Kasus Ima Zul
Kasus Ima Zul
Kasus Ima Zul
NUTRISI , CAIRAN DAN SIRKULASI DENGAN DIAGNOSA MEDIK INFARK MIOKARD AKUT
A. Konsep Penyakit
1. Definisi Dx medik
Infark Miokard Akut atau yang biasa dikenal dengan IMA adalah suatu nekrosis
miokardium yang diakibatkan oleh ketidak kuatan pasokan darah akibat dari sumbatan
akut pada arteri coroner. Sumbatan yang terjasi secara garis besar dikarenakan oleh
rupture plak atheroma pada arteri koroner yang kemudian disusul dengan terjadinya
thrombosis, vasokontriksi, reaksi inflamasi, dan mikroembiolosasi distal. Kadang-kadang
sumbatan ini terjadi disebabkan karena adanya spasme arteri coroner, emboli atau
vaskulitis. (Perki dalam Muttaqin,2014).
Infark Miokard Akut disebabkan karena adanya nekrosis pada miokardium akibat
perfusi darah yang tdak adekuat pada jaringan otot jantung. Dalam keadaan ini dapat
menyebabkan perubahan mikroskopis pada jantung dan pelepasan enzim jantung ke
aliran darah. Faktor resiko melipiuti pertambahan usia, keadaan hiperkoagulable,
vaskulitis, dan faktir yang menjadi predisposisi aterosklerosis. (Tao,Kendall,2014).
2. Etiologi Dx medik
Menurut M. Black,Joyce 2014 Infark Miokard Akut memiliki beberapa penyebab
internal maupun external diantaranya adalah
1) Adanya rupture plak aterosklerosis yang rentan dan diikuti oleh
pembentukan thrombus.
2) Penyumbatan total pada arteri oleh thrombus.
3) Aktifitas fisik yang berlebihan
4) stress emosional yang berlebihan
5) peningkatan respon system saraf simpatis dapat menyebabkan rupture
plak
6) terpapar udara dingin pad awaktu tertentu yang dapat menyebabkan
pasien mengalami rupture plak.
Ketika aliran darah berhenti secara mendadak, maka jaringan pada
miokardium yang biasanya mendapat suplai dari arteri akan mati secara
mendadak, okulasi dapat disebabkan oleh adanya spasme arteri hal tersebut
merupakan faktor yang dapat memicu jantung pada pasie.
3. Patofisiologi
Tanda dan gejala Infark Miokard Akut pada setiap orang tidak sama,
secara mayor banyak serangan jantung yang berjalan lambat dengan tanda dan
gelaja berupa nyeri ringan dan perasaan tidak nyaman, bahkan ada orang yang
tidak mengalami gejala sama sekali atau biasa dikenal dengan Silent Heart Attack.
Tetapi secara umum serangan IMA ditandai dengan beberapa hal, diantaranya :
menerus, terletak dibagian bawah sternum dan perut bagian atas, hal
tersebut adalah gejala utama yang biasanya muncul, nyeri yang dirasakan
biasanya akan hadir semakin sering dan berat tak tertahankan, rasa
nyeri yang terjadi muncul secara mendadak atau spontan (bukan setelah
beberapa jam sampai beberapa hari juga tidak akan hilang meskipun
2. Nyeri yang juga disertai dengan sesak nafas dan nafas pendek, pucat, timbulnya
keringat dingin, mual, serta muntah. (Brunner, Suddarth dalam Wijaya, Putri,
2013)
5. Pemeriksaan Penunjang
1). Pemeriksaan laboratorium
- Troponin
- Creatine kinase
- SGOT
2). Pemeriksaan EKG
3) Photo Thorak
6. Penatalaksanaan Medis
1) Istirahat total, Tirah baring, posisi semi fowler.
2) Monitor EKG
3) Diet rendah kalori dan mudah dicerna, makanan lunak/saring serta rendah
garam (bila gagal jantung).
4) Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena.
5) Atasi nyeri :
a. Morfin 2,5-5 mg iv atau petidin 25-50 mg im, bisa diulang-ulang.
b. Lain-lain : nitrat, antagonis kalsium, dan beta bloker.
c. Oksigen 2-4 liter/menit.
d. Sedatif sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg per oral
6) Antikoagulan: Heparin 20.000-40.000 U/24 wad iv tiap 4-6 wad atau drip iv
7) Bowel care : laksadin
8) Pengobatan ditujukan sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran
pembuluh darah koroner. Bila ada tenaga terlatih, trombolisis dapat
diberikan sebelum dibawa ke rumah sakit. Dengan trombolisis, kematian
dapat diturunkan sebesar 40%.
9) Psikoterapi untuk mengurangi cemas
10) Referensi (MINIMAL 3 BUAH)
A, J. D., S, D. S., Irmalita, D, T., I, F., & B, W. (2016). Panduan Praktik Klinis (PPK)
dan Clinical Pathway (CP) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Edisi 1.
Jakarta: Jurnal Kardiologi Indonesia.
Indonesia, P. D. (2018). Pedoman Tata Laksana Sindrom Koroner Akut (Vol. I).
Jakarta: PERKI.
Perry, P. &. (2009). Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 (Vol. I).
Jakarta: EGC.
Rampengan, S. H. (2015). Kegawatdaruratan Jantung. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI.
B. KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1. DEFINISI SIRKULASI
Tubuh manusia terdiri dari beberapa organ tubuh yang tersusun secara terstruktur dan
sangat sistemik. Tiap organ dalam tubuh manusia memiliki fungsi dan tugas tersendiri.
Namun, organ-organ tersebut tidak akan bisa melakukan tugasnya bila asupan oksigen,
nutrisi serta zat-zat yang dibutuhkannya tidak sampai pada organ yang membutuhkannya
tersebut. Oleh karena itulah dikenal istilah sirkulasi dalam tubuh yang mengindikasikan
adanya sistem transportasi zat-zat dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh menuju tempa-tempat
atau organ- organ yang membutuhkannya (Ganong, 1998).
Sistem sirkulasi adalah sistem transport yang mensuplai zat-zat yang di absorbsi dari
saluran pencernaan dan oksigen ke jaringan, mengembalikan CO ke paru-paru dan produk-
produk metabolisme lainnya ke ginjal, berfungsi dalam pengaturan temperatur tubuh dan
mendistribusikan hormon-hormon dan zat-zat lain yang mengatur fungsi sel (Ganong,
1998).
Sirkulasi dalam tubuh manusia terbagi dalam dua jenis yang sirkulasi sistemik dan
sirkulasi paru-paru. Kedua sistem sirkulasi tersebut saling bekerja sama untuk
mendistribusikan zat-zat yang penting dibutuhkan oleh tubuh, antara lain oksigen dan
berbagai nutrisi lainnya (Sloane, 2007).
Sirkulasi sistemik adalah bagian dari sistem kardiovaskuler yang membawa darah
beroksigen dari jantung, untuk tubuh, dan kembali terdeoksigenasi darah kembali ke
jantung. Istilah ini kontras dengan sirkulasi paru-paru. Sirkulasi sistemik yang biasanya
juga disebut sebagai sirkulasi utama adalah proses dimana darah, yaitu sebagai pembawa
hormon dan zat-zat yang diperlukan tubuh ini dipompakan melalui sistem tertutup
pembuluh-pembuluh darah oleh jantung. Dari ventrikel kiri, darah dipompakan melalui
arteri-arteri dan anteriol ke arterile ke kapiler-kapiler, dimana darah berada dalam keadaan
seimbang dengan cairan interstitial. Kapiler-kapiler mengalirkan darah melalui venula ke
dalam vena dan kembali ke atrium kanan (Ganong, 1998).
2. FISIOLOGIS SISTEM SIRKULASI
1. Bagian-bagian yang berperan
a. Arteri berfungsi mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan. Untuk ini
arteri mempunyai dinding yang tebal dan kuat karena darah mengalir dengan
cepat pada arteri.
b. Arteriola adalah cabang kecil dari sistem arteri yang berfungsi sebagai kendali
dimana darah dikeluarkan ke dalam kapiler. Arteriola mempunyai dinding otot
yang kuat yang mampu menutup arteriola dan melakukan dilatasi beberapa kali
lipat dan mengubah aliran darah ke kapiler sebagai respon terhadap kebutuhan
jaringan.
c. Kapiler berfungsi untuk pertukaran cairan zat makanan elektrolit, hormone dan
bahan lainnya antara darah dan cairan interstitial. Untuk ini dinding kapiler
bersifat sangat tipis dan permeabel molekul kecil.
d. Venula berfungsi mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap dan
bergabung menjadi vena yang semakin besar.
e. Vena adalah saluran penampung dan pengangkut darah dari jaringan kembali ke
jantung. Karena tekanan pada sistem vena sangat rendah maka dinding vena
sangat tipis, tetapi dinding vena mempunyai otot untuk berkontraksi sehingga
berfungsi sebagai penampung darah ekstra yang dapat dikendalikan berdasarkan
kebutuhan tubuh.
3. MASALAH-MASALAH PADA SIRKULASI
a. Arteriosklerosis yaitu pengerasan pembuluh nadi karena endapan lemak berbentuk
plak (kerak) yaitu jaringan ikat berserat dan sel-sel otot polos yang di infiltrasi oleh
lipid (lemak).
b. Emboli yaitu tersumbatnya pembuluh darah karena benda yang bergerak.
c. Anemia atau biasa disebut penyakit kurang darah yaitu rendahnya kadar
haemoglobin dalam darah atau berkurangnya jumlah eritrosit dalam darah.
d. Varises yaitu pelebaran pembuluh darah.
e. Thrombus yaitu tersumbatnya pembuluh darah karena benda yang tidak bergerak.
f. Hemofili yaitu kelainan darah yang menyebabkan darah sukar membeku
(diturunkan secara hereditas).
g. Leukemia (kanker darah) yaitu peningkatan jumlah eritrosit secara tidak terkendali.
h. Erithroblastosis fetalis yaitu rusaknya eritrosit bayi/janin akibat aglutinasi dari
antibodi yang berasal dari ibu.
i. Thalasemia yaitu anemia yang diakibatkan oleh rusaknya gen pembentuk
haemoglobin yang bersifat menurun.
j. Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi akibat arteriosklerosis.
k. Hemoroid (ambeien) pelebaran pembuluh darah di sekitar dubur.
- Keluhan utama
- Pemeriksaan retina
3. PERENCANAAN
a. Diagnosis keperawatan: Penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload
vasokontriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
Tujuan (smart) ( Standar luaran /SLKI)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan curah jantung
meningkat dengan kriteria hasil: Kekuatan nadi perifer meningkat, palpitasi
menurun, takikardia menurun, dan gambaran EKG aritmia menurun.
Rencana Tindakan (SIKI) (1 intervensiutama dan 2 atau 3 intervensipendukung)
a. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi disnea,
kelelahan, edema, ortopnea, peningkatan CVP)
b. Monitor tanda dan gejala sekunder penurunan curah jantung (peningkatan berat
badan, distensi vena jugularis)
c. Monitor tekanan darah
d. Monitor saturasi oksigen
e. Monitor keluhan nyeri dada
f. Monitor EKG 12 sadapan
g. Monitor aritmia
h. Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi
nyaman
i. Berikan terpi relaksasi untuk mengurangi stres
j. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
k. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
l. Kolaborasi pemberian aritmia
Intervensi keperawatan
a. Monitor kelelahan fisik dan emosional
b. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/ atau aktif
c. Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
d. Anjurkan tirah baring
e. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
f. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
B. Konsep Dasar infarka miokard akut
1. Definisi
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal
mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016).
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai
oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan oleh gangguan yang
menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan
atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo Aru,dkk 2009) didalam
(nurarif, a.h 2015).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk
keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan
pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspani, 2016).
2. Etiologi
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut : (Apani,
2016)
a. Disfungsi miokard
b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload).
1) Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus arteriosus
paten
2) Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta
3) Disaritmia
c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)
d. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand overload)
3. Manifestasi Klinik
a. Gagal Jantung Kiri
1) Kongesti Pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar saturasi
oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi jantung S3 atau
“gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.
2) Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
(PND).
3) Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat berubah
menjadi batuk berdahak.
4) Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).
5) Perfusi jaringan yang tidak memadai.
6) Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam hari)
7) Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejala- gejala seperti:
gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah, ansietas,
sianosis, kulit pucat atau dingin dan lembab.
8) Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.
b. Gagal Jantung Kanan
Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena sisi kanan jantung
tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomondasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi
vena.
1) Edema ekstremitas bawah
2) Distensi vena leher dan escites
3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar
4) Anorexia dan mual
5) Kelemahan
Pathway
Pathway gagal jantung
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus gagal
jantung kongestive di antaranya sebagai berikut :
a. Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis,
iskemia, disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial.
b. Uji stress : Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk
menentukan kemungkinan iskemia atau infeksi yang terjadi sebelummnya.
c. Ekokardiografi
1) Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume balik dan
kelainan regional, model M paling sering diapakai dan ditanyakan bersama
EKG)
2) Ekokardiografi dua dimensi (CT scan)
3) Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung)
d. Katerisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis katup atau insufisiensi
e. Radiografi dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung.
f. Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam
pembuluh darah abnormal
g. Elektrolit : Mungkin beruban karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal
terapi diuretik
h. Oksimetrinadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung
kongestif akut menjadi kronis.
i. Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratory
ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
j. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin : Peningkatan BUN menunjukkan
penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi
k. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas
tiroid sebagai pencetus gagal jantung.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagi berikut :
a. Terapi farmakologi
Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan diuretik, angiotensin
converting enzym inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor blocker
(ARB), glikosida jantung , antagonis aldosteron, serta pemberian laksarasia pada
pasien dengan keluhan konstipasi.
b. Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah baring, perubahan gaya
hidup, pendidikan kesehatan mengenai penyakit, prognosis, obat-obatan serta
pencegahan kekambuhan, monitoring dan kontrol faktor resiko.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang dikerjakan oleh
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan
luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa berdasarkan
SIKI adalah :
menurun
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
1
Masalah, Cara
Mengatasi.
Pola Istirahat Tidur -Saat dirumah pasien - Saat dirumah sakit
- Jumlah/Waktu tidur 8 jam/ hari pasien hanya tidur
- Gangguan Tidur -Tidak ada ganguan tidur 5jam/ hari
- Upaya Mengatasi - Pasien suka
gangguan tidur terbangun saat tidur
- Hal-hal yang dikaremakan nyeri
mempermudah sering hilang timbul
tidur
- Hal-hal yang
mempermudah
bangun
Pola Kebersihan Diri (PH) Pasien mandi 2x/hari Hanya di basuh saja saat
- Frekuensi mandi pagi dan sore hari
- Frekuensi Mencuci
rambut
- Frekuensi Gosok gigi
- Keadaan kuku
- Ganti baju
-
Aktivitas Lain - Berekreasi -
bersama keluarga
Aktivitas apa yang
dilakukan klien untuk
mengisi waktu luang
2. Riwayat Psikologi
a. Status Emosi
Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien?
2
b. Gaya Komunikasi
Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara ( ya / tdk ),
c. Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme kopping klien dalam mengatasi masalahnya ?
- Pasien semangat minum obat dan mengarakan ia ingin segera pulih dari sakitnya
dan cepat berkumpul dengan keluarga
- Tidak ada
3. Riwayat Sosial
Bagaimana Pola Interaksi klien:
- istri
- baik
4. Riwayat Spiritual
3
Kebutuhan untuk beribadah ( terpenuhi / tidak terpenuhi )?
- Terpenuhi
-
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Composmentis, reaksi terhadap cahaya +
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Pain Moderate Worst Possible
3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Mata simetris +, tidak adanya oedem , pupil isokor, konjung tiva tidak anemis
4
Hidung
b. Mulut
Amati bibir : warna bibir pucat, mukosa kering.
c. Telinga
Amati bagian telinga luar: normal
b. Leher
Inspeksi : tidak adanya gangguan
5. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama).
PERKUSI
AUSKULTASI
5
- Suara Ucapan Terdengar : Bronkophoni ( + )
- Suara tambahan Terdengar : -
b. PEMERIKSAAN JANTUNG
INSPEKSI : Ictus cordis ( + / - ), pelebaran ........cm
PERKUSI
AUSKULTASI
6. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
AUSKULTASI
PALPASI
Palpasi Hepar : diskripsikan: Nyeri tekan pada dada kiri (+), pembesaran (+),
perabaan (lunak), permukaan (halus), tepi hepar (tumpul ). (N = hepar tidak teraba).
6
Palpasi Appendik : nyeri tekan ( + ), nyeri lepas ( + ), nyeri menjalar kontralateral
( + ).
PERKUSI
Palpasi
Penis : nyeri tekan ( - ), benjolan ( - ), Scrotum dan testis : beniolan ( - ), nyeri tekan
( - ),
9. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
a. Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris ), deformitas ( -), fraktur (-)
Palpasi
7
Menilai respon Verbal 5
g. Keluhan lain yang terkait dengan Px. Neurologis : tidak terdapat gangguan
b. Pemeriksaan Rambut
Dalam keadaan normal
c. Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi :dalam keadaan normal
B. KIMIA DARAH :
Ureum :15 ( N : 10 – 50 mg / dl )
8
Creatinin : 1.0 ( N : 07 – 1.5 mg / dl )
SGOT : 15 ( N : 2 – 17 )
SGPT : 8 ( N : 3 – 19 )
BUN :30 ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
C. ANALISA ELEKTROLIT :
D. PEMERIKSAAN RADIOLOGI :
Cor : besar & bentuknya normal
A. DIAGNOSA (SDKI)
ANALISIS DATA
DATA MASALAH ETIOLOGI
KEPERAWATAN
9
Ds: - klien mengatakan nyeri Nyeri akut Iskemik jaringan sekunder
dada seperti diremas-remas, terhadap sumbatan
dirtusuk-tusuk kioroner
- Klien mengeluh
dadanya terasa
berat seperti
ditindih benda
berat.
- Klien mengatakan
khawatir, merasa
takut untuk
beraktivitas
sekalipun
- - klien
mengatakan
cemas, takut akan
terjadi sesuatu
pada dirinya.
Do: - skala nyeri 8
- Wajah tampak
kesakitan/meringis
- Rr: 32x/mnt
- N:96x/mnt
- Td: 150/90 mmhg
- Ekremitas dingin,
keluar keringta
dingin , kulit pucat
- Klien tampak
cemas dan
ketakutan .
Kecemasan ancaman kematian atau
Ds: - klien mengatakan kuatir, perubahan kesehatan
merasa takut untuk beraktivitas
sedikitpun
- Klien mengatakan
merasa lemah,jika
beraktivitas
nafasnya terasa
cepat sekali
Do. – klien tampak lemah
- Klien tampak
berbaring di atas
tempat tidur
Resiko penurunan peningkatan tahanan
Ds : - klien tampak mengeluh curah jantung vaskuler sistemik
nafasnya cepat, seperti habis
berlari-lari
10
DO:
- TD: 150/90 mmHg
- N : 96X/mnt
- Regular kuat
ekremitas dingin
kulit pucat
11
B. RENCANA KEPERAWATAN
NO Tujuan Rencana Intervensi Keperawatan Rasional
Dx.
1. Setelah dilakukan tindakan - Monitor KU dan
kepaerawatan selama 1x24 jam TTV
nyeri dada klien berkurang - Pantau nyeri
kengan KH:
( karakteristik,
- Skala nyeri 1-5
lokasi, intensitas,
- Klien
mengatakan durasi )
nyeri berkurang Ajarkan teknik
- Klien tampak relaksasi ( nafas
tenang dalam dan
pertahanan )
- Kolaborasi
pemberian oksigen
dan Obat
12
- Jelaskan pad
apasien tentang
kondisi dan situasi
saat ini
13
- Melakukan O: klien
pemberian obat tampak
tenang skla
nyeri
berkurang
A: masalah
belum
teratasi
P: lanjutkan
intervensi
S: klien
- Menjelaskan mengatakan
pada klien untuk kalau banyak
meningkatkan bergerak
istirahat , dadanya nyeri
membatasi O: klien
aktivitas dan tampak
peningkatan berhati-hati
aktivitas secara dalam
bertahap bergerak
- - menganjurkan A: intoleransi
pasien untuk aktivitas
menghindari P: lanjutkan
peningkatan intervensi
tekanan
abdominal
14
15