C2 GeologidanPetrologiGunungBatur GunungAgungBaliIndonesia

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/352778104

Geologi dan Petrologi Gunung Batur - Gunung Agung, Bali, Indonesia

Article · October 2020

CITATIONS READS

0 393

1 author:

Aliyuddin Jamil
Universitas Padjadjaran
60 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Student Creativity Proposal View project

PERHIMAGI Mengabdi Jabagbar Region View project

All content following this page was uploaded by Aliyuddin Jamil on 27 June 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MAKALAH
Geologi dan Petrologi Gunung Batur – Gunung Agung, Bali, Indonesia

Geology and Petrology of Mount Batur - Mount Agung, Bali, Indonesia

Disusun Oleh :

Kelompok C2

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2020
MAKALAH :

Geologi dan Petrologi Gunung Batur – Gunung Agung, Bali, Indonesia

Geology and Petrology of Mount Batur - Mount Agung, Bali, Indonesia

Disusun Oleh :

Kelompok C2

1. Aliyuddin Jamil (270110190012)


2. Qolbu Naufal Phasaby (270110190036)
3. Nizalia Azzahra Yoza (270110190040)
4. Rayhan Aulia Zaenuddin (270110190064)
5. Raditya Naufal Dwiputra (270110190088)
6. Andhika Gunawan (270110190112)
7. Alif Dilandy Rizky (270110190136)
8. Mochammad Yassin Yusuf (270110190140)

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya.

Dengan diberikannya tugas ini, sangatlah baik dan berguna bagi setiap mahasiswa/i
mendapatkan suatu gambaran tentang bagaimana perkembangan geologi dan petrologi batuan,
khususnya yang ada di Gunung Batur dan Gunung Agung.

Dalam penyusunan tugas ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Ir. Rusman Rinawan dan Tim Dosen MK Petrologi, selaku pembimbing penulis
dalam menyusun tugas,
2. Orang tua yang memberikan dorongan dan perhatian untuk kelancaran penulis,
3. Teman teman seperjuangan dan semua pihak yang membantu dalam penyusunan tugas ini.

Dengan tersusunya tugas ini penulis berharap dapat mengetahui lebih dalam tentang
bagaimana perkembangan geologi dan petrologi batuan, khususnya yang ada di Gunung Batur
dan Gunung Agung.

Akhir kata penulis meminta maaf apabila penyusunan tugas ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kemajuan bagi penulis

Bandung, Oktober 2020

Kelompok C2,

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................................i

LEMBAR ANGGOTA KELOMPOK ............................................................................ ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii

DAFTAR ISI .....................................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ................................................................................. v

BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan ....................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..........................................................................................................2

BAB II : GEOLOGI DAN PETROLOGI GUNUNG BATUR ......................................3

2.1 Sejarah Geologi Gunung Batur ......................................................................4


2.2 Sejarah Letusan Gunung Batur ......................................................................5
2.3 Kaldera Gunung Batur ................................................................................... 7
2.4 Morfologi Gunung Batur...................................................................................... 9
2.5 Lava Gunung Batur ..................................................................................... 10

BAB III : GEOLOGI DAN PETROLOGI GUNUNG AGUNG .................................12

3.1. Geologi Gunung Agung ................................................................................ 12

3.2. Sejarah Letusan Gunung Agung ...................................................................14

3.3. Morfologi Kaldera dan Lava Gunung Agung ............................................... 15

BAB IV : PENUTUP ........................................................................................................17

4.1. Simpulan .......................................................................................................17

4.2. Saran .............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu yang khas dari Pulau Bali, menurut Purbo-Hadiwidjoyo (1971), adalah
bentuk Pulau Bali itu sendiri, yang penampang utara-selatannya tak setangkup atau tak
semetris. Bagian selatan pulau lebih landai daripada di utara yang disebabkan oleh proses
geologi. Sementara itu, Kawasan Kaldera Batur, secara geologi, tidak dapat dipisahkan
dari sejarah geologi Pulau Bali itu sendiri. Batuan tertua yang dijumpai di Pulau Bali
diketahui berumur antara 20 juta hingga 60 juta tahun yang lalu (Miosen). Kegiatan
gunung api di lautan telah terjadi sejak puluhan juta tahun, ketika Pulau Bali masih belum
muncul. Proses geologi selanjutnya mengendapkan berbagai jenis batuan di lautan,
kemudian mengangkatnya menjadi daratan. Kegiatan gunung api berlangsung sampai
sekarang, yaitu dengan tumbuhnya Gunung Agung dan Gunung Batur. Struktur, proses,
dan rentang waktu yang sangat lama, telah menyuguhkan Kawasan Kaldera Batur di Bali
sebagaimana yang kita saksikan sekarang.
Pasca pembentukan kaldera, terbentuk kerucut baru yang dikenal dengan Gunung
Batur. Letusannya yang pertama terjadi pada 1840 menghasilkan Kawah Utama atau
Kawah I. Titik letusan berikutnya bergeser ke arah barat daya. Pada Letusan 1905
terbentuk Kawah II dan Kawah III. Setiap letusannya hampir selalu berakhir dengan aliran
lava. Dalam sketsa tergambar deretan kawah yang pernah menjadi ajang letusan dan
sebaran aliran lava yang terjadi pada 1963 dan 1968 dengan garis-garis aliran yang tampak
mencolok. Di sebelah timur laut - timur terhampar Danau Batur dibingkai oleh dinding
kaldera dengan puncak tertinggi Gunung Abang. Adapun di latar belakang tergambar
puncak Gunung Agung yang berada di luar sistem Kaldera Batur.
Gunung Batur yang memiliki ketinggian 1.717 mdpl, berada pada posisi geografi
8o 14,30’ Lintang Selatan dan 115o 22,30’ Bujur Timur masuk dalam wilayah Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli. Kaldera Batur adalah sisa gunung api yang sangat besar.
Sebagian tubuh gunung itu ambruk akibat letusan dahsyat, sehingga terbentuk kawah
sangat besar yang disebut kaldera. Pembentukan kaldera terjadi dua kali. Tidak
mengherankan apabila saat ini dapat disaksikan betapa luasnya hamparan kawah raksasa
ini. Pada proses selanjutnya, di sisi timur - tenggara lantai kaldera terbentuk danau
setengah lingkaran seperti bulan sabit yang dikenal dengan Danau Batur. Menurut K.

1
Kusumadinata (1979) dalam Data Dasar Gunungapi Indonesia, panjang danau ini lebih
kurang 7,5 km, lebar maksimum 2,5 km, keliling 22 km, dan luasnya 16 km2.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana geologi dan petrologi Gunung Batur?


2. Bagaimana geologi dan petrologi Gunung Agung?

1.3. Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana geologi dan petrologi Gunung Batur.


2. Untuk mengetahui bagaimana geologi dan petrologi Gunung Agung.

1.4. Manfaat

1. Menambah pengetahuan pembaca dan penulis terkait gunung api khususnya Gunung
Batur dan Gunung Agung.
2. Sebagai referensi untuk pembaca terkait topik Gunung Batur dan Gunung Agung.

2
BAB II

GEOLOGI DAN PETROLOGI GUNUNG BATUR

Gambar. Landscape Gunung dan Danau Batur

Gunung Batur masuk ke dalam wilayah Batur UNESCO Global Geoparks yang terletak
di bagian timur laut Pulau Bali, sekitar 70 km utara Denpasar. Secara geografis, kawasan ini
berada di antara 8°05’00”- 8°40’00” LS, dan 115°11’00” - 115°30’00” BT. Secara
administratif, kawasan Taman Bumi Batur termasuk Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli,
Provinsi Bali. Kawasan Kaldera Batur meliputi 2.300 km2 yang sebagian besar miring ke arah
selatan dan berlereng curam ke arah utara. Kaldera ini dapat dicapai dari Denpasar melalui
enam jalur jalan, dan satu jalur dari arah Singaraja. Jalur jalan yang sering digunakan adalah
dari Denpasar menuju Kintamani melalui Bangli. Di Kaldera Batur, warisan geologi atau
pusaka bumi menjadi dasar bagi pengembangan Taman Bumi Batur. Di kawasan yang
terbentuk dalam rentang waktu puluhan juta tahun hingga beberapa puluh ribu tahun yang lalu
itu, bahkan hingga kini masih berlangsung aktivitas Gunung Batur. Pusaka bumi diperoleh dari
berbagai keragaman geologi yang khas, unik, dan mengagumkan, sehingga perlu dilindungi.
Dalam filosofi masyarakat, Kaldera Batur dipercaya memiliki empat komponen utama
bumi, yaitu tanah, air, api, dan udara, sebagai aspek spiritual alam. Masyarakat Hindu Bali
mendirikan pura-pura sebagai pendekatan dan persembahan. Terdapat 27 pura di sekitar
Kaldera Batur, setiap bangunan Pura dibuat dari ukiran batu dari lava andesit basaltik yang
dihasilkan dari letusan Gunung Batur. Danau Batur berwarna biru kehijauan berbentuk sabit
memanjang dengan arah utara-selatan. Sebagian besar kawasan danau di sepanjang dinding
timur dibatasi oleh dinding terjal. Kawasan danau sesungguhnya merupakan bagian dari
Kaldera Batur. Diperkirakan Gunung Batur tumbuh di dalam danau tersebut yang pada
mulanya luas danau meliputi seluruh kawasan Kaldera Batur, baik yang berupa perairan danau

3
maupun berupa darat sekarang. Bagian barat danau dibatasi oleh leleran lava hasil letusan
Gunung Batur, sehingga tidak terdapat tempat pelimpahan air danau keluar kaldera. Bagian
terdalamnya sekitar 81 m. Suhu air danau antara 20 – 22°C, dan pH-nya berkisar antara 7 –
8,5.
Keseluruhan panorama kawasan gunung Batur beserta kaldera Batur dapat dilihat dari
satu titik pandang yang aksesnya mudah, yaitu dari Penelokan. Inilah salah satu keunggulan
panorama Kawasan Kaldera Batur sehingga menjadi modal penting warisan geologi dari segi
bentang alam kawasan yang kemudian diakui sebagai taman bumi berkelas dunia. Tempat ini
menampilkan rangkaian gejala alam yang luar biasa, seperti bibir Kaldera-I dan Kaldera-II,
tubuh Gunung Batur, produk vulkanik, dan danau, serta menjadi tempat untuk menyaksikan
letusan stromboli yang atraktif. Letusan Stromboli menyemburkan material pijar setinggi 200-
400 m dalam radius lebih dari 500 m, menampilkan atraksi alam yang menawan di malam hari.
Ini merupakan letusan “kembang api’ yang menarik dan jarang terjadi di dunia. Kawasan
gunung api aktif ini pun kaya bentang alam yang makro dan mikro. Selain menghasilkan batuan
yang berupa leleran lava dan piroklastik, kawasan ini juga dicirikan kegiatan vulkanik aktif
selama Gunung Batur berevolusi. Semua itu dapat dikenali dengan baik melalui rekaman
geologi ribuan tahun, yang terdapat dalam lapisan-lapisan batuan di sekeliling gunung. Kaldera
Batur juga bisa disebut “jendela bumi”, karena menampilkan bentuk kaldera ganda atau kaldera
dalam kaldera. Dibandingkan dengan sistem kaldera gunung api lainnya di Indonesia, yang
umumnya dipengaruhi oleh runtuhan kaldera atau kombinasi antara sistem tektonik dan
runtuhan kaldera, pembentukan Kaldera Batur itu murni hasil penghancuran dari letusan besar,
yang menghasilkan endapan ignimbrit dalam volume sangat banyak. Sebagian besar Pulau Bali
ditutupi oleh endapan ignimbrit yang berasal dari letusan 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu,
yang telah mempersembahkan kekayaan dan keragaman warisan geologi. Abu vulkanik yang
subur di lereng-lereng gunung api ini dimanfaatkan oleh para petani dengan menanam berbagai
jenis tanaman seperti anggrek dan tanaman holtikultura: jagung, ubikayu, ubijalar, kentang,
kacang tanah, cabe, tomat, dan kedelai. Usaha ini dapat menyokong pengadaan pangan untuk
kebutuhan sendiri, dan dijual bila lebih.

