Praktikum Kimia Farmasi (I)
Praktikum Kimia Farmasi (I)
Praktikum Kimia Farmasi (I)
PRODI S1 FARMASI
2020
Alamat :
Jl. Kapten Mulyadi No.17, Karanganyar
Jl. Solo-Kebakkramat No.11, Kemiri, Karanganyar
No.Telepon : 0271- 6491717, No.Fax : 0271-495919
MODUL PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI
Penyusun :
2020
IDENTITAS MAHASISWA
SEMESTER
HP/ TELP : ……………………………………………………………………..
Modul Praktikum Kimia Farmasi Prodi S1 Farmasi STIKES Tujuh Belas Tahun Akademik
2020/2021 Telah disetujui oleh :
Tujuan
1. Menghasilkan lulusan berdaya saing global, berintegritas tinggi, berbudi luhur,
berkompeten dan professional yang memiliki spirit kewirausahaan dalam menjawab
berbagai masalah di bidang sains/ teknologi farmasi, farmasi klinis/ komunitas.
2. Mengembangkan dan memanfaatkan IPTEK yang relevan dengan tujuan pembangunan
nasional dan daerah melalui penyelenggaraan program studi, penelitian terutama kajian
pengembangan bahan alam.
3. Meningkatkan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka transformasi ilmu
pengetahuan dan hasil penelitian kepada masyarakat.
4. Memperluas dan meningkatkan jaringan kerjasama yang saling menguntungkan dengan
berbagai lembaga pemerintah/swasta di dalam dan luar negeri.
5. Terciptanya sistem tatakelola yang baik (Good Governance Practice) khususnya; di bidang
perencanaan, tatakelola, evaluasi dan pengembangan berkelanjutan berasaskan
transparansi, akuntabel, akurat dan efisien, dengan memanfaatkan teknologi sistem
informasi.
KATA PENGANTAR
Buku petunjuk praktikum ini disusun untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa
sebagai panduan dalam melaksanakan praktikum Kimia Farmasi, untuk mahasiswa
program studi S1 Farmasi. Dengan adanya buku petunjuk praktikum ini diharapkan
akan membantu dan mempermudah mahasiswa dalam memahami dan melaksanakan
praktikum Kimia Farmasi, sehingga akan memperoleh hasil yang baik.
Materi yang dipraktikumkan merupakan materi yang sesuai dengan konsep
teori Kimia Farmasi dan diharapkan dapat memberikan bekal untuk materi
lanjutannya. Untuk itu dasar teori yang didapatkan saat kuliah juga akan sangat
membantu mahasiswa dalam melaksanakan praktikum Kimia Farmasi ini.
Buku petunjuk ini masih dalam proses penyempurnaan. Insya Alloh perbaikan
akan terus dilakukan demi kesempurnaan buku petunjuk praktikum ini dan
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga buku petunjuk ini
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Koordinator
Praktik Kimia Farmasi
DAFTAR ISI
MODUL PRAKTIKUM................................................................................................1
KIMIA FARMASI........................................................................................................1
IDENTITAS MAHASISWA..........................................................................................2
PERSETUJUAN MODUL PRAKTIKUM......................................................................3
VISI, MISI DAN TUJUAN............................................................................................4
KATA PENGANTAR...................................................................................................5
KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM..........................................................8
PERALATAN DASAR LABORATORIUM KIMIA.....................................................11
PERCOBAAN I............................................................................................................1
PENIMBANGAN.........................................................................................................1
PERCOBAAN II..........................................................................................................6
KONSENTRASI LARUTAN........................................................................................6
PERCOBAAN III.......................................................................................................13
SIFAT POLAR DAN KELARUTAN...........................................................................13
PERCOBAAN IV.......................................................................................................15
PENENTUAN DENSITAS CAIRAN DAN PADATAN...............................................15
PERCOBAAN V........................................................................................................17
LARUTAN BUFFER..................................................................................................17
PERCOBAAN VI.......................................................................................................19
PEMBAKUAN LARUTAN NaOH DAN PENENTUAN ASAM CUKA........................19
PERCOBAAN VII......................................................................................................22
PEMISAHAN IODIUM DENGAN EKSTRAKSI PELARUT.......................................22
Api
• Api harus dihindari. Semua senyawa organik yang mudah menguap (volatile)
berpotensi terbakar. Oleh karena itu, hindari pemakaian api terbuka. Gunakan
waterbath atau heating mantle.
