CJR Geologi Umum-WPS Office-Dikonversi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

CRITICAL JOURNAL RESEARCH

Dosen Pengampu :

Drs. Nahor Simanungkalit M. SI

Oleh :

Nama : Nurul Rahma Aulia

NIM : 3213131029

Mata Kuliah : Geologi Umum

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN T. A 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kasih dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Critical Journal
Report ini. Critical journal Report ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geologi
Umum, dalam Critical Journal Report ini penulis menganalisis jurnal yang membahas mengenai
Perbandingan " Karakteristik Batuan Beku Erupsi Gunung Gamalama dan Gunung Talang".
Dengan Critical Journal Report ini penyusun mengharapkan agar memampukan para pembaca
dalam sistem pembelajaran serta memberikan informasi yang bermanfaat.
Namun penulis menyadari bahwa Critical Journal Report ini belum dapat dikatakan
sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan-kekurangan di dalamnya. Maka penulis
mengharapkan mendapat kritik dan saran dari pembaca.

Medan , 26 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................iii

BAB I....................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..................................................................................................................................1

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR...................................................................................................1

B. Latar Belakang............................................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................1

D. Manfaat.......................................................................................................................................1

E. Identitas Jurnal........................................................................................................................... 2

BAB II................................................................................................................................................... 2

RINGKASAN JURNAL......................................................................................................................... 2

BAB III.................................................................................................................................................. 9

ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL..................................................................... 9

1. Kelebihan...................................................................................................................................... 9
2. Kelemahan.................................................................................................................................... 9
BAB IV................................................................................................................................................. 9

PENUTUP............................................................................................................................................ 10

1. Kesimpulan................................................................................................................................... 10
2. Saran..............................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR

Di saat ini kita membutuhkan sebuah referensi, yaitu jurnal sebagai sumber bacaan kita, selain
buku dalam mempelajari mata kuliah Geologi Umum , sebaiknya kita terlebih dahulu mengkritisi
jurnal tersebut agar kita mengetahui jurnal mana yang lebih relevan untuk dijadikan sumber
bacaan dan sebagi referensi pembelajaran.

B. Latar Belakang
Adapun tujuan penulis di dalam makalah ini adalah untuk menguraikan tentang kelebihan dan
kekurangan dari sebuah jurnal. Hal ini dilakukan demi memenuhi tugas Mata Kuliah Geologi
Umum yaitu dalam Critical Journal Review dimana tujuannya adalah tidak lain untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa di dalam menilai sebuah jurnal. Di dalam makalah ini
juga tidak ada maksud untuk menyudutkan beberapa pihak tertentu. Pada makalah ini di sertakan
keunggulan dan kekurangan dari jurnal tersebut. Baik itu dari segi penulisan dan pemakaian
bahasa, bahan materi yang dusampaikan, maupun dari segi kelengkapan materi. Karena pada
dasarnya tidak ada jurnal yang sempurna. Dengan demikian, diharapkan tidak ada pihak-pihak
yang tersinggung atas penyajian makalah ini. Karena makalah ini dibuat dari sudut opini
pembaca.

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Geologi umum.
2. Mengetahui Hasil Review Jurnal.
3. Menambah wawasan baru tentang materi yang ada.
D. Manfaat
1. Sebagai rujukan bagaimana untuk menyempurnakan sebuah jounal dan mencari sumber
bacaan yang relevan.
2. Membuat saya sebagai mahasiswa lebih terasah dalam mengkritisi sebuah journal.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang Karakteristik Batuan Beku Erupsi Gunung
Gamalama dan Gunung Talang .
E. Identitas Jurnal
Judul : Perbandingan Karakteristik Batuan Beku Erupsi Gunung Gamalama

dan Gunung Talang.

Penulis : Andrian Putra.

Vol & No : Vol. 7 & No. 4

ISSN : 2302-8491

Penerbit : Jurnal Fisika Unand

Tahun Terbit : 2018.

BAB II

RINGKASAN JURNAL

Perbandingan Karakteristik Batuan Beku Erupsi Gunung Gamalama


dan Gunung Talang.

Abstrak

Telah dilakukan penelitian tentang karakteristik batuan erupsi Gunung Gamalama dan Gunung
Talang yang meliputi struktur dan komposisi kedua batuan vulkanik tersebut. Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah XRD (X-Ray Diffractometer) dan XRF (X-Ray
Fluorescence). Hasil uji XRD menunjukan batuan Gunung Gamalama didominasi oleh albit dan
berlinit sedangkan batuan Gunung Talang didominasi oleh kristobalit dan alunit. Hasil uji XRF
menunjukan bahwa batuan Gunung Gamalama mengandung 58,485% silika dan dikelompokan
sebagai batuan beku andesit dan diorit. Batuan Gunung Talang mengandung 75,438% silika dan
dikelompokan sebagai batuan beku riolit.
Berdasarkan kandungan SiO2 dan K2O batuan Gunung Gamalama dikelompokan sebagai
andesit basal (K-sedang) dengan kedalaman magma pembentuk batuannya sekitar 106 km dan
batuan Gunung Talang dikelompokan sebagai riolit (K-rendah) dengan kedalaman magma
pembentuk batuannya sekitar 54 km. Batuan Gunung Gamalama memiliki sifat magnetik yang
lebih kuat dari batuan Gunung Talang karena mengandung hematit (Fe2O3) sebesar 5,546% dan
besi (Fe) sebesar 9,952%. Perbedaan warna (cerat) batuan Gunung Gamalama dan Gunung
Talang dipengaruhi oleh kandungan magnesium (Mg) dan besi (Fe). Tingginya kandungan
magnesium (Mg) dan besi (Fe) menunjukan batuan Gunung Gamalama tersusun oleh mineral
yang bersifat lebih basa dari batuan Gunung Talang. Secara umum, batuan Gunung Gamalama
bertipe andesit basaltik, sedangkan batuan Gunung Talang bertipe riolitik.
Kata kunci: Gunung Gamalama, GunungTalang, silika, kedalaman magma.

