Bahan Pratikum Kesmas II
Bahan Pratikum Kesmas II
Bahan Pratikum Kesmas II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yaitu perubahan bentuk tubuh yang melewati tahap telur, larva, pupa, dan imago
atau dewasa (Gambar 2.1). Nyamuk dewasa hidup di udara bebas, sedangkan
ketiga stadium lainnya hidup dan berkembang di dalam air (Anonimus, 2001).
Larva Instar II Larva Instar III
Larva Insar I
Telur
2.1.1 Telur
yang kering telur akan rusak dan mati (Anonimus, 2001). Kebiasaan nyamuk
meletakkan telur pada breeding place berbeda-beda tergantung dari jenis nyamuk
persatu atau bergerombol tetapi saling lepas. Telur Anopheles mempunyai alat
air dengan membentuk kumpulan telur tersebut menyerupai rakit sehingga mampu
pada dinding tempat penampungan air (container) yang jernih dan posisi telur
7
Skri Kepadatan Populasi Larva Aedes aegypti Phontas Anton
Pada Musim Hujan Di Kelurahan Petemon,
ADLN Perpustakaan Universitas
8
bergerombol. Telur yang diletakkan di dalam maupun di sekitar genangan air ini
akan menetas setelah satu atau dua hari kemudian (Nurmaini, 2003).
2.1.2 Larva
Setelah telur nyamuk menetas maka muncullah larva nyamuk yang dalam
dengan istilah instar I, instar II, instar III, dan instar IV. Waktu yang diperlukan
untuk pertumbuhan larva adalah 5 – 10 hari tergantung pada makanan, suhu, serta
spesies nyamuk. Selain itu pertumbuhan stadium larva ini juga dipengaruhi ada
atau tidaknya predator (Anonimus, 2001). Larva nyamuk Culex memiliki ciri-ciri
bentuk siphon langsing dan kecil yang terdapat pada abdomen terakhir, bentuk
comb tidak beraturan dan larva nyamuk Culex membentuk sudut di tumbuhan air
dan larva nyamuk Anopheles akan sejajar dipermukaan air kotor. Larva nyamuk
2.1.3 Pupa
Stadium pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam
air yang membutuhkan waktu antara 1 – 2 hari. Pada stadium pupa mulai dibentuk
alat-alat tubuh nyamuk dewasa. Selama stadium ini, pupa nyamuk tidak
pupa sangat sulit karena bentuk morfologi yang hampir sama satu sama lain,
biasanya pupa akan ditunggu hingga menjadi nyamuk dewasa dan kemudian
2.1.4 Imago
Setelah nyamuk melewati stadium pupa maka nyamuk akan memasuki stadium
imago. Pada tahap imago, kelompok nyamuk jantan akan terlebih dahulu keluar
dari kepompong dengan waktu yang hampir bersamaan kemudian disusul oleh
kelompok nyamuk betina. Nyamuk jantan akan tetap tinggal di sekitar breeding
place menunggu nyamuk betina keluar dari kepompong. Setelah nyamuk betina
keluar maka nyamuk jantan akan segera mengawininya. Selama hidupnya nyamuk
betina akan segera mencari darah untuk mematangkan telurnya (Nurmaini, 2003).
Nyamuk betina memiliki umur yang lebih panjang dari nyamuk jantan dan dapat
memiliki ciri-ciri palpi lebih pendek dari pada probocis, bentuk sayap simetris,
memiliki ciri-ciri bentuk tubuh kecil dan pendek serta antara palpi dan proboscis
Aedes aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan subtropis yang distribusinya
dibatasi oleh ketinggian. Nyamuk Aedes aegypti pada umumnya tidak ditemukan
pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 mdpl (meter diatas permukaan
ukuran yang lebih kecil dari ukuran nyamuk Culex. Ciri-ciri khususnya adalah
pada nyamuk Aedes aegypti dewasa ditemukan lyre form atau garis-garis putih
yang khas terdapat pada bagian abdomennya. Probosisnya hitam dengan palpi
yang pendek. Pada bagian thorax, yaitu pada bagian mesotomnya terdapat dua
garis lurus dan dua garis melengkung tebal di sisi thorax (Sigit, 2006). Gambar
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Hexapoda
Class : Insecta
Subclass : Pterygota
Order : Diptera
Family : Culicidae
Subfamily : Culicinae
Genus : Aedes
Keterangan:
1 mm 1 mm 1. Palpus
2. Probosis
1. 3. Lyre form (Garis
3. lengkung putih
2. pada lateral kanan
4.
dan kiri thorax)
4. Dua garis lurus
terbagi menjadi tiga bagian tubuh, yaitu kepala, thorax dan abdomen yang secara
keseluruhan bagian abdomen terbagi oleh 10 ruas-ruas tubuh tetapi ruas ke-9 dan
ke-10 sulit teramati. Pada bagian dorsal thorax juga dibagi lagi menjadi tiga ruas,
yaitu ruas pertama (protothorax), ruas kedua (mesothorax), dan ruas ketiga
(metathorax), namun batas antar ruas tersebut sulit teramati dengan perbesaran
mikroskop yang lemah, lihat Gambar 2.3. Pada ruas abdomen ke-8 terdapat alat
pernafasan yang disebut siphon yang berbentuk tonjolan gemuk pendek seperti
corong berwarna gelap dan alat pernafasan ini akan hilang saat larva telah
memasuki stadium pupa (Gambar 2.5). Selain itu pada ruas abdomen ke-8
terdapat duri-duri berbentuk garpu yang disebut comb teeth (Gambar 2.5). Kedua
Aedes aegypti adalah adanya siphon (corong udara) pada segmen kedelapan yang
berbentuk kerucut bulat dan pendek; pada segmen di abdomen tidak mempunyai
rambut berbentuk kipas (palmate hairs); pada siphon-nya terdapat pecten dan
sepasang rambut serta jumbai; pada setiap sisi abdomen ke delapan terdapat comb
teeth sebanyak 8 – 12. Bentuk dari setiap comb teeth seperti duri/garpu; pada sisi
thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan ada sepasang rambut
di kepala.
hingga mencapai stadium pupa terdapat 4 instar (tingkatan), yaitu instar I, instar
II, instar III, dan instar IV. Larva instar I merupakan larva paling awal yang
berukuran 1 – 2,4 mm, larva instar II berukuran 2,5 – 3,8 mm, larva instar III
berukuran 3,9 – 4 mm, dan larva instar IV mempunyai ukuran maksimal 5 mm.
1. Keterangan:
2.
1. Ruas ke-1
3.
2. Ruas ke-2
3. Ruas ke-3
1 mm
Gambar 2.3 Pembagian ruas pada thorax larva nyamuk Aedes aegypti
(Sumber : Richard, 2000 dalam Anonimus, 2009)
9. Keterangan:
8.
1. Ruas ke-1 11. Thorax
7. 2. Ruas ke-2 12. Kepala
6. 3. Ruas ke-3
5.
Ruas ke-9 dan
4. Ruas ke-4
4. ke-10 sulit
10. 5. Ruas ke-5
teramati
3.
6. Ruas ke-6
2
1.
7. Ruas ke-7
11. 8. Ruas ke-8
12. 9. Siphon
1 mm 10. Abdomen
Keterangan:
1.
1. Siphon
1 mm
2. 2. Comb teeth
Gambar 2.5 Comb teeth dan siphon pada larva Aedes aegypti
(Sumber: Koleksi pribadi)
1. Telur
Nyamuk Aedes aegypti menyukai breeding place di container dengan air yang
jernih yang tidak bersentuhan langsung dengan tanah dan lebih menyukai
container yang terdapat di dalam rumah daripada di luar rumah. Hal ini
dikarenakan di dalam rumah terlindung dari sinar matahari langsung dan memiliki
suhu yang relatif stabil. Telur yang dikeluarkan nyamuk ini sekali bertelur antara
300 – 700 butir (Lee, 1990). Telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk elips atau
(Soegijanto, 2006). Awal telur dikeluarkan berwarna putih dan setelah 30 menit
container (jika tidak bersudut akan diletakkan mengikuti permukaan air) yang
dekat dengan permukaan air. Telur nyamuk ini berukuran sekitar 50 mikrometer
yang akan menetas sekitar 75 jam dengan suhu udara antara 25 0C – 300C (Suroso,
2000).
2. Larva
Tubuh larva Aedes aegypti terdiri atas tiga bagian beruas-ruas tanpa kaki,
yaitu kepala, thorax, dan abdomen. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata
majemuk, tubuhnya langsing dan bergerak lincah, bersifat fototaksis negatif, dan
waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukaan
air dengan siphon berada di permukaan air dan kepala berada di bawah
(Soegijanto, 2006). Larva nyamuk Aedes aegypti biasa bergerak-gerak lincah dan
aktif, dengan gerakan-gerakan naik ke permukaan air dan turun kedasar container
di dasar container (Odum, 1993), oleh karena itu larva nyamuk Aedes aegypti
perkembangan larva ini adalah 250C – 300C (Kusnindar, 1990). Pada stadium ini
kelembapan udara. Dalam kondisi yang ideal stadium larva ini akan berlangsung
3. Pupa
Setelah larva instar IV berkembang maka larva nyamuk Aedes aegypti akan
berubah menjadi pupa yang berbentuk bulat gemuk dengan tubuh bengkok
menyerupai tanda baca koma. Pada bagian punggung daerah dada terdapat alat
pernafasan yang disebut terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat
pengayuh yang berguna untuk berenang. Pada saat istirahat tubuh pupa sejajar
dengan bidang permukaan air (Soegijanto, 2006). Untuk menjadi imago, pupa
membutuhkan udara yang cukup. Sama seperti tahapan pupa pada nyamuk lain
pada tahap ini mulai dibentuk alat-alat tubuh seperti sayap, kaki, alat kelamin, dan
bagian tubuh lainnya. Suhu untuk perkembangan pupa yang optimal adalah sekitar
4. Imago
Setelah pupa berkembang maka keluarlah nyamuk Aedes aegypti dewasa dari
kulit pembungkus pupa. Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran kecil bila
dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain, berwarna dasar hitam dengan bintik-
bintik putih pada bagian badan, kaki dan sayap. Pada bagian thorax bagian
thorax ini terdapat sepasang kaki depan, sepasang kaki tengah, dan sepasang kaki
belakang yang masing-masing terdiri atas coxae, trochanter, femur, tibia dan lima
tarsus yang berakhir sebagai cakar. Pada pembatas antara prothorax dan
terdiri atas sepuluh ruas dengan ruas terakhir menjadi alat kelamin. Pada nyamuk
betina alat kelamin disebut cerci sedang pada nyamuk jantan alat kelamin disebut
sedangkan nyamuk jantan menyukai cairan dari buah-buahan dan bunga sehingga
darah dan mulut pada nyamuk jantan tidak mampu menembus kulit manusia
nyamuk betina menghisap darah sampai telur dikeluarkan kurang lebih 3 – 4 hari
hidup selama sepuluh hari dan umur ini telah cukup bagi nyamuk ini untuk
tubuhnya (Soegijanto, 2006). Nyamuk ini dapat hidup dengan baik pada suhu
240C – 390C dan masih mampu hidup dalam suhu ekstrim (7 0C – 90C). Nyamuk
akan mati bila berada pada suhu dibawah 7 0C dalam 24 jam. Ukuran dan daur
hidup nyamuk Aedes aegypti secara ringkas diilustrasikan pada Gambar 2.6.
8-10 hari
Telur
3-4 hari
Imago Pupa Larva Instar IV
10-15 hari 2-3 hari 1 hari 5-6 mm
Keterangan: = Daur hidup nyamuk
= Lama waktu perkembangan nyamuk
aegypti terutama dengan bantuan manusia seperti ikut terbawa oleh alat
transportasi, mengingat jarak terbang rata-rata yang tidak terlalu jauh, yaitu
sekitar 40 – 100 meter. Meskipun jarak terbang nyamuk Aedes aegypti bisa
melebihi jarak tersebut namun jarang sekali dapat terbang sampai sejauh itu
karena tiga hal penting yang dibutuhkan untuk berkembang biak terdapat dalam
satu rumah, yaitu tempat perindukan (breeding place), tempat mendapatkan darah,
dan tempat istirahat. Keadaan tersebut yang menyebabkan Aedes aegypti bersifat
lebih menyukai aktif di dalam rumah, atau disebut endofilik (Sudarto, 1972).
nyamuk. Pada waktu terbang nyamuk memerlukan oksigen lebih banyak, dengan
demikian penguapan air dari tubuh nyamuk menjadi lebih besar. Untuk
mempertahankan cadangan air di dalam tubuh dari penguapan maka jarak terbang
nyamuk menjadi terbatas. Aktivitas dan jarak terbang nyamuk dipengaruhi oleh
faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi kondisi luar tubuh
faktor internal meliputi suhu tubuh nyamuk, keadaan energi dan perkembangan
otot nyamuk. Apabila ditemukan nyamuk dewasa pada jarak terbang mencapai 2
km dari tempat perindukannya, hal tersebut disebabkan oleh pengaruh angin atau
Nyamuk Aedes aegypti jantan yang lebih cepat menjadi nyamuk dewasa tidak
akan terbang terlalu jauh dari tempat perindukan untuk menunggu nyamuk betina
yang muncul untuk kemudian berkopulasi. Aedes aegypti bersifat antropofilik dan
hanya nyamuk betina saja yang menghisap darah. Nyamuk Aedes aegypti
menghisap darah baik di dalam maupun di luar rumah, biasanya pada pagi hari
pukul 08.00 – 11.00 WIB dan pada sore hari pukul 15.00 – 17.00 WIB. Sifat
sensitif dan mudah terganggu menyebabkan Aedes aegypti dapat menghisap darah
beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat (multiple halter), hal ini
(Sudarto, 1972).
Nyamuk Aedes aegypti memilih tempat perindukan (breeding place) pada air
dan eksofagik. Indofagik adalah nyamuk yang cenderung mencari darah dari
yaitu nyamuk yang menyukai darah manusia. Oleh karena itu, nyamuk Aedes
waktu siang hari, mulai menghisap darah pada pukul 08.00 – 11.00 dan pukul
15.00 – 17.00.
3. Perilaku istirahat
istirahat pada saat nyamuk masih aktif mencari darah. Setelah menghisap
setelah itu akan bertelur dan menghisap darah lagi. Tempat yang disenangi
tempat-tempat yang gelap, lembap dan sedikit angin. Nyamuk Aedes aegypti
biasa hinggap beristirahat pada baju-baju yang bergantungan atau pada benda-
cahaya yang rendah dan kelembapan yang tinggi merupakan kondisi yang baik
suatu wadah yang biasa disebut container (bukan genangan-genangan air tanah) seperti
tempayan, drum, bak air, WC/kamar mandi, tempat air minum burung piaraan, barang-
barang bekas, lubang-lubang di pohon, pelepah daun dan sebagainya (Sumadji, 1998).
Penyebaran nyamuk terjadi dengan dua cara, yaitu penyebaran aktif, bila nyamuk
pasif, bila nyamuk terbawa oleh angin atau kendaraan, jadi bukan oleh kekuatan
terbangnya sendiri.
biaknya. Adanya nyamuk jantan yang cukup banyak merupakan indikasi adanya
1. Suhu udara
temperatur sekitar 200C – 300C. Toleransi terhadap suhu tergantung pada spesies
nyamuk. Menurut WHO (1972) dalam Mardihusodo (1988) telur nyamuk tampak
telah mengalami pembentukan organ yang lengkap dalam waktu 72 jam dalam
temperatur udara 250C – 300C. Menurut Yotopranoto, et al., (1998) rata-rata suhu
nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10 0C atau lebih dari
400C.
2. Kelembapan udara
Selain suhu udara, kelembapan udara juga merupakan salah satu kondisi
Tempat penampungan air terutama dengan kondisi air yang jernih digunakan
air ini dibedakan lagi berdasarkan bahan tempat penampungan air (logam, plastik,
porselin, fiberglass, semen, tembikar, dan lain lain), warna tempat penampungan
air (putih, hijau, coklat, dan lain-lain), letak tempat penampungan air (di dalam
rumah atau di luar rumah), penutup tempat penampungan air (ada atau tidak ada),
pencahayaan pada tempat penampungan air (terang atau gelap) dan sebagainya
(Suroso, 2000).
4. Ketinggian tempat
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut tidak ditemukan nyamuk
Aedes aegypti karena suhu udara yang rendah (Sukamto, 2007) sehingga tidak
5. Curah hujan
6. Intensitas Cahaya
yang disukai nyamuk dewasa untuk beristirahat setelah menghisap darah maupun
Kota Surabaya bagian Timur. Kelurahan Petemon terdiri atas 18 RW, lokasi
kasus DBD yang selalu meningkat dari tahun 2008 hingga tahun 2010 (Tabel 2.1).
Pada tahun 2008 terjadi 24 kasus, tahun 2009 terjadi 38 kasus, tahun 2010 jumlah
memiliki rata-rata kejadian DBD yang tinggi adalah RW 9, 11, 15, 16, dan 18
(Anonimusb, 2011). Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.7. Keberadaan
Tabel 2.1 Kasus penderita DBD pada tahun 2008 – 2010 di Kelurahan Petemon,
Surabaya (Sumber: Anonimusb, 2011)
Tahun Rata-
No RW Total Pembulatan
2008 2009 2010 rata
1 I 0 0 0 0 0 0
2 II 0 1 3 4 1.3333 1
3 III 1 0 1 2 0.6667 1
4 IV 1 1 0 2 0.6667 1
5 V 1 0 2 3 1 1
6 VI 2 2 2 6 2 2
7 VII 0 0 0 0 0 0
8 VIII 0 1 3 4 1.3333 1
9 IX 5 4 5 14 4.6667 5
10 X 0 1 3 4 1.3333 1
11 XI 3 6 2 11 3.6667 4
12 XII 2 2 2 6 2 2
13 XIII 0 3 2 5 1.6667 2
14 XIV 0 2 3 5 1.6667 2
15 XV 1 5 5 11 3.6667 4
16 XVI 2 5 5 12 4 4
17 XVII 1 2 2 5 1.6667 2
18 XVIII 5 3 4 12 4 4
Jumlah 24 38 44 106 35.333 36