• Api di meja seringkali dapat dimatikan dengan lap basah. Jika ingin memakai
pemadam api, perhatikan agar tidak mengenai orang.
• Pakaian terbakar. Penting sekali untuk membaringkan dan menggulirkan
penderita. Kondisi berdiri akan membahayakan pernapasan dan mata
penderita. Gunakan shower untuk memadamkan api, dan jangan menggunakan
pemadam api tabung.
Bahan kimia
• Jangan menggosok-gosok mata atau anggota badan lain dengan tangan yang
mungkin sudah terkontaminasi oleh bahan kimia.
• Bahan-bahan kimia dengan uap beracun atau korosif harus selalu ditempatkan di
lemari asam. Semua pekerjaan yang berkenaan dengan penggunaan bahan
tersebut harus dilakukan dalam lemari asam.
• Untuk mengencerkan asam, tuang asam pekat ke dalam air, tidak sebaliknya.
Beberapa bahan kimia memerlukan penanganan khusus, seperti asam dan
basa pekat, bromine, dimetil sulfat, fenol, sianida, H2S, pelarut beracun seperti
diklorometana, dan pelarut-pelarut yang mudah terbakar seperti aseton.
Peralatan gelas
TUJUAN
1. Periksa kondisi neraca yaitu kebersihan neraca, posisi neraca dalam keadaan
datar dan posisi water pass harus sesuai.
2. Hidupkan aliran listrik neraca dan tekan tombol ON pada neraca, kemudian tara
neraca dengan menekan tombol tare sehingga menunjukan angka 0,000 gram
untuk neraca gram dan 0,0000 gram pada neraca mg. Penimbangan sampel
diletakan pada pan neraca posisi tengah.
a. Masukkan kaca arloji atau botol timbang dalam neraca, kemudian ditara.
b. masukan sampel ke dalam botol timbang lalu timbang teliti beratnya pada
neraca mg. (W1=....g)
c. Pindahkan secara kuantitatif dengan cara membilas bersih kaca arloji atau
botol timbang dengan pelarut yang sesuai.
7. Latihan menimbang secara tidak langsung untuk sampel padatan.
a. Timbang teliti sampel dalam neraca gram (untuk orientasi berat)
b. masukan sampel ke dalam botol timbang lalu timbang teliti beratnya pada
neraca mg. (W1=....g)
c. sampel dipindahkan/dituangkan dari botol timbang ke dalam wadah lain,
lalu botol timbang dengan sisa sampel ditimbang teliti kembali.(W2= g)
d. Hitung berat sampel yang dianalisis (Ws = W1-W2).
DATA PENGAMATAN
1. Penimbangan anak timbangan.
TUGAS
1. Apakah yang dimaksud dengan akurasi penimbangan?
2. Apakah yang dimaksud dengan presisi penimbangan?
3. Carilah sifat-sifat senyawa sampel yang ditimbang dalam percobaan ini!
PUSTAKA
1. Day, R. A., and Underwood, A. L., 1991. Quantitative Analysisi, 6th Ed. Prentice
Hall.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia
Edisi IV.
TUJUAN
Larutan terdiri dari dua komponen: zat terlarut dan zat pelarut. Percobaan
kali ini difokuskan pada aqueous solutions, yaitu larutan yang terbentuk dengan
pelarut air. Pembentukan larutan umumnya didasarkan pada prinsip like dissolves
like. Molekul polar atau senyawa ionik akan larut dalam air yang bersifat polar.
Molekul nonpolar, seperti minyak dan lemak, akan larut dalam pelarut nonpolar,
seperti benzena, kloroform, petroleum eter, dll.
Molaritas (M): menyatakan jumlah mol zat terlarut yang terdapat dalam
satu liter larutan.
M = mol zat terlarut/1L larutan
Molalitas (m): menyatakan jumlah mol zat terlarut yang terdapat dalam
1000 g (1 Kg) pelarut.
