Buku Keislaman
Buku Keislaman
Buku Keislaman
i
PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi Rabbil ’Aalamiin kami panjatkan kehadirat Allah
SWT., atas limpahan Rahmad, Hidayah dan Maunah-Nya sehingga dapat
mengemban amanah menyediakan buku penunjang kegiatan Pengembangan
Kepribadian dan Kepemimpinan. Akhirnya penyusunan buku panduan dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan.
Buku ini disusun sebagai materi penunjang pelaksanaan kegiatan
Program Pembentukan Kepribadian dan Kepemimpinan (P2KK).
Penyelenggara program ini ialah Unit Pelaksana Teknis Program
Pembentukan Kepribadian dan Kepempinan (UPT P2KK). Program ini
diperuntukkan bagi semua mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah
Malang khususnya program Strata Satu. P2KK dilaksanakan selama enam
hari dengan tujuan untuk mempercepat proses adaptasi mahasiswa baru
dengan dunia perguruan tinggi, memberikan dasar-dasar keislaman dalam
pandangan Muhammadiyah, yaitu Islam wasathiyah (moderat), serta
membentuk kepribadian, dan mengembangkan potensi kepemimpinannya.
P2KK juga dimaksudkan sebagai pengambangan soft skill mahasiswa baru.
Materi dalam buku ini sengaja dipilih berdasarkan problem-problem
yang sering dihadapi oleh mahasiswa, khususnya yang berhubungan dengan
persoalan ibadah dan nilai-nilai keislaman sehari-hari yang dialami
mahasiswa. Persoalan-persoalan kepribadian baik yang bersifat
intarapersonal mapun interpersonal mereka. Peroslan kepemimpinan adalah
satu materi pokok dalam P2KK, dengan diperkenalkan kepemimpinan
profetik, serta aspek-aspek yang menunjang kecakapan peserta dalam
kepemimpinan, seperti negosiasi, dan resolosi konflik.
Melalui buku panduan keislaman, keperibadian dan kepemimpinan
diharapkan seluruh mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Malang
mendapatkan bekal teori dan praktek untuk membentuk dirinya menjadi
pribadi-pribadi yang aktif, kreatif dan mandiri sehingga mereka menjadi
pribadi-pribadi dan contoh pemimpin yang unggul, kreatif dalam
membangun masa depan bangsa yang lebih baik.
Akhirnya, UPT P2KK mengharapkan saran dan kritik untuk
menyempurnakan materi dalam buku P2KK ini. Semoga buku ini
bermanfaat untuk turut ambil bagian dalam menyiapkan generasi yang
berprestasi dan diridlai oleh Allah SWT. Amin Yaa Robbal “Aalamiin….
ii
TERM OF REFERENCE P2KK
A. Sejarah Singkat
Universitas Muhammadiyah Malang sebagai sebuah lembaga
pendidikan yang telah memberikan kontribusi dalam membangun
bangsa melalui pembangunan sumber daya manusia, khususnya peserta
didik di jenjang perguruan tinggi perlu terus berkreasi dalam
mengembangkan program pendidikan yang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan masyarakat. Salah satu tuntutan kebutuhan masyarakat adalah
program character building bagi mahasiwa, sebagai upaya
meningkatkan kualitas personal anak bangsa sehingga mampu berbuat
lebih baik dalam membangun masyarakat sesuai dengan semboyan
Universitas Muhammadiyah Malang “Dari Muhammadiyah Untuk
Bangsa”.
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang secara empirik
berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia yang tentunya
memiliki perbedaan budaya, status sosial, tata nilai, kemampuan
personal (intelektual, mental dan social) serta pemahaman agama.
Perbedaan ini apabila tidak dikelola dengan baik sejak awal dapat
menjadi faktor penghambat bagi keberlangsungan proses belajar di
perguruan tinggi. Di samping itu adanya perbedaan potensi (bakat dan
minat) serta prestasi dapat juga menciptakan kesenjangan antar
mahasiswa, sehingga perlu difasilitasi dengan kegiatan yang dapat
mensinergikan antara peluang yang telah diciptakan oleh universitas
dengan potensi mahasiswa.
Kegiatan Program Pembentukan Kepribadian dan Kepemimpinan
(P2KK) merupakan kegiatan pembentukan karakter yang diberikan
kepada seluruh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang.
Kegiatan ini hadir dalam rangka menjawab kebutuhan tentang
pentingnya kualitas personal yang harus dimiliki oleh mahasiswa dan
lulusan perguruan tinggi. Program Pembentukan Kepribadian dan
Kepemimpinan (P2KK) yang menjadi icon Universitas Muhammadiyah
Malang merupakan sinergi antar berbagai bidang untuk melakukan
program peningkatan mutu lulusan di Universitas Muhammadiyah
Malang melalui kegiatan akademik dan non akademik.
Kegiatan P2KK yang dikhususkan untuk mahasiswa baru
merupakan program konversi untuk mata kuliah AIK 1 (Al Islam dan
Kemuhammadiyah 1) yang biasanya menggunakan system kelas
(perkuliahan selama 1 semester). Di samping itu program ini juga
memadukan kegiatan pelatihan soft skill bagi mahasiswa baru untuk
memberikan bekal dalam menjalani aktivitas belajar di kampus serta
mengenalkan budaya belajar di perguruan tinggi, sehingga setiap
iii
mahasiswa baru dapat segera menyesuaikan diri dengan seluruh rutinitas
kegiatan belajar dan aktivitas non akademik di kampus.
Kegiatan P2KK telah berlangsung sejak tahun 2004 dan telah
mengalami beberapa perubahan dan penyempurnaan, baik dalam bentuk
desain kegiatannya maupun teknis pelaksanaannya. Dalam proses
kegiatannya, seluruh peserta P2KK diwajibkan menginap selama
kegiatan berlangsung (sistem asrama) dan melaksanakan seluruh agenda
kegiatan yang telah ditetapkan dengan didampingi trainer dan co -
trainer terlatih sesuai dengan bidang keahliannya.
B. Dasar Pemikiran
1. Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu perguruan
tinggi Muhammadiyah yang berasaskan ke - Islaman dan ke
Muhammadiyahan memiliki tanggungjawab untuk turut
menghasilkan sumber daya manusia yang berwawasan Islam,
berkepribadian mulia dan berjiwa pemimpin
2. Adanya keanekaragaman mahasiswa baru Universitas
Muhammadiyah Malang (status sosial, tata nilai, budaya,
kemampuan dasar dan kepribadian)
3. Perbedaan budaya belajar antara school children dengan university
student
4. Kebutuhan tentang kualitas personal, khususnya softskill mahasiswa
baru untuk menunjang keberhasilan belajar di perguruan tinggi dan
menghadapi kompetisi dunia kerja
C. Tujuan
1. Memberikan dasar-dasar keterampilan ibadah dan ke - Islaman
2. Menselaraskan pola pikir, sikap dan perilaku mahasiswa baru agar
sesuai dengan nilai-nilai perguruan tinggi (merubah nilai-nilai
school children menjadi university student)
3. Membekali mahasiswa baru dengan keterampilan akademik,
kepemimpinan dan pembentukan kepribadian yang sesuai dengan
nilai ke-Islaman dan ke-Muhammadiyahan
4. Mengembangkan ketrampilan soft skill mahasiswa sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja
D. Peserta Kegiatan
Peserta kegiatan P2KK adalah seluruh mahasiswa baru dan atau
mahasiswa yang belum mengikuti P2KK dengan sistem pembagian per-
angkatan, di mana setiap angkatan diikuti sekitar 300 mahasiswa yang
dibagi dalam 8 kelas.
iv
E. Waktu dan Tempat Kegiatan
Kegiatan P2KK dimulai setiap hari Senin-Sabtu sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan dan dilaksanakan di Rusunawa I Universitas
Muhammadiyah Malang Jl. Karyawiguna No. 370 Tegalgondo -
Karangploso - Malang.
v
DAFTAR ISI
PRAKATA .......................................................................................... ii
TERM OF REFERENCE P2KK ..................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................... vi
BAGIAN I (MATERI AIK I) .............................................................1
A. MENGENAL ISLAM ..............................................................2
a. What is Islam? ..........................................................................2
b. Islam sebagai Agama Rahmatan Lil ‘Alamin ........................16
c. Islam Sebagai Way Of Life .....................................................26
B. MEMBANGUN SIKAP TAUHID .........................................32
a. Mengenal Eksistensi Allah SWT. ..........................................32
b. Mengenal Keesaan Allah (Tauhidullah) ................................36
c. Mengenal Masyi’atullah SWT (Kehendak Allah) .................41
d. Mengenal Ma’iyyatullah SWT (Kebersamaan dengan Allah)
.............................................................................................................43
C. PERGAULAN SEHAT DAN ISLAMI..................................51
1. Meniti Jalan Kebenaran : Hidup Sukses Dunia Akhirat .........51
a. Beragam Jalan Hidup ..............................................................51
b. Karakteristik Jalan Hidup........................................................52
c. Jaminan Bagi Manusia Yang Mengikuti Jalan Kebenaran .....55
d. Resiko Memilih Jalan Kesesatan ............................................59
e. Islam Alternatif .......................................................................65
f. Bagaimana Menempuh Jalan Kebenaran? ...............................66
2. Membangun Hidup Sehat Serta Islami ...................................76
a. Menghindari Perilaku Konsumtif (Halal dan Haram) .............78
b. Menghindari Pergaulan bebas dan seks di luar nikah
(Pranikah) ............................................................................................80
c. Menghindari Penggunaan NAPZA (Narkotik, Alkohol,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) .................................................81
D. PAHALA DAN DOSA .............................................................84
1. Ibadah; Membangun Perilaku Positif..........................................84
a. Definisi Ibadah ............................................................................84
b. Pengaruh Positif Ibadah ..............................................................88
vi
2. DOSA: PINTU GERBANG PERILAKU NEGATIF ............94
a. Definisi Dosa ...........................................................................94
b. Pembagian Dosa: Besar dan Kecil ..........................................95
c. Cara Setan Menggoda Manusia...............................................98
d. Dampak Negatif Perbuatan Dosa ..........................................100
E. PENGUATAN IBADAH ........................................................109
1. Pengertian Ibadah......................................................................109
a. Pembagian Ibadah .....................................................................109
1. Ibadah mahdhah ........................................................................109
2. Ibadah ghairu mahdhah .............................................................110
b. Hikmah Pensyariatan Ibadah (Shalat) .......................................111
vii
BAGIAN I
(MATERI AIK I)
1
A. MENGENAL ISLAM
Pada dasarnya setiap manusia hidup tidak lepas dengan sebuah agama,
sebab agama merupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya
kekuatan ghoib dan supranatural atau disebut Tuhan dengan segala
konsekwensinya. Dengan kata lain, adanya agama untuk menjebatani
kebutuhan fitrah manusia terhadap Tuhan di dalam mencapai kebenaran,
kedamaian dan kesejahteraan yang hakiki. Begitu juga dengan Islam,
merupakan agama yang memiliki konsep Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari
sudut kitab, Islam memiliki kemurnian baik teks maupun isi kandungannya
dari zaman ke zaman, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits yang benar, dibawa dan
tercermin dalam diri Nabi Muhammad SAW. Hal ini sesuai dengan tujuan
dari lahirnya agama Islam, yaitu mewujudkan kehidupan yang damai dan
sejahtera dalam konteks Illahiyah, baik di dunia maupun di akhirat.
Terkait dengan Islam sebagai agama yang berupaya membentuk
pengikutnya yang memiliki akhlak karimah, yaitu manusia yang mempunyai
wawasan budaya lingkungan, dapat mengfungsikan nilai-nilai Islam sebagai
pedoman hidup secara cerdas dan kreatif, dapat menjadi uswah hasanah dan
secara kumulatif keberadaannya dapat memberikan kontribusi bagi
terwujudnya misi Islam sebagai rahmatan lil’alamin. Untuk itu, maka ada 3
hal yang akan dibicarakan dalam tema ini, yaitu: what is Islam, Islam
sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, Islam sebagai way of life. Selanjutnya,
ketiga tema ini akan dijabarkan sebagai berikut:
a. What is Islam?
Ada beberapa hal yang akan dibicarakan dalam bagian ini, antara lain:
1. Mengapa manusia harus beragama ?
Apabila diperhatikan sejarah kehidupan manusia dari zaman ke
zaman, maka tidak akan ada manusia yang hidup tanpa agama. Sebab,
agama merupakan aktualisasi dari kepercaaan adanya kekuatan ghoib dan
supranatural yang disebut sebagai Tuhan dengan segala konsekwensinya.
Oleh karena itu, agama dipahami sebagai seperangkat ajaran yang telah
tersistematisasi dan baku. Dan pada ranah praktis, ada upaya untuk
mengaplikasikan ajaran tersebut melalui kelembagaan dalam sistem
kepercayaan. Seperti: membangun sistem nilai, kepercayaan, upacara dan
segala bentuk aturan atau kode etik yang berusaha mengarahkan
penganutnya untuk mendapatkan rasa aman dan tentram, Abdul Madjid, dkk
(1989).
2
Bertolak pada gambaran secara umum
tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa Agama untuk
agama berada pada wilayah privatisasi menjembatani
manusia yang terkait dengan jiwanya (asal kebutuhan fitrah
mula benih agama itu tumbuh dalam
manusia terhadap
sanubarinya). Termasuk juga adanya
Tuhan di dalam
kesediaan manusia untuk menjalankan nilai-
mencapai kebenaran,
nilai agama, yang pada dasarnya merupakan
pengembangan dari benih agama yang telah kedamaian dan
ditanamkan ke dalam jiwanya sebelum dia kesejahteraan yang
lahir. Menyangkut persoalan benih agama, hakiki
ada yang berpendapat dimulai dari rasa
takut, yang selanjutnya termanifestasi dalam bentuk pemberian sesajen pada
sesuatu yang diyakini memiliki kekuatan yang menakutkan. Walhasil, rasa
takut merupakan salah satu pendorong utama tumbuh suburnya rasa
keagamaan, meskipun pendapat ini banyak ditolak oleh para pakar.
Sedangkan menurut pakar Islam, bahwa benih agama muncul dari
penemuan manusia terhadap: (a) Kebenaran ciptaan Allah yang terbentang
di alam raya dan diri manusia. (b) Keindahan pada bintang yang
gemerlapan, bunga yang mekar dan alam raya yang terbentang luas dengan
aneka ragam tanaman maupun binatang. (c) Kebaikan pada angin sepoi
yang menyehatkan tubuh ketika merasakan gerah kepanasan, atau yang sejuk
ketika seseorang merasakan kehausan, Shihab, M. Quraisy (1998). Ketiga
hal ini selanjutnya melahirkan kesucian, dan itu dimiliki oleh manusia.
Selanjutnya manusia yang memiliki naluri ingin tahu, dan tetap berupaya
mendapatkan sesuatu yang paling indah, benar dan baik melalui panca
inderanya. Disinilah letak jiwa dan akalnya dalam rangka mengantarkan
untuk bertemu dengan Sang Maha Suci, dan berupaya untuk berhubungan
dengan-Nya, bahkan berupaya mencontoh sifat-sifat-Nya. Dari sini agama
lahir, bahkan proses beragamapun terjadi, sebagai upaya manusia untuk
mencontoh sifat-sifat Yang Maha Suci.
2. Agama mana yang harus diikuti oleh manusia ?
Apabila diperhatikan beberapa isi buku perbandingan agama, maka
setiap pemeluk suatu agama akan mengatakan bahwa agama yang dipeluk
yang paling benar. Sedangkan bagi seseorang yang kurang memperdulikan
agamanya akan mengatakan semua agama sama, sama baiknya atau sama
jeleknya. Jawaban ini nampaknya seiring dengan manusia diberi kebebasan
untuk memilih agama, termasuk tidak beragama. Mengingat, Allah hanya
3
menuntut tanggungjawab atas
pilihannya, dan tidak seorangpun Dilihat dari sumbernya maka
berhak memaksakan kehendaknya agama dikelompokkan
untuk memeluk suatu agama tertentu menjadi 2 yaitu agama
(baca kisah Nabi Nuh yang tidak samawi dan agama ardhi
bisa mengislamkan istri dan anaknya
dan Nabi Muhammad tidak bisa
mengislamkan pamannya*). Meskipun demikian, seseorang tidak dapat
memungkiri bahwa Allah telah memberikan seperangkat potensi yang harus
dilakukan dan dimaksimalkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
masing-masing dengan tidak menyalahi norma dan aturan untuk dapat
berhubungan dengan kekuatan ghaib dan supranatural. Oleh karena itu,
yang harus dilakukan oleh setiap orang adalah berkewajiban untuk
mengikuti salah satu ajaran agama, berusaha dan bekerja, serta berdoa
dengan sungguh-sungguh untuk berhubungan dengan Tuhannya. Dengan
demikian, manusia diwajibkan untuk menentukan salah satu agama yang
dipercayai, dan dilanjutkan dengan melakukan serangkaian aktivitas yang
terkandung dalam ajaran kitabnya untuk berhubungan dengan Tuhannya
juga berhubungan dengan antara sesama manusia.
Ditinjau dari sumbernya, agama yang dipeluk oleh manusia dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu agama samawi dan ardhi. Agama
samawi disebut juga dengan agama langit, agama wahyu, agama profetis,
revealid religion, Din as-Samawi, yaitu agama yang diwahyukan Allah
kepada manusia melalui para Nabi/Rasul-Nya. Sedangkan agama ardhi
disebut dengan agama budaya, agama filsafat, agama bumi, agama ra’yun,
natural relegion, non-revealed relegion, Din at-Thabi’i, yaitu agama ciptaan
manusia sendiri, (Anshori, Endang Syaifuddin, 1986). Diantara contoh
agama samawi adalah agama Yahudi asli, agama Nasrani asli dan agama
Islam. Sedangkan contoh agama ardhi adalah agama Hindu, Budha, Kong
Hu Cu, Shinto, termasuk aliran kepercayaan. Menurut pandangan Islam, baik
agama Yahudi asli maupun Nasrani asli merupakan agama samawi.
Mengingat kedua agama ini termaktub dalam bentuknya yang murni dan
menurut al-Qur’an adalah agama Islam juga, bahkan menurut al-Qur’an (QS.
Ali Imran : 67)semua agama yang dianut oleh para Nabi/Rasul adalah agama
Islam. (Anshori, Endang Syaifuddin 1986).
Selanjutnya, agama mana yang harus diikuti oleh seseorang? apakah
agama samawi atau ardhi? Untuk menjawab pada dua pilihan agama yang
harus diikuti ini memang tidak semudah membalikkan tangan, dan juga tidak
4
semudah mendengarkan ceramah maupun khotbah dari siapapun yang
menyampaikan, selanjutnya mengikutinya tanpa alasan yang jelas dan benar.
Akan tetapi perlu sekali seseorang untuk melakukan perenungan terhadap
apa yang telah didengar, membaca beberapa buku atau leteratur yang
dianggap dapat membantu membawa pada pencerahan dalam berfikir,
berdialog kepada orang-orang yang dianggap mampu dalam hal ini, bahkan
membaca fenomena alam pun sangat diperlukan, sehingga seseorang tidak
terjebak untuk sekedar mengikutinya tanpa memahami substansi isi atau
ajaran yang dibawa oleh masing-masing agama tersebut. Dengan demikian,
yang harus dilakukan oleh seseorang adalah mempertimbangan lahirnya
agama dan proses perjalanan manusia yang gagal mencari kedamaian atau
kebenaran yang hakiki melalui inderanya dan isi kitabnya lebih
dikedepankan. Sesudah itu berfikir pada keberadaan masing-masing agama
samawi atau agama ardhi pada ranah implementasi pada kehidupan sehari-
hari, sehingga ajaran agama yang diikuti dapat menghasilkan suatu karya
atau budaya tertentu yang mencerminkan ajaran agama yang
dibudayakannya.
Adapun alasan seseorang memilih dan mengikuti agama samawi
adalah: (1) Agama samawi sebagai agama wahyu yang datangnya dari Allah
yang disampaikan kepada manusia melalui utusan-Nya. (2) Agama wahyu
pada dasarnya merupakan sifat Rahman dan Rahim Allah kepada manusia,
agar manusia dapat selamat dan hidup sejahtera di dunia dan di akhirat. (3)
Setiap manusia ingin hidup selamat dan sejahtera di dunia-akhirat, maka
diharuskan berpedoman pada agama wahyu. Sedangkan alasan seseorang
memilih dan mengikuti agama ardhi adalah (1) Secara fitrah manusia
bertuhan, hati nuraninya tidak pernah bohong itu mengatakan bahwa ada
kekuatan gaib dan supranatural yang menciptakan, mengatur dan menguasai
alam ini, termasuk menguasai manusia. (2) Dialah sebenarnya yang dapat
memenuhi segala kebutuhan apa yang diinginkan. (3) Dialah tempat
mengadu dari berbagai persoalan hidup, perasaan takut dan cemas, juga
perasaan tidak menentu. (4) Agar semua keinginannya dapat terpenuhi, maka
manusia harus mengadakan hubungan dengan kekuatan ghaib dan
supranatural dengan berbagai cara, sesuai dengan pemahamannya terhadap
kekuatan ghaib. (5) Cara mengadakan hubungan dengan kekuatan ghaib ini
diwariskan secara turun temurun, selanjutnya disakralkan dan dilembagakan,
Madjid, Abdul, dkk (1989).
3. Mengapa saya memilih Islam?
5
Ada beberapa alasan mengapa manusia memilih agama Islam sebagai agama
yang diikutinya, antara lain:
a. Fitrah Manusia
Setiap manusia dilahirkan telah dianugerahi oleh Allah yang bernama
fitrah (kesucian), maksudnya setiap manusia memiliki sifat-sifat yang baik,
sifat-sifat ketuhanan dan beragama. Sebagaimana sabda Nabi :
صَرانِِه َوُيَُ ِج َسانِِه
ِ َود إِاَّل يولَ ُد علَى الْ ِفطْرةِ فَأَب واه ي ه ِودانِِه وي ن
ُ َ َ َ ُ ُ ََ َ َ ُ
ٍ ُما ِمن مول
َْ ْ َ
Artinya: “Tidak ada seorang anak pun yang dilahirkan, kecuali dilahirkan
dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya
Yahudi atau Nasrani atau Majusi”. (H.R. Muslim dan Abu Hurairah). Juga
firman Allah S.Ar-Rum ayat 30,
ۚ ٱَّللِ ٱلاِِت فطَر ٱلنااس علَ ۡي ه ۚا ََّل ت ۡب ِديل ِل ۡل ِق ا
ِٱَّلل ا ت ر
ِۡ ۚ
طف ا ٗ يف ِلدي ِن حنِ ِفَأَقِ ۡم و ۡجهك ل
َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
ۡ ۡ ِ َٰ ِ ۡ ِ ِ َٰ
ِ ين ٱل َقي ُم َولَك ان أَكثَ َر ٱلن
٣٠ ااس ََّل يَعلَ ُمو َن ُ ك ٱلد
َ َذل
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum: 30).
Kata fitrah dalam Qur’an dan hadits tersebut menunjukkan pengertian
bertuhan atau beragama Islam. Hal ini dipertegas dengan ujung hadits yang
mengatakan “kedua orang tualah yang menjadikan anaknya beragama
Yahudi atau Nasrani atau Majusi”. Dengan demikian, setiap manusia
dilahirkan telah beragama Islam. Hal ini sesuai dengan hasil dialog antara
Allah dengan semua roh manusia, mulai roh manusia pertama yang
dilahirkan hingga roh manusia terakhir dilahirkan sebelum diciptakan
jasadnya. Dimana, Allah meminta kesaksian kepada roh-roh manusia ketika
di alam arwah dahulu. Dan semua roh manusia sudah sama-sama
memberikan kesaksiannya, bahwa Allah adalah Tuhannya. Kesaksian dan
pengakuan roh-roh semacam ini dapat dibaca di dalam QS. Al A’raf ayat
172.
ۡۖ ۡ ۡ ۡ ۡ
ت بَِربِ ُك ۡم ۡ ۡ ِ ِۡ ِ
ُ ِن ءَ َاد َم من ظُ ُهوِرهم ذُ ِرياتَ ُهم َوأَش َه َد ُهم َعلَ َٰٓى أَن ُفس ِهم أَلَس ِٓ َك ِم ۢن ب َ َوإِذ أ
َ َُّخ َذ َرب
١٧٢ ني ِقَالُواْ ب لَى َش ِه ۡد َۚنٓ أَن تَ ُقولُواْ ي ۡوم ۡٱل ِقيَٰم ِة إِ ان ُكناا ع ۡن َٰه َذا ََٰغ ِفل
َ َ َ ََ َ َ َٰ َ
Artinya: “ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-
anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami
6
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)", (QS. Al-A’rof : 172).
Ada dua alasan mengapa Allah meminta kesaksian dalam ayat di atas,
lebih dahulu terhadap roh-roh atas dirinya sebelum manusia diciptakan,
yaitu: (1) Agar manusia tidak beralasan lupa, karena roh yang suci itu tidak
dapat lupa. (2) Agar manusia tidak melemparkan kesalahan kepada nenek
moyangnya yang telah mempersekutukan Allah dengan Tuhan lain.
b. Firman Allah QS.Ali Imran ayat 19 dan 85,
ب إِاَّل ِم ۢن بَ ۡع ِد َما َجآءَ ُه ُم َِٱختَ لَف ٱلا ِذين أُوتُواْ ۡٱلك
َٰ ۡ ٱۡل ۡس َٰل ُۗم وما
ِ
ۡ ِ ِ ِ ِ
ت
َ ۡ َ َ َ َ ُ ۡ ٱَّلل
َ ين عن َد ا َ إ ۡ ان ۡ ٱلد
ِ ٱَّلل س ِريع ٱۡلِس ِ َِٰت اِ ٱلعِلم ب ۡغيا ب ۡي نَ ه ُۡۗم ومن يك ُف ۡر ِِبَي
١٩ اب َ ُ َ َٱَّلل فَإ ان ا َ َ ََ ُ َ ً َ ُ
Artinya :“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.
tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah
datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di
antara mereka. Barangsiapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah Maka
Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (QS. Ali Imran: 19).
Menurut Ibn Katsir dalam memberikan penafsiran ayat ini
mengandung pesan dari Allah bahwa tiada agama seseorang yang diterima
disisi-Nya kecuali Islam, dengan mengikuti ajaran yang disampaikan oleh
Nabi Muhammad SAW. sebagai nabi terakhir. Oleh karena itu, telah tertutup
semua jalan menuju Allah kecuali jalan dari arah beliau, sehingga siapapun
menemui (menyembah) Allah setelah diutusnya Muhammad SAW. dengan
menganut suatu agama selain syaria’at yang beliau sampaikan, maka tidak
diterima-Nya. Selanjutnya, bagaimana kalau ada umatnya yang mengikuti
ajaran selain Islam, sehingga terjadi perselesihan dalam menjalan ajaran
agamanya? Mereka berselisih karena kedengkiannya (kata baghyan) baik
ucapan maupun perbuatan yang dilakukannya untuk tujuan mencabut nikmat
yang dianugerahkan Allah kepada pihak lain, disebabkan rasa iri hati
terhadap pemilik nikmat itu, Shihab, M.Quraish,Volume 2 (2006).
ِ َٱل ۡ ِ ِ ۡ ِۡ ۡ ۡ ۡ ۡ
ِ ٱۡل ۡس َٰلَِم
٨٥ ينِ
ر س َٰ نم ِ
ةرخٓٱۡل ِ
ِف وهُ و ه
ُ ن م لب ق ي نل
َ ف
َ ا ٗ ين د ِ َوَمن يَب تَ ِغ َغي َر
َ َ َ َ َ ََ ُ
Artinya : “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-
kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat
Termasuk orang-orang yang rugi”. (QS. Ali Imran: 85).
Ayat ini menjelaskan sangsi bagi seseorang yang mengikuti agama
selain Islam dan berakibat pada kepatuhannya menyembah selain Allah,
maka sangsinya ketika di dunia berupa (falan yuqbala, artinya sekali-kali
7
tidak akan diterima) semua amal perbuatannya sewaktu di dunia akan sia-sia
atau terhapus, seperti: ketaatan dan keimanannya pada Tuhannya, juga
mempercayai, mengikuti, mendukung, tunduk dan patuh pada ketentuan
yang ditetapkan dalam kitabnya. Sedangkan sanksi ukhrowi (wahuwa fil
akhirati minal khaasirin, artinya dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi) memperoleh kerugian yang amat besar, karena sewaktu dunia patuh
selain Allah hingga kematiannya, maka semua amal perbuatannya tidak
diterima oleh Allah walaupun amalan itu baik dan bermanfaat bagi manusia.
Hal ini diperkuat dengan sabda Nabi: ”Siapa yang mengamalkan satu amalan
yang tidak berdasarkan ketetapan Allah yang ditetapkan-Nya, maka amalan
itu tertolak”, Shihab, M.Quraish,Volume 2 (2006). Oleh karena itu, boleh
jadi di dunia (dengan ukuran dunia) dia tidak rugi karena mendapat nama
baik atau kedudukan yang tinggi, namun di akhirat pasti rugi dan celaka.
Sedangkan ayat lain yang mengungkap tentang kebenaran agama Islam
sebagai satu-satunya agama yang diterima oleh Allah terdapat dalam: S.Al
Maidah ayat 3, Al An’am ayat 125, Az Zumar ayat 22 dan S.Ash Shaff ayat
7.
c. Pengakuan Fir’aun
Pengakuan Fir’aun yang mengaku dirinya sebagai Tuhan ketika akan
mati dengan tenggelam di laut merah sewaktu mengejar Nabi Musa beserta
kaumnya, pengakuan ini telah diabadikan dalam firman-Nya QS.Yunus ayat
16
tahun ketujuh hijrah), beliau membunuh para musuh yang sudah
mengucapkan dua kalimat syahadat. Kejadian ini dilaporkan kepada
Rasulullah, maka segera Rasulullah menegur Khalid. Khalid menjawab: ya
Rasulullah, mereka mengucapkan syahadataini itu semata-mata takut kepada
pedangku, bukan karena beriman kepada Allah dan kerasulanmu?.
Rasulullah menjawab: bagaimana kamu bisa membaca hati orang?. Merujuk
pada hasil dialog ini, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa setiap orang
yang sudah mengucapkan syahadataini wajib diperlakukan sebagai seorang
muslim, karena kita tidak mungkin mengetahui hati orang lain.
Bertolak pada kasus ini bila dikaitkan dengan apa yang dilakukan oleh
petugas KUA ketika akan menikahkan seorang laki-laki dengan seorang
perempuan yang muslimah, maka laki-laki itu harus mengucapkan
syahadataini terlebih dahulu sebelum mengucapkan aqad nikah. Hal ini
dilakukan semata-mata untuk meyakinkan dirinya, bahwa ia tidak
menikahkan seorang muslimah dengan seorang pria yang bukan muslim.
Dengan demikian, ucapan syahadataini sebagai pernyataan keislaman
seseorang itu sangat penting dan benar bagi pergaulan sesama muslim.
Apakah dia mengucapkan dua kalimat syahadat itu benar-benar ikhlas dalam
pengakuannya atau tidak, itu bukan urusan manusia untuk menilai, tetapi
hanya Allah yang berhak untuk memberikan penilaian. Dengan kata lain,
ucapan syahadataini sebagai tanda keislaman seseorang memang sangat
diperlukan dan cukup untuk meyakinkan bagi antar sesama, lebih-lebih
untuk pergaulan hidup bermasyarakat, Imaduddin ‘Abdulrahim, (2002).
21
ُ َّ ا ا ا ا َّ ۡ ا ا ا ُّ ا ۡ ا َّٰ َّ ۡ ُ ا َّٰ ا ا ۡ ا َّ ا َّٰ ا ا ا ا َّ ا ا ا
ٱلزك َّٰو اة اوق ۡرن ِِف ُبيُوت ِكن وَل تَبجن تَبج ٱلج ِهلِيةِ ٱۡلولِۖ وأق ِمن ٱلصلوة وءاتَِّي
ُ ۡ ا ا ۡ ا َّ ا ا ا ُ ا ُ ٓ َّ ا ُ ُ َّ ُ ُ ۡ ا ا ُ ُ د ۡ ا ا ۡ ا
ت اويُ اط د ِه ارك ۡمِ ۡ
ي ا ٱۡل ٱلرجس أهلِ وأطِعن ٱَّلل ورسوَل ِّۚۥ إِنما ي ِريد ٱَّلل ِلذهِب عنكم
ٗ ات ۡطه
٣٣ ريا ِ
Artinya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai
ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
Ayat ini sering kali digunakan
dasar untuk menghalangi kaum Hak-hak perempuan di luar
perempuan agar tidak keluar rumah, rumah telah dilakukan
begitu juga makna ayatnya sejak masa Rasulullah dan
menunjukkan perintah untuk sahabat Nabi dalam
menetap di rumah. Artinya, tugas berbagai bidang usaha dan
pokok perempuan (istri) adalah
pekerjaan
mengurusi rumah tangga, termasuk
mengasuh anak-anaknya. Sedangkan tugas selain itu, termasuk mencari
nafkah menjadi tugas pokok suami. Pendapat ini merujuk pada firman Allah
ك اما م اِن ْ ا
QS.Thaha ayat 117:
َّٰاۡل َّنةِ فاتا ْش اَق ُ َّ ا ُ ْ ا ا ا ُ َّ ا َّٰ ا ا ُ ٌّ ا ا ا ا ْ ا ا ا ُ ْ ا
جك فَل ُي ِرجن ِ فقلنا يا آدم إِن هذا عدو لك ول ِزو
Artinya: “Maka Kami berkata: "Hai Adam, Sesungguhnya ini (iblis) adalah
musuh bagimu dan bagi isterimu, Maka sekali-kali janganlah sampai ia
mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi
celaka”.
Kata فَتَ ْش َقىpada ujung akhir Ayat ini menunjukkan penggunaan
bentuk tunggal pada redaksi menyebabkan kamu menjadi celaka atau susah
payah, memberikan isyarat bahwa kewajiban bekerja untuk memenuhi
kebutuhan (sandang, pangan, papan) anak-istri berada pada pundak suami,
Shihab, M.Quraish, (2003: 306).
Selanjutnya para mufasir menegaskan, bahwa agama Islam telah
mengatur ajaran yang dituntunkan agar perempuan tinggal di rumah dan
tidak keluar rumah, kecuali dalam keadaan darurat. Dalam hal ini, Imam Al-
Maududi memberikan penafsiran ayat ini bahwa larangan perempuan keluar
rumah agar dapat melaksanakan kewajiban rumah tangganya. Dan kalau toh
22
ada keperluan keluar rumah, maka harus diperhatikan kesucian dirinya.
Maksudnya, perempuan itu dapat menjaga harga diri dan auratnya, agar
tidak terjadi ejekan dan gunjingan orang lain.
Dengan demikian, ada peluang bagi perempuan untuk keluar rumah.
Namun yang menjadi persoalan dalam batas-batas apa saja diizinkan untuk
keluar rumah ? Said Hawa (salah seorang ulama Mesir kontemporer)
memberikan contoh yang dibolehkan keluar rumah adalah mengunjungi
orang tua, belajar atau sekolah atau kuliah yang sifatnya fardhu ‘ain atau
kifayah, bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup karena tidak ada orang
yang menanggungnya atau ada yang menanggungnya tetapi tidak mencukupi
untuk kebutuhan sehari-hari. Terkait dengan keluar rumah dengan alasana
mencari nafkah, maka Khadijah bin Khuwailid (istri Nabi) tercatat sebagai
seorang pedagang yang sukses, juga Zainab binti Jahsy yang aktif bekerja
menyamak kulit binatang. Al-Syifa’, perempuan yang pandai menulis, ia
ditugaskan oleh Khalifah Umar r.a. sebagai karyawan yang menangani pasar
Kota Madinah.
Bertolak pada pada ketiga contoh perempuan ini menunjukkan, bahwa
hak-hak perempuan di luar rumah telah dilakukan sejak masa Rasulullah dan
sahabat Nabi dalam berbagai bidang usaha dan pekerjaan. Tentunya tidak
semua bentuk dan ragam pekerjaan yang ada masa kini sama dengan masa
Nabi dan sahabat Nabi. Islam membenarkan dan membolehkan kaum
perempuan aktif dalam berbagai kegiatan, atau bekerja dalam berbagai
bidang pekerjaan di dalam maupun di luar rumah, baik dikerjakan secara
mandiri, bersama-sama dengan orang lain, atau dengan lembaga pemerintah
atau dengan lembaga swata, selama pekerjaan itu dilakukan secara
terhormat, sopan dan dapat memelihara agamanya, serta dapat
menghindarkan dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan
lingkungannya. Dengan kata lain, perempuan mempunyai hak untuk bekerja
di luar rumah selama ia membutuhkannya, atau pekerjaan itu yang
membutuhkan dia, juga selama norma-norma agama dan susila tetap
terpelihara.
b. Hak-hak perempuan dalam politik
Tidak ditemukan satu ketentuan agama pun yang melarang
keterlibatan perempuan dalam bidang politik, atau ketentuan agama yang
membatasi bidang tersebut hanya untuk kaum laki-laki saja. Salah satu ayat
yang berkaitan dengan keterlibatan hak-hak politik kaum perempuan pada S.
At-Taubah ayat 71:
23
ااۡاۡ ا ُ ۡ ا ۡ اُۡ ُ ا ۡ ا ُ ٓا ُۡ ۡ ُ ا ا ُۡ ۡ ا ُ اۡ ُ ُ ۡ اۡ ا
وف وينهون ِ ض يأمرون بِٱلمعر ٖۚ وٱلمؤمِنون وٱلمؤمِنَّٰت بعضهم أو ِلاء بع
ُ ٱَّلل او ار ُس ا
وَل ِّۚ ٓۥ ون َّ ا ا ۡ ُ ا ا ُ ُ ا َّ ا َّٰ ا ا ُ ۡ ُ ا َّ ا َّٰ ا ا ُ ُ ا
ع ِن ٱلمنك ِر ويقِيمون ٱلصلوة ويؤتون ٱلزكوة وي ِطيع
ٞ ا ٌ ا ا َّ َّ ُ َّ ُ ُ ُ ُ ْ ا َٰٓ ا ا ا ۡ ا
٧١ أولئِك سريَحهم ٱَّللۗ إِن ٱَّلل ع ِزيز حكِيم
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.
mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Secara umum ayat ini menegaskan kewajiban melakukan kerja sama
antara laki-laki dengan perempuan untuk berbagai bidang kehidupan yang
ditujukan dengan kalimat “amar ma’ruf nahi munkar”, artinya mengajak
untuk berbuat baik dan mencegah yang munkar. Sedangkan kata auliya’
mencakup kerja sama, bantuan dan penguasaan. Dan dilanjutkan dengan kata
“ya’muruuna bilma’ruufi” (artinya menyuruh mengerjakan yang makruf)
mencakup segala kebaikan dan perbaikan kehidupan, termasuk memberikan
nasihat atau kritik kepada penguasa, sehingga setiap laki-laki dan perempuan
muslim hendaknya mengikuti perkembangan masyarakat agar masing-
masing mampu melihat dan memberi saran atau nasihat untuk berbagai
bidang kehidupan. Sebagaimana sabda Nabi yang artinya: “Barangsiapa
yang tidak memperhatikan kepentingan (urusan) kaum muslim, maka ia
tidak termasuk golongan mereka”, Shihab, M. Quraish, (2003: 315). Hadits
ini mencakup kepentingan kaum muslimin, karena itu persoalan yang
dihadapi dapat menyempit atau meluas, sesuai dengan latar belakang dan
tingkatan pendidikan seseorang, termasuk bidang politik.
Disisi lain, Al-Qur’an pun mengajak seluruh manusia (laki-laki dan
perempuan) agar bermusyawarah, salah satunya melalui politik. Perhatikan
25
peperangan menunjukkan, bahwa beliau bersama para pengikutnya
membolehkan keterlibatan perempuan dalam bidang politik praktis.
Dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh setiap
orang (termasuk perempuan), mereka mempunyai hak untuk bekerja dan
menduduku jabatan-jabatan tertinggi. Kendatipun ada jabatan-jabatan yang
sebagian ulama dianggap tidak boleh diduduki oleh kaum perempuan,
seperti: jabatan Kepala Negara dan hakim. Namun, perkembangan
masyarakat dari waktu ke waktu telah mengurangi atau membolehkan
larangan tersebut, khususnya persoalan tentang kedudukan perempuan
sebagai hakim.
26
ُ ج ُ ُّٱلش ۡم ُس اوٱلۡ اق ام ُر اوٱنل
َّ ا ۡا األ ا ۡم تا ار أا َّن َّ ا
ٱَّلل ُۤدُجۡسَي ۤۥُهَل امن ِف َّ ا
وم ِ ت او امن ِِف ٱۡل
ۡرض و ِ َّٰ ٱلسمَّٰ او ِ
ُ َّ اب او امن يُهن
ٱَّلل
ا ۡ ا
ُ اس اوكث ٌ ا َّ ا ۡ ا
ۗ ِري حق عليهِ ٱلعذ
ا َّ د اٞ او ۡ ا ُ ا َّ ا ُ ا َّ ا ٓ ُّ ا ا
ِِ ِۖ ِ ٱۡلبال وٱلشجر وٱلواب وكثِري مِن ٱنل ِ
ُٓ َّ َّ ا ا ۡ ا ُ ا ا ا ۡ ُّ ا ا ُا
١٨ ۩فما َلۥ مِن مك ِرمٖۚ إِن ٱَّلل يفعل ما يشاء
Artinya: “ Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud
apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-
pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada
manusia? dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab
atasnya. dan Barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpun
yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia
kehendaki” (Qs. Al-Hajj: 18).
Ayat ini dapat pahami bahwa seluruh alam ini, baik benda-benda
langit seperti matahari, bulan, bintang hingga benda-benda yang ada di bumi
seperti gunung, lautan, daratan, flora dan fauna telah sujud kepada Allah.
Oleh karena itu, tepatlah bila kata Islam pada Qs. Ali Imran ayat 83 diartikan
dengan sujud juga Qs. Al Hajj ayat 18, keduanya (sujud) merupakan sifat
atau tabiat seluruh alam terhadap Allah. Sifat ini merupakan bentuk pasrah
atau patuh pada ketentuan hukum yang tetap, konsisten dan terpadu,
sehingga semuanya bertabiat dan berjalan secara teratur, harmonis dan tidak
ا ا اا ا ا ْا
saling mendahului. Perhatikan firman Allah pada Surat Fushshilat ayat 11.
ْ ُ َّ ْ ا ا َّٰ ا َّ ا ا ا ُ ا ٌ ا ا ا ا
خان فقال ل اها اول ِْل ْر ِض ائت ِياا اط ْو اٗع أ ْو ك ْر اها قاَلاا أتيْناا ثم استوى إَِل السماءِ و ِِه د
اطائع ا
١١َِّي ِ
Artinya: “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu
masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi:
"Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau
terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". (Qs.
Fushshilat: 11).
‘Abdulrahim Imaduddin (2002: 5) menjelaskan kandungan ayat ini
ada 3 hal, yaitu: (1) Tunduk dan patuhnya seluruh alam kepada Allah tanpa
kecuali (berdasarkan dekrit-Nya). Kepatuhan dan ketaatannya alam ini sejak
terciptanya alam, ketika bumi, matahari, bulan dan bintang belum terbentuk
dan masih berbentuk particles (zarrah) yang bertaburan (gas). (2) Pada
mulanya alam ini berbentuk gas, sama dengan teori alam semesta yang
diakui di zaman modern ini (Big Bang Theory, ditemukan oleh Edwin
Hubble, tahun 1929). (3) Manusia diistimewakan oleh Allah karena
27
kepatuhan-Nya (perhatikan Surat Al Hajj ayat 18 di atas), dimana banyak
manusia yang patuh dan sujud kepada-Nya, namun ada juga yang ingkar.
Sedangkan benda-benda langit dan bumi, seperti: matahari, bulan, bintang,
gunung, daratan, flora, fauna semuanya tunduk, sujud dan taat kepada-Nya.
Dengan demikian, manusia dibedakan dengan mahluk lainnya, perbedaan ini
terletak pada pemberian hak untuk menentukan pilihannya sendiri.
Bertolak pada uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa setiap manusia
diberi kesempatan dan kebebasan oleh Allah untuk : (1) Tunduk dan patuh
kepada Allah, maka ia dinamakan orang yang pasrah atau muslim. (2)
Menolak mematuhi Allah, maka ia dinamakan kafir atau kufur (ingkar)
kepada Allah. Kedua kelompok (muslim dan kafir) ini, diberi kesempatan
oleh Allah hidup berdampingan dan melakukan serangkaian aktivitas
masing-masing. Bagi mereka yang mukmin, beriman dan beramal saleh,
maka Allah berjanji untuk menjadikan mereka sebagai pemegang
kemenangan dan menjadi penengah atau pengadil di dalam persaingan hidup
di dunia ini (lihat Qs. An Nuur ayat 55).
Secara harfiah, kata kufur diartikan
dengan tidak percaya kepada Allah dan Hidup sukses
Rasul-Nya : kafir, dan tidak pandai adalah orang-orang
bersyukur, Kamus Bahasa Indonesia (2007: yang memiliki
608). Orang yang kufur adalah orang yang
keseimbangan
antara iman, ilmu
tidak mempercayai Allah dan Rasul-Nya,
pengetahuan dan
berarti orang tersebut ada upaya untuk
kepekaan emosional
menutup hatinya dari alam sekitarnya. Pada
kenyataannya yang menolak tidak
mempercanyai Allah dan Rasul-Nya adalah hatinya, sedangkan tubuhnya
mau atau tidak mau tetap tunduk dan patuh kepada Allah, karena tubuh
manusia merupakan bagian dari alam. Orang-orang kufur atau ingkar seperti
ini, seolah-olah tidak mampu melihat kenyataan yang ada pada dirinya
maupun sekitarnya yang sudah patuh dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Juga merasa dirinya yang paling benar, sehingga dia mempertahankan
kebenaran tersebut.
Untuk itu, maka manusia sebagai khalifatullah (agen pencerahan
kemanusiaan dan agen kerusakan) dengan beberapa potensi yang
dimilikinya, secara tidak langsung menghantarkan kesadaran dirinya akan
keagungan Allah dan keterbatasannya sebagai mahluk Allah. Oleh karena itu
diperlukan penyikapan yang tegas dalam menempuh perjalanan hidup ini,
agar kehidupannya dapat membawa manfaat bagi dirinya dan orang lain,
28
sehingga dapat memperoleh kebahagian dan keselamatan hidup di dunia
maupun akhirat. Dengan demikian, ada dua hal yang harus diperhatikan oleh
setiap orang dalam menyikapi hidup, yaitu lebih menyeimbangkan duniawi
dan ukhrowi. Maksudnya, setiap manusia dituntut untuk melakukan
pengembangan diri secara seimbang, antara aspek spritualitas yang lebih
mengarah untuk menjalin hubungan harmonis kepada Allah Yang Maha
Agung, juga pengembangan fungsi ilmu dan akal dalam rangkah untuk
memahami titah Allah di muka bumi secara praktis. Kedua hal itulah yang
akan membawa manusia pada pola hidup yang seimbang, dan ini akan lebih
nampak sempurna dengan diperkuat doa yang setiap saat selalu kita baca
(orang awam menyebut doa sapu jagad), perhatikan Surat Al-Baqarah: 201.
٢٠١ اب ٱلناا ِرذ ع انِول ربانَآ ءاتِنَا ِِف ٱلد ُّۡن يا حسنَةٗ وِِف ۡٱۡلٓ ِخرةِ حسنَةٗ وق ِۡ
َ َ
َ َ َ ََ َ َ ََ َ َ َ ُ َومن ُهم امن يَ ُق
Artinya: ”Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah
kami dari siksa neraka”
Ayat ini menjelaskan tentang seluruh aktifitas yang dilakukan oleh
seseorang, hendaknya lebih mengarah kepada Allah dan selalau
mengingatnya, sehingga ia berdoa: Ya Tuhan kami, demi kasih sayang dan
bimbingan-Mu, maka anugerahilah kami hasanah di dunia maupun di
akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka. Dalam memahami kata
hasanah, dunia dan akhirat ada beberapa pendapat, yaitu: (1) Tidak hanya
berbentuk sesuatu yang baik dan bukan pula sifatnya kesenangan dunia
semata. (2) Tidak pula hanya Iman yang kukuh, sehat wal afiyat, rezeki yang
memuaskan, pasangan yang ideal dan memperoleh keturunan yang sholeh
dan sholihah. (3) Tidak pula hanya bersifat keterbebasan dari rasa takut di
hari akhirat, hisab (perhitungan) yang mudah, masuk surga dan
memperoleh ridho-Nya, tetapi lebih dari itu, yaitu memperoleh anugerah
Allah yang tidak terbatas. Dengan kata lain, memperoleh hasanah adalah
segala sesuatu yang menyenangkan di dunia dan berakibat pula
menyenangkan di hari akhir.
Adapun maksud dari keseimbangan antara spiritual, ilmu dan amal
dalam meraih kesuksesan hidup dalam pandangan Al-Qur’an menurut
Imaduddin Abdulrahim bahwa hidup sukses adalah orang-orang yang
memiliki keseimbangan antara iman, ilmu pengetahuan dan kepekaan
emosional, Abdulrahim, Imaduddin, (2002: 57). Maksudnya, orang-orang
yang memiliki kesungguhan (bahasa agama disebut berjihat) dan siap
berkurban untuk menggapai cita-cita, sesuai dengan ketentuan Allah dan
Rasul-Nya dengan tetap mempertimbangkan ketiga hal tersebut. Oleh karena
29
itu, ketiganya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya dan sangat
penting untuk dimiliki oleh setiap orang, sehingga melahirkan manusia-
manusia yang tangguh dalam menghadapi semua ujian dan cobaan hidup.
Sedangkan dampak negatifnya memisahkan antara iman, ilmu pengetahuan
dan kepekaan emosional terhadap pribadi seseorang, maka akan melahirkan
profil :
1. Seseorang yang mengandalkan ilmu pengetahuan yang luas, tetapi
lemah iman dan kepekaan emosionalnya, maka akan terjadi
ketimpangan dan membuat hidupnya dalam keadaan frustasi. Orang
seperti ini akan mengalami pribadi yang pecah dan sangat
menyedihkan, kemungkinan kehidupannya sebagai manusia yang egois
(ananiah), bengis dan kejam terhadap orang lain, sehingga sangat
membahayakan bagi keselamatan lingkungannya. Pribadi yang pecah
seperti ini sering kali kita temukan di masyarakat yang sebagian besar
orang-orang yang berilmu, tapi haus akan iman. Orang seperti ini
biasanya sukar dipercaya ucapannya, lebih-lebih terkait dengan
komitmen dan pendiriannya. Ia mungkin bijak kalau bicara, menguasi
paparan ilmu yang disampaikan dan terampil dalam mengaplikasikan
ilmunya, tapi kehidupannya tanpa landasan yang kuat. Dan kalau toh
kebetulan ia jujur, maka kejujurannya hanya dilandaskan rasa takut
kepada atasannya, sehingga kejujuran itu sangat rapuh oleh cobaan dan
ujian kesetiaan. Begitu juga kalau ia terampil pada skill yang dibidangi,
maka ia dengan mudah diperalat oleh orang-orang yang memiliki
kekuasaan. Figur-figur semacam ini dengan mudah sekali diperalat dan
dipermainkan oleh orang-orang yang kurang bahkan tidak
bertanggungjawab.
2. Seseorang yang memiliki iman dengan keyakinan yang kukuh,
sedangkan ilmunya tidak berkembang dan kepekaan emosional sangat
rendah. Orang seperti ini akan mengalami hidup seperti orang yang
tidak mampu berbuat sesuatu, karena itu ia menjadi jumud, eksklusif,
bahkan kurang toleran terhadap pemikiran orang lain, sehingga besar
kemungkinan berwatak atau merasa benar sendiri.
30
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Madjid, dkk, (1989: 26), Al-Islam I, Pusat Dokumentasi Publikasi Universitas Muhammadiyah Malang.
Ahmad, Malik, 1980, Tauhid, Membina Pribadi Muslim dan Masyarakat, Cetakan keempat, Jakarta: Al-Hidayah,
jakarta, hal. 32
Al Qur’an dan Terjemahnya, 1426 H, Madinah Munawwarah: Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf
Asy-Syarif
Imaduddin, ‘Abdulrahim, 2002, Islam Sistem Nilai Terpadu, Cetakan 1, Jakarta: Gema Insani Press
31
B. MEMBANGUN SIKAP TAUHID
Dalam sejarah agama-agama di dunia dikenal adanya penyembahan
terhadap para dewa atau patung-patung yang dipertuhankan oleh umat
manusia (agama budaya), disamping itu ada pula yang menyembah Tuhan
Yang Maha Esa (agama samawi). Jika agama yang pertama dibuat oleh
manusia, maka agama yang kedua diciptakan oleh Allah SWT. Antara
keduanya terdapat perbedaan yang jauh, baik mengenai aspek teologis, kitab
suci, maupun doktrinnya.
Secara teologis, sejauhmana
hubungan muslim dengan Tuhannya Fithrah ber-Tuhan
dapat diketahui melalui jawaban atas tersebut seringkali
beberapa pertanyaan berikut ini : muncul kepermukaan
Apakah ia mengenal Allah, Bagaimana apabila manusia
ia mengenal Allah, Apa masyi’atullah menghadapi beberapa
(kehendak Allah), ma’iyyatullah peristiwa yang ditakuti
(bersama Allah), habibullah dan atau membuat dirinya
seterusnya.
sedih
a. Mengenal Eksistensi Allah SWT.
Untuk mengetahui keberadaan Allah SWT dapat digunakan beberapa
pendekatan, seperti; Dalil Fithrah, Dalil Aqly dan Dalil Naqly.
1. Dalil Fithrah
Setiap manusia dilahirkan dengan fithrah bertuhan atau sebagai
seorang Muslim. Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan
2. Dalil Aqly
Untuk membuktikan keberadaan Allah, dapat menggunakan akal
pikiran untuk merenungkan dan memikirkan tentang fakta penciptaan alam
semesta dan isinya. Beberapa ayat Al-Qur’an menunjukkan pentingnya
aktivitas berpikir tentang hal tersebut :
ُ ٗۡ ُ ج ۡ ُ َّ ُ ُّ ۡ ا ُ َّ ۡ ا ا ا
ُ ُير َّ ُ ا اا ُ د ُا َّ ُ ا
ك ۡم طِفَل ث َّم ِ هو ٱَّلِي خلقكم مِن تراب ثم مِن نطفة ثم مِن علقة ثم
ٗ ا ۡ ُ ا اۡ ُ ُ ْٓ ا ا ٗ ُ ْ ُ ُ ُُُ ْ ا
جَل َّف مِن قبل ُۖ وَلِ بلغوا أَّٰ َّ ِنكم َّمن ُيتا او
ُ وخا اوم ُ ُ
ِّۚ َُلِ ا ۡبلغ ٓوا أش َّدك ۡم ث َّم َلِ اكونوا شي
ُّ ا ٗد ا ا ا َّ ُ ا ُ ا
٦٧ ك ۡم ت ۡعقِلون مسّم ولعل
Artinya :”Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes
air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu
sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu
sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi)
sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat
demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya
kamu memahami(nya)”. (QS. Al-Mukmin : 67).
ا َّ ا ا َّ ا ُ َّ ا ا َّ ا ا ا َّ ۡ ا ا ۡ ا ا ا ُّ ُ ُ ُ ا َّ ا ُ ا
ت بِأ ۡم ِرهِِّۚۦٓ إِن ِِف ذَّٰل اِكۢ َّٰوسخ ار لك ُم ٱلۡل وٱنلهار وٱلشمس وٱلقم ار ُۖ وٱنلجوم مسخر
ٗ ا َّ ُ ُۡۡ ا ا ۡا ُ او اما ذا ارأا لا١٢ ونا َّٰ د ا ۡ ا ۡ ُ ا
ۡرض ُمتالِفا أل اوَّٰن ُه ِّۚ ٓۥ إِن ِِف ذَّٰل اِك ٓأَلياة
ِ ك ۡم ِِف ٱۡل ٓأَليت لِقوم يعقِل
ْ ُ ۡ ا َّ ا ۡ ا ۡ ا ا ُ ُ ْ ۡ ُ ا ۡ ٗ ا ٗد ا ا ۡ ا ۡ َّ َّ َّ ا دا
جوا م ِۡن ُه او ُه او ٱَّلِي سخر ٱۡلحر َلِ أكلوا مِنه َلما ط ِريا وتستخ ِر١٣ لِق ۡوم ياذك ُرون
ا ا ا َّ ُ ا ۡ ُ ا ۡ ا ْ ُ ون اها ُۖ اوتا ارى ٱلۡ ُفلۡ ا
ۡاٗ اۡا ُ ا
ك ۡم تشك ُرون ك ام اواخ اِر فِيهِ اوَلِ ابۡتاغوا مِن فضلِهِۦ ولعل حِلية تلبس
١٤
Artinya :”Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan
untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-
Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya), Dan Dia
34
(menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan
berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil
pelajaran. Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar
kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu
mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat
bahtera berlayar padanya, dan
supaya kamu mencari Untuk membuktikan
(keuntungan) dari karunia-Nya, keberadaan Allah, dapat
dan supaya kamu bersyukur”. (QS. menggunakan akal pikiran
An-Nahl: 12-14). untuk merenungkan dan
ٓٗ ا ا ۡ ا ا ا َّ َّ ا ا ا ا ا َّ ا ٓ ا
memikirkan tentang fakta
ألم تر أن ٱَّلل أنزل مِن ٱلسماءِ ماء penciptaan alam semesta
ُۡ ُ ۡا ك ُهۥ يا انَّٰب اا ا ا ا
ۡرض ث َّم ُي ِر ُج
dan isinya
ِ يع ِِف ٱۡل ِ ل س ف
ى
ۡ ا ا ا َّ َّٰ ح ا
ِ ط اما ِّۚ إِن ِِف ذَّٰل ِك
َّٰ َّلك ار ُ َتى َّٰ ُه ُم ۡص اف ٗدرا ُث َّم اَيۡ اعلُ ُهۥ ُ ُمتال اِفا األۡ اوَّٰنُ ُهۥ ُث َّم ياه
يج اف ا ا ۡ ُّ ٗ ۡ ا
بِهِۦ زرٗع
ِ
ا
ِۡلُ ْول ۡٱۡللۡ ا
٢١ ب ِ َّٰ ب ِ
3. Dalil Naqly
35
Meskipun pendekatan dalil fithrah dan dalil aqly dapat menghantarkan
manusia mencapai pemahaman tentang eksistensi Allah SWT., namun
demikian masih diperlukan pendekatan ketiga, yakni; dalil naqly agar ia
dapat memahami hakikat Allah yang sebenarnya. Sebab fithrah dan akal
tidak bisa menjelaskan siapa Allah yang sebenarnya.
Sebagai contoh tentang hakikat Allah SWT ditemukan dalam
beberapa ayat Al-Qur’an sebagai berikut :
٣ ِيم ُ ٱلظَّٰه ُر او ۡٱۡلااط ُِن او ُه او ب
ۡ ك دل ا
ٌ شء اعل َّ ُ ا
و ِرخٱٓأۡلوُه او ۡٱۡلا َّو ُل ا
ِ ِ ُۖ ِ
Artinya :”Dialah Yang Awal dan Yang Akhir dan yang Zhahir dan yang
Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al-Hadid : 3).
ۡ ۡ ا ا ۡ ا ا ۡ ُ ا د ا ُ ۡ ا ا َّٰ ا
٢٧ ٱۡلك ار ِام
ِ َق وجه ربِك ذو ٱۡلل ِل و َّٰ ويب٢٦ ك ام ۡن اعلا ۡي اها فاان
ُّ ُ
Artinya :“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat
Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”. (QS. Ar-Rahman:
26-27).
ۡ ُ َّ ا ُ اٞ ۡ ا ۡ ا ا
ُ ص
١١ ري ِ يع ٱۡلا ليۡ اس ك ِمثلِهِۦ شء ُۖ وهو ٱلس ِم.....
Artinya :“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang
Maha Mendengar dan Melihat”. (QS. Asy-Syura: 11).
ْ ُون ِف أا ْس امائهِ ِّۚ اسي
ج از ْو ان ماا ا َّ ْ ا ْ ا ُ ْ ُ ْ ا َّٰ ا ْ ُ ُ ا ا ا ُ َّ ا ُ ْ ُ ا
ِ ِ حد
ِ و َِّللِ اۡلسماء اَلسِن فادعوه بِها ُۖ وذروا اَّلِين يل
ُ ا ُ ا
١٨٠َكنوا اي ْع املون
Artinya :“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-
Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”.
(QS. Al-A’raf: 180).
36
ا ۡ ُ ۡ ا ا َّ ُ ا ُ ا ك ۡم او َّٱَّل ا ك ُم َّٱَّلِي ا
ُ خلا اق ۡ ُ َّ ا َٰٓ ا ُّ ا
ُ ٱعبُ ُدوا ْ ار َّب
ك ۡم ت َّتقون ِين مِن قبلِكم لعل يأيها ٱنلاس
ا ا
ۡ ا ا ا ا ُ ُ ۡ ا ا َّٰ ٗ ا َّ ا ٓ ا ا ٓ ٗ ا ا ا ا َّ ٓ ٓ ا ا َّ
ٱلس اماءِ اما ٗء فأخ ار اج بِهِۦ ٱَّلِي جعل لكم ٱۡلۡرض ف ِرشا وٱلسماء بِناء وأنزل مِن٢١
ۡ ٗ َّ ُ ۡ ا ا ا ۡ ا ُ ْ َّ ا ا ٗ ا ا ُ ۡ ا ۡ ا ُ ا َّ
٢٢ ت رِزقا لكمُۖ فَل َتعلوا َِّللِ أندادا وأنتم تعلمون ِ َّٰم اِن ٱثل ام ار
Artinya :”Hai manusia, sembahlah
Tuhanmu yang telah menciptakanmu Tauhid Rububiyah yakni
dan orang-orang yang sebelummu, pernyataan bahwa Allah
agar kamu bertakwa, Dialah yang adalah Penciptan alam
menjadikan bumi sebagai hamparan semesta, pengaturnya,
bagimu dan langit sebagai atap, dan yang memberikan rizeki,
Dia menurunkan air (hujan) dari yang menghidupkan dan
langit, lalu Dia menghasilkan dengan mematikan yang
hujan itu segala buah-buahan sebagai memiliki segala yang ada
rezki untukmu; Karena itu janganlah di langit dan di bumi
kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah, padahal kamu mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 21-22).
ُ ٱَّللِ يا ۡر ُز ُق ُ ۡ خَّٰلِق اغ
َّ ري ك ۡم اه ۡل م ِۡن ا ُ ٱَّللِ اعلا ۡي
َّ ت ۡ ُ َّ ا َٰٓ ا ُّ ا
ٱذ ُك ُروا ْ ن ِۡع ام ا
كم دم اِن ِّۚ يأيها ٱنلاس
ا
ا ٓ ا َّٰ ا َّ ُ ا ا َّ َّٰ ُ ۡ ا ُ ا َّ ا ٓ ا ۡ ا
٣ ۡرض َل إِله إَِل هو ُۖ فأَّن تؤفكون ٖۚ ِ ٱلسماءِ وٱۡل
Artinya :”Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah
Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit
dan bumi ? Tidak ada Tuhan selain Dia; Maka mengapakah kamu berpaling
(dari ketauhidan)?”. (QS. Fathir : 3).
ُد
اجُۖ اومِن ك َشابُ ُهۥ او اهَّٰ اذا مِلۡ ٌح أُ ا
ٞ ج غِئ ا اٞٓات اسا ٞ ُ اٞ ۡ ۡ ا ۡ ا ا َّٰ ا ا
او اما ي ا ۡستا ِوي ٱۡلحرا ِن هذا عذب فر
ْ ُا ا ا اۡا ا ۡ ُ ُ ا ا ۡ ٗ ا ٗد ا ا ۡ ا ۡ ُ ا ۡ ا ٗ ا ۡ ا ُ ا
ون اها ُۖ اوتا ارى ٱلۡ ُفلۡ ا
ك فِيهِ مواخِر َلِ بتغوا تأكلون َلما ط ِريا وتستخ ِرجون حِلية تلبس
َّ َّ يُول ُِج َّٱلۡ ال ِف ٱنلَّ اهار اويُول ُِج ٱنلَّ اه ا١٢ ونا ا ا َّ ُ ۡ ا ۡ ُ ُ ا ۡ ا
ار ِِف ٱلۡ ِل او اسخ ار ِ ِ مِن فضلِهِۦ ولعلكم تشكر
ك او َّٱَّل ا ُ ۡ ُ ۡ ُ َّ ُ ا ُّ ُ ۡ ا ُ جل ُّم اس ٗد ا ك اَيۡري ِۡلا اٞ َّ ۡ ا ا ۡ ا ا ا ُ د
ِين ِّۚ ّم ذَّٰلِك ُم ٱَّلل ربكم َل ٱلمل ٖۚ ِ ُۖ ٱلشمس وٱلقمر
ُ ا ا ا
١٣ ت ۡد ُعون مِن ُدونِهِۦ اما اي ۡملِكون مِن ق ِۡط ِمري
Artinya: ”Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap
diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu
kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan
perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu
lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari
37
karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur. Dia memasukkan malam ke dalam
siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari
dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. yang
(berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. dan
orang-orang yang kamu seru (sembah)
selain Allah tiada mempunyai apa-apa
Tauhid Mulkiyah yakni
walaupun setipis kulit ari”. (QS. Fathir:
pernyataan bahwa Allah
12-13).
adalah Maha Esa dalam
2. Tauhid Mulkiyah hal kepemilikan dan
Secara terminologis, Allah adalah penguasaan terhadap
Maha Esa dalam hal kepemilikan dan fakta penciptaan di
penguasaan terhadap fakta penciptaan dunia ini
di dunia ini. Hal itu dapat dicermati dari
ُ ۡ ا ا ا ا ا َّ ا ُ ۡا
firman Allah berikut ini :
ُ ُ ا ا ا ا ُ ٓا ُ د
٨٥ اسياقولون ِ ََّّللِِّۚ قل أفَل تذك ُرون٨٤ ِيها إِن كنتُ ۡم ت ۡعل ُمون قل ل اِم ِن ٱۡلۡرض او امن ف
Artinya :”Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada
padanya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan
Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?" (QS. Al-Mukminun :
ا ا ۡ ا ۡ ا ۡ ا َّ َّ ا ا ُ ُ ۡ ُ َّ ا ا ا ۡ ا
84-85).
ا د اا َّ ُ د ُ اا ا
ون ٱَّللِ مِن و ِل وَل
ِ ۡرض وما لكم مِن د
ِۗ ِ ت وٱۡلِ َّٰ ألم تعلم أن ٱَّلل َلۥ ملك ٱلسمَّٰو
ا
١٠٧ صري
ِ ن
Artinya :”Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi
adalah kepunyaan Allah? dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung
maupun seorang penolong”. (QS. Al-Baqarah: 107).
َّ ا ُ ا ا ا َّٰ ُ د ۡا ُ ِۡ ََّّللِ ُمل
١٢٠ ۢ ِير ۡ ك ا
ُ شء قاد ۡرض او اما فِيهِنِّۚ وهو ك َّ ا
ِ َّٰ ٱلسمَّٰ او
ِ ت اوٱۡل
ِ لَع
Artinya:”Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada
di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-Ma’idah:
120).
Secara rububiyah, Allah sebagai pencipta, pemelihara dan pemberi
rezki, tapi secara mulkiyah, Allah juga sebagai pemiliknya dan penguasanya.
Oleh sebab itu, beriman kepada Allah berarti juga mengimani
kekuasaanNya.
38
3. Tauhid Uluhiyah
Pemahaman tentang Tauhid Tauhid Uluyiyah adalah
Rububiyah dan Mulkiyah sangat pengakuan tentang Allah
penting dalam rangka memahami sebagai satu-satunya
Tauhid Uluhiyah. Sebab secara logika, Tuhan yang layak
dapat dipahami dan ”dimaklumi” jika disembah karena Dialah
Allah pada akhirnya sebagai satu- yang Maha Pencipta,
satunya Tuhan yang layak disembah Maha Kuasa dan Pemilik
karena Dialah yang Maha Pencipta, alam semesta
ا ْ َّ ا ا َّ ُ ا ا َّ ا ا ا
Maha Kuasa dan Pemilik. Dalam hal ini Allah berfirman :
ْ َّ ا
١٤الصَلةا َِّلِك ِري اَّلل َل إِلَّٰ اه إَِل أنا فاعبُ ْد َِّن اوأق ِ ِم إِن ِِن أنا
Artinya:”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat
Aku”. (QS. Thaha: 14).
َّ ُ ا ا ْ ُ د ُ َّ ا ُ ا ا ااا ْ ااْا
وت ُۖ ف ِمنْ ُه ْم ام ْن اه ادى ْ اَّلل او
اعبُ ُدوا َّ ا
اجتان ِبُوا الطاغ ك أمة رسوَل أ ِن ِ ولقد بعثنا ِِف
ُ ا ا ا ا ُْ ا ْا ُ الض اَللا ُة ِّۚ فاس
َّ َّ ُ ا ْ ُ ْ ا ْ ا َّ ْ ا
ِريوا ِِف اۡل ْر ِض فانظ ُروا كيْف َكن اٗعق ِباة ِت اعليْهاَّلل ومِنهم من حق
ُْ ا
ك دذِب ا
٣٦َّي ِ الم
Artinya:”Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut
itu (syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.)" (QS.An-
Nahl: 36).
39
sebagainya. Sedang Nafyu maksudnya adalah menafikkan atau menolak
segala asma wa shifat yang tidak menunjukkan kesempurnaan-Nya, seperti:
Allah punya anak, Allah menyerupai makhluk dan sebagainya.
Sehubungan dengan asma’ wa shifat terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebagai berikut :
ا ا ْ ا َّ ْ ا ْ ا ُ ْ ُ ْ ا ا ْ ُ ُ ا ا ا ُ َّ ا
a. Larangan memberi nama Allah selain yang telah ditentukan.
ا ُ ْ ا
ج از ْون اما ح ُدون ِِف أ ْس امائِهِ ِّۚ سي
ِ ِين يُل َّٰ و َِّللِ اۡلسماء اَلس
ِن فادعوه بِها ُۖ وذروا اَّل
ُ ا ُ ا
١٨٠َكنوا اي ْع املون
Artinya :”Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-
Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”.
(QS. Al-A’raf: 180).
ٱَّللِ أا ا
َّ اذَّٰل اِك أا ۡم ُر
c. Dihapus kesalahannya dan dilipatgandakan pahalanya.
ا َّ ا ُ ا د ا ُ ۡنز ا َُل ٓۥ إ ال
كف ِۡر ع ۡن ُه اسيدِئااتِهِ اويُ ۡعظ ِۡم َُل ٓۥ ك ۡ ِّۚم او امن اي َّت ِق ٱَّلل ي ِ
ا
٥ أ ۡج ارا
41
Artinya: “…dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia
akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan
pahala baginya. (QS. Ath-Thalaq: 5).
د ا َّ ٓ ۡ ا ا ا
d. Dapat berkah dari langit dan bumi
امنُوا ْ او َّٱت اق ۡوا ْ لا افتا ۡحناا اعلا ۡيهم با ار ا
ى اء آَٰ اول ا ۡو أ َّن أ ۡه ال ٱلۡ ُق ار
ِ ٱلس اماءِ اوٱۡل
ۡرض كَّٰت مِن ِ
ا ۡ ْ ُ ا ا َّ ْ ا ا ا ۡ ا ا
٩٦ اولَّٰكِن كذبُوا فأخذنَّٰ ُهم ب ِ اما َكنوا ياكسِبُون
Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS. Al-A’raf: 96).
ۡ ُ ُ ۡا
e. Disediakan surga yang sangat luas.
َّ ج َّنة اع ۡر ُض اها ُ او اسار ُع ٓوا ْ إ ا ََّٰل ام ۡغف اِرة دمِن َّربد
ٱلس امَّٰ او َّٰ ُت اوٱۡلۡرض أع َِّدت ك ۡم او ا
ِ ِ ِ
١٣٣ َِّيل ِلۡ ُم َّتق ا
Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan
untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS. Ali Imran: 133).
f. Senantiasa bersama Allah
ا ۡ ُّ ِين َّٱت اقوا ْ َّو َّٱَّل ا
١٢٨ ِين ُهم ُّمسِنُون ٱَّلل ام اع َّٱَّل ا
إ َّن َّ ا
ِ
Artinya: “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan
orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. An-Nahl: 128).
42
Artinya: “..... dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang
mengikuti petunjuk” (QS. Thaha: 47).
c. Dengan berdzikir, manusia dapat mencapai ketenangan batin. Dalam hal
ini, dzikir dapat dilakukan dengan lisan (bertasbih, bertahmid, bertahlil,
bertakbir, dsb.) atau dengan hati, yakni menguatkan keyakinan kepada
Allah dan rasul-Nya (beristiqamah, Ikhlas dalam amal shaleh, sabar
terhadap musibah, dsb.) maupun dengan perbuatan (mendirikan shalat,
membaca Al-Qur’an, ber-ihsan, dsb.). Allah berfirman :
َّ ٱَّللِ اأ اَل بذ ِۡكر
ُ ُٱَّللِ ات ۡط امئ ُّن ٱلۡ ُقل َّ ۡ ُ ُُ ۡ َّٱَّل ا ا ُ ْ ا
٢٨ وب ِ ِ ِ ۗ ِين اءامنوا اوتط امئِ ُّن قلوب ُهم بِذِك ِر
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra'd: 28).
Disamping Allah SWT memberikan kunci-kunci untuk meraik
kesuksesan hidup dunia dan akhirat, Dia juga memberikan peringatan
keras sekaligus sebagai ancaman bagi orang-orang yang tidah
mengindahkan peringatan-Nya. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam
ۡ ا َّ ا ُ ا ا ٗ ا ٗ ا ا ۡ ُ ُ ُ ا ۡ ا ۡ ا َّٰ ا ا اا ۡ ا ۡا ا
firman-Nya sebagai berikut:
ا ۡ ا
َّٰ
١٢٤ ومن أعرض عن ذِك ِري فإِن َلۥ معِيشة ضنَك وَنۡشهۥ يوم ٱلقِيمةِ أعّم
Artinya: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS.
Thaha: 124).
كةِ اوأا ۡحسِنُ ِّۚ ٓوا ْ إ َّن َّ ا ۡٱَّللِ او اَل تُلۡ ُقوا ْ ب اأي
َّ اوأانف ُِقوا ْ ِف اسبيل
berfirman :
ُّ ٱَّلل َُي ُ ۡ ا َّ ۡ ُ ا
ِب ِ له ٱَل َلِ إ م ِيك
د ِ ِ ِ ِ
سن ا ۡ ۡ
١٩٥ َِّي ِ ٱل ُمح
Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berbuat baik”. (QS. Al-Baqarah: 195).
ۡ ِ ِ
٢٢٢ ين
َ ِ
ر ِ َب ٱل ُمتَط
ه ُّ ني َوُُي ُّ ٱَّللَ ُُِي
َ ب ٱلتا اواب إِ ان ا.....
Artinya:”..... Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. (QS. Al-
Baqarah: 222).
ِب ٱل ۡ ُم َّتق ا
٧٦ َِّي ُّ ٱَّلل َُي
فاإ َّن َّ ا.....
ِ
Artinya: “....Maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertakwa”. (QS. Ali Imran: 76).
ا ا ا د د َّ د ا َّٰ ا ا ا ا ُ د ُّ ا
اف اما او اهنُوا ْ ل اِما ٓ أا اص اٞون اكثِري
َّ اب ُه ۡم ِف اسبيل
ٱَّللِ او اما ِ ِ ِ وكأيِن مِن ن ِِب قتل معهۥ ِربِي
َّ ُّ ُ ُ َّ ا ُ ُ ْ ا ا ۡ ا ا ُ ۗ ْ ا
ٱلصََّٰب ا
١٤٦ ين ِِ ضعفوا وما ٱستَكنوا وٱَّلل َيِب
Artinya: “Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama
mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka
tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan
Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah
menyukai orang-orang yang sabar”. (QS. Ali Imran: 146).
ِب ٱل ۡ ُمتا او د ِّك ا
ُّ ٱَّلل َُي َّ ا ا ا ا ۡ ا ا ا َّ ۡ ا ا
ٱَّللِ إ َّن َّ ا
١٥٩ َِّي ِ ِّۚ فإِذا عزمت فت اوَّك لَع
Artinya: “.....Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: 159).
ۡ ۡ ُّ ُ َّ َّ ا ۡ ۡ ت فا
ُ ٱح ۡ ا ا
س ِط ا
٤٢ َّي ِ ِب ٱل ُمق ٖۚ ِ كم بايۡنا ُهم بِٱلق ِۡس
ط إِن ٱَّلل َي ك ۡم ا ِإَون ح
Artinya: “....dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka
putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang adil”. (QS. Al-Maidah: 42).
44
ٌ ا ًّ ا ا َّ ُ ْ ُ ْ ا
ٌ ان ام ْر ُص َّ َّ ا ُ ُّ َّ ا ا ُ ا
٤وص ِين ُيقات ِلون ِِف اسبِيلِهِ صفا كأنهم بني إِن اَّلل َيِب اَّل
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang
dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
suatu bangunan yang tersusun kokoh”. (QS. As-Shaff: 4).
َّ ا َٰٓ ا ُّ ا َّ ا ا ا ُ ْ ۡ ا ُ ْ َّ ۡ ا َّ ا َّٰ َّ َّ ا ا ا
dijelaskan dalam ayat-ayat Allah berikut ini:
ٱلصََّٰب ا
١٥٣ ين َب وٱلصلوةِٖۚ إِن ٱَّلل مع
ِِ ِ يأيها ٱَّلِين ءامنوا ٱستعِينوا بِٱلص
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar”. (QS. Al-Baqarah: 153).
١٩٤ َِّي ٱعلا ُم ٓوا ْ أا َّن َّ ا
ٱَّلل ام اع ٱل ۡ ُم َّتق ا ۡ ا َّ ُ ْ َّ ا ا
وٱتقوا ٱَّلل و
Artinya: “.....Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah
beserta orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Baqarah: 194).
اوأا َّن َّ ا
ٱَّلل ام اع ٱل ۡ ُم ۡؤ ِمن ا
١٩ َِّي
Artinya :“....Dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
beriman”. (QS. Al-Anfal: 19).
ا ۡ ُّ ِين َّٱت اقوا ْ َّو َّٱَّل ا
١٢٨ ِين ُهم ُّمسِنُون ٱَّلل ام اع َّٱَّل ا
إ َّن َّ ا
ِ
Artinya :”Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan
orang-orang yang berbuat kebaikan”. (QS. An-Nahl: 128).
Berdasarkan paparan diatas bagaimana seorang muslim mengenal
Allah, maka terdapat langkah-langkah yang harus diambil, yakni ;
1. Bagaimana ia mengenal eksistensi Allah SWT. Dalam hal ini akan
ditempuh beberapa pendekatan, yakni: Dalil Fithrah, Dalil Aqly dan
Dalil Naqly.
2. Bagaimana ia memahami ke-Tauhidan Allah. Guna memahaminya,
maka diperlukan kajian serius dari berbagai aspek, yakni : Rububiyah,
Mulkiyah, Uluhiyah dan Asma’ wa Shifat.
3. Bagaimana ia memahami masyi’atullah (kehendak Allah) dan
ma’iyyatullah (kebersamaan dengan Allah). Dalam hal ini perlu
membedah ayat-ayat Al-Qur’an secara komprehensif. Sehingga akan
dicapai pemahaman yang total dan final.
45
Tauhid merupakan ajaran yang paling esensial dalam Islam. Ia
merupakan inti ajaran yang diseruhkan oleh para nabi dan Rasul. Hal
sebagimana isebutkan dalam ayat al-qur’an sebagai berikut:
ۡ َّ ُ ٓ ا ۡ ا َّ ا ٓ ا َّ ٓ ا ا ۠ ا ا ۡ ٓا
٢٥ لهِ أن ُهۥ َل إِلَّٰ اه إَِل أنا فٱعبُ ُدو ِن ِ او اما أ ۡر اسلناا مِن ق ۡبل اِك مِن َّر ُسول إَِل ن
وِح ِإ
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu,
melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang
hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. Al-
Anbiyya: 25).
Ayat-ayat senada banyak ditemukan
dalam Al-Qur’an yang apabila kita Persoalan pertama
perhatikan dengan seksama terlihat dengan yang dihadapi oleh
jelas bahwa diutusnya Rasul tidak sekedar para Rasul bukanlah
menunjukan bahwa di sana ada Tuhan sebab pengingkaran
secara fitrah manusia dapat mengetahui adanya Tuhan akan
adanya Tuhan tanpa melalui rasul, tetapi persoalan
tentang siapa yang
sebagimana para rasul diutus tidak untuk
dituhankan
mengajak menyembah Tuhan yang telah
dikenal manusia sebab secara fitrah manusia
akan menyembah Tuhan yang telah dikenalnya meskipun diliputi oleh
kesesatan.
Dalam sejarah kehidupan para rasul, persoalan pertama yang dihadapi
oleh mereka bukanlah pengingkaran adanya Tuhan akan tetapi persoalan
tentang siapa yang dituhankan. Silih bergantinya para rasul yang diturunkan
oleh Allah membawa misi yang sama untuk meluruskan kembali kesadaran
manusi tentang tuhan dan mengajak mereka untuk hanya menyembah dan
mengabdi kepada Allah. Dengan kata lain, mengajak manusia untuk
mentauhidkan Allah. Apa itu mentauhidkan Allah?
Kata tauhid berasal dari bahasa Arab. Secara etimologis, kata tauhid
berasal dari kata يُ َو ِحد- َو اح َدyang berarti mengesahkan atau menunggalkan, dan
secara terminologis berarti menunggalkan Allah dalam beribadah, yakni
hanya menghambakan diri kepada Allah secara murni dan konsekwen,
dengan mentaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan
penuh rasa rendah diri, cinta, harap, dan takut kepada-Nya. Dalam
pengertian ini tauhid tidak cukup hanya mengakui adanya Allah sebagai
Tuhan pencipta alam semesta, pengatur dan pemeliharanya, pemberi rizki,
penurun hujan, dsb. Sebab tauhid yang demikian telah dimiliki oleh orang-
46
orang Arab Jahiliyah yang dihadapi oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana
dinyatakan oleh Allah dalam beberapa ayat al-Qur’an sebagai berikut.
ا ا ُ ُ ا َّ ُ ۡ ا ا ا ا ا َّ ُ ا ُ ُۡ اۡاُ ا ٓا ا ا ُ ُ دا ۡا
٨٥ سيقولون َِّللِِّۚ قل أفَل تذكرون٨٤ قل ل ِم ِن ٱۡلۡرض ومن فِيها إِن كنتم تعلمون
ُۡ ااا ا ُ ا ُ ُ ا ۡ ۡ قُ ۡل امن َّر ُّب َّ ا
اسياقولون ِ ََّّللِِّۚ قل أفَل ت َّتقون٨٦ ٱلس ۡبعِ او ار ُّب ٱل اع ۡر ِش ٱل اعظِي ِم
َّ ت ِ َّٰ ٱلسمَّٰ او
ا ا ا ُ ا ا ُ ُ ُد ا ۡ ا ُ ا ُ ُ اا ُا ُ ا ُۡ ا ا
٨٨ ار اعل ۡيهِ إِن كنتُ ۡم ت ۡعل ُمون َيري وَل َي ِ ك شء وهو ِ قل م ۢن بِي ِده ِۦ ملكوت٨٧
ا ا ُ ُ ا َّ ُ ۡ ا ا َّ َّٰ ُ ۡ ا ا
٨٩ ح ُرون سيقولون َِّللِِّۚ قل فأَّن تس
Artinya: “Katakanlah: Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada
padanya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan
Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?" Katakanlah:
"Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang
besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka
apakah kamu tidak bertakwa?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan
Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" Mereka akan
menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari
jalan manakah kamu ditipu?" (QS. Al-Mu’minuun: 84-89).
ُكاۡ ۡ ا ۡ ُ َّ ا ۡ ا ُ ُ َّ َّ ُ ُ ا ا ا ا ۡ ا ُ َّ ۡ ا ا ا َّ ا َّٰ ا َّٰ ا ۡ ا ا ا ا
َث ُه ۡم ٱَّللِّۚ ق ِل ٱَلمد َِّللِِّۚ بل أ ت وٱۡلۡرض لقولنِ ولئِن سأَلهم من خلق ٱلسمو
ا ا ا
٢٥ َل اي ۡعل ُمون
Artinya: “Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah
yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah".
Katakanlah: "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui” (QS. Luqman: 25).
Tauhid yang benar adalah yang menjadikan Allah sebagai satu-
satunya Tuhan yang harus di imani dan dijadikan satu-satunya tempat untuk
mengabdikan diri dalam seluruh aktifitas kehidupan.
Tauhid sebagaimana digambarkan di atas memiliki konsekwensi dan
implikasi dalam kehidupan. Wujud konsekwensi tauhid seseorang
ditunjukan dalam keyakinan, aktifitas dan perilakunya dalam kehidupan.
Orang yang bertauhid hanya percaya kepada Allah sebagai Tuhan yang
memiliki superioritas dalam menciptakan, mengatur dan memelihara
kehidupan di dalam semesta ini. Karenanya ia akan bersandar, berserah diri,
memohon, mengharap, hanya kepada Allah. Segala aktifitas kehidupannya
semata-mata dilakukan karena menjalankan perintah Allah sebagaimana
seluruh aktifitasnya hanya diperuntukan bagi Allah. Orang yang bertauhid
dengan baik memiliki keyakinan yang sangat dalam bahwa alam semesta
47
dengan segala yang terjadi di dalamnya ada dalam kekuasaan Allah dan
seluruh yang terjadi dalam alam semesta ini selalu ada dalam pantauan dan
aturan dari Allah SWT. Orang yang bertauhid dengan benar menyadari
sepenuhnya bahwa apa saja yang ia miliki yang berupa harta benda, jabatan,
keluarga, kesehatan, keindahan tubuh, kecantikan, dan yang lain adalah
milik Allah sepenuhnya yang diamanahkan kepadanya, karena itu ia akan
memperlakukan dan menggunakan semua itu sesuatu dengan aturan yang
dikehendaki oleh Allah.
Sikap hidup yang demikian itu akan memberikan banyak implikasi
dalam kehidupan manusia, di antaranya:
1. Membangkitkan rasa cinta yang sejati kepada Allah.
2. Membangkitkan spirit untuk berjuang menegakan agama Allah
3. Berpegang teguh terhadap apa saja yang diwahyukan oleh Allah.
4. Mendorong untuk memberbanyak amal baik.
5. Merdeka dari penguasaan orang lain.
6. Tidak takut mati.
7. Tidak takut hidup
8. Memiliki ketenangan batin
9. Memperoleh kehidupan yang baik di dunia
10. Meninggikan kekuatan spiritual dan melepaskannya dari keterkaitan
dengan hawa nafsu.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa tauhid harus menjadi prinsip
hidup setiap orang Islam sebab tauhid merupakan landasan amal perbuatan
dan ibadah yang akan diterima oleh Allah dan menjadi sumber lahirnya
kesalehan-kesalehan dalam kehidupan manusia. Karena itu memiliki sikap
hidup yang berlandaskan tauhid sangatlah penting bagi orang Islam sebab
sikap hidup yang demikian itulah yang akan mengantarkan manusia
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Untuk itu Nabi Muhammad SAW telah berusaha melakukan tindakan-
tindakan preventif agar umat Islam tidak keluar dari bingkai tauhid yang
pada akhirnya membawa kepada hal-hal yang mengandung pada unsur-unsur
syirik. Di antara tindakan-tindakan preventif tersebut adalah:
1. Melarang umat Islam memuji Rasulullah secara berlebih-lebihan karena
hal itu bisa menarik pada penyembahan Rasulullah sebagaimana yang
terjadi pada kaum Nasrani yang menyembah nabi Isa as.
2. Dilarang berlebih-lebihan dalam menghormati kuburan orang-orang
saleh sebab hal ini akan mendorong terjadinya peraktek ibadah
48
kepadanya dan permintaan kepada orang-orang yang sudah meninggal
dunia.
3. Melarang solat dikuburan sebab hal ini menjadi sarana munculnya
ibadah kepada kuburan.
4. Melarang shalat pada waktu terbitnya matahari dan waktu terbenamnya
matahari karena hal itu memiliki kesamaan dengan orang-orang yang
menyembah matahari pada dua waktu tersebut.
5. Melarang umat Islam melakukan ziarah ketempat-tempat tertentu
dengan niat mendekatkan diri kepada Allah kecuali masjidil haram,
masjid nabawi, dan masjid aqsha.
6. Melarang umat Islam melaksanakan nadzar menyembelih hewan
ditempat penyembelihan hewan yang tidak diperuntukan bagi Allah
dalam rangka menghindari keserupaan dengan mereka yang
mengagungkan tempat tersebut.
7. Melarang umat Islam mengucapkan ucapan-ucapan yang mengandung
penyamaan antara Allah dengan mahkluk seperti ucapan ”atas kehendak
Allah dan kehendakmu” atau “ seandainya bukan karena Allah dan
karena kamu”
Dan untuk menumbuh
kembangkan sikap tauhid dalam Orang yang bertauhid
kehidupan, beberapa hal perlu dengan benar menyadari
dilakukan oleh setiap orang Islam sepenuhnya bahwa apa
adalah. saja yang ia miliki adalah
1. Tidak ragu-ragu dan bimbang lagi milik Allah sepenuhnya,
untuk menjadikan Allah sebagai karena itu ia akan
Tuhan dan tempat mengabdi. memperlakukan dan
2. Tidak ragu-ragu lagi memilih menggunakannya sesuai
dengan aturan yang
Islam sebagai jalan hidup yang
dikehendaki oleh Allah
akan membawa di dunia dan di
akhirat.
3. Kembali menelaah Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai pedoman hidup
umat Islam dan meyakini kebenaran isinya serta berusaha berpegang
teguh terhadap isi dan ajarannya.
4. Mengkaji hukum-hukum tauhid yang benar bersama orang-orang yang
memiliki sikap tauhid yang baik.
49
DAFTAR PUSTAKA
50
C. PERGAULAN SEHAT DAN ISLAMI
1. Meniti Jalan Kebenaran : Hidup Sukses Dunia Akhirat
a. Beragam Jalan Hidup
Dalam perspektif al-qur’an,
bahwa jalan hidup umat manuasia Memahami karakteristik jalan
dapat diklasifikasikan menjadi hidup adalah suatu keharusan
tiga macam, yakni; 1. Jalan yang bagi setiap orang, karena
menyangkut tiga hal, yakni:
lurus, 2. Jalan yang dimurkai, dan,
dasar hidup, pola hidup dan
3. Jalan yang tersesat (Qs. Al- tujuan hidup yang akan
Fathihah: 6-7). Sudah barang menentukan kebahagian hidup
tentu, masing-masing jalan di dunia maupun di akhirat
tersebut memiliki karaktersitik yang dapat dibedakan secara tegas. Demikian
pula, konsekwensi bagi setiap orang yang menenpuh jalan tersebut. Oleh
sebab itu, Allah SWT tidak memaksa hamba-Nya untuk memilih salah satu
jalan tersebut, sebagaimana dalam firman-Nya.
ا ُ ۡ ۢ َّ ا ا
ٱَّللِ فق ِدوت ويؤ ِمن ِب
ُ َّ ۡ ُ ۡ د ا َّ ا َّ ا ُّ ۡ ُ ا ۡ ا د ا ا ا
ِ ٱلطَّٰغغِّۚ فمن يكفر ِب ٱل ِن م د شٱلر َّي ب ت د ق ِين ٱل ِف اَلٓ إ ۡك اراها
ِ ِِۖ ِ ِ
ٌ يع اعل
٢٥٦ ِيم ٌ ٱَّلل اس ِم َق اَل ٱنف اِص ا
ُ َّ ام ل ا اهاۗ او ۡ ۡ ۡ اۡ ا ا
َّٰ ك بِٱل ُع ۡر اوةِ ٱل ُو ۡث ا ٱستمس
Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 256).
َّ ا ا ُ ُّ ْ َّ ا ا ۡ ا ۢ ا ۡ ۡ ا ا ا ا َّ َّ ُ د ُ ا ا ا ُ ُّ ْ َّ ا ا ۡ ُ ا
ِ ري عِلمِۗ كذَّٰل ِك زينا ل
ِك ِ وَل تسبوا ٱَّلِين يدعون مِن دو ِن ٱَّللِ فيسبوا ٱَّلل عدوا بِغ
ُ ا ْ ُ ا ا ا
١٠٨ ج ُع ُه ۡم فيُن دبِئُ ُهم ب ِ اما َكنوا اي ۡع املون ۡ أُ َّمة اع املا ُه ۡم ُث َّم إ ا ََّٰل اربدهم َّم
ر
ِ ِِ ِ
Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka
sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap
umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan
merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang
dahulu mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 108).
٦ ِين ا ُ ۡ ُ ُ ۡ ا ا
ِ لكم دِينكم و ِل د
Artinya: “Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”. (QS. Al-
Kaafirun: 6).
51
اسٱَّللِ ٱنلَّ ا ُۗ َّ ح دق إ ََّلٓ أان اي ُقولُوا ْ ار ُّبناا
َّ ٱَّلل اول ا ۡو اَل اد ۡف ُع جوا ْ مِن د اِيَّٰرهِم ب اغ ۡري اُ ِين أُ ۡخر
َّٱَّل ا
ِ ِ ِ ِ ِ
ٗ ٱَّللِ اكث
َّ ٱس ُمۡ ِيهاسج ُد يُ ۡذ اك ُر ف ا ا ا اٞ ا ا ا اٞ َّ ُ د ا ۡ ا ا ُ ا ا ۡاۡ ا ُ ا
ِۗريا ِ َّٰ بعضهم بِبعض لهدِمت صوَّٰمِع وبِيع وصلوَّٰت وم
ٌ ٱَّلل لا اقو ٌّي اعز ُ او الا ُ ا َّ َّ ُ ا ا
نّص ُه ِّۚ ٓۥ إ َّن َّ ا
٤٠ يز ِ ِ ِ ُ نّصن ٱَّلل من ي
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman
mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan
kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan)
sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan
biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan
mesjid-mesjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya
Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Al-Hajj: 40).
Berdasarkan ayat-ayat tersebut, Islam mengakui kenyataan tentang
banyaknya jalan hidup yang dapat ditempuh oleh umat manusia, disamping
tuntunan hiduprukun antar mereka. Hal itu, menunjukan Islam menghargai
demokrasi dengan segala konsekwensinya.
52
Berdasarkan ayat tersebut, dapat diketahui bahwa yang dumaksud
dengan jalan yang lurus ialah jalan orang-orang yang telah nendapatkan
nikmat Allah, yakni; para Nabi, Shiddiqiin, dan Shalihin, sebagaimana
َّ ا ا َّ ُ ا ا ُ ْ ا ا ا ا َّ ا ا ۡ ا ا َّ ُ ا
disebutkan dalam surat An-Nisa: 69 sebagai berikut:
د ا َّ د ا
ِٔ ِ ٱَّلل اعل ۡيهِم مِن ٱنل
ِبن لئِك مع ٱَّلِين أنعم َٰٓ او امن يُطِعِ ٱَّلل وٱلرسول فأو
ٗ ا ا ا ُ ا ُ ْ ا َٰٓ ا َّ ٓ ُّ ا او د د ا
٦٩ لئِك ارفِيقا حَّيِّۚ وحسن أو ِ ِٱلصدِيقَِّي اوٱلش اهداءِ اوٱلصَّٰل
ِ
Artinya: “Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya),
mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang
mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang
sebaik-baiknya” (QS. An-Nisa: 69).
Disamping itu, Rasulullah Saw juga memberikan penjelasan
mengenai apa yang dimaksud dengan “jalan yang lurus” sebagai
ِين اأ ۡن اع ۡم ا
Surat Al-Fatihah ayat 7 telah menjelaskan jalan yang tersesat.
َّ ا ا ۡ ۡ ا ا
ٱلضٓالد ا ُ ت اعلا ۡيه ۡم اغ ۡري ٱل ۡ ام ۡغ صِ ارَّٰ اط َّٱَّل ا
٧ َِّي وب علي ِهم وَل
ِ ض ِ ِ
Artinya: (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat
kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula
jalan) mereka yang sesat (QS. Al-Fatihah: 7).
ُ ۡ ۡا
Kata (وب
ِ )ٱلمغض dalam ayat diatas adalah mereka yang sengaja
menentang ajaran islam. Jadi orang yang dimurkai menurut ayat di atas
adalah orang dengan sengaja menentang ajaran-ajaran Islam. Mereka
dengan tegas menentang kebenaran Islam. Sedangkan maksud dari kata
ٱلضٓالدِ ا
َّي
َّ
dalam ayat di atas adalah mereka yang sengaja mengambil jalan
lain selain ajaran Islam. Sedangkan orang yang tersesat menurut ayat di
atas adalah orang-orang yang dengan sengaja mengambil jalan lain
selain Islam dan tanpa menentang kebenaran Islam. (DR. Ahmad Hatta,
MA).
Menurut Dr. Muhammad bin Sulaiman Al-Ashqar (1424 H: 2)
menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan mereka yang tersesat
adalah kaum Nasrani, karena mereka menentang kebenaran disebabkan
kebodohannya. Mereka juga berada dalam kesesatan yang nyata terkait
masalah Nabi Isa a.s (yakni; menjadikannya anak Tuhan).
56
arah yang tiada disangka-sangkanya.. dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya.....” (QS. Ath-Thalaq: 2-3).
ا ا
pahalanya.
٥ سٔااتِهِۦ اويُ ۡعظ ِۡم َُل ٓۥ أ ۡج ارا ا ا ا َّ َّ ا ُ ا د ۡ ا ۡ ُ ا
ِومن يت ِق ٱَّلل يكفِر عنه د
Artinya: “.....dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya
dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat
gandakan pahala baginya”. (QS. Ath-Thalaq: 5).
ۡ ُ ُ ۡا
5. Bagi yang bertakwa disediakan Allah surga yang luas.
َّ ج َّنة اع ۡر ُض اها ُ او اسار ُع ٓوا ْ إ ا ََّٰل ام ۡغف اِرة دمِن َّربد
ٱلس امَّٰ او َّٰ ُت اوٱۡلۡرض أع َِّدت ك ۡم او ا
ِ ِ ِ
١٣٣ َِّيل ِلۡ ُم َّتق ا
Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan
untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS. Ali Imran: 133).
د ا َّ ٓ ۡ ا ا ا
bumi.
امنُوا ْ او َّٱت اق ۡوا ْ لا افتا ۡحناا اعلا ۡيهم با ار ا
ى اء ا اول ا ۡو أ َّن أ ۡه ال ٱلۡ ُق ا
ِ ٱلس اماءِ اوٱۡل
ۡرض كَّٰت مِن ِ َٰٓ ر
ا ۡ ْ ُ ا ا َّ ُ ْ ا ا ا ۡ ا ا
٩٦ خذنَّٰ ُهم ب ِ اما َكنوا ياكسِبُون اولَّٰكِن كذبوا فأ
Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka
kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS. Al-A’raf: 96).
8. Bagi yang mengikuti petunjuk Allah niscaya hidupnya tidak akan takut
ٌ ُ ۡ ا ۡ ُ ْ ۡ ا ا ٗ ا َّ ا ۡ ا َّ ُ د د ُ ٗ ا ا ا ا ُ ا ا ا ا ا
dan sedih.
خ ۡوف قلنا ٱهبِطوا مِنها َجِيعا ُۖ فإِما يأت ِينكم م ِِِن هدى فمن تبِع هداي فَل
ا ُ ا ا ا
٣٨ اعل ۡي ِه ۡم اوَل ُه ۡم َيۡ ازنون
Artinya: “Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu!
Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang siapa yang
mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka,
dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (QS. Al-Baqarah: 38).
ا َّ ا ۡ ا َّ ُ د د ُ ٗ اٞ ا ُ د
celaka dan tersesat.
ُ ض ُ ِيعۢا اب ۡع ۡ ا ۡ ا ا
ك ۡم ۡلِ ا ۡعض عدو ُۖ فإِما يأت ِينكم م ِِِن هدى فم ِن
ا ُۖ قال ٱهبِ اطا مِن اها َج ا
ا َّ ا ا ُ ا ا ا
١٢٣ َق َّٰ ض ُّل اوَل ي ا ۡش ا ِ اي فَل يا
َ ٱتبع ه هد
Artinya: “Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga
bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain.
Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa
yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka
“. (QS. Thaha: 123).
10. Bagi yang beriman dan beramal shaleh, Allah akan menjadikan
hidupnya di dunia penuh dengan kebaikan, dan memberinya pahala
yang besar di akhirat.
58
ٗ ِن فالانُ ۡحييا َّن ُهۥ اٞ نَث او ُه او ُم ۡؤم
ُۖ حيا َّٰو ٗة اط ديِباة ا ا اۡ ُ ا ا ا
ِ َّٰ ام ۡن اع ِمل صَّٰل ِٗحا دمِن ذكر أو أ
ُ ا ْ ُ ا ا ا ا
٩٧ اونلا ۡج ِزيا َّن ُه ۡم أ ۡج ار ُهم بِأ ۡح اس ِن اما َكنوا اي ۡع املون
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan
Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. al-Nahl: 97).
Dari ayat-ayat tersebut diatas cukup jelas bagaiamana Allah memberi
jaminan yang baik bagi setiap hamba-Nya yang menempuh jalan kebenaran.
Oleh sebab itu, bagi setiap orang yang menginginkan hidupnya bahagia di
dunia dan akhirat, maka tidak ada pilihan lain kecuali ia harus menempuh
jalan kehidupan sesuai dengan petunjuk Allah tersebut. Jika Allah
menghendaki hidup ini mudah dan bukan sebaliknya (sulit) dan telah
memberikan petunjuk bagaimana cara mencapai kehidupan yang mudah,
lantas apa yang menjadi alasan bagi orang untuk hidup sulit, kalau tidak
karena mempersulit diri sendiri?
ٓ ا ا ُ ا ا ا ا ا َّ ا ا ۡ ُ َّ ا َّٰ ا ُ َّ ُ ُ َّ ا ُ ْ َّ ا ا ا
1. Menjadikan syaitan sebagai pelindungnya.
َّي أ ۡو ِلاا اء مِن ُدو ِني وف ِريقا حق علي ِهم ٱلضللة ِّۚ إِنهم ٱَّتذوا ٱلشيَّٰ ِط َ ف ِريقا هدا
ا ا
َّ ا َّ
٣٠ ٱَّللِ اويا ۡح اسبُون أن ُهم ُّم ۡهتا ُدون
Artinya: “Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah
pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan
syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira
bahwa mereka mendapat petunjuk “. (QS. Al-A'raf: 30).
60
3. Tidak merespon misi Rasulullah saw (memahami ayat-ayat Allah,
mensucikan diri dan mempelajari Al-Qur’an dan Hadits).
ٗ ُُۡدد ا ا
ُوَل دم ِۡن ُه ۡم اي ۡتلُوا ْ اعلا ۡيه ۡم اء اايَّٰتِهِۦ اويُ از دك ِيه ۡم اويُ اعلد ُِم ُهم اا ا َّ ُ ا
ِ ِ مٔن رس ِ ِ هو ٱَّلِي بعث ِِف ٱۡل
ا ا ُ ا ْ ُ ا ۡ ۡ ا ٱلۡك اِتَّٰ ا
٢ ب اوٱَلِك امة ِإَون َكنوا مِن ق ۡبل ل ِِف اضلَّٰل ُّمبَِّي
Artinya: ”Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf
seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya
kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab
dan hikmah (As- Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata,”. (QS. Al-Jumu’ah: 2).
ا ا ۡ ا
yang sulit.
١٢٤ ّم
ۡ ُ ُ ۡنَك او اَن
َّٰ ۡش ُهۥ يا ۡو ام ٱلق اِيَّٰ امةِ أ ۡع ا
ٗ ا َّ ا ُ ا ا ٗ ا ۡ
او ام ۡن أع ارض اعن ذِك ِري فإِن َلۥ معِيشة ض
61
Artinya: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta “. (QS.
Thaha: 124).
2. Bagi yang berpaling dari peringatan Allah, ia akan mendapatkan azab
yang amat berat.
ٗ ا ۡ ُ ۡ ۡ ۡ د
١٧ ِنلافتِنا ُه ۡم فِيهِٖۚ او امن ُي ۡع ِرض اعن ذِك ِر اربدِهِۦ ي ا ۡسلك ُه اعذابٗا اص اعدا
Artinya: “Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. dan
barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan
dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat “. (QS Al- Jin: 17).
3. Bagi yang melupakan peringatan Allah, ia akan dimanjakan dengan
ْ ٓ ُ ُ ٓ ا ا ۡ ا ا ا ۡ ۡ ا ۡ ا ا ُ د ا ۡ ا َّ ا ا ُ ْ ا
kesenangan namun kemudian disiksa dengan tiba-tiba hingga putus asa.
ْ ُ ا ا َّ ا ُ ْ ا ُ د
َٰٓ ك شء ح
َّت إِذا ف ِرحوا بِما أوتوا ِ فلما نسوا ما ذكِروا بِهِۦ فتحنا علي ِهم أبوَّٰب
ا ا ۡ ا َّٰ ُ ا ۡ ا ٗ ا ا ُ ُّ ۡ ُ ا
٤٤ أخذنهم بغتة فإِذا هم مبلِسون
Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah
diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu
kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira
dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka
dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus
asa”. (QS. Al-An’am: 44).
4. Bagi yang tidak mau mendengarkan dan memahami ayat-ayat Allah
ۡ ا ا ا ۡ ا ا ۡ ا ا ا َّ ا ا ٗ د ا ۡ د ا
diancam masuk neraka Jahanam.
ا َّ ۡ ا اٞ ُ ُ ۡ ُ ا
وب َل ايفق ُهون ب ِ اها اول ُه ۡم نس لهم قل ِۖ ِ ٱۡل ِ ولقد ذرأنا ِۡلهنم كثِريا مِن
ِ ٱۡل ِن و
ۡ ا ۡ ُ
ۡ ا ۡ ا ُ ا ا ٓ ْ ا َٰٓ ا ا َّ ٞ ا ا َّ ُ ۡ ُ اٞ ُ ۡ ا
ك كٱۡلن اعَّٰ ِم بال ُه ۡم ّصون ب ِ اها اول ُه ۡم اءاذان َل يسمعون بِها ِّۚ أول ِئ ِ أعَّي َل يب
ۡا ُ ا ُ ا ا
١٧٩ ك ُه ُم ٱلغَّٰفِلون َِٰٓ أ اض ُّل ِّۚ أ ْو
لئ ا
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka
Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan
mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai “. (QS. Al-A’raf: 179).
62
Orang-orang yang memilih jalan kesesatan itu, di akherat nanti akan
mengalami banyak penyesalan sebagaimana disebutkan al-Quran sebagai
berikut:
ا ا ۡ ا ا ااٞ ۡا اُ ا ا
1. Menyesal karena lalai menjalankan kewajiban terhadap Allah.
ٱلسخِر ا
َّٰ َّ ُ ُ ا ا َّ جۢنب ُ لَع اما فا َّر ْط
ت ِف ا َّٰ َّٰ أن تقول نفس يَّٰحۡس
٥٦ ينِ ن م
ِ ل نت ك ِإَون ِ ٱَّلل ِ ِ َت
Artinya: “Supaya jangan ada orang yang mengatakan: "Amat besar
penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban)
terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang
memperolok-olokkan (agama Allah)”. (QS. Az-Zumar: 56).
ُ ا ۡ ا ُ ا ا ۡ ا َّ َّ ا ا ا َّٰ ا
2. Menyesal karena tidak mau bertaqwa
نت م اِن ٱل ۡ ُم َّتق ا
٥٧ َِّي ُ ك أو تقول لو أن ٱَّلل هدى ِِن ل
Artinya: “Atau supaya jangan ada yang berkata: 'Kalau sekiranya Allah
memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang
bertakwa”. (QS. Az-Zumar: 57).
ا ٗ اا ُ ا َّ ا ا ا ۡ ا ا ا ا ا ا اُ ا
3. Menyesal karena tidak berbuat kebaikan.
سن ا ۡ ۡ أ ۡو تقول حَِّي ترى ٱلعذ
٥٨ َِّي ِ اب ل ۡو أن َِل ك َّرة فأكون م اِن ٱل ُمح
Artinya: “Atau supaya jangan ada yang Berkata ketika ia melihat azab
'Kalau sekiranya Aku dapat kemnbali (ke dunia), niscaya Aku akan termasuk
orang-orang berbuat baik”. (QS. Az-Zumar: 58).
Meskipun demikian, dengan rahmat dan kasih sayang Allah, masih
ada solusi untuk keluar dari jalan kesesatan itu. Hal itu disebutkan dalam
beberapa ayat al-Quran sebagai berikut:
ُ ُ ۡ ا َّٰ ا ا َّ ا ا ۡ ا ُ ْ ا ا َٰٓ ا
1. Jangan putus asa dari rahmat Allah (karena telah banyak dosa).
ۡ َّ ۡ ا َّ َّ َّ ا ْ ۡا ا
ٱَّلل ايغف ُِر س ِه ۡم َل تقنا ُطوا مِن رَحةِ ٱَّللِِّۚ إِنِ قل يعِبادِي ٱَّلِين أۡسفوا لَع أ
نف
٥٣ ِيم ُ ٱلرح
َّ ور ُ ِيعا ِّۚ إنَّ ُهۥ ُه او ٱلۡ اغ ُف
ُّ ُ ا ا ا
ِ ٱَّلنوب َج
Artinya: “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat
Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya (kecuali
dosa syirik / QS. An-Nisa’: 48). Sesungguhnya Dia-lah yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Az-Zumar: 53).
ا ۡ ا ا ۡ ا ُ ُ ۡ ا ا ُ ُ َّ ا ُ ا ُ ا ا ا ُ ٓ ْ ا َّٰ ا د ُ ۡ ا ا ۡ ُ ْ ا
2. Segera kembali kepada Allah dan tunduk kepada-Nya.
ُ
٥٤ وأن ِيبوا إَِل ربِكم وأسلِموا َلۥ مِن قب ِل أن يأتِيكم ٱلعذاب ثم َل تنّصون
63
Artinya: “Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah
kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak
dapat ditolong (lagi)” (QS. Az-Zumar: 54).
Segera mengikuti Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya.
ٗ ۡ ُ ا َّ ُ ٓ ْ ا ۡ ا ا ا ٓ ُ ا ا ۡ ُ د َّ د ُ د ا ۡ ا ا ۡ ا ُ ُ ۡ ا ا
3.
اب ابغتاةنزل إِلكم مِن ربِكم مِن قب ِل أن يأتِيكم ٱلعذ
ِ وٱتبِعوا أحسن ما أ
ا ۡا ا ا
٥٥ اوأنتُ ۡم َل تش ُع ُرون
Artinya: “Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu [Al-Qur’an] sebelum datang azab kepadamu
dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya”. (QS. Az-Zumar:
55).
Demikianlah, jelas sekali Allah
telah memaparkan tentang jalan hidup Hai manusia, sesungguhnya
bagi umat manusia dengan segala janji Allah adalah benar,
maka sekali-kali janganlah
konsekwensinya, bahkan Allah juga
kehidupan dunia
memberikan solusi dari akibat salah memperdayakan kamu dan
pilih jalan kehidupannya. Oleh sebab sekali-kali janganlah syaitan
itu, apa yang membuat orang tidak yang pandai menipu,
memilih jalan kehidupan yang baik memperdayakan kamu
jika ia adalah orang yang berakal? tentang Allah (QS. Fathir: 5)
Mungkinkah ia sedang ditipu oleh
kehidupan dunia dan oleh syaitan sang penipu atau sedang memperturutkan
hawa nafsunya? Bukankah Allah telah mengingatkan manusia agar hati-hati
dan selalu waspada serta berfikir cerdas dalam hidup ini? Coba pahami dan
ۡ ُ ُ َّ َّ ُ ا ا اٞ ا ا ُّ ا َّ ُ َّ ا ۡ ا َّ ا د
renungkan ayat-ayat berikut:
َِّكم بٱَّلل ُ َّٱل ۡنياا او اَل اي ُغ َّرن
ُّ ٱَليا َّٰو ُة
ا َٰٓ
ِ يأيها ٱنلاس إِن وعد ٱَّللِ حق ُۖ فَل تغرنكم
ْ ُ ُ ْ َّ َّ اٞ َّ َّ ۡ ا ا ا ُ ۡ ا ُ د
ُ ٱَّت ُِذ ُ ٱلۡ اغ ُر
وه اع ُد ًّواِّۚ إِن اما يا ۡد ُعوا ح ِۡزبا ُهۥ ِلاكونوا م ِۡن إِن ٱلشيطَّٰن لكم عدو ف٥ ور
٦ ِري ع َّ حَّٰب
ٱلس أا ۡص ا
ِ ِ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka
sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali
janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah
(5). Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia
musuh (mu), Karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala
(6). (QS. Fathir: 5-6).
64
ٗ ُّ ا ا ۡ ا ا ا َّٰ ٓ ا ۡ ا ا ا
٧٢ ّم اوأ اضل اسبِيَل َّٰ او امن َك ان ِِف ه ِذه ِۦ أع
َّٰ ّم ف ُه او ِِف ٱٓأۡلخِرةِ أع
Artinya: “Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di
akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang
benar). (Q.S. Al-Isra’: 72).
ُ ا ا َّ ُّ ُّ ۡ ُ ۡ ُ َّ ا ا َّ ا َّ َّ ا ٓ د
٢٢ ِين َل اي ۡعقِلون ب عِند ٱَّللِ ٱلصم ٱۡلكم ٱَّل
ِ إِن َش ٱلوا
Artinya: “Sesungguhnya seburuk-buruk makhluk pada sisi Allah ialah;
orang-orang yang pekak lagi tuli (tidak mau mendengarkan dan
memahami kebenaran) dan tidak mau menggunakan akalnya (untuk
memikirkannya). (QS. Al-Anfal: 22).
e. Islam Alternatif
Meskipun Allah Swt
memberikan kebebasan kepada Setiap orang telah diberi potensi
oleh Allah SWT berupa
umat manusia untuk menempuh
pengetahuan sebagai dasar
jalan hidupnya sesuai dengan setiap melakukan perbuatan,
keinginannya, tapi Dia juga Dia tidak membebani hamba-
memberikan penjelasan dan Nya dengan sesuatu diluar batas
peringatan tentang pilihan kemampuannya
alternatif yang harus diambil
ٓ ا َّ ۡ ۡ ا َّٰ ُ ا ا ۡ ا ا ا َّ ا ُ ُ ْ ۡ ا َّٰ ا َّ ۢ ا ۡ ا ا
sebagaimana dalam firman-Nya berikut ini:
جا اء ُه ُم ٱۡلسلمۗ وما ٱختلف ٱَّلِين أوتوا ٱلكِتب إَِل مِن بع ِد ما َّ د ا
ِ ِإِن ٱلِين عِند ٱَّلل
١٩ اب ٱَّلل ا ُ ۡ ا
ٱَّللِ فاإ َّن َّ ا
َّ ب ااايَّٰت ُ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ
ِ ِٔ ٱلعِل ُم ابغياۢا باينا ُه ۡمۗ او امن ياكف ۡر
ِ ۡسيع ٱَلِس
ِ ِ
Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam.
Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah
datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di
antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS. Ali-Imran: 19).
اِ ا ۡ ا اا ۡ ا اا اۡا ا ۡا ۡ ا
خَّٰ ِۡس ا
٨٥ ينِ ٱۡل ۡسل َّٰ ِم د ِٗينا فلن ُيقبال م ِۡن ُه او ُه او ِِف ٱٓأۡلخِرة مِن ٱل
ِ ومن يبتغِ غري
Artinya: “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-
kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi” (QS. Ali-Imran: 85).
ا ا ا ُ ُ َّ َّ ا ا ُ ُّ ۡ ُ ا ا َٰٓ ا ُّ ا َّ ا ا ا ُ ْ َّ ُ ْ َّ ا ا َّ ُ ا
١٠٢ يأيها ٱَّلِين ءامنوا ٱتقوا ٱَّلل حق تقاتِهِۦ وَل تموتن إَِل وأنتم مسلِمون
65
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS. Ali-Imran: 102).
Berdasarkan ayat-ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa jalan hidup
yang benar adalah mengikuti Islam, yakni jalannya Para Nabi, Shiddiqin,
Syuhada dan Shalihin, bukan jalannya kaum Yahudi maupun Nasrani.
ُ َّ ا َّٰ ُ ۡ ا ا ۡ ا ُ ا ۡ ا َّ ُ ا
ayat berikut ini:
ُ ج اع ال لا
َّ ك ُم
ٱلس ۡمعا ۡ ون ا
شٔٗا او ا ُ ُ ۢ د ُ ا ا
وٱَّلل أخرجكم ِمن بطو ِن أمهتِكم َل تعلم
ا ۡ ا ۡ ا َّٰ ا ا ۡ ا ۡ ا ا ا ا َّ ُ ا ۡ ُ ا
٧٨ ك ۡم تشك ُرون وٱۡلبصر وٱۡلفِٔدة لعل
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78).
ۡ ٌ َّ َّ ۡ ا ا ۡ ا ا ا ا ۡ ُ ا ا ُ ُّ ُ ْ ا َٰٓ ا ا ا ا اا اۡ ُ ا اۡ ا ا ا
ك َكن ع ۡن ُه ِوَل تقف ما ليس لك بِهِۦ عِل ِّۚم إِن ٱلسمع وٱۡلّص وٱلفؤاد ك أولئ
ٗ
٣٦ ام ۡسُٔوَل
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36).
َّ ٞ ُ ۡ َّ ا ۡ ا ُ ا ا ا ا ُ ۡ اٞ ُ ُ ۡ ُ ا ۡ ا ا ا ۡ ا ا ۡ ا ا ا َّ ا ا ٗ د ا ۡ د ا
َّي َل نس لهم قلوب َل يفقهون بِها ولهم أع ِِۖ ٱۡل ِ ولقد ذرأنا ِۡلهنم كثِريا مِن
ِ ٱۡل ِن و
ُ ا ا ُ
َّ ا ۡ ا ُ ا ا ٓ ْ ا ا ا ۡ ۡ ا ا ۡ ُ ۡ ا ُّ ْ اٞ ُ ۡ ُ ا ا ا ا ُ ۡ ا ا
ك ُه ُم لئ ا
ِ َٰٓ لئِك كٱۡلنعَّٰ ِم بل هم أضل ِّۚ أو
َٰٓ ّصون بِها ولهم ءاذان َل يسمعون بِها ِّۚ أو ِ يب
ۡا ُ ا
١٧٩ ٱلغَّٰفِلون
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
66
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang
yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 179).
