Qurry Mawaddana-Fkik
Qurry Mawaddana-Fkik
Qurry Mawaddana-Fkik
SKRIPSI
QURRY MAWADDANA
NIM : 1111102000019
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
QURRY MAWADDANA
NIM : 1111102000019
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Viabilitas Mikroenkapsulasi
Lactobacillus casei Menggunakan Matrik Natrium Alginat”.
Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas syarat
memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari, penyusunan skripsi ini tidak
akan selesai tanpa bantuan, dukungan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap yang
telah ikut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih penulis
sampaikan kepada:
1. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt dan Ibu Nelly Suryani, M.Si., Apt., Ph.D
sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu,
kesabaran, dan tenaga untuk membimbing, memberi masukan, memberi
ilmu, memberi nasihat, dan dukungan kepada penulis.
2. Dr. Arief Sumantri, SKM, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Yardi, Ph.D., Apt. selaku ketua Program Studi Farmasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan dosen pembimbing akademik Farmasi kelas A
tahun ajaran 2011.
4. Seluruh dosen di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu pengetahuan selama
penulis menempuh pendidikan.
5. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Musta’in Hidayat dan ibunda Siti
Khotimah yang tidak pernah lelah untuk memberikan doa, dukungan moril
maupun materil, cinta, kasih sayang, semangat, dan motivasi kepada penulis
dari kecil hingga saat ini.
viii
6. Adik-adik tersayang Barqi Azmi dan Hanifa Kholda, serta seluruh keluarga
besar atas semangat, dukungan, doa kepada penulis yang tidak pernah putus.
7. Sahabat-sahabat penulis Fathiyah, Puspita Muntiyarso, Ajeng P., Aditiya,
Fadel, Haykal, Qori Aini, Dana Yusshiammanti, Siti Ulfah Bilqis, Yulia
Nurbaiti, Santi Kurnia, Novila Tari, Sheren, Andin, Dinda atas
kebersamaan, persaudaraan, persahabatan, doa, semangat, dukungan, serta
selalu menemani dan mendengarkan penulis.
8. Teman seperjuangan penelitian Henny Pradikaningrum dan Gina Kholisoh
atas masukan, bantuan, kesabaran, dan semangat selama masa penelitian
hingga penyusunan skripsi.
9. Teman-teman penulis saat di bangku kuliah Khoirunnisa, Nurul, Herlina,
Mufidah, Firda, Rika, Nicky, Athiyah, Laila, Evi, Brasti, Meri, dan Titis
yang telah memberikan bantuan dan meramaikan masa perkuliahan penulis.
10. Teman-teman Farmasi 2011 khususnya Farmasi 2011 kelas AC atas
kebersamaan, serta berbagi suka dan duka selama perkuliahan.
11. Kak Lisna, Kak Tiwi, Kak Rahmadi, Mbak Rani, Kak Eris, Kak Yaenab,
Kak Walid dan laboran-laboran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
banyak membantu penulis selama penulis melakukan penelitian.
12. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian dan
penulisan skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu diperlukan kritik dan saran dari pembaca yang membangun demi
penyempurnaan skripsi ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
ilmu pengetahuan khususnya dunia kefarmasian.
Penulis
ix
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ORISINILITAS ....................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............ x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
DAFTAR ISTILAH .................................................................................... xvi
xi
2.13. Pengukuran Pertumbuhan Mikroorganisme.......................... 24
2.13.1 Pengukuran pertumbuhan mikroorganisme
secara langsung ......................................................... 24
2.13.2 Pengukuran pertumbuhan mikroorganisme
secara tidak langsung ................................................ 25
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Efek Bakteri Probiotik Pada Sistem Imun ............................ 6
Gambar 2.2 Skema Kerja Probiotik Pada Usus ........................................ 7
Gambar 2.3 Jalur Metabolisme Homofermentatif Bakteri ....................... 10
Gambar 2.4 Struktur Molekul Natrium Alginat ........................................ 14
Gambar 4.1 Hasil Pengamatan Mikroskopik L. casei ATCC 393 Pada
Perbesaran 100X ................................................................... 34
Gambar 4.2 Gambar Polimer Natrium Alginat Sebelum dan Setelah Terjadi
Ikatan Silang dengan CaCl 2 .................................................. 35
Gambar 4.3 Hasil Pengamatan MLN yang Dikeringkan 5 jam, 20 jam,
serta tanpa pengeringan. ........................................................ 38
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Beberapa Mikroorganisme yang Berperan Sebagai Probiotik .... 8
Tabel 2.2 Variasi Dosis Probiotik ............................................................... 21
Tabel 3.1 Formula Natrium Alginat pada Mikroenkapsulasi Lactobacillus casei
ATCC 393 Natrium Alginat (MLN) ........................................... 30
Tabel 4.1 Hasil Organoleptis, dan Ukuran MLN Sebelum Ditambahkan
Lactobacillus casei ATCC 393 ................................................... 36
Tabel 4.2 Hasil Organoleptis, Ukuran, dan Massa MLN Ditambahkan dengan
Suspensi Sakteri Lactobacillus casei ATCC 393 ....................... 36
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Viabilitas Lactobacillus casei ATCC 393
Terenkapsulasi pada Berbagai Konsentrasi Alginat ................... 39
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Viabilitas Lactobacillus casei ATCC 393
Terenkapsulasi pada Berbagai Konsentrasi Alginat Setelah
Diinkubasi pada Simulasi Cairan Asam Lambung ..................... 41
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Alur Penelitian ..................................................................... 52
Lampiran 2. Preparasi Alat dan Bahan ...................................................... 53
Lampiran 3. Media Perbenihan DeMan Rogosa Sharpe Agar .................. 54
Lampiran 4. Media Perbenihan DeMan Rogosa Sharpe Broth ................. 54
Lampiran 5. Sertifikat Analisa Lactobacillus casei ATCC 393 ............... 55
Lampiran 6. Sertifikat Analisa Natrium Alginat ....................................... 56
Lampiran 7. Sertifikat Analisa CaCl 2 ........................................................ 57
Lampiran 8. Gambar Koloni Bakteri yang Tumbuh pada MLN 2% ......... 58
Lampiran 9. Gambar Koloni Bakteri yang Tumbuh pada MLN 3% ......... 59
Lampiran 10. Gambar Koloni Bakteri yang Tumbuh pada MLN 4% ......... 60
Lampiran 11. Gambar Koloni Bakteri yang Tumbuh pada MLN 2% Setelah
Simulasi Cairan Asam Lambung .......................................... 61
Lampiran 12. Gambar Koloni Bakteri yang Tumbuh pada MLN 3% Setelah
Simulasi Cairan Asam Lambung .......................................... 62
Lampiran 13. Gambar Koloni Bakteri yang Tumbuh pada MLN 4% Setelah
Simulasi Cairan Asam Lambung .......................................... 63
Lampiran 14. Perhitungan TPC (Total Plate Count) Suspensi Bakteri ....... 64
Lampiran 15. Gambar Hasil Mikroenkapsulasi Bakteri Lactobacillus casei
ATCC 393 Natrium Alginat .................................................. 65
Lampiran 16. Gambar Hasil MLN Setelah Uji Simulasi Cairan Asam
Lambung ............................................................................... 65
Lampiran 17. Tabel Hasil Diameter Konsentrasi MLN Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan Bakteri L. casei dengan paired sample t-test . 66
Lampiran 18. Hasil Analisa Data Diameter Ketiga Konsentrasi MLN Setelah
Ditambahkan Bakteri dengan Metode One Way Repeatd Measures
Anova..................................................................................... 67
Lampiran 19. Alat dan Bahan yang Digunakan Dalam Penelitian .............. 68
Lampiran 20. Hasil Pengukuran Efisiensi dan Viabilitas Terenkapsulasi Matrik
Natrium Alginat .................................................................... 69
Lampiran 21. Perhitungan Persentase Penurunan Viabilitas Bakteri Lactobacillus
casei ATCC 393 Sebelum dan Setelah Simulasi Cairan Asam
Lambung ............................................................................... 69
xv
DAFTAR ISTILAH
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
besar dibandingkan dalam bentuk serbuk. Oleh karena itu, perlu dibuat dalam
bentuk sediaan padat (Yulinery, 2012). Selain itu, produk suplemen probiotik
dalam bentuk padat, beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan. Menurut
Euromonitor International analyst Ewa Hudson pada kongres Probiota yang
diselenggarakan di Amsterdam tahun 2014, pemasaran probiotik dalam bentuk
yoghurt di pasar Eropa mengalami penurunan 4,5% dalam lima tahun terakhir
namun penurunan ini sebanding dengan peningkatan sebesar 5% pada pemasaran
probiotik dalam bentuk suplemen atau padat (Starling, 2014).
Berdasarkan masalah diatas, produk probiotik dapat digunakan dengan
cara enkapsulasi bakteri. Enkapsulasi bakteri juga merupakan suatu cara yang
dapat melindungi dan membawa mikroorganisme sampai ke usus (Solanki dkk,
2013). Mikroenkapsulasi dengan bead hidrokoloid telah di uji dapat
meningkatkan viabilitas probiotik di dalam makanan dan saat di saluran
pencernaan (Krasaekoopt, Bhandari, dan Deeth, 2003; Mandal, 2006).
Mikroenkapsulasi membantu ketidakstabilan inti di lingkungan, meningkatkan
stabilitas, dan memperpanjang umur simpan inti (Kailasapathy, 2002).
Alginat merupakan bahan yang sering digunakan pada enkapsulasi
probiotik. Bead alginat telah diuji dapat meningkatkan ketahanan hidup probiotik
80-95% (Sheu dan Marshall, 1993). Alginat juga dapat diterima dan aman bagi
makanan (Dinakar and Mistry, 1994; Sheu dan Marshall, 1993). Alginat yang
digunakan adalah bentuk garam, natrium alginat, dan melakukan pautan silang
(crosslink) dengan ion kalsium untuk membentuk reaksi yang terkontrol, yaitu
bentuk gel. Setelah membentuk gel antara natrium alginat dan pautan silang
kalsium, mikropartikel alginat akan terbentuk (Xie, 2001). Pada penelitian
sebelumnya, telah terbukti bahwa mikroenkapsulasi dengan pautan silang natrium
alginat dengan kalsium klorida sebagai penyalut dapat digunakan untuk
mempertahankan viabilitas Lactobacillus acidophilus dalam asam lambung
sebesar 90% dari populasi sel, sehingga sel bakteri dapat mencapai usus halus
(Adlia, 2008). Penelitian di Universitas Sumatera Utara juga menyebutkan bahwa
cangkang kapsul yang terbuat dari alginat tidak akan pecah dalam cairan lambung
buatan (pH 1,2) dan kapsul akan pecah dan mengembang dalam cairan usus
buatan (pH 4,5 dan pH 6,8) (Ginting, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh S. Mandal, A.K. Puniya, dan K. Singh pada
tahun 2005 menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi alginat, yaitu pada
konsentrasi 2%, 3%, dan 4%, memiliki dampak positif terhadap efek ketahanan
hidup probiotik L. casei pada kondisi simulasi sistem pencernaan dan proses
pemanasan dengan metode emulsi (Mandal, 2006). Tidak hanya metode emulsi,
preparasi bead alginat sebagai matrik bakteri, dapat dilakukan dengan cara
ekstrusi (Mortazavian A, dkk, 2007).
Penggunaan ekstrusi sebagai metode enkapsulasi bakteri memiliki
beberapa keuntungan, diantaranya metode ekstrusi merupakan metode yang
mudah dan murah dalam pengoperasian, memberikan viabilitas yang tinggi pada
bakteri, dan tidak merusak sel probiotik seperti halnya ketika menggunakan teknik
spray-drying (Solanki dkk, 2013).
1.4 Manfaat
Memberikan informasi tentang konsentrasi natrium alginat yang optimal
yang dapat mempertahankan kelangsungan hidup bakteri Lactobacillus casei
ATCC 393 dengan metode ekstrusi di dalam cairan asam lambung.
