Makalah Kel3 MPS

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

Visi

Pada tahun 2028 menghasilkan Perawat yang unggul dalam penerapan keterampilan
Keperawatan Lansia berbasis IPTEK keperawatan.

MAKALAH MANAJEMEN PATIENT SAFETY


PROSEDUR KOMUNIKASI YANG EFEKTIF ANTAR ANGGOTA TIM

DI SUSUN OLEH :

Chintia Putri Afitasari ( P3.73.20.1.20.016 )


Dewi Mayangsari ( P3.73.20.1.20.017 )
Dita Nur Alika Anggraini ( P3.73.20.1.20.018 )
Elza Fauziah ( P3.73.20.1.20.019 )
Fadila Ajeng Arianti ( P3.73.20.1.20.020 )
Fanny Suri Rinaldo ( P3.73.20.1.20.021 )

Dosen Pembimbing : Omi Haryati, S.Kp., M.Kes

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
JURASAN D III-KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penyusunan makalah berjudul “ Prosedur Pengendalian Infeksi Silang ” dapat selesai tepat pada
waktunya.
Penyusunan makalah ini bertujuan menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Patient
Safety ( MPS ) . Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan petunjuk
dari dosen pembimbing, dosen pengajar, buku referensi, dan teman-teman. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Omi Haryati, S.Kp., M.Kes, sebagai dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Patient
Safety ( MPS ) .
2. Orang tua yang selalu memberi dukungan.
3. Teman – teman mahasiswa kelas 2 Reguler A Prodi D III Keperawatan yang telah membantu
dalam penyusuan makalah ini.

Saran dan kritik yang konstruktif sangat penyusun harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya.
Penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat.

Bekasi, 20 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................1
BAB II TINJAUN PUSTAKA...................................................................................................3
2.1 Komunikasi Antar Anggota Tim Kesehatan..........................................................3
2.2 Komunikasi SBAR..........................................................................................................5
BAB III KASUS........................................................................................................................8
3.1 Kasus.......................................................................................................................8
BAB IV SKENARIO.................................................................................................................9
4.1 Skenario Role Play.................................................................................................9
BAB V PENUTUP...................................................................................................................13
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................13
5.2 Saran..........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan
orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi.
Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk
dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam
kelompok ataupun organisasi selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan
masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok yang terdiri dari atasan dan
bawahannya.
Komunikasi tidak hanya penting untuk manusia tetapi juga penting untuk
sistem pengendalian manajemen yang merupakan alat untuk mengarahkan,
memotivasi, memonitor atau mengamati serta evaluasi pelaksanaan manajemen
perusahaan yang mencoba mengarahkan pada tujuan organisasi dalam perusahaan
agar kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dapat berjalan lebih
efesien dan lancar, yang dimonitor atau yang diatur dalam sistem pengendalian
manajemen adalah kinerja dari perilaku manajer di dalam mengelola perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan yang akan dibahas kali ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi antara anggota tim kesehatan ?
2. Bagaimana komunikasi antara perawat dengan dokter ?
3. Bagaimana komunikasi antar perawat dengan perawat ?
4. Bagaimana komunikasi antara perawat dengan ahli terapi respiratorik
(fisioterapis) ?
5. Bagaimana komunikasi antara perawat dengan ahli farmasi ?
6. Bagaimana komunikasi antara perawat dengan ahli gizi ?
7. Apakah yang dimaksud komunikasi SBAR ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui komunikasi
antar anggota tim kesehatan dalam manajemen patient safety.

1
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian komunikasi antara anggota tim kesehatan
b. Untuk mengetahui komunikasi antara perawat dengan dokter
c. Untuk mengetahui komunikasi antar perawat dengan perawat
d. Untuk mengetahui komunikasi antara perawat dengan ahli terapi respiratori
(fisioterapis)
e. Untuk mengetahui komunikasi antara pearawat dengan ahli farmasi
f. Untuk mengetahui komunikasi antara perawat dengan ahli gizi.
g. Untuk mengetahui komunikasi SBAR.

2
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Antar Anggota Tim Kesehatan


Komunikasi antar tim anggota kesehatan merupakan hubungan antara tim
kesehatan satu dengan yang lainnya yang terintegrasi dan bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan pasien. Komunikasi ini meliputi komunikasi antara perawat dengan
dokter, komunikasi antara perawat dengan perawat, komunikasi antara perawat dengan
tenaga ahli respiratorik (fisioterapis), komunikasi antara perawat dengan farmasi dan
komunikasi antara perawat dengan ahli gizi, sehingga akan menghasilkan tindakan
kolaborasi antar anggota tim kesehatan.

1. Komunikasi Antara Perawat dengan Dokter


Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah
cukup lama dikenal ketika memberikan asuhan kepada pasien. Perawat bekerja sama
dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana
kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang
perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang
mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat dapat bekerja dalam bentuk
kolaborasi dengan dokter. Contoh dari hubungan perawatan dengan dokter ialah ketika
perawat menyiapkan pasien yang diabetes pulang ke rumah, perawat dan dokter bersama-
sama mengajarkan klien dan keluarga bagaimana cara perawatan diabetes di rumah. Selain
itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap
pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputiTTV, anamnesa, serta
keluhan-keluhan dari pasien, dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga
dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien. Pada saat perawat
berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah
perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat
berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang
diinginkan.

2. Komunikasi Antara Perawat dengan Perawat


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien, komunikasi antar
tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi

3
tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat
tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat
diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan hubungan
intrapersonal. Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan
yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggungjawab yang sama dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Contohnya komunikasi yang terjadi pada saat
koordinasi antara perawat A dengan perawat B pada saat menerima pasien baru dari IGD
untuk diberikan perawatan lebih lanjut di ruang rawat inap. Maka antara perawat A dan
perawat B akan menjalin komunikasi. Hubungan sturktural merupakan hubungan yang
terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing - masing perawat dalam menjalankan
tugas berdasarkan wewenang dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan
keperawatan.

3. Komunikasi antara Perawat aengan Ahli Terapi Respiratorik (Fisioterapis)


Ahli terapi respiratorik ialah seorang fisioterapis yang ditugaskan untuk
memberikan pengobatan yang dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau
oksigenasi klien. Perawat bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk
kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahliterapi (fisioterapis) lalu dilanjutkan dengan evaluasi
oleh perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama dan
mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan keluarga. Selain
itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh. Contoh komunikasi
antar perawat dengan ahli terapi respiratorik misalnya, perawat merawat seseorang yang
mengalamai PPOK dan merujuk klien tersebut ke seorang fisioterapis untuk belajar latihan
agar menguatkan otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat energi dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan
nafas.

4. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi


Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk
merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang
farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam
pengembangan sistem pemberian obat. Perawat memiliki peran yang utama dalam
meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika

4
membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien membangun
pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang
dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang
pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya.

5. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi


Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS
merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang
bermutu. Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat
harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang obat-obatan yang digunakan pasien, jika
perawat tidak mengkomunikasikannya maka bisa saja pilihan makanan yang diresepkan
oleh ahli gizi akan menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi komunikasi dua arah
yang baik antara perawat dengan ahli gizi sangat diperlukan.

2.2 Komunikasi SBAR


1. Pengertian komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assassement, Recomendation)
adalah metode komunikasi yang digunakan untuk anggota tim medis kesehatan dalam
melaporkan kondisi pasien. SBAR digunakan sebagai acuan dalam pelaporan kondisi
pasien saat transfer pasien. Teknik SBAR menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi
antara anggota tim kesehatan tentang kondisi pasien. SBAR merupakan mekanisme
komunikasi yang mudah diingat dan merupakan cara yang mudah untuk berkomunikasi
dengan anggota tim, serta mengembangkan kerja anggota tim dan meningkatkan
keselamatan pasien.

2. Komponen SBAR
Komunikasi SBAR memiliki beberapa komponen. Komponen tersebut meliputi:
a. Situation: Komponen situation ini secara spesifik perawat harus menyebut usia
pasien, jenis kelamin, diagnosis pre operasi, prosedur, status mental, kondisi pasien
apakah stabil atau tidak.
b. Background: Komponen background menampilkan pokok masalah atau apa saja yang
terjadi pada diri pasien, keluhan yang mendorong untuk dilaporkan seperti sesak nafas,
nyeri dada, dan sebagainya. Menyebutkan latar belakang apa yang menyebabkan

5
munculnya keluhan pasien tersebut, diagnosis pasien, dan data klinik yang mendukung
masalah pasien.
c. Assesment: Komponen assessment ini berisi hasil pemikiran yangtimbul dari temuan
serta difokuskan pada problem yang terjadi pada pasien yang apabila tidak diantisipasi
akan menyebabkan kondisi yang lebih buruk.
d. Recommendation: Komponen recommendation menyebutkan hal-hal yang dibutuhkan
untuk ditindak lanjuti. Apa intervensi yang harus direkomendasikan oleh perawat.

Berikut adalah contoh komponen komunikasi SBAR meliputi:


" S: Identifikasi unit, pasien, status penyebab dari status klinik, status diagnosa, status
secara singkat seperti kapan dimulai, tujuan dari transfer dan indikasi klinik atau tujuan
dari tes diagnosis.
'B: tanggal penerimaan, vital sign, alergi, situasi nyeri, medikasi (dosis obat), antibiotik,
IV infus, hasil laboratorium, diit, klinik informasi lainnya meliputi jenis monitoring yang
dibutuhkan.
A: prioritas dari fokus masalah, karakteristik nyeri, pencegahan keamanan petugas
kesehatan, kemampuan koping dari penyakitnya, pencegahan kulit, monitoring
gastroentestinal perdarahan.
R: pasien harus segera diperiksa, perintah terbaru, perintah diubah, pencegahan
keselamatan dari petugas dan pasien, transfer pasien, medikasi infus, monitoring dan
intervensi nyeri

3. Manfaat Komunikasi SBAR


Komunikasi SBAR memiliki manfaat untuk :
a. Meningkatkan patient safety
b. Menurunkan angka malpraktik akibat komunikasi yang kurang
c. Meningkatkan kerja tim untuk menggunakan komunikasi yang efektif.
d. Memberikan informasi terkait kondisi pasien secara lengkap.

4. Penerapan Komunikasi SBAR


a. Operan
Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suati laporan
yang berkaitan dengan kondisi pasien. Tujuan dilakukan operan adalah untuk
menyampaikan kondisi pasien, menyampaikan asuhan keperawatan yang belum

6
dilaksanakan, menyampaikan hal yang harus ditindaklanjuti, menyusun rencana kerja.
Untuk mencapai tujuan harus diterapkan komunikasi efektif seperti SBAR.

b. Pelaporan Kondisi Pasien


Pelaporan kondisi pasien dilakukan olehp perawat kepada tenaga medis lain
termasuk dokter. Hal ini bertujuan untuk melaporkan setiap kondisi pasien kepada dokter
sehingga dokter dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien. Pelaporan
kondisi pasien yang efektif dapat meningkatkan keselamatan pasien. Faktor yang dapat
mempengaruhi pelaporan kondisi pasien adalah komunikasi. Komunikasi yang tidak
efektif antara perawat dan dokter dapat mempengaruhi keselamatan pasien. Berbagai
jurnal yang telah diteliti dihasilkan komunikasi efektif seperti SBAR dapat meningkatkan
komunikasi antara perawat-dokter sehingga angka keselamatan pasien meningkat.

c. Transfer Pasien
Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan ke ruangan lain
dan dari satu rumah sakit kerumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Transfer pasien dibagi menjadi transfer pasien internal dan eksternal. Transfer pasien
internal adalah transfer antar ruangan di dalam rumah sakit dan transfer pasien eksternal
adalah transfer antar rumah sakit. Transfer pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan terkait prosedur transfer. Kemampuan dan
pengetahuan tenaga kesehatan yang harus dimiliki adalah memahami proses pra transfer,
peralatan transfer, dan komunikasi saat transfer pasien. Komunikasi yang efektif
diperlukan untuk proses transfer pasien. Komunikasi SBAR merupakan salah satu
komunikasi efektif yang dapat meningkatkan keselamatan pasien.

7
BAB III

KASUS

3.1 Kasus
Dalam satu ruangan maternitas pada tanggal 20 Oktober 2021 terdapat 2 pasien
dengan diagnosa medis yang berbeda. Pasien yang bernama ibu khoirunisa dengan
diagnosa medis ost section caesarea. Dengan masalah keperawatannya adalah gangguan
rasa aman nyeri. Ibu tersebut masih mengeluhkan nyeri pada bagian luka operasi. Terapi
yang sudah diberikan adalah edukasi kepada pasien yaitu cara memberikan asi, dan
membantu mobilisasi pasien. Sedangkan Pasien yang bernama ibu Dewi Puspita sari
dengan diagnosa masuk yaitu obortus imminens dan masalah keperawatannya adalah
risiko pendarahan. tindakan asuhan keperawatan yang sudah dilakukan adalah
menganjurkan ibu untuk tetap bed rest dan tetap memantau perdarahan yang terjadi pada
ibu dewi. Dalam hal ini perawat akan melakukan pengoperan dari shif pagi ke shif sore.
Untuk itu dalam melakukan komunikasi yang efektif perawat harus berkomunikasi dengan
komunikasi SBAR.
Semua perawat perlu menganalisis teknik komunikasi yang tepat setiap kali ia
berhubungan dengan siapa pun terutama dalam menyampaikan keadaan pasien. Perawat
harus mampu menyampaikan keadaan pasien dengan benar dan sesuai standar. Dengan
tujuan tidak adanya kekeliruan dari pihak yang sudah bertugas ke pihak yang sudah
bertugas.

8
BAB IV

SKENARIO

4.1 Skenario Role Play


1. Kepala Ruangan : Dewi Mayangsari
2. Tim 1 pagi : Dita Nur Alika A
3. Tim 2 pagi : Chintia Putri A
4. Tim 1 sore : Fadilah Ajeng A
5. Tim 2 sore : Elza Fauziah
6. Pasien : Fanny Suri R

Kepala Ruangan : “Assalamualaikum Wr wb”


Semua : “Wa’alaikumsalam wr.wb”
Kepala ruangan : “Baiklah kita akan melakukan operan ruangan dari shif pagi ke shif
sore. Bagaimana tim satu apakah anggotanya sudah lengkap”
Tim 1 Pagi : “Untuk tim satu sudah lengkap”
Kepala ruangan : “Bagaimana untuk tim 2 apakah sudah lengkap?”
Tim 2 pagi : “sudah lengkap ibu”
Kepala ruangan : “Bagaimana untuk shif sore sudah lengkap?”
Tim 1 sore : “Sudah lengkap bu”
Tim 2 sore : “sudah lengkap ibu”
Kepala ruangan : “baiklah karena semuanya sudah lengkap sebelum kita melakukan
operan kita ada baiknya kita berdo’a terlebih dahulu. Marilah kita
berdo’a menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Berdo’a
dimulai”
Kepala Ruangan : “Baiklah berdo’a selesai”
Kepala ruangan : “Baik, kepada tim satu silahkan untuk melaporkan asuhan
keperawatan yang sudah diberikan.”

Situation
Tim 1 Pagi : “Baiklah untuk tim 1, saya akan melaporkan pasien diruangan. Untuk
tim 1 hanya ada pasien lama dan tidak ada pasien baru. Pasien kita
yaitu bu khoirunisa. Ibu ini diruangan persalinan 4, masuk dengan
diagnosa post section caesarea pada tanggal 20 oktober 2021.

9
kemudian masalah keperawatan yang kita angkat itu adalah gangguan
rasa aman nyeri nah setelah kami kaji tadi pagi ibu tersebut masih
mengeluhkan nyeri pada bagian luka operasi.”
Background
Tim 1 Pagi : “Berdasarkan hasil pengkajian ibu khoirunisa tidak ada riwayat masa
lalu dan tidak ada riwayat alergi. Kemudian dokter penanggung
jawab menginstruksikan bahwa terapi yang diberikan itu berlanjut,
seperti itu. Jadi dari kami tim pagi dilanjutkan ke sore tidak ada
perubahan.”
Assessment
Tim 1 pagi : “Untuk tingkat kesadaran kesadaran dan tekanan darah ataupun tanda
tanda vital tidak ada masalah, semua normal sesuai dengan kondisi
pasien saat ini.”
Recomendation
Tim 1 pagi : “Kemudian terapi yang sudah diberikan itu kami memberikan edukasi
kepada pasien. Kami mengajarkan pada pasien bagaimana cara mem
memberikan asi. Kemudian bagaimana cara menyusui dan bagaiman
bagaimana nantinya pasien tersebut menyusui. Dan kami juga sudah
membantu mobilisasi pasien sudah miring kanan, sudah miring kiri.
Sudah bisa merubah posisi. Nah untuk instruksi dokter bahwa terapi
obat yang diberikan itu pemberian terapi obat oral kepada pasien.
Kemudian mengganti balutan luka. Jadi nanti untuk perawat sore
diingatkan kembali bahwa penggantian balutan luka oprerasi itu
harus dilakukan, seperti itu. Nah tadi juga kami sudah mencabut
infus pada pasien tersebut karena sudah bengkak. Jadi mungkin
nanti shif sore, sekedar mengingatkan untuk memasang infus
kembali. Baiklah itu saja laporan dari tim satu saya kembalikan
kepada kepala ruangan.”

Kepala ruangan : “Baiklah terimakasih untuk tim 1. bagaimana untuk pj shif sore
apakah ada yang ingin di klarifikasi?”
Tim 1 sore : “Baiklah terimakasih kepada kepala ruangan. Disini saya ingin
menanyakan kepada tim 1. ibu khoirunisa apakah masih tetap
dibutuhkan terapi cairan dan berapa banyak cairan yang masih harus

10
diberikan kepada ibu khoirunisa ?”
Tim 1 pagi : “baik kepada ibu kepala ruangan saya izin menjawab. Nah untuk
terapi pemberian cairan itu dilanjutkan seperti instrupsi sebelumnya
oleh dokter penanggung jawab terapi cairan itu tetap dilanjutkan ke
shif selanjutnya.”
Tim 1 sore : “baiklah terimakasih kepada tim 1 yang shif pagi nanti kami yang shif
sore akan memasang infus kembali kepada ibu khoirunisa. Saya
kembalikan lagi kepada ibu kepala ruangan.”
Kepala ruangan : “baiklah. Selanjutnya tim 2 silahkan melaporkan asuhan keperawatan
yang telah diberikan kepada pasien.”
Tim 2 Pagi : “baik disini saya dari tim 2 akan melaporkan kondisi pasien tim 2.
jumlah pasien tim 2 ada 1. Pasien lama 1 dan pasien baru nya tidak
ada. Dengan pasien yang bernama ibu dewi puspita sari ruangan
persalinan 1 dengan diagnosa masuk yaitu obortus imminens dan
masalah keperawatannya adalah risiko pendarahan. Untuk keluhan
terbaru yang setelah dikaji pada dinas pagi bahwa ibu ini
mengeluhkan masih ada bercak di pembalut. Dan terapi dari dokter
penanggung jawab pasien dilakukan sama seperti terapi sebelumnya.
Kemudian untuk tindakan asuhan keperawatan yang sudah
dilakukan disini kami perawat dinas pagi telah menganjurkan ibu
untuk tetap bed rest dan tetap memantau perdarahan yang terjadi
pada ibu dewi. Kemudian untuk instrupsi dokter selanjutnya ibu ini
harus tetap dipantau keadaan umum dan dilakukan usgnanti pukul
16.00 wib dan pantau pendarahannya setiap empat jam. Demikian
kondisi pasien tim 2 yang saya laporkan. Kemudian saya
kembalikan kepada ibu kepala ruangan.”
Kepala ruangan : “baiklah bagaimana untuk pj shif sore apakah ada yang ingin
Diklarifikasi?”
Tim 2 sore : “baiklah saya pj tim 2 sore sudah cukup jelas.”
Kepala ruangan : “baiklah untuk menglkarifikasi lebih lanjut ada baiknya kita
melakukan serah terima di bed pasien.”

Semua menuju ruangan pasien


Tim 1 Pagi : “Siang bu nisa, kami pengoperan dulu ya bu disini pj shif sorenya ada

11
(nama) kemudian ada (nama) sebagai perawat sore. Selanjutnya saya
serahkan kepada shif sore.”
Tim 1 sore : “baik ibu nisa, apakah ibu masih ada keluhan?”
Pasien : “tidak ada sus”
Tim 1 sore : “nyerinya masih ada?”
Pasien : “masih ada sus”
Tim 1 sore : “oh iya terus asinya lancar tidak bu?”
Pasien : “Alhamdulillah lancar sus”
Tim 1 Sore : “Asinya terus diberikan ya ibu kepada bayi tanpaada batasan.
Baik ibu inikan tadi infusnya dilepas ya ibu karena tangannya
bengkak jadi nanti mungkin bisa dibantu oleh keluarga dikompres
menggunakan air hangat ya ibu, supaya bengkaknya berkurang ya
ibu. Nah nanti kalau bengkaknya sudah berkurang nanti yang shif
sore akan membantu menginfus kembali ya ibu. Apakah ada keluhan
lain ibu?”
Pasien : “tidak ada sus”
Tim 1 sore : “Baik ibu nanti apabila ada keluhan ibu bisa langsung melapor ke
ners station ya ibu. Terimakasih. Kami pamit ya ibu”
Perawat kembali ke ners station
Kepala perawat : “Baiklah operan kita pada sore kali ini sudah selesai sebelum kita
menutup operan kita ada baiknya kita berdo’a menurut agama dan
kepercayaan masing masing. Berdo’a dimulai, Berdo’a selesai,
wassalamualaikum wr. wb”
Semuanya : “waalaikumussalam wr. wb”

12
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa
berkolaborasi dengan profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter, ahli
gizi, apoteker dsb. Setiap tenaga profesi tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap
kesehatan pasien. Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja
sama akan dapat terjalin dengan baik. Selain itu perawat juga mempunyai tanggung jawab
dan memiliki untuk:

1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan
tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
2. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya
kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain
dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
3. Perawat merupakan kesatuan integral dengan tenaga kesehatan lainya yang tak bisa
dipisah – pisahkan dan disendirikan.

5.2 Saran
Demikian sedikit informasi dari kami selaku penulis makalah ini. Tentu masih
banyak kekurangan yang jauh dari sempurna. Ucapan terima kasih kami persembahkan
bagi para pembaca. Terakhir, ucapan maaf yang sebesar – besarnya perlu kami ucapkan
jika dalam penulisan ini kami banyak melontarkan kata – kata yang kurang berkenan.
Maka dari itu kritik dan saran yang membangun masih sangat kami btuhkan demi
kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Selviana, Mega. 2019. Komunikasi Antar Anggota Tim Kesehatan.

https://id.scribd.com/document/408509190/komunikasi-antar-anggota-tim-kesehatan-docx
13
14

Anda mungkin juga menyukai