Thyroid Disorders

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 44

FARMAKOTERAPI

Gangguan TIROID

Sulina Kristiono
GANGGUAN
TIROID
GANGGUAN TIROID
▪ Dapat menyebabkan berbagai status
penyakit yang mempengaruhi produksi atau
sekresi hormon tiroid yang hasilnya akan
merubah stabilitas metabolik

▪ Hipertiroidisme dan Hipotiroidisme adalah


sindroma klinik dan biochemical yang
dihasilkan dari peningkatan dan penurunan
produksi hormon tiroid
FISIOLOGI HORMON TIROID
• Hormon tiroid : tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3)
dibentuk pada tiroglobulin, yaitu suatu glikoprotein
besar yang disintesis dalam sel tiroid.
• Iodida inorganik memasuki sel folikel tiroid dan
dioksidasi oleh tiroid peroksidase dan terikat secara
kovalen ke residu tirosin dari tiroglobulin.
• Residu tiroid teriodinase → monoiodotirosin (MIT)
dan diioditirosin (DIT) bergabung membentuk
iodotironin dalam reaksi yang dikatalisa oleh tiroid
peroksidase.
• DIT dan DIT membentuk T4, sedang MIT dan DIT
membentuk T3.
• Produksi hormon tiroid diatur oleh TSH
yang disekresi pituitari anterior, yang berada di
bawah kontrol negative feedback oleh hormon
tiroid, bebas di sirkulasi dan pengaruh positif dari
hypothalamic thyrotropin-releasing hormone
(TRH).
• Produksi hormon tiroid juga diatur oleh
deiodinasi ekstratiroid T4 menjadi T3 yang bisa
dipengaruhi nutrisi, hormon non-tiroid, obat-
obatan dan penyakit.
• Hormon Triiodotironin (T3) dan Tiroksin (T4)
bertanggung jawab untuk pertumbuhan,
perkembangan, fungsi dan pemeliharaan jaringan
tubuh yang optimal
HIPERTIROIDISME
• Kondisi : Pengeluaran hormon tiroid yang
berlebihan diperkirakan terjadi
akibat stimulasi abnormal kelenjar tiroid oleh
immunoglobulin dalam darah
• Hipertiroidisme merupakan sekresi hormon
tiroid yang berlebihan, dimanifestasikan
melalui peningkatan metabolisme.
Tipe hipertiroidisme
Tipe 1. Penyakit Graves :
- Paling banyak terjadi karena kelebihan sekresi hormon
Tiroid. Insidens lebih banyak pada wanita usia 20 – 40
tahun ( 6 kali lebih banyak dibanding pada pria).
- Gejala klinik :
a. Gejala tirotoksikosis : denyut jantung cepat & kuat;
disritmia, angina; stimulasi SSP ( jalan pikiran cepat; bicara
cepat; nervous; insomnia); otot skelet lemah & atropi; laju
metabolik meningkat (menghasilkan produksi panas,
peningkatan suhu tubuh, intoleransi terhadap panas, kulit
hangat & basah, nafsu makan meningkat tetapi bobot
badan menurun
b. Gejala spesifik : Exophthalmos (penonjolan bola mata)
Tipe Hipertroidisme (lanjutan)
- Penyebab Penyakit Graves : Thyroid-Stimulating Imunoglobulin (TSI)
yg diproduksi oleh proses autoimun , dapat meningkatkan aktifitas
kelenjar Tiroid dengan menstimulasi reseptor untuk TSH pada kelenjar
Tiroid. Hal ini yang mengakibatkan TSI berefek pada kelenjar Tiroid.
Tetapi TSI tidak mempengaruhi terjadinya exophthalmos.
- Pengobatan utama :
i. Pembedahan jaringan Tiroid
ii. Destruksi jaringan Tiroid dengan Iodine radioaktif
iii. Supresi sintesa hormon Tiroid dengan Obat-obat antitiroid : propil
tiourasil (PTU); metimazol
→ Radiasi dan pembedahan yang lebih definitif (sdh pasti)
- Pengobatan penunjang (adjunctive therapy ) :
• Propanolol : menekan takhikardia dengan menghambat reseptor
B adrenergik pada jantung
• Iodine non radioaktif : menghambat sintesa dan pelepasan
hormon tiroid
→ Untuk mengatasi exophthalmus yang berat dapat diobati dengan
glukokortikoid oral dosis tinggi
Tipe Hipertroidisme (lanjutan)

Tipe 2. Toxic Nodular Goiter (dikenal sebagai Penyakit


Plummer)
- Tanda dan Gejala Klinik seperti Penyakit Graves
- Tidak menimbulkan Exophthalmus
- Terjadi pada kondisi persisten (jangka panjang) dan
yidak spontan
- Terapinya sama dengan Penyakit Graves, jika
diberikan Obat Antitiroid dan dihentikan, akan
cenderung kambuh kembali secara cepat.
- Tindakan terapi pilihan adalah pembedahan dan
radiasi, dengan kontrol jangka panjang
Thyrotoxic Crisis (Thyroid Storm)
-Thyrotoxic Crisis terjadi jika kadar hormon
Tiroid teralu tinggi secara ekstrim
- Sindromanya ditandai dengan hipertermia,
Takhikardia parah, lesu, bisa terjadi juga
pingsan, koma dan kegagalan jantung
- Thyrotoxic Crisis terjadi karena produksi yang
berlebihan dari hormon Tiroid endogenous
akibat kelebihan hormon Tiroid selama terapi
replacement (HRT : hormone replacement
therapy)
-Thyrotoxic Crisis dapat mengancam jiwa
sehingga harus segera dilakukan terapi :
Thyrotoxic Crisis (Thyroid Storm) - lanjutan
➢Thyrotoxic Crisis dapat mengancam jiwa sehingga
harus segera dilakukan terapi :
1. Potassium Iodide – dosis tinggi
2. Larutan Iodine pekat (Strong Iodine solution), untuk
menekan pelepasan hormon Tiroid
3. Propiltiuyrasil diberikan untuk menekan sintesa
hormon Tiroid dan menekan konversi T4 menjadi T3
di perifer
4. Propanolol diberikan untuk mereduksi laju jantung
5. Sebagai tambahan diberikan obat sedatif, yang
mendinginkan dan pemberian glukortikoid dan
cairan infus IV
Penyebab Hipertiroidisme :
▪ Herediter
▪ Toksik Adenoma
▪ Tumor kelenjar hipofise
▪ Tiroiditis sub akut
▪ Kanker tiroid
▪ Terapi hormon tiroid berlebihan
Gejala Manifestasi Klinik :
• Tekanan darah tinggi
• Percepatan denyut jantung
• Banyak keringat
• Sulit tidur
• Gelisah dan gemetar
• Nafsu makan bertambah
• Frekuensi BAB bertambah
• Mata bengkak,memerah dan peka terhadap
cahaya
• Mata melotot (menonjol), kedipan mata
berkurang
HIPOTIROIDISME
• Hipotiroidisme ialah kondisi sekresi tiroid
yang tidak adekuat (tidak mencukupi) selama
perkembangan janin dan neonatus yang
nantinya akan menghambat pertumbuhan
fisik dan mental (kretinisme), karena
penekanan aktivitas metabolik tubuh secara
umum.
• Sebagian besar pasien hipotiroidisme
memiliki kegagalan kelenjar tiroid
(hipotiroidisme primer).
• Penyebabnya : tiroiditis autoimun
kronik dimana sistem imun menyerang
kelenjar tiroid, hipotiroidisme
iatrogenik, defisiensi iod, kekurangan
enzim, hipoplasia tiroid dan goitrogens
Gejala Klinik Hipotiroidisme :
• Denyut nadi melambat
• Tidak tahan cuaca dingin
• Lambat berbicara
• Sembelit; konstipasi
• Berat badan bertambah
• Kulit kering dan bersisik
• Kelopak mata menurun ; ptosis
• Suara serak
• Kuku rapuh
• Gangguan haid & hilangnya libido
Pemeriksaan Penunjang (Diagnosa)
a. Hipertiroidisme
❖T4 Serum : Ditemukan peningkatan T4 serum pada
hipertiroid. T4 serum normal antara 4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5
hingga 150 nmol/L).Kadar T4 serum merupakan tanda yang
akurat untuk menunjukkan adanya hipertiroid.

❖T3 Serum : Kadar T3 serum biasanya meningkat. Normal T3


serum adalah 70-220 mg/dl (1,15 hingga 3,10 nmol/L).

❖Tes T3 Ambilan Resin : Pada hipertiroid, ambilan T3 lebih


besar dari 35% (meningkat). Normal ambilan T3 ialah 25%
hingga 35% (fraksi ambilan relative: 0,25 hingga 0,35).
❖Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormon)
Pada hipertiroid ditemukan penurunan kadar TSH
serum
❖Tes TRH (Thyrotropin Releasing Hormon)
Tes TRH akan sangat berguna bila Tes T3 dan T4
tidak dapat dianalisa.Pada hipertiroidisme akan
ditemukan penurunan kadar TRH serum.
❖Tiroglobulin
Pemeriksaan Tiroglobulin melalui
pemeriksaan radio immunoassay.Kadar
tiroslobulin meningkat pada hipertiroid.
b. Hipotiroidisme
✓ T4 Serum
Penentuan T4 serum dengan tekhnik radio
immunoassay pada hipotiroid ditemukan kadar
T4 serum normal sampai rendah. Normal kadar
T4 serum diantara 4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5
hinnga 150 nmol/L)
✓ T3 Serum
Kadar T3 serum biasanya dalam keadaan
normal-rendah.Normal kadar T3 serum adalah
70 hingga 220 mg/dl (1,15 hingga 3,10
nmol/L)
✓ Tes T3 Ambilan Resin
Pada hipotiroidisme, maka hasil tesnya
kurang dari 25% (0,25)

✓ Tes TRH (Thyrotropin Releasing Hormon)


Pada hiportiroidisme akan ditemukan
peningkatan kadar TRH serum.

✓ Tes TSH (Thyrotropin Stimulating Hormon)


Pada hipotiroid yang disebabkan oleh
keadaan kelenjar tiroid maka akan ditemukan
peningkatan kadar TSH serum.
Tujuan Terapi
• Untuk hipertiroidisme : menormalkan produksi
hormon tiroid; mengurangi gejala dan
konsekuensi jangka panjang; dan memberikan
terapi individual berdasar tipe dan keparahan
penyakit, usia pasien dan kelamin, adanya kondisi
non-tiroid, dan respon terhadap terapi
sebelumnya.
• Untuk hipotiroidisme: memulihkan metabolisme
pasien kembali kepada keadaan metabolik
normal, dengan cara mengganti hormon yang
hilang.
TERAPI
➢ TERAPI NON FARMAKOLOGI
➢Pembedahan pengangkatan kelenjar tiroid :
untuk nodul, gondok ukuran besar, kurangnya
penanganan obat tiroid dan pasien yang
kontraindikasi terhadap tionamida (alergi atau
efek samping)
➢Jika tiroidektomi akan dilakukan,
Propylthiouracil (PTU) atau methimazole (MMI)
biasanya diberikan selama 6 – 8 minggu, diikuti
dengan pemberian iodida (500mg/hari) selama
10 – 14 hari sebelum operasi, gunanya untuk
menurunkan vaskularitas kelenjar. Levotiroksin
dapat ditambahkan untuk mempertahankan
kondisi eutiroid sedangkan tionamida terus
diberikan.
• Propanolol telah digunakan selama beberapa
minggu sebelum operasi dan 7-10 hari setelah
operasi untuk menjaga denyut jantung <90
denyut/menit. Propanolol dikombinasi dengan
Kalium Iodida selama 10-40 hari.
• Komplikasi operasi termasuk serangan ulang
hipertiroidisme atau hipertiroidisme yang
menetap (0,6-0,8%), hipotiroidisme (sampai
49%), hipoparatiroidisme (sampai 4%), dan
gangguan pita suara (sampai 5%). Frekuensi
kemunculan hipotiroidisme membutuhkan
pemantauan secara periodik untuk identifikasi
dan penanganan.
Farmakoterapi

Hipertiroidisme Hipotiroidisme

❖ Obat antitiroid :
1. Tionamid
2. Iodida
3. Adrenergik bloker 1. Levotiroksin (T4)
4. Radioaktif Iodin (RAI) 2. Liotironin (T3)
❖ Operasi
Terapi Farmakologi Hipertiroidisme
(Antithyroid Pharmacotherapy)

1. Thioureas (Thionamides)
Propylthiouracil (PTU) dan methimazole
(MMI) mem-block sintesis hormon tiroid
dengan inhibisi sistem enzim peroksidase dari
kelenjar tiroid, sehingga mencegah oksidasi
iodida dan selanjutnya bergabung membentuk
iodotirosin dan akhirnya iodotironin
(‘organifikasi’), dan dengan inhibisi
penggabungan MIT dan DIT membentuk T4 dan
T3. PTU (tapi bukan MMI) juga meng-inhibit
perubahan perifer dari T4 menjadi T3.
• Dosis awal termasuk PTU 300-600 mg sehari
(biasanya dalam tiga sampai empat dosis terbagi)
atau MMI 30-60 mg sehari dalam tiga dosis
terbagi. Terdapat bukti bahwa kedua obat bisa
diberikan dalam dosis harian tunggal.
• Dosis pemeliharaan harian adalah PTU 50-300 mg
dan MMI 5-30 mg
• Terapi obat antitiroid sebaiknya dilanjutkan sampai
12-24 bulan untuk memicu remisi jangka panjang.
• Pasien sebaiknya diawasi tiap 6-12 bulan setelah
remisi. Jika terjadi serangan ulang, terapi alternatif
dengan radioactive iodine (RAI) disukai sebagai
rangkaian obat antitiroid kedua, karena terapi
lanjutan biasanya jarang memicu remisi.
2. Iodida
• Iodida menghalangi pelepasan hormon
tiroid, inhibit biosintesis hormon tiroid
dengan menghalangi penggunaan iodida
intratiroid, dan menurunkan ukuran dan
vaskularitas kelenjar.
• Perbaikan simtom terjadi dalam 2-7 hari
sejak memulai terapi, dan konsentrasi
serum T3 dan T4 bisa berkurang selama
beberapa minggu.
• Iodida sering digunakan sebagai terapi
tambahan untuk menyiapkan pasien dengan
penyakit Grave sebelum menjalani operasi,
untuk menginhibisi pelepasan hormon tiroid
dan dengan cepat mencapai keadaan
euthyroid (= kelenjar tiroid berfungsi normal)
pada pasien yang sangat tirotoksik dengan
dekompensasi kardia, atau untuk meng-
inhibit pelepasan hormon tiroid setelah
terapi RAI.
• Kalium iodida tersedia sebagai larutan jenuh
atau larutan Lugol, mengandung 6,3 mg
iodida per tetes.
• Iodine tidak boleh digunakan untuk terapi
hipertiroidisme jangka panjang karena efek
antitiroidnya akan cenderung menghilang.
• Efek samping : reaksi hipersensitivitas (kulit
kemerahan, drug fever, rhinitis [inflamasi
membran mukosa hidung], pembengkakan
kelenjar ludah, ‘iodisme’ (rasa logam, mulut
dan tenggorokan terbakar, nyeri pada gigi
dan gusi, terkadang gangguan perut dan
diare.
3. Adrenergik bloker
β blocker digunakan secara luas untuk
mengurangi gejala tirotoksik seperti palpitasi,
cemas, tremor, dan tidak tahan panas. Agen
ini tidak mempunyai efek pada tirotoksikosis
perifer dan metabolisme protein dan tidak
mengurangi TSAb (Thyroid Stimulating
Antibody). Propanolol dan nadolol secara
parsial menghalangi perubahan T4 menjadi T3,
tapi kontribusinya kecil terhadap terapi
keseluruhan.
• β blocker biasanya digunakan sebagai terapi
tambahan dengan obat antitiroid, RAI, atau
idodida dalam penanganan penyakit Grave atau
toxic nodule; pada persiapan untuk operasi
kelenjar tiroid. β blocker adalah terapi primer
hanya untuk tiroiditis dan hipertiroid yang
diinduksi iodin.
• Dosis propanolol yang dibutuhkan untuk
mengurangi gejala adrenergik bervariasi, tapi
dosis awal 20-40 mg 4 x sehari efektif untuk
kebanyakan pasien (denyut jantung <90 denyutan
per menit). Pasien lebih muda atau dalam kondisi
lebih toksik bisa membutuhkan sampai 240-480
mg/hari).
• β blocker dikontraindikasikan pada pasien
dengan gagal jantung kongestif, kecuali
kelainan itu disebabkan takikardia. Efek
samping lain termasuk mual, muntah, cemas,
insomnia,bradikardi, dan gangguan
hematologi.
• Simpatolitik yang bekerja sentral (seperti,
clonidin) dan antagonis Ca channel
blocker (seperti, diltiazem) bisa berguna untuk
mengontrol simtom ketika dikontraindikasikan
untuk β blocker.
4. Radioaktif Iodin (RAI)
Natrium iodida 131 (131I) adalah larutan oral
yang terkonsentrasi di tiroid dan mengganggu
sintesis hormon dengan penggabungan hormon
tiroid dan tiroglobulin. Setelah periode beberapa
minggu, folikel yang telah diambil RAI dan folikel
disekitarnya mengalami nekrosis selular dan
fibrosis jaringan interstitial.

RAI adalah senyawa pilihan untuk penyakit


Grave, nodul autonom toksik, dan gondok
multinodular toksik. Kehamilan merupakan
kontraindikasi absolut untuk penggunaan RAI.
• Pasien dengan penyakit kardiak dan pasien lansia
biasanya diterapi dengan thionamide sebelum RAI
ablation (ablation = pengangkatan jaringan) karena
hormon tiroid akan meningkat setelah pemberian
RAI karena pelepasan dari hormon tiroid.
• Tujuan terapi : untuk menghancurkan sel –sel
tiroid yang sangat reaktif
• Dosis tunggal 4000 – 8000 rad menghasilkan
kondisi euthyroid pada 60 % pasien selama 6
bulan atau kurang.
• Dosis kedua RAI diberikan selama 6 bulan setelah
penanganan RAI pertama, jika pasien tetap
hipertiroid
• Efek samping :
– jangka pendek : disfagia daan tiroidal sedang
– Jangka panjang : resiko karsinoma tiroid,
leukemia atau gangguan kongenital
• Obat-obat antitioid sebaiknya tidak rutin
diberikan setelah RAI, karena penggunaannya
dihubungkan dengan tingginya kejadian
serangan hipertiroid setelah perawatan atau
hipertiroid yang menetap.
• Jika iodida diberikan, sebaiknya diberikan 3-7
hari setelah RAI untuk mencegah interaksi
dengan asupan RAI di kelenjar tiroid.
Farmakoterapi Hipotiroidisme
• Levotiroksin (T4) adalah obat pilihan untuk
penggantian hormon tiroid dan terapi supresif
karena stabil secara kimia, relatif murah, bebas
antigen, dan mempunyai potensi yang seragam;
tetapi, semua sediaan tiroid komersial yang ada
bisa digunakan.
• Penggantian sediaan levotiroksin sebaiknya
dilakukan dengan hati-hati kecuali telah dicapai
bioekivalensi.
• Karena T3 adalah bentuk aktif biologis, pemberian
levotiroksin menghasilkan penumpukan hormon
tiroid yang siap diubah menjadi T3.
• Kolestiramin, kalsium karbonat, sucralfat,
aluminium hidroksida, ferrous sulfate,
sediaan kedelai, dan suplemen fiber bisa
mengganggu absorpsi levotiroksin dari
saluran cerna.
• Obat yang meningkatkan kliren T4
noniodinasi termasuk rifampin,
carbamazepin, dan mungkin fenitoin.
• Amiodarone bisa menghalangi konversi T4
menjadi T3
• Liotironin (T3) : merupakan garam natrium
dari T3 dan kurang terikat dengan protein,
liotironin bekerja lebih cepat dari pada T4.
• Penggunaan utama T3 : pada koma
hipotiroidisme
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai