CJR Geologi Dasar
CJR Geologi Dasar
CJR Geologi Dasar
“GEOLOGI DASAR”
TIKA FRIDAWATI
NIM : 3191131021
Penulis sangat berharap penulisan Critical Jurnal Report ini dapat berguna
bagi banyak orang untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Penulis
juga menyadari bahwa masih begitu banyak kekurangan-kekurangan dalam
penulisan Critical Jurnal Report ini, penulis berharap adanya kritik dan saran dari
pembaca terhadap makalah ini demi perbaikan di masa depan.
Tika Fridawati
3191131021
A. Informasi Blibiografi
1. Jurnal Utama
a) Judul Jurnal : Potensi Sumber Daya Geologi Di
Daerah Cekungan Bandung Dan
Sekitarnya
b) Nama Jurnal : Jurnal Geologi Indonesia
c) Download Jurnal : http:// 63890-ID-potensi-sumber
daya-geologi-di-daerah-cekung
bandung
d) No. ISSN Print Jurnal :-
e) No. ISSN Online Jurnal :-
f) Volume dan Halaman Jurnal : Vol. 1 No. 1 Halaman 1-10
g) Tahun Terbit Jurnal : 2006
h) Penulis Jurnal : Sutikno Bronto, Udi Hartono
Batuan gunung api berumur Neogen Awal ini secara geologi regional
dapat disebandingkan dengan Formasi Jampang dan Formasi Citarum
(Sudjatmiko, 1972). Selanjutnya batuan gunung api berumur Pliosen (4,36±0,04
jtl. – 2,62±0,03 jtl.) dijumpai di kompleks Gunung Malabar – Papandayan (Katili
& Sudradjat, 1984), Selacau dan Paseban di selatan Cimahi, Cipicung dan
Kromong di Banjaran – Ciparay, Bandung Selatan (Sunardi & Koesoemadinata,
1999). Menurut Alzwar drr. (1992) batuan gunung api di Gunung Kromong dan
Soreang tersebut termasuk Formasi Beser.
B. Kajian Teori
Sumber daya mineral terdiri dari logam dan non logam. Kegiatan
eksplorasi mineralisasi, terutama dalam rangka pencarian emas, di Bandung
Selatan sudah dilaksanakan oleh beberapa Kuasa Pertambangan. Pusat Survei
Geologi (dahulu Puslitbang Geologi) sendiri sudah menemukan sumber mineral
baru di kawasan Bandung Utara, yakni di Desa Cupunagara, Kecamatan Cisalak,
Kabupaten Subang - Jawa Barat.
C. Metode
Metode yang digunakan pada jurnal ini kurang dijelaskan, tetapi jika
dilihat dari cara penyajian datanya metode yang digunakan dalam jurnal ini adalah
metode deskriptif termasuk juga deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
1.2. Pendahuluan
Daerah Bandung merupakan dataran tinggi (+ 700 m dpl.) berhawa
sejuk yang dahulu terkenal dengan sebutan Paris van Java yang dirancang
sebagai kota pemerintahan dan pendidikan. Apabila dikaitkan dengan
jajaran pegunungan di sekitarnya, maka dataran Bandung itu merupakan
cekungan besar yang secara geologi lebih dikenal sebagai Cekungan
Bandung (Bandung Basin). Pada masa kini kota Bandung juga
dikenal dengan nama Kota Kembang. Dengan berjalannya waktu,
kondisi kota Bandung dan sekitarnya semakin memprihatinkan, terasa
semakin panas dan pengap, terkesan kumuh dan kotor, penduduk berjubel,
cadangan air bersih dan sehat semakin berkurang, dan tingkat pencemaran
lingkungan hidup semakin tinggi. Keberadaan pusat-pusat penelitian dan
lembaga pendidikan geologi yang tergolong tertua di Indonesia secara
umum belum mampu tercermin di dalam wajah tataan kota Bandung dan
sekitarnya. Dalam rangka menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik
pada masa mendatang di daerah ini, agaknya perlu dilakukan introspeksi
dan evaluasi terhadap daya dukung alam yang ada yang di dalamnya,
termasuk sumber daya geologi. Makalah ini bertujuan untuk memaparkan
berbagai macam sumber daya geologi secara umum. Isi makalah
TATAAN GEOLOGI
1. Fisiografi
Secara fisik, bentang alam wilayah Bandung dan sekitarnya yang
termasuk ke dalam Cekungan Bandung, merupakan cekungan
berbentuk lonjong (elips) memanjang berarah timur tenggara – barat
barat laut. Cekungan Bandung ini dimulai dari daerah Nagreg di
sebelah timur sampai ke Padalarang di sebelah ba-rat dengan jarak
horizontal lebih kurang 60 km. Sementara itu, jarak utara – selatan
mempunyai lebar sekitar 40 km. Cekungan Bandung ini hampir
dikelilingi oleh jajaran kerucut gunung api berumur Kuarter, di
antaranya di sebelah utara terdiri atas kompleks Gunung Burangrang –
Sunda – Tangkubanparahu, Gunung Bukittunggul, tinggian batuan
gunung api Cupunagara, Gunung Manglayang, dan Gunung
Tampomas. Batas timur berupa tinggian batuan gunung api
Bukitjarian, Gunung Karengseng – Gunung Kareumbi, kompleks
batuan gunung api Nagreg sampai dengan Gunung Mandalawangi.
Batas selatan terdiri dari kompleks gunung api Kamojang, Gunung
Malabar, Gunung Patuha dan Gunung Kendeng. Hanya di sebelah
barat, Cekungan Bandung dibatasi oleh batuan gunung api berumur
Tersier dan batugamping yang termasuk ke dalam Formasi
Rajamandala (Sudjatmiko, 1972).
Cekungan Bandung sendiri dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yakni bagian timur, tengah, dan barat. Cekungan Bandung bagian
timur dimulai dari dataran Nagreg sampai dengan Cicalengka; bagian
tengah membentang dari Cicalengka hingga Cimahi – kompleks
perbukitan Gunung Lagadar, dan cekungan bagian barat terletak di
antara Cimahi – Batujajar hingga Cililin dan Waduk Saguling. Peneliti
terdahulu (Dam, 1994) menyebut Cekungan Bandung hanya untuk
kawasan bagian tengah.
2. Stratigrafi
Secara geologi, satu-satunya batuan sedimen non gunungapi yang
tersingkap di sebelah barat Cekungan Bandung adalah Formasi
Rajamandala (Sudjatmiko,1972), yang tersusun atas batugamping,
batulempung, napal, dan batupasir kuarsa yang berumur Oligosen.
Selebihnya, mulai dari umur Tersier Awal hingga masa kini, seluruh
formasi batuan tersusun atas hasil kegiatan gunung api. Secara
geokronologi, batuan gunung api teridentifikasi sejak umur sekitar 59
10 | C R I T I C A L J U R N A L R E P O R T G E O L O G I D A S A R
1.3. Pembahasan
Potensi sumber daya geologi di Cekungan Bandung dan sekitarnya
sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi di daerah tersebut. Persoalan
geologi yang paling mendasar di sini adalah asal usul atau genesis
terbentuknya Cekungan Bandung. Litologi penyusun wadah dan isi
cekungan terutama adalah batuan gunung api, yang secara stratigrafi
kegiatan vulkanismenya sudah dimulai sejak Kala Paleosen. Secara
tektonika, daerah ini dipengaruhi oleh sesarsesar berarah barat laut –
tenggara, timur laut – barat daya serta utara – selatan. Data tersebut masih
membuka adanya empat kemungkinan penyebab terjadinya Cekungan
Bandung, yaitu: (1) Merupakan cekungan antargunung (intra-mountain
basin), sebagai bentukan utamanya proses eksogen, seperti dikemukakan
oleh Dam (1994), (2) Merupakan graben, sebagai bentukan murni
deformasi tektonika, (3) Merupakan kaldera, sebagai bentukan murni
letusan gunung api, atau (4) Merupakan volcano-tectonic calderas, sebagai
hasil perpaduan proses tektonika dan vulkanisme.
Penelitian awal sumber daya energi panas bumi di sekitar Cekungan
Bandung juga sebaiknya dilanjutkan. Bahkan dalam banyak hal, penelitian
lanjutan ini akan memberikan masukan apakah energi panas bumi tersebut
sudah dapat dikendalikan dan dimanfaatkan sebagai sumber daya, atau
mengarah ke letusan gunung api yang dapat menimbulkan bencana bagi
lingkungan hidup di sekitarnya. Hal kedua itu tidak tertutup
kemungkinannya, karena beberapa lapangan panas bumi terletak dekat
dengan gunung api aktif seperti halnya Gunung Tangkubanparahu,
Gunung Patuha, Gunung Malabar, serta mungkin Gunung Tampomas.
Sumber daya air sebenarnya multi guna, karena dapat dimasukkan ke
dalam sumber daya energi dan sumber daya lingkungan. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan air bagi kelangsungan hidup manusia di daerah
Bandung, maka pengaturan air tanah dan air permukaan, baik sebagai
sumber daya energi maupun sumber daya lingkungan, sangat disarankan.
Di daerah hulu sungai, pemanfaatan air terjun dan pembuatan bendungan
atau waduk-waduk kecil seyogyanya lebih dioptimumkan. Di daerah hilir,
kota, industri, dan pemukiman agar dibuatkan sumur-sumur resapan, baik
untuk kepentingan umum maupun individu, atau keluarga.
Tidak kalah penting, penataan ruang atau sumber daya lahan juga
harus benar-benar dilandasi oleh kondisi geologi setempat. Sampurno
(2004) berpendapat bahwa Kawasan antara Ciumbuleuit ke utara sampai
Lembang dan ke timur hingga Gunung Manglayang tersusun oleh batuan
gunung api yang dinamakan Formasi Cikapundung yang miring ke selatan
sekitar 20o. Berdasarkan prinsip stratigrafi kue lapis (layered-cake
geology) formasi batuan itu akan berada di kedalaman 200 m ke bawah
dari permukaan dataran Bandung. Air hujan yang jatuh di daerah
11 | C R I T I C A L J U R N A L R E P O R T G E O L O G I D A S A R
Cipaganti ke timur akan mengikuti lapisan batuan itu dan pembukaan
lahan di kawasan Cipaganti – Gunung Manglayang (termasuk pemukiman
Dago Pakar dan Punclut) tidak menyebabkan kekurangan air di dataran
Bandung. Persoalannya, batuan gunung api tidak sepenuhnya mengikuti
prinsip stratigrafi kue lapis, tetapi dapat saja perlapisannya saling
potongmemotong, sesuai karakter sedimentasinya, apalagi terendapkan di
lingkungan darat. Dengan demikian pembukaan lahan di kawasan
CipagantiGunung Manglayang dapat ikut menjadi penyebab berkurangnya
pasokan air di dataran Bandung.
Persoalan dasar stratigrafi batuan gunung api ini agar lebih
diperhatikan sebelum membuat kebijakan untuk memanfaatkan sumber
daya lahan. Pembentukan mineralisasi di daerah Cekungan Bandung dan
sekitarnya yang merupakan bagian dari busur magma atau busur gunung
api tidak lepas dari proses-proses magmatisme dan vulkanisme setempat
(Corbett & Leach, 1995; Sillitoe, 1999). Pendapat itu diperkuat dari hasil
penelitian Sukarna drr. (2004) yang menunjukkan bahwa umur
magmatisme dan mineralisasi sangat berdekatan. Mineralisasi lebih
dimungkinkan terbentuk pada magma bertemperatur tinggi tetapi
mengalami pembekuan secara cepat. Pada umumnya kondisi ini terjadi
pada intrusi dangkal yang berasosiasi dengan batuan gunung api sebagai
hasil
vulkanisme di daerah itu. Lebih lanjut, dari pengalaman penulis
pertama, analisis sublimat dari dalam kawah Gunung Merapi yang masih
aktif sekarang juga sudah mengandung unsur emas. Dengan demikian
mengingat kegiatan vulkanisme di daerah Cekungan Bandung sudah
terjadi berulang-ulang, sejak Tersier Awal, maka diperkirakan telah terjadi
pengayaan mineralisasi di daerah itu. Pada saat ini potensi sumber daya
mineral tersebut sebagian tertutup oleh endapan gunung api muda yang
cukup tebal. Keadaan ini memberikan dampak negatif dan positif. Dampak
negatifnya adalah bahwa untuk menambang sumber daya mineral itu
memerlukan teknologi eksplorasi dan penambangan tinggi yang biayanya
sangat mahal. Namun dampak positifnya adalah tidak mengganggu
lingkungan hidup di atasnya, serta tidak diganggu oleh penambang tanpa
ijin seperti terjadi sekarang ini. Di sini dapat ditegaskan bahwa untuk
menggali potensi sumber daya geologi di daerah Cekungan Bandung dan
sekitarnya secara khusus dan di Indonesia pada umumnya, maka pada
tahap awal dan mendasar diperlukan pencermatan dalam penggunaan
konsep-konsep geologi yang lebih sesuai dengan kondisi geologi setempat.
Berhubung kondisi geologinya banyak dipengaruhi oleh kegiatan
vulkanisme, maka konsep-konsep dasar geologi gunung api agar lebih
dikembangkan.
12 | C R I T I C A L J U R N A L R E P O R T G E O L O G I D A S A R
1.4. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggalian potensi sumber daya geologi di daerah Cekungan Bandung
dan sekitarnya perlu dilandasi oleh konsep-konsep geologi gunung api.
2. Masih perlu dilakukan penelitian geologi lebih rinci untuk mengetahui
genesis Cekungan Bandung dan potensi sumber daya geologi yang
terpendam di dalamnya.
3. Potensi sumber daya geologi meliputi sumber daya energi (air, panas
bumi, dan asal fosil), sumber daya lingkungan (air, tanah, lahan,
panorama), serta sumber daya mineral, baik logam maupun non logam
cukup melimpah di dalam Cekungan Bandung dan sekitarnya.
4. Pada tingkat penelitian, Puslitbang Geologi (sekarang Pusat Survei
geologi) sudah menemukan sumber baru mineralisasi di daerah
Cupunagara, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang – Jawa Barat.
Lokasi penemuan sumber baru mineralisasi ini diusulkan sebagai
Laboratorium Alam untuk kepentingan Penelitian dan Pendidikan
Geologi di Bandung dan sekitarnya.
13 | C R I T I C A L J U R N A L R E P O R T G E O L O G I D A S A R
B. Evaluasi Jurnal
Kelebihan Jurnal :
1. Gaya Penulisan
Gaya penulisan atau tata bahasa yang terdapat pada jurnal Potensi Sumber
Daya Geologi Di Daerah Cekungan Bandung Dan Sekitarnya yang ditulis
oleh Sutikno Bronto Dan Udi Hartono ini cukup mudah untuk dimengerti
dan dipahami sehingga dapat memudahkan pembaca mengerti bagaimana
penelitian tersebut dilaksanakan dan apa hasil yang diperoleh serta tujuan
yang ingin dicapai dari hasil penelitian tersebut.
2. Judul
Judul penelitian cukup jelas, rinci, dan akurat. Judul pada jurnal ini
menggambarkan apa yang akan diteliti sehingga dilihat dari segi judul saja
kita mudah untuk memahaminya.
3. Abstrak
Abstrak pada jurnal yang saya review ini mampu menggambarkan atau
merangkum secara jelas mengenai tujuan penelitian, metode/teknik
penelitian, dan hasil penelitian yang didapatkan serta kesimpulan dari
kegiatan hasil penelitian tersebut. Para penulis jurnal langsung turun
kelapangan untuk mengobservasi tentang Penerapan Spatial Approach
Dalam Kajian Sosial-Politik Dan Pembangunan Berkelanjutan.
Kelemahan Jurnal :
1. Terdapat kesalahan dalam penulisan kata, angka, tanda baca, dan
penggunaan kata.
2. Terdapat kata-kata yang sedikit sulit untuk dimengerti maksudnya.
14 | C R I T I C A L J U R N A L R E P O R T G E O L O G I D A S A R
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggalian potensi sumber daya geologi di daerah Cekungan Bandung
dan sekitarnya perlu dilandasi oleh konsep-konsep geologi gunung api.
2. Masih perlu dilakukan penelitian geologi lebih rinci untuk mengetahui
genesis Cekungan Bandung dan potensi sumber daya geologi yang
terpendam di dalamnya.
3. Potensi sumber daya geologi meliputi sumber daya energi (air, panas
bumi, dan asal fosil), sumber daya lingkungan (air, tanah, lahan,
panorama), serta sumber daya mineral, baik logam maupun non logam
cukup melimpah di dalam Cekungan Bandung dan sekitarnya.
4. Pada tingkat penelitian, Puslitbang Geologi (sekarang Pusat Survei
geologi) sudah menemukan sumber baru mineralisasi di daerah
Cupunagara, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang – Jawa Barat.
Lokasi penemuan sumber baru mineralisasi ini diusulkan sebagai
Laboratorium Alam untuk kepentingan Penelitian dan Pendidikan
Geologi di Bandung dan sekitarnya.
5. Saran
Penulis berharap semoga makalah Critical Jurnal Report ini dapat berguna
bagi penulis sendiri dan bagi pembaca untuk menambah pengetahuan dan
wawasan kita semua. Akhir kata saya ucapkan sekian dan terima kasih
banyak.
15 | C R I T I C A L J U R N A L R E P O R T G E O L O G I D A S A R
DAFTAR PUSTAKA
16 | C R I T I C A L J U R N A L R E P O R T G E O L O G I D A S A R