Kep Anak Bu Satya - KLP 7

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES JUVENELI

OLEH KELOMPOK 7 :

1. IRVANDY MILANO HENUKH (213213289)


2. NI KADEK DWIK WIDIASTINI (213213290)
3. A.A. ISTRI RAHMA WILANDARI (213213291)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2023
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Diabetes Mellitus Tipe-1 merupakan kelainan sistemik akibat gangguan
metabolism glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini disebabkan
oleh kerusakan sel B pancreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga
produksi insulin berkurang atau berhenti.
Diabetes Mellitus tipe-1 (Diabetes Juveneli), dahulu disebut Insuli Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM diabetes yang tergantung pada insulin), dicirikan dengan
rusaknya sel B penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans sehingga terjadi
kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak
maupun orang dewasa.
Dalam kondisi normal, system kekebalan tubuh akan menyerang dan
membentangi tubuh dari bakteri dan membentangi substansi-substansi atau virus yang
menyusup ke dalam tubuh. Namun pada diabetes tipe-1, tanpa alasan yang pasti,
system imun yang menyerang prankreas serta menghancurkan sel beta dan
menyebabkan terhambatnya produksi hormone insulin.
Penderita diabetes tipe-1 hanya memproduksi insulin dalam jumlah yang
sangat sedikit atau bahkan tidak sama sekali. Akibat glukosa dalam darah semakin
meningkat (hiperglikemia) dan sel-sel tubuh tidak mendapatkan asupan energy yang
cukup, kondisi tersebut dapat menyebabkan:
1) Dehidrasi
Tingginya kadar gula dalam darah akan meningkatkan frekuensi urinasi
(buang air kecil) sebagai reaksi untuk mengurangi kadar gula. Saat gula darah
keluar bersama urine, tubuh juga akan kehilangan banyak air, sehingga
mengakibatkan dehidrasi.
2) Kehilangan Berat Badan
Gula dalam darah (glukosa) merupakan sumber energy bagi tubuh. Glukosa
yang terbuang bersama urin juga mengandung banyak nutrisi dan kalori yang
diperlukan tubuh manusia. Oleh karena itu penderita diabetes tipe-1 juga akan
kehilangan berat badannya secara drastis.
3) Kerusakan Tubuh
Tinggnya level gula dalam darah akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan tubuh. Kondisi ini juga akan merusak pembuluh darah kecil pada mata,
ginjal dan jantung. Penderita diabetes beresiko tinggi mengalami serangan jantung
dan stroke.
Sampai saat ini diabetes tipe-1 tidak dapat dicegah. Kebanyakan penderita
diabetes tipe-1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini
mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun renspon tubuh terhadap insulin
umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel B pada diabetes tipe-1 adalah
kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel B pancreas. Reksi
imunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.

2. Etiologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes tipe-1.
Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe-1 adalah factor genetic atau
keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe-1 akan diwariskan melalui factor
genetic.
1) Factor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe-1 itu sendiri tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecendrungan genetic kearah terjadinya DM tipe-1.
Kecendrungan genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA (Human Leukosit Antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2) Factor-factor Imunologi
Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibody
terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
3) Factor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
3. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti polyuria, polydipsia, polifagia pada DM
umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan
akibat komplikasi degenerative kronik pada pembuluh darah dan syaraf.
Manifestasi klinis DM tipe-1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal,
yang sering ditemukan.
1) Polyuria (banyak kencing)
Hal ini disebabkan karena glukosa darah meningkat sampai melampaui daya
serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2) Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3) Polifagia (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar) sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi
walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada
sampai pembuluh darah.
4) Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh bersama mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain yaitu lemak
dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan
memecah cadangan makanan yang ada ditubuh termasuk yang berada dijaringan
otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap
kurus.
5) Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa sarbitol
fruktasi)yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
6) Ketoasidosis
Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus kedalam ketoasidosis diabetic
yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak
diterapi dengan baik.
4. Patofisiologi
Diabetes tipe-1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang menyerang
orang dengan system imun yang secara genetis merupakan predisposisi untuk
terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang menyerang antigen sel B pancreas.
Factor ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang
disebabkan oleh virus, seperti virus penyakit gondok (mumps)dan virus coxsackie B4,
oleh agen kimia yang bersifat toksik atau oleh sitotoksin perusak dan antibody yag
dirilis oleh imunosit yang disensitasi.
Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan dengan replikasi
atau fungsi sel B pancreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B
setelah infeksi virus. Lagi pula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan
kerentanan terhadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang
merespon system imun tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi pada
pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets Langerhans)
sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi.
Diabetes tipe-1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan
terjadiny ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pancreas sebagai
pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin. Akibatnya,
insulin tubuh kurangatau tidak sama sekali. Penurunan jumlah insulin menyebabkan
gangguan jalur metabolic antaranya penurunan glikolisis (pemecahan glukosa menjadi
air dan karbondioksida), peningkatan glikogenesis (pemecahan glikogen menjadi
glukosa), terjadinya gluconeogenesis. Gluconeogenesis merupakan proses pembuatan
glukosa dari asam amino, laktat dan gliserolyang dilakukan counterregulatory
hormone (glucagon, epinefrin, dan kortisol). Tanpa insulin, sintesis dan pengambilan
protein, trigliserida, asam lemak, dan gliserol dalam sel akan terganggu. Seharusnya
terjadi lipolysis yang menghasilkan badan keton. Glukosa menjadi menumpuk dalam
peredaran darah karena tidak dapat diangkut kedalam sel. Kadar glukosa lebih dari
180 mg/dl ginjal tidak dapat mereabsorbsi glukosa dari glomelurus sehingga timbul
glikosuria.
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang-
kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan mereka
yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut
merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak
terdapat insulin dalam sirkulasi, glucagon plasma meningkat dan sel-sel B pancreas
gagal merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlakukan
pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis,dan
menurunkan hiperglukagonemia dan peingkatan kadar glukosa darah.
Phatway

DM tipe 1 DM Tipe 2

Reaksi Autoimun Idiopatik,usia,


genetic dll

Jumlah sel pancreas


Sel B pancreas hancur
menurun

Defisiensi insulin

Hiperglikemia Katabolisme protein Liposis meningkat


meningkat

Pembatasan diit Penurunan BB

Fleksibilitas
darah merah

Pelepasan O2 Intake tidak Resiko nutrisi kurang


adekuat

Polyuria
Hipoksia perifer

Perfusi jaringan perifer


tidak efektif
Nyeri
akut
5. Klasifikasi
Klasifikasi DM tipe-1 berdasarkan etiologi sebagai berikut:
Pada DM tipe-1, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang berbeda.
1) Tipe-1A diduga pengaruh genetic dan lingkungan memegang peran utama untuk
terjadinya kerusakan pancreas. HLD-DR4 ditemukan mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan fenomena ini.
2) Tipe-1B berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok
penderita yang juga sering menunjukkan manifestasi autoimun lainnya, seperti
Hashimoto disease, Graves disease, Pernicious anemia, dan Myasthenia gravis.
Keadaan ini berhubungan dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia sekitar
30-50 tahun.

6. Komplikasi
Komplikasi DM baik pada pada DM tipe-1 maupun tipe-2, dapat dibagi menjadi 2
kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun.
1) Komplikasi Metabolic Akut
1) Ketoasidosis Diabetik (khusus pada DM tipe-1)
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemia
dan glukosuria berat, penurunan glikogenesis, peningkatan glikolisis, dan
peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukan benda keton,
peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ion
hydrogen dan asidosis metabolic. Glukosuria dan ketonuria juga
mengakibatkan diuresis osmotic dengan hasil akhir dehidasi dan kehilangan
elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami syok yang akhirnya klien dapat
koma dan meninggal.
2) Hipoglikemi
Seseorang yang memliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami
hipoglikemia jika kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia
dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan sedangkan penderita
mendapatkan terapi insulin, akibat latihan fisik yang lebih berat dari biasanya
tanpa suplemen kalori tambahan, ataupun akibat penurunan dosis insulin.
Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar,
palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit
kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin,juga akibat kekurangan
glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-gejala seperti tingkah laku aneh,
sensorium yang tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan
koma.
2) Komplikasi vascular jangka panjang (pada DM tipe-1 biasanya terjadi saat
memasuki tahun ke 5)
1) Mikroangiopaty
Merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola
retina (retinopaty diabetic), glomerulus ginjal (nefropaty diabetic), otot-otot
dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran
sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan
neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan kebutaan.
Menifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan hipertensi jika hilangnya
fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan menderita insufisiensi ginjal
dan uremia. Neuropaty dan katarak timbul sebagai akibat gangguan jalur
poliol (glukosa-sorbitol-fruktosa) akibat kekurangan insulin. Penimbunan
sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak dan kebutaan. Pada jaringan
syaraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar
mioinositol yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat menyerang saraf-
saraf perifer, saraf-saraf kranial atau system saraf otonom.
2) Makroangiopaty
Gangguang-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi
penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler, gangguan ini berupa:
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada DM tipe-1 dan 2 umumnya tidak jauh
berbeda diantaranya:
1) Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/dl
2) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4) Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
5) Elektrolit : Natrium mungkin meningkat, atau menurun. Kalium normal atau
peningkatan semu (perpindahan seluler) selanjutnya akan menurun. Fosfor lebih
sering menurun.
6) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup
SDM) dan karenanya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan
controltidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden (mis ISK
baru).
7) Gas darah arteri : biasanya menunjukkan PH rendah penurunan pada HCO3
(asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8) Trombosit darah : HT mungkin meningkat (dehidrasi) : leukosit : hemokonsentrasi
merupkan respon terhadap stress atau infeksi.
9) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi / penurunan fungsi
ginjal).
10) Amylase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis
akut sebagai penyebab dari DKA.
11) Insulin darah : mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (pada tipe-1) atau
normal sampai tinggi (pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin /
atau gangguan dalam penggunaannya (endogen / eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody.
12) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13) Urine : gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolaritas mungkin meningkat.
14) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernapasan dan infeksi pada luka.
8. Penatalaksanaan
1) Pemberian Insulin
Yang harus diperhatikan dalam pemberian terapi insulin adalah jenis, dosis,
kapan pemberian, dan cara penyuntikan serta penyimpanan. Terdapat berbagai
jenis insulin berdasarkan asal maupun lama kerjanya, menjadi kerja cepat / rapid
acting, kerja pendek (regular soluble), menengah, panjang, dan campuran.
2) Pengaturan Makanan Diet
1) Komposisi sumber kalori perhari sebaiknya terdiri atas : 50-55% karbohidrat,
10-15% protein (semakin menurun dengan bertambahnya umur), dan 30-35%
lemak.
2) Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali makanan utama dan 3 kali
makanan kecil sebagai berikut :
 20 % berupa makan pagi
 10 % berupa makanan kecil
 25 % berupa makan siang
 10 % berupa makanan kecil
 25 % berupa makan malam
 10 % berupa makanan kecil
3) Olahraga
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih
30 menit yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous Rytmical Interval Progresive
Endurance Training) latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki,
jogging, lari, renang dan bersepeda.
4) Obat Hiperglikemi Oral(OHO)
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur,
tetapi kadar glukosa darahnya masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian
obat berhasiat hioglikemiak.
 Sulfoniurea
Berfungsi untuk menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan
ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa.
 Biguanid
Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal,
dianjurkan untuk pasien gemuk.
 Inhibitor a glukosidase
Bersifat kompetitif menghambat kerja enzim a glukosidase sehingga
menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia
pascaprandial.
 Insulin sentizing agent
Berfungsi meningkatkan sensitifitas insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
5) Edukasi
Kegiatan edukasi meliputi pemahaman dan pengertian penyakit dan
komplikasinya, memotivasi penderita dan keluarga agar patuh berobat.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian
1) Identitas
DM Tipe 1 biasanya rentan terdiagnosis sebelum umur 30 tahun dan
terjadi dengan onset anak-anak, sedangkan DM tipe 2 umunya terjadi setelah
usia 40 tahun dan lebih khas pada golongan dewasa tua, dewasa obesitas, dan
etnik serta ras tertentu.

2) Stastus kesehatan

a. Status kesehatan saat ini

1. Keluhan utama

Keluhan umum pada pasien DM yaitu pengeluaran urin dan rasa


haus berlebihan, diikuti lapar berlebihan. Kemudian gangguan lain yang
sering dialami pasien ialah keluhan yang timbulkan akibat komplikasi
degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf

2. Alasan masuk RS dan perjalanan penyakit saat ini

Pasien biasanya datang dengan kondisi penurunan berat badan


mencapai 20%, kelemahan dan intensitas rasa haus yang tinggi

3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya Seperti pengobatan yang


sudah di dapat, makanan atau minuman yang dikonsumsi, tindakan
medis maupun non-medis yang sudah dilakukan.

b. Status Kesehatan Masa Lalu

Bagaimana status kesehatan sebelumnya, penyakit apa yang


pernah diderita pasien apakah pernah mengalami atau ada riwayat penyakit
yang lain dan jika ada, biasanya pergi berobat kemana.

1. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Bagaimana riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien


sebelumnya apakah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
terhambat atau bagaimana.

2. Riwayat Sosial

Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga dan


teman sebaya apakah baik-baik saja atau tidak baik.

3. Riwayat Keluarga
Bagaimana kesehatan keluarganya, apakah ada diantara anggota
keluarganya yang mengalami penyakit tertentu atau dari keluarga pernah
mengalami penyakit diabetes itu sendiri.

4. Diagnosa Medis dan Terapi

Diagnosis medis (disingkat Dx atau DS) adalah penentuan


kondisi kesehatan yang sedang dialami oleh seseorang sebagai dasar
pengambilan keputusan medis untuk prognosis dan pengobatan.

3) Pola Kebutuhan Dasar Manusia

a. Pola pemeliharaan dan persepsi kesehatan

b. Pola Nutrisi (makanan dan cairan)

c. Pola Aktivitas

d. Pola Tidur dan Istirahat

e. Pola Eliminasi

f. Pola hubungan

g. Pola Kognitif

h. Pola Konsep diri

i. Pola Seksual

j. Pola Nilai

4) Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum
a) Kesadaran
Klien datang ke Rumah Sakit dalam keadaan composmentis (kesadaran
penuh) dan terjadi hipoglikemia akut karena ketidaktepatan dalam
pemakaian insulin eksogen. Pasien umumnya juga mengalami tremor,
pucat, gelisah dan peningkatan denyut nadi (Takikardia).
b) Tanda-tanda vital
Tanda vital yaitu meliputi pernapasan, suhu, tekanan darah dan nadi
dengan karakteristik tekanan darah tinggi apabila disertai hipertensi.
Respiration rate (RR) dalam batas yaitu normal 15-20 kali/menit,
pernapasan dalam atau dangkal, Denyut nadi kuat atau lemah. Dan
terjadi peningkatan suhu tubuh ketika infeksi
2. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kulit
Inspeksi: Menilai warna kulit, melihat ada tidaknya edema dan lesi
Palpasi: Menilai adanya edema, menilai ada tidaknya nyeri tekan,
menilai akral pasien panas, hangat atau dingin, turgor kulit
elastis/tidak.
2) Kepala
Inspeksi: Menilai bentuk kepala, keadaan rambut dan kulit kepala,
ada tidaknya lesi.
Palpasi: Menilai ada tidaknya nyeri tekan dan edema/benjolan.
3) Wajah
Inspeksi: Menilai bentuk wajah, warna kulit wajah dan apakah wajah
pucat/tidak.
Palpasi: Menilai ada tidaknya nyeri tekan
4) Mata
Inspeksi: Menilai apakah pandangan kabur/tidak, menilai
konjungtiva, pupil, sklera, dan kebersihan mata.
Palpasi: Menilai ada tidaknya nyeri tekan

5) Hidung
Inspeksi: Menilai ada tidaknya lesi, pernapasan cuping hidung, ada
tidaknya secret/cairan yang menumpuk, silia merata/tidak, ada
tidaknya polip/benjolan.
Palpasi: Menilai ada tidaknya nyeri tekan pada sinus.
6) Mulut
Inspeksi: Menilai mukosa bibir kering/lembab, warna bibir ada
sianosis/tidak, kebersihan mulut, ada tidaknya stomatitis, ada
tidaknya gigi berlubang ataupun gigi yang tertanggal.
Palpasi: Menilai ada tidaknya nyeri tekan.
7) Telinga
Inspeksi: Melihat apakah telingan simetris, ada tidaknya lesi, ada
tidaknya cairan/pendarahan yang keluar, ada tidaknya bau pada
telinga.
Palpasi: Menilai ada tidaknya nyeri tekan.
8) Leher
Inspeksi: Melihat kesimetrisan leher, ada tidaknya lesi, ada tidaknya
bendungan vena jugularis.
Palpasi: Menilai ada tidaknya nyeri tekan, pembesaran kelenjar tiroid
atau kelenjar limfe.
9) Dada
Paru-paru
Inspeksi: Menilai kesimetrisan pengembangan paru kanan dan kiri,
ada tidaknya ada pembengkakan/luka.
Palpasi: Menilai ada tidaknya retraksi dinding dada, taktil vocal
premitus, ada tidaknya nyeri tekan.
Perkusi: Mengetuk bagian ICS 2,4,6 midclavicula linea sinistra
(dallness) dekstra (sonor)
Auskultasi: Mendengarkan suara nafas px, apakah vesikuler atau ada
mengi.

Jantung
Inspeksi: Menilai apakah iktus kordis terlihat atau tidak, ada tidak ada
pembengkakan/luka.
Palpasi: Menilai tempat terabanya iktus kordis, ada tidaknya nyeri
tekan.
Perkusi: Menilai suara ketukan pada ICS 3,4,5 midcalvucula line
sinistra (dallness), dekstra (tidak terdeteksi)
Auskultasi: Menilai BJ 1,2 apakah tunggal regular atau ada suara
tambahan
10) Abdomen
Inspeksi: Melihat keadaan perut dan ada tidaknya asites, ada tidaknya
pembengkakan/luka.
Auskultasi: Menilai bunyi bising usus
Perkusi: Apakah suara perkusi perut timpani atau pekak.
Palpasi: Menilai ada tidaknya nyeri tekan
11) Genetalia
Inspeksi: Melihat kebersihan genetalia, ada tidaknya cairan yang
keluar dari genetalia.
12) Anus dan Rektum
Inspeksi: Melihat keadaan dan kebersihan anus dan rectum
13) Ekstremitas
Atas
Menilai apakah ada keterbatasan gerakan oleh pasien, ada
benjolan/tidak, simetris/tidak antara kanan dan kiri.
Bawah
Menilai apakah ada keterbatasan gerakan oleh pasien, ada
benjolan/tidak, simetris/tidak antara kanan dan kiri.

5). Data penunjang


1. Kadar Glukosa Darah
Tabel acuan kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai pedoman
Kadar Glukosa Sewaktu (mg/dL)
Kadar Glukosa Darah Sewaktu DM Belum pasti DM
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100
Kadar Glukosa Darah Puasa
Kadar glukosa darah sewaktu DM Belum pasti DM
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 90-100
2. Kriteria diagnostic WHO pada diabetes mellitus yaitu sedikitnya 2 kali pemeriksaan
a. Glukosa plasma sewaktu berkisar >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa berkisar >140/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma diambil dari sampel ketika 2 jam sesudah mengkonsumsi 75 gram
karbohidrat (2 jam post prantdial (pp) > 200 mg/dL
3. Tes Laboratorium
DM Jenis tes pada pasien dengan Diabetes Mellitus diantaranya mencakup tes
saring, tes diagnostic, tes pemantauan terapi dan tes untuk mengetahui komplikasi
yang dihasilkan
a. Tes saring
Tes – tes saring pada DM diantaranya adalah
1. GDP (Gula Darah Puasa) dan GDS(Gula Darah Sewaktu)
2. Tes glukosa urin dibagi menjadi dua yaitu
a. Tes konvensional (suatu metode benedict atau reduksi)
b. Tes carik celup (suatu metode glucose oxidase/hexokinase)
b. Tes – tes diagnostic yang diberikan pada klien dengan Diabetes Mellitus
adalah : GDP, GDS, GD2PP(Glukosa Darah 2 jam Post Pradinal), Glukosa jam
ke-2 TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral)
c. Tes untuk mendeteksi komplikasi Tes – tes untuk mendeteksi komplikasi
diantaranya adalah
1) Mikroalbuminaria : urin
2) Ureum, kreatinin, asam urat
3) Kolesterol total : plasma vena (puasa)
4) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
5) Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
6) Trigliserida : plasma vena (puasa)
Hasil pemeriksaan gula darah 2 jam pasca pembedahan dikelompokkan menjadi 3
yaitu :
1. <140 mg/dL : normal
2. 140-<200 mg/dL : toleransi glukosa terganggu
3. ≥200 mg/dL : diabetes
6). Penatalaksanaan
Intervensi penatalaksananaan klien dengan DM lebih bersifat individual,
dalam artian perlu diperhitungkan kebutuhan terhadap umur pasien, gaya hidup,
kebutuhan nutrisi, kematangan, tingkat aktivitas, pekerjaan dan kemampuan
pasien untuk menjaga dan mengontrol gula darah sendiri. 1) Managemen diet DM
Memantau dan menjaga nutrisi, diet serta berat badan seimbang merupakan
komponen dasar penanganan pasien dengan Diabetes Mellitus. Target yang paling
utama dalam manajemen nutrisi dan diet adalah menjaga dan memantau total
kebutuhan kalori tubuh, intake yang diperlukan, usaha mencapai kadar serum
lipid dalam batas normal. Komposisi nutrisinya adalah kebutuhan akan kalori,
protein, karbohidrat, lemak dan serat. Selain itu, untuk menunjang peningkatan
derajat kesehatan pada pasien Diabetes mellitus sebaiknya mengikuti pedoman 3J
(Jumlah, jenis dan jadwal) diantaranya :
a. J1 (Jumlah) adalah kuantitas kalori yang harus tercapai dan dihabiskan karena
sudah diperhitungkan dengan kebutuhan kalori pasien DM.
b. J2 (waktu) adalah pedoman diet yang diberikan dalam jangka waktu setiap 3
jam. pemberian diet ini yaitu dengan cara mengkonsumsi tiga kali makanan utama
dan tiga kali makanan selingan dengan interval waktu 3 jam
c. J3 (Jenis) adalah jenis mkanan juga akan mempengaruhi status fungsional pada
klien DM. Contohnya adalah, pasien DM dilarang mengkonsumsi makanan manis
termasuk buah golongan A (terdiir dari 6% karbohidrat yang kalorinya perlu
dipertimbangkan seperti manga, sawo, anggur). Sedangkan buah yang
direkomendasikan adalah buah yang memiliki intensitas manis dengan kadar
rendah (terkandung 3% karbohidrat) contohnya pepaya, pisang, apel. Tetapi,
ketika mengkonsumsi buah B juga tidak boleh berlebihan dan perlu dipantau
secara ketat. Untuk mengukur status gizi yaitu dengan cara menghiung rumus
body mass index atau indeks massa.
a). Kebutuhan kalori
Kebutuhan akan kalori bergantung dari tipe berat badan (kurus, ideal, obesitas),
jenis kelamin, usia dan aktivitas fisik. Untuk mengetahui jumlah kalori yang
diperlukkan, menggunakan rumus Broca yaitu BBI = (TB(cm)-100)- 10%
Ketentuan
1) Berat badan kurang = < 90% BB idaman
2) Berat badan normal = 90 – 110% BB idaman
3) Berat badan lebih = 110-120% BB idaman
4) Gemuk = > 120% BB idaman
b. Kebutuhan karbohidrat
Karbohidrat adalah komponen mayor dari total jumlah kebutuhan kalori tubuh,
yaitu berkisar antara 50-60%
c. Kebutuhan protein
Tubuh memerlukan protein kira-kira berkisar 10-20% dari kebutuhan kalori atau
0,8 g/kg.hari
d. Kebutuhan lemak
Tubuh memerlukan lemak kurang dari 30% dari jumlah kalori, dalam
pemakaiannya lebih baik menggunakan lemak nabati dan sedikit yang berasal dari
lemak hewani
e. Kebutuhan serat
Tubuh memerlukan serat sekitar 20-35 gram/hari yang berasal dari berbagai
bahan makanan dengan rata-rata 25 g/hari.
2) Latihan fisik atau exercise
Latihan fisik bertujuan
a. Menurunkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan metabolism
karbohidrat
b. Menjaga berat badan tetap normal sekaligus menurunkan berat badan
c. Meningkatkan tingkat kepekaan insulin
d. Menurunkan kadar trigliserid dan meningkatkan kadar HDL (High)
e. Untuk menurunkan nilai tekanan darah menjadi normal kembali
3) Obat-obatan
a. Obat antidiabetic oral lebih cocok diberikan pada klien dengan DM tipe 2 jika
pengaturan nutrsi dan latihan dinyatakan gagal. jenis obat-obatan diantaranya
1) Sulfoniurea : cara kerjanya yaitu dengan merangsang sel beta pankreas untuk
melepaskan cadangan insulinnya. (Gibenklamid,torbultamid, klorpropamid)
2) Biguanida : cara kerjanya yaitu dengan menghalangi absorbsi glukosa di usus,
misalnya metformin, glukophage
b. Hormone insulin
Sel beta pada pancreas pasien dengan DM tipe 1 tidak mampu menghasilkan
insulin dalam tubuhnya, sehingga sangat memerlukan pemberian insulin. Tujuan
pemberian insulin adalah meningkatkan profulftransport glukosa ke dalam sel dan
menghalangi pemecahan glikogen dan asam amino untuk glukosa. Berdasarkan
daya attau durasi kerjanya, insulin dibedakan menjadi :
1. Insulin dengan daya kerja pendek drlidsy (2-4 jam) seperti regular insulin,
actrapid
2. Insulin ini memiliki daya kerja menengah (6-12 jam) misalnya NPH insulin,
lente insulim
3. Insulin dengan daya kerja panjang berkisar (18-24 jam) seperti protamine zinc
insulin dan ultralente insulin
4. Insulin campuran yaitu obat yang memiliki daya kerja cepat dan menengah
(70& NPH 30% irregular) Absorpsi tekanan darah tinggi jika disertai hipertensi.
Respiration rate (RR) normal 15-20 kali/menit, pernapasan dalam atau dangkal.
Denyut nadi kuat atau lemah. Suhu tubuh meningkat apabila terjadi infeksi insulin
bervariasa tergantung dari tempat penyuntikan, misalnya injeksi pada abdomen
diabsorbsi lebih cpat daripada di lengan atau bokong sehingga durasinya lebih
pendek
4) Pendidikan kesehatan
Beberapa prioritas yang perlu disampaikan adalah :
a. Penyakit Diabetes mellitus yang mencakup definisi, tanda dan gejala klinis,
penyebab, patofisiologi dan test diagnostic
b. Pengaturan diet pada pasien dengan DM
c. Aktivitas sehari-hari seperti latihan dan olahraga
d. Prevensi terhadap komplikasi DM diantaranya penatalaksanaan hipoglikemia,
pencegahan terjadinya gangrene di area kaki dengan latihan senam kami.
e. Pemberian obat-obatan DM dan terapi injeksi insulin
f. Teknik pemantauan dan pengukuran glukosa darah secara mandiri
5) Monitor Kadar Glukosa Darah
Pada pasien dengan Diabetes Mellitus perlu diberitahu tentang manifestasi klinis
hipoglikemia dan hiperglikemia dan diberikan pemahaman tentang cara
memantau kadar gula darah secara mandiri. Pemeriksaan ini menggunakan
glucometer dan sangat vital untuk menjaga kadar glukosa dalam kondisi optimal
dan seimbang.
7. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi kurang berhubungan dengan asupan nutrisi yang tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan dengan hiperglikemia,
penurunan aliran arteri dan/atau vena, peningkatan tekanan darah, kekurangan
volume cairan, penurunan konsentrasi hemoglobin, kurang aktivitas fisik
3. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit

8. Rencana Tindakan Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


o Keperawata Hasil
n
Setelah dilakukan Observasi : - untuk mengetahui
1. Defisit
intervensi a. Identifikasi status nutrisi pada pasien
nutrisi
keperawatan status nutrisi - untuk mengetahui
diharapkan status b. Identifikasi makanan yang disukai
nutrisi pasien alergi dan oleh pasien
membaik dengan intoleransi - untuk mengetahui
kriteria hasil : makanan asupan makanan pasien
a. Porsi c. Identifikasi - untuk mengetahui
makanan makanan yang pasien ingin makan
yang disukai dengan cara makanan
dihabiskan d. Identifikasi yang menarik perhatian
meningkat keburuhan kalori pasien
b. Diare dan nutrisi - untuk mengetahui nafsu
menurun e. Monitor asupan makan pada pasien
c. Frekuensi makanan membaik
makan f. Monitor berat - untuk mengetahui
membaik badan pasien nyaman saat
d. Nafsu g. Monitor hasil makan
makan pemeriksaan
- untuk mengetahui
membaik laboratorium jumlah kalori dan
nutrien yang dibutuhkan
Terapeutik :
oleh pasien
a. Berikan
makanan secara
menarik dan
suhu yang sesuai
b. Berikan
makanan tinggi
kalori dan
protein

Edukasi :

a. Anjurkan diet
yang
diprogramkan

Kolaborasi :

a. Kolaborasi
dengn ahli gizi
untuk
menetukan
jumlh kalori dan
jenis nutsisi
yang dibutuhkan
jika perlu.

Setelah
2. Perfusi Observasi Observasi
jaringan dilakukan
1. Periksa sirkulasi 1. Mengidentifikasi
perifer tindakan
tidak efektif perifer (mis. nadi adanya sumbatan
keperawatan
perifer, edema, pada sirkulasi
selama …x...
pengisian kapiler, perifer
menit/jam
warna, suhu, ankle-
diharapkan brachial index) 2. Meminimalisir
perfusi perifer
2. Identifikasi faktor tejadinya
kembali
risiko gangguan gangguan
adekuat sirkulasi (mis. sirkulasi yang
dengan criteria diabetes, perokok, dapat
hasil: orang tua, hipertensi mengakibatkan
1. Denyut dan kadar kolesterol masalah
perifer tinggi kesehatan
meningk
at
3. Monitor 3. Mengidentifik
dengan asi tanda dan
panas,
skala 5 kemerahan, gejala
(1-5) nyeri, gangguan
2. Warna bengkak sirkulasi
kulit pucat pada perifer
menurun ekstremitas Terapeutik
dengan Terapeutik 1. Mencegah terjadinya
skala 5 (1- edema
4. Hindari
5) 2. Menjaga sirkulasi
pemasangan infus perifer tetap adekuat
3. Pengisian atau pengambilan 3. Mengurangi edema
kapiler darah di area dan tekanan vena
membaik keterbatasan
dengan perfusi 4. Menghindari
skala 5 kontaminasi agen
(1-5) 5. Hindari
pecetus infeksi
pengukuran
4. Akral tekanan darah
5. Menjaga sirkulasi
membai pada ekstremitas
perifer tetap
k dengan
adekuat
membai keterbatasan
Edukasi
k perfusi
dengan 1. Merokok dapat
6. Hindari
skala 5 menyebabkan
penekanan dan
(1-5) pemasangan terjadinya
Turgor kulit tourniquet pada vasokontriksi
membaik dengan area yang pembuluh darah
skala 5 (1-5) cedera 2. Aktivitas fisik
7. Lakukan pencegahan membantu
infeksi
memperlancar
8. Lekukakn perawatan
kaki dan kuku sistem peredaran
darah
Edukasi
3. Meningkatkan
9. Anjurkan berhenti
merokok dilatasi pembuluh
darah sehingga
perfusi jaringan
dapat diperbaiki
4. Menjaga sirkulasi
tetap adekuat
5. Kolestrol tinggi
dapat mempercepat
terjadinya
arterosklerosis
Setelah dilakukan Manajemen nyeri Observasi
3. Nyeri Akut
keperawatan (I.08238) - agar mengetahui skala
selama ...x24 jam a. Identifikasi nyeri pada pasien
diharapkan tingkat lokasi, - agar mengetahui lokasi,
nyeri menurun karakteristik,dura karakteristik, durasi,
Kriteria hasil : si, frekuensi, kualitas,
 Keluhan frekuensi,kualitas intensitas
nyeri , intesintas nyeri Terapeutik :
menurun b. Identifikasi skala - untuk mengalihkan rasa
 Meringis nyeri nyeri yang dirasakan
menurun c. Identifikasi faktor oleh pasien
 Gelisah yang - untuk mengontrol
menurun memperberat dan lingkungan mengetahui
 Frekuensi memperingan penyebab, periode, dan
nadi membaik nyeri pemicu nyeri
 Pola nafas d. Berikat tehnik - untuk meredakan nyeri
membaik non farmakologis pada pasien
 Nafsu untuk Kolaborasi :
makan membaik mengurangi rasa - untuk mempercepat
 Tekanan nyeri (mis proses penyembuhan pada
darah membaik akupresur,terapi pasien
 Pola tidr music,
membaik biofeedback,
terapi pijat)
e. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
f. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
9. Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada
pasien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan tergantung pada situasi dan
kondisi pasien saat itu. Pelaksanaan rencana keperawatan berfokus pada keseimbangan fisiologis
dengan membantu pasien dalam keadaan sehat maupun sakit sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien.
Pada pelaksanaan atau implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan atau
kolaborasi dan tindakan rujukan/ketergantungan. Pelaksanaan atau implementasi disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan sesuai atau
tidak.

10. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien
dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi disusun
menggunakan SOAP dimana :
S : pasien mengungkapkan ungkapan perasaan atau keluhan yang di keluhkan secara subjektif
oleh pasien atau keluarga setelah diberikan implemetasi keperawatan
O : keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang
dilihat secara objektif
A : analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif pasien
P : planning perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi atau
perencanaan yang ditambahkan oleh rencana tindakan keperawatan yang ditentukan
sebeleumnya
DAFTAR PUSTAKA

Bararah, T. (2013). Asuhan Keperawatan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Black, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Indonesia: CV Pentasada Media Edukasi.

Nurarif, A. H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa


Nanda, Nic, Noc. Jogjakarta: Mediaction Publishing.

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Sutedjo, A. (2010). 5 Strategi Penderita Diabetes Mellitus. Yogyakarta: KANSIUS.

Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: CV.
Trans Info Media.

Wilkinson. (2013). Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC. Wilkinson.

(2016). Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai