Hakikat Manusia
Hakikat Manusia
Hakikat Manusia
Alisya Reviana
Anisa Intania
Azizah Putri R
Azzahra Alfitri
Diah Mardiah
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji dan syukur kepada ALLAH SWT karna
atas limpahan rahmat dan karunianyalah kami dapat menyelesaikan dan menyusun
tugas makalah ILMU PENDIDIKAN ISLAM.
Kami sebagai penulis tentulah sangat berharap bisa mendapatkan saran dan kritikan
dari pembaca, karena saya menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari jkata
sempurna.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat membaerikan manfaat
tentang pengetahuan Islam dan Globalisasi
Penyusun
(Kelompok 1)
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar__________________________________________________i
DAFTAR ISI___________________________________________________ii
BAB I_________________________________________________________1
PENDAHULUAN_______________________________________________1
Latar Belakang_________________________________________________1
Rumusan Masalah______________________________________________2
Tujuan Penulisan_______________________________________________2
BAB II
PEMBAHASAN_______________________________________________
BAB III_______________________________________________________
PENUTUP____________________________________________________
DAFTAR PUSAKA_____________________________________________
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumus masalahnya adalah :
1. Bagaimana…
2.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai potensi
pokok, manusia yang mempunyai aspek jasmani. Dalam al-Qur'an manusia menempati
kedudukan istimewa dalam alam semesta ini. Dia adalah khalifah diatas bumi ini. Manusia
yang dianggap sebagai khalifah Allah tidak dapat memegang tanggungjawab sebagai
khalifah kecuali kalau ia dilengkapi dengan potensi-potensi yang dimilikinya.
Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah; ia tidaklah muncul dengan sendirinya
atau berada oleh dirinya sendiri. Perhatikan Ayat-ayat Al-Qur’an berikut ini :
Artinya: Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan
segumpaldarah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan
daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu
sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan
dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat. ( QS. Al-Mukminun 12-16)
Selain itu juga tugas Manusia diciptakan yaitu untuk mengimplementasikan tugas-
tugas ilahiaah yang mengandung banyak kemaslahatan dalam kehidupannya. Manusia
membawa amanah dari Allah yang mesti diimplementasikan pada kehidupan nyata.
Keberadaan manusia didunia memiliki tugas yang mulia, yaitu sebagai khilafah.(Imam
Syafe,i, 2009) Keberadaannya tidaklah untuk sia-sia dan tanpa ‘tujuan’. Perhatikan ayat-
ayat Qur`an di bawah ini.
- QS. Al-Baqarah: 30
- Ad-Dzariyat: 56
Artinya : “Dan aku tidk menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepadaku”
- QS. Al-Ahzab : 72
Manusia adalah makhluk pilihan yang dimuliakan oleh Allah dari makhluk
ciptaanNya yang lainnya, dengan segala keistimewaan yang ada pada manusia, seperti
akal manusia yang mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, kemudian
memilihnya. Allah SWT menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya cipta
(ahsanutaqwim), dan menundukkan alam semesta baginya agar dia dapat memakmurkan
dan memelihara kemudian melestarikan keberlangsungan hidup di alam semesta ini.
Dengan hatinya manusia dapat memutuskan sesuatu sesuai dengan petunjuk Robbnya,
dengan raganya, diharapkan aktif untuk menciptakan karya besar dan tindakan yang
benar, hingga ia tetap pada posisi kemuliaan yang sudah diberikan Allah kepadanya
seperti ahsanu taqwim, ulul albab, rabbaniun dan lai-lain. Maka, dengan semua sifat
kemuliaan dan semua sifat insaniah yang ada dengan kekurangan dan keterbatasan, Allah SWT
menugaskan misi khusus kepada umat manusia untuk menguji dan mengetahui mana yang jujur,
beriman dan dusta dalam beragama.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan : “ Kami
telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji
orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al-Ankabuut:2-
3).Oleh karna itu manusia haruslah mampu mengimplentasikan kehendak Allah dalam
setiap risalah dan misi yang diebannya.
Islam menghendaki agar orang Islam itu sehat mentalnya karena inti ajaran Islam
(iman). Kesehatan mental berkaitan erat dengan kesehatan jasmani, karena kesehatan
jasmani itu sering berkaitan dengan pembelaan Islam. Jasmani yang sehat serta kuat
berkaitan dengan ciri lain yang dikehendaki ada pada Muslim yang sempurna yaitu
menguasai salah satu ketrampilan yang diperlukan dalam mencari rezeki untuk
kehidupan.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah di bumi disamping untuk
beribadah, juga harus mampu memelihara dan memakmurkan alam (Huud: 61).
Kerusakan yang ada di dunia, dan kerusakan di darat, maupun yang ada di lautan, tetapi
oleh tangantangan manusia yang keluar dari rambu-rambu yang sudah ditetapkan oleh
Allah. Benar, semua isi yang ada di muka bumi ini diciptakan oleh Allah SWT. untuk
manusia, namun tentunya menggunakan aturan main yang sudah Allah tetapkan, tidak
bebas sekehendak manusia
Maka, manusia yang sadar akan misi sucinya tersebut harus bisa mengendalikan
hawa nafsu dan tidak sebaliknya, diperbudak oleh hawa nafsu hingga tidak mampu
menjalankan tugas utamanya sebagai manusia
Sementara itu hewan merupakan kebalikan dari malaikat. Yang tidak memiliki
akal, namun hanya memiliki nafsu. Karenanya hidupnya hanya berdasarkan naluri dan
insting hanya untuk memenuhi kebutuhan agar hidup dan berkembang biak semata.
Berdasarkan gambaran malaikat dan hewan itu, maka manusia adalah yang paling
sempurna memiliki keduanya yaitu akal dan nafsu. Tetapi yang menjadi permasalahan
terletak pada sebagaimana cerdas seseorang itu mengelola nafsunya dengan anugerah
akal yang diberikan Allah kepadanya.
َ يَا أَيُّهَا النَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوأُ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َع
ارفُوا إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم إِ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم خَ بِي ٌر
Yang artinya:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dari ayat al-Qur’an dan hadits tersebut, dapat kita ambil pelajaran, bahwa derajat
kemuliaan seorang manusia tidak dilihat atas kekayan yang dimiliki, bukan dilihat dari
warna kulitnya, bukan dilihat dari keturunnanya, bukan dilihat dari ras atau sukunya dan
bukan pula dilihat atas pakian dan perhiasan yang dikenakannya. Melainkan dilihat atas
ketaqwaanya terhadap Allah yang maha esa.
Manusia sebagai khalifah di muka bumi telah dibekali Allah dengan kelengkapan-
kelengkapan dasar (potensi dasar) yang dapat dibina dan dikembangkan sejauh mungkin
(semaksimal mungkin) melalui proses belajar mengajar. Kemampuan dasar itu
disebutkan fitrah. Di dalam kerangka fitrah itu terdapat komponen-komponen psikologis
yang saling memperkokoh dalam perkembangannya menuju ke arah kapasitas yang
optimal.
Diantara komponen fitrah itu terdapat potensi untuk beragama (Islam), potensi
intelektual (kecerdasan) yang menjadi dasar berfikir kreatif dan potensi untuk hidup
bermasyarakat (naluri sosialitas) serta potensi nafsu baik maupun buruk yang bersifat
menggerakkan.
Fitrah beragama yang berada pada fase potensialitas itu akan berkembang seiring
dengan irama perkembangan yang dilalui manusia. Pada konteks ini perkembangan
berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dan proses
kematangan dan pengalaman.
Kepemimpinan merupakan unsur yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan. Fitrah
manusia membentuk sebuah komunitas membutuhkan seorang pemimpin. Pemimpin
adalah orang yang dijadikan rujukan dalam komunitas tersebut.
ٰۤ ْ
ض خَ لِ ْيفَ …ةً ۗ قَ……الُ ْٓوا اَتَجْ َع… ُل فِ ْيهَا َم ْن يُّ ْف ِس … ُد فِ ْيهَا ِ ْرَ اْل ا ى ِ ف ل
ٌ …عِ ا ج
َ ي ْ ِّ ن ِا ة
ِ … َ
ك …
ِ ٕى
ِٕ ل َ …ََواِ ْذ ق
…ال َربُّكَ لِل َم
َك ۗ قَا َل اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن
َ َك َونُقَ ِّدسُ ل َ ك ال ِّد َم ۤا ۚ َء َونَحْ ُن نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد ُ َِويَ ْسف
ALLAH SWT menciptakan fungsi alam semesta dan menentukan fungsi-fungsi dari
setiap elemen alam ini. Mata hari punya fungsi, bumi punya fungsi, udara punya fungsi,
begitulah seterusnya; bintang-bintang, awan, api, udara, tumbuh-tumbuhan dan
seterusnya hingga makhluk paling kecil masing-masing memiliki fungsi dalam
kehidupan. Pertanyaan kita adalah apa sebenarnya fungsi manusia dalam pentas
kehidupan ini? Apakah sama dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan? atau memiliki fungsi
yang lebih istimewa ?
Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai
hamba Allah (`abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi. Sebagai
hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh karena itu, memuji
hanya kepadaNya dan berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi sebagai khalifatullah, manusia
diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha Besar maka manusia sebagai wakil-Nya di
muka bumi memiliki tanggung jawab dan otoritas yang sangat besar. Sebagai khalifah,
manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat
manusia, karena alam semesta diciptakan Tuhan untuk manusia. Sebagai wakil Tuhan
manusia juga diberi otoritas ketuanan; menyebarkan rahmat Tuhan, kebenaran kebenaran,
membasmi kebatilan, keadilan keadilan, dan bahkan diberi otoritas untuk menghukum
mati manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, sebagai khalifah Allah, manusia
memiliki fungsi yang sangat besar dalam bentuk sendi-sendi kehidupan di muka bumi.
Oleh karena itu, manusia dilengkapi dengan kelengkapan Tuhan dengan kelengkapan
psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya
sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat baik dan mulia,
Dalam Al-Hadist juga ada riwayat yang menyatakan manusia sebagai khalifah di muka
bumi, Hadist:
خلق هللا عزوجل التربة يوم السبت و خلق فيهاالجبال يوم األحدوخلق: أخذ النبي صلى هللا عليه و سلم بيدي فقال
الشجر يوم اإلثنين و خلق المكروه يوم الثالثاء و خلق النور يوم األربعاء و بث فيها الدواب يوم الخميس و خلق
ت ْال ُج ُم َع ِة ِ لَ ْي ِه ال َّساَل ُم ال َعصْ ِر ِم ْن ْال ُج ُم َع ِة ْال َخ ْل آدم.
ِ ق ا َع ٍة اعَا
()رواه لم هللا ا
Ketika berperan sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peran penting yang
diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari ini. Pertama, memakmurkan bumi
(al 'imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari
pihak manapun (ar ri'ayah).
1. Pengertian Pedagogik
Pedagogik adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk
pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran.[1] Pedagogi juga kadang-kadang
merujuk pada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar. Sehubungan dengan strategi
mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan dan dipengaruhi oleh latar belakang
pengetahuan dan pengalamannya, situasi pribadi, lingkungan, serta tujuan pembelajaran
yang dirumuskan oleh peserta didik dan guru.
Kata "pedagogi" berasal dari Bahasa Yunani kuno παιδαγωγέω (paidagōgeō; dari
παίς país:anak dan άγω ági: membimbing; secara literal berarti "membimbing anak”).
Kata yang berhubungan dengan pedagogi, yaitu pendidikan,[4] sekarang digunakan untuk
merujuk pada keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang
berhubungan dengan hal tersebut.
Tidak ada yang dilahirkan kecuali di atas fitrah, lalu kedua orang tuanya menjadikannya
Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Hadist di atas dengan tegas menyebutkan bahwa setiap manusia lahir membawa
“fitrah”. Pertanyaannya adalah bagaimana wujud dari fitrah tersebut? Fitrah
sesungguhnya adalah potensi dasar. Potensi tersebut masih harus dikembangkan,
sehingga mencapai tahapan-tahapan yang jika terus menerus dikembangkan akan
mencapai titik tertinggi. Karena itu, dapat dikemukakan definisi pendidikan sebagai
usaha mengembangkan potensi fitrah insaniah menuju tercapainya insan paripurna.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/56722-ID-none.pdf
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/13856/1/Ilmu%20Pendidikan%20Islam.pdf\
Buku yang berjudul “Prinsip Dasar Akhlak Mulia” karya Dr. Marzuki, M.Ag
https://www.jurnaldidaktika.org/contents/article/download/63/45
https://www.readcube.com/articles/10.24252%2Flp.2008v11n1a3