2.1. Sejarah Geologi Gunung Batur


Apabila direkonstruksi berdasarkan sisa lereng yang ada, misalnya Gunung
Sukawana dan Gunung Abang, sebelum pembentukan kaldera, Batur Purba adalah gunung
yang sangat besar dan tinggi. Gunung api ini bahkan diperkirakan jauh lebih tinggi
dibanding Gunung Agung. (Kemmerling, 1918, dan Igan S. Sutawidjaja, 1992).

4
Pembentukan kaldera terjadi dalam dua masa yang berbeda. Kaldera pertama atau kaldera
luar berukuran 13,8 x 10 km dengan pematang kaldera mencapai titik tertinggi 2.152 mdpl.
Kaldera kedua atau kaldera dalam terbentuk di dalam kaldera pertama dengan garis tengah
7 km. Dasar kaldera kedua lebih rendah 300 m dibanding dengan kaldera pertama yang
dikenal dengan Undak Kintamani. Di lantai kaldera sebelah timur dan tenggara terbentuk
sebuah danau berbentuk bulan sabit seluas 16 km2.
Menurut Kemmerling, 1918 dalam Kusumadinata (1979), dan Igan S. Sutawidjaja
(1992) pembentukan Gunung Batur yang ada sekarang melalui empat tahap, yaitu
pertama, terbentuknya Gunung Batur Purba yang berupa kerucut runcing. Kedua,
terjadinya letusan dahsyat yang menyebabkan sebagian kerucut Batur Purba hilang. Pada
tahap ini terbentuk kaldera pertama (kaldera luar) yang terjadi pada 29.300 tahun yang
lalu. Salah satu sisanya adalah Undak Kintamani. Ketiga, terbentuknya gunung api baru
yang tumbuh agak menyimpang dari pipa kawah lama, antara lain Gunung Abang di timur,
Bukit Payang di barat daya, dan Gunung Bunbulan di bagian timur laut. Keempat,
terjadinya letusan dahsyat yang mengakibatkan setengah tubuh Gunung Abang dan
sebagian dasar kaldera pertama hancur menghasilkan kaldera kedua (kaldera dalam) yang
dibatasi oleh Undak Kintamani dan Gunung Abang. Tebingnya berbentuk lingkaran
(ringwal) di antara Kedisan dan Songan. Tahap ini terjadi pada 20.150 tahun yang lalu.
Setelahnya tumbuh gunung api baru di dasar kaldera kedua, yaitu Gunung Batur sekarang.

2.2. Sejarah Letusan Gunung Batur

Sketsa Morfologi Gunung Batur – Gunung Agung

Karakteristik letusan Gunung Batur umumnya berupa letusan tipe semivulkan yang
berakhir dengan stromboli dan aliran lava. Rangkaian letusan biasany berlangsung
beberapa bulan. Dalam perkembangan selanjutnya terbentuk beberapa kawah yang
menjadi ajang berlangsungnya letusan Gunung Batur. Berdasarkan catatan sejarah, letusan
pertama Gunung Batur dimulai pada 1804. Ketika itu terbentuk kawah utama di puncak.

5
Tujuh belas tahun kemudian, pada 1821, berlangsung letusan kedua dari kawah yang sama.
Pada 1849 terjadi letusan darI kawah utama dan menghasilkan aliran lava ke arah selatan
hingga ke tepi danau. Pada tanggal 30 – 31 Mei 1888, terjadi letusan celah pada lereng
tenggara disertai leleran lava ke arah tenggara sampai ke tepi danau, dan pada 1897, terjadi
letusan normal dari kawah utama. Memasuki abad ke 20, pada 1904 terjadi letusan parasit
di sebelah barat, sekitar Gunung Anti dan Gunung Pandang. Letusan ini berakhir dengan
aliran lava. Pada 1905, terjadi letusan dari tiga titik baru yang kemudian dikenal dengan
Kawah Batur I, Batur II, dan Batur III. Letusan-letusan tersebut menghasilkan aliran lava
ke arah selatan, barat daya, dan barat. Sampai dengan 1925 letusan terjadi silih berganti
dari ketiga kawah baru tersebut dengan masa istirahat antara 2 - 3 tahun. Pada 2 Agustus
1926, terjadi letusan magmatik selama sebulan. Letusanberakhir pada 21 September dan
menghasilkan leleran lava. Desa Batur yang berada di dasar kaldera tertimbun lava.
Sebanyak 2.000 orang penduduk selamat diungsikan. Setelah masa istirahat selama hampir
40 tahun, pada 5 September 1963 terjadi letusan efusif yang berlangsung hingga 10 Mei
1964. Letusan ini terjadi dari tiga titik letusan. Titik letusan I, ada di bawah Kawah Batur
III dan menghasilkan lava yang mengalir ke arah barat seluas 1.285.250 m2 dan ke arah
barat daya menutupi areal seluas 4.324.750 m2. Titik letusan II, lava keluar dari celah
kepundan lama di Puncak Gunung Butus, sebelah barat Gunung Batur. Lava mengalir ke
arah barat hingga ke Yehmampeh dan menutupi areal seluas 188.550 m2. Titik letusan III,
lava keluar dari kaki Gunung Butus sebelah barat dan mengalir ke arah barat di tepi kaldera
dekat Desa Latengaya. Luas areal yang ditutupi lava 169.000 m2. Pada 18 Agustus 1965,
terjadi letusan abu.
Setahun kemudian, pada 28 April 1966 letusan terjadi lagi di Titik 1965. Tiga tahun
kemudian, pada 23 Januari 1968, serangkaian letusan yang berlangsung agak panjang
hampir sebulan lamanya. Letusan terjadi di Titik 1963 dan menghasilkan leleran lava ke
arah selatan dan berhenti pada ketinggian 1.100 mdpl. Luas area yang terlanda seluas
670.000 m2. Sejak awal 1970 sampai dengan pertengahan 1971 terjadi letusan abu.
Aktivitas yang berlangsung lama ini berakhir dengan letusan tipe stromboli. Tiga tahun
kemudian, pada Maret 1974 terjadi letusan efusif. Lava mengalir ke arah barat hingga
Kampung Yehmampeh. Antara periode 1994/1995 sampai dengan tahun 2003 Gunung
Batur meletus sebanyak 5 kali, yaitu antara tahun 1994 hingga 1995. Letusan berikutnya
terjadi pada tahun 1997, 1998, 1999, dan tahun 2000. Letusan yang terjadi pada 1998
membentuk kawah baru yang dikenal dengan Kawah 98. Demikian juga dengan letusan
yang berlangsung pada Mei 1999 terjadi di titik baru antara Kawah Batur III dan Kawah

6
98. Di akhir letusan, pematang Kawah 98 runtuh kemudian bersatu dengan titik letusan
yang baru terbentuk dan dikenal dengan Kawah 99.

2.3. Kaldera Gunung Batur

Kaldera Batur menurut meliputi kaldera hasil gunung api yang lebih tua, maupun
hasil gunung api yang lebih muda. Seluruh kawasan Gunung Batur berikut Danau Batur
dan dinding-dinding gunung di sekelilingnya, yang dikenal sebagai Kaldera Tua atau
Kaldera I, dan Kaldera Muda atau Kaldera II yang juga terdapat di dalam Kaldera I, berikut
bentang alam dan hasil gunung api yang terdapat di luar kawasan Kaldera Batur. Kaldera
Batur merupakan kaldera dengan struktur amblasan yang berbentuk lonjong, berukuran
13,8 x 10 km, melingkar dengan diameter 7,5 km. Dua tahap amblasan diselingi dengan
aliran lava dan kubah lava andesit silikaan. Amblasan pertama diawali dengan letusan yang
terjadi sekitar 29.300 tahun yang lalu, menyemburkan sekitar 84 km3 ignimbrit, sejenis
batuan berukuran lempung yang tampak seperti tersusun dari bahan kaca yang terelaskan,
dari jenis dasit yang disebut sebagai Ignimbrit Ubud. Letusan ini menyebabkan runtuhan,
membentuk dinding terjal sedalam 500 m. Letusan kedua terjadi sekitar 20.150 tahun yang
lalu dari kawasan pusat kaldera da danau sekarang, menghasilkan sekitar 19 km3 ignimbrit
juga berkomposisi batuan dasit. Ignimbrit hasil letusan yang lebih muda ini disebut
Ignimbrit Gunungkawi. Letusan kedua ini memicu runtuhan yang kedua kalinya
membentuk kaldera melingkar di pusatnya dengan struktur cekungan. Ignimbrit Ubud dan
Ignimbrit Gunungkawi berkomposisi dasitik, dengan butiran batuapung putih sampai
merah dan abu-abu sampai hitam, serta ignimbrit di dalam kaldera sekitar 15 km3 berupa
ignimbrite terelaskan sempurna. Perbedaan relatif ketebalan endapan antara ignimbrit di
luar kaldera dan di dalam kaldera menunjukkan bahwa amblasan terjadi setelah letusan,
dan pendalaman kaldera oleh pengisian material ignimbrit. Perkiraan volume kasar
endapan ignimbrit di luar maupun di dalam kaldera sekitar 108 km3. Gunung Batur
memiliki kaldera Tua dan kaldera Muda.
Kaldera Tua tersusun atas batuan Ignimbrit Ubud. Batuan ini merupakan
pendinginan sederhana dari unit komposisi dasitik yang tersebar pertama kalinya ke arah
selatan kaldera. Letusan ini menghasilkan bentuk amblasan Kaldera Batur I. Ignimbrit
Ubud disebut juga sebagai Ignimbrit Batur oleh Marinelli dan Tazief (1968) dan Wheller
dan Varne (1986) untuk semua endapan di lereng selatan dan barat daya, serta pantai
selatan yang berjarak 70 km dari bibir kaldera. Ignimbrit Batur yang meliputi Ignimbrit

7
Ubud dan Ignimbrit Gunungkawi, terletak di atas bidang erosi lava dan lahar Tersier.
Kontak tersebut dijumpai di Tukad Jehajung sekitar Sibanggede, sekitar 7 km arah utara,
dan di Tembuge sekitar 12 km timur laut Denpasar. Endapan ignimbrit ini miring landai
ke arah selatan dan tipis ke arah kaldera. Ketebalannya beragam antara 50-120 m, tetapi
menipis ke arah kaldera menjadi kurang dari 10 m. Ignimbrit yang terendapkan cukup
tebal, terdapat sepanjang Tukad Wos, Tukad Petanu, dan Tukad Jehajung, sekitar Bangli
dan Gianyar. Sebagian besar ignimbrit ini ditindih oleh endapan Ignimbrit Gunungkawi
dan endapan tefra hasil letusan Gunung Batur.
Kaldera Muda ditandai dengan batuan ignimbrit Gunungkawi dan Ignimbrit Batur.
Ignimbrit Gunungkawi merupakan ignimbrite yang lebih muda, terdapat di lereng selatan
kaldera. Unit ini dibedakan dari Ignimbrit Ubud berdasarkan penanggalan umur 14C dan
analisis kimia kandungan silikanya. Unit ini lebih bersifat basa dibanding Ignimbrit Ubud.
Persentuhannya dengan Ignimbrit Ubud dapat ditelusuri di tempat galian paras, dan pada
dinding-dinding lembah sungai. Beberapa singkapan horizon tanah pelapukan setebal 20-
30 cm yang membatasi kedua unit tersebut ditemukan. Ketebalan endapan ini beragam
akibat erosi permukaan dan topografi yang tidak teratur sebelum letusan, yaitu antara 50-
70 m. Singkapan terbaik dapat dijumpai di Tampaksiring, di Pura Gunungkawi dan Pura
Goa Gajah. Masyarakat memahat langsung batuan ini untuk dijadikan pura tersebut.
Ketebalan maksimum terdapat di selatan Kaldera Batur pada topografi cekungan, di
lembah-lembah yang terbentuk sebelumnya. Unit ini terbentuk sebagai endapan ignimbrit
tak terelaskan. Sebaran arang dari ranting-ranting yang diambil dari endapan ini
menunjukkan umur 20.150 tahun yang lalu. Ignimbrit Batur juga merupakan ignimbrite
hasil dari letusan muda yang membentuk kaldera yang lebih muda. Ignimbrit Batur
merupakan ignimbrit dasitik yang tersebar luas, tebal, dan terelaskan sempurna, yang
berasal dari pembentukan Kaldera Batur. Hal ini diperkirakan hasil letusan selama
pembentukan kaldera II di pusat Kaldera Batur-I.
Kaldera Batur bagian dalam dibentuk oleh letusan proksisma 20.150 tahun yang
lalu, yang berkembang sebagai Ignimbrit Gunungkawi dengan volume 19 km3.
Kejadiannya mirip dengan pembentukan kaldera sebelumnya (Kadera I), yang
menyebabkan tubuh gunungapi ini hancur dan menyisakan sebuah struktur amblasan
melingkar dengan diameter 7,5 km. Dinding Kaldera Batur (Kaldera II) berada di sekitar
Danau Batur. Relief topografi kedua kaldera tersebut berbeda, Kaldera Batur-I ratarata 400
m, sedangkan Kaldera Batur-II ratarata 200 m dari permukaan air danau. Topografi
tertinggi dari dinding Kaldera Batur-I adalah Gunung Abang, tingginya 1.100 m dari muka

8
air danau. Di tepi lembah sungai di Tampaksiring, Ignimbrit Gunungkawi dipahat menjadi
pura, dan sepanjang dinding terjal ini dibuat tangga sampai ke lembah sungainya. Hasil
pemangkasan untuk pembuatan tangga ini menjadi singkapan yang memperlihatkan
struktur internal suatu suspensi pemanasan tinggi abu vulkanik endapan ignimbrit.

2.4. Morfologi Gunung Batur

Gunung Batur meliputi Gunung Batur tua maupun muda (Gunung Batur sekarang).
Gunung Batur meliputi Kerucut Gunung Api Utama, Kerucut Parasit Gunung Abang,
Bukit di dalam Kaldera, Bukit Sampeanwani, Longsoran Bukit Puraknya, Sumbat Lava
Gunung Bunbulan, dan berbagai jenis produk Gunung Api Batur (Lava Gunung Batur).
Puncak Gunung Batur yang terletak pada 8°14”30’ S dan 115°22”30’ E, itu ketinggiannya
sekitar 1.717 m dpl., atau 686 m dari muka air Danau Batur. Kejadian pasca kaldera
gunung api yang penting adalah letusan yang menghasilkan lava bertekstur gelas dengan
komposisi penyusunnya berupa basal olivin hingga andesit basalan yang diletuskan dari
pusat kaldera. Sedikitnya ada tiga kerucut gunung api yang telah terbangun selama
pembentukan Gunung Batur, dengan kawah utama berarah arah timur laut – barat daya.
Sejarah letusan Gunung Batur telah dicatat oleh peneliti Belanda, mulai dari letusan tahun
1849. Sedikitnya tercatat sebanyak 25 kali letusan sejak 1800-an, dengan jenis letusan
umumnya stromboli, yang menghasilkan aliran lava bersifat basal dan andesit basalan.
Sejarah aliran lava mencatat waktu letusan dari 1849, 1888, 1904, 1905, 1921, 1926, 1963,
1968, 1974, 1994 dan 2000. Aktivitas Gunung Batur dalam masa sejarah ditandai dengan
letusan yang dahsyat pada tahun 1963. Letusan terakhir terjadi pada tahun 2004, yang
melontarkan debu sepanjang aktivitas letusan berjenis stromboli dari kawah baru di sayap
barat daya.
Banyak kerucut sinder yang strukturnya kurang sempurna di dalam kaldera,
kemungkinan karena adanya perbedaan umur dan vegetasi penutupnya. Kerucut yang lebih
muda diketahui dari piroklastik sinder atau skoria berwarna kehitaman dan masih lepas,
membentuk seluruh kerucut yang memiliki sedikit pepohonan. Sepuluh kerucut sinder di
dalam kaldera adalah Bukit Dalam atau Bukit Sampeanwani, Bukit Toyabungkah, Bukit
Songan, bukit di lereng selatan Gunung Batur atau utara Bukit Dalam, Bukit Yehmampeh,
dan Bukit Mentik. Sedangkan kerucut lainnya, selain kerucut sinder adalah kerucut
batuapung Gunung Payang, Bukit Puraknya, dan Bukit Bunbulan.