Persen berat per volume (% b/v): menyatakan jumlah gram zat terlarut
dalam 100 mL larutan.
Modul Praktikum Kimia Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tujuh Belas 7
Contoh: Larutan gula 10% adalah larutan yang mengandung10 gram gula
dalam 100 mL larutan. Larutan dibuat dengan melarutkan10 gram gula
kedalam air sampai volumenya 100 mL
PPB (Parts per Billion) : PPB ekuivalen dengan 1 ug zat terlarut per 1
liter larutan.
V1 x N1 = V2 x N2
V 1 x M1 = V 2 x M2
Contoh soal 1:
Tentukan massa KNO3 yang harus ditimbang untuk membuat
larutannya sebanyak 250 mL dengan konsentrasi 0,150 M. Massa molar
KNO3 101,1 g/mol.
Penyelesaian:
Massa KNO3 = 0,150 mol x 101,1 g/mol x 250 mL/1000 mL
= 3,79 g.
Contoh soal 2:
Hitung mL HNO3 pekat (70% massa) yang diperlukan untuk membuat
500 mL larutan HNO3 1,00 M. Massa molar HNO3 63 g/mol dan
kerapatannya 1,42 g/mL
Penyelesaian:
mL HNO3 = 1 mol/ 1000mL x 63g/ 1mol x 100g/ 70g x 500mL x 1
mL/1,42g
ALAT
Neraca analitik, Kaca arloji, kertas perkamen, Spatula, Gelas kimia / Beaker glass,
Batang pengaduk, Corong, Labu Ukur 10 mL, Labu Ukur 25 mL, Labu Ukur 50
mL, Pipet volum 2 mL, Peeler, dan Botol semprot.
BAHAN
PROSEDUR KERJA
1. Timbang sejumlah (... mg) NaCl (Mr = 58,5) menggunakan wadah kaca arloji
2. Masukkan NaCl tersebut kedalam labu ukur(1) menggunakan corong.
Kemudian bilas.
3. Pipet sejumlah 2 mL larutan NaCl, kemudian pindahkan ke dalam labu
ukur(2).
4. Encerkan larutan NaCl menggunakan aquades sampai tanda batas labu
ukur(2).
5. Tentukan konsentrasi larutan NaCl tersebut pada labu ukur(1) maupun labu
ukur(2).
Percobaan 1
- Massa NaCl 50 mg
- Labu ukur(1) Labu ukur 50 ml
- Labu ukur(2) Labu ukur 10 ml
Jenis Labu Massa NaCl Konsentrasi (M) Konsentrasi(ppm)
Labu ukur 50 ml
Labu ukur 10 ml
Percobaan 2
- Massa NaCl 50 mg
- Labu ukur(1) Labu ukur 50 ml
- Labu ukur(2) Labu ukur 25 ml
Percobaan 3
- Massa NaCl 50 mg
- Labu ukur(1) Labu ukur 25 ml
- Labu ukur(2) Labu ukur 10 ml
Jenis Labu Massa NaCl Konsentrasi (M) Konsentrasi(ppm)
Labu ukur 25 ml
Labu ukur 10 ml
Percobaan 4
- Massa NaCl 100 mg
- Labu ukur(1) Labu ukur 50 ml
- Labu ukur(2) Labu ukur 10 ml
Jenis Labu Massa NaCl Konsentrasi (M) Konsentrasi(ppm)
Labu ukur 50 ml
Labu ukur 10 ml
Percobaan 5
- Massa NaCl 100 mg
- Labu ukur(1) Labu ukur 50 ml
- Labu ukur(2) Labu ukur 25 ml
Jenis Labu Massa NaCl Konsentrasi (M) Konsentrasi(ppm)
Labu ukur 50 ml
Labu ukur 25 ml
Percobaan 6
- Massa NaCl 100 mg
- Labu ukur(1) Labu ukur 25 ml
- Labu ukur(2) Labu ukur 10 ml
Percobaan 7
- Massa NaCl 58,5 mg
- Labu ukur(1) Labu ukur 50 ml
- Labu ukur(2) Labu ukur 10 ml
Jenis Labu Massa NaCl Konsentrasi (M) Konsentrasi(ppm)
Labu ukur 50 ml
Labu ukur 10 ml
Percobaan 8
- Massa NaCl 58,5 mg
- Labu ukur(1) Labu ukur 50 ml
- Labu ukur(2) Labu ukur 25 ml
Jenis Labu Massa NaCl Konsentrasi (M) Konsentrasi(ppm)
Labu ukur 50 ml
Labu ukur 25 ml
Percobaan 9
- Massa NaCl 58,5 mg
- Labu ukur(1) Labu ukur 25 ml
- Labu ukur(2) Labu ukur 10 ml
Jenis Labu Massa NaCl Konsentrasi (M) Konsentrasi(ppm)
Labu ukur 25 ml
Labu ukur 10 ml
PERTANYAAN
1. Dari hasil percobaan, tentukan konsentrasi larutan NaCl dan massa NaCl
terlarut?
2. Jika 5 g NaCl dilarutkan dalam 20 mL larutan pada temperatur kamar, tentukan
TUJUAN
Mahasiswa memahami prinsip kelarutan suatu senyawa dalam pelarut
polar dan non polar.
DASAR TEORI
Larutan adalah campuran dua atau lebih senyawa dalam keadaan homgen
secara kimia maupun fisika. Kelarutan suatu solut (zat terlarut) didefinisikan
sebagai jumlah solut per unit solven (pelarut) yang diperlukan untuk membuat
larutan jenuh pada suhu tertentu. Dalam larutan jenuh, terjadi keseimbangan
antara jumlah senyawa yang melarut dengan jumlah senyawa yang
mengkristal.
Solut + solven Solution
PROSEDUR KERJA
Percobaan I
a. Alirkan 2 ml kloroform ke dalam tabung reaksi I
b. Alirkan 2 ml air ke dalam tabung reaksi I
c. Alirkan 2 ml Eter kedalam tabung reaksi I
d.Masukan 1-2 kristal Iodium ke dalam tabung reaksi I perlahan-lahan.
(Amati perubahan warna yang terjadi pada masing-masing lapisan)
e. Tutup tabung dengan aluminium foil, kocok hati-hati lalu diamkan.
1. McMurry, J. E. and Fay, R. C., 2012. Chemistry , 6 th Ed., New York : Pearson
Prentice Hall.
3. Chang, R., 2010. Chemistry, 10th Ed., Boston : McGraw-Hill Companies, Inc.
Modul Praktikum Kimia Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tujuh Belas 17
PERCOBAAN IV
PENENTUAN DENSITAS CAIRAN DAN PADATAN
TUJUAN
Mahasiswa dapat memeahami dan menentukan densitas suatu cairan dan
padatan
DASAR TEORI
Densitas adalah sifat fisika yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat
murni. Densitas didefinisikan sebagai jumlah zat per satuan volume pada
temperatur tertentu. Dalam bentuk persamaan ditulis densitas = massa / volume
5) Bila diketahui bahwa air pada temperatur kamar memiliki densitas 0,996
g/ml, hitung persen kesalahannya.
• Berat gelas ukur + air = ... g
• Berat gelas ukur =... g
• Berat air =... g
• Volume air =... g
• Densitas air hasil perhitungan =... g/ml
• Persen kesalahan =... persen
Modul Praktikum Kimia Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tujuh Belas 18
B) Menentukan Densitas Padatan
(a) Mintalah logam yang sudah diketahui densitasnya kepada asisten.
(b) Timbang logam dan catat hasilnya
(c)Masukkan 5 mL air ke dalam gelas ukur 10 mL, catat volume air pada gelas
ukur
(d) Dengan hati-hati masukkan logam ke dalam gelas ukur yang berisi air
(e) Catat volume air dan logam di dalam gelas ukur. Perbedaan volume air dan
volume air + logam dalah volume logam.
(f) Hitung densitas logam.
TUJUAN
Mahasiswa dapat membuat dan mengukur pH larutan Buffer.
