tingkatan yaitu Dewan K3LH, Komite K3LH maupun

Kotak Harian Formal yang telah memiliki struktur dan keanggotaan yang jelas. Di

PT. Pamapersada Nusantara sendiri organisasi K3 ini memiliki peranan yang

penting dalam menentukan keputusan perusahaan. Dengan demikian dengan

adanya organisasi ini diharapkan aspek – aspek mengenai keselamatan dan

kesehatan kerja dapat benar – benar diperhatikan, dikelola, dan dikembangkan

agar bermanfaat bagi perusahaan.

1. Dewan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)

Dewan K3LH menetapkan dan mengawasi strategi keselamatan

perusahaan, dewan K3LH menetapkan visi dan garis-garis besar untuk

xxxiii
mengarahkan fungsi K3LH, meninjau PSMS dan standar-standar pendukungnya,

dan dijadikan forum terakhir bagi permasalahan yang berhubungan dengan

keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup. Dewan K3LH berkedudukan

di Head Office PT. Pamapersada Nusantara Jakarta. Dewan K3LH terdiri dari :

1. Ketua yang diangkat dan dipilih oleh anggota Dewan K3LH

2. Direktur-direktur perusahaan.

3. Manajer-manajer operasi

4. Manajer-manajer operasi plant

5. Principal safety consultant.

6. Pihak-pihak yang bekerja sama dengan K3LH dari waktu ke waktu.

2. Komite Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)

Komite K3LH terdiri dari empat tingkatan yaitu :

1. Komite K3LH jobsite, merupakan komite tingkat pertama yang diketahui oleh

pihak project manager dan membawahi semua kepala bagian yang ada di

jobsite. Komite ini melibatkan wakil-wakil K3LH (K3LH representative)

yang di pilih dari setiap departemen.

2. Komite K3LH departemen, adalah komite tingkat kedua. Komite ini diketuai

oleh kepala bagian yang membawahi semua section head yang ada di

departemen. Komite ini juga terdapat wakil-wakil K3LH (K3LH

representative) yang dipilih dari semua seksi di departemen.

3. Komite K3LH seksi, sebagai komite tingkat ketiga yang dikepalai oleh section

head dan membawahi semua pengawas lapangan yang ada di seksi tersebut.

xxxiv
Komite ini juga terdapat wakil-wakil K3LH (K3LH representative) yang

dipilih dari semua kelompok kerja.

4. Kontak harian formal, merupakan tingkatan terakhir yang dikepalai kepala

pengawas lapangan dan membawahi semua karyawan yang dipimpinnya.

3. Komite Koordinator Elemen

Komite ini terdiri dari ketua (project manager) yang membawahi

koordinator-koordinator elemen (15 elemen) dalam PSMS.

G. Inspeksi K3

Inspeksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terstruktur dan

dilakukan untuk mengidentifikasi semua kondisi dan tindakan tidak standar di

tempat kerja, memperbaikinya sehingga mencegahnya dari kemungkinan

timbulnya insiden. PT. Pamapersada Nusantara menerima bahwa keselamatan dan

kesehatan kerja serta pengelolaan lingkungan hidup adalah salah satu landasan

utama dalam kegiatan operasi. Dalam rangka mendukung hal tersebut dilakukan

inspeksi yang pro-aktif agar kondisi berbahaya dapat diidentifikasi dan diperbaiki

sebelum menyebabkan kecelakaan. Inspeksi K3 merupakan elemen ketiga dari

PSMS (Pama Safety Management System). Adapun jenis inspeksi K3 yang ada di

PAMA meliputi :

1. Inspeksi Umum Terencana

xxxv
Inspeksi ini merupakan suatu kegiatan untuk memastikan kondisi fisik,

house keeping, penumpukan dan penyimpanan yang baik serta pemenuhan pada

standar perusahaan secara kontinyu. Inspeksi ini menggunakan seperangkat form

inspeksi standar dan spesifik per area yang meliputi daerah-daerah berikut :

a Jalan dan jalur

b Produksi

c Workshop plant

d Daerah pengisian dan tangki BBM trailer

e Kantor, gudang penyimpanan, dan halaman

f Mess, kamar ganti, toilet dan dapur

Inspeksi ini juga dilengkapi dengan ”Lembar Pemantauan Daerah Basah”

untuk memantau kegiatan pembersihan di semua toilet dan kamar mandi yang

ada, serta lembar deviasi, ralat dan tindak lanjut dari inspeksi yang di dapat.

Sasaran dilakukan inspeksi umum terencana ini adalah:

a Untuk memastikan bahwa diseluruh wilayah perusahaan diadakan inspeksi

terhadap kondisi yang sub-standar dan juga terhadap masalah kesehatan kerja

dan higiene perusahaan.

b Untuk memastikan bahwa hal – hal yang sub-standar masih dalam batas yang

dapat diterima.

c Untuk memastikan dilakukannya tindakan perbaikan dan tindak lanjut atas

penyimpangan yang dtemukan.

xxxvi
d Untuk memastikan dilakukan inspeksi terhadap hal - hal yang kritis dan

dilakukannya perbaikan terhadap kekurangan yang ditemukan pada alat

sebelum alat itu digunakan (PT Pamapersada Nusantara, 2002).

2. Inspeksi Barang Kritikal

Inspeksi ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua bagian atau barang

kritikal diinspeksi secara reguler agar kegagalan yang tidak direncanakan dapat

diminimalisir. Inspeksi ini di lengkapi dengan daftar bagian/ barang kritikal tiap

departemen, yang meliputi:

a Deskripsi rinci dari bagian atau barang kritikal

b Frekuensi inspeksi yang di perlukan

c Orang yang menyusun form inspeksi

d Orang yang bertanggung jawab untuk melaksanakan inspeksi

Inspeksi ini di lengkapi juga dengan lembar bagian kritikal, lembar

deviasi, ralat, serta tindak lanjut dari hasil temuan inspeksi.

3. Pengecekan Sebelum Operasi

Inspeksi ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua kendaraan dan

peralatan diinspeksi secara rutin agar kegagalan atau kerusakan yang tidak

direncanakan dapat diminimalisir. Inspeksi ini sering disebut P2H, inspeksi ini

dilengkapi dengan daftar seluruh kendaraan dan peralatan dimana inspeksi P2H

dibutuhkan dan harus terus di up date sesuai kebutuhan. Daftar ini berisi :

a Deskripsi rinci dari kendaraan dan peralatan

b Frekuensi yang di perlukan dari inspeksi P2H

c Orang yang bertanggung jawab untuk melakukan inspeksi P2H

xxxvii
Inspeksi P2H juga di lengkapi form laporan harian operator standar bagi

pengemudi kendaraan atau peralatan tambang (A2B dan dump truck) dan

peralatan ringan yang digunakan banyak orang serta kartu inspeksi P2H

kendaraan ringan standar bagi pengemudi kendaraan / peralatan ringan yang

digunakan secara personal.

4. Inspeksi Perawatan Terencana

Inspeksi ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua kendaraan,

peralatan, bangunan, mesin dan lain-lain, dirawat secara baik untuk meminimalisir

kegagalan atau kerusakan yang tidak terduga. Inspeksi ini dilengkapi dengan

daftar dari semua

peralatan dan aset yang memerlukan jadwal perawatan terencana dan harus selalu

diup date. Daftar ini berisi :

a Deskripsi rinci dari aset atau peralatan.

b Frekuensi yang di perlukan dari inspeksi perawatan terencana.

c Orang atau departemen yang bertanggung jawab untuk melakukan inspeksi

perawatan terencana.

Inspeksi ini memakai ”form perawatan terencana” standar yang di susun

oleh plant departement. Disamping inspeksi-inspeksi tersebut di atas, juga

terdapat inspeksi gabungan yaitu gabungan antara PT. Pamapersada Nusantara

jobsite Adaro dengan pihak satuan kerja K3 perusahaan-perusahaan yang

xxxviii
mempunyai ijin menambang di area Adaro misalnya PT. Bukit Makmur serta PT.

Adaro Indonesia yang dilakukan secara insidental.

Hasil dari dilakukannya inspeksi yang digunakan untuk penilaian deviasi,

ralat, dan tindak lanjut adalah :

1. Temuan inspeksi, yaitu temuan-temuan kondisi yang menyimpang dari

standar yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan

serta lingkungan kerja.

2. Temuan pelanggaran yaitu temuan yang berupa pelanggaran yang dilakukan

oleh karyawan PT. Pamapersada Nusantara jobsite Adaro maupun sub-

kontrakor.

Dari hasil temuan Inspeksi tersebut akan ditindak lanjuti (follow up) untuk

memastikan bahwa semua deviasi diperbaiki dan dituntaskan.

H. Pengukuran Higiene Perusahaan

Pemantauan ini dilakukan dengan melakukan pengukuran-pengukuran di

lokasi-lokasi kerja dan lingkungan. Hasil pengukuran dianalisis untuk kemudian

ditindak lanjuti :

1. Pengukuran Kebisingan

Pengukuran kebisingan dilakukan dengan melakukan pengukuran

langsung ke tempat yang terdapat sumber-sumber bising tinggi seperti genset,

alat-alat berat (A2B) dan lokasi kerja di workshop. Untuk waktu papar tenaga

kerja di lokasi genset waktu paparnya kira-kira 30 menit sedang kebisingan yang

xxxix
disebabkan oleh alat-alat workshops (welder, gaughing) tergantung pada alat-alat

yang digunakan karena merupakan kebisingan intermitten atau terputus-putus.

Pada Operator A2B mereka terpapar 12 jam tiap shifnya akan tetapi pada

waktu running awal operator A2B terpapar kurang dari 12 jam. Pengukuran

dilakukan dengan cara mengukur secara langsung ditempat tenaga kerja tersebut

terpapar dari sumber bising. Pemantauan dilakukan pada dua lokasi yaitu area

Pasar Panas dan area Tutupan. Pemantauan kebisingan menggunakan alat Sound

Level Meter Type RION NA-60 (lampiran 6). Hasil pengukuran dapat dilihat pada

lampiran 2.

2. Pengukuran Penerangan

Pengukuran intensitas penerangan dilakukan pada siang hari dan malam

hari disemua area kerja yang ada. Pemantauan dilakukan pada ruang kantor,

warehouse, ruang medic, workshop, training center, Serta area tambang.

Pemantauan penerangan menggunakan alat Lux Meter (Lampiran 3). Pemantauan

dilakukan pada dua lokasi yaitu area Pasar Panas dan area Tutupan.

3. Pengukuran Tekanan Panas

Pengukuran tekanan panas dilakukan di area kerja yang dinilai mempunyai

tekanan panas yang berlebih. Seperti : workshop, dapur, dan warehouse. Adapun

waktu pemaparan setiap tenaga kerja rata-rata 12 jam sehari. Pemantauan tekanan

panas menggunakan alat Thermal Environment Monitor Type Quetstemp 34

(lampiran 2). Pemantauan dilakukan pada dua lokasi yaitu area Pasar Panas dan

area Tutupan Hasil pengukuran dapat dilihat pada lampiran 4.

xl
I. Pelayanan Kesehatan dan Gizi Kerja

1. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan Kesehatan yang ada di PT. Pamapersada Nusantara jobsite

Adaro antara lain berupa :

a Pelayanan kesehatan meliputi :

1) Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan awal merupakan suatu

pemeriksaan kesehatan yang ditujukan kepada tenaga kerja baru

sebelum mereka bekerja. Sehingga perusahaan mempunyai data

mengenai riwayat kesehatan tenaga kerja terkait yang nantinya akan

dilakukan pemantauan kesehatan secara berkala agar apabila

ditemukan penyakit dapat diketahui penyebabnya, pemeriksaan ini

yang meliputi : pemeriksaan Thoraxphoto, urine lengkap, kimia darah,

audiometric, spirometric, dan rekam jantung.

2) Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan oleh PT Pamapersada

Nusantara jobsite Adaro bekerja sama dengan klinik International

Save Our Soul atau sering disebut ISOS . Pemeriksaan ini dilakukan 1

tahun sekali meliputi pemeriksaan: audiometric, elektro kardiografi,

refraksi optik, spirometri, treadmill, ultra sonografi.

3) Pemeriksaan khusus merupakan suatu pemerikasaan yang dilakukan

terhadap tenaga kerja yang mengalami sakit tertentu dan pemeriksaaan

ini dilakukan pada saat khusus atau tertentu. Sebagai contoh apabila

xli
terdapat tenaga kerja yang sakit maka dilakukan pemeriksaan khusus

agar kondisi kesehatan tenaga tetap terjaga secara optimal sehingga

dapat meminimalisir terjadinya jam kerja hilang.

b. Fasilitas Kesehatan meliputi :

1) PT. Pama Persada Nusantara mempunyai dua dokter perusahaan yang

berada di Head office dan telah memiliki sertifikat K3.

2) Perawatan kesehatan bagi karyawan yang mengalami sakit di tempat

kerja bila diperlukan perawatan lebih lanjut maka pihak perusahaan

akan mengirim pasien ke Rumah Sakit yang telah di tunjuk PT.

Pamapersada Nusantara.

3) Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) yang dilakukan oleh

tenaga kerja di sekitar korban dan oleh medic ISOS.

4) Penyediaan mobil ambulance.

5) Tim PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat) atau First Aid

c. Pelatihan dan Penyuluhan Kesehatan yang meliputi :

1) Selain itu juga pihak perusahaan juga mengadakan pelatihan atau

training PPGD yang bekerjasama dengan pihak ISOS.

2) Penyuluhan kesehatan pada semua karyawan yang dilaksanakan oleh

safety officer dan medic ISOS.

2. Gizi Kerja

PT. Pamapersada Nusantara menyadari akan pentingnya asupan kalori

yang didapat dari menu makanan setiap hari dari tenaga kerja yang sangat

berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kerja sehingga perusahaan menyadari

xlii
akan pentingnya penerapan gizi kerja bagi tenaga kerja. Berhubungan dengan hal

tersebut Perusahaan telah menyediakan menu makanan yang sesuai dengan

kebutuhan kalori dari masing-masing tenaga kerja dan perusahaan telah bekerja

sama dengan 2 perusahaan catering yang telah berkompeten dibidangnya yaitu

perusahaan catering RTP dan perusahaan catering PBU. Kedua catering ini

menyediakan menu makan untuk makan pagi, siang dan malam. Catering RTP

dan PBU masing-masing bergiliran seminggu sekali untuk memberikan nasi kotak

untuk shift II dan shitf III yaitu untuk karyawan lapangan (operator, mekanik

lapangan, surveyor, blaster dan pos checker catering). Sedang untuk karyawan

kantor disediakan kantin yang dikelola oleh catering PBU dimana nasi dan lauk

pauknya dapat mengambil sendiri untuk karyawan staff. Untuk karyawan

nonstaff, nasi dapat mengambil sendiri sedangkan lauk pauknya diambilkan.

Contoh form gizi kerja dapat dilihat pada lampiran 5.

J. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Jenis penambangan PT. Pamapersada Nusantara di jobsite Adaro adalah

penambangan terbuka. Hal ini tentu mempunyai dampak terhadap lingkungan

karena prinsip dari jenis penambangan ini adalah memindahkan tanah dari satu

lokasi ke lokasi lain, sehingga lahan yang dikerjakan sangat luas. Tujuan dari

pengelolaan ini adalah untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan

dari kegiatan penambangan seperti tanah bekas penambangan menjadi tandus. Di

jobsite Adaro tanah yang telah diambil batu baranya dilakukan program

penghijauan atau reklamasi. Penghijauan ini menjadi tanggung jawab pihak

xliii
owner, yaitu PT. Adaro Indonesia sebagi pihak pemegang hak lahan. Akan tetapi

dengan adanya program ” Go Green With Astra ”, PT. Pama Persada Nusantara

juga berperan untuk melakukan penghijauan yaitu dengan cara menanam seribu

pohon. Hal ini juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Astra Group lainnya.

Sedangkan limbah-limbah yang dihasilkan dari proses kerja yang lain

antara lain :

1. Oli bekas unit

2. Potongan-potongan logam dari proses repair alat-alat berat.

3. Sampah organik maupun an-organik non logam.

Untuk usaha dan pencegahan yang dilakukan terhadap hasil limbah yang

dihasilkan tersebut antara lain:

1. Pembuatan oil trap (penampungan oli) dimana bila tempat penampungan

penuh, oli bekas yang berada ditempat penampungan dibeli oleh perusahaan

lain yang memanfaatkan oli bekas.

2. Potongan-potongan logam dari hasil proses repair dikumpulkan menjadi satu

dengan sampah organikyang lain seperti bekas ban lalu dibuang ke disposal.

3. Penyediaan tong sampah, tong sampah tersebut dibedakan menjadi 2 yaitu

tong sampah untuk sampah organik yang berwarna hitam dan tong sampah

untuk sampah non-organik yang berwarna kuning. Untuk sampah organik

dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA) dan disposal dan untuk

sampah non–organik (potongan besi dan ban bekas) dibuang ke disposal.

xliv
K. Sistem Keselamatan Kerja

Upaya keselamatan kerja yang telah dilakukan oleh manajemen PT.

Pamapersada Nusantara meliputi :

1. Pemasangan tanda simbol-simbol K3 sebagai tanda-tanda informasi,

kewajiban, larangan, dan peringatan dalam melakukan pekerjaan.

2. Pemberian kode-kode warna untuk semua mesin, pipa, alat-alat listrik,air, air

minum dan bagian mesin. Yang digunakan untuk identifikasi dan pengenalan

secara tepat.

3. Pelatihan dan ijin pengoperasian alat bertujuan agar semua pengemudi dan

operator diuji kemampuannya secara benar sebelum mereka diberi

kewenangan mengoperasikan alat, yang pada akhirnya untuk mencegah

mengurangi cedera pada personil serta insiden dan kerusakan harta. Pelatihan

ini dilakukan oleh Operating Training Departement (OTD).

4. Pemasangan rambu-rambu lalu-lintas di lokasi tambang maupun di jalur

hauling.

5. Pengelolaan dan pengendalian peralatan bergerak bermotor berupa :

a Perawatan terencana

b Pengecekan Sebelum Operasi

xlv
c Larangan pengoperasian kendaraan tanpa ijin (tidak layak pakai). Alat

boleh digunakan apabila telah dicomisioning oleh team secara terpadu dan

mendapat stiker layak pakai.

d Larangan penggunaan bangunan tanpa ijin. Bangunan boleh digunakan

apabila telah dilakukan pemeriksaan oleh team (comisioning) dan

mendapat ijin layak dan aman untuk dipakai.

e Ijin mengoperasikan kendaraan (SIMPER).

f Pemenuhan kelengkapan (persyaratan) pada peralatan.

6. Adanya alat-alat peringatan pada kendaraan berupa :

1. Klakson

2. Sistem alarm mundur

3. Bendera (Buggy whip) khusus kendaraan kecil (kendaraan sarana).

4. Stiker reflektive khusus dipasang pada kendaraan kecil (kendaraan sarana).

5. Rotary lamp

7. Alat Pelindung Diri (APD), dalam hal ini APD yang digunakan di area

tambang adalah mengacu pada PSMS elemen 12. Macamnya anatara lain:

a. Safety helmet

b. Safety shoes

c. Safety Belt

d. Masker

e. Ear plug dan ear muff

f. Sarung tangan

g. Baju las (apront)

xlvi
h. Kaca mata (las, gerinda, lapangan)

i. Tameng muka

8. Upaya penanggulangan kebakaran

1. Penyediaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) disediakan setiap

ruangan/bangunan(kantor, workshop, mess dan dapur) dan 1 APAR untuk

setiap mobil sarana dan A2B.

2. Pengecekan dan rekondisi APAR setiap 6 bulan sekali.

3. Pelatihan pemadaman kebakaran yang diselenggarakan oleh safety

department.

9. Kesiapan dalam keadaan darurat (Emergancy Respon).

Kesiapan dalam keadaan darurat merupakan aplikasi dari elemen 7 PSMS

yang dari elemen ini terdapat pedoman dalam persiapan untuk menghadapi

keadaan darurat sebagai berikut:

a. Team penanggulangan keadaan darurat yaitu orang-orang yang

bertanggung jawab terhadap penanganan kecelakaan yang terdiri atas:

1. First Aid Ticker yaitu orang yang pertama kali diberikan informasi.

2. Komunikasi adalah orang-orang yang mengkomunikasikan guna

mendukung lancarnya penanganan kecelakaan.

3. Supervisor adalah orang yang mengorganisir alat-alat yang diperlukan

dalam menangani kecelakaan.

4. Team adalah orang yang bertugas memperlancar pengoperasian alat.

b. Aturan penggunaan radio.

c. Jalur informasi.

xlvii
d. Laporan tertulis.

L. Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh karyawan PT.

Pamapersada Nusantara maupun karyawan sub-kontraktor bertujuan agar para

karyawan memahami kaidah-kaidah K3 untuk diterapkan dalam setiap

pelaksanaan kerjanya dan mendorong budaya selamat di lingkungan kerja.

Pelaksanaan pembinaan K3 berupa :

1. Penerbitan Buku pedoman keselamatan dan kesehatan kerja yang diberikan

kepada seluruh karyawan.

2. Program Safety induction yang merupakan program khusus bagi karyawan

baru, karyawan datang dari cuti, maupun bagi para pengunjung (visitor)

tentang aturan-aturan keselamatan dan macam-macan bahaya di tempat kerja.

3. Ikrar keselamatan dan empat langkah keselamatan yang bertujuan untuk

mengingatkan karyawan untuk selalu berbuat selamat.

4. Safety Talk bagi karyawan PT. Pamapersada Nusantara maupun sub-

kontraktor. safety talk ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menilai

performa keselamatan dan kesehatan kerja di setiap departemen. Safety talk ini

dilakukan oleh setiap departemen pada waktu yang tidak bersamaan yaitu

secara bergantian. Kegiatan safety talk ini biasanya dilakukan pukul 06.30

WITA. Dalam kegiatan ini diisi dengan pemberian informasi mengenai K3,

pembacaan ikrar K3 dan empat langkah keselamatan.

xlviii
5. Untuk setiap bulannya dilaksanakan general safety talk. Kegiatan ini dihadiri

oleh semua departemen untuk melakukan ceremonial, pembicaraan dari safety

Adaro dan informasi-informasi K3 yang lainnya.

6. Pembuatan materi K3 untuk training center department sebagai bahan

pembinaan bagi siswa training.

7. Pengetesan K3 dalam pembuatan SIMPER (Surat Ijin Mengemudikan Unit/

Sarana)

8. Penerbitan buletin K3 sebagai sarana menambah informasi tentang

keselamatan dan kesehatan kerja yang diterbitkan 3 bulan sekali oleh

departemen HRGA (Human Resourch General Administration).

9. Meeting K3LH dari lini yang paling bawah sampai atas yang meliputi:

a Meeting level 1, dilakukan oleh project manager dan seluruh kepala bagian

di Adaro berkumpul untuk membahas tentang K3 dan hambatan yang

terjadi.

b Meeting level 2, dilakukan antara kepala bagian dengan safety officer

masing-masing departemen melaporkan performa tentang K3.

c Meeting level 3, dilaksanakan oleh section head setiap departemen.

10. Pembuatan slogan (spanduk) yang bertemakan K3.

M. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Administrasi keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan agar

dokumen–dokumen dari program–program keselamatan dan kesehatan kerja yang

telah dilakukan oleh PT. Pamapersada Nusantara dapat dikelola secara teratur.

xlix
Pengelolaan administrasi ini dalam rangka kelancaran komunikasi untuk

mendukung pelaksanaan program - program K3LH diperusahaan. Pengelolaan

administrasi yang telah dilakukan antara lain :

1. Laporan data Statistik keselamatan bulanan (monthly safety statistic)

2. Laporan data insiden (harian dan bulanan)

3. Laporan hasil penyelidikan insiden

4. Laporan pelaksanaan safety talk

5. laporan hazard report (greend card)

6. Surat ijin mengemudikan alat berat (SIMPER A2B)

7. Surat ijin masuk masuk lokasi tambang (Mine Permit).

8. Laporan pelaksanaan induksi karyawan.

9. Laporan pelaksanaan PTO (Planned Task Observation).

10. Laporan kelayakan operasi unit (stiker layak pakai)

N. Investigasi dan Analisis Kecelakaan

Pelaksanaan investigasi dan analisa kecelakaan kerja di PT. Pamapersada

Nusantara adalah untuk menemukan penyebab dasar dari kejadian kecelakaan

kerja tersebut dan untuk melakukan tindakan perbaikan agar kejadian serupa tidak

terulang lagi. Tujuan dari program ini adalah memastikan bahwa semua insiden

dicatat dengan baik, agar dapat dianalisa dan dinilai dalam usaha untuk mencegah

terjadinya insiden serupa. Program ini meliputi :

1. Pencatatan cedera, penyakit, kerusakan, dan insiden kerugian

l
2. Pelaporan dan penyelidikan insiden, untuk memastikan insiden diselidiki

dengan benar dan diadakan tindakan perbaikan yang sesuai. Semua karyawan

harus melaporkan semua tindakan/keadaan bahaya secara tertulis pada hazard

report (greend card). Insiden yang terjadi di selidiki dengan memakai

formulir ”Laporan Penyelidikan Insiden” (incident report).

3. Analisa dari laporan penyelidikan insiden dalam rangka mengidentifikasi hal-

hal yang berulang serta sebab kritis.

4. Tim Investigasi, untuk menjamin semua masalah yang teridentifikasi pada

”Analisis Laporan Penyelidikan Insiden” dibicarakan dan dituntaskan serta

memperbaiki hal-hal yang terulang dan sebab-sebab kritis.

5. Pengumuman kerugian besar dan pengingatan kembali insiden, bertujuan

untuk memelihara peningkatan kesadaran karyawan.

6. Statistik keselamatan, tujuan program ini adalah untuk membakukan

penyimpangan statistik keselamatan yang komprehensif di perusahaan,

memungkinkan pemantauan kecenderungan dengan membuat statistik jangka

panjang serta memvisualisasikan kecenderungan melalui pembuatan grafik,

dan lain-lain, agar kesadaran karyawan meningkat.

O. Audit

Audit yang dilakukan di PT Pamapersada Nusantara dijadikan tolok ukur

sampai sejauh mana implementasi dari elemen-elemen PSMS (Pama Safety

Management System). Audit ini dilakukan di setiap site PT. Pamapersada

Nusantara yang tersebar di Indonesia..

li
Audit yang telah dilakukan jobsite Adaro adalah audit internal oleh Head

office Jakarta tentang implementasi PSMS. Internal audit dilaksanakan setiap 1

tahun sekali serta setiap 6 bulan dilakukan verifikasi PICA (Problem

Identification and Corective Action). Hal ini dilakukan bukan untuk penilaian

ulang atas tercapainya sistem akan tetapi untuk melihat progress temuan pada

waktu audit. Dan untuk audit eksternal yang dilakukan oleh NOSA dan badan

audit internasional IRCA setiap 1 tahun sekali. Selain itu juga dilaksanakan

eksternal audit integral yaitu ISO 9001, ISO 14001 dan OSHAS 18001.

Pelaksanaan audit ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemenuhan

terhadap standar keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di PSMS. Di

lingkungan kerja PT Pamapersada Nusantara. Berikut kriteria penilaian audit

PSMS dan NOSA:

Tabel 1. Kriteria Penilaian Audit PSMS dan NOSA.

Penghargaan yang Tingkat Pemenuhan Disable injury

diberikan Sistem ( % ) Frequency Rate

5 Bintang Istimewa 95-100 <1

5 Bintang 90-94 <1

4 Bintang 75-89 <2

3 Bintang 65-74 <3

2 Bintang 55-64 <4

lii
1 Bintang 45-54 <5

Sumber Data: Pama Safety Management System (PSMS)

Disable Injury Rate (angka kekerapan terjadinya cedera) dapat dihitung

dengan menggunakan rumus:

DIFR = LTI (Loss Time Injury) x 200.000/jumlah jam kerja

Dalam hal ini tujuan paling utama dari masing-masing jobsite tersebut

telah mencapai pemenuhan atau telah berhasil menerapakan PSMS di tempat kerja

sampai dengan 95%-100%.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Identifikasi Bahaya

1.3.Potensi Bahaya Formatted: Bullets and Numbering

Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang ada di tempat kerja yang

dapat menimbulkan terjadinya suatu kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang

terdapat di lingkungan kerja PT. Pamapersada Nusantara yaitu:

a.f. Peledakan Formatted: Bullets and Numbering

PT. Pamapersada Nusantara menggunakan blasting untuk membuka

lahan yang keras sepeti batu-batu yang keras dan alat sudah tidak mampu lagi

untuk membuka lahan, dalam melakukan blasting manusia dan alat harus

berada dalam jarak aman yaitu 300 meter untuk alat dan 500 untuk manusia.

g. Kebakaran

liii
Kebakaran dapat ditimbulkan dari pemakaian batu bara, pengisian

fuel oil, instalasi listrik bertekanan tinggi. Tempat yang berpotensi terjadi

bahaya kebakaran adalah di office. Untuk mengantisipasi hal tersebut,

perusahaan telah menyediakan sarana pemadam kebakaran seperti mobil

pemadam kebakaran, APAR, hydrant, dan fire alarm system selain itu,

perusahaan telah membentuk tim pemadam kebakaran.

Berdasarkan Kepmenaker No. Kep. 186/Men/1999 tentang Unit

Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja Pasal 2 (2) huruf b yang berbunyi

“Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat

kerja meliputi penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan

sarana evakuasi.” Sehingga, langkah pengendalian dan pencegahan bahaya

kebakaran yang telah dilakukan pihak perusahaan dengan penyediaan sarana

pemadam kebakaran seperti mobil pemadam kebakaran, APAR, hydrant, dan

fire alarm system telah sesuai dengan Kepmenaker No. 186/Men/1999

tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja pasal 2 (2) huruf b

yaitu kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di

tempat kerja meliputi penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam

kebakaran dan sarana evakuasi.


72
h. Terjatuh

Potensi bahaya terjatuh disebabkan karena pagar yang rusak. Upaya

perusahaan dalam menanggulangi potensi bahaya ini adalah mengadakan

inspeksi setiap bulan untuk mengetahui ketidaksesuaian.

liv
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal

2 ayat 2 huruf k yaitu “Keselamatan kerja wajib ditetapkan di tempat kerja

dimana dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,

kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau

terpelanting.” Pengendalian keselamatan kerja di perusahaan dengan

pengadaan inspeksi untuk mengetahui ketidaksesuaian yang ada di tempat

kerja telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja pasal 2 ayat 2 huruf k yaitu keselamatan kerja wajib

ditetapkan di tempat kerja dimana dilakukan pekerjaan yang mengandung

bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh

atau terperosok, hanyut atau terpelanting.

i. Terpeleset

Terpeleset disebabkan karena genangan air hujan, oli dan bahan

bakar untuk penggerak mesin yang tercecer di sekitar mesin. Upaya

pengendalian oleh pihak perusahaan adalah dengan menggiatkan good

housekeeping di tempat kerja.

Berdasarkan PMP No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat-syarat

Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan di Tempat Kerja pasal 2 (c) yaitu

“Setiap bangunan perusahaan harus memenuhi syarat-syarat untuk

memajukan kebersihan dan ketertiban.” Jadi, langkah pengendalian yang

dilakukan perusahaan dengan good housekeeping telah sesuai dengan PMP

No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan, serta

lv
Penerangan di Tempat Kerja pasal 2 (c) yaitu setiap bangunan harus

memenuhi syarat untuk memajukan kebersihan dan ketertiban.

j. Tertimpa

Potongan dari bagian mesin, bangunan yang terkikis, dan sebagainya

apabila terjatuh dapat mengenai pekerja atau orang lain yang berada di

bawahnya. Langkah pengendalian perusahaan yaitu mewajibkan pemakaian

helm untuk seluruh karyawan atau orang lain yang masuk ke area

perusahaan. Seluruh karyawan dan orang lain yang masuk ke area

perusahaan telah mentaati peraturan tersebut.

Menurut Undang-undang No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja pasal 13 yang berbunyi ”Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat

kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai

alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan”. Jadi dapat dikatakan bahwa

upaya perusahaan dengan pemakaian helm telah sesuai dengan Undang-

undang No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 13 yaitu

memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan.

2.4.Faktor Bahaya Formatted: Bullets and Numbering

Faktor bahaya adalah segala sesuatu yang ada di tempat kerja yang dapat

menimbulkan terjadinya suatu penyakit akibat kerja. Faktor bahaya yang terdapat

di lingkungan kerja PT. Pamapersada Nusantara adalah :

a.c. Faktor Kimia Formatted: Bullets and Numbering

lvi
Adanya beberapa jenis bahan kimia yang digunakan dalam proses

produksi dan peledakan, sehingga dilakukan pemantauan secara rutin. Adanya

Material Safety Data Sheet (MSDS) dan dilaporkan ke Depnaker maupun BPLHD

Banjarmasin.

b.d.Faktor Fisika Formatted: Bullets and Numbering

Faktor-faktor fisika yang dapat mempengaruhi kinerja para karyawan

PT. Persada Nusantara , antara lain:

1)4) Kebisingan Formatted: Bullets and Numbering

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada

tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran; Kebisingan

yang dihasilkan dari mesin-mesin yang digunakan di PT. Pamapersada

Nusantara . Dari proses produksi, dari mesin boiler, mesin-mesin yang

sedang dalam perbaikan di plant, kebisingan yang dihasilkan oleh mesin-

mesin grader di drilling line, mesin crusher saat memecahkan batu bara.

Serta kebisingan yang terjadi di jalan hauling PT. Pamapersada Nusantara.

Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan di PT. Pamapersada

Nusantara yang dilakukan oleh penulis pada titik-titik tertentu yang dirasa

mempunyai potensi timbulnya kebisingan, hasilnya kurang dari nilai

ambang batas yang telah ditetapkan yaitu 85 dB(A).

Sesuai dengan Kepmenaker No. Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, hasil pengukuran masih di

lvii
bawah nilai ambang batas, di mana pekerja dapat bekerja dengan nyaman

di tempat-tempat tersebut tanpa adanya gangguan kebisingan.

Akan tetapi, meskipun hasil pengukuran masih di bawah nilai

ambang batas, PT. Pamapersada Nusantara terus memantau dan

melakukan pengukuran secara rutin setiap 6 bulan sekali.

2)5) Penerangan Formatted: Bullets and Numbering

Pencahayaan yang mempengaruhi kinerja karyawan berasal dari

cahaya buatan atau lampu yang dipasang, sinar yang dipancarkan oleh

monitor komputer, serta cahaya langsung bagi yang meja kerja karyawan

menghadap ke jendela Dari hasil pengukuran penerangan di seluruh ruang

kerja di PT. Pamapersada Nusantara , ada beberapa hasil pengukuran yang

tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Perburuan No. 07/MEN/1964 tentang syarat – syarat kesehatan,

kebersihan, serta penerangan di tempat kerja (Hasil pengukuran

penerangan dapat di lihat di lampiran 3).

Hasil pengukuran yang tidak sesuai tersebut selanjutnya akan

dilakukan inspeksi dan kemudian akan segera diperbaiki tata

pencahayaannya. Pemantauan penerangan di ruang kerja terus dilakukan

secara rutin setiap 6 bulan sekali.

Akan tetapi, pengukuran pencahayaan di ruang kerja kurang

akurat dan kurang lengkap. Karena pengukurannya hanya dilakukan untuk

pengukuran lokal dengan satu kali pembacaan skala pada Lux meter.

Pengukurannya pun tidak meliputi pengukuran penerangan umum dan

lviii
pengukuran reflaktan, serta pengukuran tidak dilakukan pada perbedaan

penerangan alami, buatan atau alami-buatan.

3. Tekanan Panas

Berdasarkan Kepmenaker No. 51/MEN/1999 tentang NAB faktor fisik

bahwa NAB tekanan panas untuk pekerja berat adalah 25º C, untuk kerja sedang

adalah 26,7º C dan kerja ringan adalah 30 º C, Bekerja secara terus menerus 8

jam/perhari dan 40 jam/minggu.

Dari hasil pengukuran yang di lakukan untuk tekanan panas (heat stess) di

kantor rata – rata memenuhi standar akan tetapi ada beberapa kabin unit,

workshop dan tyre shop yang masih melebihi NAB untuk waktu kerja 8 jam

sehari atau 40 jam seminggu. Untuk kabin unit, hal ini disebabkan oleh AC pada

kabin telah rusak sehingga tekanan panasnya tinggi. Unit yang mengalami hal ini

biasanya ditemukan pada unit – unit yang lama. Untuk unit–unit yang baru tidak

ada masalah karena pada unit ini dilengkapi dengan AC dalam kabinnya.

Untuk tyre dan workshop hal ini disebabkan karena letak tyre dan

workshop pada ruang terbuka dan tidak dilengkapi dengan artificial ventilation.

Di gudang juga mengalami deviasi, hal ini disebakan karena ruangan yang sangat

luas dan kurangnya artificial ventilation. Usaha pengendalian yang sudah

dilakukan oleh perusahaan sudah berjalan yaitu tenaga kerja diwjibkan untuk

lebih banyak minum air putih, dan pemakaian baju yang berasal dari bahan cotton

juga sudah dilaksanakan, dan perusahaan setiap 6 bulan sekali memberi pekerja

baju yang terbuat dari bahan cotton.

lix
B. Kebijakan Dasar dan Tanggung Jawab Masalah K3

Dengan dikeluarkannya kebijakan mengenai keselamatan dan kesehatan

kerja oleh direksi PT Pamapersada Nusantara ini menunjukkan adanya kepedulian

dan tanggung jawab pihak manajemen terhadap masalah keselamatan dan

kesehatan kerja sesuai yang tercantum dalam visi perusahaan yaitu menjadi

kontraktor pertambangan terkemuka didunia dengan produktifitas, kemampuan

engineering, pengelolaan keselamatan kerja dan lingkungan hidup yang terbaik

dan bertekad untuk mengelola keselamatan dan kesehatan kerja secara maksimal

serta senantiasa peduli terhadap lingkungan didalam kegiatan operasionalnya.

Kebijakan dasar ini merupakan pedoman bagi seluruh fungsi dari

manajemen dan karyawan dalam menjalankan fungsinya sesuai dengan prosedur

kerja, peraturan- peraturan perusahaan. Dengan kerjasama seluruh fungsi

manajemen dan karyawan, pengelolaan keselamatan, kesehatan kerja dan

lingkungan hidup akan berjalan baik dan efektif.

Dalam hal ini seluruh karyawan PT. Pamapersada Nusantara mempunyai

tugas dan tanggung jawab dalam pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja

dan mendapat sanksi apabila peraturan–peraturan keselamatan dan kesehatan

kerja yang telah ditetapkan dilanggar. Dengan adanya kebijakan ini berarti telah

mendukung program keselamatan dan kesehatan kerja pemerintah yang

dituangkan dalam UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja dan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555K/26/M.PE/1995

tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di pertambangan umum.

lx
C. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sistem manajemen yang diterapkan oleh PT. Pamapersada Nusantara saat

ini adalah ”Pama Safety Management System” (PSMS). Yang melatarbelakangi

adalah bahwa kecelakaan memerlukan biaya yang cukup besar. Saat ini dimana

biaya peralatan, material, energi karyawan, kompensasi dan pertanggung jawaban

yang harus dihadapi perusahaan secara fluktuasi pasar uang yang meningkat

secara cepat, beban dari kerugian tidak terencana akibat dari kecelakaan akan

terus berlipat ganda jika tidak dikelola secara efektif (Frank E. Bird, Jr dan

George L. Germain, 1990). Oleh karena itu pencegahan insiden yang merugikan

melalui SMK3LH yang menyeluruh adalah suatu kegiatan yang paling

menguntungkan dibidang usaha manapun.

Elemen – elemen yang terdapat di Pama Safety Management System ini

telah disusun untuk memungkinkan implementasi yang sistematis secara bertahap.

Pilihan telah diprioritaskan pada beberapa elemen sistem pro-aktif yang penting

dalam mendesain dan menyusun ini, rujukan diambil dari tiga sistem yang telah

disebutkan sebelumnya dan juga berbagai tulisan oleh orang – orang atau badan

dalam bidang terkait.

Sistem manajemen keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan hidup ini

merupakan sistem pencegahan kerugian yang mendasar. Sistem ini terdiri atas 15

elemen yang utama dengan jumlah sub-elemen yang berjumlah 118. Sistem ini

juga akan diperkuat dengan seperangkat standar keselamatan minimum yang

komprehensif. Sistem ini akan didorong, dimiliki dan diimplementasikan oleh

manajemen lini, dukungan dan nasehat dari staf yang memadai akan diberikan

lxi
oleh tenaga keselamatan baik dari Head Office maupun di setiap jobsite. (PT.

Pamapersada Nusantara, 2002).

Keuntungan dari pelaksanaan sistem ini adalah:

1. Implementasi sistem ini menguntungkan dari segi financial, moral, dan legal.

2. Resiko tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat direduksi secara pro-aktif dan

secara konsisten dikendalikan dengan bantuan sistem seperti ini.

3. Hasil yang terukur menimbulkan partisipasi dan motivasi pada semua tingkat.

4. Sistem ini bukan merupakan tambahan tetapi merupakan sistem yang

terintegrasi dengan sistem yang telah ada.

5. Implementasi dan hasil yang sukses memastikan meningkatnya kualitas

hubungan atasan dan bawahan atau antar karyawan, menunjukkan niat yang

baik dan mendukung integrasi pemasaran di pasar lokal maupun internasional.

Sistem ini intergasi antara ISO 9000 dan ISO 14000.

6. Sistem ini diarahkan untuk mengurangi kerugian dan jika secara sukses

diimplementasikan, ia akan mempunyai pengaruh positif pada bagian yang

penting dari perusahaan. (PT Pamapersada Nusantara, 2002)

Dengan telah diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja di PT Pamapersada Nusantara berarti telah sesuai dengan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 Bab III pasal 2 tentang Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) bahwa, ”Setiap tempat

kerja yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan

atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses

bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,

lxii
kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem

Manajemen K3”.

D. Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dengan sudah adanya organisasi keselamatan dan kesehatan kerja di PT.

Pamapersada Nusantara berarti telah sesuai dengan Permenaker No.

05/MEN/1996 BAB I pasal 1 tentang SMK3 yang menjelaskan bahwa ”Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut Sistem

Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruahan yang

meliputi organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses,

dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,

pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja

dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna

terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif”.

E. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PT. Pamapersada Nusantara menerima bahwa keselamatan dan kesehatan

kerja serta pengelolaan lingkungan hidup adalah salah satu landasan utama dalam

kegiatan operasi. Dalam rangka mendukung hal tersebut dilakukan inspeksi yang

pro-aktif agar kondisi berbahaya dapat diidentifikasi dan diperbaiki sebelum

menyebabkan kecelakaan. Inspeksi K3 merupakan elemen ketiga dari PSMS

(Pama Safety Management System). Adapun jenis inspeksi K3 yang ada di PAMA

meliputi :

lxiii
1. Inspeksi Umum Terencana

Salah satu program inspeksi keselamatan kerja yang dilaksanakan oleh PT

Pamapersada Nusantara adalah inspeksi umum terencana. Inspeksi umum

terencana maksudnya adalah area inspeksi telah ditentukan, pelaksanaan inspeksi

di lapangan sudah ditentukan dan jadwal inspeksi telah ditentukan sebelumnya

oleh pihak manajemen. PT Pamapersada Nusantara mempunyai standar dalam

melaksanakan inspeksi yang diatur dalam PSMS elemen ke-3.

2. Inspeksi Barang Kritikal

Inspeksi bagian kritis ditujukan untuk mengantisipasi terhadap adanya

kemungkinan kerusakan maupun kondisi yang membahayakan yang terjadi

terhadap bagian – bagian kritis yaitu, barang atau bagian yang sangat menentukan

dalam proses produksi, sehingga dengan tidak adanya barang atau bagian tersebut

berakibat pada berhentinya proses produksi.

3. Pengecekan Sebelum Operasi

Inspeksi pengecekan sebelum Operasi (P2H) ditujukan untuk memastikan

kondisi alat sebelum dioperasikan dalam keadaan yang baik sehingga

kemungkinan terjadi hal yang tidak direncanakan dapat diminimalisir.

4. Inspeksi Perawatan Terencana

Sedangkan Pelaksanaan perawatan harian adalah untuk mengantisipasi

adanya kerusakan prematur pada peralatan sehingga dapat mengurangi adanya

kerugian dan kerusakan yang tidak diinginkan atau sebelum waktunya.

Dengan telah dilaksanakan inspeksi keselamatan kerja oleh PT

Pamapersada Nusantara berarti telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga

lxiv
Kerja No. 05/MEN/1996 tentang SMK3 lampiran I 4.1 yang menyatakan bahwa

”Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur inspeksi, pengujian dan

pemantauan yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan

kerja. Frekuensi inspeksi dan pengujian harus sesuai dengan objeknya”. Akan

tetapi dalam hal administrasi hasil pelaksanaan inspeksi masih perlu perbaikan.

F. Pengukuran higiene Perusahaan

1. Kebisingan

Berdasarkan Kepmenaker No. 51/MEN /1999 tentang Nilai Ambang Batas

faktor fisik di tempat kerja, NAB kebisingan untuk waktu pemaparan kebisingan

selama 8 jam sehari atau 40 jam seminggu adalah 85 dBA (Depnaker, 1999).

Dari hasil pengukuran yang penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa

kebisingan rata–rata yang dihasilkan untuk unit–unit PT Pamapersada Nusantara

sudah berada dibawah NAB yang ditetapkan. Tetapi ada beberapa unit yang sudah

tua dan sebagian tempat – tempat tertentu yang mempunyai intensitas kebisingan

melebihi NAB sehingga diwajibkan memakai earplug dan atau earmuff.

2. Pencahayaan

Berdasarkan P.M.P. No. 7 tahun 1964 tentang syarat – syarat kesehatan,

kebersihan, serta penerangan di tempat kerja (Suma’mur, 1996), ketentuan –

ketentuan terhadap penerangan adalah sebagai berikut:

a. Kadar penerangan diukur dengan alat pengukur cahaya yang baik setinggi

tempat kerja yang sebenarnya atau setinggi perut untuk penerangan umum.

lxv
b. Penerangan darurat harus mempunyai kekuatan paling sedikit 5 lux (0,5 kaki

lilin).

c. Penerangan untuk jalan dan halaman di lingkungan perusahaan paling sedikit

mempumyai intensitas 20 lux.

d. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang hanya membedakan barang

kasar harus mempunyai intensitas minimum 50 lux. Seperti:

1) Mengerjakan bahan – bahan kasar.

2) Mengerjakan arang batu.

3) Menyisihkan barang – barang yang besar.

4) Mengerjakan bahan tanah atau batu.

5) Gang–gang atau tangga dalam gedung yang selalu dipakai.

6) Gudang untuk menyimpan barang besar dan kasar.

e. Pekerjaan yang cukup untuk pekerjaan membedakan yang teliti daripada

barang – barang yang kecil dan halus seperti:

1) Pekerjaan mesin yang teliti.

2) Pemeriksaan yang teliti.

3) Percobaan – percobaan yang teliti dan halus.

4) Pembuatan tepung.

5) Penyelesaian kulit dan perimaan bahan – bahan katun atau wol berwarna

muda.

6) Pekerjaan kantor yang berganti – ganti dan membaca, pekerjaan arsip dan

seleksi surat – surat. Paling sedikit mempunyai kekuatan 300 lux.

lxvi
Dari hasil pengukuran yang telah penulis lakukan di ruangan kantor PT.

Pamapersada Nusantara di setiap site yang penulis kunjungi, ditemukan beberapa

ruangan yang kurang memenuhi standar untuk aktivitas baca tulis atau pekerjaan

kantor. Hal ini disebabkan oleh tata letak lampu dan tata letak meja kerja yang

kurang sesuai sehingga cahaya lampu terhalang oleh pembatas atau tiang. Di

beberapa tempat juga ditemukan lampu yang telah mati tidak segera diganti

sehingga pencahayaannya kurang. Pengukuran juga dilakukan di area tambang

yaitu untuk intensitas cahaya tower lamp dan lampu unit. Pada intensitas cahaya

pada towerlamp masih ada beberapa penerangan yang masih belum memadai pada

malam hari, hal ini dikarenakan kurangnya lampu dan sudut derajat kemiringan

pada lampu yang masih belum sesuai, untuk pengendaliannya pada lampu kantor

yang sudah mati segera diganti dan pada towerlamp lebih didekatkan lagi dengan

area kerja agar penerangannya lebih memadai.

3. Tekanan Panas

Berdasarkan Kepmenaker No. 51/MEN/1999 tentang NAB faktor fisik

bahwa NAB tekanan panas untuk pekerja berat adalah 25º C, untuk kerja sedang

adalah 26,7º C dan kerja ringan adalah 30 º C.

Dari hasil pengukuran yang penulis lakukan untuk tekanan panas (heat

stess) di kantor rata – rata memenuhi standar akan tetapi ada beberapa kabin unit,

workshop dan tyre shop yang masih melebihi NAB untuk waktu kerja 8 jam

sehari atau 40 jam seminggu. Untuk kabin unit, hal ini disebabkan oleh AC pada

kabin telah rusak sehingga tekanan panasnya tinggi. Unit yang mengalami hal ini

lxvii
biasanya ditemukan pada unit – unit yang lama. Untuk unit–unit yang baru tidak

ada masalah karena pada unit ini dilengkapi dengan AC dalam kabinnya.

Untuk tyre dan workshop hal ini disebabkan karena letak tyre dan

workshop pada ruang terbuka dan tidak dilengkapi dengan artificial ventilation.

Di gudang juga mengalami deviasi, hal ini disebakan karena ruangan yang sangat

luas dan kurangnya artificial ventilation. Usaha pengendalian yang sudah

dilakukan oleh perusahaan sudah berjalan yaitu tenaga kerja diwajibkan untuk

lebih banyak minum air putih, dan pemakaian baju yang berasal dari bahan cotton

juga sudah dilaksanakan, dan perusahaan setiap 6 bulan sekali memberi pekerja

baju yang terbuat dari bahan cotton.

G. Pelayanan Kesehatan dan Gizi Kerja

1. Pelayanan Kesehatan

PT. Pamapersada Nusantara jobsite Adaro dalam memenuhi pelayanan

kesehatan terhadap para karyawan bekerjasama dengan pihak Rumah Sakit

Pertamina Kalimanatan Selatan. Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan oleh

klinik ISOS setahun sekali dan hasil pemeriksaanya dilaporkan ke Departemen

Administrasi dengan tembusan ke Project Manager dan Safety Departement

Head. Dengan adanya pemeriksaan berkala oleh PT. Pamapersada Nusantara ini,

maka adanya penyakit akibat kerja (PAK) dapat dideteksi dan dicegah sedini

lxviii
mungkin. Hal ini telah sesuai dengan Permenakertrans RI No. Per. 03/MEN/1982

tentang pelayanan kesehatan kerja.

2. Gizi Kerja

Jenis pekerjaan yang ada di PT. Pamapersada Nusantara yang merupakan

kontraktor tambang dapat dikategorikan kedalam pekerjaan sedang terutama bagi

para mekanik maupun operator A2B (Alat – Alat Berat).

Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1983, kebutuhan

kalori yang dibutuhkan oleh seorang tenaga kerja adalah 2380 kalori/hari untuk

pekerjaan ringan, 2650 kalori/hari untuk pekerjaan sedang, dan 3400 kalori/hari

untuk pekerjaan berat. Sedangkan untuk kalori kerja di perusahaan adalah 2/5 dari

kebutuhan kalori tersebut. Yaitu 950 kalori/hari untuk pekerjaan ringan, 1060

kalori/hari untuk pekerjaan sedang, dan 1360 kalori/perhari untuk pekerjaan berat.

Berdasarkan sampel nasi kotak yang telah dihitung nilai kalorinya ternyata nilai

kalorinya sudah mencukupi kebutuhan kalori yang dibutuhkan oleh tenaga kerja.

Hal ini sudah sesuai dengan peraturan Kepmenkes no. 1593/ MENKES/ SK/

XI/2005 Tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia.

H. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Di PT Pamapersada Nusantara jobsite Adaro, pengelolaan limbah dari

proses di workshop antara lain:

1. Pembuatan oil trap (penampungan oli) sudah terlaksana dengan baik dan bila

penampungan penuh oli perusahaan lain sudah ada yang memanfaatkannya.

lxix
2. Potongan-potongan logam dari proses repair pambuangannya sudah

dilaksanakan dengan baik dan dikumpulkan menjadi satu dengan limbah yang

lain seperti limbah dari ban dan dibuang ke daerah disposal.

3. Penyediaan tong sampah, tong sampah yang sudah dibedakan menjadi 2

tersebut yaitu tong sampah untuk sampah organik yang berwarna hitam dan

tong sampah untuk sampah non-organik yang berwarna kuning sudah dibuang

ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA) dan disposal dan untuk sampah

non–organik (potongan besi dan ban bekas) dibuang ke disposal.

I. Sistem Keselamatan Kerja

Kegiatan pertambangan batubara mempunyai potensi bahaya yang cukup

besar, karena mengunakan alat – alat berat sehingga berdampak pula terhadap

tingginya angka kecelakaan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan

hal yang sangat penting dalam dunia pertambangan. Di PT. Pamapersada

Nusantara telah menyadari akan hal tersebut dan berkomitmen bahwa

keselamatan kerja sebagai landasan utama dalam setiap kegiatan operasinya.

Upaya – upaya yang telah dilakukan pada prinsipnya adalah untuk

mencegah terjadinya kecelakaan sedini mungkin serta untuk meminimalisasi

kerugian yang diderita apablia kecelakaan terjadi. Pengendalian kecelakaan kerja

di PT. Pamapersada Nusantara mengacu pada hirarki pengendalian sebagai

berikut:

1. Eliminasi bahaya, yaitu memodifikasi proses, metode atau materi untuk

mengurangi semua bahaya yang ada.

lxx
2. Perancangan menjauhkan bahaya, yaitu mendesain peralatan atau perkakas

untuk meminimalisasi atau mengurangi bahaya dengan baik.

3. Substitusi bahaya, yaitu mengganti bahan, zat, atau proses dengan yang

tidak atau kurang berbahaya.

4. Pemisahaan bahaya yaitu menyingkirkan bahaya dari orang dengan

memberi perlindungan, mengurung atau menyimpan di tempat atau waktu

yang terpisah.

5. Pengendalian bahaya secara administrasi yaitu, menyesuaikan waktu dan

kondisi dengan proses administrasi (batas waktu pemaparan/ tingkat batas

paparan).

6. Pengurangan resiko melalui pelatihan para karyawan yaitu memberi

pelatihan dasar yang sesuai untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan kesadaran untuk mengurangi resiko.

7. Megurangi resiko dengan penggunaan alat pelindung diri. Hal ini

dilakukan sebagai upaya terakhir dalam mengatasi masalah keselamatan

dan kesehatan kerja. Dengan penggunaan alat pelindung diri dapat

mengurangi keparahan dari resiko yang tertinggal atau terkecil. (PT

Pamapersada Nusantara, 2002).

PT Pamapersada Nusantara memberikan APD secara cuma–cuma kepada

seluruh tenaga kerja yang disesuaikan dengan tingkat dan jenis bahaya yang

dihadapi. Hal ini telah sesuai dengan Undang–undang No.1 Tahun 1970 tentang

keselamatan kerja pasal 14 c yang menyebutkan bahwa ”Pengurus diwajibkan

lxxi
menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan

pada tenaga kerja” .

Pemasangan rambu – rambu dan poster – poster K3 di jalan – jalan

tambang, di office, area tambang, workshop, dan area diluar tambang telah sesuai

dengan Undang – undang No. 1 Tahun 1970 pasal 14 ayat 2 tentang keselamatan

kerja yang menyebutkan bahwa ”Memasang dalam tempat kerja yang

dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan

pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut

petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja”.

Pengemudi di lokasi tambang harus mempunyai SIMPER yang merupakan

kartu identitas diri, ijin masuk lokasi tambang dan surat ijin mengemudi di lokasi

tambang. Hal ini memperlihatkan bahwa tidak semua orang boleh memasuki area

pertambangan dan mengoperasikan alat – alat transportasi di area pertambangan.

Untuk memperoleh ijin ini harus melalui tes baik teori maupun praktek yang

didalamnya terdapat materi tentang keselamatan kerja, sehingga diharapkan para

pengemudi mengetahui aturan tentang keselamtan dan kesehatan kerja. Tes yang

dilakukan meliputi tata cara mengemudikan kendaraan dan lalu-lintas pada

umumnya, lalu-lintas tambang, rambu – rambu dan aturan keselamatan kerja

secara umum.

Program – program keselamatan kerja yang diadakan oleh PT.

Pamapersada Nusantara juga meliputi usaha – usaha pencegahan terhadap

terjadinya kebakaran. Tindakan – tindakan yang berpotensi menimbulkan

lxxii
terjadinya kebakaran harus direduksi dan jika memungkinkan dihilangkan sama

sekali.

Setiap kecelakaan yang terjadi telah dilaporkan melalui tindakan

emergency response yaitu suatu tindakan yang diperlukan bila terjadi suatu

kecelakaan, baik yang mengakibatkan luka pada manusia mupun kerusakan

terhadap harta benda dan peralatan. Adanya pelaporan berarti telah sesuai dengan

pasal 11 ayat 1 Undang – undang No. 1 Tahun 1970 bahwa, ”Pengurus

berkewajiban melaporkan setiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja”.

Dalam hal ini penanganan bahaya kebakaran diperlukan peran aktif dari

seluruh tenaga kerja. PT. Pamapersada Nusantara sendiri telah mengupayakan

dengan memberikan pelatihan pemadaman kebakaran kepada tenaga kerja

sehingga diharapkan mereka mampu menggunakan APAR (Alat Pemadam Api

Ringan) serta mampu melakukan tindakan pemadaman dini secara benar dan tidak

membahayakan diri mereka bila terjadi kebakaran. Hal ini telah sesuai dengan

Keputusan Menteri Pertambangan dan energi No. 555/26/MPE/1995 Tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum pasal 103 ayat 1 yaitu,

”Pekerja yang melihat adanya kebakaran disekitarnya harus segera mengambil

tindakan memadamkan kebakaran tersebut.

J. Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Secara keseluruhan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja, yang

dilakukan telah berjalan dengan baik. Pada dasarnya pembinaan keselamatan dan

kesehatan kerja yang dilakukan bertujuan untuk menggugah dan meningkatkan

lxxiii
kesadaran karyawan akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja didalam

melakukan suatu pekerjaan.

Dengan telah dilakukanya pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja

oleh pihak manajemen PT Pamapersada Nusantara kepada seluruh karyawannya,

berarti telah sesuai dengan Undang – undang No. 1 Tahun 1970 pasal 9 Tentang

pembinaan tenaga kerja.

K. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Secara umum pengelolaan administrasi keselamatan dan kesehatan kerja

yang dilakukan PT. Pamapersada Nusantara telah berjalan cukup baik akan tetapi

masih perlu diperbaiki dalam hal kerapiannya. Dengan adanya administrasi

keselamatan dan kesehatan kerja berarti telah memenuhi Permenaker No.

05/MEN/1996 lampiran I.3.2.5 yang menyatakan bahwa pencatatan merupakan

sarana bagi perusahaan untuk menunjukkan kesesuaian penerapan sistem

manajemen K3.

L. Investigasi dan Anaisa Kecelakaan

PT. Pamapersada Nusantara telah melakukan investigasi kecelakaan

terhadap setiap kecelakaan yang terjadi dengan membentuk sebuah tim

penyelidik. Penyelidikan kecelakaan dilakukan sesegera mungkin setelah

kecelakaan terjadi, hal ini dimaksudkan untuk menghindari timbulnya kondisi

lingkungan yang berubah serta keakuratan data baik dari saksi maupun dari

korban.

lxxiv
Setiap satu bulan sekali data yang ada disusun dalam suatu laporan untuk

dianalisa dan dibandingkan dengan analisa kecelakaan bulan sebelumnya. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui keadaan kecelakaan apakah naik, tetap atau turun.

Sehingga dapat dijadikan parameter tingkat efektifitas manajemen dalam menekan

terjadinya kecelakaan. Catatan hasil investigasi yang telah dilakukan terhadap

semua kecelakaan dicatat dalam ”Buku Catatan Insiden”. Dengan telah

dilakukannya penyelidikan dan pelaporan terhadap setiap kecelakaan, berarti telah

memenuhi Permenaker No. 5/MEN/1996 lampiran II. 8.3 yang menyatakan

bahwa perusahaan harus mempunyai prosedur penyelidikan kecelakaan dan

penyakit akibat kerja.

M. Audit

Dengan telah dilaksanakan audit tentang keselamatan dan kesehatan kerja

di PT. Pamapersada Nusantara berarti telah sesuai dengan Peraturan Menteri

Tenaga Kerja No. KEP. 19/M/BW/1997 Tentang Pelaksanaan Audit Sistem

Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dan juga telah sesuai dengan Permenaker No.

05/MEN/1996 lampiran I 4.2 yang menyatakan bahwa, ”Audit Sistem Manajemen

Keselamtan dan Kesehatan Kerja harus dilakukan secara berkala untuk

mengetahui keefektifan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja”.

BAB V

lxxv
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi, pengamatan, pengukuran, wawancara, dan

analisa data yang penulis lakukan maka penulis dapat mengambil kesimpulan

mengenai pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Pamapersada

Nusantara jobsite Adaro yaitu:

1. Berdasarkan penambangan yang dilakukan oleh PT. Pamapersada

Nusantara terdapat potensi bahaya yang tinggi dan untuk mengatasi hal

tersebut PT. Pamapersada Nusantara telah mengeluarkan kebijakan khusus

mengenai kesehatan dan keselamatan kerja serta menyusun IBPR

(Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko) yang sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku.

2. Telah disusun organisasi keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan

yaang ikut yang menentukan dalam setiap pengambilan keputusan dan

telah sesuai dengan peraturan perundangan.

3. Telah disusun suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja dan dapat

diaplikasikan dengan baik dan telah sesuai dengan peraturan perundangan.

4. Telah dilakukan pengukuran higiene perusahaan khususnya masalah

kebisingan, pencahayaan, dan tekanan panas. Dan dari hasil pengukuran

ditemukan ada beberapa hal yang masih belum memenuhi standart,

diantaranya pada penerangan yang masih kurang, tekanan panas yang

lxxvi
suhunya masih melebihi nilai kenyamanan, dan juga kebisingan yang

masih ada beberapa tempat yang intensitas kebisingannya melebihi nilai

ambang batas.

5. Telah disusun dan dijalankan program inspeksi keselamatan kerja.

6. Pelayanan dan kesehatan pemenuhan gizi kerja yang diberikan pada

tenaga kerjanya sudah baik dan telah sesuai dengan peraturan

perundangan.

7. Desain pertambangan telah mempertahankan aspek – aspek keselamatan

dan kesehatan kerja.

8. Telah dilakukan pembinaan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja

kepada seluruh karyawan dan telah memenuhi peraturan peraturan

perundangan yang berlaku.

9. Telah disusun sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang baik yang

sesuai dengan perundang – undangan.

10. Telah dilakukan penyelidikan dan pelaporan dari setiap kejadian

kecelakaan yang terjadi dan telah memenuhi peraturan perundangan yang

berlaku.

11. Telah dilakukan kegiatan administrasi keselamatan dan kesehatan kerja

akan tetapi masih perlu dilakukan perbaikan mengenai kerapiannya.

12. Telah dilakukan audit keselamatan dan kesehatan kerja baik dari internal

maupun eksternal perusahaan dan telah memenuhi peraturan perundangan.

lxxvii
B. Saran

Dari hal – hal yang penulis sampaikan diatas maka, secara umum penulis

dapat memberikan saran yang berkaitan dengan pengelolaan keselamatan dan

kesehatan kerja sebagai berikut:

1. Mempertahankan dan tetap meningkatkan penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk dapat mewujudkan visi

perusahaan yaitu untuk menjadi ” A world leader mining contractor with

the best pressent “(Productivity, engineering, safety and environment).

2. Perlunya peningkatan konsisten dan komitmen yang kuat pada pihak

manjemen terhadap implementasi PSMS (Pama Safety Management

System)

3. Mengefektifkan safety reinduction dengan cara penggantian soal-soal

induksi sehingga selalu up to date sehingga tenaga kerja selalu mempunyai

kesadaran K3 yang tinggi.

4. Untuk area-area yang intensitas kebisingan > 85 dBA, perlu diadakan

upaya pengendalian, diantaranya :

a) Pengadaan ruang kontrol pada bagian tertentu (misalnya : bagian

generator dan compresor.

b) Pengaturan jam kerja, disesuaikan NAB yang ada.

c) Pengadaan Alat Pelindung Telinga (earplug dan earmuff) secara

berkesinambungan.

5. Penyediaan air minum yang cukup pada tempat – tempat yang mempunyai

tekanan panas melebihi NAB.

lxxviii
6. Penambahan artificial ventilation yang ada agar panas yang tinggi dapat

dikendalikan.

7. Penempatan tower lamp di lapangan harus sesuai dengan standar yang

telah ditentukan, yaitu dengan ketinggian tower lamp +/- 7 M dengan

sudut kemiringan 30° - 60°, jumlah lampu  6, jenis lampu Halogen atau

Mercury 1000 - 1500 Watt, dan arah sinar ke obyek yang paling bagus dari

atas atau samping, tidak dianjurkan searah atau berlawanan karena

menimbulkan kesilauan atau bayangan.

8. Penambahan reflaktan pada titik – titik lampu yang belum ada

reflaktannya sehingga penerangan yang dibutuhkan dapat terpenuhi.

9. Pemberian training tentang K3 dan materi yang berkaitan kepada tenaga

kerja secara berkala sehingga kemampuan tenaga kerja untuk membaca

lokasi dan bahaya serta kesiapsiagaan dalam keadaan darurat selalu

terasah dan semakin ahli.

10. Meningkatkan penerapan 5 R (Rapi, Rawat, Rajin, Resik, dan Ringkas)

pada setiap bagian departemen.

11. Lebih menerapkan dan meningkatkan penerapan house keeping di

lingkungan office, workshop dan ware house sehingga pekerjaan dapat

berjalan dengan lancar dan efisiensi waktu

lxxix
DAFTAR PUSTAKA

American Conference of Govermental Industrial Hygienists, 1995. Threshold Limit


Values and Biological Exposure Indices, ACGIH. Cincinnati, USA.

Barbara Skurr, 1993. Audiometri klinis, Kumpulan Kuliah, LAB/UPF THT Fakultas
Kedokteran UNPAD/RS DR. Hasan Sadikin , Bandung.

Bennett Silalahi dan Rumondang S, 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Buchari, 2007. Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan dalam Keselamatan dan


Kesehatan Kerja, Balai Pelayanan Ergonomi, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja,Yogyakarta

Budiono, dkk, 2003. Bunga Rampai Hiperkes & KK. Badan penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.

Bunandir, 1992. Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan dalam Keselamatan dan


Kesehatan Kerja, Balai Pelayanan Ergonomi, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja,Yogyakarta.

Chadwick, 1977 dalam, Hardjanto, Ms., dkk, 1997. Laporan Bantuan Pelaksanaan
Penelitian “Pengaruh Faktor – Faktor Eksternal terhadap Gangguan
Pendengaran pada Frekuensi 500, 1000, dan 2000 Hz pada Tenaga Kerja yang
Terpapar Bising”, Fakultas Kedokteran Program DIII Hiperkes dan Keselamatan
Kerja Universitas sebelas Maret Surakarta.

Depnaker RI, 2001. Himpunan Bahan Sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan


Penyelenggaraan Program Jamsostek, Depnaker RI, Semarang.

Emil Salim, 2002. Green Company. Pedoman Pengelolaan Lingkungan, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, PT. Astra International Tbk, Jakarta.

Habsary, 2003. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Bina Sumber
Daya Manusia, Jakarta.

lxxx
Hardjanto, Ms., dkk, 1997. Laporan Bantuan Pelaksanaan Penelitian “Pengaruh Faktor –
Faktor Eksternal terhadap Gangguan Pendengaran pada Frekuensi 500, 1000,
dan 2000 Hz pada Tenaga Kerja yang Terpapar Bising”, Fakultas Kedokteran
Program DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas sebelas Maret
Surakarta.

NIOSH (1998). Criteria for a Recommended Standard: Occupational Noise Exposure


Revised Criteria 1998, U.S. Department of Health and Human Services, Public
Health Service, Centers for Disease Control and Prevention, National Institute
for Occupational Safety and Health, Cincinnati, Ohio.

Rambe, 2003. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Bina
SDM.

Singgih Santoso, 2004. SPSS Versi 10. Mengolah Data Statistik Secara Profesional, PT.
Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.

Sugiyono, 2002. Statistika untuk Penelitian, CV. Alfabeta, Bandung.

Sutrisno Hadi, 2000. Statistik, Jilid 2, Andi, Yogyakarta.

Suharsini Arikunto, 1998. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV,
Rineka Cipta, Jakarta.

Suma’mur P.K., 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, CV. Gunung Agung,
Jakarta.

Suma’mur P.K., 1996. Keselamatan dan Pencegahan Kecelakaan , CV. Gunung Agung,
Jakarta.

Suma’mur P.K, 2009, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : PT. Toko
Gunung Agung.

Sumakun, 1989. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001. Ramat K5 (Ketertiban,


Keselamatan, Kesehatan dan Kelestarian), Humas PT. Arun NGL, Lhokseumawe.

lxxxi
Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Bina
Sumber Daya Manusia, Jakarta.

Tarwaka, dkk, 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas,
UNIBA PRESS, Surakarta.

U.S Department of Health and Human Services, 1998. Occupational Noise


Exposure, NIOSH, Cincinnati, Ohio.

lxxxii

Anda mungkin juga menyukai