PENDAHULUAN

Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai gunung api aktif terbanyak di dunia, yaitu
lebih dari 30% dari gunung api yang aktif dunia ada di Indonesia. Kawasan gunung api yang
pada umumnya berpenduduk padat karena kesuburan dan keindahan panoramanya. Letak
Indonesia yang berada di kawasan Cincin Api Pasifik menyebabkan Indonesia memiliki banyak
gunung api yang aktif dan potensi gempa bumi yang cukup tinggi. Cincin Api Pasifik adalah
sebuah kawasan aktif dari segi tektonik dan vulkanik. Gunung api aktif Indonesia dibagi menjadi
empat busur gunung api, yaitu Busur Gunung Api Sunda, Busur Gunung Api Banda, Busur
Gunung Api Halmahera dan Busur Gunung Api Sulawesi Utara-Kepulauan Sangihe (Sutikno,
2002).
Aktivitas erupsi suatu gunung api yang tercatat dalam sejarah memiliki perbedaan yang terlihat
dari komposisi magma dan komposisi gas pada magmanya. Studi terhadap perbedaan dari setiap
sejarah erupsi gunung api bermanfaat dalam pembelajaran erupsi yang sedang dan yang akan
terjadi. Batuan yang terbentuk dari hasil erupsi suatu gunung api dapat dijadikan sebagai salah
satu referensi dalam mempelajari karakteristik dari erupsi gunung api. Studi mengenai batuan
beku hasil erupsi dari gunung api pada saat ini mengalami perkembangan sangat pesat berkat
penemuan baru mengenai ketepatan analisis kimia dengan menggunakan instrumen yang
mengalami penyempurnaan secara terus-menerus. Selain itu studi dari batuan beku dapat dipakai
untuk mempelajari suatu cekungan dan evolusi tatanan tektonik. Dengan berkembangnya teori
tektonik lempeng maka dapat diketahui kondisi dari masing-masing lingkungan tektonik
lempeng yang dicirikan oleh magmatisme (Hutabarat, 2007).Gunung Gamalama merupakan
salah satu gunung api yang terletak di busur Pulau Halmahera sebelah timur laut Maluku dengan
sejarah letusan yang tercatat dimulai tahun 1538 sampai tahun 2003. Gunung Gamalama
terbentuk pada daerah tektonik kompleks yang dibangun oleh interaksi antara lempeng Filipina
di utara, lempeng Pasifik di timur, lempeng Eurasia di barat dan lempeng Indo-Australia di
selatan. Lava dari Gunung Gamalam pada umumnya bersifat basaltis andesit (Mawardi dkk.,
1991). Hasil erupsi dari Gunung Gamalama pada tahun 1907 yang berlokasi di lereng sebelah
timur menghasilkan lelehan lava yang kemudian dikenal sebagai batu angus.Sumatera Barat
memiliki beberapa gunung api yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan Gunung
Gamalama, salah satunya adalah Gunung Talang. Gunung Talang disebut juga dengan Gunung
Soelasih yang memiliki bentuk strato (berlapis) dan dibangun oleh perulangan batuan lava dan
batuan piroklastika. Gunung Talang merupakan suatu komplek gunung api yang terdiri dari
kerucut Gunung Batino dan kerucut Gunung Jantan yang tumbuh di zona bagian tengah Sesar
Semangko yang aktif (Munandar, 1995). Sejarah letusan dari Gunung Talang memiliki periode
yang relatif panjang, dengan interval terpendek 2 tahun dan terpanjang 40 tahun dan letusannya
yang bersifat magmatis.Di Indonesia telah dilakukan penelitian mengenai batuan hasil erupsi dari
beberapa gunung api yang aktif. Dirk (2008) telah melakukan penelitian geokimia dari Gunung
Api Tampomas menyimpulkan bahwa batuan dari gunung tersebut tergolong ke dalam seri
kalium rendah (low-K series), kalk-alkali dan kalk-alkali kalium tinggi (high-K) kelompok basal,
andesit basal dan andesit dengan kandungan SiO2= 48,59% – 60,49 % dan K2O dari 0,31% –
1,67 %. Jahidin (2010) telah melakukan penelitian di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan 12
sampel dari situs batuan beku, yaitu Watu Adeg, Gunung Suru, Purwoharjo, Gunung Skopiah,
Gunung Ijo, Parangtritis, Kali Widoro, Kali Songgo, Kali Buko, Gunung Pawon, Parangtritis B
dan Tegal Rejo. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui batuan penyusunnya terdiri dari
batuan andesit, andesit kuarsa, trakit andesit, basal theoletik, dan trakiandesit basaltik. Manullang
dkk. (2015) telah melakukan penelitian batuan lava Gunung Barujari dan Gunung Rombongan.
Dari penelitian tersebut diketahui batuan penyusun dari dua gunung tersebut merupakan batuan
beku porfiri basal dan porfiri andesit. Untuk kandungan, struktur kristal dan morfologi partikel
batuan Gunung Gamalama (batu angus) telah pernah diuji dengan menggunakan XRD, SEM dan
XRF (Baqiya dkk., 2017). Berdasarkan data XRD diketahui bahwa batu angus mengandung 20%
fasa magnetik dan didominasi oleh fasa silika. Pada XRF menunjukan bahwa batu angus
mengandung beberapa unsur, yaitu Fe, Si, Ca, Al, K, Ti. Dari semua unsur yang terkandung di
dalamnya, besi (Fe) merupakan unsur yang memiliki persentase yang paling tinggi yaitu 35%.
Hasil uji sampel menggunakan SEM menunjukan bentuk permukaan partikel batu angus
berbentuk pipih.Adanya perbedaan dari batuan hasil erupsi gunung-gunung api aktif di Indonesia
memeperlihatkan bahwa gunung api di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda. Untuk
melihat perbedaan tersebut maka pada penelitian ini dilakukan karakterisasi terhadap batuan
hasil erupsi Gunung Gamalama (batu angus) dan batuan hasil erupsi Gunung Talang. Pada
penelitian ini akan dilakukan identifikasi kandungan mineral, komposisi kimia penyusun batuan,
struktur kristal, ukuran kristal, jenis magma pembentuk batuan, daerah terbentuknya batuan serta
pengelompokan dari kedua jenis batuan tersebut.

Adanya perbedaan dari batuan hasil erupsi gunung-gunung api aktif di Indonesia
memeperlihatkan bahwa gunung api di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda. Untuk
melihat perbedaan tersebut maka pada penelitian ini dilakukan karakterisasi terhadap batuan
hasil erupsi Gunung Gamalama (batu angus) dan batuan hasil erupsi Gunung Talang. Pada
penelitian ini akan dilakukan identifikasi kandungan mineral, komposisi kimia penyusun batuan,
struktur kristal, ukuran kristal, jenis magma pembentuk batuan, daerah terbentuknya batuan serta
pengelompokan dari kedua jenis batuan tersebut.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini melalui survei lapangan dengan pengambilan data
secara sampling. Preparasi Sampel ,Proses persiapan sampel adalah sebagai berikut:1.Bongkahan
dari batuan Gunung Gamalama dan batu Gunung Talang dihancurkan menggunakan martil
menjadi bagian yang lebih kecil. 2. Serpihan batuan tersebut kemudian dihaluskan dengan
menggunakan alu dan lumpang menjadi serbuk yang lebih halus. 3. Serbuk disaring dengan
menggunakan ayakan 100 mesh agar diperoleh ukuran butir yang lebih kecil kemudian dicuci
dengan aquades. 4. Setelah dicuci, serbuk kemudian dikeringkan dan ditimbang masing-masing
100 gram untuk pengujian dengan XRD dan XRF.
Pada proses karakterisasi sampel dengan menggunakan XRD Panalytical tipe Expert Pro
ditentukan fasa mineral, struktur kristal dan ukuran kristal dari batuan Gunung Gamalama dan
Gunung Talang. Data keluaran dari XRD berupa grafik puncak-puncak difraksi. Grafik tersebut
merupakan grafik antara sudut difraksi dengan intensitas sinar-X yang didifraksikan. Kemudian
data puncak-puncak difraksi tersebut dibandingkan dengan International Centre of Diffraction
Data (ICDD). Untuk ukuran kristal dihitung menggunakan Persamaan 2. Untuk data XRF
dilakukan analisis tentang karakteristik dari batuan erupsi gunung api berupa komposisi kimia
penyusun batuan, karakteristik dari magma pembentukan batuan, jenis batuan erupsi yang
terbentuk dan perbedaan batuan hasil erupsi dari Gunung Gamalama dengan Gunung Talang.

