Makalah Sistem Pengendalian Manajemen

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

TENTANG

MANAJEMEN MUTU TERPADU

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

MUHAMMAD REZKY

ALDI FAZLI

FERRY IRAWAN

Prodi : Akuntansi V A

Dosen Pembimbing : Helmiati, SE,M.Ak

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BANGKINANG

TP. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah

ini tentang MANAJEMEN MUTU TERPADU. Makalah ini disusun untuk

memenuhi tugas semester 5 yang diberikan oleh ibu HELMIATI, SE,M.Ak

selaku dosen mata kuliah SISTEM PENGENDALIAN MUTU.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak

yang telah membaca makalah ini sehingga dapat menjadi perbaikan untuk makalah

kami selanjutnya. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat untuk semua

pihak khususnya bagi mahasiswa/i Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bangkinang.

Bangkinang, 2 Desember 2022

penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................................................4
1.2. Tujuan Penulisan...............................................................................................................................6
1.3. Rumusan Masalah.............................................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................................................8
PEMBAHASAN..............................................................................................................................................8
2.1. Pengertian Manajemen Mutu Taerpadu (MMT)...............................................................................8
2.2. Konsep Mutu.....................................................................................................................................8
2.2.1. Konsep Absolut...........................................................................................................................8
2.2.2. Konsep Relatif.............................................................................................................................9
2.3. Prinsip Umum Manajemen Mutu Terpadu (MMT)...........................................................................9
2.4. Tahap-tahap Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu...................................................................13
2.5. Kendala-kendala Dalam Penerapan Manajemen Mutu Terpadu....................................................14
2.6. Komponen Penting.........................................................................................................................16
2.7. Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu....................................................................................22
2.8. Karakteristik Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu...............................................................23
BAB III........................................................................................................................................................24
PENUTUP...................................................................................................................................................24
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................................24
3.2. Saran...............................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masalah Tuntutan akan lulusan lembaga pendidikan yang bermutu semakin

mendesak karena semakin ketatnya persaingan dalam lapangan kerja. Salah satu

implikasi globalisasi dalam pendidikan yaitu adanya deregulasi yang membuka

peluang lembaga pendidikan (termasuk perguruan tinggi asing) membuka

sekolahnya di Indonesia. Oleh karena itu persaingan di pasar kerja akan semakin

berat.

Mengantisipasi perubahan-perubahan yang begitu cepat serta tantangan yang

semakin besar dan kompleks, tiada jalan lain bagi pemerintah dalam fungsinya

sebagai penyelenggara pembangunan di bidang pendidikan dan lembaga-lembaga

pendidikan untuk mengupayakan segala cara untuk meningkatkan daya saing

lulusan serta produk-produk akademik lainnya, yang antara lain dicapai melalui

peningkatan mutu pendidikan. Tata Administrasi Negara (TAN) dan Tata Laksana

Pemerintahan (TLP) dalam bidang pendidikan haruslah dapat menyesuaikan dan

menjawab tantangan tersebut. Usaha peningkatan mutu layanan pendidikan terkait

dengan bagaimana usaha itudengan mengadopsi istilah penjejangan Sismennas


dalam penyelenggaraan negara maka perlu dilakukan baik pada jenjang kebijakan

umum ( strategik), kebijakan manajerial, maupun kebijakan teknis (Lemhannas,

2009). Salah satu di antaranya adalah kebijakan manajerial bisa dengan

menerapkan manajemen mutu terpadu ( Total Quality Management) untuk

mengantisipasi pesatnya pengaruh global atau yang sering disebut globalisasi.

Globalisasi bisa mengakibatkan hilangnya identitas kultur nasional,

sedangkan kemampuan untuk bertahan tergantung pada akses kekuatan

superpower, sehingga terajadi eksploitasi terhadap negara yang kurang

berkembangpun akan terjadi. Namun, globalisasi adalah keniscayaan yang tidak

dapat dihindarkan dalam hubungan antar negara. Globalisasi multisektor sebagai

dua sisi mata uang yang menghadirkan kebaikan dan kerugian. Banyak konsep

diciptakan negara maju baik di bidang ekonomi, politik, demokrasi, perlindungan

HAM, pengelolaan Iingkungan hidup sampai pada konsep good governance terkait

dengan peningkatan mutu. Salah satu di antaranya dapat kita kaitkan bagaimana

hubungan antara peningkatan mutu dengan praktekgood gavernance.

Good governance dalam konteks kepemerintahan secara legitimasi dapat

dilihat dari sistem pemerintahannya itu sendiri dan bagaimana jalannya

pemerintahan. Lalu secara akuntabilitas dapat dilihat dari eksistensi mekanisme

keyakinan politik pemerintah terhadap aksi perbuatannya dalam menggunakan

sumber publik dan performa perilakunya. Pemerintah dalam membuat kebijakan


harus berpatokan kepada pelayanan publik yang efisien dan kapabilitas manajemen

publik yang tinggi (Effendi, 2005). Adapun problematika penerapan good

governance antara lain bisa karena kurangnya pelayanan publik, kapabilitas

kebijakan yang rendah, manajemen keuangan yang lemah, peraturan dan prosedur

pelayanan yang sangat birokratis serta inefisiensi alokasi sumber-sumber publik.

Ini yang menghambat pelaksanaangood governance dan akibatnya bisa fatal,

misalnya, bisa membuat pengentasan kemiskinan dan/atau hal-hal lain yang

penting justru tidak berjalan.

Dalam hal ini manajemen mutu terpadu dalam kaitannya dengan

penyelenggaraan good governance bisa ditempatkan sebagai metodologi atau

teknik manajemen untuk mencapai tujuan peningkatan mutu itu sendiri.

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah bagaimana pengembangan

teori“Pentingnya Manajemen Mutu Terpadu”.

1.3. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka

masalah pokok yang diangkat dalam makalah ini adalah:

1. Pengertian Manajemen Mutu Taerpadu (MMT).

2. Konsep Mutu.

3. Prinsip Umum Manajemen Mutu Terpadu (MMT).

4. Tahap-tahap Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu.


5. Kendala-kendala Dalam Penerapan Manajemen Mutu Terpadu.

6. Komponen Penting Dalam Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu.

7. Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu.

8. Karakteristik Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Manajemen Mutu Taerpadu (MMT)


Manajemen Mutu Terpadu (MMT) adalah filosofi dan sistem untuk

pengembangan secara terus menerus (continuous improvement) terhadap jasa atau

produk untuk memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Sistem

pengembangan secara terus menerus dan kepuasan pelanggan merupakan kalimat

yang selalu ada dalam setiap definisi yang dikemukakan pakar terhadap MMT.

Sistem pengembangan secara terus menerus menggambarkan bahwa MMT

memiliki titik tekan pada proses dan bekerja dengan mendasarkan pada

sistemTQM

2.2. Konsep Mutu


Mutu merupakan gagasan dinamis yang sulit untuk dapat disamakan. Di

suatu sisi mutu data dipahami sebagai konsep absolut dan pada sisi lain dapat

dipahami sebagai konsep yang bersifat relatif.

2.2.1. Konsep Absolut


Mutu sebagai konsep absolut memungkinkan kepala sekolah untuk

merumuskan standar maksimal, yang pada kenyataannya akan sulit untuk

direalisasikan. Dalam pemahaman seperti ini, kepala sekolah akan berpikir bahwa

sekolah yang dipimpin harus selalu menjadi sekolah unggulan baik bertaraf
nasional maupun internasional. Mutu akan menjadi simbol status bagi pelanggan

internal maupun pelanggan eksternal, sehingga stakeholder/pemilik akan merasa

bangga dan merasa puas, khususnya bagi orang tua peserta didik.

2.2.2. Konsep Relatif


Mutu sebagai konsep relatif, sangat mengikuti keinginan pelanggan. Mutu

ditentukan oleh spesifikasi standart yang telah ditetapkan dan selalu disesuaikan

dengan kebutuhan pelanggan. Mutu pada kondisi sekarang belum tentu menjadi

ukuran mutu dimasa datang. Kepala sekolah harus bisa merancang kebutuhan masa

depan dengan visi dan misi sekolah yang menantang. Untuk itu sekolah harus

merumuskan program-programnya terlebih dahulu dengan kejelasan target yang

akan dicapai.

2.3. Prinsip Umum Manajemen Mutu Terpadu (MMT)


Menurut Dean sebagaimana dikutip oleh Ali Djamhuri (2001:8) prinsip

umum Manajemen Mutu Terpadu meliputi:

1. Organisai yang memfokuskan pada ketercapaian kepuasan pelanggan

(Customer Focus Organization).

Organisasi dalam hal ini manajemen harus dapat mengoptimalkan seluruh

potensi dan sumber daya organisasi dan sistem yang ada untuk menciptakan

aktivitas terhadap tercapainya kepuasan pelanggan. Tercapainya kepuasan

pelanggan meliputi seluruh stakeholders, baik yang berada didalam organisasi

maupun di luar organisasi.


2. Kepemimpinan (Leadership)

Kepemimpinan merupakan proses untuk mempengaruhi pihak lain untuk

mencapai tujuan organisasi. Oleh karenanya pemimpin harus memiliki visi dan

misi yang jelas, sehingga keduanya dapat dituangkan dalam kebijakan yang akan

diambil.

3. Keterlibatan seluruh partisipan organisasi (People Organization)

Seluruh komponen di dalam suatu organisasi harus dilibatkan. Artinya

seluruh sitivitas organisasi harus selalu berusaha untuk melakukan perbaikan

secara terus menerus. Perbaikan bukan hanya dari pihak kepala sekolah, guru,

tenaga administrasi, tetapi semua sivitas sekolah harus memiliki komitmen untuk

melakukan perbaikan. Dengan kata lain semua sivitas sekolah harus dilibatkan

dalam upaya memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada para pelanggan.

4. Pendekatan yang menekankan pada perbaikan proses (Process Approach)

Kurangnya dukungan sistem informasi dan alat ukur keberhasilan MMT

berasumsi bahwa output akhir suatu organisasi tidak semata-mata dilihat secara

parsial, tetapi suatu proses yang panjang. Proses tersebut dilakukan secara sadar

oleh setiap individu. Kegiatan tersebut juga dilakukan saling terkait satu dengan

lainnya sehingga menghasilkan outputorganisasi. Jelassnya tamatan atau lulusan

bukan semata-mata produk tenaga akademik, atau karyawan sajak, tetapi

menyangkut proses yang melibatkan tenaga akademik, karyawan, kepala sekolah,


murid, orang tua, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat luas, yang tentu saja

proporsinya berbeda satu sama lainnya.

5. Penerapan manajemen dengan menggunakan pendekatan sistem (System

Approach)

Dalam konteks organisasi, upaya menyempurnakan proses tertentu harus

dikaitkan dengan proses lainnya. Oleh karena pihak-pihak yang terkait dengan

proses tersebut merupakan tangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Tuntutan

peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat dilakukan oleh tenaga pengajar

semata, tetapi harus pula melibatkan aspek ketatausahaan, kepemimpinan,

fassilitas, dan penciptssn organisasi yang optimal atau mendukung.

6. Langkah perbaikan yang dilakukan secara terus menerus (Continual

Improvement atau Kaizen)

Inti perbaikan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan adalah

adanya human resources empowerment baik bagi tenaga edukatif maupun

administratif. Realitas menunjukkan belum seluruhnya pemimpin organisasi

menyadari arti pentingnya pemberdayaan tenaga akademik dan administratif. Para

pimpinan sering lebih mementingkan pengembangan fasilitas atau pegembangan

fasilitas. Hal ini ditunjukkan oleh adanya anggaran pendidikan dan pelatihan untuk

kedua tenaga tersebut tidak setidak-tidaknya kurang berimbang dibandingkan

dengan anggaran pembangunan fisik.


7. Penerapan pengembilan keputusan didasarkan fakta (Factual Apprecision

Making)

Manajemen Mutu Terpadu-MMT berdasarkan pada kepuasan pelanggan.

Oleh karenanya maka orientasi MMT harus mendasarkan pada fakta yang

diinginkan oleh pelanggan. Pada sisi lain kepuasan berkaitan dengan kualitas.

Implikasinya kualitas kepuasan tersebut harus dapat diukur dan dapat

dilakukanmonitoring setiap saat. Dengan demikian, pemimpin organisasi harus

dapat menciptakan dan mengembangkan alat ukur sebagai keberhasilan suatu

lembaga

8. Hubungan dengan supplier yang saling menguntungkan (Mutually Beneficial

Relationship).

Filosofi Manajemen Mutu Terpadu:

Pertama: pemenuhan kebutuhan sebaik-baiknya atau kepuasan pelanggan.

Kedua: menciptakan budaya kerja dan budaya akademik dalam diri karyawan

maupun tenaga kependidikan dalam layanan pendidikan, misalnya motivasi,

sikap, kemauan, dedikasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Namun permassalahan yang ada adalah setiap pelanggan memiliki ukuran

yang berbeda. Dengan kata lain tolok ukur untuk setiap pelanggan adalah berbeda,

misalnya bagi seorang guru salah satu tugasnya adalah melayani siswa yang kurang

pintar justru senang. Sementara siswa puas dengan penguasaan teori secara tuntas
daripada masalah-masalah teknis, sedangkan siswa lainnya lebih senang dan puas

dengan pemahaman yang sifatnya teknis.

Perbedaan tolok ukur kepuasan ini memang sangat mungkin dan fakta

menunjukkan adanya perbedaan tersebut, yaitu:

1. Pelanggan berbeda kebutuhannya

2. Kebutuhan pelanggan selalu berubah

3. Sikap dan kemampuan pemberi pelayanan

4. Jasa pendidikan bersifat abstrak

2.4. Tahap-tahap Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu


1. Melakukan sosialisasi

Dengan cara sebagai berikut:

1. Baca dan pahami sistem, buaya dan sumber daya yang ada disekolah.

2. Identifikasi sitem, budaya dan sumber daya yang perlu diperkuat dan perlu

diubah.

3. Buatlah komitmen secara rinci.

4. Bekerjalah dengan semua unsure sekolah untuk mengklarifikasi visi, misi,

tujuan, sasaran, rencana dan program-program.

5. Hadapi status quo terhadap perubahan

6. Garisbawahi prioritas sasaran, budaya dan sumber daya yang belum ada

sekarang.
7. Pantaulah dan arahkan proses perubahan agar sesuai dengan visi, misi, tujuan,

sasaran, rencana, dan program-program

8. Mengidentifikasi tantangan nyata di sekolah. Tantangan adalah selisih antara

ketidak sesuaian antara output sekolah saat ini dan output sekolah yang

diharapkan dimasa yang akan datang. Tantangan terdiri dari tantangan kualitas

dan tantangan efektivitas. Contoh tantangan kualitas: rata-rata output sekolah

saat ini NEM-nya adalah 6,2 dan output sekolah yang diharapkan dimasa datang

adalah 7,5 maka besarnya tantangan adalah 7,5-6,5=1,0. Contoh tantangan

efektivitas: dari 300 siswa yang ikut UNAS yang lulus 270 siswa, sehingga

tantangannya adalah 30 siswa atau 10%.

2.5. Kendala-kendala Dalam Penerapan Manajemen Mutu Terpadu

Jim Clemer sebagaimana dikutip oleh Djamhuri (2001), merinci kendala dalam
menerapkan Manajemen Mutu Terpadu adalah:

 Lemahnya kepemimpinan dan delegasi wewenang manajemen

Manajeme Mutu Terpadu akan berjalan sesuai dengan sasaran yang

didinginkan jika pemimpin memiliki komitmen terhadap keterlibatan semua pihak.

Artinya Manajemen Mutu Terpadu tidak akan berhasil manakala hanya diserahkan

kepada tim tertentu yang ditunjuk oleh pimpinan, sementara pimpinan langsung

menyerahkan program Manajeme Mutu Terpadu tersebut kepada tim yang


ditunjuk. Dengan demikian pimpinan dapat mensosialisasikan perbaikan mutu

yang dilakukan oleh pimpinan.

 Mabuk tim

Model ini bukan satu-satunya, tetapi masih ada metode pengembangan

lainnya.

 Proses pengaturan yang tidak memadai

ProgramManajeme Mutu Terpadu harus mengilhami seluruh kegiatan. Bagi

sekolah, maka seluruh kegiatan akademik (proses belajar mengajar) harus

memperoleh perhatian dalam meningkatkan kualitasnya.

 Pemilihan pendekatan yang sempit dan dogmatik

Pendekatan yang sempit dan dogmatik tidak dapat secara fleksibel

memenuhi tuntutan perkembangan. Ini berarti ada kemandegan atau bahkan akan

terjadi proses status quo. Pendekatan yang sempit tidak akan memberikan

kesempatan bagi peningkatan Manajeme Mutu Terpadu. Manajeme Mutu Terpadu

berorientasi pada pelanggan. Pelanggan memiliki kepuasan yang selalu

berkembang. Oleh karenanya pendekatan dogmatik dan sempit tidak sesuai dengan

kepuasan pelanggan.

 Kurangnya dukungan sistem informasi dan alat ukur keberhasilan

Lembaga atau oragnisasi termasuk sekolah amat sulit untuk mengetahui

adanya peningkatan kualitas pelayanan di lembaganya, manakala tidak memiliki


data dasar. Oleh karena itu setiap lembaga harus memiliki data dasar dan tolok

ukur yang dicanangkan oleh lembaga yang bersangkutan.

2.6. Komponen Penting


Dalam Pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu

1. Peningkatan Pengembangan Profesionalisme Tenaga Pendidik dan Tenaga

Kependidikan.

Profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan merupakan salah

satu syarat utama dalam keberhasilan pengembangan manajemen mutu. Salah

satu alasan mengapa peningkatan profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan itu sangat penting, dipengaruhi oleh kemajuan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat. Sebagai seorang

professional, diharapkan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah

dapat memahami dan mengantisipasi kemajuan teknologi dalam proses kegiatan

pendidikan terutama pembelajaran di kelas.

Peningkatan kemampuan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dapat

dilakukan melalui:

1. Mengikut seratakan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan pada pelatihan

yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.


2. Sekolah perlu menyediakan buku atau referensi

3. Mendorong dan menfasilitasi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan untuk

melakukan tutorial sebaya misalnya melalui kegiatan KKG (Kelompok Kerja

Guru), mengikuti program penyetaraan atau program pelatihan terakreditasi.

4. Mengirimkan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan ke luar negeri sesuai

dengan tawaran yang diberikan oleh negara-negara donor.

5. Melakukan lomba karya ilmiah

6. Melakukan pengakuan dan penghargaan kepada yang berprestasi, kreatif atau

yang berhasil menemukan sesuatu di bidang pendidikan.

7. Mengadakan pertemuan berkala antar guru mata pelajaran sejenis antar

sekolah.

Pemberdayaan dan akuntabiitas guru dan administrator adalah syarat penting

dalam MMT. Guru-guru memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan

dengan berpartisipasi dalam perencanaan, pengembangan, monitoring, dan

meningkatkan program pengajaran di sekolah. Dalam MMT peran guru adalah

sebagai rekan kerja, pengambilan keputusan dan pengimplementasi program

pengajaran.
Agar para guru memiliki peran yang lebih besar dalam pengelolaan sekolah

maka perlu dilakukan pemberdayaan pengetahuan secara terpadu yang dimilki

oleh guru. Terdapat dua jenis pengetahuan yang penting untuk dimilki para

guru. Pertama, pengetahuan yang berkaitan dengan tanggung jawab partisipan

sekolah di dalam kerangka manajemen mutu, seperti pengetahuan tentang cara

mengorganisasi pertemuan-pertemuan, cara meraih konsesus, dan bagaimana

cara membuat anggraran. Kedua, berkaitan dengan pengajaran dan

perubahanperubahan program sekolah, diantaranya mencakup pengetahuan

tentang pengajaran, pembelajaran, dan kurikulum.

2. Menggali Sumber Dana

Sumber dana utama keuangan sekolah adalah pemerintah, orang tua, dan

masyarakat. Sekolah juga dapat mencari dana atau bantuan melalui berbagai

cara selain melalui iuran BP3, misalnya melalui penyewaan fasilitas,

pembayaran peserta didik, bantuan yayasan, dan gerakan pengumpulan dana.

Beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam rangka usaha pengumpulan

dana melalui: gerakan mencari donator, pengumpulan dana kecil-kecilan, beli

barang untuk dijual, penjualan hasil produksi sekolah, penjualan jasa, jasa

periklanan, penyewaan fasilitas sekolah, an menfassilitasi tempat

penyelenggaraan kompetensi.

3. Kepemimpinan dalam MMT


Kepemimpinan MMT merupakan suatu hal yang sangat terkait dengan

manajemen berbasis sekolah. kepemimpinan berkaitan dengan sekolah-sekolah

dalm meningkatkan kesempatan mengadakan pertemuan secara efektif dengan

para guru dalam situasi yang kondusif. Perilaku kepala sekolah harus dapat

mendorong kinerja para guru dan staf administrasi dengan menunjukkan rasa

bersahabat, dekat, dan penuh rasa pertimbangan.

Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok dalam

mengarahkan dan memotivasi individu untuk bekerja sama dalam kelompok

untuk mewujudkan tujuan organisasi. Kepala sekolah merupakan moto

penggerak, penentu arah kebijakan sekolah dalam mewujudkan tujuan sekolah,

kepala sekolah senantiasa dituntut untuk meningkatkan efektivitas kinerja.

Kinerja kepemimpina kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen mutu

adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh kepala sekolah

dalam mengimplementasikan manajemen mutu di sekolahnya untuk

mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Sehubungan dengan hal itu, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif

dalam manajemen mutu memiliki kriteria sebagai berikut:

 Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses

pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.


 Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan.

 Mampu menjalani hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga

dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan

sekolah.

 Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat

kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah.

 Bekerja dengan tim manajemen.

 Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan.

4. Proses pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan adalah seperangkat langkah yang diambil individu

atau kelompok dalam memecahkan masalah, atau proses memilih di antara

alternative-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.

Proses pengambilan keputusan yang rasional melalui enam langkah yaitu:

menetapkan masalah, mengidentifikasi kriteria, mengembangkan alternatif,

mengevaluasi alternative, dan memilih alternative terbaik. Adapun

langkahlangkah pemecahan maslah dan pengambilan keputusan adalah:


1. Mengidentifikasi masalah dan menentukan penyebabnya

2. Mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan memilih yang

terbaik

3. Melaksanakan keputusan dan menindaklanjutinya

4. Monitoring dan evaluasi

Monitoring merupakan sesuatu kegiatan yangdilakukan untuk mengawasi

atau memantau proses dan perkembangan pelaksanaan program pendidikan.

Melalui monitoring akan dapat diketahui apakah pelaksanaan program pendidikan

berjalan sesuai yang direncanakan, apa saja hambatan yang terjadi, dan bagaimana

mengatasi masalah yang terjadi.

Evaluasi merupakan suatu proses sistematis dalam mengumpulkan,

menganalisis dan menginterpretasikan informasi yang umumnya diperoleh melalui

pengukuran, untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu program.

2.7. Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu


Evaluasi dalam Manajemen Mutu Terpadu-MMT (Total Quality

Management-TQM) adalah sistem evaluasi yang dirancang, dikembangkan, dan

diselenggarakan secara komprehensif dan berkelanjutan, dengan secara optimal


memanfaatkan sumber daya sekolah guna meningkatkan dan menjamin mutu

keluaran, proses penyelenggaraan dan masukan sekolah.

Penyelenggaraan evaluasi manajemen berbasis sekolah misalnya, diharapkan

akan dapat diperoleh informasi yang akurat tentang efektivitas pembelajaran, untuk

digunakan dalam membuat keputusan-keputusan menyangkut siswa, memberikan

umpan balik kepada siswa mengenai kemajuan belajar, kelemahan, dan

keunggulannya, menentukan kesesuaian kurikulum, serta memberikan informasi

untuk pembuatan kebijakan.

Pelaksanaan evaluasi manajemen mutu berbasis sekolah merupakan upaya

untuk mengoptimalkan penyelenggaraan proses belajar mengajar, dalam

meningkatkan fungsi dan manfaat evalusi secara optimal. Melalui evaluasi

Manajemen Mutu terpadu-MMT yang dilakukan secara berkelanjutan

memungkinkan diketahuinya secara akurat mengenai kondisi setiap komponen

pendidikan di sekolah, meliputi guru, peserta didik, dan kepala sekolah, fasilitas

sekolah, keberhasilan dan kendala sekolah serta komponen-komponen lainnya.

Dengan keadaan demikian, keberhasilan dan kendala sekolah dalam

menyelenggarakan program pendidikan secara berkala dapat diketahui dan

digunakan sebagai umpan balik untuk melakukan penyempurnaanpenyempurnaan.


2.8. Karakteristik Evaluasi Dalam Manajemen Mutu Terpadu
Adapun karakteristik dalam evaluasi dalam manajemen mutu terpadu yaitu:

1. Evaluasi bersifat komprehensif antara lain mencakup semua ranah hasil

pendidikan (kognitif, afektif, psikomotor) secara proporsional.

2. Evaluasi dilakukan secara terpadu dengan kegiatan PBM dan berkelanjutan,

dapat membantu baik siswa maupun guru dalam menilai kesiapan belajar,

memantau kemajuan belajar, mendiagnosa kesulitan-kesulitan belajar dan menilai

keberhasilan proses belajar mengajar.

3. Evaluasi dikelola sekolah secara professional dan terpadu dengan

manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.

4. Kewenangan dan tanggung jawab sekolah yang bertanggung jawab

memanfaatkan semua sumber daya sekolah untuk menyelenggarakan evaluasi

secara sistematis untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan.

5. Berpusat pada siswa yaitu mengamati kegiatan dan kemajuan belajar siswa

serta membantu siswa untuk menguasai substansi pelajaran.

6. Otonomi guru, memiliki kewenangan penuh untuk merancang dan

melaksanakan evaluasi juga memiliki etika dan tanggung jawab.

BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) adalah filosofi dan sistem untuk

pengembangan secara terus menerus (continuous improvement) terhadap jasa atau

produk untuk memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Sistem

pengembangan secara terus menerus dan kepuasan pelanggan merupakan kalimat

yang selalu ada dalam setiap definisi yang dikemukakan pakar terhadap MMT.

Sistem pengembangan secara terus menerus menggambarkan bahwa MMT

memiliki titik tekan pada proses dan bekerja dengan mendasarkan pada sistem.

Karena itu, pendekatan MMT tidak hanya bersifat parsial, tetapi komperhensip

dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan produk yang

dihasilkan. Masalah kualitass juga tidak lagi dimaknai dan dipandang sebagai

masalah teknis, tetapi lebih berorientasi pada terwujudnya kepuasan konsumen atau

pelanggan. MMT juga melibatkan faktor fisik dan faktor non fisik, semisal budaya

organisasi, gaya kepemimpinan dan pengikut.

3.2. Saran
Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu dibutuhkan

saran yang sifatnya membangun, guna kesempurnaan dalam penulisannya.

DAFTAR PUSTAKA
Widodo, Suparno Eko. 2011. Manajemen Mutu Pendidikan. Jakarta: Ardadizya
Jaya. Sudiyono. 2004. Manajemen Pendidikan Tinggi. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai