Jhohana

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 78

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Sebelas Maret Institutional Repository

HUBUNGAN ANTARA KELELAHAN KERJA


DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT
DI RUMAH SAKIT ISLAM YARSIS
SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh:

JHOHANA KURNIA WIDYASARI


R0206036

PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Hubungan Antara Kelelahan Kerja dengan Stres


Kerja pada Perawat Rumah Sakit Islam Yarsis Surakarta

Jhohana Kurnia Widyasari, R0206036, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah di sahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi


Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Pada Hari:............Tanggal:................... Tahun: 2010

Pembimbing Utama
Eti Poncorini Pamungkasari, dr., M.Pd
NIP.19750311 200212 2 002 ...........................................

Pembimbing Pendamping
Sumardiyono, SKM, M.Kes.
NIP.19650706 1988303 1 002 ...........................................

Penguji
Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.Ok
NIP. 19481105 198111 1 001 ...........................................

Surakarta, Juli 2010

Tim Skripsi Ketua Program


D.IV Kesehatan Kerja FK UNS

Lusi Ismayenti, S.T, M.Kes Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.Ok
NIP. 19720322 200812 2 001 NIP. 19481105 198111 1 001
PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustakaan.

Surakarta, 7 Juli 2010

Nama: Jhohana Kurnia Widyasari


NIM. R0206036
ABSTRAK

Jhohana Kurnia Widyasari. 2010. “Hubungan Antara Kelelahan Kerja dengan


Stres Kerja Perawat Rumah Sakit Islam Surakarta”. Skripsi Jurusan Diploma 4
Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret
Surakarta.
Kelelahan menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai
oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas menurun. Adanya keseimbangan
antar kerja fisik dapat membuat pekerja nyaman, aman, dan tidak mengalami
stress kerja yang berlebihan. Stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya
bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu
dengan beban yang dirasakannya. Apabila tidak ada keseimbangan antara kerja
fisik akan menyebabkan konsentrasi, kemampuan, dan efektivitas menurun. Hal
tersebut merupakan sebagian dari tanda-tanda kelelahan, kelelahan yang berlanjut
akan mengakibatkan stress kerja. Penelitiaan ini bertujuan ingin mengetahui
hubungan antara Kelelahan Kerja dengan Stres kerja perawat bagian shift pagi
Rumah Sakit Islam Surakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel diambil
secara purposive sampling. Pengambilan data dengan pengukuran kelelahan kerja
dan stress kerja pada perawat rawat inap. Data yang diperoleh diolah dengan
menggunakan teknik analisis kendall’s tau-b.
Dari uji kendall’s tau-b diperoleh koefisiien korelasi 0,742 dengan nilai
asymp sig 0,00 lebih kecil dari 0,01 yang berarti ada hubungan antara kelelahan
dengan stres kerja.

Kata Kunci: kelelahan kerja, stres kerja.


Abstract

Kurnia Jhohana Widyasari. 2010. "The Relationship Between Fatigue Working


with Work Stress Surakarta Islamic Hospital Nurses." Diploma Thesis
Department of Occupational Health 4 Faculty of Medicine,Sebelas Maret
Surakarta State University.

Fatigue reduce work capacity and endurance work is marked by the


sensation of fatigue, decreased motivation, decreased activity. A balance between
physical labor can make the workers comfortable, safe, and not experiencing
excessive job stress. Stress is highly individual and essentially destructive when
there is no balance between the mental endurance of individuals with the burden
he felt. If there is unbalance between physical work will lead to concentration,
ability, and effectiveness decreases. It is part of the signs of fatigue, fatigue
continues will cause job stress. This study aims to find out the relationship
between work fatigue with Stress working in the Surakarta Islamic Hospital
morning shift.

This study uses cross sectional approach. Samples taken by purposive


sampling. Collecting data with the measurement of fatigue and stress of work
nurse patient. The data obtained were processed using analysis techniques
kendall's tau-b.

From the test kendall's tau-b correlation was obtained koefisiien .742 with
asymp sig value of 0.00 is smaller than 0.01 which means there is a relationship
between fatigue with work stress.

Key Words: Work fatique, Work stress

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, atas

segala karunia dan kemurahan-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul

“Hubungan Antara Kelelahan Kerja dengan Stres Kerja Pada Perawat di Rumah

Sakit Islam Surakarta” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat tugas akhir untuk mencapi

gelar Sarjana Sains Terapan.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini juga atas bimbingan, bantuan dan

kerjasama dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Syamsulhadi, dr., Sp.KJ (K), selaku Rektor Universitas

Negeri Sebelas Maret, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk

menempuh studi di Fakultas Kedokteran, Universitas Negeri Sebelas Maret

Surakarta.

2. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Arman Subiyanto, dr., M.S, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.Ok, selaku Ketua Program Diploma 4

Kesehatan Kerja FK UNS, yang telah mengarahkan dan memberikan motivasi

dalam penelitian ini.

4. Ibu Eti Poncorini Pamungkasari, dr., M.Pd selaku dosen Pembimbing Utama

dan Bapak Sumardiyono, S.KM, M.Kes selaku Pembimbing pendamping,

yang telah memberi motivasi, petunjuk, saran dan bimbingan, sehingga dapat

terwujud skripsi ini.


5. Ketua Bagian Bidang Keperawatan Rumah Sakit Islam Surakarta Bapak Budi

Santoso, A.MK, yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya dalam

penelitian ini.

6. Direksi Rumah Islam YARSIS Surakarta yang telah member izin, bantuan dan

kerjasamanya dalam penelitian ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Diploma 4 Fakultas Kedokteran Universitas

Negeri Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ilmu dan dorongan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Staf dan karyawan Jurusan Diploma 4 Fakultas Kedokteran Universitas

Negeri Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu penulis selama

melakukan kuliah dan penyusunan skripsi.

9. Bapak, Ibu dan saudaraku tercinta yang memberikan bantuan material dan

spiritual selama penulis menempuh kuliah dan menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-temanku sealmamater Diploma Empat Kesehatan Kerja Fakultas

Kedokteran UNS yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Semoga amal baik dari semua pihak, mendapatkan imbalan yang berlipat ganda

dari Allah SWT. Amin.

Surakarta, 7 Juli 2010

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ iii

HALAMAN ABSTRAK ......................................................................... iv

HALAMAN KATA PENGANTAR ....................................................... vi

HALAMAN DAFTAR ISI ..................................................................... viii

HALAMAN DAFTAR TABEL ............................................................. xi

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ..................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................. 3

C. Tujuan ................................................................................ 3

D. Manfaat .............................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kelelahan Kerja ................................................................. 5

1. Kelelahan Kerja ......................................................... 5

2. Pengertian Kelelahan Kerja ...................................... 5

3. Jenis Kelelahan Kerja ................................................ 7

4. Faktor Penyebab Kelelahan Kerja ............................. 9

5. Gejala Kelelahan Kerja.............................................. 10


6. Mekanisme Kelelahan Kerja ..................................... 10

B. Stres Kerja ........................................................................... 12

1. Definisi Stres ............................................................. 12

2. Jenis-jenis Stres ......................................................... 13

3. Definisi Stres Kerja ................................................... 13

4. Sumber Stres Kerja .................................................... 14

5. Dampak Stres Kerja ................................................... 16

C. Hubungan Kelelahan Kerja dengan Stres Kerja ................. 18

D. Kerangka Teori ................................................................... 21

E. Hipotesis ............................................................................. 22

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.................................................................... 23

B. Lokasi dan waktu penelitian ............................................... 23

C. Subyek Penelitian................................................................ 23

1. Populasi Penelitian .......................................................... 23

2. Sampel Penelitian............................................................ 23

D. Identifikasi Variabel Penelitian........................................... 24

E. Definisi Operasional ........................................................... 25

F. Desain Penelitian ................................................................ 26

G. Instrumen Penelitian ........................................................... 26

H. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 29

I. Prosedur Penelitian ............................................................. 29

J. Teknik Analisis Data........................................................... 30


BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................... 33

B. Hasil Penelitian ................................................................... 37

1. Karateristik Responden ............................................. 37

2. Deskripsi Data ........................................................... 38

a. Kelelahan Kerja dan Stres Kerja ........................ 38

b. Kecepatan Waktu Reaksi Cahaya ....................... 39

c. Stres Kerja .......................................................... 41

3. Hasil Uji kendall’s Tau-b .......................................... 41

BAB V. PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat ................................................................. 42

1. Usia .................................................................................. 42

2. Masa Kerja....................................................................... 42

3. Jenis Kelamin .................................................................. 43

4. Gambaran Kelelahan Kerja ............................................. 43

5. Gambaran Stres Kerja...................................................... 46

B. Analisis Bivariat ................................................................... 47

1. Hasil Uji Bivariat ........................................................... 47

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................... 49

B. Saran ..................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 51

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

2. Distribusi Frekuensi Umur Responden .............................................. 37

3. Distribusi Frekuensi Mas Kerja Responden ....................................... 38

4. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden ................................. 38

5. Deskripsi Statistik Mean, median, modus, standar deviasi ............... 39

6. Deskriptif kecepatan waktu reaksi rangsang cahaya .......................... 39

7. Daftar Distribusi Frekuensi Kategori kecepatan waktu reaksi

rangsang cahaya Sebelum Bekerja ..................................................... 40

8. Daftar Distribusi Frekuensi Kategori kecepatan waktu reaksi

rangsang cahaya Setelah Bekerja ....................................................... 40

9. Daftar Distribusi frekuensi Kategori Stres Kerja ............................... 41

10. Hasil Uji Kendall’s Tau-b ................................................................. 41


DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Sampel Pengukuran Kelelahan dan Stres Kerja

2. Kisi-kisi Kuesioner Stres Kerja

3. Contoh Kuesioner H-RSA

4. Surat Pengajuan Kuesioner untuk Pengukuran Stres Kerja

5. Hasil uji Kendall’s Tau-b

6. Foto Pengukuran Kelelahan Kerja

7. Hasil Pengukuran Stres Kerja

8. Hasil Pengukuran Kelelahan Setelah Bekerja

9. Hasil Pengukuran Kelelahan Sebelum Bekerja


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai undang-undang No.23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan

Kerja, bahwa upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan disemua tempat kerja,

khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah

terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang.

Penelitian dari National Institute for Occupational Safety and Health

(NIOSH) menetapkan perawat sebagai profesi yang berisiko sangat tinggi

terhadap stress (Schultz dan Schultz, 1994) hasil penelitian selye (1996)

menunjukkan alasan mengapa profesi perawat mempunyai resiko yang sangat

tinggi terpapar oleh stres adalah karena perawat memiliki tugas dan tanggung

jawab yang sangat tinggi terhadap keselamatan nyawa manusia. Selain itu ia juga

mengungkapkan pekerjaan perawat mempunyai beberapa karakteristik yang dapat

menciptakan tuntutan kerja yang tinggi dan menekan. Karakteristik tersebut

adalah otoritas bertingkat ganda, heterogenitas personalia, ketergantungan dalam

pekerjaan dan spesialisasi, budaya kompetitif di rumah sakit, jadwal kerja yang

ketat dan harus siap kerja setiap saat, serta tekanan–tekanan dari teman sejawat.

Kelelahan kerja adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi

dan ketahanan dalam bekerja (Suma’mur, 2009). Kelelahan kerja akan

menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja (Eko Nurmianto,


2003). Dalam menjalankan tugasnya seorang perawat tidak dapat terlepas dari

stres, karena masalah stres tidak dapat dilepaskan dari dunia kerja. Dengan

semakin bertambahnya tuntutan dalam pekerjaan maka semakin besar

kemungkinan seorang perawat mengalami stres kerja, setiap jenis pekerjaan tidak

terlepas dari tekanan-tekanan baik dari dalam maupun dari luar yang dapat

menimbulkan stres bagi para pekerjanya. Dalam proses bekerja hasil atau

akibatnya perawat dapat mengalami stres, yang dapat berkembang menjadikan

perawat sakit fisik dan mental, sehingga tidak dapat bekerja secara optimal.