Hasil dan Pembahasan

Struktur Batuan

Hasil uji menggunakan XRD untuk sampel batuan Gunung Gamalama dan Gunung Talang dapat
dilihat pada Tabel 1. Dari tabel terlihat mineral-mineral penyusun batuan gunung api. Batuan
Gunung Gamalama tersusun oleh mineral albit berstruktur triklinik dan mineral berlinit dengan
struktur ortorombik. Terbentuknya mineral albit (Na(AlSi3O8)) dan berlinit (AlPO4) pada
sampel menunjukan bahwa komposisi dari batuan Gunung Gamalama kaya akan alumina
(Al2O3), natrium (Na) dan silika (SiO2). Hal ini juga menunjukan bahwa daerah terbentuknya
batu angus memiliki mineral penyusun batuan yang bersifat intermediet (Travis, 1955). Untuk
sampel batuan Gunung Talang mineral penyusunnya adalah mineral kristobalit berstruktut
tetragonal dan mineral alunit berstruktur rombohedral. Adanya mineral kristobalit dan mineral
alunit dala batua Gunung Talang menunjukan bahwa batuan Gunung Talang tersusun oleh
mineral yang bersifat asam (Travis, 1955).Ukuran kristal dari sampel batuan Gunung Talang dan
batu angus berturut-turut adalah 106,65 nm dan 160,3 nm. Dari ukuran kedua kristal ini
diketahui bahwa kedua batuan dikelompokan ke dalam batuan bertekstur afanatik, yaitu batuan
bengan mineral-mineral penyusunnya berukuran kecil.

Tabel 1 Struktur batuan


Parameter G. Gamalama G. Talang

Nama mineral Albit dan berlinit Kristobalit dan alunit

Struktur mineral Triklinik dan ortorombik Tetragonal dan rombohedral

Ukuran Kristal 160,3 nm 106,65 nm

Komposisi Penyusun Batuan


Untuk pengujian dengan menggunakan XRF diketahui komposisi kimia dari batuan. Komposisi
kimia yang mendominasi dari kedua sampel batuan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Dari
tabel untuk komposisi batu angus diketahui konsentrasi silikanya sebesar 58,485% sehingga batu
angus digolongkan ke dalam batuan beku andesit dan diorit. Untuk batuan Gunung Talang
tergolong ke dalam riolit dan granit dengan kandungan silika 75,348%.

Tabel 2 Konsentrasi unsur dan senyawa batuan Gunung Gamalama

Unsur Konsentrasi Senyawa Konsentrasi

Si 49,233% SiO2 58,485%

Ca 15,733% Al2O3 23,810%

Al 17,023 % CaO 9,744%

Fe 9,952 % Fe2O3 5,546 %

K 2,547 % MgO 2,736 %

Mg 2,410% K2O 1,4160 %

Unsur Konsentrasi Senyawa Konsentrasi

Si 72,681 % SiO2 75,348%


S 10,938% Al2O3 11,359%

Al 9,772% SO3 9,963 %

K 2,302 % K2O 9,560%

Fe 1,131 % Fe2O3 5,260%

Peccerillo dan Taylor (1976) mengelompokan magma berdasarkan komposisi silika penyusun
batuannya. Berdasarkan pengelompokan tersebut maka batu angus (SiO2= 58,485%) terbentuk
dari magma dengan komposisi andesit yang konsentrasi silikanya antara 57%-63%. Jenis dari
komposisi magma andesit ini kaya akan unsur Al, Ca, Fe dan Mg sehingga memiliki nilai
viskositas magma relatif menengah dengan suhu pembentukan kristal pertama berada pada suhu
800ᵒC-1000ºC (Chernicoff dan Venkatakrishanan, 1995). Untuk sampel dari batuan Gunung
Talang (SiO2=75,438%) berada pada kisaran di atas 69% terbentuk dari magma berkomposisi
riolitik yang bersifat asam. Jenis komposisi dari magma riolitik rendah akan unsur Fe, Mg dan
Ca. Untuk nilai viskositas dari jenis magma riolitik ini tinggi serta kandungan gas yang terlarut
dari magma cukup besar.Berdasarkan perbandingan konsentrasi K2O terhadap SiO2 maka
sampel batu angus merupakan batuan andesit basal yang berafinitas kalk-alkali kalium sedang
(medium-K), sedangkan sampel batuan Gunung Talang merupakan golongan riolit yang dengan
kandungan teolit kalium rendah (low-K). Sampel batu angus dengan nilai afinitas magma kalk-
alkali kalium sedang (medium-K) menunjukan bahwa Gunung Gamalama terbentuk pada jalur
subduksi sama halnya dengan Gunung Talang.Cerat (streak) dari kedua sampel batuan tersebut
sangatlah berbeda. Sampel dari batuan Gunung Talang memiliki cerat (streak) yang lebih terang
dari pada sampel batu angus. Hal ini dikarenakan magma pembentuk batuan dari sampel batu
Gunung Talang lebih bersifat asam dari pada magma pembentuk sampel batu angus. Sampel batu
angus berwarna gelap disebabkan karena batu angus mengandung unsur besi (Fe) dan
magnesium (Mg) yang tinggi dengan nilai berturut-turut 9,952% dan 2,41%, sedangkan batuan
Gunung Talang hanya mengandung 1,131% besi (Fe) dan magnesium (Mg) sebesar 0,578%.
Berdasarkan kandungan hematit (Fe2O3) dan besi (Fe) dari kedua sampel tersebut dapat
diketahui bahwa batu angus memiliki sifat magnetik yang lebih besar dari pada batuan Gunung
Talang. Konsentrasi hematit (Fe2O3) dari batu angus dan batuan Gunung Talang berturut-turut
adalah 5,546% dan 0,526%. Untuk Konsentrasi besi (Fe) pada sampel batu angus dan batuan
Gunung Talang berturut-turut adalah 9,952% dan 1,131%. Perhitungan kedalaman zona
penunjaman asal pembentukan magma dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan
Hutchison (1983) berdasarkan data kandungan SiO2 dan K2O.

BAB III

ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL

KELEBIHAN

1. Terdapat penguatan dari penelitian yang dibuat.


2. Jurnal ini menggambarkan jelas bagaimana Karakteristik batuan beku di gunung talang
dan gunung gamalama.
3. Memiliki judul yang sinkron dengan pembahasan, jurnal memiliki identitas yang cukup
lengkap dan objektif. Dan juga penejelasan penelitian pada jurnal ini juga dituliskan
secara ringkas dan sedehana sehingga dapat memudahkan pembaca untuk mengerti.dalam
jurnal ini kajiannya lebih luas/umum

KEKURANGAN
Dalam jurnal terdapat kata kata ilmiah yang sulit dipahami pembaca.Seperti senyawa dan
sebagainya.

BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian sampel menggunakan XRD dan XRF maka dapat disimpulkan bahwa
batuan Gunung Gamalama dan Gunung Talang memiliki karakteristik yang berbeda. Batuan
Gunung Gamalama memiliki tipe andesit basaltik sedangkan batuan Gunung Talang bertipe
riolitik. Batuan Gunung Gamalama memiliki afinitas magma medium-K sedangkan batuan
Gunung Talang berafinitas magma Low-K, artinya mineral penyusun batuan Gunung Gamalama
lebih bersifat basa dari pada mineral penyusun batuan Gunung Talang. Estimasi kedalaman
magma pembentukan batuan Gunung Gamalama dan Gunung Talang adalah 106 km dan 54 km.

SARAN
Kepada pembaca: Agar dapat menguasai materi tentang batuan beku dan bagaimana
implementasinya yang sesuai dengan kehidupan.
Kepada penulis jurnal : Agar mencantumkan gambar dalam kajian, agar pembaca lebih mudah
mendeskripsikan isi jurnal dan juga agar terlihat menarik perhatian pembaca serta melengkapi
sumber sumber datanya.

DAFTAR PUSTAKA

Putra Ardian, 2018, Perbandingan Karakteristik Batuan Beku Erupsi Gunung Gamalama dan Gunung
Talang, Jurnal Fisika Unand.

Anda mungkin juga menyukai