Bismillah Skripsi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 90

HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK TERHADAP KELUHAN

NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA BAGIAN


ADMINISTRASI DI PT. JAMU AIR MANCUR
KARANGANYAR

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kesehatan

Farida Nur Hidayah


R0215039

PROGRAM DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEB\ELAS MARET
SURAKARTA
2019
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Hubungan Sikap Kerja Duduk terhadap Keluhan


Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Bagian Administrasi di PT. Jamu Air
Mancur Karanganyar

Farida Nur Hidayah, R0215039, Tahun 2019

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan


Dewan Penguji Skripsi

Program Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kedokteran UNS Surakarta

Pada Hari Kamis, Tanggal 25 Juli 2019

Pembimbing I
Nama : Erindra Budi C., S.Kep., Ns., M.Kes. (…………………….)
NIP : 197802202005011001

Pembimbing II
Nama : Haris Setyawan, S.KM., M.Kes. (…………………….)
NIK : 198407152014041001

Penguji
Nama : Siti Rachmawati, S.ST., M.Si. (…………………….)
NIP : 198903112019032010

Surakarta,……………..…

Kepala Program
Koordinator Tim Skripsi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Haris Setyawan, S.KM.,M.Kes Dr. Isna Qadrijati


dr.,M.Kes.
NIP. 198407152014041001 NIP 196701301996032001

ii
PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skirpsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Kesehatan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis di acuan
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 15 Juli 2019

Farida Nur Hidayah


NIM. R0215039

iii
ABSTRAK

Farida Nur Hidayah, R0215039, 2019. Hubungan Sikap Kerja Duduk terhadap
Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Bagian Administrasi di PT. Jamu
Air Mancur Karanganyar, Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang : Nyeri punggung bawah atau biasa disebut dengan istilah low
back pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan di bagian punggung bawah.
Prevalensi nyeri punggung bawah yang tidak spesifik atau umum dalam seumur
hidup diperkirakan 60% - 70% pada negara industri, dengan prevalensi pertahun
sekitar 15% - 45%. Salah satu penyebab adanya keluhan nyeri punggung bawah
adalah sikap kerja duduk yang salah pada saat bekerja. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung
bawah.

Metode : Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik, dengan desain


cross sectional. Responden diambil dari pekerja bagian administrasi PT. Jamu Air
Mancur sejumlah 48 responden dengan total populasi 66 pekerja. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik Total Samplimg. Penelitian ini
menggunakan metode Rappid Entire Body Assesment untuk menilai sikap kerja
duduk dan kuesioner Oswestry Low Back Pain Disability untuk menilai keluhan
nyeri punggung bawah. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji Pearson
Product Moment.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan 48 responden memiliki rata-rata skor sikap


kerja duduk adalah 5,94 dan rata-rata nilai keluhan nyeri punggung bawah adalah
9,858 %. Hasil uji korelasi Pearson Product Moment antara sikap kerja duduk
terhadap keluhan nyeri punggung bawah didapatkan nilai p-value p = 0,0001
(p<0,05) yang berarti terdapat korelasi bermakna antara sikap kerja duduk
terhadap keluhan nyeri punggung bawah dengan koefisien korelasi r = 0,773 yang
berarti memiliki kekuatan korelasi kuat dengan arah korelasi positif, artinya
semakin tinggi nilai sikap kerja duduk semakin tinggi pula nilai keluhan nyeri
punggung bawah.

Simpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap kerja duduk terhadap
keluhan nyeri punggung bawah.
Kata Kunci : Nyeri punggung bawah, sikap kerja duduk.

iv
ABSTRACK

Farida Nur Hidayah, R0215039, 2019. The Relationship of Sitting Work


Attitudes to Lower Back Pain Complaints in Administration Workers at PT. Jamu
Air Mancur Karanganyar, Diploma 4 Occupational Safety and Health, Faculty of
Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Background: Low back pain or commonly referred to as low back pain (LBP) is
pain that is felt in the lower back. The prevalence of non-specific or general low
back pain in a lifetime is estimated at 60% - 70% in industrialized countries, with
an annual prevalence of around 15% - 45%. One of the causes of complaints of
lower back pain is sitting wrong working attitude at work. This study aims to
determine the relationship between working attitude towards complaints of lower
back pain.

Method: This study was an observational analytic study, with a cross sectional
design. Respondents were taken from administrative staff of PT. Jamu Air Mancur
has 48 respondents with a total population of 66 workers. The sampling technique
used the Total Sampling technique. This study used the Rappid Entire Body
Assessment method to assess sitting work attitude and the Oswestry Low Back
Pain Disability questionnaire to assess complaints of lower back pain. The data
analysis technique used is the Pearson Product Moment test.

Results: The results of the study showed that 48 respondents had an average
sitting work attitude score of 5,94 and the average value of complaints for lower
back pain was 9,885%. The results of the Pearson Product Moment correlation
test between sitting work attitudes toward complaints of lower back pain p-value
p = 0,0001 (p <0,05) which means that there is a significant correlation between
sitting work attitudes against complaints of lower back pain with a correlation
coefficient r = 0.773 which means that it has the strength of a strong correlation
with the direction of a positive correlation, that means the higher the value of
working attitude sitting the higher the value of complaints of lower back pain.

Conclusion: There is a significant relationship between sitting work attitude


towards complaints of lower back pain.
Keywords: Low back pain, sitting posture

v
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat,
karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam penyusunan skripsi dengan
judul “Hubungan Sikap Kerja Duduk terhadap Keluhan Nyeri Punggung
Bawah pada Pekerja Bagian Administrasi di PT. Jamu Air Mancur
Karanganyar”.
Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan di Program Studi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penulisan skripsi ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Reviono, dr., Sp.P(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Isna Qadrijati, dr,M.Kes selaku Kepala Program Studi Diploma 4
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Erindra Budi C., S.Kep., Ns., M.Kes. selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
4. Haris Setyawan, S.KM., M.Kes. selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Siti Rachmawati, S.ST., M.Si. selaku penguji yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Windi selaku staff EHS PT. Jamu Air Mancur Karanganyar yang telah
mendampingi peneliti dalam pengambilan data penelitian, Bapak Basuki dan
seluruh responden pekerja bagian administrasi.
7. Bapak Suyoto, Ibu Sulastri, Mas Fajar, Mbak Zuli, Putri dan segenap keluarga
besar yang selalu memberikan bantuan doa dan semangat.
8. Teman-temanku Iryatika, Ananda, Indah, Diah, Laily, Nikmah, Devy, Ivana,
Perdani, Risti, Endah dan seluruh keluarga SQUATARINCA mahasiswa D4
K3 angakatan 2015.
9. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, terima kasih
banyak.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan skripsi ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis maupun pembaca.

Surakarta, 15 Juli 2019


Penulis

Farida Nur Hidayah

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
PENGESAHAN SKRIPSI.......................................................................................ii
PERNYATAAN.....................................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
ABSTRACK..............................................................................................................v
PRAKATA..............................................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan Penelitian..................................................................................4
D. Manfaat Penelitian................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................6
A. Tinjauan Pustaka...................................................................................6
B. Kerangka Pemikiran...........................................................................29
C. Hipotesis..............................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................31
A. Jenis Penelitian....................................................................................31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................31
C. Populasi Penelitian..............................................................................31
D. Teknik Pengambilan Sampel...............................................................32
E. Sampel Penelitian................................................................................32
F. Desain Penelitian.................................................................................33
G. Identifikasi Variabel Penelitian...........................................................33
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian............................................34
I. Alat dan Bahan Penelitian...................................................................35
J. Cara Kerja Penelitian..........................................................................37
K. Teknik Analisis Data...........................................................................39

vii
BAB IV HASIL.....................................................................................................41
A. Gambaran Umum Perusahan...............................................................41
B. Karakteristik Subjek Penelitian...........................................................42
C. Sikap Kerja Duduk..............................................................................45
D. Keluhan Nyeri Punggung Bawah........................................................46
E. Hubungan Sikap Kerja Duduk terhadap Keluhan Nyeri Punggung
Bawah..................................................................................................47
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................48
A. Karakteristik Subjek Penelitian...........................................................48
B. Sikap Kerja Duduk..............................................................................49
C. Keluhan Nyeri Punggung Bawah........................................................50
D. Hubungan Sikap Kerja Duduk terhadap Keluhan Nyeri Punggung
Bawah..................................................................................................51
E. Keterbatasan Penelitian.......................................................................54
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................55
A. Simpulan.............................................................................................55
B. Saran....................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Pembebanan.....................................................................................15


Tabel 2. Skor Pegangan/Coupling.........................................................................15
Tabel 3. Standar Kinerja Berdasarkan Skor Akhir................................................16
Tabel 4. Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)......................................................20
Tabel 5. Anatomi Tulang Belakang.......................................................................23
Tabel 6. Interpretasi Disability Score....................................................................25
Tabel 7. Interpretasi Hasil Uji Pearson Product Moment.....................................39
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden......................................42
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Usia Responden......................................................43
Tabel 10. Tendensi Usia Responden......................................................................43
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden.........................................43
Tabel 12. Tendensi Masa Kerja Responden...........................................................44
Tabel 13. Distribusi Frekuensi IMT Responden....................................................44
Tabel 14. Tendensi Responden Berdasarkan IMT.................................................44
Tabel 15. Tendensi Sikap Kerja Duduk Responden..............................................45
Tabel 16. Hasil Uji Normalitas Variabel Sikap Kerja Duduk................................45
Tabel 17. Tendensi Keluhan Nyeri Punggung Bawah Responden........................46
Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Variabel Keluhan Nyeri Punggung Bawah.........46
Tabel 19. Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment antara Sikap Kerja Duduk
terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah............................................................47

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kisaran Pergerakan Leher....................................................................12


Gambar 2. Kisaran Pergerakan Badan...................................................................12
Gambar 3. Kisaran Pergerakan Kaki......................................................................13
Gambar 4. Kisaran Pergerakan Lengan Atas.........................................................14
Gambar 5. Kisaran Pergerakan Lengan Bawah.....................................................14
Gambar 6. Kisaran Pergerakan Pergelangan Tangan.............................................15
Gambar 7. Kerangka Pemikiran.............................................................................29
Gambar 8. Desain Penelitian..................................................................................33

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance (EC)


Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
Lampiran 3. Surat Selesai Penelitian
Lampiran 4. Lembar Informed Concent
Lampiran 5. Kuesioner Oswestry Low Back Pain Disability
Lampiran 6. Lembar Penilaian REBA Responden
Lampiran 7. Hasil Data Responden
Lampiran 8. Hasil Pengujian SPSS
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gangguan muskuloskeletal merupakan penyumbang disabilitas

terbesar kedua, dengan nyeri punggung bawah menjadi penyebab kecacatan

secara global (WHO, 2018). Nyeri punggung bawah atau biasa disebut

dengan istilah low back pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan di bagian

punggung bawah (Ehrlich, 2003). Prevalensi nyeri punggung bawah yang

tidak spesifik atau umum dalam seumur hidup diperkirakan 60% - 70% pada

negara industri, dengan prevalensi pertahun sekitar 15% - 45% (Duthey,

2013). Labour Force Survey melakukan penelitian kepada pekerja yang

bekerja sekurang-kurangnya 12 bulan di Inggris tentang penyakit yang

berkaitan dengan pekerjaan menyatakan bahwa pada tahun 2009-2011 terjadi

700 kasus back disorder dari 100.000 pekerja dan 150 kasus diantaranya

disebabkan oleh sikap kerja yang tidak ergonomis, sedangkan pada tahun

2014-2016 terjadi 650 kasus back disorder dari 100.000 pekerja (HSE, 2018).

Suatu studi penelitian tentang hubungan low back pain dengan

karakteristik responden dan sikap kerja duduk pada pekerja batik tulis

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,001) antara

sikap kerja duduk dan keluhan nyeri punggung bawah (Uamami et al., 2014).

Penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian low back

pain pada pekerja furnitur menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap

1
2

dan posisi duduk terhadap kejadian low back pain dengan p = 0,00 (Widjaja

et al., 2014). Pada hasil penelitian Sumekar dan Deny (2010) tentang nyeri

punggung pada operator komputer akibat posisi dan lama duduk

menunjukkan bahwa posisi duduk berpengaruh terhadap nyeri punggung (p =

0,011) dan duduk dengan posisi tidak baik mempunyai risiko15,481 kali lebih

besar untuk terjadi nyeri punggung.

PT. Jamu Air Mancur merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

dalam industri obat-obat herbal di Solo yang terletak di Jl. Raya Solo-Sragen

Km.7, Palur, Karanganyar PO BOX 253 Solo 57102. PT. Jamu Air Mancur

memproduksi beragam jenis obat-obat herbal diantaranya, Tujuh Angin,

Pegal Linu, Sakit Pinggang dan lain-lain. Jumlah keseluruhan pekerja di PT.

Jamu Air Mancur sebanyak 200 orang yang terdiri dari banyak departemen

mulai dari departemen administrasi sampai departemen produksi. Pada

departemen administrasi pekerja dituntut untuk selalu bekerja duduk di depan

komputer. Departemen administrasi di PT. Jamu Air Mancur terdiri dari

beberapa departemen diantaranya, IT, HC & GA, PSO, FAT, QC, RND, dan

OD & OLC. Pekerja pada departemen-departemen tersebut mempunyai

potensi keluhan nyeri punggung bawah, mengingat sikap kerja duduk dapat

mempengaruhinya.

Penilaian keluhan nyeri punggung bawah pada survei awal yang telah

dilakukan di PT. Jamu Air Mancur pada 15 pekerja bagian administrasi

dengan kuesioner Oswestry Low Back Pain Disability menunjukkan 15

pekerja mengalami keluhan nyeri punggung bawah dalam kategori minimal


3

disability. Hasil dari penilaian sikap kerja duduk dengan menggunakan

metode REBA didapatkan hasil yaitu 14 pekerja dengan kategori risiko

sedang dan 1 pekerja dengan kategori ringan. Hasil dari observasi dan

wawancara kepada pekerja didapatkan bahwa penggunaan kursi di PT. Jamu

Air Mancur bagian administrasi tidak sejenis. Desain kursi yang digunakan

yaitu kursi dengan desain tinggi duduk dapat disesuaikan dan kursi dengan

desain tinggi duduk tidak dapat disesuaikan. Saat dilakukan wawancara

kepada salah satu pekerja bagian administrasi di PT. Jamu Air Mancur,

pekerja tersebut mengaku bahwa kursi yang dia gunakan seharusnya dapat

disesuaikan tinggi duduknya, tetapi kursi tersebut rusak sehingga tidak

bekerja sesuai fungsi dan membuat posisi duduk menjadi tidak nyaman.

Pekerja bagian administrasi di PT. Jamu Air Mancur ini belum pernah

dilakukan penelitian yang berkaitan dengan keluhan nyeri punggung bawah

dan sikap kerja duduk. Berdasarkan gambaran tersebut peneliti tertarik untuk

mengetahui adakah hubungan sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri

punggung bawah pada pekerja bagian administrasi di PT. Jamu Air Mancur

Karanganyar.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri

punggung bawah pada pekerja bagian administrasi di PT. Jamu Air Mancur

Karanganyar?
4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri

punggung bawah pada pekerja bagian administrasi di PT. Jamu Air

Mancur Karanganyar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui sikap kerja duduk yang dilakukan oleh pekerja

bagian admistrasi di PT. Jamu Air Mancur Karanganyar.

b. Untuk mengetahui keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja

bagian admistrasi di PT. Jamu Air Mancur Karanganyar.

c. Untuk menganalisis hubungan sikap kerja duduk terhadap keluhan

nyeri punggung bawah pada pekerja bagian administrasi di PT. Jamu

Air Mancur Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat membuktikan teori bahwa ada hubungan sikap kerja duduk

terhadap keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja bagian

administrasi di PT. Jamu Air Mancur Karanganyar.


5

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Pekerja

Menambah wawasan pekerja akan pentingnya sikap kerja

duduk untuk meminimalisir terjadinya penyakit akibat sikap kerja

yang tidak ergonomis.

b. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada

perusahaan mengenai kesehatan dan keselamatan pekerjanya agar

lebih diperhatikan khususnya pekerja yang memiliki keluahan nyeri

punggung bawah.

c. Bagi Mahasiswa

Dapat memahami permasalahan yang terjadi dilapangan yang

ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan K3, khususnya ilmu

ergonomi serta aplikasinya dalam pengendalian masalah yang ada.

d. Bagi Program Studi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menambah kepustakaan Program Studi Diploma 4

Keselamatan dan Kesehatan Kerja UNS serta mahasiswa bisa lebih

berkembang dengan penelitian ini.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Sikap Kerja Duduk

a. Sikap Kerja Duduk

Bekerja dengan posisi duduk memerlukan lebih sedikit energi

dari pada berdiri, karena hal tersebut dapat mengurangi banyaknya

beban otot statis pada kaki. Namun sikap kerja duduk yang salah

adalah penyebab adanya masalah-masalah punggung. Pekerja

dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian

punggung. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat

pada saat duduk jika dibandingkan dengan saat berdiri maupun

berbaring. Jika tekanan tersebut diasumsikan sekitar 100% maka

duduk dengan kondisi tegang atau kaku (erect posture) dapat

menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% dan duduk pengan

posisi membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai

190% (Nurmianto, 2004).

Menurut Iridiastadi dan Yassierli (2017) bekerja dengan

posisi duduk menjadi pilihan utama jika salah satu kondis berikut

terpenuhi :

1) Pekerjaan tangan yang tidak membutuhkan gaya atau kerja otot

besar.

6
7

2) Peralatan utama yang dibituhkan dalam bekerja dapat diambil

dengan mudah dalam posisi duduk dan berada dalam jangkauan

tangan pada posisi duduk normal.

3) Pekerjaan dominan berupa kegiatan tulis-menulis.

Posisi duduk saat bekerja yang baik dapat dilihat dari segi

baik untuk otot dan tulang. Dari segi otot, posisi duduk yang paling

baik adalah duduk dengan sedikit membungkuk sedangkan dari

aspek tulang, posisi yang baik adalah duduk dengan tegak. Namun

dari kedua posisi tersebut dapat mengakibatkan punggung bungkuk

dan otot perut menjadi lemas. Maka sebagai jalan keluar, dianjurkan

agar digunakan posisi tegak yang diselingi dengan istirahat dalam

posisi sedikit membungkuk (Suma’mur, 2014). Ditinjau dari aspek

kesehatan, bekerja pada posisi duduk memerlukan waktu yang lama

untuk menyebabkan otot perut semakin elastis, tulang belakang

melengkung, otot mata terterkonsentrasi sehingga cepat lelah. Jika

diimbangi dengan rancangan tempat duduk yang tidak memberikan

keleluasaan gerak atau alih pandang yang memadai maka tidak

menutup kemungkinan terjadi gangguan bagian punggung belakang,

ginjal dan mata (Kuswana, 2017).

Desain tempat kerja juga turut mempengaruhi sikap kerja

duduk yang dilakukan oleh pekerja. Untuk itu Hadipoetro (2014)

menyebutkan ergonomi yang diterapkan dalam desain tempat kerja

antara lain :
8

1) Tempat duduk dapat disetel naik-turun 40-53 cm dari lantai.

2) Sandaran punggung dapat disetel naik-turun 14-23 cm di atas

alas duduk.

3) Sandaran punggung dapat disetel maju-mundur 34-44 cm dari

pinggir depan dudukan.

4) Dalamnya dudukan minimal 35 cm.

5) Kursi harus stabil.

6) Sandaran punggung maksimal 32 cm.

7) Kaki kursi sebanyak 4 buah.

b. Metode Penilaian Postur Tubuh

1) Metode OWAS (Ovako Working Analysis System)

Metode OWAS merupakan metode sederhana yang dapat

digunakan untuk mengenalisa suatu pembebanan pada postur

tubuh. Langkah pertama dalam metode ini adalah pengumpulan

data atau perekaman posisi melalui observasi pada pekerja

dengan analisa foto, video atau melihat langsung aktivitas

pekerjaan. Setiap posisi yang diamati diberikan kode. Istilah

“kode posisi” digunakan untuk memperjelas hubungn posisi dan

kode. Hasil penilaian dari metode OWAS membedakan ke

dalam empat (4) tingkat atau kategori risiko. Tingkat atau

kategori risiko tersebut dimulai dari skala nilai 1 untuk risiko

rendah sampai nilai 4 dengan risiko tinggi. Setiap kategori risiko

yang diperoleh akan digunakan sebagai rekomendasi suatu


9

perbaikan. Pemberian kode dalam metode ini digunakan untuk

menentukan kategori risiko pada posisi masing-masing, yang

mencerminkan ketidaknyamanan bagi pekerja. Kemudian

dilakukan penilaian risik pada setiap bagian tubuh (punggung,

lengan dan kaki). Langkah terakhir adalah melakukan analisa

kategori risiko dengan menghitung posisi yang diamati dan

berbagai bagian tubuh, akan mengidentifikasi suatu posisi

penting dan melakukan tindakan korektif yang diperlukan untuk

memperbaiki posisi kerja (Tarwaka, 2015).

2) Metode RULA (The Rapid Upper Limb Assesment)

Metode RULA merupakan metode yang menggunakan

target postur tubuh untuk mengestimasi terjadinya risiko

gangguan muskuloskeletal, khususnya pada anggota tubuh

bagian atas (upper limb disorder), seperti adanya gerakan

repetitif, pekerjaan dengan pengerahan kekuatan, aktivitas otot

statis pada sistem muskuloskeletal, dll. Metode ini merupakan

penilaian sistematis serta cepat terhadap risiko terjadinya

gangguan dengan menunjuk bagian anggota tubuh pekerja yang

mengalami gangguan. Pengaplikasian metode RULA ini dapat

digunakan untuk menentukan prioritas pekerjaan berdasarkan

faktor cedera (Tarwaka, 2015).


10

3) Metode REBA (Rapid Entire Body Assesment)

Metode REBA merupakan alat analisa postural yang

sangat sensitif terhadap pekerjaan yang melibatkan perubahan

dalam mendadak dalam posisi. Metode ini berguna untuk

melakukan pencegahan risiko dan dapat menjadi peringatan

bahwa terjadi kondisi kerja yang tidak tepat di tempat kerja

(Tarwaka, 2015). Lembar kerja REBA digunakan dalam

menetapkan skor untuk bagian tubuh seperti pergelangan tangan,

lengan, leher, badan, punggung dan kaki. Setelah data untuk

bagian tubuh terkumpul dan dinilai, kemudian tabel pada

formulir penilaian digunakan untuk menyusun variabel faktor

risiko, menghasilkan skor tunggal yang mewakili tingkat risiko

postur kerja (Middlesworth, 2015).

Menurut Tarwaka (2015) implementasi metode REBA

dalam penilaian postur kerja memiliki beberapa kelebihan

diantaranya :

a) Metode yang sangat sensitif untuk mengevaluasi risiko.

b) Metode REBA membagi menjadi segmen – segmen tubuh

yang akan diberi kode secara individu dan mengevaluasi

anggota badan bagian atas maupun badan, leher, dan kaki.

c) Metode ini mampu menganalisa pengaruh pada beban

postural selama penanganan kontainer yang dilakukan

dengan tangan atau bagian tubuh lainnya.


11

d) Metode ini mampu melakukan penilaian terhadap aktivitas

otot yang disebabkan oleh posisi tubuh statis, dinamis, dan

perubahan postur secara tidak terduga.

e) Hasil penilaian dapat menentukan tingkat risiko cedera

dengan menetapkan tindakan korektif yang diperlukan dan

melakukan intervensi untuk perbaikan segera.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum

melakukan penilaian postur kerja menggunakan metode REBA

yaitu mempersiapkan penilaian dengan wawancara kepada

pekerja yang sedang dievaluasi untuk mendapatkan pemahaman

tentang tugas dan tuntutan pekerjaan, dan mengamati gerakan

serta postur pekerja selama beberapa siklus kerja

(Middlesworth, 2015).

Berikut ini adalah kriteria penilaian postur tubuh

menggunakan metode REBA :

a) Kriteria penilaian postur grup A adalah:

(1) Kriteria penilaian area leher :

(a) Skor 1 = Posisi leher 0o- 20o ke depan.

(b) Skor 2 = Posisi leher > 20o ke depan dan ke

belakang.

(c) Skor + 1, jika leher berputar atau miring ke kanan,

dan atau ke kiri, serta ke atas dan atau ke bawah.


12

Gambar 1. Kisaran Pergerakan Leher


Sumber : Restuputri dan Dewi, 2018
(2) Kriteria penilaian area badan :

(a) Skor 1 = Posisi badan lurus atau 0o.

(b) Skor 2 = Posisi 0o- 20o ke depan dan ke belakang.

(c) Skor 3 = Posisi 20o-60o ke depan dan > 20o ke

belakang.

(d) Skor 4 = Posisi > 60o ke depan.

(e) Skor + 1, jika badan berputar atau miring ke

kanan, dan atau ke kiri, serta ke atas / ke bawah.

Gambar 2. Kisaran Pergerakan Badan


Sumber : Restuputri dan Dewi, 2018
(3) Kriteria penilaian area kaki :

(a) Skor 1 = Tubuh bertumpu pada kedua kaki,

berjalan, duduk.

(b) Skor 2 = Berdiri dengan satu kaki, tidak stabil.


13

(c) Skor + 1, jika lutut di tekuk 30o-60o ke depan, dan

(d) Skor + 2, jika lutut di tekuk > 60o ke depan.

Gambar 3. Kisaran Pergerakan Kaki


Sumber : Restuputri dan Dewi, 2018
b) Kriteria penilaian postur grup B adalah:

(1) Kriteria penilaian area lengan atas :

(a) Skor 1 = Posisi lengan atas 0o – 20o ke depan dan

ke belakang.

(b) Skor 2 = Posisi lengan atas >20 o ke belakang, dan

210-45o ke depan.

(c) Skor 3 = Posisi lengan atas antara 46o-90o.

(d) Skor 4 = Posisi lengan atas > 90o ke atas.

(e) Skor + 1, jika bahu berputar atau bahu dinaikkan

dan lengan diangkat.

(f) Skor – 1, jika lengan dibantu oleh alat penopang

atau terdapat orang yang membantu.


14

Gambar 4. Kisaran Pergerakan Lengan Atas


Sumber : Restuputri dan Dewi, 2018
(2) Kriteria penilaian area lengan bawah :

(a) Skor 1 = Posisi lengan 600-100o ke depan.

(b) Skor 2 = Posisi lengan antara 0o – 60o ke bawah,

dan > 100o ke atas.

Gambar 5. Kisaran Pergerakan Lengan Bawah


Sumber : Restuputri dan Dewi, 2018
(3) Kriteria penilaian area pergelangan tangan :

(a) Skor 1 = Posisi pergelangan tangan 00-15o ke

depan dan kebelakang.

(b) Skor 2 = Posisi pergelangan tangan > 15 o ke depan

dan ke belakang.

(c) Skor + 1, jika terdapat penyimpangan pada

pergelangan tangan.
15

Gambar 6. Kisaran Pergerakan Pergelangan Tangan


Sumber : Restuputri dan Dewi, 2018
c) Nilai dari tabel A ditambah dengan nilai beban merupakan

Skor A, dan nilai dari tabel B ditambah nilai

pegangan/coupling merupakan Skor B.

Tabel 1. Skor Pembebanan


Skor Posisi
+0 Beban < 5 kg
+1 Beban 5-10 kg
+2 Beban > 10 kg
+3 Pembebanan secara tiba tiba atau
mendadak
Sumber : Tarwaka, 2015.
Tabel 2. Skor Pegangan/Coupling

Skor Posisi
+0 Pegangan bagus
+1 Pegangan sedang
+2 Pegangan kurang baik
+3 Pegangan jelek
Sumber : Tarwaka, 2015
d) Skor A dan B dimasukkan ke dalam tabel C.

Nilai dari tabel C ditambah dengan nilai aktivitas

merupakan Skor C. Kriteria nilai aktifitas yaitu:

(1) Skor + 1, jika salah satu atau lebih dari anggota tubuh

statis > 1 menit

(2) Skor + 1, jika melakukan gerakan berulang > 4 kali


16

dalam waktu 1 menit.

(3) Skor + 1, jika perubahan postur dengan cepat atau tidak

stabil.

e) Skor C kemudian dikonversikan ke dalam tabel tingkat

aktivitas/standar penilaian REBA.

Tabel 3. Standar Kinerja Berdasarkan Skor Akhir

Skor Tingkat Kategori Tindakan


Akhir Risiko Risiko
1 1 Sangat Tidak ada tindakan
rendah yang diperlukan
2-3 2 Rendah Mungkin diperlukan
tindakan
4-7 3 Sedang Diperlukan tindakan
8-10 4 Tinggi Diperlukan tindakan
segera
11-15 5 Sangat Diperlukan tindakan
tinggi sesegera mungkin
Sumber : Jahanimoghadam et al., 2018

2. Nyeri Punggung Bawah

a. Definisi Nyeri Punggung Bawah

Menurut Ehrlich (2003) nyeri punggung bawah atau biasa

disebut dengan istilah low back pain (LBP) adalah nyeri yang

dirasakan di bagian punggung bawah. Nyeri punggung bawah bukan

penyakit atau diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan

istilah untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi yang terkena

dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri. Menurut Kusuma

(2015) nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan pada

daerah punggung bawah, dapat berupa nyeri lokal maupun nyeri

radikular atau keduanya.


17

Nyeri punggung bawah biasaya terjadi akibat dari adanya

gangguan muskuloskeletal dan diperberat oleh aktivitas, sedangkan

nyeri akibat lainnya dipengaruhi oleh aktivitas. Nyeri punggung

bawah juga disebabkan oleh obesitas, stress dan depresi, klien

dengan keluhan nyeri punggung bawah kronis biasanya mengalami

ketergantungan pada beberapa jenis analgesik (Muttaqin, 2011).

Menurut Mangku dan Tjokorda (2010) derajat nyeri dapat

diukur secara kualitatif dengan cara sebagai berikut :

1) Nyeri ringan adalah nyeri yang hilang timbul, terutama saat

melakukan aktivitas sehari-hari dan hilang pada waktu tidur.

2) Nyeri sedang adalah nyeri terus menerus yang mengganggu

aktivitas dan hanya hilang apabila penderita tidur.

3) Nyeri berat adalah nyeri yang berlangsung terus menerus

sepanjang hari, penderita tidak dapat tidur atau sering terjaga

karena nyeri.

b. Faktor Penyebab Nyeri Punggung Bawah

Faktor penyebab nyeri punggung bawah dapat dibedakan

menjadi faktor internal dan eksternal yaitu :

1) Faktor Internal

a) Usia

Menurut Batti’e et al. dalam Tarwaka (2015)

menyatakan bahwa kekuatan maksimal yang dihasilkan

oleh otot terjadi pada usia 20-29 tahun dan sejalan dengan
18

bertambahnya usia akan terjadi penurunan kekuatan otot.

Pada usia 60 tahun rata-rata kekuatan otot menurun sampai

20%. Saat kekuatan otot menurun inilah yang meningkatkan

risiko terjadinya keluhan otot (Tarwaka, 2015). Hasil

penelitian yang dilakukan Santiasih (2013) menunjukkan

bahwa persentase responden yang mengalami low back

pain yaitu 15% responden dengan usia 20-29, 36,7%

berusia >29-40 tahun, 23,3% berusia >40-50 tahun dan

13,3% berusia > 50 tahun

b) Masa kerja

Menurut Andini (2015) semakin waktu bekerja

seseorang maka semakin besar pula risiko untuk mengalami

nyeri punggung bawah. Pada penelitian Umami et al.

(2014) bahwa pekerja yang paling banyak mengalami

keluhan nyeri punggung bawah adalah pekerja dengan masa

kerja > 10 tahun namun pada pekerja dengan masa kerja <

10 tahun sudah terdapat indikasi terjadi nyeri punggung

bawah dari nyeri ringan sampai sedang.

c) Jenis kelamin

Nyeri punggung bawah atau low back pain lebih

sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki. Jenis

kelamin mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka


19

karena kemampuan otot wanita lebih rendah dari pada pria

(Andini, 2015).

d) Kebiasaan merokok

Semakin tinggi frekuensi merokok atau semakin

lama dan dan tingginya tingkat kebiasaan merokok, maka

semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan

(Tarwaka, 2015). Menurut Fawzani dan Atik (2005) seorang

perokok dapat dikatakan sebagai perokok berat apabila

dalam satu hari dapat menghabiskan 20-40 batang mulai

dari bangun tidur sampai tidur kembali.

e) Kesegaran jasmani

Umumnya pada seseorang yang memiliki cukup

waktu istrahat tidak mengalami keluhan otot. Sebaliknya

bagi orang yang tidak memiliki waktu tidur cukup, hampir

dapat dipastikan akan terjadi keluhan otot (Tarwaka, 2015).

f) Riwayat penyakit punggung

Variasi postur dan kelengkungan tulang belakang

merupakan salah satu faktor risiko terjadinya nyeri

punggung bawah. Seseorang berisiko nyeri punggung

bawah apabila memiliki riwayat trauma pada tulang

belakang karena trauma akan merusak struktur tulang

belakang yang dapat mengakibatkan nyeri yang terus

menerus (Andini, 2015).


20

g) Indeks Massa Tubuh (IMT)

Berat badan, tinggi badan dan masa tubuh

merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

keluhan sistem muskuloskeletal. Hasil penelitian

Purnamasari et al. (2010) didapatkan seseorang yang

overweight memiliki risiko 5 kali lebih besar menderita

LBP atau nyeri punggung bawah dibandingankan dengan

orang yang memiliki berat badan ideal. Saat berat badan

bertambah, tulang belakang akan tertekan sehingga

mengakibatkan terjadi kerusakan dan bahaya pada struktur

tulang belakang. Salah satu daerah tulang belakang yang

paling berisiko akibat efek obesitas adalah vertebra lumbal.

Tabel 4. Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)


No. IMT (kg/m2) Status gizi
1. < 17 Sangat kurus
2. 17 - < 18,5 Kurus
3. 18,5 – 25 Normal
4. > 25 – 27 Kegemukan
5. > 27 Obesitas
Sumber : Kemenkes RI, 2014.

h) Hamil

Selama masa kehamilan berat badan akan bertambah

secara bertahap dan redistribusi pemusatan terhadap

pengaruh hormonal pada struktur ligamen dapat merubah

postur tubuh ibu hamil. Sehingga dapat memungkinkan otot

abdomen merenggang yang dapat menyebabkan


21

ketidakseimbangan otot disekitar pelvis dan tegangan

tambahan dapat dirasakan diatas ligamen tersebut. Akibat

dari keadaan tersebut ibu hamil akan merasakan nyeri

punggung bawah (Ulfah, 2014).

2) Faktor Eksternal

a) Peregangan otot yang berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan ini biasanya terjadi

karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui

kekuatan optimum otot, mislanya aktivitas mengangkat,

mendorong, menarik dan menahan beban berat. Hal tersebut

apabila sering dilakukan dapat meningkatkan risiko

terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan

terjadinya cedera sistem muskuloskeletal (Tarwaka, 2015).

b) Aktivitas berulang

Akivitas berulang merupakan pekerjaan yang

dilakukan secara terus menerus, misal seperti pekerjaan

mencangkul, angkat angkut, dll. Tekanan beban kerja terus

menerus tanpa memperoleh kesempatan relaksasi pada otot

ini dapat menyebabkan keluhan otot (Tarwaka, 2015).

c) Sikap kerja tidak alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang

menyebabkan posisi tubuh bergerak menjauhi posisi

alamiah, seperti tangan terangkat, punggung terlalu


22

membungkuk, kepala terangkat, dll. Posisi tubuh yang

semakin menjauhi pusat gravitasi tubuh maka semakin

tinggi pula risiko terjadinya keluhan sistem musculoskeletal

(Tarwaka, 2015).

d) Lingkungan kerja

(1) Tekanan

Tekanan langsung pada jaringan otot lunak.

Misalnya pada saat memegang alat maka jaringan otot

lunak akan langsung menerima tekanan dan

meneyebabkan rasa nyeri otot yang menetap (Tarwaka,

2015).

(2) Getaran

Getaran dengan frekuensi tinggi dapat

menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi

statis tersebut dapat menyebabkan peredaran darah

tidak lancar, penimbunan asam laktat dan menimbulkan

rasa nyeri otot yang menetap (Tarwaka, 2015).

Menurut Bull dan Graham (2007) nyeri punggung sederhana

dapat diperburuk atau disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

1) Postur tubuh yang buruk

2) Kurang berolahraga

3) Berdiri atau membungkuk dalam waktu yang lama


23

4) Duduk di kursi yang tidak memiliki sandaran punggung yang

baik

5) Tidur pada Kasur yang tidak sesuai

6) Mengemudi dalam waktu yang lama tanpa istirahat

7) Kegemukan

8) Hamil

9) Mengangkat, menjinjing, mendorong, atau menarik beban yang

terlalu berat.

c. Anatomi Tulang Belakang

Menurut Widia (2015) tulang belakang atau kolumna

invertebralis terdiri dari 26 tulang berbentuk tidak teratur yang

terbentang dari tulang tengkorak sampai pelvis. Kolumna

invertebralis merupakan tempat melekatnya iga dan otot punggung.

Menurut Balaban dan Bobick (2014) kolom tulang belakang dibagi

menjadi lima wilayah yang terbagi menjadi servikal, torasik, lumbal,

sakral dan kogsigeal (coccygeal).

Tabel 5. Anatomi Tulang Belakang


Wilayah Jumlah Tulang Lokasi
Servikal 7 wilayah leher
Torasik 12 wilayah dada
Lumbal 5 punggung bawah
Sakral 1 tulang menyatu pada di bawah wilayah
dewasa; 5 tulang lumbar
terpisah saat kelahiran
Koksigeal 1 tulang menyatu pada di bawah sacrum
dewasa; 3-5 tulang
terpisah saat kelahiran
Sumber : Balaban dan Bobick, 2014

d. Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah


24

Konstruksi punggung yang unik dapat memungkinkan

terjadinya fleksibilitas dan memberikan perlindungan terhadap

sumsum tulang belakang. Otot-otot abdominal berperan pada

aktivitas mengangkat beban dan sarana pendukung tulang belakang.

Obesitas, masalah struktur, dan peregangan berlebihan akan

berakibat pada nyeri punggung. Adanya perubahan degenerasi diskus

invertebralis akibat usia menjadi fibrokartilago yang padat dan tidak

teratur merupakan penyebab nyeri pungung biasa, dimana L4-L5 dan

L5-S1 menderita stres mekanis dan menekan sepanjang akar saraf

yang menyebabkan nyeri tersebut (Helmi, 2012).

Munir (2012) juga menjelaskan tentang nyeri punggung

bawah yang menjalar karena proses degenerasi diskus invertebralis.

Degenerasi diskus invertebralis terjadi karena berkurangnya cairan

dan mukopolisakarida yang menyebabkan penyempitan diskus

sehingga bantalan antar tulang vertebra menjadi berkurang.

Penyempitan diskus juga terjadi karena kompresi saraf spinalis yang

keluar dari foramina invertebralis. Pada daerah vertebra lumbal

biasanya terdapat kalsifikasi vertebra yang dapat menyebabkan

iritasi jaringan lunak di sekitarnya sehingga terjadi nyeri punggung

bawah menahun.

e. Kuesioner Oswestry Low Back Pain Disability

Kuesioner Oswestry Low Back Pain Disability dari Fairbank

J. dalam Trisnowiyanto (2012) didesain untuk mendapatkan


25

informasi tentang bagaimana nyeri punggung bawah yang diderita

pasien dapat berdampak pada kemampuan fungsional pasien sehari-

hari.

Tabel 6. Interpretasi Disability Score


Disability Score Keterangan
0 - 20% : Dapat melakukan sebagian aktivitas
Minimal keseharian. Beberpa pasien mengalami
Disability kesulitan duduk, hal ini penting jika
pekerjaannya adalah jenis pekerjaan dalam
posisi tertentu terus-menerus.
21 – 40% : Merasakan nyeri lebih berat dan mengalami
Moderate masalah dalam duduk, mengangkat dan berdiri.
Disability Perjalanan dan kegiatan sosual dirasa lebih
sulit dan mungkin meliburkan diri dari
pekerjaannya. Perawatan diri, aktivitas seksual
dan tidur tidak terlalu terganggu.
41 – 60% : Serve Masalah utama adalah nyeri. Perjalanan,
Disability perawatan diri, aktivitas seksual dan tidur
terganggu
61 – 80% : Nyeri mengganggu segala aspek kehidupan
Crippled pasien. Intervensi positif dibutuhkan.
81 – 100 % Sangat parah
Sumber : Trisnowiyanto, 2012.

3. Hubungan Sikap Kerja Duduk terhadap Keluhan Nyeri Punggung

Bawah

Menurut Grandjean dalam Tarwaka (2015) mengatakan bahwa

bekerja dengan posisi duduk memiliki beberapa keuntungan diantaranya

yaitu, pembebanan pada kaki, pemakaian energi dan keperluan untuk

sirkulasi darah dapat dikurangi. Namun pekerjaan dengan sikap duduk

yang terlalu lama dapat menyebabkan otot perut melembek dan tulang

belakang akan melengkung sehingga cepat lelah. Posisi duduk saat

bekerja yang baik dapat dilihat dari segi baik untuk otot dan tulang. Dari
26

segi otot, posisi duduk yang paling baik adalah duduk dengan sedikit

membungkuk. Sedangkan dari aspek tulang, posisi yang baik adalah

duduk dengan tegak. Namun dari kedua posisi tersebut dapat

mengakibatkan punggung bungkuk dan otot perut menjadi lemas. Maka

sebagai jalan keluar, dianjurkan agar digunakan posisi tegak yang

diselingi dengan istirahat dalam posisi sedikit membungkuk (Suma’mur,

2014).

Menurut WHO dalam Andini (2015) nyeri punggung bawah atau

biasa disebut dengan istilah low back pain (LBP) adalah nyeri yang

dirasakan di bagian punggung bawah. Nyeri punggung bawah bukan

penyakit atau diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan istilah

untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi yang terkena dengan berbagai

variasi lama terjadinya nyeri. Nyeri punggung bawah biasaya terjadi

akibat dari adanya gangguan muskuloskeletal dan diperberat oleh

aktivitas, sedangkan nyeri akibat lainnya dipengaruhi oleh aktivitas.

Nyeri punggung bawah juga disebabkan oleh obesitas, stess dan depresi,

klien dengan keluhan nyeri punggung bawah kronis biasanya mengalami

ketergantungan pada beberapa jenis analgesik (Muttaqin, 2011).

Konstruksi punggung yang unik dapat memungkinkan terjadinya

fleksibilitas dan memberikan perlindungan terhadap sumsum tulang

belakang. Otot-otot abdominal berperan pada aktivitas mengangkat

beban dan sarana pendukung tulang belakang. Obesitas, masalah struktur,

dan peregangan berlebihan akan berakibat pada nyeri punggung. Adanya


27

perubahan degenerasi diskus invertebralis akibat usia menjadi

fibrokartilago yang padat dan tidak teratur merupakan penyebab nyeri

pungung biasa, dimana L4-L5 dan L5-S1 menderita stres mekanis dan

menekan sepanjang akar saraf yang menyebabkan nyeri tersebut (Helmi,

2012).

Munir (2012) juga menjelaskan tentang nyeri punggung bawah

yang menjalar karea proses degenerasi diskus invertebralis. Degenerasi

diskus invertebralis terjadi karena berkurangnya cairan dan

mukopolisakarida yang menyebabkan penyempitan diskus sehingga

bantalan antar tulang vertebra menjadi berkurang. Penyempitan diskus

juga terjadi karena kompresi saraf spinalis yang keluar dari foramina

invertebralis. Pada daerah vertebra lumbal biasanya terdapat klasifkasi

vertebra yang dapat menyebabkan iritasi jarinagn lunak di sekitarnya

sehingga terjadi nyeri punggung bawah menahun.

Keadaan posisi duduk yang salah dalam waktu lama akan

menyebabkan ketegangan otot-otot dan perenggangan ligamentum

longitudinal posterior pada tulang belakang. Posisi tubuh yang salah

selama duduk membuat tekanan abnormal dari jaringan sehingga

menyebabkan rasa sakit pada punggung bawah. Dalam keadaan posisi

duduk otot yang bekerja adalah otot punggung dan otot abdominal

sebagai penyeimbang dari kerja erektor spine. Bekerja dalam posisi

duduk akan menimbulkan kelemahan otot perut dan punggung serta

meningkatkan tekanan pada tulang belakang, gangguan fungsi


28

tersebutlah yang menyebabkan ketidakseimbangan otot perut dan

punggung yang menyangga tulang belakang (Pratiwi dkk., 2009).

Penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian low back pain pada pekerja furnitur menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara sikap dan posisi duduk terhadap kejadian low back pain

dengan p=0,00 (Widjaja et al, 2014). Pada hasil penelitian Sumekar dan

Deny (2010) tentang nyeri punggung pada operator komputer akibat

posisi dan lama duduk menunjukkan bahwa posisi duduk berpengaruh

terhadap nyeri punggung (p=0,011) dan duduk dengan posisi tidak baik

mempunyai risiko15,481 kali lebih besar untuk terjadi nyeri punggung.


29

B. Kerangka Pemikiran

Sikap kerja duduk

Posisi tidak alamiah

Tekanan pada tulang


belakang

Kompresi saraf spinalis


Faktor internal :

1. Umur
2. Jenis kelamin Penyempitan diskus
3. Masa kerja invertebralis

4. Riwayat Faktor eksternal :


penyakit 1. Getaran
5. Kesegaran Degenerasi diskus
2. Tekanan
jasmani invertebralis (L4-L5
3. Aktivitas
6. Kebiasaan dan L5-S1)
berulang
merokok 4. Peregangan otot
7. IMT berlebih
8. Hamil Keluhan Nyeri
punggung bawah (low
back pain)

Gambar 7. Kerangka Pemikiran


Keterangan : diteliti
: tidak diteliti
30

C. Hipotesis

Ada hubungan sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung


bawah pada pekerja bagian administrasi di PT. Jamu Air Mancur
Karanganyar.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik

dengan desain cross sectional. Dalam penelitian ini, variabel sebab

(bebas/independent variable) dan variabel akibat (terikat/dependent variable)

yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu

yang bersamaan (Notoatmodjo, 2012).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Jamu Air Mancur Karanganyar pada

pekerja bagian administrasi pada bulan Juli 2019.

C. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di PT. Jamu Air

Mancur bagian administrasi yang terdiri dari beberapa departemen yaitu IT,

HC & GA, PSO, FAT, QC, RND, dan OD & OLC dengan pekerja sebanyak

66 orang. Peneliti menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi supaya populasi

menjadi homogen.

Kriteria inklusi :

1. Umur 20-50 tahun

2. Masa kerja 1-10 tahun

31
32

3. Tidak memiliki riwayat penyakit punggung

4. Indeks massa tubuh < 27

5. Bukan perokok berat (< 20 batang rokok per hari)

6. Tidak hamil

Kriteria eksklusi :

1. Responden tidak bersedia menjadi sampel

2. Responden sedang cuti atau tugas bekerja di luar kota.

Setelah dilakukan inklusi dan eksklusi berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan, maka didapat jumlah populasi 48 orang.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Total

Sampling. Total Sampling adalah teknik sampling dengan mengambil seluruh

anggota populasi untuk dijadikan sampel penelitian (Sugiyono, 2012).

E. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian adalah seluruh pekerja bagian administrasi di

PT. Jamu Air Mancur yang telah memenuhi kriteri inklusi dan ekslusi yang

ditetapkan oleh peneliti yaitu berjumlah 48 responden.


33

F. Desain Penelitian

Populasi target
N = 66

Inklusi dan
eksklusi

Populasi sasaran
N = 48

Total Sampling

Sampel
n = 48

Sikap kerja duduk

Uji Pearson
Product Moment
Keluhan nyeri
punggung bawah

Gambar 8. Desain Penelitian

G. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang memberi pengaruh atau

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah sikap kerja duduk.


34

2. Variabel terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah keluhan nyeri punggung bawah.

3. Variabel pengganggu

Variabel pengganggu merupakan variabel yang mempengaruhi

hubungan variabel bebas dan variabel terikat.

a. Varibel pengganggu terkendali : umur, masa kerja, riwayat penyakit,

indeks massa tubuh (IMT), kebiasaan merokok dan hamil

b. Variabel pengganggu tidak terkendali : jenis kelamin, kesegaran

jasmani, getaran, tekanan, aktivitas berulang dan peregangan otot

berlebih.

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Sikap kerja duduk


Sikap kerja duduk adalah sikap kerja saat melakukan pekerjaan

administrasi baik menulis atau mengoperasikan komputer dengan cara

duduk dengan alas duduk yang dapat disesuaikan atau tidak dapat

disesuaikan tinggi duduknya, posisi kaki menekuk atau lurus, tangan dan

bahu terangkat, posisi punggung condong miring ke depan dan posisi

kepala menunduk yang dinilai dengan metode REBA dengan skor akhir

1-15.

Instrumen penilaian : Lembar penilaian REBA

Skala data : rasio


35

2. Keluhan nyeri punggung bawah


Keluhan nyeri punggung bawah adalah rasa nyeri punggung bawah yang

dirasakan oleh pekerja bagian administrasi yang mengganggu

kemampuan aktivitas sehari-hari seperti perawatan diri seperti mandi dan

berpakaian, aktivitas mengangkat, berjalan, duduk, berdiri, tidur,

kehidupan sosial maupun berpergian yang dinilai dengan kuesioner

Oswestry Low Back Pain Disability dengan disability score 0%-100%

Instrumen penilaian : Kuesioner Oswestry Low Back Pain

Disability

Skala data : interval

I. Alat dan Bahan Penelitian

Peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukung

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Lembar Informed Concent atau lembar kesediaan menjadi sampel

penelitian

2. Lembar penilaian REBA

Lembar penilaian REBA (Rapid Entire Body Assessment) berfungsi

untuk menilai sikap kerja duduk pekerja pada saat bekerja. Alasan

peneliti menggunkan metode REBA dalam penelitian ini karena metode

REBA dapat mewakili penilaian sikap kerja duduk responden dan

penilaian terhadap aktivitas otot yang disebabkan oleh posisi tubuh statis,
36

dinamis, dan perubahan postur secara tidak terduga. Hasil penilaian

REBA dapat menentukan tingkat risiko cedera dengan menetapkan

tindakan korektif yang diperlukan dan melakukan intervensi untuk

perbaikan segera. Cara kerja penilaian dengan metode REBA sebagai

berikut :

a. Melakukan observasi atau pengamatan terhadap responden.

b. Waktu pengamatan untuk setiap responden dilakukan selama 15

menit.

c. Pengamatan dilakukan pada jam aktif kerja yaitu pada jam 07.30 –

11.00 WIB dan 12.00 - 16.00 WIB.

d. Menentukan postur tubuh yang akan dinilai dengan ketentuan postur

dipertahankan untuk periode waktu terpanjang

e. Melakukan pengambilan gambar atau foto responden untuk

mempermudah penilaian.

f. Melakukan penilaian postur tubuh dengan tabel pada lembar

penilaian REBA.

1) Bagian leher pengukuran sudut 0o berada pada tengkuk leher

2) Bagian badan pengukuran sudut 0o berada pada punggung bawah

3) Bagian kaki pengukuran sudut 0o berada pada lutut

4) Bagian lengan atas pengukuran sudut 0o berada pada persendian

antara lengan atas dan bahu

5) Bagian lengan bawah pengukuran sudut 0o berada pada siku


37

6) Bagian pergelangan tangan pengukuran sudut 0 o berada pada

persendian pergelangan tangan.

3. Kuesioner Oswestry Low Back Pain Disability.

Kuesioner Oswestry Low Back Pain Disability berfungsi untuk menilai

keluhan nyeri punggung bawah pada responden. Alasan peneliti

menggunakan kuesioner Oswestry Low Back Pain Disability pada

penelitian ini karena kuesioner tersebut dapat memperlihatkan keluhan

nyeri punggung bawah responden yang berdampak pada aktivitas sehari-

hari. Dengan cara kerja sebagai berikut :

a. Peneliti membagikan kuesioner Oswestry Low Back Pain Disability

kepada responden yang berisi 9 poin dengan 6 pernyataan dalam

setiap poin.

b. Responden diberikan penjelasan petunjuk pengisian kuesioner.

c. Kuesioner diisi setelah bekerja.

d. Responden diminta untuk membaca setiap pernyataan yang ada

dalam 9 poin tersebut dan memilih/menandai pernyatan yang paling

sesuai dengan keadaan responden.

e. Responden hanya boleh memilih satu pernyataan pada masing-

masing poin.

f. Semua poin yang telah dijawab kemudian dinilai dan dihitung sesuai

rumus yang telah ditentukan, sehingga didapatkan disability score.


38

J. Cara Kerja Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Perijinan survei awal penelitian di PT. Jamu Air Mancur

Karanganyar

b. Pelaksanaan survei awal di PT. Jamu Air Mancur Karanganyar

c. Peneliti menyusun proposal penelitian

d. Validasi proposal penelitian

e. Perijinan pelaksanaan penelitian di PT. Jamu Air Mancur

Karanganyar.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti mendatangi tempat populasi yaitu pekerja bagian

administrasi di PT. Jamu Air Mancur Karanganyar

b. Peneliti melakukan pengambilan data responden untuk memenuhi

kriteri inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.

c. Menentukan sampel dengan teknik simple random sampling.

d. Sampel atau responden mengisi lembar persetujuan menjadi

responden atau informed consent.

e. Melakukan penilaian sikap kerja duduk pekerja dengan metode

REBA

f. Mengisi lembar kuesioner Modified Oswestry Low Back Pain

Disability Questionare setelah selesai bekerja untuk mengetahui

adanya keluhan nyeri punggung bawah.

3. Tahap Penyelesaian
39

a. Peneliti mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil penilaian yang

telah dilakukan

b. Peneliti mengolah dan menganalisa data penelitian menggunakan

SPSS versi 20.0

c. Penulisan laporan penelitian.

K. Teknik Analisis Data

1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan dan

mendeskripsikan karakteristik variabel bebas dan variabel terikat

(Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini data yang didapat akan

dianalisis dan diinterpretasikan dengan analisis univariat dengan

mengolah data dan dianalisa secara deskriptif menggunakan tabel

distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji Pearson

Product Moment karena skala data yang digunakan adalah rasio untuk

varibel bebas dan interval untuk variabel terikat, dengan interpretasi hasil

uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi

sebagai berikut :

Tabel 7. Interpretasi Hasil Uji Pearson Product Moment


No Parameter Nilai Interpretasi
.

1. Kekuatan 0,0 sd < 0,2 Sangat lemah


Korelasi (r) 0,2 sd < 0,4 Lemah
0,4 sd < 0,6 Sedang
0,6 sd < 0,8 Kuat
Sangat kuat
40

0,8 sd 1
2. Nilai p p ≤ 0,05 Terdapat korelasi
yang bermakna
antara dua variabel
yang diuji.
p > 0,05 Tidak terdapat
korelasi yang
bermakna antara dua
variabel yang diuji.
Bersambung

Sambungan

3. Arah korelasi + (positif) Searah, semakin


besar nilai suatu
variabel semakin
besar pula nilai
variabel lainnya.
- (negaif) Berlawanan arah.
Semain besar nilai
suatu variabel
semakin kecil nilai
variabel lainnya.
Sumber : Dahlan, 2011.
BAB IV

HASIL

A. Gambaran Umum Perusahan

PT. Jamu Air Mancur pada mulanya merupakan industri rumah tangga

yang dirintis oleh Lambertus Wono Santoso yang didirikan di Pucang Sawit

Surakarta dengan tenaga kerja hanya berjumlah 11 orang. Pada awal

berdirinya proses sortasi, pembersihan bahan, penggilingan dan pengemasan

masih dikerjakan secara manual. Produk kemudian dipasarkan di Jakarta oleh

L.W. Santoso, dan karena terinspirasi dengan sebuah air mancur yang ada di

Jakarta maka perusahaan ini dinamakan ”Air Mancur”. Tanggal 23 Maret

1963, L.W. Santoso mengajak dua orang rekannya yaitu Kimun

Ongkosandjojo dan Rudi Hindrotonojo untuk memperbesar usaha dengan

menyewa sebuah pabrik lengkap dengan mesin giling yang terletak di

Wonogiri. Pada tanggal 23 Desember 1963 industri rumah tangga ini resmi

berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT. Air Mancur yang

berkedudukan di Wonogiri. Pada tanggal 1 Januari 1964 seluruh

kegiatan dipindahkan dari Pucang Sawit ke Wonogiri dengan tenaga kerja

berjumlah 50 orang.

PT. Jamu Air Mancur mempunyai beberapa Unit yang

lokasinya berbeda-beda sesuai dengan fungsinya masing-masing. Kantor Pusat

PT. Jamu Air Mancur berada di Unit Palur yang terletak di Jalan Raya Solo-

Sragen Km 7 desa Tegal Rejo, Dagen, Jaten Kabupaten Karanganyar. Luas

41
42

areal tanah perusahaan di Unit Palur sekitar ± 4 ha. Lokasi Unit yang ada di

PT. Jamu Air Mancur beserta proses yang dilakukan antara lain:

1. Unit Produksi Palur, untuk proses pengolahan jamu serbuk dan obat luar

dalam bentuk padat.

2. Unit Produksi Jetis, untuk pengolahan produk kosmetik.

3. Unit Produksi Pelem, untuk pengolahan produk makanan dan minuman.

4. Unit Produksi Klampisan, Wonogiri, untuk pengolahan produk makanan

dan minuman.

5. Unit Produksi Celep, untuk proses pengemasan jamu serbuk dan obat luar

dalam bentuk padat dengan menggunakan mesin.

B. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin pada pekerja bagian administrasi di PT. Jamu Air Mancur dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden


Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Persentase (%)
Laki-laki 24 50
Perempuan 24 50
Total 48 100
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan data distribusi frekuensi jenis kelamin responden di

atas, diketahui bahwa jenis kelamin responden laki-laki berjumlah 24

orang (50%) dan perempuan berjumlah 24 orang (50%).


43

2. Usia

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia

pada pekerja bagian administrasi di PT. Jamu Air Mancur dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Usia Responden


Usia (tahun) Frekuensi (orang) Persentase (%)
≤ 29 20 41,7
> 29 28 58,3
Total 48 100
Sumber : Data Primer, 2019
Tabel 10. Tendensi Usia Responden

Min Max Mean Standar


N
Usia (tahun) (tahun) (tahun) deviasi
21 50 34,69 8,511 48
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa usia responden

yang kurang dari sama dengan 29 tahun berjumlah 20 orang (41,7%) dan

usia lebih dari 29 tahun berjumlah 28 orang (58,3%). Usia termuda

adalah 21 tahun dan usia tertua adalah 50 tahun dengan rata-rata usia

responden adalah 34,69 tahun.

3. Masa Kerja

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan masa

kerja pada pekerja bagian administrasi di PT. Jamu Air Mancur dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden

Masa Kerja (tahun) Frekuensi (orang) Persentase (%)


≤5 17 35,4
>5 31 64,6
Total 48 100
Sumber : Data Primer, 2019
44

Tabel 12. Tendensi Masa Kerja Responden

Min Max Mean Standar


Masa N
(tahun) (tahun) (tahun) deviasi
Kerja
1 10 6,83 3,205 48
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa masa kerja

responden yang kurang dari sama dengan 5 tahun berjumlah 17 orang

(35,4%) dan masa kerja lebih dari 5 tahun berjumlah 31 orang (64,6%).

Masa kerja terbaru adalah 1 tahun dan masa kerja terlama adalah 10

tahun dengan rata-rata masa kerja responden adalah 6,83 tahun.

4. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan indeks

massa tubuh (IMT) pada pekerja bagian administrasi di PT. Jamu Air

Mancur dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 13. Distribusi Frekuensi IMT Responden


IMT (kg/m2) Frekuensi (orang) Persentase (%)
17 -< 18,5 (Kurus) 3 6,25
18,5 – 25 (Normal) 23 47,92
> 25 – 27 (Kegemukan) 22 45,83
Total 48 100
Sumber : Data Primer, 2019
Tabel 14. Tendensi Responden Berdasarkan IMT
Min Max Mean Standar
N
IMT (kg/m2) (kg/m2) (kg/m2) deviasi
17,20 26,99 23,77 3,036 48
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa indeks massa

tubuh (IMT) responden dengan nilai 17 -< 18,5 kg/m2 berjumlah 3 orang

(6,25%) dengan kategori status gizi kurus, indeks massa tubuh (IMT)

18,5-25 kg/m2 berjumlah 23 orang (47,92%) dengan kategori normal dan


45

indeks massa tubuh (IMT) > 25 – 27 kg/m2 berjumlah 22 orang (45,83

%) dengan kategori kegemukan. Nilai indeks massa tubuh (IMT)

terendah adalah 17,20 kg/m2 dan indeks massa tubuh (IMT) tertinggi

adalah 26,99 kg/m2 dengan rata-rata indeks massa tubuh (IMT)

responden adalah 23,77 kg/m2.

C. Sikap Kerja Duduk

Berdasarkan hasil observasi dan penilaian sikap kerja duduk dengan

metode Rappid Entire Body Assesment (REBA) pada pekerja bagian

administrasi di PT. Jamu Air Mancur didapatkan skor akhir yang dapat dilihat

dalam tabel distribusi frekuensi berikut :

Tabel 15. Tendensi Sikap Kerja Duduk Responden


Standar
Skor Sikap Min Max Mean N
deviasi
Kerja Duduk
3 9 5,94 1,522 48
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui skor sikap kerja duduk

responden terendah adalah 3 dan tertinggi adalah 9. Rata-rata skor sikap kerja

duduk adalah 5,94.

Hasil uji normalitas dengan uji Shapiro wilk pada variabel sikap kerja

duduk dari skor penilaian sikap kerja duduk dengan metode REBA

menggunakan program SPSS versi 20.0 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 16. Hasil Uji Normalitas Variabel Sikap Kerja Duduk


Variabel Penelitian P-Value
Sikap Kerja Duduk 0,060
Sumber : Data Primer, 2019
46

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai P-Value sikap

kerja duduk adalah P=0,060 (P>0,05) yang berarti data terdistribusi normal.

D. Keluhan Nyeri Punggung Bawah

Berdasarkan hasil kuesioner Oswestry Low Back Pain Disability yang

telah diisi oleh responden didapatkan disability score sebagai nilai Keluhan

Nyeri Punggung Bawah yang dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi

berikut :

Tabel 17. Tendensi Keluhan Nyeri Punggung Bawah Responden


Keluhan Nyeri Standar
Min (%) Max (%) Mean (%) N
Punggung deviasi
Bawah 2,2 24,4 9,858 5,2107 48
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui nilai keluhan nyeri

punggung bawah pada responden terendah adalah 2,2% dan tertinggi adalah

24,4 % dengan rata-rata nilai keluhan nyeri punggung bawah adalah 9,858 %.

Hasil uji normalitas dengan uji Shapiro wilk pada variabel keluhan

nyeri punggung bawah dari nilai disability score kuesioner Oswestry Low

Back Pain Disability yang telah diisi oleh responden menggunakan program

SPSS versi 20.0 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Variabel Keluhan Nyeri Punggung Bawah

Variabel Penelitian P-Value


Keluhan Nyeri Punggung Bawah 0,066
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai P-Value keluhan

nyeri punggung bawah adalah P=0,066 (P>0,05) yang berarti data

terdistribusi normal.
47

E. Hubungan Sikap Kerja Duduk terhadap Keluhan Nyeri Punggung

Bawah

Uji bivariat dengan uji Pearson Product Moment antara variabel sikap

kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja bagian

administrasi di PT. Jamu Air Mancur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 19. Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment antara Sikap Kerja
Duduk terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah

Variabel Variabel Koefisien Arah


p-Value
Bebas Terikat Korelasi (r) Korelasi
Keluhan
Sikap kerja nyeri
0,773 Positif 0,0001
duduk punggung
bawah
Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel hasil uji korelasi Pearson Product Moment antara

sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung bawah di atas, dapat

dilihat nilai p = 0,0001 (p<0,05) yang berarti terdapat korelasi bermakna

antara sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung bawah. Nilai

koefisien korelasi r = 0,773 yang berarti memiliki kekuatan korelasi kuat

dengan arah korelasi positif, artinya semakin tinggi nilai sikap kerja duduk

semakin tinggi pula nilai keluhan nyeri punggung bawah.


BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Usia

Usia responden dalam penelitian ini berkisar antara 20-50 tahun.

Usia responden termuda 21 tahun dan usia tertua 50 tahun dengan rata-

rata usia 34,69 tahun. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa salah satu

responden dengan usia > 29 tahun memiliki keluhan nyeri punggung

bawah dalam kategori moderate disability. Menurut Batti’e et al. dalam

Tarwaka (2015) kekuatan maksimal yang dihasilkan oleh otot terjadi pada

usia 20-29 tahun dan sejalan dengan bertambahnya usia akan terjadi

penurunan kekuatan otot. Saat kekuatan otot menurun inilah yang

meningkatkan risiko terjadinya keluhan otot (Tarwaka, 2015).

2. Masa Kerja

Masa kerja responden dalam penelitian ini berkisar antara 1-10

tahun dengan rata-rata masa kerja 6,83 tahun. Berdasarkan hasil penelitian

ini diketahui bahwa salah satu responden dengan masa kerja > 5 tahun

mengalami keluhan nyeri punggung bawah dalam kategori moderate

disability. Menurut Andini (2015) semakin lama waktu bekerja seseorang

maka semakin besar pula risiko untuk mengalami nyeri punggung bawah.

Pada penelitian Umami et al. (2014) menyatakan bahwa pekerja yang

paling banyak mengalami keluhan nyeri punggung bawah adalah pekerja

48
49

dengan masa kerja > 10 tahun namun pada pekerja dengan masa kerja <

10 tahun sudah terdapat indikasi terjadi nyeri punggung bawah dari nyeri

ringan sampai sedang.

3. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh responden dalam penelitian ini adalah < 27

kg/m2. Indeks massa tubuh responden terendah adalah 17,2 kg/m2 dan

teringgi adalah 26,99 kg/m2 dengan rata-rata indeks massa tubuh adalah

23,77 kg/m2. Kategori status gizi dari indeks massa tubuh responden

dalam penelitian ini adalah kategori kurus, normal, dan kegemukan.

Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa salah satu responden

dengan status gizi normal memiliki keluhan nyeri punggung bawah

dengan kategori moderate disability. Hasil penelitian Purnamasari et al.

(2010) didapatkan seseorang yang overweight memiliki risiko 5 kali lebih

besar menderita LBP atau nyeri punggung bawah dibandingankan dengan

orang yang memiliki berat badan ideal. Saat berat badan bertambah,

tulang belakang akan tertekan sehingga mengakibatkan terjadi kerusakan

dan bahaya pada struktur tulang belakang. Salah satu daerah tulang

belakang yang paling berisiko akibat efek obesitas adalah vertebra

lumbal.

B. Sikap Kerja Duduk

Sikap kerja duduk responden dalam penelitian ini dinilai dengan

menggunakan metode Rappid Entire Body Assesment (REBA). Skor REBA


50

pada sikap kerja duduk responden berkisar antara 3-9. Tingkat risiko dari

hasil penilaian REBA pada sikap kerja duduk responden yaitu 3 responden

(6,25%) dengan kategori risiko rendah, 38 responden (79,17 %) dengan

kategori risiko sedang, dan 7 responden (14,8 %) dengan kategori risiko

tinggi. Faktor yang mempengaruhi perbedaan skor REBA pada sikap kerja

duduk responden dalam penelitian ini adalah ukuran tubuh atau antropometri

responden yang beragam sedangkan desain stasiun kerja yang digunakan

sejenis. Hal tersebut dapat mempengaruhi postur tubuh responden saat duduk

dan membuat responden duduk dengan posisi yang salah seperti duduk

dengan posisi membungkuk. Menurut Nurmianto (2004) tekanan pada bagian

tulang belakang akan meningkat pada saat duduk jika dibandingkan dengan

saat berdiri maupun berbaring. Jika tekanan tersebut diasumsikan sekitar

100% maka duduk dengan kondisi tegang atau kaku (erect posture) dapat

menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% dan duduk pengan posisi

membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190%.

C. Keluhan Nyeri Punggung Bawah

Menurut WHO dalam Andini (2015) nyeri punggung bawah atau

biasa disebut dengan istilah low back pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan

di bagian punggung bawah. Nyeri punggung bawah bukan penyakit atau

diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang

dirasakan di area anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama

terjadinya nyeri. Keluhan nyeri punggung bawah pada penelitian ini dinilai
51

dengan kuesioner Oswestry Low Back Pain Disability. Berdasarkan hasil

penelitian didapatkan nilai keluhan nyeri punggung bawah pada responden

terendah adalah 2,2% dan tertinggi adalah 24,4 % dengan rata-rata nilai

keluhan nyeri punggung bawah adalah 9,858 %. Kategori keluhan nyeri

punggung bawah responden penelitian ini adalah 47 responden (97,92%)

masuk dalam kategori minimal disability dan 1 responden (2,08%) masuk

dalam kategori moderate disability. Menurut Trisnowiyanto (2012) responden

dengan kategori minimal disability sudah mengalami keluhan nyeri dan

mengalami kesulitan duduk, hal ini disebabkan oleh jenis pekerjaan dalam

posisi tertentu terus-menerus, sedangkan responden dengan kategori

moderate disability mengalami keluhan nyeri lebih berat dan mengalami

masalah dalam duduk, mengangkat dan berdiri.

D. Hubungan Sikap Kerja Duduk terhadap Keluhan Nyeri Punggung

Bawah

Berdasarkan hasil uji bivariat dengan uji Pearson Product Moment

antara variabel sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung bawah

pada pekerja bagian administrasi di PT. Jamu Air Mancur didapatkan p-value

p = 0,0001 (p<0,05) yang berarti terdapat korelasi bermakna antara sikap

kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung bawah dan dengan nilai

koefisien korelasi r = 0,773 yang berarti memiliki kekuatan korelasi kuat

dengan arah korelasi positif, artinya semakin tinggi nilai sikap kerja duduk

semakin tinggi pula nilai keluhan nyeri punggung bawah. Hal tersebut sejalan
52

dengan penelitian Widjaja et al. (2014) tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian low back pain pada pekerja furniture,

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap dan posisi duduk terhadap

kejadian low back pain dengan p=0,00. Pada hasil penelitian Sumekar dan

Deny (2010) tentang nyeri punggung pada operator komputer akibat posisi

dan lama duduk juga menunjukkan bahwa posisi duduk berpengaruh terhadap

nyeri punggung (p=0,011). Penelitian lain tentang hubungan low back pain

dengan karakteristik responden dan sikap kerja duduk pada pekerja batik tulis

juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,001) antara

sikap kerja duduk dan keluhan nyeri punggung bawah (Umami et al., 2014).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti diketahui bahwa

kursi yang digunakan oleh beberapa responden memiliki desain kaki kursi

yang tidak dapat diatur tinggi duduknya. Hal tersebut menyebabkan

responden merasa tidak nyaman karena tidak dapat menyesuaikan tinggi

duduk dengan tinggi meja. Saat dilakukan wawancara kepada salah satu

responden juga diketahui bahwa kursi yang digunakan memiliki desain kaki

kursi yang dapat diatur tinggi duduknya namun kursi yang digunakan

responden tersebut rusak pada tuas pengatur tinggi duduk kursi. Hal-hal

tersebutlah yang membuat responden memiliki kebiasaan sikap kerja duduk

atau posisi duduk yang salah seperti terlalu membungkuk dan duduk

memuntir.

Menurut Nurmianto (2004) tekanan pada bagian tulang belakang akan

meningkat pada saat duduk jika dibandingkan dengan saat berdiri maupun
53

berbaring. Jika tekanan tersebut diasumsikan sekitar 100% maka duduk

dengan posisi membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut

meningkat sampai 190%. Menurut Pratiwi et al. (2009) keadaan posisi duduk

yang salah dalam waktu lama akan menyebabkan ketegangan otot-otot dan

perenggangan ligamentum longitudinal posterior pada tulang belakang.

Posisi tubuh yang salah selama duduk membuat tekanan abnormal dari

jaringan sehingga menyebabkan rasa sakit pada punggung bawah. Dalam

keadaan posisi duduk otot yang bekerja adalah otot punggung dan otot

abdominal sebagai penyeimbang dari kerja erektor spine. Bekerja dalam

posisi duduk akan menimbulkan kelemahan otot perut dan punggung serta

meningkatkan tekanan pada tulang belakang, gangguan fungsi tersebutlah

yang menyebabkan ketidakseimbangan otot perut dan punggung yang

menyangga tulang belakang.

Berdasarkan aspek otot, posisi duduk yang paling baik adalah duduk

dengan sedikit membungkuk sedangkan dari aspek tulang, posisi yang baik

adalah duduk dengan tegak. Namun dari kedua posisi tersebut dapat

mengakibatkan punggung bungkuk dan otot perut menjadi lemas. Maka

sebagai jalan keluar, dianjurkan agar digunakan posisi tegak yang diselingi

dengan istirahat dalam posisi sedikit membungkuk (Suma’mur, 2014).

Sehingga perlu dilakukan sosialisasi atau edukasi kepada responden tentang

posisi duduk yang baik atau sikap kerja duduk yang ergonomis. Ditinjau dari

aspek kesehatan, bekerja pada posisi duduk memerlukan waktu yang lama,

untuk menyebabkan otot perut semakin elastis dan tulang belakang


54

melengkung namun jika diimbangi dengan rancangan tempat duduk yang

tidak memberikan keleluasaan gerak maka tidak menutup kemungkinan

terjadi gangguan bagian punggung belakang (Kuswana, 2017). Dengan

demikian perlu dilakukan perbaikan pada kursi kerja yang rusak dan

sebaiknya perusahaan mengganti desain kursi yang tidak dapat diatur tinggi

duduknya dengan desain kursi yang dapat diatur tinggi duduknya.

Berdasarkan UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 79

ayat 2a menyebutkan bahwa istirahat sekurang-kurangnya dilakukan selama

setengah jam untuk setiap 4 jam kerja. Hasil penelitian Astuti dan Herry

(2016) menyimpulkan bahwa pelatihan peregangan/stretching memiliki

pengaruh dalam menurunkan tingkat keluhan nyeri punggung bawah pada

pekerja penyadapan getah karet PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero)

Kebun Merbuh, Kendal Tahun 2014. Dengan demikian responden perlu

melakukan peregangan/streatching setidaknya setiap 4 jam sekali untuk

mengurangi keluhan nyeri punggung bawah.

E. Keterbatasan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu

sebaigai berikut :

1. Penelitian ini tidak menggunakan tes klinis pada responden untuk

mendiagnosis keluhan nyeri punggung bawah, sehingga terbatas pada

keluhan yang dirasakan responden saja pada saat pengambilan data.


55

2. Variabel pengganggu yang tidak dikendalikan dalam penelitian ini adalah

jenis kelamin, kesegaran jasmani, getaran, tekanan, aktivitas berulang dan

peregangan otot berlebih.


BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Terdapat hubungan sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung

bawah pada pekerja bagian administrasi di PT. Jamu Air Mancur

Karanganyar.

2. Skor sikap kerja duduk pekerja bagian administrasi di PT. Jamu Air

Mancur Karanganyar terendah adalah 3 dan tertinggi adalah 9 dengan

rata-rata skor sikap kerja duduk adalah 5,94.

3. Nilai keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja bagian administrasi di

PT. Jamu Air Mancur Karanganyar terendah adalah 2,2% dan tertinggi

adalah 24,4 % dengan rata-rata nilai keluhan nyeri punggung bawah

adalah 9,858 %.

4. Hubungan sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung bawah

pada pekerja bagian administrasi di PT. Jamu Air Mancur Karanganyar

memiliki p-value p = 0,0001 (p<0,05) yang berarti terdapat korelasi

bermakna antara sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung

bawah dan memiliki nilai koefisien korelasi r = 0,773 yang berarti

memiliki kekuatan korelasi kuat dengan arah korelasi positif, artinya

semakin tinggi nilai sikap kerja duduk semakin tinggi pula nilai keluhan

nyeri punggung bawah.

56
57

B. Saran

1. Sebaiknya PT. Jamu Air Mancur Karanganyar melakukan sosialisasi

mengenai sikap kerja duduk yang ergonomis kepada pekerja bagian

administrasi.

2. PT. Jamu Air Mancur Karanganyar sebaiknya melakukan perbaikan pada

kursi kerja yang rusak dan sebaiknya perusahaan mengganti desain kursi

yang tidak dapat diatur tinggi duduknya dengan desain kursi yang dapat

diatur tinggi duduknya.

3. Pekerja sebaiknya melakukan peregangan/stretching setelah 4 jam bekerja

untuk mengurangi keluhan nyeri punggung bawah.

4. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya dilakukan uji hubungan pada

faktor lain seperti jenis kelamin, usia, masa kerja, indeks massa tubuh,

kesegaran jasmani, getaran, tekanan, aktivitas berulang dan peregangan

otot berlebih dengan keluhan nyeri punggung bawah sehingga dapat

diketahui faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap keluhan nyeri

punggung bawah.
58

DAFTAR PUSTAKA

Andini, F. 2015. Risk Factors of Low Back Pain in Workers. Medical Journal of
Lampung University, 4(1) : 12-19.

Astuti, S.J. dan Herry K. 2016. Pengaruh Stretching terhadap Nyeri Punggung
Bawah dan Lingkup Gerak Sendi pada Penyadap Getah Karet PT.
Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kendal. UNNES Journal of Public
Health. 5 (1) : 1-9.

Balaban, N.E. dan Bobick J.E. 2014. Seri Ilmu Pengetahuan Anatomi dan
Fisiologi. Jakarta : Indeks.

Bull, E. dan Graham A. 2007. Simple Guide Nyeri Punggung. Jakarta : Erlangga.

Dahlan, M.S. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba
Medika.

Duthey, B. 2013. Background Paper 6.24 Low Back Pain.


https://www.who.int/medicines/areas/priority_medicines/BP6_24LBP.pdf.
Diakses 21 Januari 2019.

Ehrlich, G.E. 2003. Low Back Pain. Bulletin of World Health Organization. 81 (9)
: 671-676

Fawzani, N. & Atik T. 2005. Terapi Berhenti Merokok (Stidi Kasus 3 Perokok
Berat). MAKARA. 6(1) : 15-25.

Hadipoetro, S. 2014. Manajemen Komprehensif Keselamatan Kerja. Jakarta :


NUSINDO.

Helmi, Z.N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba


Medika.

HSE. 2018. Labour Force Survey – Self Reported Work Related Ill Health and
Workplace Injuries: Index of LFS Tables.
http://www.hse.gov.uk/statistics/lfs/index.htm – Diakses 8 Desember 2018.

Iridiastadi, H. dan Yassierli. 2017. Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung : PT.


Remaja Rosdakarya.
Jahanimoghadam, F., Horri A., Haseminejad N., Hashemi Nejad N. dan Baneshi
M.R. 2018. Ergonomic of Dental Profesionals as Determied by Rapid
Entire Body AssessmentMethod in 2014. Journal of Dentistry. 19(2) :155-
158
59

Kemenkes. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Kementerian Kesehatan RI.

Kusuma, H. dan Anies S. 2015. Pengaruh William Flexion Exercise Terhadap


Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Penderita Low Back Pain. JSSF. 4(3) :
16-21.

Kuswana, W.S. 2017. Ergonomi dan K3. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Mangku, G. dan Tjokorda G.A.S. 2009. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi.
Jakarta : PT. Indeks.
Middlesworth, M. 2015. A Step-by-Step Guide Rapid Entire Body Assessment.
http://ergo-plus.com/wp-content/uploads/REBA-A-Step-by-Step-
Guide.pdf. Diakses 10 Februari 2019.
Munir, S. 2012. Analisis Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Final Packing dan
Part Supply di PT. X Tahun 2012. Universitas Indonesia. Tesis.

Muttaqin, A. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nurmianto, E. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya : Guna


Widya.
Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Jakarta: Pemerintah RI.
Perista, H & Paula C. 2018. Portugal : Musculoskeletal Disorder Identified as
Main Factor in Companies. Eurofound.
https://www.eurofound.europa.eu/publications/article/2018/portugal-
musculoskeletal-disorders-identified-as-main-risk-factor-in-companies -
Diakses 14 November 2018.

Pratiwi, H.M., Yuni S., Bima K. dan Martini. 2009. Beberapa Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Keluhan nyeri Punggung Bawah pada Penjual
Jamu Gendong. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 4(1) : 61-67.

Purnamasari, H., Untung G. dan Lantip R. 2010. Overweight Sebagai Fakktor


Beresiko Low Back Pain pada Pasien Poli Saraf RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto. Nandala of Health. 4(1) : 26-32.

Restuputri, D.P. dan Dewi S.K. 2018. Analisis Postur Tubuh Pekerja Minuman
Sari BUah Menggnakan Metode OWAS dan REBA Working Body
Posture. Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri. 7 : 1-11.
Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
60

Santiasih, I. 2013. Kajian Manual Material Handling terhadap Kejadian Low Back
Pain pada Pekerja Tekstil. Jati Undip. 8(1) : 21-26.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta.

Suma’mur. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Edisi 2.


Jakarta : CV Sagung Seto.

Sumekar, W.D. dan Deny N. 2010. Nyeri Punggung pada Operator Komputer
Akibat Posisi dan Lama Duduk. MKB. 42(3) : 123-127.

Tarwaka. 2015. Ergonomi Industri Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan


Aplikasi di Tempat Kerja. Edisi 2. Surakarta : Harapan Press.

Trisnowiyanto, B. 2012. Instrumen Pemeriksaan Fisioterapi dan Penelitian


Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Ulfah, M. 2014. Hubungan Diastasis Recti Abdominis dengan Nyeri Punggung


Bawah pada Ibu Hamil. Bidan Prada. 5(2) : 60-66.

Umami, R.A., Ragil I.H. dan Anita D.P.S. 2014. Hubungan antara Karakteristik
Responden dan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung
Bawah (Low Back Pain) Pada Pekerja Batik Tulis. Pustaka Kesehatan.
2(1) : 72-78.

WHO. 2018. Musculoskeletal conditions.


https://www.who.int/mediacentre/factsheets/musculoskeletal/en/ - Diakses
30 November 2018.

Widia, L. 2015. Anatomi, Fisiologi dan Siklus Kehidupan Manusia. Yogyakarta :


Nuha Medika.

Widjaja, M.P., Haeril A. dan Samuel P. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan


dengan Kejadian Low Back Pain pada Pekerja Furniture. Medula. 1(2) :
85-90.
Lampiran 1. Ethical Clearance (EC)
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
Lampiran 3. Surat Selesai Penelitian
Lampiran 4. Lembar Informed Concent
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Concent)

Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan dibawah ini mahasiswa Program Studi Diploma
4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta :
Nama : Farida Nur Hidayah
NIM : R0215039
Saya sedang melakukan penelitian berjudul Hubungan Sikap Kerja Duduk
terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Bagian Administrasi di
PT. Jamu Air Mancur Karanganyar. Apabila Saudara setuju menjadi responden
penelitian maka ada beberapa hal yang akan Saudara alami, yaitu:
- Diminta berbagai informasi mengenai data diri Saudara
- Pengambilan foto dan video pada saat Saudara bekerja
- Penilaian keluhan nyeri punggung bawah dengan mengisi kuesioner
Oswestry Low Back Pain Disability
Saya menjamin kerahasiaan data diri Saudara dan data penilaian hanya
akan digunakan untuk kepentingan penelitian semata. Apabila Saudara bersedia
untuk menjadi responden, mohon kiranya Saudara untuk menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden (informed concent).
Demikianlah permohonan saya, atas perhatian dan kerjasama Saudara
dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih.

Peneliti

(Farida Nur Hidayah)


Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :

Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk menjadi resonden penelitian


yang dilakukan oleh Farida Nur Hidayah (R0215039), mahasiswa Program Studi
Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang berjudul Hubungan Sikap Kerja Duduk terhadap
Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Bagian Administrasi di PT. Jamu
Air Mancur Karanganyar.

Karanganyar, 2019
Responden

( )
Lampiran 5. Kuesioner Oswestry Low Back Pain Disability
Kuesioner Keluhan Nyeri Punggung Bawah
“Oswestry Low Back Pain Disability Questionare”

Nama Responden :
Umur :
Jenis Kelamin :L/P *) coret yang tidak perlu
Masa Kerja :
Petunjuk pengisian kuesioner :
1. Bacalah semua petunjuk kuesioner dan pernyataan berikut sebelum
memberikan penilaian.
2. Pernyataan berikut merupakan kumpulan keluhan nyeri di bagian punggung
bawah.
3. Berikanlah tanda centang (√) pada masing-masing poin pernyataan yang
paling menggambarkan keadaan anda.
4. Ada 9 poin dari huruf A-I, setiap poin hanya dapat memilih satu pernyataan.
5. Keterangan poin A (intensitas nyeri)
a. Tidak nyeri : tidak ada keluhan nyeri yang dirasakan selama melakukan
pekerjaan
b. Nyeri sangat ringan : nyeri yang timbul dan hilang dengan sendirinya
pada saat bekerja.
c. Nyeri ringan : nyeri yang hilang timbul, terutama saat melakukan
pekerjaan dan hilang pada waktu tidur.
d. Nyeri agak berat : nyeri terus menerus yang mengganggu aktivitas selama
bekerja dan hanya hilang apabila penderita tidur.
e. Nyeri sangat berat : nyeri yang berlangsung terus menerus sepanjang hari,
penderita tidak dapat tidur atau sering terjaga karena nyeri.
f. Nyeri amat sangat berat : nyeri yang sangat mengganggu dan membuat
penderita tidak mampu melakukan pekerjaan.
A. Intensitas nyeri
Saat ini saya tidak nyeri
Saat ini nyeri terasa sangat ringan
Saat ini nyeri terasa ringan
Saat ini nyeri terasa agak berat
Saat ini nyeri terasa sangat berat
Saat ini nyeri terasa amat sangat berat

B. Perawatan diri (mandiri, berpakaian, dll.)


Saya merawat diri secara normal tanpa disertai timbulnya nyeri
Saya merawat diri secara normal tetapi terasa sangat nyeri
Saya merawat diri secara hati-hati dan lamban karena terasa sangat nyeri
Saya memerlukan sedikit bantuan saat merawat diri
Setiap hari saya memerlukan bantuan saat merawat diri
Saya tidak bisa berpakaian dan mandi sendiri, hanya tiduran di tempat tidur

C. Aktivitas mengangkat
Saya dapat mengangkat benda berat tanpa disertai timbulnya nyeri
Saya dapat mengangkat benda berat tetapi disertai timbulnya nyeri
Nyeri membuat saya tidak mampu mengangkat benda berat dari lantai, tetapi saya
mampu mengangkat benda berat yang posisinya mudah, misalnya di atas
meja
Nyeri membuat saya tidak mampu mengangkat benda berat dari lantai, tetapi
saya mampu mengangkat benda ringan dan sedang yang posisinya mudah,
misalnya di atas meja
Saya hanya dapat mengangkat benda yang sangat ringan
Saya tidak dapat mengangkat maupun membawa benda apapun
D. Berjalan
Saya mampu berjalan berapapun jaraknya tanpa disertai timbulnya nyeri
Saya hanya mampu berjalan tidak lebih dari 1,6 kilometer karena nyeri
Saya hanya mampu berjalan tidak lebih dari 400 meter karena nyeri
Saya hanya mampu berjalan tidak lebih dari 90 meter karena nyeri
Saya hanya mampu berjalan menggunakan alat bantu tongkat atau kruk
Saya hanya mampu tiduran, untuk ke toilet dengan merangkak

E. Duduk
Saya mampu duduk pada semua jenis kursi selama saya mau
Saya mampu duduk pada kursi tertentu selama saya mau
Saya hanya mampu duduk pada kursi tidak lebih dari 1 jam karena nyeri
Saya hanya mampu duduk pada kursi tidak lebih dari ½ jam karena nyeri
Saya hanya mampu duduk pada kursi tidak lebih dari 10 menit karena nyeri
Saya tidak mampu duduk karena nyeri

F. Berdiri
Saya mampu berdiri selama aku mau
Saya mampu berdiri selama aku mau tetapi timbul nyeri
Saya hanya mampu berdiri tidak lebih dari 1 jam karena nyeri
Saya hanya mampu berdiri tidak lebih dari ½ jam karena nyeri
Saya hanya mampu berdiri tidak lebih dari 10 menit karena nyeri
Saya tidak mampu berdiri karena nyeri

G. Tidur
Tidurku tak pernah terganggu oleh timbulnya nyeri
Tidurku terkadang terganggu oleh timbulnya nyeri
Karena nyeri tidurku tidak lebih dari 6 jam
Karena nyeri tidurku tidak lebih dari 4 jam
Karena nyeri tidurku tidak lebih dari 2 jam
Saya tidak bisa tidur karena nyeri
H. Kehidupan sosial
Kehidupan sosialku berlangsung normal tanpa gangguan nyeri
Kehidupan sosialku berlangsung normal tetapi ada peningkatan derajat nyeri
Kehidupan sosialku yang aku sukai misalnya olahraga tidak begitu terganggu
adanya nyeri
Nyeri menghambat kehidupan sosisalku sehingga aku jarang keluar rumah
Nyeri membuat kehidupan sosialku hanya berlangsung di rumah saja
Saya tidak mempunyai kehidupan sosial karena nyeri

I. Bepergian/ melakukan perjalanan


Saya bisa melakukan perjalanan ke semua tempat tanpa adanya nyeri
Saya bisa melakukan perjalanan ke semua tempat tetapi timbul nyeri
Nyeri memang mengganggu tetapi saya bisa melakukan perjalanan lebih dari 2
jam
Nyeri menghambatku sehingga saya hanya bisa melakukan perjalanan kurang
dari 1 jam
Nyeri menghambatku sehingga saya hanya bisa melakukan perjalanan pendek
kurang dari 30 menit
Nyeri menghambatku untuk melakukan perjalanan kecuali hanya berobat
Lampiran 6. Lembar Penilaian REBA Responden
Lembar Penilaian Postur Kerja
Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment)

Kode Responden : R10


Skor REBA :7
Kategori : Sedang

15o

20o

45o

90o

135o

Grup Anggota Tubuh Skor Posisi


o
A Badan 3 Badan fleksi 20
Leher 2 Leher fleksi 20o
Kaki 3 Kaki fleksi 135o
B Lengan Atas 2 Lengan atas fleksi 45o
Lengan Bawah 1 Lengan bawah fleksi 90o
Pergelangan tangan 2 Pergelangan ekstensi ± 15o
TABEL A
Leher
1 2 3
Badan
Kaki Kaki Kaki
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

TABEL B
Lengan Bawah
1 2
Lengan Atas
Pergelangan Tangan Pergelangan Tangan
1 2 3 1 2 3
1 1 2 2 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8

Skor A = skor tabel A + nilai beban (< 5kg)


=6+0=6
Skor B = skor tabel B + pegangan (bagus)
=2+0=2
TABEL C
Skor B
Skor A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Skor Akhir = skor C + nilai aktivitas (statis)


=6+1=7
Lembar Penilaian Postur Kerja
Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment)

Kode Responden : R26


Skor REBA :4
Kategori : Sedang

20o

15o

105o

105o

Grup Anggota Tubuh Skor Posisi


A Badan 1 Badan lurus
Leher 2 Leher fleksi 20o
Kaki 3 Kaki fleksi 105o
B Lengan Atas 1 Lengan atas fleksi 15o
Lengan Bawah 2 Lengan bawah fleksi 105o
Pergelangan tangan 2 Pergelangan ekstensi ± 15o
TABEL A
Leher
1 2 3
Badan
Kaki Kaki Kaki
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

TABEL B
Lengan Bawah
1 2
Lengan Atas
Pergelangan Tangan Pergelangan Tangan
1 2 3 1 2 3
1 1 2 2 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8

Skor A = skor tabel A + nilai beban (< 5kg)


=3+0=3
Skor B = skor tabel B + pegangan (bagus)
=2+0=2
TABEL C
Skor B
Skor A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Skor Akhir = skor C + nilai aktivitas (statis)


=3+1=4
Lampiran 7. Hasil Data Responden
DATA RESPONDEN PENELITIAN

Keluhan
Masa Sikap Nyeri
Kode Jenis Usia IMT
Kerja Kerja Punggung
Responden Kelamin (tahun) (kg/m2)
(tahun) Duduk Bawah
(%)
R01 L 32 5 26,53 6 11,1
R02 L 45 7 26,39 9 17,8
R03 L 37 5 26,99 4 2,2
R04 L 28 4 26,68 3 4,4
R05 L 47 10 22,87 6 15,6
R06 L 45 10 17,2 9 20,0
R07 L 36 2 26,67 3 2,2
R08 P 47 10 26,22 4 2,2
R09 P 48 10 26,56 3 4,4
R10 L 25 1 19,27 7 8,9
R11 L 28 3 26,78 6 13,3
R12 P 38 9 26,92 7 8,9
R13 P 35 10 23,45 4 2,2
R14 P 27 9 23,62 4 4,4
R15 L 49 10 26,72 6 8,9
R16 P 34 9 24,52 5 6,7
R17 P 44 10 19,12 8 24,4
R18 L 32 5 25,9 6 13,3
R19 L 47 10 26,7 7 8,9
R20 P 48 10 26,95 8 11,1
R21 P 45 10 25,4 7 13,3
R22 L 50 10 19,93 7 17,8
R23 P 28 3 26,86 5 6,7
R24 P 30 9 20,23 7 11,1
R25 P 28 5 17,68 5 8,9
R26 L 29 1 23,77 4 4,4
R27 L 28 2 25,01 6 17,8
R28 L 29 10 20,16 7 6,7
R29 L 27 9 26,38 5 6,7
R30 P 46 10 22,45 7 8,9
R31 L 24 1 26,92 5 4,4
R32 L 39 10 25,89 4 2,2
R33 P 25 1 19,54 5 6,7
R34 L 29 7 24,49 6 11,1
R35 L 27 7 18,39 7 13,3
R36 L 46 8 24,83 5 4,4
R37 L 36 9 19,56 5 6,7
R38 P 25 3 22,49 6 13,3
R39 P 29 9 26,81 8 15,6
R40 P 38 9 19,57 6 15,6
R41 P 24 3 23,43 8 8,9
R42 P 38 7 26,01 7 15,6
R43 L 32 3 24,74 6 8,9
R44 P 35 6 25,34 5 6,7
R45 P 33 9 21,79 8 13,3
R46 P 21 3 24,45 6 13,3
R47 P 24 6 19,48 7 11,1
R48 P 28 9 23,4 6 8,9
Lampiran 8. Hasil Pengujian SPSS
HASIL STATISTIK SPSS

Uji Univariat

Statistics

Sikap Kerja Keluhan Nyeri


Duduk Punggung
Bawah

Valid 48 48
N
Missing 0 0
Mean 5.94 9.858
Std. Error of Mean .220 .7521
Median 6.00 8.900
Mode 6 8.9
Std. Deviation 1.522 5.2107
Variance 2.315 27.151
Range 6 22.2
Minimum 3 2.2
Maximum 9 24.4
Sum 285 473.2

Frequency Table

Sikap Kerja Duduk

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3 3 6.3 6.3 6.3

4 6 12.5 12.5 18.8

5 9 18.8 18.8 37.5

6 12 25.0 25.0 62.5


Valid
7 11 22.9 22.9 85.4

8 5 10.4 10.4 95.8

9 2 4.2 4.2 100.0

Total 48 100.0 100.0


Keluhan Nyeri Punggung Bawah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.2 5 10.4 10.4 10.4

4.4 6 12.5 12.5 22.9


Valid
6.7 7 14.6 14.6 37.5

8.9 9 18.8 18.8 56.3


11.1 5 10.4 10.4 66.7

13.3 7 14.6 14.6 81.3

15.6 4 8.3 8.3 89.6

17.8 3 6.3 6.3 95.8

20.0 1 2.1 2.1 97.9

24.4 1 2.1 2.1 100.0

Total 48 100.0 100.0

Uji Normalitas
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Sikap Kerja Duduk .141 48 .017 .954 48 .060


Keluhan Nyeri Punggung
.135 48 .028 .955 48 .066
Bawah
a. Lilliefors Significance Correction

Uji Bivariat

Correlations

Sikap Kerja Keluhan Nyeri


Duduk Punggung
Bawah

Pearson Correlation 1 .773**

Sikap Kerja Duduk Sig. (2-tailed) .000

N 48 48
**
Pearson Correlation .773 1
Keluhan Nyeri Punggung
Sig. (2-tailed) .000
Bawah
N 48 48

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Pengambilan gambar atau foto sikap kerja duduk responden

Gambar 2. Pengisian Lembar Informed Concent dan Kuesioner Oswestry Low


Back Pain Disability oleh responden

Anda mungkin juga menyukai