Bismillah Artikel Jurnal
Bismillah Artikel Jurnal
Bismillah Artikel Jurnal
0
New Model Of Vocational Learning In Industri 4.0
Abstrak :
Kata kunci : Model pembelajaran vokasional, keterampilan kerja, kapabilitas, pengalaman
belajar, Revolusi Industri 4.0.
Keyword : Model of vocasional learning, employability, capability, experience learning,
industry 4.0
1. PENDAHULUAN
Perkembangan Industri 4.0 adalah integrasi komponen fisik (objek), kinerja komputer
dan koneksi ke internet untuk menghasilkan cyber-physical-system (CPS). Tantangan
Revolusi Industri 4.0 sangat berpengaruh dalam pencapaian lingkaran ekonomi suatu negara
(Rajput, S., & Singh, S. P., 2019). Disamping berpengaruh pada tingkat ekonomi juga
berpengaruh pada perkembangan pendidikan.
Dibidang pendidikan vokasioanal Industri 4.0 membutuhkan pembelajaran diantaranya
dalam perubahan pola kerja, pembelajaran yang berbasis IoT (Internet Of Thinking) berupa
menghubungkan produk dan informasi, kecepatan tinggi dalam transmisi data, big data,
pemrosesan cepat dari sejumlah informasi yang tinggi, objek yang berkomunikasi satu sama
lain dan data layanan yang dapat diakses diseluruh dunia, skill yang tepat dibutuhkan di
Industri 4.0, serta kemampuan seorang pekerja untuk segala bidang (multi skill) (Sudira, P,
2018). Pembentukan karakteristik pembelajaran vokasional di Industri 4.0 perlu adanya skill
yang tepat berupa kreativitas, collaboration, critical thinking, comunication. Hal ini relevan
dengan penelitian dari Buasuwan, P (2018) tentang kebijakan Thailand 4.0 yang mendorong
kreativitas, inovasi, inklusivitas dalam sistem pembelajaran vokasional.
Berdasarkan karakteristik pembelajaran di industri 4.0, pembelajaran vokasional
diarahkan ke self directed learning, self determined learning dan self relience. Keduanya
dapat diartikan pembelajaran mandiri dan mengarah pada pembelajaran seumur hidup dalam
menghadapi kemampuan memecahkan permasalahan yang semakin kompleks sehingga
membutuhkan skill abad XXI berupa, kreativitas, inovasi dan skill berpikir kritis, multi skill.
Konsep tersebut revelan dengan penelitian yang menyatakan bahwa pendekatan self directed
learning dan self determined learning di era Industri 4.0 menghasilkan perubahan lanskap
pembelajaran vokasional diantaranya kolaborasi virtual, konvergensi teknologi, konektivitas
global, komunitas online dan kreativitas digital yang menghasilkan pembelajaran mandiri
dan seumur hidup (Karakas, F & Manisaligil, A, 2012). Disamping itu self directed learning
dan self determined learning semakin banyak diminati oleh para akademisi khususnya
bidang vokasional dan para stakeholder vokasional, karena pembelajaran ini mampu
membawa banyak pengalaman dengan kuantitas dan kualitas baik (Sofie, Joshua dan Remy,
2008).
Penelitian ini juga didukung dari teori self directed learning yaitu bahwa gagasan self
directed learning dalam pembelajaran problem solving merupkan perspektif eksistensialis
yang membuat mandiri individu, tanggung jawab dan memiliki pandangan pribadi secara
luas (Savin, Badin dan Mayor, 2004). Dengan demikian, pembelajaran self directed learning
dan self determined learning merupakan pembelajaran yang tepat untuk orang dewasa
dengan membangun kepercayaan baru dan new culture menggunakan web base secara
dinamis terhadap perubahan yang terjadi dalam pembelajaran vokasional. Dalam
membangun new culture di pembelajaran vokasional yang responsive, aktif, antipatif,
komunikatif dan lainnya perlu adanya interaksi membutuhkan skill abad XXI. Skill abad
XXI berupa skill melek digital, skill belajar, berpikir kritis, berkolaborasi, berkomunikasi
dan berkarya. Berdasarkan kondisi tersebut membangun pembelajaran vokasional berbasis
web base yang dinamis dengan tujuan menciptakan new culture salah satunya menggunakan
model pembelajaran berbasis skill kerja (work skill) diabad XXI berupa skill virtual
collaboration dan cross culture competency.
Di era digital sekarang ini masih ada yang mengalami masalah terhadap belajar individu
sehingga menghambat pembelajaran vokasional salah satunya menghasilkan kinerja kerja
dan kepuasan diri dalam belajar yang kurang. Faktor utama dikarenakan konsep diri
individu yang lemah dalam mengikuti pembelajaran, kurangnya kesadaran akan pentingnya
self directed learning, self determined learning dan self relience terhadap belajar kelompok
maupun individu serta kesadaran untuk memenuhi kebutuhan belajar sendiri masih kurang.
Menanggapi hal ini bahwa perlu adanya kesadaran diri tentang penting self directed leaning,
self detrmined learning dan self reliance untuk menumbuhkan kesadaran belajar seumur
hidup dengan menentukan belajar sendiri. Sama halnya pentingnya kesadaran terhadap
kebutuhan belajar sendiri, dimulai dari analisis masalah, memecahkan masalah dengan
inisiatif memenuhi kebutuhan belajar sendiri. Lebih pentingnya lagi hal utama
dipertimbangkan adalah capability (kemauan dan kemampuan) seorang peserta didik dalam
pemebelajaran vokasional. Hal ini didukung dengan capability memiliki effek positif
terhadap produktivitas yang mengarah pada peningkatan kinerja bisnis di Cina ( Yu,
Wantao, Ramanathan, R, Wang, Xingyu, Yang, Jiehui, 2018).
Sebagai solusi dari permasalahan perlu adanya model pembelajaran vokasional yang
tepat khusunya pembelajaran di masa mendatang. yaitu model pembelajaran yang menjawab
permasalahan di masa depan salah satunya mampu meningkatkan employability seorang
pekerja. Adanya model pembelajaran vokasional untuk melahirkan new culture dan
outcome dari employability dimasa depan dalam pembelajaran vokasional yang dikaitkan
dengan selft directed learning dan self determined learning pada pembelajaran vokasional.
2. METODE
Penyusunan artikel ini menggunakan pendekatan literature review. Tujuan dari penulisan
artikel pendekatan literature review dimaksudkan untuk menjelaskan model pembelajaran
vokasional dimasa revolusi industri 4.0 atau abad 21 dengan menggunakan kerangka
outcome dari employability di dunia kerja baru, capability, dan learning experience sehingga
menghasilkan model pembeajaran yang diharapkan ada revolusi industry 4.0. Metode
pengumpulan data dengan mengumpulkan berbagai penelitian, informasi dari berbagai
sumber berupa buku, jurnal- jurnal terkait dengan pembahasan teori dan analisis data dari
sumber tersebut. Penulisan literature Riview ini mengacu pada teori (wolfswinke, et al.,
2013). Menurut penelitian dari wolfswinke, et, al (2013) terdapat lima tahapan yaitu 1)
determining criteria; 2) search; 3) choose; 4) analysis (synthesis) dan 5) presentasi. Literatur
riview ini merupakan analisis dari model pembelajaran vokasional yang tepat pada Abad
XXI bersumber dari artikel yang terpublish di jurnal dari tahun 2001 sampai 2020.
Pencarian artikel ini menggunakan 2 macam situs web yang menyediakan akses
berlenagganan ke data penelitian berupa artikel ilmiah. Tiga situs beserta alamatnya berupa
science direct (https://www.sciencedirect.com) dan emerald (https://www.emeralds.com).
Kata kunci yang dicari berupa macam-macam dari model pembelajaran vokasioanal berupa
(1) model of vocational learning,(2) capability, (3) employability, (4)experience learning
industry 4.0, (5) Problem Based Learning, (6) Project Based Learning, (7) Competence
Based Learning, (8) Work Based Learning, dan (9) Virtual Collaboration Learning (10)
Social Work Learning. Tahap berikutnya artikel terkumpul, berdasarkan ketersesuaian
makna yang dipilih terdiri dari dari sciencedirect dan dari emeralds.
3. HASIL dan PEMBAHASAN
Model pembelajaran vokasioanal pada revolusi industri 4.0 sangat penting di kembangkan,
karena model pemebelajaran vokasional ini berfungsi mengembangakan kompetensi peserta
didik dalam pendidikan vokasional atau berpengaruh terhadap kelayakan kerja. Hasil
temuan model pembelajaran vokasional di revolusi industri 4.0 merupakan hybrid dari mode
pembelajaran vokasional dengan memperhatikan 3 hal meliputi outcome employability dari
dunia kerja baru, capability (kemampuan dan kemauan) dan experience learning
(pengalaman belajar) pada masa revolusi industry 4.0. Hal ini didukung penelitian bahwa
pendekatan capability dan employbility sebagai solusi kemiskinan dan meningkatkan
kompetensi kerja pengangguran muda di Afrika Selatan ( Rauner, F, 2019). Berikut uraian
dari 3 kerangka model pembelajaran vokasioal di masa revolusi industry 4.0.
Paradigama pengembangan employability pada revolusi Industri 4.0 tidak hanya melihat
output melainkan outcame juga. Paradigma outcome mampu memberi kebermaknaan skill
lulusan dan sertifikat yang dimiliki bagi dunia kerja, dirinya sendiri, keluarga dan
masyarakat , bangsa dan negaranya (Trilling & Fadel, 2009). Outcome employability di
dunia kerja baru pada revolusi industri berdasarkan melihat kualifikasi diantanya
employability secara social dan ekologis bagi pekerja, employability pengetahuan pasar
tenaga kerja, employability, employability terhadap Invisible Work or Social Work, koneksi
social kerja, Keterampilan Komunikasi, keterampilan bekerja dalam kelompok,
keterampilan memecahkan masalah, keterampilan berprakarsa dan berusaha, keterampilan
merencanakan dan mengatur kegiatan, keterampilan mengelola diri, keterampilan dalam
pembelajaran, keterampilan menggunakan teknologi, kesehatan ddan keselamatan kerja,
keterampilan mental . Disamping itu, outcome employability yang diperlukan pada revolusi
industry 4.0 adalah seseorang yang memiliki multiskill pada future work skill meliputi sense
making, novel and adaptive thinking, social intelligence, transdisciplinarity, new media
literacy, cognitive load management, computational thinking, cross cultural competency,
virtual collaboration dan design Mindset. Berikut penjabaran dari berbagai outcome
employability di dunia kerja baru era revolusi industry 4.0.
Kesuksesan seorang individu dalam bekerja pada revolusi industri 4.0 saat ini tergantung
pada sikap seorang individu dalam bekerja atau employability. Employability merupakan
keterampilan kerja yang dimiliki seseorang individu terhadap dirinya maupun kelompok
dalam bekerja sehingga mampu menyesuaikan, bertahan dalam bekerja dan meningkatkan
jenjang karir. Berdasarkan pernyataan tersebut pentingnya employability dalam kualifikasi
pekerja dimasa depan. Rauner, F (2019) menyatakan pentingnya kompetisi kualitas
internasional memicu modernisasi struktur industri di masa depan. Hal ini memberi dampak
luas pada kebijakan pendidikan dan pelatihan kejuruan secara modern dimasa depan. Salah
satu yang dibahas mengenai kualifikasi pekerja. Struktur kualifikasi pekerja dimasa depan
tidak tergantung pada tempat dan waktu ( Rauner, F, 2019). Hal ini mengartikan bahwa
kualifikasi yang dibutuhkan seorang pekerja dimasa depan, seorang pekerja yang memiliki
kompetensi mampu beradaptasi tidak bergantung pada waktu dan tempat serta seorang
pekerja yang memiliki tanggung jawab secara social dan ekologis.
Kualifikasi pekerja yang memiliki intelgen yang baik untuk bersaing di pasar tenaga kerja.
Kemampuan ini berupa pengetahuan perencanaan kerja, pencarian kerja, memasuki kerja
sampai peningkatan karir kerja. Hal ini didukung dengan penelitian bahwa setiap pekerja
memastikan memiliki kemampuan mendapatkan, mempertahankan pekerjaan dan
mendapatkan pekerjaan baru ketika diminta oleh pasar kerja (HillageandPollard, 1998). Dari
pernyataan tersebut calon pekerja harus aktif mencari pekerjaan , dan menyiapkan diri
dengan keterampilan yang dibutuhkan. Optimalisasi keterampilan yang dimiliki lulusan
pendidikan dan kejuruan dapat diperoleh memalui pemagangan atau prakerja, atau
mengikuti pelatihan-pelatihan sebagai pengalaman pekerja.
Reality Work membentuk dapat mengoptimalkan keterampilan yang dimiliki selama belajar.
Untuk pendidikan kejuruan dan pelatihan dapat melakukan reality work ketika malakukan
magang. Kualifikasi employability yang baru dimasa depan memiliki pengalaman kerja
(reality work). Reality work merupakan pekerjaan yang mengedepankan kelayakan karir,
dan biasanya dalam jangka panjang ataubisa dikenal dengan pekerjaan yang berkelanjutan
dan bermakna (Powell, L & MrGrathSimon, 2019). Seorang diakatakan sebagai
employability yang baik ketika memiliki reality work dalam masa hidupnya. Hal ini di
dukung alasan dari ILO (2018) seorang pekerja dalam reality work akan mendapatkan
perlindungan social, perlindungan tenaga kerja, dukungan kesehatan, pendidikan dan
pelatihan berbasis pekerjaan, dan keselamatan kerja. Dapat dikataan reality work
mengarahkan pada pengentasan kemiskinan dan pengangguran.
d. Invisible Work or Social Work atau Pekerjaan tidak terlihat (kepedulian)
Pekerjaan tak terlihat merupakan pekerjaan atas dasar humaninty atau rasa social. Bekerja
bukan untuk mendapatkan upah melainkan bekerja karna orang lain membutuhakan dan
melihat ekologis. Hal ini didukung dengan penelitian dibidang kesehatan bahwa rutinitas
kerja baru dengan kolaborasi antara terapis, pasien dan profesi teknis mampu membangun
dan memeliahara infrastruktur telerehabilitas (Bodker, M & Nielsen, 2015).
Seorang calon pekerja harus proaktif dalam mencari pekerjaan. Keaktifan calon pekerja juga
ditentukan kemampuan dalam mencari kerja. Koneksi social dalam pencarian kerja
merupakan kemampuan yang dibutuhkan dalam mencari kerja.
3.2 Capability
Dalam pemebelajaran vokasional perlu langkah awal untuk perkembangan skill yaitu
dengan menggunakan pendekatan awal. Pendekatan capability merupakan pendekatan
bersifat proaktif atas dasar pekerja bertanggung jawab terhadap kehidupan mereka dengan
menggunakan keterampilan yang dimiliki (Powell, L & MrGrathSimon, 2019). Hal ini
mengartikan bahawa capability berupa kemauan dan kemampuan kerja meruapakan langkah
awal dalam mengembangkan keterampilan pribadi dan menentuan bakat, sehingga sangat
penting bagi seseorang untuk mengembangakan kemampuan dalam hidpunya atau sangat
penting bagai seorang dalam mengembangkan karir pekerjaannya. Oleh karena itu
pentingnya kemampuan capability bagi seorang pekerja dimasa depan. Namun berbeda
pandangan tentang pendekatan capability tidak menekankan pada pekerjaan, karena
pekerjaan tidak selalu berkontribusi pada peningkatan kualitas manusia (Human
Development Report, 2015).
REFRENSI
- Bødker, M. and Juul Nielsen, A. (2015). Providing rehabilitation online – invisible work
and diagnostic agents. Journal of Health Organization and Management. 29(7), 948-
964. https://doi.org/10.1108/JHOM-06-2014-0091.
- Silva, A., Bispo, A., Rodriguez, D. and Vasquez, F. (2018), "Problem-based learning: A
proposal for structuring PBL and its implications for learning among students in an
undergraduate management degree program. Revista de Gestão. 25(2),160-
177. https://doi.org/10.1108/REGE-03-2018-030.
- Megan, H.H. & Terwijn, K.R. (2015). Enhancing Inquiry-Based Learning Environments
with the Power of Problem-Based Learning to Teach 21st Century Learning and Skills"
In Inquiry-Based Learning for Science, Technology, Engineering, and Math (Stem)
Programs: A Conceptual and Practical Resource for Educators. Innovation in Higher
Education Teaching and Learning. 4, 301-320. http://dx.doi.org/10.1108/S2055-
364120150000004017.
- Schechter, C. (2011). Switching cognitive gears: Problem based learning and success
based learning as instructional frameworks in leadership education. International Journal
of Educational Management. 19(7), 541-551. http://
dx.doi.org/10.1108/09513540510625581.
- Yeo, R.K. (2005). (Re) Viewing problem based learning: An exploratory study on the
perceptions of its applicability to the workplace. Journal of Managerial Psycholofy.
22(4), 369-391. http://dx.doi.org/10.1108/02683940710745941.
- Bohne, C., Eicker, F& Haseloff, G (2017). Competence-based vocational education and
training (VET): An approach of shaping and Networking. European Journal of Training
and Development. 41(1), 28-38. http://dx.doi.org/10.1108/EJTD-07-2016-0052
- Meyer, G.,Bruning, B., Nyhuis, P. (2015).Employee competences in manufacturing
companies-an expert survey. Journal of Management Development. 34(8), 1004-1018,
http://dx.doi.org/10.1108/JMD-06-2014-0056.
- Bauer, J., Fastner, D., Gruber, H., Harteis, C., & Heid, H. (2004).The effects of
epistemological beliefs on workplace learning.The Journal of Workplace Learning,
16(5), 284-292. DOI 10.1108/13665620410545561
- Billet, S. (2001). Learning through work: workplace affordances and individual
engagement. Journal of Workplace Learning. 13 (5), 209-214.
http://dx.doi.org/10.1108/EUM0000000005548.
- O’Connor, B.N. (2004). The workplace Learning cycle: A Problem-based curriculum
model for the preparation of workplace learning professionals. Journal of Workplace
Learning. 16 (6), 341-349. http://dx.doi.org/10.1108/13665620410550312
- Feldman, L. (2016). Considerations in the design of WBL setting to enhance students’
employability- a synthesis of individual and contextual perspectives. Higher Education,
Skills and Work-Based Learning. 6(2). http://dx.doi.org/10.1108/HESWBL-09-2014-
0044
- Fleming, J., & Haigh, N.J. (2018). Using sociocultural insights to enhance work
integrated learning. Higher Education, Skills anda Work- Based Learning. 8(4), 395-407.
https:// doi.org/10.1108/HESWBL-09-2017-0071
- Thomas & McGuire, G. (2001). Competencies and workplace learning: some reflections
on the rhetoric and the reality. Jouranal of Workplace Learning. 13 (4), 144-164.
http://dx.doi.org/10.1108/13665620110391097.
- Garnett, J. (2001). Work based learning and the intellectual capital of universities and
employers. The Learning Organizations. 8 (2), 78-81.
- Gustafsson, J., Thang, P.O.(2017). Workplace Learning in Higher Education: Two
examples from a Swedish Context. Work Integrated Learning in The 21 st Century. 35-49.
https://doi.org/10.1108/S1479-367920170000032002
- Kianto, S. M. A, (2014). Vcational students’ perspective on professional skills
workplace learning. Journal Of Workplace Learning. 26(2), 128-148.
http://dx.doi.org/10.1108/JWL-07-2013-0044
- Onstenk, J & Blokhuis, F. (2007). Apprenticeship in The Netherlands: connecting
school- and work based learning. Education and Training. 49 (6), 489-499. DOI
10.1108/00400910710819136
- Toole, T. (2011). Social Media: Key tools for the future of Work- based Learning.
Development and Learning in Organizations : An International Journal. 25 (5), 31- 34.
http://dx.doi.org/10.1108/14777281111159438
- Virolainen, M. (2007). Workplace Learning and Higher education in Finland: reflections
on current practice. Education and Training. 49 (4), 290-309.
http://dx.doi.org/10.1108/00400910710754444
- Bower, M. (2017). Abstracting Technology-Enhanced Learning Design Principles.
Design of Technology-Enhanced Learning. 365-403. https://doi.org/10.1108/978-1-
78714-182-720171013
- Cervai, S., Cian, L., Berlanga, A., Borelli, M., Kekale, T. (2013). Assesing the quality of
the learning outcome in vocational education: the expero model. Journal of Workplace
Learning. 25 (3). 198-210. http://dx.doi.org/10.1108/13665621311306565
- Gvaramadze, I .(2012). Developing generic competences in online virtual education
programmes at the University of Deusto. Campus- Wide Information System. 29 (1), 4-
20. DOI 10.1108/10650741211192028.
- Hasler, B.S.(2011). Intercultural Collaborative Learning in Virtual Worlds.
Transforming Virtual World Learning. 265-304. http://dx.doi.org/10.1108/S2044-
9968(2011)0000004015
- Chawla, U.L. S,. (2015). Higher Educational institutes ad learning organization for
employer branding. Industrial and Commercial Training. 47 (5), 265-276.
http://dx.doi.org/10.1108/ICT-01-2015-0001
- Long, L.K. (2013). Preparing students to collaborate in virtual work worls. Higher
Education, Skills and Work Based Learning. 3 (1), 6-16.
http://dx.doi.org/10.1108/20423891311294948
- Matias, A. & Gonzales, A.A. (2017). What do Geology and it have in common ? The
Case o an international Collaboration through Experiental Learning. Engaging
Dissonance: Developing Mindful Global Citizenship in Higher Education. 107-127.
https://doi.org/10.1108/S2055-364120170000009006
- Mitchell, E. (2007). Editorial The places where students and scholar work, collaborate
share and plan Endless possibilities for us!. 35(4), 521-524. DOI
10.1108/00907320710838345
- Shah, C. (2016). The blind Leading the blind : Impromptu Leaderships influenced by
awareness in collaborative search. Aslib Journal of information Management. 66 (2),
212-226. https://doi.org/10.1108/AJIM-08-2015-0125
Sience direct:
- Hatisaru, V., Kucuk & Uran, A.,G.(2009). Vocational and technical education problem
based learning exercise : Sample scenario. World Coference on Educational Sciences
2009. doi:10.1016/j.sbspro.2009.01.378.
- Ismail., N.S., Harun, J., Zakaria. A.Z.M., & Salleh, S. Md.(2018). The Effect of Mobile
Proble Based Learning Application DicSience PBL on Student’ Critical Thinking.
Thinking Skills and Creativity. https://doi.org/10.1016/j.tsc.2018.04.002
- Li, Y., Wang, X., Zhu, X. R., Zhu, Y.X., & Sun, J,.(2019). Effectiveness of problem
based learning on the professional communication competencies of nursing students and
nurses: a Systematic review. Nurse Education in Practice. 42-55.
https://doi.org/10.1016/j.nepr.2019.04.015
- Liu, Lu., Du, Xi, Zhang, Z., Zhou, J.(2019). Effect of problem based learning in
pharmacology education: A meta-analysis. Studies in Educational Evaluation. 43-58.
https://doi.org/10.1016/j.stueduc.2018.11.004
- Korytkowski, P. (2017). Competences based performance model of multiskilled workers
with learning and forgetting. Expert Systems with applications. 226-235.
http://dx.doi.org/10.1016/j.eswa.2017.02.004.
- Wijnia, L., Kunst, E.M., Woerkom, M.V., Poell, R. F. (2016). Team learning and its
association with the implementation of competence-based education. Teaching and
Teacher Education. 115-126. http://dx.doi.org/10.1016/j.tate.2016.02.006
- Yu, W., Ramanathan, R., Wang, X. and Yang, J. (2018). Operations capability,
productivity and business performance: The moderating effect of environmental
dynamism", Industrial Management & Data Systems, Vol. 118 No. 1, pp. 126-
143. https://doi.org/10.1108/IMDS-02-2017-0064.