Menurut hasil survei dari PPNI ( Persatuan Perawat Nasional Indonesia) tahun

2006, sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat provinsi di Indonesia

mengalami stres kerja, sering pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena beban

kerja terlalu tinggi dan menyita waktu.

Stres kerja pada perawat merupakan salah satu permasalahan dalam

manajemen sumber daya manusia di Rumah Sakit. Stress kerja adalah suatu

tekanan yang tidak dapat ditoleransi oleh individu baik yang bersumber dari

dirinya sendiri mapun dari luar dirinya. Penyebab stres bersumber dari biologis,

psikologik, sosial, dan spritual. Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami

karyawan dalam menghadapi pekerjaan, yang disebabkan oleh stresor yang datang

dari lingkungan kerja seperti faktor lingkungan, organisasi dan individu. Tinggi

rendahnya tingkat stres kerja tergantung dari manajemen stres yang dilakukan

oleh individu dalam menghadapi stresor pekerjaan tersebut.

Oleh karena itu kelelahan kerja dalam penelitian ini dihubungkan dengan

stres tenaga kerja tenaga perawat .


B. Perumusan Masalah

“Adakah hubungan kelelahan kerja dengan stres kerja terhadap tenaga

perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara kelelahan kerja dengan stres kerja

pada perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat kelelahan kerja tenaga perawat Rumah Sakit Islam

Surakarta.

b. Mengetahui tingkat stres kerja perawat Rumah Sakit Islam Surakarta.

c. Menganalisa adanya hubungan kelelahan kerja dengan stres kerja perawat

Rumah Sakit Islam Surakarta.

D. MANFAAT

1. Manfaat teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan kesehatan kerja terutama tentang hubungan antara kelelahan

kerja dengan stres kerja .

2. Manfaat Praktis

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai peneliti,

manfaat penelitian yang diharapkan :


a. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam rangka penerapan

ilmu pengetahuan yang telah diterima selama kuliah.

b. Bagi Rumah Sakit Islam Surakarta

Diharapkan sumber informasi dan bahan pertimbangan di dalam

mengatasi permasalahan yang timbul terutama dalam hal mengatasi kelelahan

kerja dan stres kerja yang timbul pada tenaga perawat.

c. Bagi Perguruan Tinggi

Menambah referensi pengetahuan tentang hubungan kelelahan kerja

dengan stres kerja pada perawat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kelelahan Kerja

1. Kelelahan Kerja

Semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Lelah bagi

setiap orang akan mempunyai arti tersendiri dan bersifat subyektif. Lelah

merupakan suatu perasaan.

2. Pengertian Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi

dan ketahanan dalam bekerja, yang dapat disebabkan oleh :

a. Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual)

b. Kelelahan fisik umum

c. Kelelahan syaraf

d. Kelelahan oleh lingkungan yang monoton

e. Kelelahan oleh lingkungan kronis terus-menerus sebagai faktor secara

menetap (Suma’mur PK, 2009)

Kelelahan bagi setiap orang memiliki arti tersendiri dan bersifat

subyektif. Lelah adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan

ketahanan dalam bekerja. Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan

tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan

demikian terjadilah pemulihan (Suma’mur, 1996).


Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu,

tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas

kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004). Kelelahan menurunkan

kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi

menurun, aktivitas menurun. Keadaan yang ditandai oleh adanya perasaan

kelelahan kerja dan penurunan kesiagaan keadaan pada saraf sentral sistimik

akibat aktivitas yang berkepanjangan dan secara fundamental dikontrol oleh

sistim aktivasi dan sistim ihibisi batang otak. Merupakan fenomena

kompleks yang disebabkan oleh faktor biologi pada proses kerja dan

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Menurut Eko Nurmianto (2003), kelelahan kerja akan menurunkan

kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja

akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri.

Pembebanan otot secara statis pun (static muscular loading) jika

dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI

(Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon, dan lain-lain yang

diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive). Selain itu

karakteristik kelelahan akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan

yang dilakukan, sedangkan menurunnya rasa lelah (recovery) adalah didapat

dengan memberikan istirahat yang cukup.

Kelelahan berbeda dengan kejemuan, sekalipun kejemuan adalah

suatu faktor dari kelelahan (Suma’mur PK, 1999). Menurut Tarwaka, dkk

(2004) kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan agar terhindar dari


kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan

setelah istirahat. Kelelahan (fatigue) merupakan suatu perasan yang subyektif.

Kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi dan

kebutuhan dalam bekerja (AM.Sugeng Budiono, 2003: 82). Jadi dapat

disimpulkan bahwa kelelahan kerja bisa menyebabkan penurunan kinerja

yang dapat berakibat pada peningkatan kesalahan kerja dan kecelakaan kerja.

3. Jenis Kelelahan Kerja

Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu berdasarkan

proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan.

b. Berdasarkan proses, meliputi:

1) Kelelahan otot (muscular fatigue)

Kelelahan otot menurut Suma’mur PK (1999: 190) adalah tremor pada

otot atau perasaan nyeri yang terdapat pada otot. Hasil percobaan yang

dilakukan para peneliti pada otot mamalia, menunjukkan kinerja otot

berkurang dengan meningkatnya ketegangan otot sehingga stimulasi tidak

lagi menghasilkan respon tertentu. Manusiapun menunjukkan respon yang

sama dengan proses yang terjadi pada percobaan diatas. Irama kontraksi otot

akan terjadi setelah melalui suatu periode aktivitas secara terus menerus.

Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui

fisik untuk suatu waktu tertentu disebut kelelahan otot secara fisiologis, dan

gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik

namun juga pada makin rendahnya gerakan (AM.Sugeng Budiono, 2003).


2) Kelelahan Umum

Pendapat Grandjean (1993) yang dikutip oleh Tarwaka, dkk (2004),

biasanya kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk

bekerja, yang sebabnya adalah pekerjaan yang monoton, intensitas dan

lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, Sebab-sebab mental, status

kesehatan dan keadaan gizi.

Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan

sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya

terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40% dari

tenaga aerobik. Pengaruh-pengaruh ini seperti berkumpul didalam tubuh dan

mengakibatkan perasaan lelah (Suma’mur PK, 2009).

Menurut AM. Sugeng Budiono (2003: 83), gejala umum kelelahan

adalah suatu perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas

menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan

terebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis,

segalanya terasa berat dan merasa mengantuk.

c. Berdasar waktu terjadi kelelahan, meliputi:

1) Kelelahan akut, yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh

organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.

2) Kelelahan kronis merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam

jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan

pekerjaan, seperti perasaan “kebencian” yang bersumber dari terganggunya

emosi. Selain itu timbulnya keluhan psikosomatis seperti meningkatnya


ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum, meningkatnya sejumlah penyakit fisik

seperti sakit kepala, perasaan pusing, sulit tidur, masalah pencernaan, detak

jantung yang tidak normal, dan lain-lain (AM.Sugeng Budiono, 2003).

4. Faktor yang Menyebabkan Kelelahan Kerja

Menurut (Siswanto:1991) faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan

dengan:

a. Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasi

kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan.

b. Faktor psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang

berlebihan, serta konflik yang kronis/menahun.

c. Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak

menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja.

d. Status kesehatan (penyakit) dan status gizi.

e. Monotoni (pekerjaan/lingkungan kerja yang membosankan)

Menurut Suma’mur (2009) terdapat lima kelompok sebab kelelahan yaitu:

a. Keadaan monoton

b. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental

c. Keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan.

d. Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau konflik.

e. Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi.

Waters dan Bhattacharya (1996), yang dikutip oleh Tarwaka (2004)

berpendapat agak lain, bahwa kontraksi otot baik statis maupun dinamis dapat

meyebabkan kelelahan otot setempat. Kelelahan tersebut terjadi pada waktu


ketahanan (Endurance time) otot terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung

pada jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot sebagai suatu prosentase

tenaga maksimum yang dapat dicapai oleh otot. Kemudian pada saat kebutuhan

metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yang dihasilkan

oleh tenaga kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan

seluruh badan terjadi.

5. Gejala Kelelahan Kerja

Menurut Gilmer (1966) dan Cameron (1973), ada beberapa gejala akibat

kelelahan kerja antara lain:

a. Menurun kesiagaan dan perhatian.

b. Penurunan dan hambatan persepsi.

c. Cara berpikir atau perbuatan anti sosial.

d. Tidak cocok dengan lingkungan.

e. Depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif.

f. Gejala umum (sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung,

kehilangan nafsu makan, gangguan pencemaan, kecemasan, perubahan

tingkah laku, kegelisahan, dan kesukaran tidur.

6. Mekanisme Kelelahan

Keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat

kesadaran yaitu korteks serebri, yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik

yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem

penghambat terdapat dalam thalamus yang mampu menurunkan kemampuan

manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Sistem


penggerak terdapat dalam formasio retikularis yang dapat merangsang

peralatan dalam tubuh ke arah bekerja, berkelahi, melarikan diri dan

sebagainya.

Maka keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil

kerja diantara dua sistem antagonis dimaksud. Apabila sistem penghambat

lebih kuat seseorang dalam keadaan lelah. Sebaliknya manakala sistem

aktivitas lebih kuat seseorang dalam keadaaan segar untuk bekerja. Konsep ini

dapat dipakai menjelaskan peristiwa-peristiwa sebelumnya yang tidak jelas.

Misalnya peristiwa seseorang dalam keadaan lelah, tiba-tiba kelelahan hilang

oleh karena terjadi peristiwa yang tidak diduga sebelumnya atau terjadi

tegangan emosi. Dalam keadaan ini, sistem penggerak tiba-tiba terangsang dan

dapat mengatasi sistem penghambat. Demikian pula peristiwa dalam monotoni,

kelelahan terjadi oleh karena hambatan dari sistem penghambat, walaupun

beban kerja tidak begitu berat.

Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat,

terdapat sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi

tetapi kadang-kadang salah satu dari padanya lebih dominan sesuai dengan

keperluan. Sistem aktivasi bersifat simpatis, sedangkan inhibisi adalah

parasimpatis. Agar tenaga kerja berada dalam keserasian dan keseimbangan,

kedua sistem tersebut harus berada pada kondisi yang memberikan stabilitasi

kepada tubuh (Suma’mur, 2009).


B. Pengertian Stres Kerja

1. Definisi Stres

Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh

tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial. Stres juga didefinisikan

sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat

ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas

kemampuan subyek (Cooper,1994).

Menurut Hager (1999), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya

bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu

dengan beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stressor

(sumber stres) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun

fisiologis. Terganggu atau tidaknya individu, tergantung pada persepsinya

terhadap peristiwa yang dialaminya. Faktor kunci dari stres adalah persepsi

seseorang dan penilaian terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi

atau mengambil manfaat dari situasi yang dihadapi (Diana, 1991). Dengan kata

lain, bahwa reaksi terhadap stres dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh

individu mempersepsi suatu peristiwa.

Penilaian kognitif bersifat individual differences, maksudnya adalah berbeda

pada masing-masing individu. Perbedaan ini disebabkan oleh banyak faktor.

Penilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stres. Dimana stres

diubah bentuk menjadi suatu cara pandang yang positif terhadap diri dalam

menghadapi situasi yang stressful. Sehingga respon terhadap stressor bisa

menghasilkan outcome yang lebih baik bagi individu.


2. Jenis-jenis Stres

Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, sebagai berikut:

a. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan

konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu

dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas,

kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.

b. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,

negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi

individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat

ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan

sakit, penurunan, dan kematian.

3. Definisi Stres Kerja

Menurut Ubaidilah (2007) stres kerja dapat dipahami sebagai suatu keadaan

dimana seseorang menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa atau belum

bisa dijangkau oleh kemampuannya.

Menurut Newman (Diahsari, 2001) stres kerja diartikan sebagai suatu

interaksi antara kondisi kerja dengan sifat-sifat pekerja yang mengubah fungsi

fisik maupun fungsi psikis yang normal. Definisi tersebut menunjukkan bahwa

stres kerja merupakan tuntutan pekerjaan yang tidak dapat diimbangi oleh

kemampuan karyawan.

Schult dan Schult (Bachroni & Asnawi, 1999) mengatakan bahwa stress

kerja merupakan gejala psikologis yang dirasakan mengganggu dalam

pelaksanaan tugas sehingga dapat mengancam eksistensi diri dan kesejahteraan.


Stres kerja pada intinya merujuk pada kondisi dari pekerjaan yang mengancam

individu. Stres kerja timbul sebagai bentuk ketidakharmonisan individu dengan

lingkungan kerja.

Dari beberapa teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa stres kerja

merupakan bentuk respon psikologis dari tubuh terhadap tekanan-tekanan,

tuntutan-tuntutan pekerjaan yang melebihi kemampuan yang dimiliki, baik berupa

tuntutaan fisik atau lingkungan dan situasi sosial yang mengganggu pelaksanaan

tugas, yang muncul dari interaksi antara individu dengan pekerjaanya, dan dapat

merubah fungsi fisik serta psikis yang normal, sehingga dinilai membahayakan,

dan tidak menyenangkan.

4. Sumber-sumber Stres Kerja

Banyak ahli mengemukakan mengenai penyebab stres kerja itu sendiri.

Soewondo (1992) mengadakan penelitian dengan sampel 300 karyawan swasta di

Jakarta, menemukan bahwa penyebab stres kerja terdiri atas 4 (empat) hal utama,

yakni:

a. Kondisi dan situasi pekerjaan

b. Pekerjaannya

c. Job requirement seperti status pekerjaan dan karir yang tidak jelas

d. Hubungan interpersonal

Luthans (1992) menyebutkan bahwa penyebab stres (stressor) terdiri atas

empat hal utama, yakni:


a. Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan sosial/teknologi,

keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan

komunitas/tempat tinggal.

b. Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur

organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam

organisasi.

c. Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup,

kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan

intergrup.

d. Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan

peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian tipe A, kontrol personal,

learned helplessness, self-efficacy, dan daya tahan psikologis.

Sedangkan Cooper dan Davidson (1991) membagi penyebab stres dalam

pekerjaan menjadi dua, yakni:

a. Group stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari situasi maupun

keadaan di dalam perusahaan, misalnya kurangnya kerjasama antara karyawan,

konflik antara individu dalam suatu kelompok, maupun kurangnya dukungan

sosial dari sesama karyawan di dalam perusahaan.

b. Individual stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri

individu, misalnya tipe kepribadian seseorang, kontrol personal dan tingkat

kepasrahan seseorang, persepsi terhadap diri sendiri, tingkat ketabahan dalam

menghadapi konflik peran serta ketidakjelasan peran.


5. Dampak Stres Kerja

Arnold (1986) menyebutkan bahwa ada empat konsekuensi yang dapat

terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu terganggunya kesehatan

fisik, kesehatan psikologis, performance, serta mempengaruhi individu dalam

pengambilan keputusan. Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999)

mengkaji ulang beberapa kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari

stres pada individu, yaitu:

a. Gejala psikologis

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil

penelitian mengenai stres pekerjaan :

1) Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung

2) Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)

3) Sensitif dan hyperreactivity

4) Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi

5) Komunikasi yang tidak efektif

6) Perasaan terkucil dan terasing

7) Kebosanan dan ketidakpuasan kerja

8) Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi

9) Kehilangan spontanitas dan kreativitas

10) Menurunnya rasa percaya diri

b. Gejala fisiologis

Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:


1) Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami

penyakit kardiovaskular.

2) Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin).

3) Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung).

4) Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan.

5) Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang

kronis (chronic fatigue syndrome).

6) Gangguan pernapasan.

7) Gangguan pada kulit.

8) Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot.

9) Gangguan tidur.

10) Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena

kanker.

c. Gejala perilaku

Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:

1) Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan.

2) Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas.

3) Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan.

4) Perilaku sabotase dalam pekerjaan.

5) Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan

mengarah ke obesitas.
6) Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan

diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi

dengan tanda-tanda depresi.

7) Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir

dengan tidak hati-hati dan berjudi.

8) Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas.

9) Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman.

10) Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.

C. Hubungan Kelelahan Kerja dengan Stres Kerja

Faktor penyebab kelelahan kerja menurut Suma’mur (2009) terdapat lima

kelompok yaitu: keadaan monoton, beban dan lamanya pekerjaan baik fisik

maupun mental, keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan

kebisingan, keadaan kejiwaan seperti tanggungjawab, kekhawatiran atau konflik,

penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi. Selain itu kelelahan juga dipengaruhi

oleh kapasitas kerja yang meliputi: jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,

keterampilan, dan masa/lama kerja.

Keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat

kesadaran yaitu korteks serebri, yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik

yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem

penghambat terdapat dalam thalamus yang mampu menurunkan kemampuan

manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Sistem penggerak

terdapat dalam formasio retikularis yang dapat merangsang peralatan dalam tubuh

kearah bekerja, berkelahi, melarikan diri dan sebagainya.


Maka keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil

kerja diantara dua sistem antagonis dimaksud. Apabila sistem penghambat lebih

kuat, seseorang dalam keadaan lelah. Sebaliknya manakala sistem aktivitas lebih

kuat seseorang dalam keadaaan segar untuk bekerja. Misalnya peristiwa

seseorang dalam keadaan lelah, tiba-tiba kelelahan hilang oleh karena terjadi

peristiwa yang tidak diduga sebelumnya atau terjadi tegangan emosi. Dalam

keadaan ini, sistem penggerak tiba-tiba terangsang dan dapat mengatasi system

penghambat. Demikian pula peristiwa dalam monotoni, kelelahan terjadi oleh

karena hambatan dari sistem penghambat, walaupun beban kerja tidak begitu

berat.

Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat,

terdapat sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi

kadang-kadang salah satu dari padanya lebih dominan sesuai dengan keperluan.

Sistem aktivasi bersifat simpatis, sedangkan inhibisi adalah parasimpatis. Agar

tenaga kerja berada dalam keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut

harus berada pada kondisi yang memberikan stabilitasi kepada tubuh (Suma’mur,

2009).

Kelelahan kronis demikian disebut kelelahan klinis. Hal ini menyebabkan

tingkat absentisme akan meningkat terutama mangkir kerja pada waktu jangka

pendek disebabkan kebutuhan istirahat lebih banyak atau meningkatnya angka

sakit. Kelelahan klinis terutama terjadi pada mereka yang mengalami konflik

mental atau kesulitan-kesulitan psikologis. Sikap negatif terhadap kerja, perasaan

terhadap atasan atau lingkungan kerja memungkinkan faktor penting dalam sebab
ataupun akibat (Suma’mur, 2009). Jadi ada saling keterkaitan antara kelelahan

kerja dengan munculnya stres akibat kerja.

Dimana Stres kerja sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab

yaitu faktor fisik meliputi: jumlah pasien, jenis penyakit, dan juga faktor mental

meliputi: tanggung jawab terhadap pimpinan, keluarga pasien, masalah pribadi.


D. Kerangka Teori

Kelelahan kerja Faktor Penyebab


Kapasitas kerja:
a. Jenis kelamin Kelelahan Kerja:

b. Usia 1. Monotoni

c. Pendidikan pekerjaan
Pusat Kesadaran (corteks cerebri) 2. lamanya kerja
d. Keterampilan
fisik dan mental
e. Masa/Lama 3. Rasa khawatir,
Kerja Konflik dan
Tanggungjawab
Inhibisi aktivasi
4. Lingkungan
kerja

5. Status gizi

Penyebab stress Kecenderungan merangsang tubuh


tidur bekerja, berkelahi,
kerja adalah beban
melarikan diri dsb
kerja:
a. Fisik : jumlah
pasien, jenis Penurunan Tidak mengalami
penyakit konsentrasi dan penurunan konsentrasi
perhatian dan perhatian
b. Mental:
tanggung jawab
terhadap Stres kerja Tidak mengalami stres kerja
pimpinan,
keluarga
pasien, masalah
pribadi.

Ket : - - - - - - - - - - - - - = tidak diteliti

: = diteliti
E. Hipotesis

Dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis yaitu:

Ada hubungan antara kelelahan kerja dengan stres kerja pada perawat di Rumah

Sakit Islam Surakarta.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis peneltian yang digunakan adalah metode observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional.

B. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Islam Surakarta, dimulai dari

bulan Februari sampai Juni tahun 2010.

C. Subyek Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga perawat rawat inap

Rumah Sakit Islam Surakarta berjumlah 132 orang.

2. Sampel Penelitian

Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Purposive

sampling berarti pemilihan sekelompok subjek dengan jumlah yang telah

ditentukan terlebih dahulu berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang

dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat
populasi. Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah perawat rawat inap

Rumah Sakit Islam Surakarta, dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Usia : 20-40 tahun

Hal ini dimaksud karena pada umur tersebut tenaga kerja memiliki kekuatan

otot yang optimal dan tenaga kerja berada dalam usia produktif.

b. Merupakan perawat pelaksana rawat inap bukan perawat VVIP, Super VIP,

President Suite, rawat jalan, IRD, ICU dan IBS juga bukan kepala perawat

atau supervisor perawat.

c. Tingkat pendidikan minimal D3.

d. Masa kerja lebih dari 1 tahun maksimal 10 tahun dan lama kerja 7 jam sehari.

Maka ditentukan jumlah sampel berdasar rumus rule of thumb (Bhisma

Murti: 2006) adalah 30 perawat, yaitu dari bangsal kelas 2 (Al-Kautsar, Al- Fajr),

Al-Maun, Al-Insyiroh.

D. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas atau variabel independen dalam penelitian ini adalah

kelelahan kerja.

2. Variabel terikat atau variabel dependen dalam penelitian ini adalah stres kerja.

3. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua yaitu:

a. Variabel pengganggu terkendali : kapasitas kerja (jenis kelamin, usia,

tingkat pendidikan, keterampilan, masa/lama kerja).

b. Variabel pengganggu tidak terkendali: status gizi, monotoni pekerjaan,


lamanya kerja fisik dan mental, lingkungan kerja (kebisingan, iklim kerja,

penerangan), jumlah pasien, jenis penyakit, faktor mental meliputi tanggung

jawab terhadap pimpinan, keluarga pasien, masalah pribadi.

E. Definisi Operasional

1. Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja adalah waktu reaksi/respon melihat rangsangan cahaya

selama bekerja.

a. Alat ukur: Reaction Timer dengan merek Lakassidaya tipe L- 77.

b. Satuan: milidetik

Dalam penelitian ini, hasil pengukuran dikelompokkan menjadi 3 kategori

yaitu:

1) Kategori kelelahan ringan : >240- 410 milidetik

2) Kategori kelelahan sedang : 410 – 580 milidetik

3) Kategori kelelahan berat : >580 milidetik

c. Skala pengukuran : ordinal (Lelah tingkat berat, sedang, ringan).

2. Stres Kerja

Stres kerja adalah jumlah skor kuesioner HRSA (terjemahan dari

kuesioner Hamilton Rating Scale Anxiety).

a. Alat ukur: kuesioner HRSA (terjemahan dari kuesioner Hamilton Rating Scale

Anxiety).

b. Skala pengukuran: ordinal (stress berat, sedang, ringan).


Dalam penelitian ini, hasil pengukuran dikelompokkan menjadi 3

kategori yaitu:

1) Kategori gejala stress tingkat ringan : <17

2) Kategori gejala stress tingkat sedang : 18 – 24

3) Kategori gejala stress tingkat berat : 25-30

F. Desain Penelitian

Populasi

Purposive sampling

Subjek

aSebelum Kerja
Setelah Kerja
Kelelahan kerja Kelelahan kerja

Stres kerja (+) Stres kerja (-) Stres kerja (-) Stres kerja (+)

Kendall’s Tau

Keterangan: untuk kelelahan kerja hanya hasil pengukuran setelah bekerja yang

dibandingkan dengan kriteria dari Litnje dalam (Tarwaka, 2004).


G. Instrumen Penelitian

1. Alat yang digunakan, antara lain :

a. Identitas responden (perawat).

b. Reaction Timer merek Lakasidaya type L-77 (alat ukur kelelahan kerja,

satuan milli detik)

c. Lembar pencatatan hasil pengukuran stres kerja dan kelelahan kerja.

d. Kuesioner HRSA (Hamilton Rating Scale Anxiety) untuk pengukuran stres

kerja.

2. Cara Pengukuran

a. Pengukuran Kecepatan Waktu Reaksi (Reaction Timer) dengan Rangsang

Cahaya

Pengukuran kelelahan kerja menggunakan metode uji psikomotor

(psikomotor test) dengan menggunakan reaction timer tipe L-77 merek

Lakassidaya. Pengukuran yang dilakukan terhadap waktu reaksi tenaga kerja

pemberian rangsangan cahaya sampai kepada suatu kesadaran atau sampai

tenaga kerja menekan tombol subjek. Adapun langkah-langkah pengukuran

adalah:

1) Alat dihubungkan dengan sumber tenaga (listrik/baterai).

2) Alat dihidupkan dengan menekan tombol on atau off pada on (hidup).

3) Reset angka penampilan sehingga menunjukkan angka “000,0” dengan

menekan tombol “nol”.

4) Dipilih rangsang cahaya dengan menekan tombol “cahaya”.


5) Subjek yang akan diperiksa diminta menekan tombol subjek dan diminta

secepatnya menekan tombol setelah melihat cahaya dari sumber rangsang

(lampu).

6) Untuk memberikan rangsang, pemeriksa menekan tombol pemeriksa.

7) Setelah diberi rangsang subjek menekan tombol maka pada layar kecil

akan menunjukkan angka waktu reaksi dengan satuan “mili detik”.

8) Pemeriksaan diulangi 20 kali.

9) Data yang dianalisa (diambil rata-rata) yaitu skor hasil 10 kali

pengukuran ditengah (5 pengukuran awal dan akhir dibuang).

10) Catat keseluruhan hasil pada formulir. Setelah selesai pemeriksaan alat

dimatikan dengan menekan tombol “on atau off” pada off dan lepaskan alat dari

sumber tenaga.

b. Pengukuran stress kerja menggunakan HRSA (Hamilton Rating Scale

Anxiety), yang berisi 14 kelompok gejala yang masing-masing gejala di beri

penilaian antara 0-4, dengan penilaian sebagai berikut :

1) Nilai 0: tidak ada gejala atau keluhan.

2) Nilai 1: gejala ringan

3) Nilai 2: gejala sedang.

4) Nilai 3: gejala berat.

5) Nilai 4: gejala berat sekali.

Gejala-gejala yang tertuang dalam kuesioner ini ada 14 antara lain:

gejala perasaan cemas, gejala ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan

kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatik, gejala somatik fisik/somatik,


gejala kardiovaskuler dan pembuluh darah, gejala respiratori, gejala

gastrointestinal, gejala urogenital, gejala autonom, sikap dan tingkah laku.

Dan diketegorikan menjadi 3 kriteria sesuai dengan jumlah total skor

yaitu; ringan (<17), sedang (18-24), berat (25-30).

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dan pengolahan data dalam penelitian ini dapat

dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena

sosial dan gejala–gejala fisik dengan jalan mengamati dan mencatat (Soekidjo

Notoatmojo, 2002: 93). Pada penelitian ini peneliti melihat dan mengamati sikap

dan tingkah laku yang digunkan sebagai data stress kerja pada item nomer 14.

2. Pengukuran

Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

seberapa besar tingkat kelelahan dan stres sehingga dapat diketahui seberapa

besar hubungan antara tingkat kelelahan dengan stres kerja.

3. Dokumentasi

Dalam penelitian ini menggunakan data-data dari Rumah Sakit seperti

jumlah tenaga kerja dan nama perawat seRumah Sakit.


I. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menemukan dan memilih masalah.

2. Identifikasi, merumuskan masalah, kemudian berdasarkan masalah tersebut

diadakan studi pendahuluan untuk menghimpun informasi dan teori sebagai dasar

penyusun kerangka konsep penelitian.

3. Merumuskan hipotesis penelitian

4. Menentukan populasi dan sampel. Populasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah seluruh perawat rawat inap, sedangkan sampel yang diambil adalah

perawat rawat inap al-kautsar, al-fajr, al-insyiroh dan al-maun yang telah

memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

5. Menentukan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi dan pengukuran

stres kerja dan kelelahan.

6. Menentukan alat pengumpulan data yang akan digunakan. Dalam penelitian

digunakan alat pengukur kelelahan (reaction timer), pengumpul data stres kerja

dengan menggunakan alat ukur kuesioner HRS-A untuk mengukur tingkat stres

kerja.

7. Melakukan uji coba kuesioner dengan tujuan untuk menghindari pertanyaan

yang sulit dimengerti atau kekurangan dari materi kuesioner itu sendiri.

8. Melaksanakan penelitian dengan melakukan pengukuran kelelahan serta

kuesioner alat ukur stres kerja.


J. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis

merupakan suatu langkah penting dalam penelitian. Data yang sudah terkumpul

tidak berarti apa-apa bila tidak diolah, oleh karena itu perlu analisis data. Yang

dimaksud metode analisis data adalah cara mengolah data yang telah terkumpul

untuk dapat disimpulkan. Setelah semua data terkumpul kemudian dilakukan

pengolahan data.

Pengolahan data dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Editing

Dilakukan setelah mendapatkan data yang dikumpulkan dengan tujuan

untuk mengoreksi data bila terjadi kesalahan atau kekurangan data dapat diteliti.

2. Koding

Pemberian kode pada data sehingga memudahkan pengelompokan

3. Entry

Memasukkan data yang telah dilakukan koding kedalam program SPSS

versi 12.0.

4. Tabulasi

Mengelompokkan data sesuai dengan variabel. Data diolah dan dianalisis

dengan teknik analisis kuantitatif. Untuk pengolahan data kuantitatif dapat

dilakukan dengan manual atau melalui proses komputerisasi.

Analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tenik

sebagai berikut:
a. Uji Univariat

Dilakukan pada masing-masing variabel yaitu mendiskripsikan tentang

pengukuran kelelahan kerja, juga hasil angket/kuesioner stres kerja yang disajikan

dalam bentuk data. Analisis yang digunakan meliputi analisis persentase.

b. Uji Bivariat

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat dapat dilakukan dengan uji kendall’s tau-b, karena merupakan uji

untuk data ordinal. Taraf signifikan yang digunakan adalah 95% dengan nilai

kemaknaan 5%. Kriteria hubungan berdasarkan nilai p-value (probabilitas) yang

dihasilkan dibandingkan dengan nilai kemaknaan yang dipilih, dengan kriteria

sebagai berikut:

1) Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

2) Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

3) Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Hastono, 2001).

Untuk mengukur keeratan hubungan dapat dilihat berdasarkan besaran angka,

yaitu:

1) 0,00 - 0,199 : Tingkat hubungan sangat rendah

2) 0,20 - 0,399 : Tingkat hubungan rendah

3) 0,40 - 0,599 : Tingkat hubungan sedang

4) 0,60 - 0,799 : Tingkat hubungan kuat

5) 0,80 - 1,00 : Tingkat hubungan sangat kuat (Sugiyono, 1999).


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sebelum RSIS didirikan, diawali berdirinya Yayasan Rumah Sakit Islam

Surakarta, yang diketuai oleh Dr. H.M.Djufrie As., SKM. Akta notaris

R. Sugondo Notodisurjo, SH No.35 tanggal 27 November tahun 1970. Ini

merupakan perwujudan awal dari kebulatan tekad sekelompok umat islam di

Surakarta yang ingin beribadah dan beramal nyata melalui pendirian Rumah sakit

yang bernafaskan islam.

Rencana pendirian sebuah rumah sakit diawali dengan membeli sebidang

tanah seluas 11.267 m² yang terletak di kelurahan Pabelan, kecamatan Kartasura,

kabupaten Sukoharjo, atas nama Yayasan pada tanggal 21 februari 1972 dan

mulai mempersiapkan Master plan rumah sakit yang berhasil disusun pada tahun

1976, kemudian pada tanggal 23 Juni 1976, disepakati naskah kerjasama antara

Yarsis dengan sejumlah jamaah haji Surakarta yang dipimpin oleh (almarhum)

H.M.Anwari dalam upaya pembangunan sebuah rumah sakit islam. Setelah itu

ditindaklanjuti dengan pembentukan tim dana yang diketahui oleh Ny. Hj. Jatimah

Ma’ali dan Ny. Hj. Saminah Anwari.

Berkat kegigihan dan keihklasan para pengurus berhasil mengumpulkan

dana untuk membuat jembatan, menggurug tanga dan pembangunan awal gedung

RSIS. Peletakan batu pertama dilakukan oleh HM.Natsir (mantan PM RIS).


Pada tanggal 30 Juli 1983, RSIS diresmikan oleh gubernur Jawa tengah,

H.M Ismail, selanjutnya Rumah Sakit Islam Surakarta dibuka untuk melakukan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Atas dasar perkembangan dan kemajuan

yang cukup pesat, serta hasil penilaian DEPKES terhadap kualitas pelayanan

untuk tingkat rumah sakit swasta, maka pada tahun 1993 Rumah Sakit Surakarta

mendapat penghargaan sebagai Juara I penampilan kerja Rumah Sakit Swasta.

Disamping itu juga sukses melakukan operasi cangkok kornea mata sampai dua

kali dengan biaya gratis bekerja sama dengan Bank Mata Cabang Sukoharjo.

Pengembangan fisik RS Islam Surakarta, antara lain ditandai pada

tangggal 21 Maret 1997 diresmikan Graha rawat Jalan Rumah Sakit Islam

Surakarta berlantai dua. Kemudian Rumah Sakit Islam Surakarta yang berdiri di

atas lahan seluas 2.2 Ha ini, dilengkapi sebuah bangunan masjid yang megah,

yaitu Masjid Baiturahman yang di bangun dengan dana sebesar 1.3 milyar dan

diresmikan pada tanggal 25 maret 2000. Masjid ini merupakan masjid termegah

sepanjang jalan menuju kota Surakarta dari arah barat serta menjadi ciri tersendiri

bagi rumah sakit yang membawa bendera islam ini. Pada bulan September tahun

2000 dimulai pembangunan gedung sayap barat dua lantai dan diresmikan pada

bulan Agustus 2001. Lantai II (dua) gedung sayap barat digunakan untuk instalasi

bedah sentral dan ruang ICU. Sedang lantai I digunakan untuk IRD, laboratorium

dan Ruang perawatan Utama.

Selanjutnya pada akhir tahun 2003, gedung sayap barat tersebut

disambung dengan gedung kebidanan seluas 1.900 m² (2 lantai), sedang lantai atas

untuk ruang perawatan kelas tiga. Setelah gedung kebidanan berfungsi, kemudian
selama tahun 2005 dialakukan renovasi 6 (enam) gedung-gedung lama yang

dibangun pada tahap-tahap beroperasinya RS Islam Surakarta.

Rumah Sakit Islam Surakarta ini telah melakukan perencanaan program

secara terpadu, terarah dan dapat dipertangggungjawabkan secara kuaitas, dengan

manajemen yang handal dan islami yang dikelola secara profesional.

Penyelenggara Rumah Sakit Islam Surakarta memperoleh ijin dari DEPKES RI

sesuai SK Menkes No.YM.02.04.3.5.671, berlaku 5 tahun. Berlaku mulai tanggal

19 September 2004s/d 19 September 2009.

Rumah Sakit Islam Surakara di dukung oleh 67 dokter spesialis, 14 dokter

umum, 4 dokter gigi, 334 karyawan medis dan nonmedis. Dengan dukungan itu

diharapkan, terpenuhi pelayanan yang terbaik bagi Rumah Sakit Islam Surakarta

dan mendapat kepercayaan masyarakat Surakarta dan sekitarnya. Di samping itu

operasional Rumah Sakit di tunjang oleh peralatan-peralatan medis canggih dan

mutakhir, sperti CT-Scan, Lab.PA, Central Oxigen, Haemodialisa dsb. Dalam

memenuhi profesionalisme dalam pelayanan, RSIS telah di nyatakan lulus

Akreditasi 5 Pelayanan pada tahun 1997 dan 12 Pelayanan tahun 2002.

Rumah Sakit Islam Surakarta yang beralamat di jalan A Yani Pabelan

Kartasura, Surakarta ini adalah rumah sakit non profit yang didirikan tahun 1983

oleh Yayasan Rumah Sakit Islam Surakarta (YARSIS) yang beranggotakan

tokoh-tokoh masyarakat yang ingin beribadah dan berdakwah melalui pendirian

rumah sakit yang bernafaskan Islam. Rumah sakit yang diharapkan memenuhi

kebutuhan umat akan layanan kesehatan yang profesional, paripurna dan Islami
dimana dalam perkembangannya rumah sakit ini tetap mengedepankan misi

sosialnya tanpa meninggalkan prinsip-prinsip manajemen modern. Ide

pembentukan yayasan tersebut berasal dari anggota jamaah haji Surakarta

angkatan tahun 1970 yang diketuai oleh dr. H. Djufrie, AS. SKM dengan akta

No. 35 tanggal 27 November 1970.

Penyelengaraan Rumah Sakit Islam Surakarta memperoleh ijin dari

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, sesua SK. Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor: YM.02.OM.3.5.4510 / YANMED / RSKS / PA / SK /

III / 1994, dan saat ini Rumah Sakit Islam Surakarta telah terakreditasi “ Penuh

Tingkat Lanjut.”

a. Falsafah

“ Rumah Sakit Islam Surakarta adalah perwujudan dari iman dan amal saleh

dalam meraih ridho Allah Subhaanahuwata’ala”.

b. Visi”

Mewujudkan Rumah Sakit Islam Surakarta sebagai pusat pelayanan kesehatan

unggulan bertaraf nasional tahun 2010”.

c. Misi”

Pelayanan kesehatan yang pari purna, professional, dan islami”

d. Motto Rumah Sakit Islam Surakarta“

Bekerja sebagai ibadah, ihsan dalam pelayanan, berlomba dalam kebaikan

serta mengembirakan pasien dan keluarganya”.


e. Tujuan”

Terwujudnya Rumah Sakit Islam Surakarta yang dikelola secara professional,

untuk menyelengarakan pelayanan kesehatan yang paripurna dan islami”.

Di bulan Maret 2008, RSIS berhasil mendapatkan sertifikat pengakuan

kualitas layanan berstandar international dari The International TEMOS

(Telemedicine for the Mobile Society) network. Dari sekitar 40 rumah sakit besar

di Indonesia yang telah dilakukan uji penilaian oleh TEMOS, hanya RSI Yarsis

yang langsung dinyatakan lulus dan diterima menjadi a member of The

International TEMOS Network. Pengakuan dari The International TEMOS

Network ini menempatkan RSIS sebagai anggota dalam jaringan TEMOS pada

standar kualitas pelayanan global yang melayani komunitas internasional.

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik responden penelitian

a. Umur Responden

Dari hasil pengambilan data dengan 30 responden diketahui distribusi

umur responden yang dapat dilihat pada tabel, sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Responden

Umur Frekuensi Prosentase


20-25 22 73,33%
26-30 5 16,67%
31-35 3 10%
Sumber : Data Primer
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden

Masa Kerja Frekuensi Prosentase


1 tahun 14 46,67%
2-5 tahun 12 43,33%
6-10 tahun 4 10%
Sumber : Data Primer

Tabel 3. Distribusi Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase


Wanita 25 83,33%
Pria 5 16,67%
Sumber : Data Primer

2. Deskripsi Data

a. Kelelahan Kerja dan Stres Kerja

Penelitian ini dilakukan pada tenaga kerja perawat rawat inap pada

ruang Al-maun, kelas 2 (al-fajr dan al-kautsar), dan al-insyiroh dengan subjek

penelitian sebesar 30 responden. Variabel yang diteliti dalam penelitian

adalah kelelahan kerja sebagai variabel bebas dan stres kerja sebagai variabel

terikat. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner untuk pengukuran

stres kerja, pengukuran kelelahan kerja dengan menggunakan “Reaction

Timer”. Deskripsi data dalam penelitian ini akan memberikan gambaran

tentang kelelahan kerja dan stres kerja yang dialami oleh tenaga kerja perawat

rawat inap pada ruang Al-maun, kelas 2 (al-fajr dan al-kautsar), dan al-

insyiroh Rumah Sakit Islam Surakarata. Pendeskripsian data dilakukan

dengan menggunakan perhitungan mean (rata-rata), median,modus, serta

standar deviasi.
Tabel 4. Deskripsi stastistik mean, median, modus, standar deviasi

Jumlah Kriteria
Kriteria
Responden Mean Std. Deviasi Median Modus
Kelelahan Kerja 30 1,27 0,450 1 1
Stres Kerja 30 1,17 0,379 1 1
Sumber : uji statistik dengan spss.

Tabel diatas menggunakan label/permisalan, angka 1 menunjukkan tingkat

ringan baik untuk kriteria kelelahan kerja dan stres kerja.

b. Kecepatan Waktu Reaksi Rangsang Cahaya

Pengukuran tingkat kelelahan kerja pada tenaga kerja dalam penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan reaction timer untuk mengukur kecepatan

waktu reaksi rangsang cahaya. Setelah dilakukan pengumpulan data diperoleh

hasil sebagai berikut:

Tabel 5. Statistik Deskriptif Kecepatan Waktu Reaksi Rangsang Cahaya

Jumlah Nilai Tertinggi Nilai terendah Mean Std.Deviasi


30 417,36 240,04 302,04 0,45
Sumber : uji statistik dengan spss

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari sampel

penelitian sejumlah 30 responden, rata–rata nilai yang diperoleh seluruh

responden 302,04 dengan standar deviasi sebesar 0,45, nilai kelelahan

tertinggi yang diperoleh responden adalah sebasar 417,36 dan nilai

kelelahan terendah yang dicapai responden sebesar 240,04.

Jika dilakukan kategori, menurut Lientje Setyawati (Tarwaka,

2004) maka kecepatan waktu reaksi rangsang cahaya dapat dikelompokkan

sebagai berikut:
Tabel 6. Daftar Distribusi Frekuensi Kategori Kecepatan Waktu Reaksi
Rangsang Cahaya Sebelum Bekerja

Kategori
Interval waktu reaksi (ml/dtk) Frekuensi Prosentase
kelelahan
150 – 240 Normal 13 43,33%
>240 – 410 Ringan 17 56,67%
410 – 580 Sedang 0 0%
> 580 Berat 0 0%
Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari sampel penelitian yang

berjumlah 30 responden, yang mengalami kelelahan dalam keadaan normal,

sebanyak 13 orang (43,33%). Dan 17 orang (56,67%) berada dalam kategori

kelelahan ringan, dan tidak ada responden (0%) berada dalam kategori

kelelahan sedang dan berat.

Tabel 7. Daftar Distribusi Frekuensi Kategori Kecepatan Waktu Reaksi


Rangsang Cahaya Setelah Bekerja

Interval waktu reaksi Kategori


Frekuensi Prosentase
(milidetik) kelelahan
150 – 240 Normal 0 0%
>240 - 410 Ringan 22 73,33%
410 – 580 Sedang 8 26,67%
> 580 Berat 0 0%
Jumlah 30 100%
Sumber : data primer

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari sampel penelitian

yang berjumlah 30 responden, tidak ada responden yang mengalami

kelelahan dalam keadaan normal (0%), sebanyak 22 orang (73,33%)

berada dalam kategori kelelahan ringan, 8 orang (26,67%) berada dalam


kategori kelelahan sedang, dan tidak ada responden (0%) berada dalam

kategori kelelahan berat.

c. Stres Kerja

Tabel 8. Daftar Distribusi Frekuensi Kategori Stres Kerja dengan


kuesioner HRS-A

Interval skor Kategori kelelahan Frekuensi Prosentase


<17 Ringan 25 83,337%
18-24 Sedang 5 16,67%
25-30 Berat 0 0%
Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari sampel penelitian

yang berjumlah 30 responden, sebanyak 25 orang (83,33%) berada dalam

kategori gejala stres kerja tingkat ringan, 5 orang (16,67%) berada dalam

kategori gejala stres kerja tingkat sedang, dan tidak ada responden (0%)

berada dalam kategori gejala stres kerja tingkat berat.

3. Hasil Uji kendall’s Tau-b

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kelelahan kerja dengan stres

kerja, dilakukan dengan uji statistik dengan kendall’s tau_b, sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil Uji Kendall’s Tau-b

Kelelahan Stres
Kerja Kerja
Kendall’s tau_b Kelelahan Kerja Correlation Coefficient 1.000 .742**
Sig. (2-tailed) . .000
N 30 30

Stres Kerja Correlation Coefficient .742** 1.000


Sig. (2-tailed) .000 .
N 30 30
BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

Analisis univariat dimaksudkan untuk menggambarkan sebaran dan

hasil penelitian yang diperoleh secara kuantitatif dengan menggunakan daftar

distribusi.

1. Usia

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata umur responden berada

pada usia produktif dengan umur termuda 22 tahun dan umur tertua adalah 38

tahun. Secara fisiologis umur sangat mempengaruhi kerja otot fisik, semakin

tua usia seseorang lebih cepat mengalami kelelahan atau gangguan kesehatan

(Suma’mur, 2009:331).

2. Masa Kerja

Dari hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata perawat yang masa

kerja lebih dari 1 tahun, mengalami kelelahan kerja tingkat sedang. Masa

kerja mempunyai kaitan dengan kepuasan kerja. Tenaga kerja mempunyai

kepuasan kerja yang terus meningkat sampai lama kerja 5 tahun dan

kemudian mulai terjadi penurunan sampai lama kerja 8 tahun, tetapi

kemudian setelah tahun kedelapan maka kepuasan kerja secara perlahan-

lahan akan meningkat lagi (Suma’mur P.K.,2009).


3. Jenis Kelamin

Dari penelitian ini setelah dilakukan purposive sampling didapatkan

5 perawat sedangkan untuk wanita terdapat 25 perawat. Ukuran dan daya

tahan tubuh wanita berbeda dengan pria. Pria lebih sanggup menyelesaikan

pekerjaan berat yang biasanya tidak sedikitpun dapat dikerjakan wanita,

kegiatan wanita pada umumnya lebih banyak membutuhkan ketrampilan

tangan dan kurang memerlukan tenaga.

4. Gambaran Kelelahan Kerja

Berdasarkan hasil penelitian pada perawat diketahui bahwa

pengukuran kelelahan setelah kerja memiliki nilai rata–rata lebih besar dari

pada rata–rata kelelahan sebelum kerja. Hal ini disebabkan karena tenaga

kerja harus menyelesaikan beban tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Berdasarkan analisis univariat pada variabel kelelahan kerja dapat diketahui

bahwa untuk pengukuran sebelum kerja dari 30 responden yang mengalami

kelehan dalam keadaan normal, sebanyak 13 orang (43,33%). Dan 17 orang

(56,67%) berada dalam kategori kelelahan ringan, dan tidak ada responden

(0%) berada dalam kategori kelelahan sedang dan berat. Sedangkan untuk

pengukuran setelah bekerja dapat diketahui bahwa dari 30 responden tidak

ada yang mengalami kelehan dalam keadaan normal (0%), sebanyak 22

orang (73,33%) berada dalam kategori kelelahan ringan, 8 orang (26,67%)

berada dalam kategori kelelahan sedang, dan tidak ada responden (0%)

berada dalam kategori kelelahan berat.


Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap

individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan

penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004).

Kelelahan menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai

oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas menurun. Keadaan yang

ditandai oleh adanya perasaan kelelahan kerja dan penurunan kesiagaan

keadaan pada saraf sentral sistimik akibat aktivitas yang berkepanjangan

dan secara fundamental dikontrol oleh sistim aktivasi dan sistim ihibisi

batang otak. Merupakan fenomena kompleks yang disebabkan oleh faktor

biologi pada proses kerja dan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Menurut Eko Nurmianto (2003), kelelahan kerja akan menurunkan

kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan

kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri.

Pembebanan otot secara statis pun (static muscular loading) jika

dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI

(Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang, tendon, dan lain-lain

yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive).

Selain itu karakteristik kelelahan akan meningkat dengan semakin lamanya

pekerjaan yang dilakukan, sedangkan menurunnya rasa lelah (recovery)

adalah didapat dengan memberikan istirahat yang cukup.

Secara fisiologis istirahat sangat perlu untuk mempertahankan

kapasitas kerja. Terdapat empat jenis istirahat, yaitu istirahat secara spontan,

istirahat curian, istirahat oleh karena adanya pertalian dengan proses kerja,
dan istirahat yang ditetapkan. Istirahat secara spontan adalah istirahat

pendek segera setelah pembebanan. Istirahat curian terjadi jika beban kerja

tak dapat diimbangi oleh kemampan kerja. Istirahat oleh karena proses kerja

tergantung dari prosedur-prosedur kerja. Istirahat yang ditetapkan adalah

istirahat atas dasar ketantuan perundang-undangan seperti istirahat paling

sedikit setengah jam sesudah 4 jam bekerja secara berturut-turut (Suma’mur,

1989). Bila pemenuhan waktu istirahat kurang terpenuhi maka semakin

menyebabkan timbulknya kelelahan kerja.

Kelelahan berbeda dengan kejemuan, sekalipun kejemuan adalah

suatu faktor dari kelelahan (Suma’mur PK, 1989). Menurut Tarwaka, dkk

(2004) kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan agar terhindar

dari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan

setelah istirahat. Kelelahan (fatigue) merupakan suatu perasan yang

subyektif. Kelelahan adalah suatu kondisi yang disertai penurunan efisiensi

dan kebutuhan dalam bekerja (AM.Sugeng Budiono, 2003). Jadi dapat

disimpulkan bahwa kelelahan kerja bisa menyebabkan penurunan kinerja

yang dapat berakibat pada peningkatan kesalahan kerja dan kecelakaan

kerja.

Jadi perawat khususnya rawat inap di Rumah Sakit Islam

sebagian besar mengalami kelelahan tingkat ringan, dan sebagian

mengalami kelelahan tingkat sedang , hal ini disebabkan oleh beban kerja

yang cukup berat, yaitu mengahdapi berbagai macam keluhan pasien, jenis

penyakit yang beraneka ragam, serta tanggung jawab pekerjaan yang berat.
Terutama tanggung jawab terhadap pihak keluarag pasien, sekaligus dengan

pihak atasan.

5. Gambaran Stres Kerja

Dari hasil diketahui bahwa perawat Rumah Sakit Islam Surakarta

yang mengalami stres kerja tingkat ringan sejumlah 25 orang dengan

prosentase 83,33%, sedangkan yang mengalami stres kerja tingkat sedang

sejumlah 5 orang dengan prosentase 16,67%, dan untuk stres kerja tingkat

berat tidak ada (0%).

Menurut (Diahsari, 2001) stres kerja diartikan sebagai suatu interaksi

antara kondisi kerja dengan sifat-sifat pekerja yang mengubah fungsi fisik

maupun fungsi psikis yang normal. Definisi tersebut menunjukkan bahwa

stres kerja merupakan tuntutan pekerjaan yang tidak dapat diimbangi oleh

kemampuan karyawan.

Stres kerja pada intinya merujuk pada kondisi dari pekerjaan yang

mengancam individu. Stres kerja timbul sebagai bentuk ketidakharmonisan

individu dengan lingkungan kerja.

Dari beberapa teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa stres kerja

merupakan bentuk respon psikologis dari tubuh terhadap tekanan-tekanan,

tuntutan-tuntutan pekerjaan yang melebihi kemampuan yang dimiliki, baik

berupa tuntutaan fisik atau lingkungan dan situasi sosial yang mengganggu

pelaksanaan tugas, yang muncul dari interaksi antara individu dengan

pekerjaanya, dan dapat merubah fungsi fisik serta psikis yang normal,

sehingga dinilai membahayakan, dan tidak menyenangkan.


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Iswanto (2006) di Rumah

Sakit Islam Surakarta, menunjukan bahwa ada beberapa fenomena yang

terjadi berkaitan dengan stress kerja diantaranya adalah tingginya jumlah

pasien mondok di Rumah Sakit Islam Surakarta, banyaknya pasien yang

memerlukan tindakan perawatan medis, usia, tingkat pendidikan dan lama

masa kerja yang berbeda.

Berdasarkan fenomena yang terjadi, beban kerja (fisik dan mental)

merupakan stresor yang cukup tinggi, karena perawat setiap hari akan

berhadapan dengan aspek lingkungan fisik dan lingkungan psikososial yang

tinggi dari pekerjaan. Sehingga kemungkinan besar akan terjadi stres kerja

pada perawat yang mengalami kelelahan kerja.

B. Analisis Bivariat

1. Hasil Uji Bivariat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara kelelahan kerja dengan stress kerja kerja pada perawat

bagian rawat inap Rumah Sakit Islam Surakarta. Harga koefisien

korelasi antara kelelahan kerja dengan stres kerja adalah 0,742. Harga

koefisien korelasi yang diperoleh tersebut berada pada indek korelasi

antara 0,60 - 0,799 dan termasuk kategori hubungan kuat.

Hasil uji Kendall’s Tau-b data kelelahan kerja dengan stress kerja

diperoleh koefisien korelasi (τ) sebesar 0,742 dengan p-value

0,000<0,01, berarti ada hubungan antara kelelahan kerja dengan stres

kerja pada perawat khususnya bagian rawat inap Rumah Sakit Islam
Surakarta. Harga koefisien korelasi (τ) yang bertanda positif tersebut

menunjukkan bahwa arah hubungan kelelahan kerja dengan stres kerja

merupakan hubungan yang positif, semakin berat perawat yang

mengalami kelelahan kerja semakin berat pula tingkat stres kerja yang

dialami perawat.

Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah

tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan

memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri (Eko

Nurmianto,2003). Terutama bila beban kerja perawat Rumah Sakit

semakin berat, maka dapat mengakibatkan pembebanan otot secara

statis (static muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu yang

cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries), yaitu

nyeri otot, tulang, tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis

pekerjaan yang bersifat berulang (repetitive). Selain itu karakteristik

kelelahan akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan yang

dilakukan, sedangkan menurunnya rasa lelah (recovery) adalah didapat

dengan memberikan istirahat yang cukup.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat diambil kesimpulan bahwa

ada hubungan antara kelelahan kerja dengan stres kerja yaitu dengan nilai

p value < 0,01.

2. Jumlah perawat rawat inap yang mengalami kelelahan kerja setelah bekerja,

dengan kategori sebagai berikut:

a. Kelelahan tingkat ringan ( >240-410 milidetik) adalah 22 orang.

b. Kelelahan tingkat sedang (>410 milidetik) adalah 8 orang.

c. Kelelahan tingkat berat (>580 milidetik) adalah 0 orang.

3. Jumlah Perawat rawat inap yang mengalami stres kerja, dengan jumlah skor

dan kategori sebagai berikut:

a. Gejala stres kerja tingkat ringan (<17) : 25 orang.

b. Gejala stres kerja tingkat sedang (18-24) : 5 orang.

c. Gejala stress kerja tingkat berat (25-30) : 0 orang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Pengadaan musik atau televisi sebagai alternatif untuk meminimal timbulnya

kelelahan akibat kerja.


2. Pemanfaatan waktu istirahat semaksimal mungkin untuk latihan fisik yang

sesuai bagi perawat, terutama bila melakukan pekerjaan dalam keadaan duduk

dalam jangka waktu yang cukup lama.

3. Agar rumah sakit hendaknya mempertahankan dan meningkatkan manajemen

administrasi keperawatan yang telah baik, dengan memberi kesempatan pada

tenaga keperawatan untuk mengatur dirinya sebanyak mungkin, dan

mendukung pelatihan-pelatihan manajemen kepemimpinan bagi perawat.


DAFTAR PUSTAKA

Adisamito W. 2007. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada, p : 1.

AM Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang: Badan
penerbit UNDIP

Arief , Suwadi, Sumarni. 2003. Hubungan Kecemasan Menghadapi Skills Lab


Modul Shock dengan Prestasi Yang Dicapai Pada M ahasiswa FK UGM.
Jurnal Penelitian.

Arthur Gyton dan John E. Hall. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (alih
Bahasa: Irawati Setiawan. Jakarta: ECG.

Atik Muftia. 2005. Hubungan antara Faktor Fisik dengan Kelelahan Kerja di PT.
Sinar Sosro Ungaran Semarang, Skripsi. Semarang: UNDIP.

Basmala D, Gatot, Adisasmito W. 2005. Hubungan karakteristik perawat, isi


pekerjaan/job content dan lingkungan pekerjaan/job context terhadap
kepuasan kerja perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Umum Daerah
Gunung Jati: Makara Kesehatan. Vol. 9. No.1: 1-8.

Eko Nurmianto. 2003. Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Surabaya: Guna
Widya

Hastono, 2001. Analisis Data, Jakarta : FKM Universitas Indonesia.

Harrington J.M dan Gill F.S. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC, hal: 8-9.

Lipsig D, M.D, Norman M, M.D,.1959. Hamilton Rating Scale for Anxiety.


http://www.antlantapsychiatry.com/Hamilton/Rating/Scale/for/Anxiety/pdf.
(23 Maret 2010).

Luknis S dan Hastono P. 2008. Statistik Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada.

Murti B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Notoadmojo S. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : CV Rineka


Cipta.
Nur’aini. 2004. Aktivitas Program Intervensi Pengendalian Stres Kerja Perawat
Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan Keperawatan Di Unit
Perawatan Intensive Rumah Sakit Haji Medan. e-USU Repository
Universitas Sumatera Utara Tesis.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika.

Pratiknya A.W. 2001. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan


Kesehatan. Cetakan empat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan


Pendidikan. Cetakan I. Surakarta: Pustaka Belajar, pp : 210-283.

Rahmawati Y dan Purwanti S. O.2008. Hubungan Komunikasi Perawat Dokter


Dengan Stres Perawat di Instalasi Rawat Inap (IRNA) Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Sragen . Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-
2697. Vol. 1. No. 3: 1-11.

Rini J.F. 2002. Stress Kerja. http://www.e-psikologi.com/just-learning/.htm.


(1 januari 2010).

Riwidikdo H. 2008. Statistik Kesehatan Belajar Mudah Teknik Data dalam


Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS). Cetakan Lima.
Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.

Sawitri E dan Sudaryanto A. 2008. Pengaruh Pemberian Informasi Pra Bedah


Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pra Bedah Mayor di Bangsal
Orthopedi RSUI Kustati Surakarta: Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-
2697. Vol.1. No.1: 13-18.

Soemanto W. 2006. Pedoman Teknik Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Bumi


Aksara.

Suma’mur, 2009. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV


Haji Masagung.

Tarwaka, Bakhri H.A S, Sudiajeng L. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan,


Kesehatan Kerja dan Produktivitas.Surakarta: Uniba Pres, hal: 93-143.

Titik Haryanti. 2008. Hubungan antara Beban Kerja dengan Tingkat Stres Kerja
di Rumah Sakit Islam Surakarta, Skripsi. Surakarta: UMS.

Wijono S. 2006. Pengaruh Kepribadian Type A dan Peran Terhadap Stres Kerja
Manajer. Insan. Vol. 8. No. 3: 1-8
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Sampel pengukuran Kelelahan Kerja dan Stres Kerja di
Rumah Sakit Islam Surakarta

Masa
Usia Jenis Tingkat
No Nama Ruang Kerja
(tahun) Kelamin Pendidikan
(tahun)
1 H Al-kautsar 34 4 ♀ D3
2 V Al-kautsar 25 5 ♀ D3
3 A Al-kautsar 25 1 ♀ D3
4 Ad Al-kautsar 24 1 ♂ D3
5 S Al-kautsar 23 1 ♀ D3
6 H Al-kautsar 25 2 ♀ D3
7 R Al-kautsar 22 1 ♀ D3
8 T Al-kautsar 26 4 ♀ D3
9 R Al-kautsar 23 1 ♀ D3
10 B Al-Fajr 25 3 ♀ D3
11 D Al-Fajr 24 1 ♂ D3
12 M Al-Fajr 30 1 ♀ D3
13 T Al-Fajr 24 1 ♀ D3
14 N Al-Fajr 30 2 ♀ D3
15 Ra Al-Fajr 32 9 ♀ D3
16 D Al-Maun 22 1 ♀ D3
17 H Al-Maun 23 1 ♀ D3
18 F Al-Maun 24 2 ♀ D3
19 A Al-Maun 25 2 ♀ D3
20 D Al-Maun 27 6 ♀ D3
21 N Al-Maun 30 9 ♀ D3
22 E Al-insyiroh 28 1 ♀ D3
23 S Al-insyiroh 24 2 ♀ D3
24 T Al-insyiroh 24 1 ♀ D3
25 A Al-insyiroh 25 2 ♀ D3
26 H Al-insyiroh 25 2 ♂ D3
27 A Al-insyiroh 24 1 ♂ D3
28 I Al-insyiroh 23 1 ♂ D3
29 E Al-insyiroh 28 2 ♀ D3
30 S Al-insyiroh 24 2 ♀ D3
Lampiran 2. Kisi-kisi Stres Kerja.

No Gejala Stres Kerja Nomor butir angket Jumlah %

1 Gejala Psikologis 1,2,3,4,5,6 6 42,86 %

2 Gejala Fisiologis 7,8,9,10,11,12,13 7 50 %

3 Gejala Perilaku 14 1 7,14 %


Lampiran 3. Contoh KuesionerH-RSA

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Suasana cemas
a. kekhawatiran ?
b. cemas ?
2 Ketegangan
a. terkejut ?
b. terharu dan menangis ?
c. kegelisahan?
d. gemetar/tremor?
3 Ketakutan
a. takut kegelapan?
b. takut menjumpai orang asing?
c. takut sendirian?
d. takut menjumpai hewan tertentur?
4 Insomnia
a. sulit tidur?
b. mimpi buruk bila tidur?
5 Intelektual
a. Sulit ber konsentrasi ?
b. Mudah lupa/sulit mengingat ?
6 Mood/minat yang tertekan
a. Tidak dapat tekun ?
b. Kurang nyaman ?
c. Insomnia ?
7 Keluhan somatik – otot
a. Nyeri/kaku otot?
b. Nyeri pada gigi?
8 Keluhan somatik - indra
a. Ada suara berdengung sekitar telinga
dan kepala?
b. Pandangan/penglihatan kabur?
9 Gejala kardiovaskular
a. Denyut jantung tiba-tiba berdenyut
kencang?
b. Berdebar-debar?
c. Nyeri bagian dada?
d. Perasaan pingsan mendadak?
10 Gejala pernafasan
a. ada tekanan/sesak di bagian dada?
b. tersedak?
c. Nafas tersengal-sengal?
11 Gejala gastrointestinal
a. Disfagis (sulit menelan makanan)?
b. Perasaan mual atau muntah?
c. Sembelit?
d. Penurunan berat badan/penambahan
berat badan?
12 Gejala Genitourinary
a. Buang air kecil tidak tuntas ?
b. Dismenore (♀) atau disfungsi seksual
(♂)
13 Gejala otonomik
a. Mulut terasa kering ?
b. Tegang otot pada kepala ?
c. wajah pucat?
d. Banyak mengeluarkan keringat?
14 Pengamatan berdasar perilaku
a. Kegelisahan?
b. Anggota badan saudara
gemetar/tremor?
c. Bersendawa?
d. Mengeluarrkan banyak keringat?
e. Menguap, mengantuk?
TOTAL SCORE
Lampiran 4. Surat Pengajuan Kuesioner H-RSA untuk pengukuran Stres Kerja

SKALA STRES KERJA DENGAN SKALA Rating Hamilton Anxiety


(HAM-A)

Kepada
Yth. Bapak/Ibu/Sdr/i perawat
Di Rumah Sakit Islam YARSIS Surakarta

Dengan hormat,
Ditengah kesibukan Bapak/Ibu/Sdr/i perawat pada saat bertugas,
perkenankan saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i perawat untuk
meluangkan sedikit waktu guna mengisi angket yuang saya sertakan berikut ini.
Angket ini bertujuan untuk kepentingan ilmiah, oleh karena itu jawaban
yang Bapak/Ibu/Sdr/i perawat berikan sangat besar manfaatnya bagi
pengembangan ilmu. Angket ini tidak ada hubungannya dengan status dan
kedudukan Bapak/Ibu/Sdr/i saudara dalam Rumah Sakit maka jawaban yang
benar adalah jawaban yang benar-benar menggambarkan keadaan Bapak/Ibu/Sdr/i
Saya mengucapkan terima kasih atas kerjasam dan bantuan yang telah
Bapak/Saudara berikan. Besar harapan saya untuk menerima kembali angket ini
dalam waktu singkat.
Surakarta, Mei 2010
Hormat Saya

Jhohana Kurnia W
Lampiran 5. Hasil Uji Kendall’s Tau-b

Kelelahan Stres
Kerja Kerja
Kendall’s tau_b Kelelahan Kerja Correlation
1.000 .742**
Coefficient
. .000
Sig. (2-tailed)
30 30
N

Stres Kerja Correlation Coefficient .742** 1.000


Sig. (2-tailed) .000 .
N 30 30
Lampiran 6. Foto Pengukuran Kelelahan Kerja
Lampiran 7. Hasil Pengukuran Stres Kerja

No Ruang Kriteria Stres Kerja


1 A Ringan
2 A Sedang
3 A Ringan
4 A Ringan
5 A Ringan
6 A Ringan
7 A Sedang
8 A Ringan
9 A Ringan
10 B Ringan
11 B Ringan
12 B Ringan
13 B Ringan
14 B Ringan
15 B Ringan
16 C Sedang
17 C Ringan
18 C Ringan
19 C Ringan
20 C Ringan
21 C Ringan
22 D Ringan
23 D Ringan
24 D Ringan
25 D Ringan
26 D Ringan
27 D Ringan
28 D Ringan
29 D Ringan
30 D Ringan
Wkt Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja dengan LAKASIDAYYA type L-77 (milidetik)
Ruang pa/
No (sbl ket
(kls) pi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
krj)
1 07.15 Al-fajr Pi 220,5 222,5 178,5 185,6 199,9 200,2 200,5 198,7 212,5 320,0 312,2 225,0 224,3 299,9 237,2 230,4 179,8 199,8 200,4 210,2
2 07.15 Al-fajr Pi 212,5 187,8 198,8 200,6 221,2 200,5 225,3 325,3 430,0 250,2 426,0 287,4 237,4 287,4 225,2 237,2 222,5 210,0 200,5 187,9
3 07.15 Al-fajr Pi 200,5 225,2 200,5 300,5 250,8 237,3 200,4 212,5 262,8 220,2 280,8 218,5 275,2 365,8 257,5 167,8 288,1 150,4 157,3 150,8
4 07.15 Al-fajr Pi 550,4 750,8 387,4 249,9 212,3 200,2 262,4 237,7 400,1 299,9 250,2 324,8 287,9 287,5 262,8 212,8 225,2 199,9 250,2 237,4
5 07.15 Al-fajr Pa 138,0 138,0 125,3 175,8 175,8 250,5 288,3 263,2 250,5 250,5 275,8 250,5 350,5 160,8 225,3 158,7 138,2 138,0 150,5 138,0
6 07.15 Al-fajr Pi 300,4 312,2 175,8 175,2 180,6 212,5 365,8 225,3 250,5 256,5 250,5 255,6 252,8 255,7 200,4 178,5 178,6 212,2 200,1 200,3
7 07.15 Al-fajr Pi 200,5 212,5 225,2 200,0 178,5 179,8 438,8 160,5 175,3 250,3 278,5 380,5 199,9 187,8 175,8 162,8 180,5 178,5 162,5 170,5
8 07.15 Al-fajr Pi 225,3 350,4 362,9 187,5 167,4 563,0 438,0 325,3 250,0 349,9 250,2 426,0 312,4 225,2 249,8 212,7 225,0 199,9 175,0 212,7
9 07.15 Al-fajr Pi 200,5 187,5 430,2 360,2 167,4 325,3 314,6 290,2 212,5 325,2 249,8 352,7 225,0 299,9 226,2 175,0 270,5 215,2 150,0 150,3
10 07.15 Al-kaut Pi 175,6 178,5 200,5 162,4 175,5 224,6 500,2 177,4 387,4 158,7 200,5 212,3 200,1 288,5 218,7 225,8 189,8 199,7 196,5 170,5
11 07.15 Al-kaut pi 425,0 412,8 563,0 462,4 362,5 380,0 00,2 437,5 337,4 324,9 337,8 300,3 324,9 188,5 436,0 550,0 312,5 350,4 349,9 425,5
12 07.15 Al-kaut Pi 175,4 175,6 167,4 320,5 250,2 345,5 250,5 180,6 225,1 250,2 300,2 190,6 225,9 288,0 232,5 220,5 199,9 187,5 190,7 200,5
13 07.15 Al-kaut Pi 212,5 200,4 17,4 163,5 175,3 180,2 250,3 200,4 212,2 287,4 275,1 299,9 287,6 212,2 300,5 200,2 186,5 175,0 175,5 200,7
14 07.15 Al-kaut Pi 175,9 512,4 172,4 223,0 235,0 135,7 262,8 213,2 277,6 278,5 215,4 325,2 200,4 287,9 188,1 175,3 165,3 220,1 451,2 185,8
15 07.15 Al-kaut Pi 199,9 312,4 175,2 200,0 175,3 212,5 362,8 287,8 237,4 387,4 287,4 425,5 287,4 199,9 299,9 237,4 212,3 212,7 187,8 225,0
16 07.15 Al-kaut Pi 213,2 213,2 237,8 187,9 250,8 213,0 187,8 237,3 200,4 250,4 187,8 187,9 238,2 225,2 275,4 213,0 200,4 163,0 212,8 238,0
17 07.15 Al-mau Pa 187,5 235,4 512,4 332,3 213,0 156,8 185,6 172,3 248,5 188,2 200,3 200,1 197,1 188,1 176,4 215,2 225,2 205,4 158,3 171,4
18 07.15 Al-mau Pi 203,2 187,6 181,5 200,3 213,4 225,1 185,6 213,5 212,8 212,5 275,3 263,2 262,7 312,5 175,3 300,3 225,3 178,5 188,2 167,2
19 07.15 Al-mau Pi 174,9 187,5 526,4 237,8 163,0 156,7 200,4 152,4 200,0 250,0 250,3 200,4 225,2 262,7 175,5 188,1 375,8 175,4 162,8 162,8
20 07.15 Al-mau pi 170,5 187,5 175,6 188,5 187,6 198,7 290,9 287,4 225,3 288,4 300,4 250,4 200,9 198,7 188,6 199,9 175,9 189,9 212,0 200,0
21 07.15 Al-mau Pi 186,5 186,7 189,9 200,4 212,5 225,6 290,9 212,5 225,4 188,7 200,4 250,4 225,2 278,7 187,6 195,7 196,8 200,4 212,0 210,0
22 07.15 Al-mau Pi 187,5 163,2 225,3 388,5 200,4 187,4 375,3 262,8 188,3 225,3 188,4 287,9 188,3 188,1 188,3 150,4 150,3 137,8 162,9 175,9
23 07.15 utama pi 237,8 275,3 462,8 350,4 375,5 588,1 400,4 212,8 450,4 250,3 287,9 375,3 237,4 287,9 212,3 262,7 224,9 262,4 274,8 187,4
24 07.15 utama Pa 212,5 300,3 237,4 187,8 177,4 199,9 175,8 175,1 258,7 274,9 200,5 413,5 162,5 212,8 212,8 187,8 162,8 199,9 212,8 187,4
25 07.15 Utama Pi 225,6 178,9 213,0 160,4 300,4 200,5 187,8 225,3 260,3 187,9 262,5 212,8 175,3 187,8 175,8 167,4 162,4 175,8 187,8 176,4
26 07.15 Utama Pi 225,3 175,7 175,4 213,0 213,2 312,9 187,8 175,4 275,3 237,4 275,5 199,9 262,8 363,8 225,3 337,9 188,4 187,5 199,9 200,5
27 07.15 Utama Pa 175,5 213,0 210,2 200,4 198,9 212,4 212,2 187,5 275,2 288,4 187,9 190,5 165,5 167,8 200,4 205,4 199,9 190,5 196,8 175,5
28 07.15 Utama Pi 225,8 262,8 275,3 250,2 312,8 213,8 200,4 187,8 287,9 200,0 237,7 212,8 200,8 200,4 200,9 188,3 200,4 200,4 238,0 213,5
29 07.15 Utama Pi 217,5 200,5 200,0 212,8 200,8 205,5 213,5 188,3 238,0 289,9 210,5 287,8 215,5 213,8 198,9 187,8 188,5 190,5 252,1 212,5
30 07.15 utama pa 313,8 380,5 217,5 350,5 250,3 225,4 275,5 175,8 213,3 225,3 175,5 262,8 213,8 175,1 275,4 187,4 175,4 200,3 275,2 213,0
Wkt Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja dengan LAKASIDAYYA type L-77 (milidetik)
Ruang pa/
No (stl
(kls) pi
krj) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 14.15 Al-fajr Pi 226,1 288,3 187,9 263,9 200,8 288,4 275,4 299,1 275,8 300,5 275,8 300,2 288,7 312,5 288,9 200,9 200,8 188,4 188,4 200,9
2 14.15 Al-fajr Pi 188,4 639,9 263,2 175,7 226,1 367,5 379,4 363,8 485,8 490,5 366,9 393,8 468,9 420,9 363,8 288,4 362,9 275,7 150,7 288,5

3 14.15 Al-fajr Pi 238,0 238,0 225,3 275,8 275,8 250,5 288,3 263,2 250,6 250,6 275,8 250,6 250,5 350,5 250,3 238,7 258,0 238,2 150,5 138,0

4 14.15 Al-fajr Pi 250,4 200,4 187,9 187,9 200,4 387,9 390,7 375,9 483,4 389,4 395,8 488,4 387,4 487,9 360,9 212,4 200,3 249,9 200,2 174,9

5 14.15 Al-fajr Pa 315,8 225,2 168,7 178,8 274,9 335,8 251,3 375,7 217,5 325,2 275,5 305,8 299,9 275,8 275,7 250,7 150,3 175,3 217,5 200,9

6 14.15 Al-fajr Pi 315,8 212,8 175,2 167,8 174,9 375,8 368,9 389,4 475,8 475,9 385,9 450,8 386,9 467,8 375,9 263,4 275,5 200,5 200,4 199,9

7 14.15 Al-fajr Pi 200,5 178,9 163,2 121,8 175,8 289,8 380,8 467,8 496,7 375,8 380,9 472,8 372,9 499,9 386,9 213,2 262,8 275,4 213,3 225,7

8 14.15 Al-fajr Pi 237,7 388,1 225,0 187,4 199,9 287,5 300,8 289,4 237,4 287,4 374,9 312,4 312,4 237,4 374,8 212,3 274,8 225,0 425,1 200,3

9 14.15 Al-fajr Pi 188,9 212,8 199,9 137,4 264,7 275,4 212,8 375,4 312,9 300,9 262,4 250,3 250,5 313,8 275,8 212,8 213,2 225,7 184,9 213,3

10 14.15 Al-kaut Pi 388,5 213,7 215,4 198,7 199,9 200,0 187,5 275,3 263,8 178,5 168,3 350,3 430,5 254,7 275,8 165,3 143,7 154,8 171,2 162,4

11 14.15 Al-kaut pi 300,8 300,4 262,8 237,8 287,9 475,9 480,5 442,8 378,6 367,7 489,8 334,8 349,8 425,3 428,4 262,8 325,3 312,8 237,8 488,0

12 14.15 Al-kaut Pi 315,8 213,4 187,6 167,8 150,3 315,8 262,3 331,8 400, 450,5 375,9 312,5 467,8 499,9 312,5 150,8 250,5 213,8 187,8 200,5

13 14.15 Al-kaut Pi 133,8 154,6 168,7 178,9 173,8 369,8 385,8 390,8 475,9 467,6 385,8 450,8 487,9 348,9 345,7 163,2 175,8 199,9 199,9 185,0

14 14.15 Al-kaut Pi 200,4 349,9 162,6 175,4 150,4 162,9 175,3 375,7 163,0 363,2 250,5 263,2 263,2 376,2 200,5 200,9 175,5 337,9 188,3 163,2

15 14.15 Al-kaut Pi 212,8 237,8 162,4 174,9 325,1 287,4 199,9 275,0 262,4 362,4 262,4 325,4 249,9 249,9 274,9 300,0 162,4 248,8 175,1 225,0

16 14.15 Al-kaut Pi 200,4 488,1 225,2 262,9 263,8 663,7 368,4 362,9 380,4 390,9 375,7 398,6 473,3 375,8 425,7 312,8 213,8 262,8 275,4 263,2

17 14.15 Al-mau Pa 222,5 212,5 200,3 189,7 251,3 225,3 205,4 279,8 212,5 325,3 300,8 225,8 278,6 200,0 215,7 212,8 200,3 211,3 198,5 168,5

18 14.15 Al-mau Pi 212,5 330,2 197,3 188,5 200,5 214,5 215,6 275,6 200,6 215,2 197,8 290,5 200,0 275,2 275,6 176,1 175,1 225,0 174,6 190,8

19 14.15 Al-mau Pi 225,2 274,9 225,3 250,7 375,5 250,5 225,3 250,7 212,8 200,4 362,4 363,4 300,4 250,4 312,8 250,3 187,5 237,4 240,3 237,7

20 14.15 Al-mau pi 187,4 150,3 213,5 188,7 199,9 150,5 263,2 215,8 200,9 200,8 287,6 213,4 375,8 37,8 262,4 175,1 215,8 199,9 200,4 163,2

21 14.15 Al-mau Pi 170,2 168,8 177,6 235,6 125,5 270,5 200,4 212,3 200,7 190,5 363,4 362,4 312,8 312,8 350,3 250,4 224,3 237,4 225,3 200,3

22 14.15 Al-mau Pi 300,8 150,4 388,0 237,7 124,8 252,6 204,4 337,4 225,3 287,9 250,2 262,9 438,0 275,0 200,4 175,4 163,0 175,3 200,5 175,1
23 14.15 utama pi 438,0 249,9 187,5 150,2 262,4 3123,4 462,4 387,4 499,9 487,4 312,4 387,4 462,4 462,4 375,2 124,9 888,5 217,2 287,8 237,7

24 14.15 utama Pa 200,8 162,9 187,5 244,9 180,3 350,4 187,8 287,4 299,9 225,4 200,2 162,6 267,4 487,8 287,4 287,5 275,1 150,2 137,4 150,2

25 14.15 Utama Pi 163,2 188,5 167,5 165,0 200,2 212,4 236,4 237,4 255,4 225,2 200,5 154,9 287,9 460,2 350,2 200,2 175,1 163,0 156,6 173,0

26 14.15 Utama Pi 170,5 187,4 200,5 177,4 152,6 312,2 300,8 205,4 338,0 275,8 225,2 262,9 300,4 212,8 262,8 225,7 280,5 225,5 271,5 220,5

27 14.15 Utama Pa 188,3 187,4 212,4 262,4 212,5 375,2 275,4 237,8 213,2 213,3 225,8 312,7 300,4 325,4 213,2 225,8 188,1 275,4 212,4 225,7

28 14.15 Utama Pi 238,2 187,7 212,8 225,2 200,5 200,5 224,9 337,3 487,8 312,8 227,8 225,2 300,2 250,0 212,7 225,3 212,8 250,0 212,8 238,0

29 14.15 Utama Pi 241,3 175,8 225,1 214,6 245,3 278,6 305,2 288,3 275,3 289,2 215,5 300,1 200,5 197,9 225,3 198,7 185,8 200,5 196,4 250,2

30 14.15 utama pa 225,3 156,4 211,4 200,5 275,3 275,1 287,4 178,9 322,1 198,7 200,4 215,2 312,2 198,9 211,5 125,6 157,6 198,5 212,4 248,6

Anda mungkin juga menyukai