ا ۡ ٱكتا اسباۡ ا ۡ ٱَّلل ان ۡف اسا إ ََّل ُو ۡس اع اها ِّۚ ل ا اها اما اك اسبا اَل يُ ا
ُ َّ كلد ُِف
تۗ ار َّبناا َل ت او اعل ۡي اها اما ِ
لَع َّٱَّل ا ُ ا ۡ ا ٓ َّ ا ٓ ا ۡ ا ۡ ا ۡ ا ا َّ ا ا ا ا ۡ ۡ ا ا ۡ ا ٓ ۡ ٗ ا ا ا ا ۡ ا ُ ا ا
ِين مِن تؤاخِذنا إِن نسِينا أو أخطأنا ِّۚ ربنا وَل َت ِمل علينا إِِصا كما َحلتهۥ
ا ا
َحناا ِّٓۚ أ ا
ۡ ٱر اۡ ٱغف ِۡر انلاا او
ۡ ا ۡ ُ ا َّ ا اا ا ا ۡ ُ ا ا
نت ام ۡولىَّٰناا ق ۡبلِناا ِّۚ ار َّبناا اوَل َتا د ِملناا اما َل اطاقة نلاا بِهُِۖۦ وٱعف عنا و
ا ُ ۡا اا ۡا ۡ ۡ ا
كَّٰفِر ا
٢٨٦ ين ِ فٱنّصنا لَع ٱلقو ِم ٱل
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka
berdo`a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa
atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada
kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang
yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada
kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka
ا ۡ ُ ا ا ا ا َّ ٓ ُ ا
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (QS. Al-Baqarah: 286).
ا ا د ا َّٰ د ا ۡ ُ ا َّٰ ا ۡ ُ ۡ ا َّ ان ُه ٗدى لد ُ ُۡۡا
ان
ٖۚ ِ ق ر ف ٱل و ى د ه ٱل ِن م ت ن ِ ي ب و اس
ِ ِلن ءر قٱل ه
ِ ِي ف لنز
ِ شهر رمضان ٱَّلِي أ
ُا د ۡ َّاٞ َّ َّ ۡ ا ۡ ا ُ ۡ ُ ا ا ا ا ا ا ا ۡ ا ا ا ا ا ُ اف امن اشه اد م
ۗ لَع سفر فعِدة مِن أيام أخ ار َّٰ ِنك ُم ٱلشه ار فليصمهُۖ ومن َكن مريضا أو ِ
ِ
ا ا ْ
َبوا َّ ا ا ۡ ْ ُ ۡ
ُ ۡس اوَلِ ُك ِملوا ٱلع َِّدةا اوَلِ ُك د ۡ ُ يد ب ا ۡ
ُ ُ ُ ُ َّ ُ ُ ُ ُ ۡ ا ا
لَع اما َّٰ ٱَّلل ِ
ك ُم ٱل ُع ۡ ا
ِ ي ِريد ٱَّلل بِكم ٱليۡس وَل ي ِر
ا ا َّٰ ُ ۡ ا ا ا َّ ُ ا ۡ ُ ا
١٨٥ ك ۡم تشك ُرون هدىكم ولعل
Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu
hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya
kamu bersyukur". (QS. Al-Baqarah: 185).
67
Berdasarkan ayat-ayat
tersebut, dapat dipahami Yang harus dilakukan setiap muslim
dengan jelas bahwa setiap agar selalu berada dijalan
orang telah diberi potensi kebenaran:
oleh Allah SWT berupa 1. Mengikuti petunjuk Allah Swt
pengetahuan sebagai dasar 2. Mengikuti petunjuk Al-Qur’an
setiap melakukan pertbuatan 3. Mengikuti petunjuk Rasulullah
SAW
serta menjadi hamba yang 4. Menjadi golongan shiddiqin
bersyukur kepada-Nya. Jelas (Pengikut Rasulullah yang setia)
bahwa Allah Swt 5. Menjadi golongan Syuhada
menghendaki kemudahan, (Gugur di jalan Allah)
bukan kesulitan. Oleh sebab 6. Menjadi golongan Shalihin
itu, Dia tidak membebani hamba_Nya dengan sesuatu diluar batas
kemampuannya. Hal ini merupakan isyarat bahwa setiap orang yang tidak
patuh dan tidak tunduk kepada Allah adalah merupakan pilihannya sendiri,
bukan karena ketidakberdayaannya. Selanjutnya apa yang harus dilakukan
setiap muslim agar selalu berada dijalan kebenaran:
1. Mengikuti petunjuk Allah Swt
Manusia dalam menempuh jalan hidupnya memerlukan petunjuk Allah
Swt agar tidak menemui banyak masalah seperti; tersesat, celaka, takut,
bersedih hati dan menghadapi berbagai kesulitanhidup, tetapi justru
dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.
68
Artinya: “Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga
bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang
lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu
barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan
tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku,
maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami
akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
(QS. Thaha: 123-124).
ا ۡ ا ُ ا ُ ا ٓ َّ ا ُ ا ا د ا ا
c. Agar selamat dalam hidup
ا ا ا ُ د ٓ ِ ك فاأ ۡرس ِۡل ام اعناا با
ِن إِ ۡس ارَٰٓءِيل اوَل ت اعذ ِۡب ُه ۡمُۖ ق ۡد ِ فأتِياه فقوَل إِنا رسوَل رب
٤٧ ى َّٰ ٱلس ال َّٰ ُم ا ا
َٰٓ لَع امن َّٱتبا اع ٱل ۡ ُه اد َّ ك او ك ٔ ا د د ا
ُۖ ِ بااية مِن َّرب
ۡا ا
ِ َّٰجئن
ِ
ِ
Artinya: “Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Firaun) dan
katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu,
maka lepaskanlah Bani Israel bersama kami dan janganlah kamu
menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu
dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan
keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti
petunjuk.” (QS. Thaha: 47).
ب أا ا
b. Keluar dari kegelapan/kesesatan.
ۡ
ور بِإِذ ِن اربدِهِ ۡم ُّت إ اَل ٱنل
ِ َّٰ ٱلظلُ ا
م
ُّ ا
ِن م اس نزلۡ انَّٰ ُه إ الۡ ا
ك َلِ ُ ۡخر اج ٱنلَّ ا ٌ َّٰالٓر ك اِت
ِ ِ ِ ِ ٖۚ
ۡا ۡا إ ا ََّٰل صِ ا
١ يز ٱَل ِمي ِد ِ ِ ز ع ٱل ط
ِ َّٰ ر ِ
Artinya: “Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan
kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita
kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu)
menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS.
Ibrahim: 1).
c. Mendapat penjelasan yang benar
70
ُ ٓ ۡ ا ا ا ُ ۡ ا
١ ب اوق ۡر اءان ُّمبَِّي
ِ َّٰال ٖۚر ت ِلك ءايَّٰت ٱلكِت
Artinya: “Alif, laam, raa. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-
ayat Al-Kitab (yang sempurna), yaitu (ayat-ayat) Al Qur'an yang
memberi penjelasan” (QS. Al-Hijr: 1).
ِي أا ا
d. Sebagai peringatan dan kabar gembira bagi yang beriman
ا د ب اول ا ۡم اَيۡ اعل َّ َُلۥ ع اِو ا
ق ديِ ٗما ِلُنذ اِر١ ج ۜا َّٰ نز ال ا ا
لَع اع ۡب ِده ِ ٱلۡك اِتَّٰ ا ۡا
ٓ ٱَل ۡم ُد ِ ََّّللِ َّٱَّل
ا ۡ ٗ ا ٗ د َّ ُ ۡ ُ ا ُ ا د ا ۡ ُ ۡ ا َّ ا ا ۡ ا ُ ا َّ َّٰ ا َّٰ ا َّ ا
ت أن ل ُه ۡم ِ بأسا شدِيدا مِن لنه ويب ِۡش ٱلمؤ ِمنَِّي ٱَّلِين يعملون ٱلصلِح
٢ ح اس ٗنا أا ۡج ارا ا
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada
hamba-Nya Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia tidak mengadakan
kebengkokan di dalamnya; sebagai bimbingan yang lurus, untuk
memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan
memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang
mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan
yang baik,” (QS. Al-Kahfi: 1-2).
ا َّ ٓ ا ا ٓ ا َّ ُ ا ا
a. Mengikuti perintahnya dan menjauhi larangannya.
ۡ َّ ى فالِلَّهِ اول َّٰ وَلِۦ م ِۡن أ ۡهل ٱلۡ ُق ار
َِّٰلر ُسو ِل او َِّلِي ٱل ُق ۡر اَب ِ
ُ ا َّٰ
ِ ما أفاء ٱَّلل لَع رس
ا ۡ ا
ُ ٓ ۡ اۡا
ِّۚيل َكۡ َل يكون دولَۢة بَّي ٱۡلغنِيااءِ مِنك ۡم
ا ُ ا ُ ا ا
ب َّ سكَِّي اوٱبۡن
ٱلس َّٰ ّم اوٱل ۡ ام ا
َّٰ او ۡٱلا اتَّٰ ا
ِ ِ ِ ِ
ٱَّللا ك ۡم اع ۡن ُه فاٱنتا ُه ِّۚوا ْ او َّٱت ُقوا ْ َّ ُۖا
َّ ٱَّلل إ َّن ُ َّٰ وه او اما ان اهى ُ خ ُذ ُ ا ا ٓ ا ا َّٰ ُ ُ َّ ُ ُ ا
وما ءاتىكم ٱلرسول ف
ِ
ا ُ ۡ ا
٧ اب ِ شدِيد ٱلع
ِق
Artinya :“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah
kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka
adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta
itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara
kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia.
Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan
72
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras
hukuman-Nya.” (QS. Al-Hasyr 7).
ا ا ا َّ ُ ُ ا ٓ ُ ا ا
itu dijelaskan dalam ayat berikut:
َّ ا ا ا َٰٓ ا ك اء ا ٌّ ُ َّ د ا ۡ ُ ۡ ُ ا
لئِكتِهِۦ ام ان بِٱَّللِ وم ون
ِّۚ ِن مؤ م ٱلو ِۦ هِ بر ِن م ه
ِ ۡ لِنزل إِ ءامن ٱلرسول بِما أ
ا
حد دمِن ُّر ُسلهِۦ او اقالُوا ْ اسم ۡعناا اوأ اط ۡعناا ُۖ ُغ ۡف ارانا ا ا او ُكتُبهِۦ او ُر ُسلِهِۦ اَل ُن اف در ُق اب ۡ ا
َّي أ ا
ك ِ ِّۚ ِ ِ ِ
ۡ ا ا ا
ُ ص
٢٨٥ ري ِ ار َّبنا ِإَولۡك ٱل ام
Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan
kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman.
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak
membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul
rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat".
(Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali". (QS. Al-Baqarah: 285).
73
ا ا ُ لَع ت اِجَّٰ ارة تُنج ا ا ُّ ا َّ ا ا ا ُ ْ ا ۡ ا ُ ُّ ُ ۡ ا ا
١٠ يكم دم ِۡن اعذاب أ ِلم ِ َّٰ يأيها ٱَّلِين ءامنوا هل أدلكم َٰٓ
ُ ِك ۡم اذَّٰل ُ ُ ا ُ َّ ۡ ا ا ا ا ُ ا َّٰ ُ ا ُۡ ُ ا
َّ ون ب
ِك ۡم ِّۚ يل ٱَّللِ بِأموَّٰلِك ۡم اوأنفس ِ ِج ِهدون ِِف سب وَلِۦ وت ِ ٱَّللِ او ار ُس ِ تؤمِن
ُ ۡك ۡم اويُ ۡدخِل ُ ك ۡم ذُنُوبا ُ اي ۡغف ِۡر لا١١ ون ُ ُۡ اۡاُ ا ُ َّ لٞخ ۡري
ج َّنَّٰت
ك ۡم ا ا
ك ۡم إِن كنتم تعلم
ۡا ا ا
ُ ن اذَّٰل اِك ٱلۡ اف ۡو ُز ٱلۡ اعظ
ِيم ۡ ا
ٖۚ ت عد
َّ سك اِن اط ديبا ٗة ِف ا
ِ َّٰجن َّٰ َتۡ ِري مِن َتۡت اِها ٱۡلنۡ اهَّٰ ُر او ام ا
ِ ِ
يب اوب ا د ِۡش ٱل ۡ ُم ۡؤ ِمن ا ٞ ح قارٞ ٱَّللِ او اف ۡت
َّ ّص دم اِن ا ُ ۡ ا َّٰ ُ ُّ ا
ٞ ۡ ون اها ُۖ نا
١٣ َِّي ِ ۗ ِ وأخرى َتِب١٢
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan
suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang
pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad
di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi
kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-
dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal
yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan
(ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari
Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Ash-Shaff
10-13).
َّ ۢ ا ۡ د ۡ ا َّ ۡ ا ا ا ُ ا ا ا
sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat berikut ini:
ا
١٠٥ ِي ٱلصَّٰل ُِحون ور مِن بع ِد ٱَّلِك ِر أن ٱۡلۡرض ي ِرثها عِباد َّ اولا اق ۡد اكتابۡناا ِف
ُٱلزب
ِ ِ
Artinya: “Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami
tulis dalam) Lohmahfuz, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-
ۡ
hamba-Ku yang saleh.” (QS. Al-Anbiya: 105).
ۡ ا ا ۡ ا ۡ ا ۡ
وف اويا ۡن اه ۡون اع ِن ٱل ُمنك ِر َّ
ِ يُؤمِنُون بِٱَّللِ اوٱلا ۡو ِم ٱٓأۡلخ ِِر اوياأ ُم ُرون بِٱل ام ۡع ُر
َّ ٱَلا ۡي ارَّٰت اوأُ ْو ا َٰٓ ا
ۡ ا َّٰ اوي ُ ا
١١٤ َّي ح ا
ِ ِلئِك م اِن ٱلصَّٰل ِۖ ِ س ِر ُعون ِِف
Artinya: “Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka
menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan
bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu
termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ali-Imran: 114).
74
ا ا ج اعلۡناا ِف ذُ در َّيتِهِ ٱنلُّبُ َّو اة اوٱلۡك اِتَّٰ ا او او اه ۡبناا ا َُل ٓۥ إ ۡس ا
حَّٰ اق اويا ۡع ُق ا
ب او اءات ۡي انَّٰ ُه أ ۡج ار ُهۥ ِ ِ
وب او ا
ِ
ح ا َّ ا َّ ۡ ُّ
٢٧ َّي ِ ِٱلنياا ُۖ ِإَون ُهۥ ِِف ٱٓأۡلخ اِرةِ ل ِم ان ٱلصَّٰل ِِف
Artinya: “Dan Kami anugrahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Yaqub,
dan Kami jadikan kenabian dan Al Kitab pada keturunannya, dan Kami
berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di
akhirat, benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Al-
Ankabut: 27).
DAFTAR PUSTAKA
75
2. Membangun Hidup Sehat Serta Islami
Mahasiswa adalah komunitas yang cukup bhinneka, kebhinnekaan ini
dapat dikenali baik dari asal keluarganya seperti kelas social, tingkat
penghasilan, pekerjaan orang tua maupun diri mahasiswa itu sendiri yang
meliputi orientasi hidup, tujuan dan motivasi menjadi mahasiswa, gaya
hidup dan lain sebagainya. Kebhinekaan atau heterogenitas ini seyogyanya
disikapi secara arif oleh mahasiswa. Hal ini dikarenakan banyak orang
mengenal mahasiswa sebagai sosok pribadi yang dewasa, mandiri,
bertanggungjawab dan mampu
menjaga diri dengan baik.Dalam
aktifitas pembelajaran di Mahasiswa dituntut mempunyai
perguruan tinggi, mahasiswa akan penampilan yang sesuai dengan
dunia perguruan tinggi, berfikir
menghadapi berbagai situasi dan
dan bersikap ilmiah serta
kondisi yang menuntut adanya
berperilaku yang sesuai dengan
penampilan yang sesuai dengan
nilai-nilai sosial (Islam)
status perguruan tinggi sebagai
tempat pembelajaran formal di
dunia pendidikan.
Mahasiswa akan lebih banyak berhadapan dengan situasi kampus yang
menuntut sikap dan perilaku yang professional sebagai sosok intelektual
dalam bagian civitas akademika perguruan tinggi. Untuk itu, mahasiswa
harus mampu menempatkan diri dalam pergaulan di dunia kampus yang
memiliki karakteristik unik dibanding lembaga pendidikan lain, khususnya
yang tidak formal. Mahasiswa diharapkan dapat berfikir dan bersikap ilmiah
manakala berhadapan dengan proses pengajaran yang memberikan banyak
ilmu dan pengetahuan sesuai bidang keilmuannya.
Mahasiswa harus bisa menempatkan diri dengan performance yang baik
manakala berdialog dan berdiskusi dengan para pengajar atau staf
administrasi dan mahasiswapun diharapkan dapat memberikan ketauladanan
saat berada di lingkungan masyarakat luar dengan penampilan dan perilaku
yang santun sebagai seorang akademisi.
Untuk menjaga dan menuntaskan harapan-harapan ini tidak ada jalan
lain bagi seorang mahasiswa mulai belajar bagaimana harus berpenampilan,
berperilaku dan bergaul dengan sesama civitas akademika sesuai dengan
nilai-nilai dunia perguruan tinggi sebagai lembaga akademik keilmuan dan
nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang dipilih di dunia perguruan tinggi
dalam mengembangkan institusinya. Nilai-nilai inilah yang diharapkan dapat
ikut menuntun dan menjadi pedoman mahasiswa untuk berperilaku sehari-
76
hari baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Bahkan nilai-nilai inilah
yang akan menjadi control eksternal jika mahasiswa salah dalam mengambil
sikap dan perilaku.
Pada dasarnya performance (penampilan) itu dibagi dua macam, yaitu
penampilan fisik dan penampilan batin. Penampilan fisik dapat dilihat dan
diukur. Sedangkan penampilan batin sebaliknya, sebab merupakan sesuatu
yang abstrak. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
berpenampilan, antara lain yang terkait dengan pakaian, kesucian/kebersihan
dan sikap diri. Islam telah mengatur bagaimana cara dalam menjaga
kesucian atau kebersihan dengan jelas, berikut penjelasannya.
1. Islam menetapkan bahwa pakaian yang dikenakan hendaklah menutup
aurat. Ulama berkesimpulan bahwa pada hekekatnya menutup aurat
adalah fitrah manusia yang diaktualkan pada saat ia memiliki
kesadaran. Salah satu cara dalam menutup aurat adalah dengan
menggunakan pakaian sesuai dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
2. Islam juga menetapkan perlunya menjaga kebersihan atau kesucian
pakaian dan tubuh serta keindahannya. Hal ini bukan saja akan
menambah baik penampilannya juga akan memelihara dirinya dari
berbagai penyakit. Misalnya mandi, berwudlu, mensucikan pakaian,
membersihkan, dan merapikan bagian-bagian tubuh dan sebagainya.
3. Islam juga meminta kita memperhatikan sikap berjalan. Ada yang
mengatakan bahwa perilaku dalam berjalan dapat mencerminkan
kondisi psikologis atau kepribadian seseorang. Islam meminta kita tidak
berjalan dengan kesombongan yang ditandai dengan tidak
memperhatikan lingkungan sekitar, tidak menyapa saat bertemu dengan
teman atau orang lain, sulit tersenyum atau bermuka masam.
Disamping itu dalam membahas hubungan dengan penampilan dan
pergaulan, Islam pada dasarnya tidak melarang mentah-mentah pergaulan
antara laki-laki dengan peempuan sebagaimana tidak membiarkan sebebas-
bebasnya pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Islam telah memberikan
rambu-rambu agar pergaulan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan itu
menjadi pergaulan yang sehat dan benar. Di antara rambu-rambu tersebut
adalah:
1. Islam melarang keras berdua-duaan antara laki-laki dengan perempuan
yang bukan muhrimnya, sebab hal ini akan menjadi pemicu terjadinya
perbuatan dosa.
77
2. Islam melarang memandang lain jenis dengan syahwat, sebab
pandangan mata kepada lain jenis yang disertai dengan syahwat adalah
pintu pembuka terjadinya kejahatan.
3. Islam melarang melihat atau mempertontonkan aurat.Larangan agar
tidak melihat atau memperlihatkan aurat kepada orang lain
dimaksudkan agar manusia mampu menjaga kemulyaan dirinya.
Termasuk dalam menjaga aurat adalah memilih mode dan bentuk
pakaian, sebab banyak ditemukan model-model pakaian yang
membungkus aurat akan tetapi justru menonjolkan aurat. Misalnya
pakaian-pakaian yang ketat yang menampakkan lekuk-lekuk tubuh
pemakainya, atau pakaian yang memiliki sobekan panjang yang dengan
gerakan tertentu dapat terlihat aurat pemakai.
4. Islam mengajarkan agar membudayakan rasa malu. Budaya malu yang
dimaksudkan disini adalah malu kepada Allah apabila melakukan
perbuatan yang dilarang oleh Allah. Dengan memiliki budaya malu
orang akan senantiasa menyadari bahwa dirinya selalu dalam pantauan
dan penglihatan Allah sehingga takut berbuat hal-hal yang menyimpang
dari aturan Allah. Ia menyadari bahwa segala yang diperbuatnya akan
ditanyakan oleh Allah dan akan ia pertanggungjawabkan di hadapan-
Nya sekecil apapun perbuatan itu. Budaya malu semacam ini termasuk
bagian dari pada iman.
Disamping permasalahan pergaulan yang sering menjadi faktor
kegagalan mahasiswa dalam menuntaskan studi di perguruan tinggi, ada
beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian khusus dari
mahasiswa, antara lain:
a. Menghindari Perilaku Konsumtif (Halal dan Haram)
Mahasiswa terutama yang indekost memiliki aneka kebutuhan belanja
yang beragam, disamping tentu saja kebutuhan untuk kuliahnya.
Keberagaman kebutuhan ini memang cukup
menyesakkan bahkan memusingkan bila
dipikirkan, terutama oleh kelompok Hindari perilaku
mahasiswa dengan kantong pas-pasan. konsumtif, pergaulan
bebas, seks di luar
Kebutuhan hidup akan semakin meningkat
nikah dan konsumsi
dan sulit dipenuhi manakala sudah
miras dan Napza
tercampur dengan keinginan-keinginan
pribadi akibat dorongan sosial mahasiswa.
Konsumtif adalah suatu sikap hidup yang gemar secara berlebihan
untuk berbelanja dan keinginannya untuk berbelanja tersebut seringkali tidak
78
memperhatikan tingkat prioritas dari barang-barang yang dibeli sehingga
secara otomatis tidak memperhatikan kemampuan keuangan (besar pasak
daripada tiang). Akibat yang ditimbulkan dari perilaku konsumtif ini adalah
gaya hidup boros, gali lubang tutup lubang dan pada akhirnya terjebak pada
krisis keuangan yang serius (kebiasaan berhutang, memiliki utang yang
besar dan bahkan muncul tindakan kriminal). Kondisi ini tentunya akan
mempengaruhi konsentrasi dan perilaku dalam perkuliahan, sehingga tidak
sedikit mahasiswa yang tidak mampu melanjutkan study akibat dari perilaku
konsumtif ini.
Secara umum perilaku konsumtif mahasiswa ini dapat dikaji melalui
berbagai kondisi, antara lain kondisi psikologis mahasiswa yang rentan
dengan pola konsumsi berlebihan (masa remaja). Mahasiswa yang
merupakan masa peralihan masa remaja dan dewasa memiliki pola keinginan
pengakuan sosial yang lebih besar. Pengakuan sosial ini diartikan oleh
mahasiswa dalam bentuk fisik semata, sehingga konsep “Aku Berbelanja
maka Aku Ada” lebih dominan dalam pola penerimaan sosial bagi
mahasiswa. Disamping itu strategi produsen dalam memasarkan barang
dagangannya diserta dengan menjamurnya mall makin mempengaruhi
perilaku konsumtif pada mahasiswa. Mall seringkali menjadi rumah kos
alternatif bagi sebagian mahasiswa dan menjadi tempat menyimpan uang
dari hasil jerih payah orang tua serta mampu menjadi pilihan utama dalam
kegiatan refreshing setelah kesibukan perkuliahan. Dengan berbagai cara
baik melalui iklan, memunculkan trend baru dalam berpakaian maupun
mengembangkan imajinasi konsumtif, produsen mampu menarik keinginan
mahasiswa untuk membeli barang yang sebetulnya tidak menjadi prioritas
kebutuhannya.
Perilaku konsumtif sebenarnya dapat dibedakan antara perilaku
konsumtif yang wajar dan tidak wajar. Perilaku konsumtif yang wajar dapat
dikenali dengan perilaku belanja yang “tidak besar pengeluaran daripada
pendapatan.” Sebaliknya apabila perilaku belanjanya ”besar pengeluaran
daripada pendapatan” maka mahasiswa tersebut telah terjebak dalam
perilaku konsumtif yang serius dan perlu mendapatkan perhatian dari orang-
orang terbaik disekitarnya.
Pada stadium perilaku konsumtif yang supar (sudah parah), mahasiswa
seringkali lupa diri sehingga bukannya sadar melainkan justru menuntut
orang tua memberikan kiriman yang lebih banyak dan menjadikan uang
kuliah menjadi uang jajannya. Pada kondisi tertentu mahasiswa dapat
melakukan perbuatan kriminal dan diluar perhitungan diri sendiri karena
79
ketidakmampuan mengendalikan perilaku belanjanya. Kondisi ini akan
semakin parah manakala support teman (peer group) mengarah kepada hal-
hal yang negatif (menguatkan perilaku konsumtif) dan orang tua tidak
memberikan perhatian lebih banyak terhadap perilaku tersebut.
Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk
mengurangi perilaku konsumtif tersebut, antara lain: mengarahkan pikiran ke
hal-hal yang produktif (wirausaha), mencari kelompok teman (peer group)
yang mendukung kegiatan-kegiatan positif, khususnya peningkatan prestasi
akademik, mengikuti kegiatan pengembangan minat dan bakat
(kemahasiswaan), memberikan perhatian lebih tinggi terhadap kegiatan
perkuliahan dan mengingat kembali tujuan dan target kuliah, khususnya
dikaitkan dengan harapan keluarga. Berkumpul dengan teman-teman yang
mengajak kepada kebaikan bukan hanya memberikan keuntungan sementara
namun keuntungan jangaka panjang. Hal ini dikarenakan salah satu
perubahan sikap seseorang dapat terjadi pada lingkungan yang baik.
80
Sementara ditinjau dari aspek sosial, pergaulan bebas dan seks pranikah
banyak ditimbulkan oleh adanya perubahan jaringan informasi yang sangat
radikal, dimana informasi tentang seks banyak dijumpai di berbagai media
tanpa adanya kontrol atau penyaringan, kondisi lingkungan (masyarakat)
yang tidak jarang membiarkan munculnya perilaku negatif dalam hubungan
antar lawan jenis, kurangnya sanksi (sosial, moral dan fisik) terhadap
pelanggaran tersebut dan lingkungan keluarga yang kurang memberikan
kontrol dan pendidikan seks terhadap mahasiswa.
Keadaan ini apabila dibiarkan maka akan semakin menjerumuskan
mahasiswa kepada jurang kegagalan dan kehancuran masa depannya.
Banyak mahasiswa yang tidak dapat melanjutkan studi karena terjerumus
dalam pergaulan bebas yang berujung kepada perbuatan melanggar hukum
yang dikenai sanksi (akademik maupun pidana). Tidak jarang pula
mahasiswa yang studinya berantakan karena ketidakmampuan mengelola
waktu dan tenaga akibat telah terlena dengan kenikmatan pergaulan bebas.
Berbagai solusi dapat diberikan untuk mengurangi atau menghindari
pergaulan bebas ini, antara lain memilih teman bergaul yang baik
(mendukung pencapaian prestasi), mengalokasikan waktu dan tenaga untuk
aktif diberbagai kegiatan ekstrakurikuler, merenungkan kembali tujuan
kuliah di perguruan tinggi dan akibat dari perbuatan pergaulan bebas
tersebut serta meningkatkan pemahaman tentang masalah moral dan agama.
Secara empiris dapat ditemukan bahwa mahasiswa yang cenderung
mengalokasikan waktu dan tenaganya dalam kegiatan intrakurikuler dan
ekstrakurikuler akan terhindar dari pergaulan bebas dan seks pra nikah.
81
b. Mengira NAPZA dapat menambah rasa percaya diri
c. Mengira NAPZA dapat melepaskan diri dari kebosanan dan frustasi
d. Menangkap pesan keren dari media yang menayangkan figur yang
pernah terjerumus penggunaan NAPZA
e. Mengira NAPZA dapat membuat pergaulan lebih luas dan beken
f. Mengira dapat terlihat lebih dewasa dengan menggunakan NAPZA
g. Mengira NAPZA sebagai ekspresi pemberontakan
h. Mengira NAPZA dapat menghilangkan stress secara instan
i. Alasan mencoba-coba
Mahasiswa yang telah terjerumus dalam penggunaan NAPZA
cenderung sulit keluar dari kondisi tersebut, karena secara biologis telah
muncul “ketagihan”, secara psikologis telah merasa nyaman dengan
penggunaan NAPZA yang dianggap mampu menjadi alat “pelarian”
problem psikologis dan dalam konteks jaringan peredaran, mereka akan
selalu diawasi dan dikendalikan agar tidak memberkan informasi
“terlarang” kepada pihak lain yang berakibat terbongkarnya jaringan
tersebut. Kondisi-kondisi inilah yang perlu dipahami oleh mahasiswa tentang
betapa berbahayanya apabila kita mulai menggunakan NAPZA.
Ada beberapa solusi yang dapat kita lakukan agar tidak terjerumus
dalam pemakaian NAPZA, antara lain: memilih lingkungan pergaulan yang
sehat dan aman yang mampu menunjang peningkatkan kualitas diri
(akademik dan non akademik), mengarahkan perhatian terhadap hal-hal yang
positif, mengalokasikan waktu lebih banyak kepada kegiatan pengembangan
potensi diri, memikirkan masa depan yang akan dijalani dengan melihat
masa-masa sebelumnya yang sudah dijalani (pengorbanan orang tua,
tanggungjawab terhadap keluarga dan harapan orang lain) serta adanya
upaya peningkatan dan mengaplikasikan perilaku dan nilai-nilai agama
dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
82
Mu’tadin, Z.2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Pada
Remaja, diakses pada tanggal 4 November 2014 dari http//www.e-
psikologi.com/remaja/250602.htm
Rini,J.2001. Asertifitas, diakses pada tanggal 4 November 2014 dari
http//www.e-psikologi.com/dewasa/assertif.htm
http://www.kopertis4.or.id//akreditasi/PEDOMAN/Buku/Suasana
Akademik.pdf
83
D. PAHALA DAN DOSA
84
ۡ د د ُ ۡ ُ ُ ٓا ُُۡ َّ ا ا ا ا ۡ ُ ۡ َّ ا ۡ ا
ما أ ِريد مِنهم مِن ِرزق٥٦ ون ِ ٱۡلنس إَِل ِلاعبد
ِ ٱۡلن و
ِ وما خلقت
ُ ا ۡ َّ ُ ۡ ُ ُ َّ َّ َّ َّ ا ُ ا ۡ ُ اآُ ُ ا
ُ
٥٨ إِن ٱَّلل هو ٱلرزاق ذو ٱلقوة ِ ٱلمتَِّي٥٧ وما أ ِريد أن يطعِمو ِن
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki
rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya
mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah
Maha Pemberi rizki yang mempunyai kekuatan lagi sangat
kokoh.” (Adz-Dzaariyaat: 56-58).
Allah memberitahukan bahwa hikmah
Inti agama adalah
penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka kita tidak
melaksanakan ibadah hanya kepada-Nya. Allah beribadah kecuali
sendiri Maha kaya, tidak membutuhkan ibadah hanya kepada
mereka, akan tetapi merekalah yang Allah, dan kita
membutuhkan-Nya. Siapa pun yang menolak tidak beribadah
beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa kecuali dengan apa
yang Dia syariat-
pun yang beribadah kepada Allah tetapi dengan
kan
selain apa yang disyariatkan-Nya, maka ia adalah
pelaku bid’ah. Dan Siapa pun yang beribadah kepada Allah hanya
dengan apa yang disyariatkan-Nya, maka ia adalah mukmin yang
sesungguhnya.
Ayat di atas bukan berarti bahwa Allah bersikap otoriter dengan
memaksa manusia untuk beribadah kepada-Nya. Akan tetapi, Allah
sebagai pencipta dan pemilik alam semesta menunjukan jalan terbaik
yang harus dilakukan oleh manusia agar mencapai kebenaran dan
kebahagiaan dalam mengarungi kehidupan. Sebab, bagaimanapun,
manfaat ibadah yang dilakukan oleh seseorang akan kembali kepada
dirinya sendiri.
Andaikan seluruh makhluk di bumi ini semuanya beribadah
kepada Allah, tak sedikit pun kejayaan dan kemuliaan Allah
meningkat. Demikian pula sebaliknya, andaikan seluruh makhluk di
bumi ini tak ada satu pun beribadah kepada Allah, maka tak sedikit
pun kejayaan dan kemuliaan Allah menurun. Manusia sebagai pelaku
ibadah adalah yang akan menerima dan merasakan manfaat ibadah
85
yang dilakukan, baik untuk kehidupan di dunia maupun kehidupan di
akhirat.
ا ا ُ ٓ اٞ ۡ ُ ُ ا ا ا ۡ ا ۡ ا ا ا ۡ ا ُ َّ ا
adakan. Allah berfirman:
ٌۡا اد اا ا ُ ۡ
َل ٖۚ من أسلم وجههۥ َِّللِ وه او ُّمسِن فلهۥ أجرهۥ عِند ربِهِۦ وَل خوف
ُ َّٰ ب
اۡ ُ ا ا ا
١١٢ اعل ۡي ِه ۡم اوَل ُه ۡم َي ازنون
Artinya: “(Tidak demikian) bahkan
barangsiapa yang menyerahkan diri Ibadah tidak
sepenuhnya kepada Allah, dan ia disyariatkan untuk
berbuat kebajikan, maka baginya mempersempit atau
pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada mempersulit manusia,
rasa takut pada mereka dan mereka dan tidak pula untuk
tidak bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: menjatuhkan mereka
112). di dalam kesulitan
Menyerahkan diri pada ayat tadi
artinya memurnikan ibadah semata-mata karena Allah. Sedangkan
berbuat kebajikan artinya mengikuti Rasulullah SAW.
86
Syaikhul Islam Ibn Taimiyah menegaskan, “Inti agama ada dua
pilar yaitu kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah, dan kita
tidak beribadah kecuali dengan apa yang Dia syariat-kan.”
َّ ٓ ا ا ۡ ا ٓ ا ۡ ا
berfirman:
ۡ ُ ۡ ا د ا ۡ ُ َّ ا
ُمل ِٗصا َّ َُل د ك ٱلۡك اِتَّٰ ا
٢ ٱلِي ان ب بِٱَل ِق فٱعب ِد ٱَّلل إِنا أنزنلا إِل
“Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-
Nya.” (QS. Az-Zumar: 2).
2. Sesungguhnya Allah mempunyai hak dan wewenang memerintah
dan melarang.
3. Sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama bagi kita.
Maka, orang yang membuat tata cara ibadah sendiri dari dirinya,
87
berarti ia telah menambah ajaran agama dan menuduh bahwa
agama ini tidak sempurna (mempunyai kekurangan).
4. Dan sekiranya boleh bagi setiap orang untuk beribadah dengan
tata cara dan kehendaknya sendiri, maka setiap orang menjadi
memiliki caranya tersendiri dalam ibadah. Jika demikian halnya,
maka yang terjadi di dalam kehidupan manusia adalah kekacauan
yang tiada taranya karena perpecahan dan pertikaian akan
meliputi kehidupan mereka disebabkan perbedaan kehendak dan
perasaan. Padahal agama Islam mengajarkan kebersamaan dan
kesatuan menurut syari’at yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya.
ُ ۡ ۡ اۡا ۡ ا ا اٗ ُا د ُ ُ ۡ اُاد
zakat Allah berfirman:
ا ا ا د ا ا ۡ ۡ َّ ا ا َّٰ ا ا
خذ مِن أموَّٰلِهِم صدقة تط ِهرهم وتزكِيهِم بِها وص ِل علي ِهمُۖ إِن صلوتك
ٌ يع اعل
١٠٣ ِيم ُ َّ ن ل َّ ُه ۡمۗ اوٞ ك
ٌ ٱَّلل اس ِم ا ا
س
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman
jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103).
َّ ا ا ُّ ا َّ ا ا ا ُ ْ ُ ا ا ا ۡ ُ ُ د ا ُ ا ا ُ ا ا ا
Terkait manfaat puasa, Allah berfirman:
ا
ٱلصيام كما كتِب لَع ٱَّلِين مِن
ِ يأيها ٱَّلِين ءامنوا كتِب عليكم َٰٓ
ا ۡ ُ ۡ ا ا َّ ُ ا ُ ا
١٨٣ ك ۡم ت َّتقون قبلِكم لعل
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183).
Beberapa contoh di atas mengisyaratkan, bahwa ibadah
memiliki dampak positif bagi pelakunya. Ini berarti bahwa kualitas
ibadah yang dilakukan oleh manusia akan menentukan perilaku yang
bersangkutan.
Untuk memperjelas keterangan di atas, berikut beberapa poin
penting yang menunjukkan besarnya pengaruh positif ibadah yang
dilaksanakan seorang Muslim dalam kehidupannya.
1. Kebahagiaan dan kesenangan hidup yang hakiki di dunia dan
akhirat.
ُ ا ا
Allah berfirman:
ٗ اا
َّٰ ام ۡن اع ِم ال اصَّٰل ِٗحا دمِن ذاكر أ ۡو أ ا
ُۖ ِن فلنُ ۡحيِيا َّن ُهۥ احيا َّٰو ٗة اط ديِباةٞ نَث او ُه او ُم ۡؤم
ُ ا ْ ُ ا ا ا ا
٩٧ اونلا ۡج ِزيا َّن ُه ۡم أ ۡج ار ُهم بِأ ۡح اس ِن اما َكنوا اي ۡع املون
90
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh (ibadah),
baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan
kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An-Nahl: 97).
Para ulama salaf menafsirkan makna “kehidupan yang baik
(di dunia)” dalam ayat di atas dengan “kebahagiaan (hidup)” atau
“rizki yang halal dan baik” dan kebaikan-kebaikan lainnya yang
mencakup semua kesenangan hidup yang hakiki.
Sebagaimana orang yang berpaling dari petunjuk Allah dan
tidak mengisi hidupnya dengan beribadah kepada-Nya, maka
Allah Ta’ala akan menjadikan sengsara hidupnya di dunia dan
اا ۡ ا ۡا ا
akhirat. Allah berfirman:
ُ ُ ۡنَك او اَن
ۡشهُۥ يا ۡو ام ٱلۡقِ ايَّٰمةِا ٗ ا َّ ا ُ ا ا ٗ ا ۡ ا
ومن أعرض عن ذِك ِري فإِن َلۥ معِيشة ض
َّٰ ا ۡ ا
١٢٤ أعّم
Artinya: “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku,
maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami
akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”
(QS Thaaha: 124).
2. Kemudahan semua urusan dan jalan keluar dari semua masalah
dan kesulitan yang dihadapi.
Allah berfirman:
ُ ا ُُۡ ۡ اۡ ُ ا اۡا ٗ ۡ ا ا َّ َّ ا ا ۡ ا َّ ا
ِّۚ اوي ۡرزقه مِن حيث َل َيتسِب٢ اومن يت ِق ٱَّلل َيعل َُلۥ ُم ارجا
Artinya: “.....Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya
Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua
masalah yang dihadapinya), dan memberinya rizki dari arah
yang tidak disangka-sangkanya.......” (QS. Ath-Thalaaq: 2-3).
Ketakwaan yang sempurna kepada Allah tidak mungkin
dicapai kecuali dengan menegakkan semua amal ibadah yang
wajib dan sunnah (anjuran), serta menjauhi semua perbuatan yang
diharamkan dan dibenci oleh Allah.
91
ا ا ا َّ َّ ا ا ۡ ا َّ ُ ۡ ا
Dalam ayat berikutnya Allah berfirman:
ٗ ۡ ُ ۡ
٤ ومن يت ِق ٱَّلل َيعل َلۥ مِن أم ِره ِۦ يۡسا
Artinya: “......Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya
Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua)
urusannya” (QS. Ath-Thalaaq: 4).
3. Penjagaan dan taufik dari Allah.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda kepada Abdullah bin
Abbas:
ُ ا ا ْ ا ْ َّ ا ا ْ ا ْ ا ْ ا ْ َّ ا ا
َت ْدهُ َتااهك
ِ احفظ اَّلل َيفظك احفظ اَّلل
Artinya: “Jagalah (batasan-batasan/syariat) Allah maka Dia
akan menjagamu, jagalah (batasan-batasan/syariat) Allah maka
kamu akan mendapati-Nya di hadapanmu.“ (HR at-Tirmidzi).
Makna “menjaga (batasan-batasan/syariat) Allah” adalah
menunaikan hak-hak-Nya dengan selalu beribadah kepadanya,
serta menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya. Dan makna “kamu akan mendapati-Nya dihadapanmu“: Dia
akan selalu bersamamu dengan selalu memberi pertolongan dan
taufik-Nya kepadamu.
Keutamaan yang agung ini hanyalah Allah peruntukkan
bagi orang-orang yang mendapatkan predikat sebagai wali
(kekasih) Allah, yang itu mereka dapatkan dengan selalu
melaksanakan dan menyempurnakan ibadah kepada Allah, baik
ibadah yang wajib maupun sunnah (anjuran). Dalam sebuah
hadits qudsi yang shahih, Allah berfirman, “Barangsiapa yang
memusuhi wali (kekasih)-Ku maka sungguh Aku telah
menyatakan perang (pemusuhan) terhadapanya. Tidaklah seorang
hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (ibadah) yang
lebih Aku cintai dari pada (ibadah) yang Aku wajibkan
kepadanya, dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-
Ku dengan (ibadah-ibadah) yang sunnah (anjuran/tidak wajib)
sehingga Akupun mencintainya…“ (HR. Bukhari).
4. Kemanisan dan kelezatan iman, yang merupakan tanda
kesempurnaan iman
92
Rasulullah bersabda:
ًض َي ِِبهللِ َراِب َوِِب ِْۡل ْسالَِم ِديْناً َوِِبُ َح ام ِد َر ُس ْوَّل
ِ ان من ر
ِ
َ ْ َ َاق طَ ْع َم اْ ِۡل ُْي
َ َۚ ذ
Artinya: “Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang
yang ridha dengan Allah sebagai Rabbnya dan islam sebagai
agamanya serta (nabi) Muhammad sebagai rasul-Nya“. (HR
Muslim).
Imam an-Nawawi ketika menjelaskan hadits di atas,
berkata, “Orang yang tidak menghendaki selain (ridha) Allah, dan
tidak menempuh selain jalan agama Islam, serta tidak melakukan
ibadah kecuali dengan apa yang sesuai dengan syariat (yang
dibawa oleh) Rasulullah, tidak diragukan lagi bahwa barangsiapa
yang memiliki sifat ini, maka niscaya kemanisan iman akan
masuk ke dalam hatinya sehingga dia bisa merasakan kemanisan
dan kelezatan iman tersebut (secara nyata)”.
Sifat inilah yang dimiliki oleh para sahabat Rasulullah, yang
semua itu mereka capai dengan taufik dari Allah, kemudian
karena ketekunan dan semangat mereka dalam menjalankan
ibadah dan ketaatan kepada Allah. Allah berfirman:
ُ ۡك ۡم او اك َّرها إ ال
ك ُم ك ُم ۡٱۡل ا
ُ يمَّٰ ان او از َّينا ُهۥ ِف قُلُوب ُ ۡب إ ال
او الَّٰ ِ َّ َّ ا ا َّ ا
ِ ِ ِ ِ ِ كن ٱَّلل حب
ا َّ ك ُه ُم ۡ ُ ۡ ا ا ۡ ُ ُ ا ا ۡ ۡ ا ا ُ ْ ا َٰٓ ا
٧ ٱلرَّٰش ُِدون ِ ان أولئ ِّۚ ٱلكفر وٱلفسوق وٱلعِصي
Artinya: “.....Tetapi Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para
sahabat) cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah
dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran,
kefasikan dan perbuatan maksiat. Mereka itulah orang-orang
yang mengikuti jalan yang lurus”. (QS. Al-Hujuraat: 7).
5. Keteguhan iman dan ketegaran dalam berpegang teguh dengan
agama Allah
Allah berfirman:
ۡ ُّ ت ِِف ۡ ا
ِِۖٱَليا َّٰوة ِ ٱلنياا او َِّف ٱٓأۡلخ اِرة
َّ ُ ا د ُ َّ ُ َّ ا ا ا ْ ۡ ا
ِ ِ امنُوا بِٱلق ۡو ِل ٱثلاب يثبِت ٱَّلل ٱَّلِين ء
ٓ ا ُ َّ َّيِّۚ اويا ۡف اع ُل َّ ُ َّ ُّ ُ ا
٢٧ ٱَّلل اما ياشا ُء ٱلظَّٰلِم ا
ِ ضل ٱَّلل
ِ وي
93
Artinya: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman
dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan
memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27).
Fungsi ibadah dalam meneguhkan keimanan sangat jelas
sekali, karena seorang muslim yang merasakan kemanisan dan
kenikmatan iman dengan ketekunannya beribadah dan
mendekatkan diri kepada Allah, maka setelah itu dia tidak akan
mau berpaling dari keimanan tersebut meskipun dia harus
menghadapi berbagai cobaan dan penderitaan dalam
mempertahankannya, bahkan semua cobaan tersebut menjadi
ringan baginya.
• Hadd ialah sanksi hukum yang telah ditentukan jenis dan ukurannya oleh syara’, seperti rajam,
cambukan 100 kali atau potong tangan, dan sebagainya.
96
Qur’an mengindikasikan kalau itu dosa besar. Pernyataan-pernyataan
tersebut tidak jadi soal selama tidak menyimpang terlalu jauh dari
keterangan al-Qur’an dan hadits. Sebab, apa-apa yang diterangkan al-Qur’an
maupun hadits secara tekstual pun memang berbeda-beda macam dan
tingkatannya.
Beberapa contoh lain yang termasuk dosa besar, sebagaimana sabda
Rasulullah Saw:
س الاِِت َحارَم ِ الشرُك ِِب اَّللِ و
ِ الس ْح ُر َوقَ ْت ُل النا ْف ِ َ َاَّللِ وما ه ان ق ِ اجتَنِبوا ال اسبع الْموبَِق
َ ْ ال ُ َ َ ول ا َ ات قَالُوا ََي َر ُس ُ َْ ُ ْ
ِات الْم ْؤِمنَاتِ َف الْمحصن ِ
ِ الرِب وأَ ْكل م ِال الْيتي ِم والتاوِّل ي وَم الاز ْح ِ ِ ا
ُ َ ْ ُ ُ ف َوقَ ْذ ْ َ َ َ َ َ ُ َ َِ اَّللُ إاَّل ِب ْۡلَ ِق َوأَ ْك ُل
تِ الْغَافِ َال
Artinya: “Jauhilah olehmu tujuh dosa yang membinasakan. Mereka
bertanya: apa itu? Jawab beliau: Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa
yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan benar, memakan riba, memakan
harta anak yatim, melarikan diri pada waktu peperangan, menuduh berzina
wanita-wanita suci yang mukmin, dan lalai dalam kemaksiatan.” (HR
Bukhari dan Muslim).
Adapun dosa kecil ialah dosa yang tidak memiliki hadd di dunia, juga
tidak terkena ancaman khusus di akhirat. Ada pula yang menyatakan, dosa
kecil adalah setiap kemaksiatan yang dilakukan seseorang karena alpa atau
lalai dan tidak henti-hentinya ia menyesali perbuatannya itu, sehingga rasa
kenikmatannya atas kemaksiatan tersebut memudar.
Contoh dosa kecil, antara lain, seperti Rasulullah sabdakan:
ان ِزَن ُُهَا الناظَُر َو ْاۡلُذُ َن ِن ِزَن ُُهَا
ِ َك ََّل ََمَالَ َة فَالْعي ن ِ ِ صيبُهُ ِم ْن ِ َآدم ن ِ
َْ َ الزَن ُم ْد ِرٌك َذل َ َ ب َعلَى ابْ ِن َ ك ُۚت
ْ الر ْج ُل ِزَن َها ِ ِ ِ
ب يَ ْه َوى َويَتَ َم اَّن
ُ ْالُطَا َوالْ َقل ِ ش َو ُ ْاَّل ْست َماعُ َوالل َسا ُن ِزَنهُ الْ َك َال ُم َوالْيَ ُد ِزَن َها الْبَط
ِ ِ ِ وي
ُك الْ َف ْر ُج َويُ َكذبُه
َ صد ُق ذَل َ َُ
Artinya: “Dicatat dari bani Adam bagian dari zina, pasti dia
mendapatkannya, tidak mungkin tidak; maka dua mata zinanya adalah
memandang, dua telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah
berbicara, tangan zinanya adalah memegang, dua kaki zinanya adalah
melangkah, dan hati adalah menginginkan dan mendambakan, hal itu
dibenarkan oleh kemaluan atau didustakannya” (HR. Muslim).
Contoh-contoh dosa kecil sungguh
amatlah banyak. Namun sebagaimana Sudah seharusnya kita
disinggung dalam hadits di atas, termasuk menjadikan setan
dalam kategori dosa kecil di antaranya, sebagai musuh. Namun
kenyataannya banyak
yang menjadikan setan
sebagai teman 97
zina mata, zina telinga, zina lisan, zina tangan, zina kaki, atau zina hati. Nah,
dosa-dosa kecil itu akan berubah menjadi dosa besar apabila dilakukan terus-
menerus atau dipandang enteng. Sabda Rasulullah Saw: “Siapa yang berbuat
dosa, lalu ia tertawa, niscaya masuk neraka, dan ia akan menangis” (HR
Abu Nu’aim).
Dari dosa kecil menuju dosa besar, bisakah? Bisa. Dosa kecil yang
dilakukan terus menerus, apalagi tanpa beban, lama kelamaan dosa tersebut
membesar. Bukan hanya besar dari arti jumlah, tetapi bisa juga besar dalam
wujud yang sebenarnya. Orang yang terbiasa melakukan dosa kecil, akhirnya
berani melakukan dosa besar.
Mungkin saja, awalnya hanya iseng ikut mencicipi setetes minuman
yang memabukkan. Tetapi karena dirasa tidak apa-apa, mencoba lagi bukan
setetes tapi satu sendok. Dari sana bertambah dan bertambah lagi dan
berubah menjadi ketagihan. Sesudah terbiasa mengonsumsi, lantas ada
ketergantungan sehingga harus mencari teman lain untuk membentuk satu
kelompok khusus. Dari situ kemudian terbentuk paguyuban para peminum
dan akhirnya menjadi sebuah “gerakan” bersama. Jadi tidak mustahil,
awalnya dari hal kecil bisa menjadi besar.
Dengan demikian, bermula dari hal-hal kecil, bila terus dikembangkan
akan menjadi masalah besar. Begitu juga kebaikan, kalau terus-menerus
dilakukan akan menjadi besar pula. Rasulullah Saw pernah meminta kepada
istrinya, Aisyah, untuk tidak menganggap enteng surga meski hanya dengan
sebutir kurma. Artinya, jangan pernah kita menganggap sepele suatu
kebaikan meskipun kecil. Sebab dari sana bisa mendatangkan keridhaan
Allah yang dapat mengantarkan kita menuju surga.
98
Artinya: “Sesungguhnya kamu (iblis) termasuk mereka yang diberi
tangguh.” Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum aku tersesat,
aku benar-benar akan menghalangi mereka dari jalan Engkau yang lurus,
kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka, belakang, kanan, dan
kiri mereka. Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur
(taat).” Allah berfirman, “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai makhluk
terhina lagi terusir. Sesungguhhya siapa di antara mereka mengikuti kamu,
benar-benar aku akan mengisi Neraka Jahannam dengan kamu semuanya.”
(QS al-A’raaf: 15-18).
Ibnu Qayyim al-Jauziyah menyebutkan enam cara yang dilakukan
setan untuk menyesatkan manusia:
1. Setan membujuk manusia agar mengingkari Allah atau menyekutukan-
Nya. Jika tidak berhasil, dia beralih pada cara yang kedua.
2. Setan membujuk manusia agar melakukan bid’ah yang sesat. Jika
manusia berpegang teguh pada Sunnah, setan beralih pada cara yang
ketiga.
3. Setan menggoda manusia untuk melakukan dosa-dosa besar. Jika
manusia terjaga dari dosa besar, setan beralih pada cara keempat.
4. Setan menggoda manusia untuk melakukan dosa-dosa kecil. Jika
manusia terhindar dari dosa kecil, misalnya segera bertobat ketika
menyadari dosa kecil yang dilakukannya, setan segera beralih pada cara
kelima.
5. Setan menggoda manusia dengan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat. Manusia dibujuk untuk menghabiskan waktunya dengan
perbuatan yang sia-sia sehingga meninggalkan perbuatan yang berguna.
6. Setan menggoda manusia agar sibuk dengan perkara-perkara yang lebih
baik. Contohnya, seseorang disibukkan dengan ibadah-ibadah sunnah
tetapi mengabaikan ibadah fardhunya.
Godaan yang keenam sangat halus
tetapi bahayanya amat besar, maka perlu Perbuatan dosa apa pun
diwaspadai. Hal ini bukan berarti bahwa bentuknya, sekecil apa
pun kadarnya, akan
kita sebaiknya meremehkan ibadah-ibadah
berdampak buruk bagi
sunnah dan menganggapnya sebagai kelangsungan hidup
sesuatu yang dapat menghambat kemajuan manusia
Islam. Tetapi, hendaklah seseorang
melaksanakan agamanya secara total. Kefardhuan dan kesunnahan harus
dilaksanakan secara proporsional. Amalan lahir dan batin harus seimbang.
99
Tidak dapat dibenarkan seseorang memperhatikan ibadah sunnah melebihi
perhatiannya terhadap ibadah fardhu.
Sudah seharusnya kita menjadikan setan sebagai musuh. Namun
kenyataannya banyak yang menjadikan setan sebagai teman. Terbukti
berbagai perilaku dosa yang dilakukan manusia adalah hasil bisikan setan.
كونُوا ْ م ِۡن أا ۡص ا
Allah mengingatkan:
َّٰ ُ ا َّ ُ ُ ا ُ ًّ َّ ا ا ۡ ُ ْ ۡ ا ُ اٞ َّ َّ ۡ ا َّٰ ا ا ُ ۡ ا ُ د
ب
ِ ح إِن ٱلشيطن لكم عدو فٱَّتِذوه عدواِّۚ إِنما يدعوا حِزبهۥ ِل
٦ ِري َّ
ِ ٱلسع
Artinya: “Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia
sebagai musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak
golongannya sepaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”
(QS. Faathir: 6).
Menganggap setan sebagai musuh artinya kita tidak boleh tunduk
patuh kepada bujuk rayu setan yang melancarkan berbagai cara. Ada kalanya
setan menyelinap ke dalam diri manusia saat dia marah. Orang marah
biasanya lepas kontrol dalam bicara, tindakan, dan berpikirnya. Semuanya
serba tidak teratur. Rasulullah Saw memberi resep kalau kita marah; bacalah
istighfar, kalau masih marah berwudhulah, kalau masih marah, shalatlah dua
rakaat.
Setan dalam menggoda manusia disesuaikan dengan kelasnya.
Terhadap orang awam, cukup dengan jerat sederhana bisa kena. Tetapi
kepada ahli ibadah, setan membiarkan saja mereka rajin ibadah. Yang
“dicuri” dari orang tersebut justru hatinya sehingga merasa sombong karena
telah melaksanakan ibadah sehebat itu. Padahal sikap sombong
sesungguhnya sama dengan bara api yang membakar amal kebaikan
sehingga habislah nilai pahalanya.
Banyak celah yang dimanfaatkan setan untuk menjerat kehidupan
manusia. Setan selalu berjuang mati-matian secara sistematis, terencana, dan
konsisten. Dari tempat-tempat yang tiada terlihat oleh kasat mata, setan
dengan leluasa menyelinap kapan pun dan di mana saja sesuai kebutuhan,
situasi, dan tipologi aktual manusia.
100
negatif manusia. Syaikh Ahmad as-Sa’dani menyebutkan, akibat yang paling
berbahaya dari perbuatan dosa, yaitu:
102
Allah akan menjauhkannya dari rahmat-Nya dan menjadikan semua
penghuni bumi membencinya.
َّ َّ ا ا ا ا َّ ا ْ ا ا ا ْ ا ا ا ا د ُ ُّ ُ ا ا ا ا
Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda:
ا ا ا
ح ُّب ُه ِ ُِب فَلنا فأح َِّب ُه قال في َبيل فقال إِ َِّن أح ِ ج ِ إِن اَّلل إِذا أحب عبدا دٗع
ُْ ا ا
َّ ا ا ا ُ ُ َّ َّ ا ُ ُّ ُ ا ا ا ُّ ُ ا ُ ُ ْ
ح ُّب ُه أهل ِ ُوه في َبيل ث َّم ُيناادِي ِِف السماءِ فيقول إِن اَّلل َيِب فَلنا فأحِب ِ ج ِ
ْ ا ْا ا اْا ا ا ا ا ْ ا ْ ُ ْ ا
ُ َّ ُ ا ُ ُ ا ُ ا ا َّ ا
َبيل ِ ج ِ السماءِ قال ثم يوضع َل القبول ِِف اۡلر ِض ِإَوذا أبغض عبدا دٗع
ا َّ ْ ا ا ُ َّ ُ ُ ْ ُ ُ ُْااُ ُ د ُْ ُ ُا ا ااْ ْ ُ ا ا ا
َِبيل ثم ينادِي ِِف أه ِل السماء ِ ج ِ فيقول إِ َِّن أبغِض فَلنا فأبغِضه قال فيبغِضه
ْ ْا
اء ِِف اۡلر ِض
ْ ا
وض ُع َُل اۡلا ْغ ا
ُ ض وه قا اال افيُبْغ ُِضونا ُه ُث َّم تُ اُ اَّلل ُيبْغ ُِض فُ اَلناا فا اأبْغ ُِض
إ َّن َّ ا
ِ
.
Artinya: “Apabila Allah mencintai seseorang, dipanggillah malaikat
Jibril. Dia berfirman: ‘Hai Jibril, Aku mencintai si fulan. Cintailah
dia!’ Jibril pun mencintai orang itu. Kemudian, Jibril mengumumkan
kepada penduduk langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan.
Cintailah dia!’ Penduduk langit pun mencintainya. Lalu, Allah
menjadikan penghuni bumi mencintainya. Sebaliknya, jika Allah
membenci seseorang, dipanggillah malaikat Jibril. Dia berfirman, ‘Hai
Jibril, aku membenci si fulan. Bencilah dia!’ Jibril pun membenci
orang tersebut. Lalu, ia mengumumkan kepada penduduk langit, ‘Allah
membenci si fulan. Bencilah dia! ’Seluruh penduduk langit pun
membencinya. Kemudian, Allah menjadikan seluruh penghuni bumi
membencinya” (HR Muslim).
103
4. Menghilangkan cahaya hati sehingga hati menjadi gelap (tidak bisa
membedakan antara yang baik dan yang buruk)
5. Merendahkan derajat di hadapan Allah dan manusia
6. Memandang remeh kebaikan sehingga enggan melakukan
7. Melemahkan ketaatan kepada Allah sehingga malas beribadah
8. Membuka pintu-pintu dosa yang lain
9. Menjadikan hati selalu gelisah ( tidak memiliki ketenangan batin)
10. Dan secara komunal, dosa akan mendatangkan siksa dari Allah.
108
E. Penguatan Ibadah
1. Pengertian Ibadah
Ibadah merupakan salah satu tujuan penciptaan manusia. Dan
untuk merealisasikan tujuan tersebut, diutuslah para rasul dan kitab-kitab
diturunkan. Orang yang betul-betul beriman kepada Allah SwT tentu akan
berlomba-lomba dalam beribadah kepada-Nya. Akan tetapi, karena
ketidaktahuan tentang pengertian atau jenis-jenis ibadah, sebagian mereka
hanya fokus terhadap ibadah tertentu saja, misalnya shalat, zakat, atau puasa.
Padahal, jenis-jenis ibadah sangatlah banyak.
Luasnya cakupan ibadah dapat kita lihat dari definisi ibadah yang
disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah daam buku Al-
Ububudiyah Hakikat Penghambaan Manusia Kepada Allah (1982: 44),
“Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup semua yang Allah cintai dan
Allah ridhai, baik ucapan atau perbuatan, yang lahir (tampak, bisa dilihat)
maupun yang batin (tidak tampak, tidak bisa dilihat).”
Para ulama menjelaskan bahwa secara garis besar, ibadah dapat
dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu
mahdhah. Dalam tulisan singkat ini, penulis akan mencoba untuk
menjelaskan perbedaan di antara keduanya.
a. Pembagian Ibadah
1. Ibadah mahdhah
Ibadah mahdhah ialah ibadah yang murni ibadah. Ibadah jenis ini
memiliki tiga ciri berikut:
Pertama, ibadah mahdhah adalah amal dan ucapan yang merupakan
jenis ibadah sejak asal penetapannya dari dalil syariat. Artinya, perkataan
atau ucapan tersebut tidaklah bernilai kecuali ibadah. Dengan kata lain, tidak
bisa bernilai netral (bisa jadi ibadah atau bukan ibadah).
Ibadah mahdhah diperkuat dengan dalil-dalil yang menunjukkan larangan
berniat untuk selain Allah.
Kedua, ibadah mahdhah juga ditunjukkan dengan maksud pokok
orang yang mengerjakannya, yaitu dalam rangka meraih pahala di akhirat.
Ketiga, ibadah mahdhah hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu,
tidak ada jalan yang lainnya, termasuk melalui akal atau budaya.
Contoh sederhana dari ibadah mahdhah ialah shalat. Shalat
merupakan salah satu bentuk ibadah mahdhah karena memang ada perintah
(dalil) khusus dari syariat. Sejak awal mula, shalat adalah aktivitas yang
109
diperintahkan (ciri yang pertama). Bagi orang yang melaksanakan shalat,
tentu ia berharap pahala akhirat (ciri ke dua). Ciri ketiga, ibadah shalat
tidaklah mungkin diketahui selain melalui jalur wahyu. Rincian berapa kali
shalat, kapan waktunya, berapa rakaat, gerakan, bacaan dan seterusnya,
hanya bisa diketahui melalui penjelasan Nabi Muhammad SAW, bukan hasil
dari kreativitas dan olah pikir manusia.
2. Ibadah ghairu mahdhah
Ibadah yang tidak murni, yaitu ibadah yang memiliki pengertian
berkebalikan dari tiga ciri di atas. Ciri-ciri badah ghairu mahdhah antara
lain:
Pertama, ibadah (perkataan atau perbuatan) tersebut pada asalnya
bukanlah ibadah. Kemudian berubah status menjadi ibadah karena melihat
dan menimbang niat pelakunya.
Kedua, maksud pokok perbuatan tersebut adalah untuk memenuhi
urusan atau kebutuhan yang bersifat duniawi, bukan untuk meraih pahala di
akhirat.
Ketiga, amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan dikenal
meskipun tidak ada wahyu dari para rasul.
Contoh sederhana dari ibadah ghairu mahdhah adalah aktivitas
makan. Makan pada asalnya bukanlah ibadah khusus. Orang bebas mau
makan kapan saja, baik di saat lapar maupun tidak lapar, dan dengan menu
apa saja, kecuali yang Allah haramkan. Bisa jadi orang makan karena lapar,
atau hanya sekedar ingin mencicipi makanan. Akan tetapi, aktivitas makan
tersebut bisa berpahala ketika pelakunya meniatkan agar memiliki kekuatan
(tidak lemas) untuk shalat atau melakukan ibadah lainnya. Ini adalah ciri
pertama.
Berdasarkan ciri kedua, dapat diketahui bahwa maksud pokok ketika
seseorang makan adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok (primer) dalam
hidupnya, sehingga dia bisa menjaga keberlangsungan hidupnya. Selain itu,
manusia tidak membutuhkan wahyu untuk bisa mengetahui pentingnya
makan dalam hidup, dan ini ciri yang ketiga. Ini adalah contoh sederhana
untuk memahamkan pengertian ibadah ghairu mahdhah.
Berdasarkan penjelasan di atas, ibadah mahdhah disebut juga
dengan ad-dīn (urusan agama), sedangkan ibadah ghairu mahdhah disebut
juga dengan ad-dunyâ (urusan duniawi). Sebagaimana ibadah
mahdhah dapat pula disebut dengan al-‘ibâdah (ibadah), sedangkan ibadah
ghairu mahdhah disebut juga dengan al-‘âdah (adat kebiasaan).
110
b. Hikmah Pensyariatan Ibadah (Shalat)
Salah satu dari pengertian hikmah pensyariatan suatu ibadah adalah
menunjukan kepada manusia tujuan yang diinginkan dari sebuah ibadah
tersebut sehingga memunculkan motivasi untuk melaksanakannya. Tujuan
akhirnya adalah agar manusia menjadikan ibadah sebagai kebutuhan bukan
sekedar kewajiban. Bagaimanapun, manusia membutuhkan dorongan atau
motivasi untuk melaksanakan suatu pekerjaan begitu juga dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah.
Umumnya pengajaran materi ibadah lebih menekankan pada segi
hukumnya saja, tanpa diberikan pemahaman kenapa suatu ibadah tertentu
diperintahkan dan manfaat apa yang akan dirasakan secara langsung bagi
pelakunya. Selama ini, pemahaman yang diberikan sebatas ibadah itu
hukumnya wajib, jika dikerjakan memperoleh pahala dan jika ditinggalkan
mendapatkan dosa. Ibadah shalat, misalnya, dikerjakan hanya karena
perasaan takut atau sekadar ingin menggugurkan kewajiban saja, sehingga
shalat yang dikerjakan tidak berdampak positif dalam kehidupan sehari-hari.
Selain sebagai fondasi keimanan, shalat memiliki keuntungan yang
besar dan pengaruh yang baik bagi setiap muslim yang mengerjakannya
dengan benar. Shalat akan mencapai perolehan keberuntungan yang sangat
besar, baik di dunia maupun di akhirat. Allah berfirman, “Sungguh
beruntung orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyuk
dalam shalatnya….” Dilanjutkan dengan ayat, “…Yaitu orang-orang yang
selalu memelihara shalat-shalat mereka….”(Q.S. Al-Mukminūn [23]:1-9).
“Kemudian Allah menganugerahkan bagi mereka Jannah Firdaus nan abadi.”
(Q.S. Al-Mukminūn [23]:10-11)
Dengan shalat, pribadi mukmin dapat menggapai puncak
kebahagiaan tertinggi. Namun, jika lalai menunaikannya, ia akan terperosok
ke jurang neraka Jahanam. “Maka neraka wail bagi mereka yang shalat,
yaitu orang-orang yang melalaikan shalatnya itu.” (Q.S. Al-Mâ’ūn [107]:3-
4)
Muslim yang menyadari betapa penting kedudukan dan martabat
shalat dalam Islam, serta mengetahui cara melaksanakannya dengan sebaik-
baiknya akan memperoleh pahala, keutamaan, dan kemuliaan.
Bagi seorang muslim yang memelihara shalatnya, ia akan terpelihara
dari sifat buruk manusia pada umumnya, yaitu keluh kesah, kikir, dan
kurang bersyukur. Allah SwT berfirman, “Sesungguhnya manusia diciptakan
dalam keadaan keluh kesah lagi kikir; apabila ia ditimpa kesusahan ia
111
berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali
orang-orang yang shalat.” (Q.S. Al-Ma’ârij [70]:19-21)
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak lepas dari beragam
problematika kehidupan. Manusia akan dihadapi dengan berbagai
kemungkaran dan kemaksiatan. Namun, bagi seorang mukmin, shalat
menjadi media yang efektif untuk membentengi diri dari berbagai perbuatan
maksiat dan kemungkaran.
Allah SwT berfirman, “Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat
itu (dapat) mencegah perbuatan keji dan mungkar.” (Q.S. Al-‘Ankabūt
[29]:45). “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(Q.S. Al-Baqarah [2]:153)
Dengan demikian, shalat merupakan salah satu perintah Allah SwT
yang paling penting yang harus disosialisasikan dalam keluarga. Melalaikan
shalat berarti malapetaka. Sebaliknya, menyibukkan diri dengan shalat dan
ibadah-ibadah lainnya membuat manusia terhindar dari kecelakaan,
kesengsaraan, atau merana dalam kehidupan.
Walhasil, penetapan hikmah pensyariatan suatu ibadah
sesungguhnya dapat menumbuhkan pemahaman yang kuat terhadap manfaat
dan indahnya syariat Islam. Pada akhirnya akan melahirkan pemahaman
yang dalam terhadap hukum-hukum ibadah dalam Islam. Dengan
pemahaman semacam ini maka diharapkan akan tumbuh kesadaran bahwa
ibadah apapun dalam Islam merupakan kebutuhan bagi kelangsungan hidup
manusia, bukan sekadar kewajiban yang dilaksanakan tanpa memberi makna
yang berarti.
112
DAFTAR PUSTAKA
Abu ‘Aziz, Sa’ad Yusuf. 2006. 63 Qashash min Nihayat az-Zhalimin. Terj.
Ija Suntana. Azab-Azab yang Disegerakan di Dunia. Cet. I.
Bandung: Mizan.
Al Jauziyah, Ibnul Qayyim. 2006. Taubat Kembali Kepada Allah. Gema
Insani: Jakarta.
Al-Sa’d, Syaikh Khalid. 1999. Khuthab Asy-Syaikh Al-Qaradhawy. Terj.
Kathur Suhardi. Kumpulan Khotbah Syaikh al-Qaradhawi. Cet. I.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Al-Nawawi, Imam Muhyiddin. 2007. Syarah Hadits Arba’in, Terj.
Salafuddin Abu Sayyid. Cet. I. Solo: Pustaka Arafah.
As-Sa’dani, Syaikh Ahmad. 2005. Mawarid azh-Zha’am fi Durus
Ramadhan. Terj. Ija Suntana. Sajian Ruhani Penyejuk Iman: 10
Resep Hidup Mulia Berdasarkan al-Qur’an. Cet. 1. Bandung: Al-
Bayan.
Asy Syahawi, Majdi Muhammad. 2009. The Secret of Istighfar. Gema
Insani: Jakarta.
Imam Abu Hamid bin Muhammad al-Ghazali. 2006. Menebus Dosa: Makna
dan Tatacara Bertobat. Terj. Safuddin Zuhri. Cet. I. Jakarta: Pustaka
Hidayah.
Jaya, Yahya. 1992. Peranan Taubat dan Maaf alam Kesehatan Mental.
Yayasan Pendidikan Islam Ruhama: Jakarta.
Mandaru, MZ. 2007. Mukjizat Taubat. Diva Press: Yogyakarta.
Mubin, Nurul. 2007. Menyingkap Misteri Energi Dosa. Diva Press:
Yogyakarta.
Sholeh, Muhammad. 2008. Bertaubat Sambil Berobat. Hikmah: Jakarta.
Suharyo AP dan Soetjitno Irmin. 2005. Selingkuh Spiritual. Seyma Media.
Tim Ahli. 1998. At-Tauhid lish Shaffits Tsani al-‘Ali. Terj. Agus Hasan
Bashori. Kitab Tauhid. Cet. 1. Jakarta: Darul Haq.
Tim Penyusun. 2006. “Dosa: Pintu Gerbang Perilaku Negatif” (dalam
Mengembangkan Potensi Diri Mengembangkan Masyarakat
Madani), Malang: Panitia P2KK UMM.
Zaini, Syahminan. Problematika Dosa. Surabaya: Al-Ikhlas.
113
114