DASAR TEORI :
Garam yang terbentuk dari reaksi netralisasi antara asam kuat dan
basa kuat menghasilkan larutan dengan pH 7. Sedangkan garam yang
berasal dari asam lemah dan basa kuat akan menghasilkan larutan yang
bersifat basa dan garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat akan
menghasilkan larutan yang bersifat asam. Sebagai contoh, garam Na 2CO3
adalah garam yang berasal dari basa kuat NaOH dan asam lemah H 2CO3.
Dalam larutan HCO3- yang berasal dari asam lemah akan mengalami
hidrolisis membentuk asam karbonat dan ion hidroksida.
HCO3- + H+ H2CO3
1. Buat persamaan reaksi buffer yang dibuat dan carilah nilai pKa nya!
Sertakan rumus perhitungan pH buffer
2. Buatlah perhitungan pembuatan larutan HCl 0,1 M dari HCl pekat dan NaOH
0,1 M dari NaOH padat.
3. Buat rancangan pembuatan larutan dapar phosphat dengan target pH 7,31.
PUSTAKA
1. Chang, R., 2010. Chemistry, 10th Ed., Boston : McGraw-Hill Companies, Inc.
2. Ebbing, D.D and Gammon, S.D., 2009. General Chemistry, 9th Ed., Boston :
Houghton Mifflin Company
Modul Praktikum Kimia Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tujuh Belas 21
PERCOBAAN VI
PEMBAKUAN LARUTAN NaOH DAN PENENTUAN ASAM CUKA
TUJUAN
DASAR TEORI
PROSEDUR KERJA
A) Pembakuan larutan 0,1 M NaOH dengan asam oksalat
1) Timbang 0,6 sampai 0,65 g asam oksalat dihidrat dalam gelas arloji.
Masukkan dalam labu ukur 100 mL, larutkan dengan aquadest sampai
volume 100 mL (garis batas) kocok sampai homogen.
2) Siapkan buret diisi dengan larutan NaOH 0,1 M.
3 1-2 tetes indikator PP ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan asam
oksalat lalu dititrasi dengan larutan NaOH hingga warna merah jambu.
4) Lakukan duplo/triplo dan catat volume titran yang digunakan. Hitung
Molaritas NaOH.
B) Penetapan kadar asam asetat dalam cuka
1) Ambil 10 mL larutan cuka perdagangan dengan pipet ukur, masukkan ke
dalam labu ukur 100 mL, encerkan dengan aquadest sampai tanda
batas.
2) Ambil 10 mL larutan encer tersebut dengan pipet, masukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2-3 tetes indikator PP
Modul Praktikum Kimia Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tujuh Belas 23
3) Titrasi larutan tersebut dengan larutan NaOH 0,1 M yang telah dibakukan
sampai terjadi perubahan dari tak berwarna sampai menjadi merah
muda. Lakukan secara duplo/triplo.
4) Catat volume titrasi
5) Hitung kadar asam asetat dalam cuka tersebut
Pembacaan buret I II
Akhir titrasi .... ml .... ml
Awal titrasi .... ml .... ml
Volume titrasi rata-rata = mL
Kadar asam asetat dalam cuka perdagangan (dalam g / 100 mL)
Konsentrasi asam asetat =
TUGAS
1. Sebutkan syarat-syarat suatu larutan disebut sebagai larutan baku
primer?
2. Jelaskan mengapa titrasi tidak dilakukan terhadap semua jumlah
sampel asam oksalat dengan larutan NaOH untuk mendapatkan titik
akhir dititrasi?
3. Jika dalam titrasi, titik akhir titrasi yang dicapai melewati batas dengan
warna yang lebih gelap dari seharusnya, bagaimana pengaruhnya
terhadap penentuan konsentrasi NaOH? Menjadi lebih tinggi, lebih
rendah, atau tidak berpengaruh? Jelaskan!
4. Saat dilakukan titrasi jika tetesan larutan NaOH menempel pada
dinding erlenmeyer tetapi tidak sampai bercampur dengan larutan
yang dititrasi, bagaimanakah pengaruhnya terhadap konsentrasi
larutan NaOH?
5. Jelaskan banyak sedikitnya jumlah tetesan indikator phenolphtalein
terhadap tercapainya titik akhir titrasi?