9
2.5. Lava Gunung Batur
Selama sejarah letusan Gunung Batur menghasilkan aliran lava dan endapan
jatuhan piroklastik. Tercatat sembilan aliran lava yang tersebar di sekeliling Gunung Batur.
Lava tipe bongkah itu dilelerkan pada tahun 1849, 1888, 1904, 1905, 1921, 1926, 1963,
1968, dan 1974. Lava-lava ini umumnya terbentuk berupa aliran lava. Fitur aliran lava
sangat beragam, seperti lava pahoehoe, lava aa atau lava bongkah, goa lava, clinker atau
slag, kerucut spatter, hornito, tumuli, driblet spire, lava pipa, spiracle lava, lava
bola/spheroidal, lava bantal, dan lava Steptoe yang dapat ditemukan di beberapa tempat.
Umumnya penampilan aliran lava Gunung Batur adalah tipe bongkah atau tipe aa.
Permukaannya sangat tidak teratur, memperlihatkan retakan, pecahan, atau bongkahan
pada bagian permukaannya, akibat pendinginan lebih awal. Sedangkan bagian intinya
masih bersifat plastis dan terus bergerak. Pergerakan cairan bagian dalam ini dapat
membentuk terowongan atau goa lava. Di beberapa tempat, pada aliran lava ini dijumpai
zona transisi yang memperlihatkan antara material bongkahan dan yang masif. Pada zona
bagian tengah, lelerannya menekuknekuk pada saat masih dalam keadaan plastis, menjadi
bentuk lengkungan yang membentuk lava blister. Apabila lava dalam keadaan plastis ini
terus bergerak, akan mendorong bagian yang sudah membeku, sehingga akan akan
mencuat ke atas membentuk lava tumuli, membwer, atau akan menekuk kembali
membentuk lava bentuk kerucut spatter, apabila lava yang masih cair ini menyembur ke
permukaan. Lava yang masih plastis, apabila tertekan keluar melalui rekahan akan
membentuk fitur seperti pasta gigi ata sebagai lava pahoehoe, atau seperti lilitan tali (ropy).
Pada aliran lava 1888, lava aa umumnya merupakan bagian dari aliran lava plastis
aktivitas letusan Gunung Batur, yang membeku lebih dulu. Aliran lava bergera dengan
kecepatan berbeda, tergantung dari kekentalannya. Bagian dasarnya lebih padat
dibandingkan dengan bagian atasnya. Leleran bagian dasarnya mendapat rintangan dari
ketidakteraturan permukaan tanah yang dilaluinya. Bagian tepi aliran lava juga akan
memadat lebih cepat. Setelah seluruh massa aliran lava ini berhenti bergerak dan bagian
permukaan membeku berbongkah-bongkah, maka disebut sebagai lava aa. Sebagian besar
fragmen-fragmen permukaan aliran lava memperlihatkan fitur clinker atau kerak. Hal ini
terjadi dari semburan cairan lava pada saat mengalir atau semburan lava dari magma yang
sangat dangkal. Fitur clinker mempunyai karakteristik bentukan yang tajam-tajam.
Berbagai gelembung gas terperangkap pada aliran lava padat, apabila aliran lava ini
membeku, maka menyebabkan terbentuknya pori-pori (vesikel) dalam lava. Apabila
gelembung gasnya lebih banyak lagi, maka ketika membeku membentuk tipe

10
skoria/sinder. Bagian dalam endapan lava 1974 kompak dan masif, sedangkan bagian
luarnya berpori dan skoriaan.

11
BAB III

GEOLOGI DAN PETROLOGI GUNUNG AGUNG

Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di pulau Bali dengan ketinggian 3.031 mdpl.
Yang terletak di kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia. Gunung Agung
adalah gunung berapi tipe stratovolcano, yang memiliki kawah yang sangat besar dan sangat
dalam yang kadang-kadang mengeluarkan asap dan uap air. Puncak gunung ini jika dilihat dari
Pura Besakih atau lerengnya terlihat kerucut sempurna, namun sebenarnya puncak gunung ini
memanjang dan berakhir pada kawah yang melingkar dan lebar. Dari puncak agung pula kita
dapat melihat puncak gunung Rinjani yang berada di pulau Lombok.

3.1. Geologi Gunung Agung

Gunung Agung merupakan gunung berupa kerucut gunungapi dan parasite


gunungapi. Morfologi kerucut gunungapi berbentuk hampir sama simetri dengan
ketinggian 3014 meter diatas permukaan laut dengan lereng yang relative terjal. Satuan
morfologi ini dibentuk oleh material piroklastik dan lava, dan bagian puncaknya ditutupi
oleh material lepas yang cukup tebal, terutama material piroklastik hasil letusan pada tahun
1963. Sedangkan morfologi parasit gunungapi daerah Gunung Agung berada di lereng
bagian tenggara yang membentuk kerucut-kerucut gunungapi (cone shape), seperti
Gunung Pawon (800 mdpl). Beberapa kerucut pada bagian timur Gunung Agung diduga

12
bukan merupakan parasit dari Gunung Agung. Bahan pembentuk satuan morfologi ini
terdiri atas lava dan material lepas berupa scoria atau cinder.

Stratigrafi Gunung Agung didasarkan pada tingkat kesegaran batuan serta hubungan
antara satuan batuan. Posisi stratigrafi dari produk yang tertua sampai dengan termuda
adalah sebagai berikut :

 Formasi Ulakan (Uvs) terdiri dari batu gamping koral, lava dan breksi vulkanik. Batuan
ini diperkirakan Andesit basaltis.
 Kelompok batuan Kondangdia (Kv) Kelompok batuan ini terdapat pada bagian timur
hasil dari aktifitas tua terdiri dari aliran lava tua dengan struktur "sheeting joint", agak
lapuk.
 Kelompok Batuan Budakeling (Bv) terdapat di bagian tenggara Gunungapi Agung
yaitu di daerah Budakeling terdiri dari lava dan breksi vulkanik dengan fragmen-
fragmen batuan beku yang beraneka ragam.
 Kelompok Batuan Cemara (Cv) terdapat pada bagian selatan, berupa lava dan batuan
piroklastik.
 Kelompok Batuan Tabis (Tv) terletak di sebelah barat Gunungapi Agung, dibentuk oleh
lava dan piroklastik.
 Kelompok Batuan Vulkanik Batur (BAv) terdapat pada bagian barat Gunungapi Agung
dan merupakan hasil erupsi Gunungapi Batur tua.

Struktur geologi Komplek Gunungapi Agung - Abang - Batur - Budakeling


menunjukkan suatu kelurusan berarah barat laut - tenggara. Sungai Tukad Daya - Tukad
lateng menunjukkan suatu kelurusan yang memotong sebagian bukit Tabis yang terdapat di
bagian tengahnya. Pada bagian selatan - tenggara Gunungapi Agung memperlihatkan alihan
pematang punggungan yang diduga akan terbentuk rekahan geser menganan.

13
Gambar. Peta Geologi Gunung Agung

3.2. Sejarah Letusan Gunung Agung

Gunung agung pernah terjadi letusan dahsyat, menyebabkan tingginya menurun ke


3.044 dari 3.142 mdpl serta membentuk kawah berdiameter 500 meter. Berikut merupakan
sejarah letusan gunung Agung :

1. Letusan tahun 1801


Letusan gunung Agung ditahun ini menyisakan jejak-jejak sejarah seperti adanya
bukit-bukit di wilayah Kabupaten Karangasem, karena pada saat meletus
menyemburkan material berupa batu apung dan abu dalam jumlah yang besar,
sehingga mengubah bentuk topografi di beberapa wilayah Karangasem.
2. Letusan tahun 1821
Letusan gunung Agung Karangasem tahun 1821 merupakan lanjutan dari aktivitas
erupsi pada letusan Gunung Agung yang pertama di tahun 1801. letusan ini
tergolong letusan normal.
3. Letusan tahun 1843
Letusan pada tahun 1843 diulai dengan adanya vulkanologi seperti gempa vulkanik
yang terjadi secara terus menerus, kemudian barulah meletus dengan semburan abu,
batu apung, dan juga pasir. Kemudian di tahun 1908, 1915, dan 1917 terjadi sebuah
fenomena yaitu gas dan uap membumbung disertai dengan suara yang dinamakan
fumarola.
4. Letusan tahun 1963
Setelah 120 tidur panjang, pada tahun 1963 gunung Agung kembali meletus dan
merupakan letusan yang paling dahsyat, aktivitasnya mulai dari 18 Februari 1963,

14
yang memuntahkan material berupa pasir, batu apung, dan abu vulkanik disertai
dengan awan panas yang menjangkau sampai 70 km persegi. Tercatat 1.148 orang
meninggal dan 296 orang luka-luka.
5. Letusan tahun 2017
Dimulai pada bulan September 2017 terjadi
aktivitas gemuruh dan seismik di sekitar gunung
berapi. Lalu mengalami 844 gempa vulkanik
pada tanggal 25 September, dan 300-400 gempa
bumi pada 26 September. Lalu aktivitas gunung
tersebut menurun dan dilaporkan adanya letusan
freatik kecil dengan kolom abi vulkanik
mencapai 3.842 meter. Lalu pada 25 November
2017 gunung tersebut mengalami letusan dahsyat
sekitar 1,5-4 km di atas kawah puncak, melayang
ke arah selatan dan membersihkan daerah sekitar dengan lapisan gelap abu tipis, dan
menunjukan bahwa magma segar telah mencapai permukaan. Esok harinya sebuah
letusan kedua terjadi, ini adalah letusan kedua yang meletus dalam waktu kurang
dari seminggu.
6. Letusan tahun 2018
Tanggal 11 April 2018 Gunung Agung kembali menyemburkan abu vulkanik
setinggi 500 meter dengan asap bewarna kelabu dan condong ke arah barat daya.
Tanggal 28 Juni kembali mengeluarkan asap yang menyebabkan hujan abu. Pada
tanggal 2 Juli gunung agung kembali meletus melontarkan lahar dengan radius 2 km.
Erupsi terjadi secara strombolian dengan suara dentuman. Dengan ciri-ciri adanya
erupsi-erupsi kecil dari gas dan fragmen-fragmen atau serpihan magma. Tinggi
kolom abu pada letusan malam itu teramati kurang lebih 2.000 m diatas puncak
(5.142 m diatas permukaan laut).

3.3. Morfologi Kaldera dan Lava Gunung Agung

Gunung Agung memiliki kaldera yang berada di barat laut berukuran 13,8 x 10 km
dan merupakan salah satu yang terbesar di dunia (van Bemmelen, 1949). pematang
kaldera tingginya berkisar antara 1.2667-2152 meter. Dalam kaldera 1 terbentuk dalam
kaldera 2 yang membentuk melingkar dengan garis tengah kurang lebih 7 km. Kaldera 2

15
terletak 120-300 m lebih rendah dari Undak Kintamani yang ada di dasar kaldera 1.
Kaldera Morfologi Gunung Agung berupa kerucut gunungapi dan parasit gunungapi.
Morfologi kerucut gunung api berbentuk hampir simetri dengan ketinggian 3014 mdpl,
yang lerengnya relatif terjal. Satuan morfologi ini dibentuk oleh bahan piroklastik dan
lava, bagian puncak ditutupi oleh bahan lepas yang cukup tebal, terutama piroklastik
jatuhan hasil letusah tahun 1963. Sedangkan morfologi parasit gunungapi daerah gunung
agung terdapat pada lereng tenggara, membentuk kerucut-kerucut gunungapi, diantaranya
gunung pawon yang memiliki ketinggian 800 mdpl. Beberapa kerucut pada bagian timur
gunungapi Agung, diduga bukan merupakan parasit dari gunungapi Agung. Bahan
pembentuk satuan morfologi ini terdiri dari lava dan bahan lepas berupa skoria atau cinder.
Batuan basalt dan andesit basaltis merupakan pembentuk utama lava gunung agung. Hasil
analisis contohj alisan lava tahun 1963 menunjukkan lava tersebut sebagai andesit agak
basaltik dengan kandungan An38-An55, hypersten dan augit. Sebuah bom 1963 adalah
andesit yang mengandung kuarsa dengan augit sebagai piroksen sedang bom kerak roti
lama terdiri dari andesit piroksen vitrifir.

16
BAB IV

PENUTUP

4.1. Simpulan

1. Gunung Batur purba merupakan gunung yang jauh lebih besar dan tinggi
dibandingkan dengan Gunung Batur muda. Pembentukan Gunung Batur muda terjadi
melalui 4 tahap, yaitu pembentukan Gunung Batur Purba, terjadinya letusan gunung
yang dahsyat & terbentuknya kaldera pertama, terbentuknya gunung-gunung baru,
dan terjadinya kembali letusan gunung yang dahsyat yang membentuk kaldera kedua.
2. Sepanjang sejarah, letusan gunung batur menghasilkan aliran lava dan endapan
jatuhan piroklastik. Pada umumnya, aliran lava Gunung Batur ialah tipe aliran
bongkah (tipe aa). Namun, aliran lava tersebut dapat memiliki fitur lain, seperti lava
pahoehoe, goa lava, clinker atau slag, kerucut spatter, hornito, tumuli, driblet spire,
lava pipa, spiracle lava, lava bola/spheroidal, lava bantal, dan lava Steptoe.
3. Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di Pulau Bali yang merupakan gunung
api tipe stratovolcano. Secara stratigrafi, Gunung Agung memiliki 6 formasi
kelompok batuan dari yang tertua sampai yang termuda, yaitu formasi ulakan,
kelompok batuan Kondangdia, kelompok batuan Budakeling, kelompok batuan
Cemara, kelompok batuan Tabis, dan kelompok batuan Vulkanik Batur.
4. Kerucut gunung api yang ada pada Kaldera Gunung Agung terbentuk oleh material
piroklastik dan lava. Lava yang ada Gunung Agung utamanya tersusun oleh batuan
basalt dan andesit basaltis.

4.2. Saran

Saran dari kami para penulis makalah ini adalah mari kita semua lebih kenali lagi
kekayaan alam yang dimiliki oleh tanah air kita. Lalu kita jaga dan kita kembangkan apa
yang kita miliki serta kita manfaatkan kekayaan alam yang kita miliki dengan sebaik-baik
nya untuk kesejahteraan kita semua. Gunung Agung dan Gunung Batur ini merupakan
salah satu kekayaan alam yang kita miliki maka sudah selayaknya kita jaga dan kita
kembangkan kondisi alam serta kelestariannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

GeoMagz – Majalan Geologi Populer, Vol. 2 No. 4, Desember 2012. Badan Geologi –
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Nandini, R., Narendra, B, H. (2012) Karakteristik Lahan Kritis Bekas Letusan Gunung Batur
di Kabupaten Bangli, Bali. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. 9 No. 3 :
199-211

Morfologi Gunung Agung Berupa Kerucut dan Parasit Gunungapi – Suara Surabaya. (n.d.).
Retrieved October 25, 2020, from
https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2017/Morfologi-Gunung-Agung-Berupa-
Kerucut-dan-Parasit-Gunungapi/

Sejarah Gunung Agung meletus, letusan pertama tahun 1808. (n.d.). Retrieved October 25,
2020, from http://www.balitoursclub.net/sejarah-letusan-gunung-agung/

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi - Badan Geologi. (n.d.). Retrieved October
25, 2020, from https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/468-g-
agung?start=2

18

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai