Thyroid Disorders
Thyroid Disorders
Thyroid Disorders
Gangguan TIROID
Sulina Kristiono
GANGGUAN
TIROID
GANGGUAN TIROID
▪ Dapat menyebabkan berbagai status
penyakit yang mempengaruhi produksi atau
sekresi hormon tiroid yang hasilnya akan
merubah stabilitas metabolik
Hipertiroidisme Hipotiroidisme
❖ Obat antitiroid :
1. Tionamid
2. Iodida
3. Adrenergik bloker 1. Levotiroksin (T4)
4. Radioaktif Iodin (RAI) 2. Liotironin (T3)
❖ Operasi
Terapi Farmakologi Hipertiroidisme
(Antithyroid Pharmacotherapy)
1. Thioureas (Thionamides)
Propylthiouracil (PTU) dan methimazole
(MMI) mem-block sintesis hormon tiroid
dengan inhibisi sistem enzim peroksidase dari
kelenjar tiroid, sehingga mencegah oksidasi
iodida dan selanjutnya bergabung membentuk
iodotirosin dan akhirnya iodotironin
(‘organifikasi’), dan dengan inhibisi
penggabungan MIT dan DIT membentuk T4 dan
T3. PTU (tapi bukan MMI) juga meng-inhibit
perubahan perifer dari T4 menjadi T3.
• Dosis awal termasuk PTU 300-600 mg sehari
(biasanya dalam tiga sampai empat dosis terbagi)
atau MMI 30-60 mg sehari dalam tiga dosis
terbagi. Terdapat bukti bahwa kedua obat bisa
diberikan dalam dosis harian tunggal.
• Dosis pemeliharaan harian adalah PTU 50-300 mg
dan MMI 5-30 mg
• Terapi obat antitiroid sebaiknya dilanjutkan sampai
12-24 bulan untuk memicu remisi jangka panjang.
• Pasien sebaiknya diawasi tiap 6-12 bulan setelah
remisi. Jika terjadi serangan ulang, terapi alternatif
dengan radioactive iodine (RAI) disukai sebagai
rangkaian obat antitiroid kedua, karena terapi
lanjutan biasanya jarang memicu remisi.
2. Iodida
• Iodida menghalangi pelepasan hormon
tiroid, inhibit biosintesis hormon tiroid
dengan menghalangi penggunaan iodida
intratiroid, dan menurunkan ukuran dan
vaskularitas kelenjar.
• Perbaikan simtom terjadi dalam 2-7 hari
sejak memulai terapi, dan konsentrasi
serum T3 dan T4 bisa berkurang selama
beberapa minggu.
• Iodida sering digunakan sebagai terapi
tambahan untuk menyiapkan pasien dengan
penyakit Grave sebelum menjalani operasi,
untuk menginhibisi pelepasan hormon tiroid
dan dengan cepat mencapai keadaan
euthyroid (= kelenjar tiroid berfungsi normal)
pada pasien yang sangat tirotoksik dengan
dekompensasi kardia, atau untuk meng-
inhibit pelepasan hormon tiroid setelah
terapi RAI.
• Kalium iodida tersedia sebagai larutan jenuh
atau larutan Lugol, mengandung 6,3 mg
iodida per tetes.
• Iodine tidak boleh digunakan untuk terapi
hipertiroidisme jangka panjang karena efek
antitiroidnya akan cenderung menghilang.
• Efek samping : reaksi hipersensitivitas (kulit
kemerahan, drug fever, rhinitis [inflamasi
membran mukosa hidung], pembengkakan
kelenjar ludah, ‘iodisme’ (rasa logam, mulut
dan tenggorokan terbakar, nyeri pada gigi
dan gusi, terkadang gangguan perut dan
diare.
3. Adrenergik bloker
β blocker digunakan secara luas untuk
mengurangi gejala tirotoksik seperti palpitasi,
cemas, tremor, dan tidak tahan panas. Agen
ini tidak mempunyai efek pada tirotoksikosis
perifer dan metabolisme protein dan tidak
mengurangi TSAb (Thyroid Stimulating
Antibody). Propanolol dan nadolol secara
parsial menghalangi perubahan T4 menjadi T3,
tapi kontribusinya kecil terhadap terapi
keseluruhan.
• β blocker biasanya digunakan sebagai terapi
tambahan dengan obat antitiroid, RAI, atau
idodida dalam penanganan penyakit Grave atau
toxic nodule; pada persiapan untuk operasi
kelenjar tiroid. β blocker adalah terapi primer
hanya untuk tiroiditis dan hipertiroid yang
diinduksi iodin.
• Dosis propanolol yang dibutuhkan untuk
mengurangi gejala adrenergik bervariasi, tapi
dosis awal 20-40 mg 4 x sehari efektif untuk
kebanyakan pasien (denyut jantung <90 denyutan
per menit). Pasien lebih muda atau dalam kondisi
lebih toksik bisa membutuhkan sampai 240-480
mg/hari).
• β blocker dikontraindikasikan pada pasien
dengan gagal jantung kongestif, kecuali
kelainan itu disebabkan takikardia. Efek
samping lain termasuk mual, muntah, cemas,
insomnia,bradikardi, dan gangguan
hematologi.
• Simpatolitik yang bekerja sentral (seperti,
clonidin) dan antagonis Ca channel
blocker (seperti, diltiazem) bisa berguna untuk
mengontrol simtom ketika dikontraindikasikan
untuk β blocker.
4. Radioaktif Iodin (RAI)
Natrium iodida 131 (131I) adalah larutan oral
yang terkonsentrasi di tiroid dan mengganggu
sintesis hormon dengan penggabungan hormon
tiroid dan tiroglobulin. Setelah periode beberapa
minggu, folikel yang telah diambil RAI dan folikel
disekitarnya mengalami nekrosis selular dan
fibrosis jaringan interstitial.