TUJUAN
Mahasiswa cara memisahkan dan memurnikan zat
Mahasiswa mengetahui cara ekstraksi pelarut dengan menggunakan corong
pisah
DASAR TEORI
Campuran adalah penggabungan dua atau lebih zat dimana dalam
penggabungan ini zatzat tersebut mempertahankan identitasnya masing-
masing. Beberapa contoh diantaranya adalah udara, minuman ringan, susu
dan semen. Campuran tidak memiliki susunan yang tetap atau sifat dan
komposisi yang tetap. Berdasarkan sifatnya, campuran dikelompokkan menjadi
2 macam yaitu :
1. Campuran Homogen Merupakan campuran yang tidak bisa dibedakan
antara zat-zat yang bercampur didalamnya. Seluruh bagian dalam
campuran homogen mempunyai sifat yang sama
Contoh :
a. Teh, merupakan pencampuran antara gula, air dan teh yang diaduk
secara merata dan tidak bisa dibedakan antara gula dan airnya.
b. Udara, merupakan campuran bermacam-macam gas seperti nitrogen,
oksigen dan lainlain yang masing-masing gas tidak bisa dibedakan.
2. Campuran Heterogen
Merupakan campuran yang mengandung zat-zat yang tidak dapat
bercmapur satu dengan yang lain secara sempurna sehingga dapat
dikenali/diketahui perbedaan sifat-sifat partikel dari zat yang bercampur
tersebut, seperti bentuk dan warna
Contoh :
a. Tepung yang dicampur dengan air
b. Air dengan pasir
c. Beras dicampur dengan pasir Campuran dapat dipisahkan melalui
peristiwa fisika atau kimia. Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat
selama pemisahan, sedangkan pemisahan secara kimia satu komponen
atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan. Cara
atau tahnik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud dan sifat
komponen yang terkandung didalamnya, jika komponen berwujud padat
dan cair misalnya pasir dan air dapat dipisahkan dengan dekantasi.
Modul Praktikum Kimia Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tujuh Belas 25
Berdasarkan sifatnya maka pemisahan dan pemurnian campuran menjadi
unsure-unsur penyusunnya dapat dibedakan menjadi enam bagian yaitu :
1. Filtrasi (penyaringan), adalah pemisahan zat padat dari suatu larutan
berdasarkan ukuran partikelnya yagnberbeda menggunakan kertas saring.
Contohnya bubuk kapur tulis ditambhakan air diaduk lalu disaring
menggunakan kertas saring yang sangat kecil. Kapur tulis akan tersaring
diatas kertas saring dikarenakan partikel kapur tulis tidak dapat menembus
pori-pori kertas saring sedangkan air dapat melewati kertas saring, karena
partikel air lebih kecil daripada pori-pori kertas saring tersebut.
2. Dekantasi (pengendapan), salah satu jenis reaksi umumnya
berlangsung dalam larutan berair adalah reaksi pengendapan yang cirinya
adalah terbentuknya produk yang tidak larut, atau endapan. Endapan
adalah padatan tak larut yang terpisah dari larutan. Rekasi pengendapan
biasanya melibatkan senyawa-senyawa ionik.
3. Ekstraksi, adalah pemisahan zat dengan larutannya berdasarkan
kepolarannya dan massa jenisnya. Pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan larutan yang berada dari komponenkomponen dalam
campuran. Pemisahan ini berdasarkan jenis larutannya atau kepolarannya,
dan massa jenisnya. Campuran dua jenis cairan yang tidak saling
melarutkan dapat dipisahkan dengan corong pisah.
4. Sublimasi (Penyubliman), Peralihan secara langsung suatu zat, dari
padat ke gas/uap (dapat juga kembali ke wujud padat lagi), atau dari
gas/uap kepadat, tanpa melalui fase cair. Merupakan salah satu metode
pemurnian untuk senyawa-senyawa yang dapat menyublim (misalnya
yodium, ammonium klorida, arsenitrioksida, dan lain sebaginya). Dan jika
padatan yang tersublimasi tersebut bisa diembunkan lagi (rekondensasi)
kalau sublimasi digunakan maksud-maksud preparative, maka tekanan
atmosfir diatas senyawa tersebut baru dikecilkan dengan sebuah aspirator
vakum. Ini mengakibatkan tekanan zat padat itu menyapai tekanan atm
pada suhu yang lebih rendah. Pada kondisi ini kecil kemungkinan terjadi
dekomposisi jumlah senyawa yang dapat dimurnikan pada tekanan normal
termasuk sedikit.
5. Kristalisasi, merupkan proses pemisahan bahan padat berbentuk kristal
dari sutu larutan dengan cara menguapkan pelarutny. Pada kristlisasi,
larutan pekat didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal. Hal itu terjadi
Karen kelarutan berkurang ketika suhu diturunkan. Apabila larutan tidak
cukup pekat maka dapat dipekatkan terlebih dahulu dengan cara
penguapn. Kemudian dilanjutkan dengan pendinginan. Melalui kristalisasi
diperoleh zat padat yang lebih murni karena komponen larutan lainnya
yang kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal.
6. Destilasi, merupakan cara pemisahan campuran yang didasarkan pada
Modul Praktikum Kimia Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tujuh Belas 26
perbedaan titik didih komponen-komponen penyusunnya. Prinsip kerja
cara penyulingan ini didasarkan pada perbedaan titik didih dari dua zat
yang bercampur atau pertikelnya yang satu mendidih atau menguap
sedangkan yang lain tidak.
Ekstraksi cair merupakan metode pemisahan atau pengambilan zat
terlarut dalam larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakan pelarut
lain (biasanya organik). Ekstraksi cair dapat juga disebut ekstraksi pelarut.
Prinsip dasar ekstraksi adalah distribusi zat terlarut dalam dua pelarut yg
tidak bercampur.
• Prinsip Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyarian yang sesuai selama tiga hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyarian akan masuk ke
dalam sel melewati dinding sel.
• Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam
bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari
dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadaan
jenuh.
• Prinsip Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian
rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap
dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan
penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia
dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan
akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi
sirkulasi .
• Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan
penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada
kondensor bola menjadi molekul- molekul cairan penyari yang akan turun
kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang
berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut
dilakukan sebanyak 3 kali setiap 34 jam. Dengan jalan pengocokan proses
Modul Praktikum Kimia Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tujuh Belas 27
ekstraksi berlangsung, mengingat bahwa proses ekstraksi merupakan
proses kesetimbangan maka pemisahan salah satu lapisan pelarut dapat
dilakukan setelah kedua jenis pelarut dalam keadaan diam. Lapisan yang
ada dibagian bawah dikeluarkan dari corong dengan jalan membuka kran
corong dan dijaga agar jangan sampai lapisan atas ikut mengalir keluar.
Untuk tujuan kuantitatif, sebaiknya ekstraksi dilakukan lebih dari satu kali.
ALAT DAN BAHAN
1. Alat
˗ Tabung reaksi
˗ Corong pisah 100 ml
˗ Corong penyaring
˗ Gelas ukur 10 ml
˗ Gelas beker 100 ml
˗ Erlenmeyer
2. Bahan
˗ Iod
˗ Pelarut organik (koroform/etiasetat)
˗ Akuades
PROSEDUR KERJA
1. Dimasukan sebutir kecil Iod ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml akuades,
dikocok dan perhatikan warna larutan.
2. Diambil 1 ml kloroform/etil asetat, perhatikan warnanya lalu masukkan ke dalam
larutan Iod, dikocok dan perhatiakan kembali warnanya.
3. Diambil beberapa butir Iod lalu masukkan ke dalam gelas beker berisi 25 ml
akuades dan aduk sampai larut.
4. Larutan Iod dipindahkan ke corong pisah dalam keadaan kran tertutup.
5. Dimasukkan 10 ml kloroform/etilasetat ke dalam corong pisah yang berisi larutan
Iod tadi.
6. Dipasang sumbat corong pisah dan pegang corong dengan posisi ibu jari kanan
menekan tutup dan jari kiri memegang kran.
7. Buka kran sebentar (ujung pipa jangan menghadap muka/ wajah) tutup kran
kembali dan gojoglah.
8. Membuka kran sebentar, tutup kembali lalu gojog.
9. Mengulangi langkah no 8 sampai tak terdengar bunyi gas keluar saat membuka
kran.
Evaluasi