2.1 Sejarah
Sejarah probiotik tidak terlepas dari gagasan revolusioner Louis Pasteur
yang menyatakan bahwa mikroba merupakan agen penting penyebab penyakit
pada manusia yang membawa pola pikir masayarakat dengan menemukan
pencegahan dan pengobatan dengan membuat antiseptik, vaksin, dan antibiotik
(Michail, 2009). Kemudian murid dari Louis Pasteur, Elie Metchnikoff,
menemukan bahwa penggembala Kaukasian memiliki rata-rata usia hidup yang
lebih lama dibandingkan penduduk di Paris dan Amerika. Dia berpendapat bahwa
usia panjang pada penggembala Kaukasian tersebut karena susu fermentasi yang
mereka konsumsi yang terdiri atas mikroorganisme yang “baik” dan “tidak mudah
mengalami pembusukan”. Dalam bukunya “The prolongation of life” (1907-1908)
Metchnikoff menyatakan bahwa tidak semua mikroorganisme merusak kesehatan
manusia dan bahwa mikroba di usus bergantung pada makanan yang mengubah
sifat mikroba menjadi bermanfaat (Malago, 2011).
Pada tahun 1925, produk “yogurt” terjual dipasaran (Malago, 2011).
Kemudian tahun 1930 peneliti Jepang, Minoru Shirota mengisolasi bakteri asam
laktat dari feses bayi sehat. Lima tahun berikutnya, salah satu produk minuman
fermentasi susu yang menunjang kesehatan pencernaan diproduksi dengan nama
“Yakult” yang sukses beredar di pasar Asia selama beberapa tahun. Sekarang ini
banyak produk makanan probiotik yang mengandung Bifidobacillus dan/atau
Lactobacillus dikonsumsi jutaan warga di dunia (Goktepe, 2006).
2.2 Probiotik
Probiotik berasal dari bahasa Yunani yang berarti hidup. Probiotik
didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup, yang jika diberikan atau dikonsumsi
dalam jumlah tertentu akan memberikan manfaat kepada inang (FAO/WHO,
2001). Probiotik merupakan suplemen makanan yang mengandung mikroba hidup
dan bermanfaat bagi kesehatan konsumen dengan cara mempertahankan atau
memperbaiki keseimbangan mikroba dalam usus (Saarela, 2000). Istilah probiotik
Melalui reseptor TLR (Toll Like Receptor), sel dendrit, dan sel T,
probiotik akan mengurangi sekresi TH1 (limfosit yang terlibat dalam
respon imun ditingkatkan), IL12 (interleukin, diproduksi oleh sel
dendrit), TNFα (merangsang sitokin), dan IFN-γ (sitokin yang penting
dalam imunitas). Mekanisme modulasi imun ini antara bakteri
probiotik akan berbeda (Neish dkk., 2000). Karakteristik probiotik
mempengaruhi sistem imun dan memiliki sifat imunomodulator yang
berbeda tiap bakteri. Probiotik dapat mempengaruhi sistem imun
dengan metabolit yang berbeda, komponen sel, dan DNA yang berbeda
(Corcionivoschi dkk, 2010).
2. Menghambat bakteri patogen. Bakteri probiotik akan menghambat
bakteri patogen dengan berbagai cara: menghambat bakteri dengan
memproduksi zat dan bersaing dengan bakteri patogen dan toksin pada
epitel usus, meningkatkan kekebalam tubuh, dan modulasi patogen
Bakteri probiotik (B) akan mengikat patogen (C) dalam jaringan epitel
usus (A). Selanjutnya, akan diproduksi asam laktat (D) yang
menurunkan pH, berinteraksi dengan toksin yang dikeluarkan bakteri
patogen (E). Penurunan pH tersebut diikuti dengan produksi hidrogen
peroksida (F) dan sintesis bakteriosin (G). Produksi bakteriosin ini
akan meningkatkan kemampuan bakteri probiotik untuk menempel
pada mukosa usus (Corcionivoschi dkk, 2010).
Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri Gram positif berbentuk
kokus atau batang, tidak membentuk spora, suhu optimum ± 40oC, pada umumnya
tidak motil, bersifat anaerob, katalase negatif dan oksidase positif, dengan asam
laktat sebagai produk utama fermentasi karbohidrat. Sifat-sifat khusus bakteri
asam laktat adalah mampu tumbuh pada kadar gula, alkohol, dan garam yang
tinggi, mampu memfermentasikan monosakarida dan disakarida (Syahrurahman,
1994).
Beberapa strain (BAL) berpotensi sebagai agen probiotik dan genus yang
paling sering digunakan adalah Bifidobacterium dan Lactobacillus.
Fruktosa Glukosa
ATP ATP
ADP ADP
Glukosa-6-fosfat
Fruktosa-6-fosfat
ATP
ADP
2 Gliseraldehid-3-fosfat
2 Pi
2 NAD+ 4 ATP
2 NADH 4 ADP
2-piruvat
2 NAD+ 4 ATP
2 NADH 4 ADP
2-Laktat
2.6 Enkapsulasi
Enkapsulasi merupakan suatu cara untuk melindungi bakteri dari faktor-
faktor lingkungan yang berbahaya bagi bakteri tersebut. Tujuan dari enkapsulasi
adalah untuk membuat lingkungan dimana bakteri akan bertahan selama proses,
penyimpanan, dan keluar pada tempat yang tepat (misalnya, usus kecil) dalam
saluran pencernaan. Keuntungan dari enkapsulasi adalah melindungi bakteri dari
pH lambung yang rendah yang telah teruji di beberapa penelitian serta sebagai
basis produk seperti olahan susu (Chávarri dkk, 2012). Enkapsulasi merupakan
proses fisikokimia atau mekanik untuk melapisi suatu bahan.
2.7 Mikroenkapsulasi
Mikroenkapsulasi merupakan teknik penjerapan sel-sel mikroorganisme
dengan melapiskannya pada hidrokoloid yang tepat untuk memisahkan sel-sel dari
lingkungan. Salah satu prinsip metode mikroenkapsulasi probiotik adalah struktur
microbead (Mortazavian dkk, 2007). Mikrokapsul yang terbentuk dapat berupa
partikel tunggal atau membentuk agregat yang biasanya memiliki rentang ukuran
partikel antara 5-5000 μm. Ukuran tersebut bervariasi tergantung metode dan
ukuran bahan inti yang digunakan (Benita, 1996).
Keuntungan mikroenkapsulasi adalah mikroenkapsulasi terdiri atas
membran yang semipermeabel, bulat (melingkar), tipis, dan kuat sehingga sel
bakteri dapat tertahan dengan mikroenkapsulasi. Jika dibandingkan dengan
penjerapan matriks, mikroenkapsulasi tidak ada inti padat pada mikrokapsul dan
diameter yang kecil membantu menurunkan keterbatasan perpindahan massa sel.
Nutrisi dan metabolit akan mudah menyebar melewati membran semipermeabel.
Membran akan mengeluarkan sel dan menurunkan kontaminasi (Kailasapathy,
2002).
Teknik yang paling sering digunakan untuk mikroenkapsulasi probiotik
adalah emulsi, ekstrusi, dan semprot kering. Enkapsulasi merupakan proses,
secara fisikokimia atau mekanik, penjerapan bahan dalam material untuk
memproduksi partikel yang berukuran nanometer sampai milimeter (Chen and
Chen, 2007).
Natrium alginat digunakan pada berbagai sediaan oral dan topikal. Pada
sediaan tablet, natrium alginat digunakan sebagai pengikat dan disintegran. Pada
sediaan topikal, natrium alginat digunakan sebagai agen suspensi dalam pasta,
krim, dan gel, serta agen penstabil emulsi minyak dalam air. Saat ini, natrium
alginat juga digunakan untuk bahan mikroenkapsulasi obat, dan juga digunakan
pada sediaan nanopartikel (Rowe, 2009).
Kelarutan natrium alginat, di antaranya praktis tidak larut etanol (95%),
eter, kloroform, dan etanol yang dicampur air. Praktis tidak larut dalam pelarut
organik dan larutan asam, dengan pH dibawah 3. Larut dalam air namun perlahan-
lahan memebentuk larutan koloid (Rowe, 2009).
Viskositas dari natrium alginate adalah 1% b/v larutan pada suhu 20oC
akan memiliki viskositas 20-400 cP. Viskositas bergantung pada konsentrasi, pH,
suhu, atau adanya ion logam (Rowe, 2009).
Natrium alginat merupakan zat higroskopis meskipun stabil jika disimpan
pada kelembaban yang rendah, dan suhu yang sejuk. Larutan natrium alginat lebih
stabil pada pH 4-10. Dibawah pH 3, asam alginat akan mengendap. Larutan
natrium alginat tidak boleh disimpan pada kemasan logam (Rowe, 2009).
Natrium alginat tidak cocok dengan derivat akridin, Kristal violet,
fenilmerukurat asetat dan nitrat, garam kalsium, logam berat, dan etanol dengan
konsentrasi lebih dari 5%. Konsentrasi elektrolit yang rendah menyebabkan
peningkatan viskositas namun konsentrasi elektrolit yang tinggi menyebabkan
salting-out/ pengendapan sodium alginat (Rowe, 2009).
2.8.3 k-Karagenan
Merupakan polimer alam yang sering digunakan dalam produk makanan.
Teknologi yang harus digunakan saat pemakaian polimer ini adalah pemanasan
pada suhu 40oC sampai 50oC ketika sel ditambahkan pada larutan polimer. Proses
pendinginan pada suhu ruang dapat membentuk gel dan mikropartikel akan stabil
dengan penambahan ion potasium.
Kelemahan dari k-karagenan adalah membentuk gel yang rapuh dan tidak
tahan terhadap tekanan (Burgain, 2011).
2.8.4 Kitosan
Merupakan polisakarida linear yang tersusun atas glukosamin. Kitosan
memiliki kelemahan, di antaranya tidak efektif untuk menjaga viabilitas sel
dengan cara enkapsulasi namun lebih sering digunakan sebagai pelapis. Selain itu,
kelemahan kitosan adalah dapat menghambat efek bakteri asam laktat (Burgain,
2011).
2.8.5 Pati
Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas sejumlah glukosa yang
tergabung dalam ikatan glukosidat. Pati terdiri atas amilosa, polimer linear D-
glukopiranosa yang berada dalam ikatan α-1-4 glukosidat dan ikatan α-1-6
glukosidat. Pati yang tidak dicerna oleh enzim pankreas (amilase) didapatkan dari
kolon yang difermentasi. Hal tersebut yang menjadikan pati baik dalam
mengeluarkan sel bakteri pada usus besar (Burgain, 2011).
2.8.6 Gelatin
Gelatin merupakan gom protein yang dapat membuat gel yang
termoreversibel dan digunakan sebagai enkapsulasi bakteri, dalam bentuk tunggal
atau kombinasi dengan bahan lain. Karena gelatin merupakan amfoterik alami,
gelatin digunakan kombinasi bersama polisakarida anionik seperti gom gellan.
Hidrokoloid tersebut larut dalam pH lebih dari 6 karena mereka membawa jarring-
jaring bersifat negatif dan akan terjadi gaya tolak-menolak diantara mereka
(Burgain, 2011).
2. Penyalutan Enkapsulat.
Penyalutan merupakan cara efisien untuk meningkatkan karakteristik
fisikokimia, dan meningkatkan kekuatan mekanik. Penyalutan CaCl 2 pada
enkapsulat alginat dapat meningkatkan kekuatan bead (Chandramouli dkk,
2004).
hati dan distribusi kolesterol dalam plasma dan hati. Akibat kekurangan
asam empedu ini maka Lactobacillus acidophillus akan memetabolisme
kolesterol dalam darah menjadi asam empedu sehingga menurunkan
konsentrasi kolesterol darah (Yulinery et al, 2006 dalam Utami, 2013).
9. Intoleransi Laktosa
Probiotik sebagai bakteri asam laktat secara aktif merubah laktosa
menjadi asam laktat. Oleh karena itu probiotik dapat memperbaiki
pencernaan laktosa dengan mengurangi gejala intoleransi dan
memperlambat waktu transit makanan. Pemberian probiotik juga dapat
meningkatkan enzim laktase di lumen usus sehingga memfasilitasi proses
pencernaan dan memperbaiki intoleransi (Simadibrata, 2011 dalam Utami,
2013).
10. Bakteri Vaginosis
Ada beberapa penelitian klinik menunjukkan bahwa pemberian oral
dan vaginal laktobacilus dapat membasmi asimtomatik dan gejala bakteri
vaginosis. Sediaan oral Lactobacillus acidophilus dan yogurt telah
digunakan dalam pencegahan dan terapi vaginitis kandidiasis). Di duga
karena bakteri probiotik menghasilkan hidrogen peroksida yang mampu
membunuh bakteri penyebab vaginosis (WHO, 2002 dalam Utami, 2013).
Pencegahan diare L.casei DN-114 001 dalam susu 1010 cfu/g 2x sehari
yang disebabkan fermentasi dengan L. Bulgaricus
C. difficile pada dan S.thermophilus
dewasa L.acidophilus + B. Bifidum 2 x1010 cfu 1x sehari
S.cerevisiae (boulardii) Iyo 2x1010 cfu per hari
oligofruktosa 4 g 3x sehari
Pencegahan dan V8L#3 dicampur dalam 8 strain (1 4,5 X 1011 cfu 2x sehari
pemulihan S. thermophilus, 4 Lactobacillus,
pouchitis 3 Bifidobacterium)
(colony forming unit) dengan cara membuat seri pengenceran sampel dan
menumbuhkan sampel pada media padat. Pengukuran dilakukan pada
plate dengan jumlah koloni berkisar 25-250 atau 30-300. Keuntungan:
sederhana, mudah, dan sensitif karena menggunakan colony counter
sebagai alat hitung dan dapat digunakan untuk menghitung
mikroorganisme pada sampel makanan, air, ataupun tanah. Kerugian:
harus digunakan media yang sesuai dan perhitungannya yang kurang
akurat karena satu koloni tidak selalu berasal dari satu individu sel
(Pratiwi, 2008).
3.2.2 Bahan
Mikroorganisme yang digunakan adalah Lactobacillus casei ATCC 393
yang didapatkan dari PT. DIPA Pharmalab Intersains. Bahan kimia yang
digunakan, yaitu: Natrium alginat yang diproduksi oleh Shadong Bio-Technologi
dengan spesifikasi terlampir pada lampiran 6, CaCl 2 , medium MRS agar (Oxoid,
Inggris), medium MRS broth (Oxoid, Inggris), buffer fosfat, HCl, NaCl 0,9%
(Otsuka, Jepang), dan akuadestilasi.
Koloni/ml =
Koloni/gram =
Gambar 4.1 Hasil Pengamatan Mikroskopik Lactobacillus casei ATCC 393 pada
Perbesaran 100X.
(A)
(B)
Gambar 4.2 Polimer Natrium Alginat Sebelum (A) dan Setelah (B) Terjadi
Ikatan Silang dengan CaCl 2 .
(Sumber: Waldman, dkk, 1998 dalam Royal Society of Chemistry)
Tabel 4.2. Hasil Organoleptis, Ukuran, dan Massa MLN Ditambahkan dengan
Suspensi Bakteri Lactobacillus casei ATCC 393
Konsentrasi Pengamatan Organoleptis Rata-rata Massa
Natrium Ukuran MLN MLN
Alginat Bentuk Warna Bau (mm) (gram)
2% oval Putih keruh amis laut 0,8754 27,630
3% bulat Putih keruh amis laut 1,0521 33,511
4% bulat Putih keruh amis laut 1,4989 48,298
Secara fisik, bentuk MLN dapat diperlihatkan dalam tabel 4.1 dimana
ketiga konsentrasi natrium alginat tanpa bakteri Lactobacillus casei ATCC 393
memiliki bentuk, warna, dan bau yang sama. Hasil pengamatan organoleptis pada
enkapsulasi bakteri Lactobacillus casei ATCC 393 setelah ditambahkan sel
bakteri dapat dilihat pada tabel 4.2, bentuk yang dihasilkan MLN adalah oval
hingga bulat dan berwarna putih keruh (Lampiran 15). Rata-rata ukuran dari
setiap konsentrasi enkapsulasi bakteri Lactobacillus casei ATCC 393 berkisar
antara 0,8-1,4 mm. Hasil ukuran diameter ini lebih kecil dibandingkan dengan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
hasil diameter penelitian yang dilakukan Prevost, Divies, and Rousseau (1985)
and Prevost and Divies (1987, 1988), yaitu 2,5 mm (Krasaekoopt, 2004) namun
lebih besar dari hasil ukuran diameter enkapsulasi yang dilakukan oleh Anal dan
Singh, 2007, yaitu 1-4 μm (Sandoval-Castilla dkk, 2009). Besar kecilnya ukuran
diameter mikroenkapsulasi berpengaruh pada kemampuan matrik melindungi
bakteri yang ada didalamnya. Ukuran enkapsulasi yang lebih besar (2-4 mm)
dengan teknik ekstrusi pada penelitian Muthukumarasamy, dkk dapat lebih
melindungi bakteri Lactobacillus reuteri dibandingkan dengan ukuran enkapsulasi
20-1000 μm (Sandoval-Castilla dkk, 2009).
Hasil analisis varian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
(p<0,05) antara diameter ketiga konsentrasi natrium alginat sesudah ditambahkan
bakteri Lactobacillus casei ATCC 393 seperti yang ditunjukkan pada lampiran 18.
Diameter ukuran MLN dipengaruhi oleh konsentrasi natrium alginat, semakin
besar konsentrasi natrium alginat akan semakin besar diameter MLN yang
dihasilkan. Hal ini disebabkan komposisi biopolimer yang digunakan dalam
proses enkapsulasi akan mempengaruhi diameter dan bentuk MLN yang
dihasilkan (Castilla, dkk. 2010). Berdasarkan literatur menyatakan bahwa semakin
besar konsentrasi alginat yang digunakan, mikrokapsul akan menjadi lebih besar
karena alginat yang menyelimuti zat inti semakin tebal (Sutriyo, 2004 dalam
Rosdinawati, 2009).
Diameter rata-rata pada masing-masing konsentrasi MLN 2%, 3% dan 4%
sebelum dan sesudah ditambahkan suspensi bakteri Lactobacillus casei ATCC
393 menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) seperti yang telihat pada
lampiran 17. Perbedaan ukuran diameter ini dapat disebabkan oleh jarak tetes saat
melakukan pencampuran bakteri yang telah tercampur matrik natrium alginat
dengan CaCl 2 (Krasaekoopt dkk, 2003). Alasan lain mengenai perbedaan ukuran
diameter ini, menurut penelitian Krasaekoopt dkk, beads kalsium alginat yang
dihasilkan dengan metode ekstrusi tergantung pada nilai viskositas, dan jarak
tetes.
Setelah MLN terbentuk, proses yang seharusnya dilakukan adalah
pengeringan. Pengeringan dapat meningkatkan stabilitas kultur bakteri dalam
enkapsulasi dalam waktu penyimpan yang lama, namun proses pengeringan juga
dapat menyebabkan kerusakan pada mikrobead, sel bakteri yang keluar dari
matrik, sehingga mengurangi viabilitas sel bakteri tersebut. Proses pengeringan
enkapsulasi probiotik dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya semprot
kering, pembekuan kering (Solanki, 2013).
Gambar 4.3 Hasil Pengamatan MLN yang Dikeringkan 5 jam (A) dan 20 jam (B)
serta Tanpa Pengeringan (C).
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan nilai viabilitas sel bakteri Lactobacillus casei ATCC 393
pada enkapsulasi matrik natrium alginat dengan tiga konsentrasi, yaitu 2%,
3%, dan 4% disimpulkan bahwa Lactobacillus casei ATCC 393 dalam
matrik dengan nilai viabilitas: 1,01 x 107 koloni/gram untuk konsentrasi
4%, 3,08 x 106 koloni/gram untuk konsentrasi 2%, dan 7,41 x 104
koloni/gram untuk konsentrasi 3%.
2. Setelah diinkubasi dalam simulasi cairan asam lambung, matrik natrium
alginat 4% masih dapat mempertahankan sel bakteri Lactobacillus casei
ATCC 393 dengan jumlah sel, yaitu 4,5 x 103 koloni/gram meskipun
mengalami penurunan viabilitas sel sebesar 99,96% dari sebelum
diinkubasi. Kedua konsentrasi lainnya, yaitu 2% dan 3% belum mampu
mempertahankan sel bakteri Lactobacillus casei ATCC 393 dalam cairan
simulasi asam lambung.
5.2. Saran
Pada penelitian selanjutnya, saran dari penulis diantaranya:
1. Perlu dibuat suspensi bakteri yang lebih pekat sebelum dilakukan
enkapsulasi sehingga kepadatan sel bakteri bertambah.
2. Perlu dilakukan optimasi metode pengeringan enkapsulasi sehingga
menghasilkan ukuran mikroenkapsulasi.
3. Perlu dilakukan optimasi metode dan penambahan penyalut yang optimum
sehingga menghasilkan mikroenkapsulasi dengan efisiensi penjerapan
yang lebih baik lagi dan dapat mempertahankan jumlah sel bakteri
Lactobacillus casei di dalam asam lambung.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Abida, Shah Ali Ul Qader, Aliya Raiz, Samina Iqbal, dan Abid Azhar.
2009. Calcium Alginate: a support material for immobilization of
proteases from newly isolated strain of Bacillus subtilis KIBGE-HAS.
World Applied Sciences Journal 7 (10): 1281-1286.
Betha, Ofa Suzanti. 2014. Uji Aktivitas Enzim Protease dari Bakteri Amobil
Bacillus licheniformis F11.4. JML Vol. 11 No.1: 98-101.
Breed, Robert S., dkk. 1957. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology 7th
edition. US: The Williams & Wilkins Company.
Castilla OS, Calleros CL, Galindo HSG, Ramirez JA, dan Carter EJV. 2010.
Textural properties of alginate-pectin MLN and survivability of entrapped
Lb. casei in simulated gastrointestinal condition and in yoghurt. Food
Research International 43: 111 – 117.
Chávarri, M., Izaskun Marañón dan María Carmen Villarán. 2012. Encapsulation
technology to protect probiotic bacteria. In Probiotics Chapter 23 InTech
DOI: 10.5772/50046.
Chávarri, M., Marañón, I., Ares, R., Ibáñez, F.C., Marzo, F., Villarán, M.D.C.,
2010. Microencapsulation of a probiotic and prebiotic in alginate–chitosan
capsules improves survival in simulated gastro-intestinal conditions.
International Journal of Food Microbiology 142 (1–2): 185–189.
Collin dan Lyne’s. 2004. Microbiological Methods 8th edition. Arnold, a member
of the Hodder Headline Group, 338 Euston Road, London NW1 3BH
Corcionivoschi, N, Dan Drinceanu, Lavinia Stef, Ioan Luca, Calin Julean, Dr.
Oana Mingyart. 2010. Probiotics-Identification and ways of action.
Innovative Romanian Food Biotechnology Vol. 6: 1-11.
Falk, P.G., Hooper, L.V., Midtvedt, T. and Gordon, J.I. 1998. Creating and
maintaining the gastrointestinal ecosystem: what we know and need to
know from gnotobiology. Microbiol Mol Biol Rev. 62: 1157-1170.
Food and Agriculture Organisation of the United Nations and World Health
Organization. 2001. Health and Nutrition Properties of Probiotics in Food
including Powder Milk with Live Lactic Acid Bacteria. Report of a joint
FAO/WHO Expert Concultation on Evaluation of Health and Nutrition
Properties of Probiotics in Food including Powder Milk with Live Lactic
Acid Bacteria. World Health Organization.
Goktepe, Ipek. 2006. Probiotics in Food Safety and Human Health. USA: CRC
Press.
Harmayani, Erni, Ngatirah, Endang S. Rahayu, dan Tyas Utami. 2001. Ketahanan
dan viabilitas probiotik bakteri asam laktat selama proses pembuatan
kultur kering dengan metode freeze dan spray drying. Jurnal Teknologi
dan Industri Pangan Vol. XII No. 2: 126-132.
Holzapfel, W.H., Haberer, P., Geisen, R., Björkroth, J., Schillinger, U., 2001.
Taxonomy and important features of probiotic microorganisms in food and
nutrition. American Journal of Clinical Nutrition Vol. 73 (2 Suppl.): 365S–
373S.
Islam, Mohammad Ariful, Cheol-Heui Yun, Yun-Jaie Choi, Chong-Su Cho. 2010.
Microencapsulation of live probiotic bacteria. J. Microbiol. Biotechnol.
Vol. 20 (10): 1367-1377.
Kourkoutas, Y., Bosnea, L., Taboukos, S., Baras, C., Lambrou, D., & Kanellaki,
M. (2006). Probiotic cheese production using Lactobacillus casei cells
immobilized on fruit pieces. Journal of Dairy Science, 89: 1431-1451.
Krasaekoopt, W., Bhandari, B., & Deeth, H. 2004. The influence of coating
materials on some properties of alginate MLN and survivability of
microencapsulated probiotic bacteria. International Dairy Journal, 14:
737–743.
Kusuma, Sri A. Fitri. 2009. Bakteri Asam Laktat. Karya Ilmiah: Universitas
Padjajaran
Li, X. Y., Chen, X. G., Cha, D. S., Park, H. J., & Liu, C. S. 2009.
Microencapsulation of a probiotic bacteria with alginate-gelatin and its
properties. Journal of Microencapsulation, 26: 315-324.
Neish, A.S., Gewirtz, A.T., Zeng, H., Young, A.N., Hobert, M.E., Karmali, V.,
dkk. 2000. Prokaryotic regulation of epithelial responses by inhibition of
IkappaB-alpha ubiquitination. Science 289: 1560-1563.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49
O’Riordan, K., Andrews, D., Buckle, K., and Conway, P. 2001. Evaluation of
microencapsulation of a Bifidobacterium strain with starch as an approach
to prolonging viability during storage. J. Appl. Microbiol. 91: 1059-1066.
Phillips, G.O, D. J. Wedlock, dan P. A. Williams. 1990. Gums and Stabilizers for
the Food Industry volume 5. Inggris: Oxford University Press.
Prescott LM, Harley JP, and Kelin DA. 2002. Microbiology, Bacteria: The Low
G+ C Gram Positives 5th edition. Boston: McGraw Hill: 529-530.
Saarela, Maria, Gunnar Mogensen, R. Fonden, Jaana Matto, Jaana Matto. 2000.
Probiotic bacteria: safety, functional, and Technological Properties.
Journal of Biotechnology Vol. 84: 197-215.
Saarela, M.H., Alakomi, H.L., Puhakka, A. and Matto, J. 2009. Effect of the
fermentation pH on the storage stability of Lactobacillus rhamnosus
preparations and suitability of in vitro analyses of cell physiological
functions to predict it. J Appl Microbiology 106: 1204-1212.
Sohail, Asma, Mark S. Turner, Allan Coombes, Thor Bostrom, Bhesh Bhandari.
2010. Survivability of probiotics encapsulated in alginate gel microMLN
using a novel impinging aerosols method. International Journal of Food
Microbiology vol. 145: 162-168
Starling, Shane. 2014. Data eater: EU probiotic yoghurt market to drop 4.5% by
2018; supplements on the up. http://www.nutraingredients.com/Markets-
and-Trends/Data-eater-EU-probiotic-yoghurt-market-to-drop-4.5-by-2018-
supplements-on-the-up . Diakses pada tanggal 14 Februari 2015.
Tamime, AY dan Robinson NK. 1989. Yoghurt Science and Technology. Oxford:
Pergamon Press.
Utami, Fauziah. 2013. Pengaruh Suhu Terhadap Daya Tahan Hidup Bakteri pada
Sediaan Probiotik. Skripsi: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Xie, Z. P., Y. Huang, Y. L. Chen, and Y. Jia. 2001. A new gel casting of ceramics
by reaction of sodium alginate and calcium iodate at increased
temperatures. J. Mater. Sci. Lett. 20: 1255-1257.
Depolimerisas
i
Uji viabilitas mikroenkapsulasi Lactobacillus
casei ATCC 393 terhadap cairan simulasi asam
Enumerasi lambung
A. Preparasi alat
Peralatan gelas seperti cawan petri, batang pengaduk, spatula, erlenmeyer,
gelas kimia, tabung reaksi dibungkus dengan kertas roti dan disterilkan dengan
menggunakan oven pada suhu 180oC selama 120 menit (Collin, dkk, 2004). Untuk
alat dan bahan tidak tahan panas sterilisasi serta alat ukur kuantitatif, seperti tube
sentrifuge, mikrotube, pipet volume, labu ukur, natrium alginat, CaCl 2 , buffer
fosfat dilakukan dengan menggunakan autoklaf suhu 121oC selama 15 menit.
Untuk bahan yang terbuat dari karet seperti karet pipit tetes, disterilisasi dengan
cara direbus.
dilarutkan 62 gram serbuk MRS dalam 1 liter air destilasi pada suhu 60○C hingga
larut sempurna kemudian disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121○C
selama 15 menit.
dilarutkan 52 gram serbuk MRS dalam 1 liter air destilasi pada suhu 60○C hingga
larut sempurna kemudian disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121○C
selama 15 menit.
Keterangan:
(A) : Koloni Pada Pengenceran 10-1 MLN 2%
(B) : Koloni Pada Pengenceran 10-2 MLN 2%
(C) : Koloni Pada Pengenceran 10-3 MLN 2%
(D) : Koloni Pada Pengenceran 10-4 MLN 2%
(E) : Koloni Pada Pengenceran 10-5 MLN 2%
(F) : Koloni Pada Pengenceran 10-6 MLN 2%
Keterangan:
(A) : Koloni Pada Pengenceran 10-1 MLN 3%
(B) : Koloni Pada Pengenceran 10-2 MLN 3%
(C) : Koloni Pada Pengenceran 10-3 MLN 3%
(D) : Koloni Pada Pengenceran 10-4 MLN 3%
(E) : Koloni Pada Pengenceran 10-5 MLN 3%
(F) : Koloni Pada Pengenceran 10-6 MLN 3%
(G)
Keterangan:
(A) : Koloni Pada Pengenceran 10-1 MLN 4%
(B) : Koloni Pada Pengenceran 10-2 MLN 4%
(C) : Koloni Pada Pengenceran 10-3 MLN 4%
(D) : Koloni Pada Pengenceran 10-4 MLN 4%
(E) : Koloni Pada Pengenceran 10-5 MLN 4%
(F) : Koloni Pada Pengenceran 10-6 MLN 4%
(G) : Koloni Pada Pengenceran 10-7 MLN 4%
Lampiran 11. Gambar Koloni yang Tumbuh pada MLN 2% Setelah Simulasi
Asam Lambung
(A)
(B)
(C)
Keterangan:
(A): Koloni Pada Pengenceran 10-1 MLN 2% Setelah Simulasi Asam Lambung
(B): Koloni Pada Pengenceran 10-2 MLN 2% Setelah Simulasi Asam Lambung
(C): Koloni Pada Pengenceran 10-3 MLN 2% Setelah Simulasi Asam Lambung
Lampiran 12. Gambar Koloni yang Tumbuh pada MLN 3% Setelah Simulasi
Asam Lambung
(A)
(B)
(C)
Keterangan:
(A): Koloni Pada Pengenceran 10-1 MLN 3% Setelah Simulasi Asam Lambung
(B): Koloni Pada Pengenceran 10-2 MLN 3% Setelah Simulasi Asam Lambung
(C): Koloni Pada Pengenceran 10-3 MLN 3% Setelah Simulasi Asam Lambung
Lampiran 13. Gambar Koloni yang Tumbuh pada MLN 4% Setelah Simulasi
Asam Lambung
(A)
(B)
(C)
Keterangan:
(A): Koloni Pada Pengenceran 10-1 MLN 4% Setelah Simulasi Asam Lambung
(B): Koloni Pada Pengenceran 10-2 MLN 4% Setelah Simulasi Asam Lambung
(C): Koloni Pada Pengenceran 10-3 MLN 4% Setelah Simulasi Asam Lambung
Koloni/ml =
Lampiran 16. Gambar Hasil MLN Setelah Uji Simulasi Cairan Asam Lambung
Keterangan:
(A): Hasil MLN 2% Setelah Simulasi Cairan Asam Lambung
(B): Hasil MLN 3% Setelah Simulasi Cairan Asam Lambung
(C): Hasil MLN 4% Setelah Simulasi Cairan Asam Lambung
Lampiran 17. Tabel Hasil Diameter Konsentrasi MLN Sebelum dan Sesudah
Ditambahkan Bakteri L. casei dengan paired sample t-test
Paired Differences
95% Confidence
Std. Sig. (2-
Interval of the t df
Std.
Mean Error tailed)
Difference
Deviation
Mean
Lower Upper
Pair 1 2% sebelum
bakteri - 2% .091100 .024524 .007755 .073556 .108644 11.747 9 .000
setelah bakteri
*Keterangan: Signifikansi <0,05, ukuran diameter berbeda secara signifikan
Signifikansi >0,05, ukuran diameter tidak berbeda secara signifikan
Paired Differences
95% Confidence
Std. Sig. (2-
Std. Interval of the t df
Mean Error tailed)
Deviation Difference
Mean
Lower Upper
Pair 1 3% sebelum
bakteri - 3% .266500 .073853 .023354 .213669 .319331 11.411 9 .000
setelah bakteri
*Keterangan: Signifikansi <0,05, ukuran diameter berbeda secara signifikan
Signifikansi >0,05, ukuran diameter tidak berbeda secara signifikan
Lanjutan.
Paired Differences
95% Confidence
Std. Sig. (2-
Std. Interval of the t df
Mean Error tailed)
Deviation Difference
Mean
Lower Upper
Pair 1 4% sebelum
bakteri - 4% .205900 .041538 .013136 .176185 .235615 15.675 9 .000
setelah bakteri
*Keterangan: Signifikansi <0,05, ukuran diameter berbeda secara signifikan
Signifikansi >0,05, ukuran diameter tidak berbeda secara signifikan
Lampiran 18. Hasil Analisa Data Diameter Ketiga Konsentrasi MLN Setelah
Ditambahkan Bakteri dengan Metode One Way Repeated
Measures ANOVA
Pairwise Comparisons
Measure:MEASURE_1
Lampiran 20. Hasil Pengukuran Efisiensi dan Viabilitas Terenkapsulasi Matrik Natrium Alginat
A B C=BxA D E F= x 100% G
Vol suspensi Populasi Jumlah sel Massa
Konsentrasi Populasi sel Rata-rata
yg sel total dalam beads yg Efisiensi
dalam beads efisiensi
ditambahkan (koloni/ml suspensi dihasilkan enkapsulasi (%)
(koloni/gram) (%)
(ml) susp. Sel) (koloni) (gram)
2% 50 1E+08 5100000000 27.63 5000000 2.708824
1.665926
50 1E+08 5100000000 27.63 1150000 0.623029
3% 50 8E+07 4100000000 33.511 115000 0.093994
0.060565
50 8E+07 4100000000 33.511 33200 0.027136
4% 50 1E+08 5100000000 48.298 690000 0.653444
9.607514
50 1E+08 5100000000 48.298 19600000 18.56158
Lampiran 21. Perhitungan Persentase Penurunan Viabilitas Bakteri Lactobacillus casei ATCC 393 Sebelum dan Setelah Simulasi Cairan
Asam Lambung
= X 100% = 99,96%