Sistem Respirasi Ca Paru
Sistem Respirasi Ca Paru
Sistem Respirasi Ca Paru
SISTEM RESPIRASI
CA PARU
Dosen Pengampu :
Elmiana Bongga Linggi, Ns.,M.Kes
NIDN: 0925029603
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
1. Ana Marina Koryesin ( C2214201005)
2. Helen Gabriel (C2214201051)
3. Junindy Girik Allo (C2214201059)
4. Maria Ingrida Anjelina (C2214201067)
5. Maria Yulia Krisphin Lamak (C2214201068)
6. Muhammad Khadaffi Ramadhan (C2214201074)
7. Pinkan Nuari Perdana (C2114201035)
8. Pankrasius Dinorion (C2214201079)
9. Rachel Tangkeallo (C2214201086)
10. Yohanista Ogilvies Y Ona (C2214201109)
Puji dan syukur patut kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul: CA PARU Terima kasih pula saya sampaikan kepada seluruh pihak yang
telah membantu, khususnya ibu Elmiana Bongga Linggi, S.Kep.,Ns, M.Kes yang telah
membimbing saya dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
menyelesaikan dengan baik dan oleh karenanya, penyusun dengan rendah hati menerima
kritik dan saran dari pembaca guna penyempurnaan makalah ini.
(Kelompok 5)
DAFTAR ISI
SAMPUL............................................................................................................................
KATA PENGATAR............................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
A. BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................................................
B. BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................
A. MEDIK ...................................................................................................................
1. Definisi CA Paru....................................................................................................
2. Etiologi CA Paru....................................................................................................
3. Klasifikasi CA Paru................................................................................................
4. Patofisiologi CA Paru ............................................................................................
5. Manifestasi klinik CA Paru ...................................................................................
6. Pemeriksaan Diagnostik CA Paru..........................................................................
7. Komplikasi CA Paru..............................................................................................
8. Penatalaksanaan CA Paru ......................................................................................
B. KONSEP KEPERAWATAN....................................................................................
1. Pengkajian .............................................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan...........................................................................................
3. Intervensi ...............................................................................................................
4. Implementasi .........................................................................................................
5. Evaluasi..................................................................................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................................
A. Kesimpulan ...........................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernapasan adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat
hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas menghirup oksigen
dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan. Respirasi adalah usaha
tubuh untuk memenuhi kebutuhan 02 untuk proses metabolisme dan mengeluarkan CO2
sebagai hasil metabolisme dengan perantara organ paru dan saluran napas bersama
kardiovaskuler sehingga dihasilkan darah yang kaya oksigen.
Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan dan
mekanisme pernapasan. Sistem respirasi atau sistem pernapasan mencakup semua proses
pertukaran gas yang terjadi antara atmosfer melalui rongga hidung >faring> laring>
trakea> bronkus> paru-paru> bronkiolus > alveolus > sel-sel melalui dinding kapiler
darah.
B. Rumusan Masalah
1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan CA Paru ?
2. Untuk Mengetahui Etiologi Apa Yang Menyebabkan CA Paru ?
3. Bagaimanakah Klasifikasi Dari CA Paru ?
4. Bagaimanakah Patofisiologi CA Paru ?
5. Bagaimanakah Manifestasi Klinik CA Paru ?
6. Bagaiamana Cara Pemeriksaan Diagnostik CA Paru ?
7. Bagaimana Komplikasi CA Paru?
8. Bagaimana Penatalaksanaan CA Paru ?
9. Baimana Konsep Keperawatan Pada Pasien Ca Paru
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan CA Paru
2. Untuk Mengetahui Etiologi Apa Yang Menyebabkan CA Paru
3. untuk mengetahui Klasifikasi Dari CA Paru
4. untuk mengetahui Patofisiologi CA Paru
5. untuk mengetahui Manifestasi Klinik CA Paru
6. untuk mengetahui Cara Pemeriksaan Diagnostik CA Paru
7. untuk mengetahui Komplikasi CA Paru
8. untuk mengetahui Penatalaksanaan CA Paru
9. untuk mengetahui Konsep Keperawatan Pada Pasien Ca Paru
BAB II
PEMBAHASAN
A. MEDIK
A. Defenisi
Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru-paru merupakan penyebab
kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita. Sebagaian besar
kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari
kanker di bagian tubuh lain yang menyebar ke paru-paru.
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh di paru, sebagian besar sel berasal
dari sel-sel di dalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain terkena kanker.
.Kanker paru-paru atau karsinoma bronkogenik mengacu pada tumor yang berasal
dari parenkim paru atau di dalam bronkus.Kanker paru merupakan neoplasma dengan
prevalensi tertinggi dan angka kematian di dunia (1,35 juta kasus baru dan 1,8 juta
kematian per tahun), dengan frekuensi yang lebih tinggi di AS dan Eropa (Sunaryanti et
al., 2023).
B. Etiologi
Penyebab paling umum kanker paru adalah paparan dalam jangka waktu yang lama
terhadap asap tembakau, yang mengakibatkan 80–90% kanker paru. Kasus ini
kebanyakan disebabkan oleh kombinasi antara factor genetik, Gas radon,
asbestos, dan polusi udara termasuk asap rokok pasif. Kanker paru dapat dilihat
menempuh foto rontgen dada dan tomografi komputer (CT scan). diagnosis dapat
ditentukan dengan biopsi yang kebanyakan dilakukan menempuh cara broskoskopi atau
dipandu dengan CT. Perawatan dan hasil dalam jangka panjang tergantung pada tipe
kanker, stadium (tingkat penyebaran), dan keadaan kesehatan pasien secara keseluruhan,
diukur berlandaskan kondisi umum. Perawatan kebanyakan
meliputi pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi. NSCLC kebanyakan ditangani
menempuh pembedahan, sedangkan SCLC umumnya memberikan respons yang semakin
baik terhadap kemoterapi dan radioterapi.
Penyebab dari kanker paru yaitu:
1. Merokok
Grafik menunjukkan bagaimana peningkatan penjualan produk tembakau di AS
pada empat dekade pertama di masa seratus tahun ke-20 (rokok per orang per tahun)
mengakibatkan kenaikan yang cepat pada penderita kanker paru selama tahun 1930an,
40an dan 50an (kematian karena kanker paru per 100, 000 populasi laki-laki per
tahun) penampang melintang dari paru-paru manusia: Area berwarna putih di babak
lobus atas adalah kanker; area berwarna hitam adalah perubahan warna yang terjadi
karena merokok. Merokok, khususnya sigaret, secara umum merupakan penyumbang
utama kanker paru. Rokok sigaret mengandung semakin dari 60
jenis karsinogen,termasuk di antaranya radioisotope dari peluruhan sekuens rado,
nitrosamin, dan benzopiren. Selain itu, nikotin menekan respons imun terhadap
pertumbuhan kanker pada jaringan yang terpapar. Di seluruh negara maju, 90% dari
kematian karena kanker paru pada laki-laki selama tahun 2000 disebabkan oleh
merokok (70% untuk perempuan). Merokok bertanggung jawab terhadap 80–90%
kasus kanker paru.
Merokok pasif—proses inhalasi asap dari perokok lain—merupakan penyebab
kanker paru pada bukan perokok. Perokok pasif dapat digolongkan sebagai seseorang
yang hidup atau bekerja bersama perokok. Penelitian dari AS,Eropa,Inggris, dan
Australia sudah secara konsisten menunjukkan keadaan peningkatan risiko yang
signifikan di antara mereka yang terpapar asap rokok pasif. Mereka yang hidup
dengan perokok memiliki risiko yang semakin tinggi sebesar 20–30% sedangkan
mereka yang bekerja pada lingkungan perokok ada risiko 16–19% semakin tinggi.
Penelitian asap arus sisi menunjukkan bahwa hal ini semakin berbahaya dari merokok
langsung. Merokok pasif mengakibatkan 3, 400 kematian karena kanker paru setiap
tahun di AS.
2. Gas Radon
Radon adalah gas yang tak berwarna dan tak berbau dihasilkan dari penguraian
radioaktif radium, yang merupakan produk dari peluruhan uranium, yang ditemukan
di lapisan kerak bumi. Produk peluruhan radiasi meng ion kan materi genetika,
sehingga mengakibatkan mutasi yang kadang menjadi bersifat kanker. Radon
merupakan penyebab kanker paru paling banyak kedua di AS, setelah
rokok. Risikonya meningkat hinggga 8–16% untuk setiap peningkatan konsentrasi
radon sebesar 100 Bg /m³.Tingkat gas radon bervariasi tergantung pada lokasi dan
komposisi tanah dan batuan di bawahnya. Sebagai contoh, di wilayah
seperti cornwall di Inggris (yang mengandung granit sebagai substrata), gas radon
merupakan masalah utama, dan propertti harus memiliki ventilasi aktif dengan kipas
untuk menurunkan konsentrasi gas radon.
3. Asbestos
Asbestos dapat mengakibatkan bermacam penyakit paru-paru, termasuk kanker
paru. Merokok tembakau dan asbestos memberikan efek sinergis dalam pembentukan
kanker paru. Asbestos juga dapat mengakibatkan kanker pada pleura, yang disebut
mesotelioma (yang berbeda dari kanker paru).
4. Polusi udara
Polusi udara di luar rumah hanya memberikan efek yang kecil dalam
meningkatkan risiko kanker paru. partikulat (PM2.5) halus dan aerosol sulfat, yang
berasal dari pelepasan asap kendaraan bermotor di jalanan, diasosiasikan kira-kira
meningkatkan risiko. Untuk nitrogen dioksida, kenaikan bertahan hingga 10 babak per
miliar meningkatkan risiko kanker paru hingga 14%.Polusi udara luar diperkirakan
bertanggung jawab terhadap 1–2% perihal jadinya kanker paru.
Bukti tentatif mendukung keadaan kenaikan risiko kanker paru dari polusi dalam
ruang yang bertalian dengan pembakaran kayu, batubara, residu bahan bakar kotoran
dan sisa sampah yang dipakai untuk memasak dan pemanas ruang. Wanita yang
terpapar asap pembakaran batubara memiliki risiko dua kali semakin tinggi dan
sejumlah produk sampingan dari pembakaran tanaman organik dikenal atau dicurigai
bersifat karsinogen. Risiko ini memengaruhi kurang semakin 2.4 miliar orang di
seluruh dunia, dan dipercaya mengakibatkan 1.5% kematian karena kanker paru.
5. Genetika
Diperkirakan bahwa 8 hingga 14% dari kanker paru disebabkan oleh faktor
diturunkan. Pada orang dengan saudara yang terkena kanker paru, risiko meningkat
hingga 2.4 kali. Hal ini disebabkan oleh keadaan kombinasi gen.
6. Penyebab lain
Sejumlah zat, pekerjaan, dan paparan lingkungan lain juga dihubungkan dengan
kanker paru. Badan Penelitian Kanker Internasional (IARC) mencetuskan ada "bukti
yang cukup" untuk menunjukkan bahwa sejumlah hal berikut karsinogenik untuk
paru-paru:
1. Jenis logam (produk aluminium, kardium dan senyawa kadmium,
senyawa kromium (VI), berlium dan senyawa berilium, peleburan besi dan baja,
senyawa nikel, arsenik dan senyawa arsenik inorganik, tambang hematit bawah
tanah)
2. Produk pembakaran (pembakaran tak sempurna), arang batu (emisi dalam ruangan
dari pembakaran arang batu rumah tangga), gasifikasi batu bara, aspal, produk
kokas, jelaga, gas buang mesin disel)
3. Radiasi ionisasi (radiasi sinar-X, radon-222 dan produk peluruhannya, radiasi
gamma, plutonium).
4. Sejumlah gas beracun (metil eter (kadar teknis), Bis-(klorometil) eter, sulfur
mustard, MOPP (campuran vinkristina-prednison-nitrogen mustard-procarbazin)
C. Klasifikasi Ca Paru
Menurut klasifikasi WHO, kanker paru terdiri dari 4 tipe major sel yaitu SCLC,
adenokarsinoma, SCC dan LCC. Secara histologi, tumor dapat terjadi baik berupa tipe
tunggal maupun campuran.
1. Small cell lung carcer (SCLC)
SCLC merupakan tumor neuroendokrin yang cenderung muncul sebagai masa sentral
dengan pertumbuhan endobrakial dan sangat berhubungan dengan merokok dan
memiliki agresifitas yang lebih tinggi. SCLC memiliki sel dengan sitoplasma yang
sedikit, nucleus hiperkromatik kecil dengan pola kromatin seperti “Salt and Pepper”
serta nucleolus yang prominen. SCLC sering memproduksi hormone spesifik seperti
ACTH, AVP, ANF dan GRP yang berhubungan dengan distinctive paraneoplastic
syndrome (Yunawan, 2014).
2. Nonsmall cell lung cancer (NSCLC)
Kanker paru jeni NSCLC merupakan kanker paru yang paling umum, sekitar 80%
dari semua kanker paru adalah jenis ini. NSCLC cenderung tumbuh dan menyebar
lebih lambat. NSCLC memiliki 3 tipe yaitu:
a. Small cell carsinoma (SCC)
SCC merupakan jenis terbanyak dari NSCLC yang terdiagnosis. Morfologi SCC
menyerupai tumor ekstrapulmonal yang nampak seperti sarang tumor yang
terinflitrasi yang tidak memiliki jembatan intraselular. Keratin seringkali nampak
pada morfologi jaringan SCC. Terjadinya SCC ini diduga dipengaruhi oleh
merokok, seiring menurunnya jumlah perokok, maka SCC tergantikan oleh
adenokarsinoma sebagai jenis NSCLC yang paling sering terdiagnosis.
b. Adenokarsinoma
Adekarsinoma paling sering mengenai wanita berumur di bawah 60 tahun.
Adenokarsinoma memiliki kelenjar, struktur papilari, pola branchioalveolar,
musin sel atau pola solid yang terdiferensiasi buruk. Adenokarsinoma memiliki
tipe signet ring, clear cell and mucinous serta fetal adenocarcinoma. BAC
merupakan subtype dari adenokarsinoma yang tumbuh bersama alveolus tanpa
menginvasi dan dapat dilihat sebagai masa tunggal multinoduler difus pada X-ray,
dan “ground glass” opacity pada CT scan.
D. Patofisiologi Ca Paru
Yang menyebabkan Ca Paru ada 2 jenis yaitu primer dan sekunder. Primer yaitu
berasal dari merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll dan sekunder berasal dari metastase
organ lain, Etiologi primer menyerang percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan
cilia hilang. Fungsi dati cilia ini adalah menggerakkan lendir yang akan menangkap
kotoran kecil agar keluar dari paru – paru. Jika silia hilang maka akan terjadi deskuamasi
sehingga timbul pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka
akan menimbulkan ulserasi bronkus dan menyebabkan metaplasia, hyperplasiadan
displasia yang selanjutnya akan menyebabkan Ca Paru (Nurarif, 2016) Ca paru ada
beberapa jenis yaitu karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma karsinoma sel
bronkoalveolar, dan karsinoma sel besar. Setiap lokasi memiliki tanda dan gejala khas
masing – masing. Pada karsinoma sel skuamosa, karsinoma bronkus akan menjadi
berkembang sehingga batuk akan lebih sering terjadi yang akan meimbulkan iritasi,
ulserasi, dan pneumonia yang selanjutnya akan menimbulkan himoptosis. Pada
adenokarsinoma akan menyebabkan meningkatnya jalan nafas. Sedangakan pada
karsinoma sel bronkoalveolar sel akan membesar dan cepat selaki bermetastase sehingga
menimbulkan obstruksi bronkus dengan gejala sispnea ringan. Pada karsinoma sel besar
akan terjadi penyebaran neoplastik ke medistinum sehingga timbul area pleuritik dan
penyebaran nyeri akut. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khusunya pada hati. Kanker paru dapat memetastase ke
struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, paricardium, otak,
tulang rangka (Nurarif, 2016) Sedangkan pada Ca Paru sekunder, paru – paru menjai
tempat berahirnya sel kanker yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih awal,
seolah – olah pasien menderita penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru,
sel kanker terus berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kaker
bersifat imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidakberfungsi. Paru –
paru itu adalah end oragan bagi sel kanker atau tempt berakhirnya sel kanker, yang
sebelumnya dapat menyebar di area payudara, ovarium, usus, dan laian – lain.
4. Pneumonia
Efusi pleura berpotensi menekan paru-paru, menurunkan fungsi paru-paru, dan
meningkatkan risiko pneumonia. Gejala pneumonia termasuk batuk, nyeri dada, dan
demam. Kasus pneumonia memiliki konsekuensi yang mengancam jiwa jika tidak
diobati.
5. Batuk Berdarah
Pengidap kanker paru bisa mengalami hemoptisis (batuk berdarah) akibat
pendarahan di saluran udara. Ciri batuk darah bisa bermacam-macam. Ada yang
berwarna merah muda atau merah terang, tapi ada juga yang memiliki tekstur berbusa
atau bahkan bercampur dengan lendir.
6. Neuropati
Neuropati adalah kelainan yang memengaruhi saraf, terutama di tangan atau kaki.
Kanker paru yang tumbuh di dekat saraf lengan atau bahu berpotensi menekan saraf,
menyebabkan rasa sakit dan kelemahan. Gejalanya berupa mati rasa, kelemahan, rasa
sakit, dan rasa geli.
7. Komplikasi Jantung
Tumor yang tumbuh di dekat jantung bisa menekan atau menyumbat pembuluh
darah dan arteri, sehingga memicu pembengkakan di bagian atas tubuh, seperti dada,
leher, dan wajah. Kondisi ini rentan mengganggu irama jantung normal dan
menyebabkan penumpukan cairan di sekitar jantung. Jika tidak segera mendapat
penanganan, komplikasi ini memicu masalah penglihatan, sakit kepala, pusing, dan
kelelahan.
8. Komplikasi Esofagus
Terjadi ketika kanker tumbuh dan menyebar di dekat kerongkongan. Gejalanya
berupa kesulitan menelan dan nyeri ketika makanan melewati kerongkongan menuju
perut.
9. Penyebaran Kanker ke Bagian Tubuh Lain
Kanker paru-paru bisa menyebar ke bagian lain dari tubuh, khususnya otak, hati,
tulang, dan kelenjar, dikenal sebagai fase metastasis. Gejala yang muncul berbeda-
beda, tergantung pada lokasi penyebarannya.
Itulah gejala beserta komplikasi kanker paru yang bisa saja dialami oleh pengidapnya.
Sejauh ini tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker paru. Namun, kamu dapat
menurunkan risikonya dengan melakukan beberapa langkah berikut:
a. Berhenti merokok.
b. Hindari asap rokok.
c. Perhatikan kesehatan lingkungan rumah dengan baik.
d. Hindari karsinogen di tempat kerja.
e. Konsumsi makanan sehat bergizi seimbang.
f. Rutin berolahraga.
H. Penatalaksanaan Ca Paru
Menurut (Evi Wulandari S, 2021) Penatalaksanaan CA Paru sebagai berikut:
1. Bedah
Terapi utama untuk sebagian besar kanker paru bukan sel kecil, terutama stadium
I-II dan stadium IIIA yang masih dapat direseksi setelah kemoterapi neoajuvan. Jenis
pembedahan yang dapat dilakukan adalah lobektomi, segmentektomi dan reseksi
sublobaris. Pilihan utama adalah lobektomi yang menghasilkan angka kehidupan yang
paling tinggi. Namun, pada pasien 19 dengan komorbiditas kardiovaskular atau
kapasitas paru yang lebih rendah, pembedahan segmentektomi dan reseksi sublobaris
paru dilakukan.
2. Radio Terapi
Radioterapi biasanya diberikan pada kasus yang inoperable dengan tujuan
pengobatan kuratif. Radioterapi juga dapat berperan sebagai terapi ajuvan ataupun
paliatif pada kanker paru yang berlokasi di bronkus yang dapat memberikan
penekanan di daerah vaskular.Terapi ini dilakukan dengan mesin khusus yang
memanfaatkan sinar X sebagai energi untuk membunuh sel kanker.
Radioterapi dengan tujuan kuratif dapat diberikan dengan dosis paruh dan terbukti
berhasil memperpanjang kesintasan sampai 20% terutama pada pasien usia lanjut
yang menderita kanker paru stadium I, maupun pada pasien dengan komorbid yang
menyulitkan untuk dilakukan operasi, atau pasien yang menolak dioperasi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoajuvant pada stadium dini, atau
sebagai ajuvan pasca pembedahan. Terapi ajuvan dapat diberikan pada kanker paru
bukan sel kecil stadium IIA, IIB dan IIIA. Pada kanker paru bukan sel kecil stadium
lanjut, kemoterapi dapat diberikan dengan tujuan pengobatan jika status performa
pasien baik.
Namun, fungsi kemoterapi terbesar adalah sebagai terapi paliatif pada pasien
dengan stadium 20 lanjut. Perlu diperhatikan efek samping yang ditimbulkan dari
masing-masing obat kemoterap
Kanker paru diklasifikasikan berlandaskan tipe histologi. Klasifikasi ini penting untuk
menentukan manajemen dan memprediksi keluaran penyakit. Mayoritas agung kanker
paru adalah karsinoma—keganasan yang timbul dari sel epitelial. Kanker paru
dikategorikan menurut ukuran dan tampakan sel-sel ganas yang dilihat oleh berbakat
histopatologi menempuh mikroskop. Dua kelas agungnya adalah kanker paru bukan-
sel-kecil dan sel kecil.
Kanker paru bukan-sel-kecil
\
Kanker paru sel kecil (gambar mikroskopik biopsi jarum besar)
Pada karsinoma paru sel kecil (SCLC), sel kanker mengandung granul neurosekretori
padat (vesikel yang mengandung hormon neuroendokrin), yang memberi tumor ini
suatu asosiasi endokrin/sindrom paraneoplastik. Sebagian agung kasus muncul di arus
napas agung (bronki primer dan sekunder). Kanker ini mengembang cepat dan
menyebar di tahap awal perkembangan penyakit. Enam puluh sampai tujuh puluh
persen memiliki penyakit metastatik pada saat penyakit mulai memberikan gejala.
Kanker paru jenis ini sangat berkaitan dengan kebiasaan merokok.
1. Lain-lain
Empat subtipe histologi utama sudah dikenal, meskipun sejumlah kanker
mungkin mengandung kombinasi beberapa subtipe yang berbeda. Subtipe yang
jarang termasuk tumor kelenjar, tumor karsinoid, dan karsinoma tak terdiferensiasi.
2. Metastasis
Paru-paru merupakan lokasi yang umum untuk persebaran tumor dari babak tubuh
lainnya. Kanker sekunder diklasifikasikan menurut lokasi asalnya, misalnya kanker
payudara yang sudah menyebar ke paru-paru disebut kanker payudara metastatik.
Metastasis kerapkali ada tampilan bulat yang khas dalam foto rontgen dada.
Kanker paru primer sendiri kerapkali bermetastasis ke otak, tulang, hati dan kelenjar
adrenal. Cara biopsi immunostain (pewarnaan imunologi) seringkali ada ruang
lingkupnya untuk menentukan sumber kanker.
3. Stadium
Stadium kanker paru adalah pengkajian tingkat penyebaran kanker dari sumber
asalnya. Langkah ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prognosis
dan penanganan potensial kanker paru.
Evaluasi awal dari pentahapan kanker paru bukan-sel-kecil (NSCLC) memakai
klasifikasi TNM. Cara ini didasarkan pada ukuran tumor primer, keterlibatan nodus
limfatik, dan metastasis jauh. Setelah ini, dengan memakai deskriptor TNM,
ditentukan satu grup, berkisar mulai dari kanker yang tersembunyi, sampai stadium
0, IA (satu-A), IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB dan IV (empat). Kumpulan stadium ini
membantu pemilihan cara penangangan dan estimasi prognosis. Kanker paru sel
kecil (SCLC) umumnya diklasifikasikan sebagai 'stadium terbatas' (terbatas pada
separuh dada dan dalam cakupan satu bidang radioterapi yang dapat ditoleransi)
atau 'stadium ekstensif' (penyakit semakin meluas). Namun, klasifikasi TNM dan
pengelompokan ada ruang lingkupnya untuk estimasi prognosis. Baik untuk
NSCLC maupun SCLC, dua jenis evaluasi penentuan stadium adalah stadium klinis
dan stadium bedah. Stadium klinis dilakukan sebelum pembedahan definitif.
Gerakan ini didasarkan pada hasil kajian pencitraan (seperti CT scan dan PET scan)
dan hasil biopsi. Stadium bedah dievaluasi baik selama maupun setelah operasi, dan
didasarkan atas gabungan hasil-hasil temuan dalam pembedahan dan klinis,
termasuk contoh sampel nodus limfatik dada yang diambil dalam pembedahan.
T : ukuran dan lokasi tumor primer
N : keterlibatan kelenjar ketah bening regional
M : ada atau tidaknya matestasi jauh. Anggka yang makin besar menunjukan stadium
lebih lanjut dan atau penyebaran dari penyakit
X :menunjukan sel tumor ada namun, tidak ada tumor yang tampak pada pemeriksaan
radiologis atau bilas bronskoskopi.
Contoh stadium kanker paru berdasarkan klasifikasi tumor, nodus, metastasis (TNM).
A. Stadium IA-T1NOMO, tumor berukuran 3 cm atau kurang tanpa metastasis ke
kelenjar getah bening regional dan tanpa metastasis jauh.
B. Stadium IB-T2NOMO, tumor berukuran lebih dari 3 cm atau berukuran
berapa pun tetapi telah menginvasi pleura viseralis atau menyebabkan
ateletaksis atau pneumonitis obstruktif yang meluas hingga daerah hilus,
namun tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening atau metastasis jauh.
C. Stadium IIA-T1N1M0, tumor 3 cm atau kurang dengan metastasis ke kelenjar
getah bening di daerah hilus ipsilateral atau peribronkial, atau keduanya, tanpa
metastasis jauh.
D. Stadium IIB-T2N1M0, tumor lebih dari 3 cm atau ukuran berapa pun tetapi
telah menginvasi pleura viseralis atau menyebabkan ateletaksis atau
pneumonitis obstruktif yang meluas hingga daerah hilus, dengan metastasis ke
kelenjar getah bening di daerah hilus ipsilateral atau peribronkial, atau
keduanya, tanpa metastasis jauh.
E. Stadium IIA-T2N2MO, tumor lebih dari 3 cm atau ukuran berapa pun tetapi
telah menginvasi pleura viseralis atau menyebabkan ateletaksis atau
pneumonitis obstruktif yang meluas hingga daerah hilus, dengan metastasis ke
kelenjar getah bening di daerah mediastinum ipsilateral atau subkarina, tanpa
metastasis jauh
F. Stadium IIIA, T berapapun N 3
G. Stadium IIIB, T4, N berapapun, M0 setiap klasifikasi tumor dengan metastasis
hilus kontralaetral atau kelenjar geta bening mediastinum atau ke scalenus atau
kelenjar limfe supraklavikular sebagai T4 dengan atau tanpa metastasis ke
kelenjar getah bening regional, tidak ada metastasis ke tempat yang jauh
H. Stadium IV, T berapapun, N setiap tumor dengan metastasis jauh
B. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sitematis dalam mengumpulkan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian keperawatan ditunjukan pada respon klien terhadap masalah kesehatan
yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia ( Nursalam 2001 ).
1. Identitas.
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah, pendidikan
terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, TB/BB, alamat.
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, hubungan dengan klien, pendidikan
terakhir, pekerjaan, alamat
3. Riwayat Keperawatan.
a) Keluhan utama. Pasien sangat gelisah, sangat gelisah, dispnea, pernapasan
dispnea, pernapasan cepat dan cepat dan dangkal, diserai dangkal, diserai
pernapasan pernapasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut.
Nyeri, Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau
tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b) Riwayat penyakit sekarang. Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau
purulen, atau batuh darah; malaise; 13 anoreksia; sesak nafas; nyeri dada dapat
bersifat lokal atau pleuritic
c) Riwayat penyakit dahulu. Penyakit yang pernah dialami:
1) Kaji apakah klien memiliki riwayat penyakit paru dan penyakit menular atau
menurun lainnnya sebelumnya. Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit
paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan
penyakit paru obstruktif obstruktif kronik berisiko berisiko empat sampai enam
kali lebih besar terkena kanker paru 2) Alergi : Kaji alergi klien terhadap
makanan, obat, plester, dan lain-lain
3) Imunisasi : Kaji apakah klien mendapatkan imunisasi lengkap atau tidak
4) Kebiasaan/pola hidup/life style: Kebiasaan yang sangat berkaitan denga Ca
paru adalah kebiasaan merokok, menghirup asap rokok, zat karsinogen ,dan polusi
polusi udara. Merokok Merokok merupakan merupakan faktor yang berperan
berperan paling penting penting yaitu 85% dari seluruh seluruh kasus. Jika
terjadi terjadi pada lakilaki maka yang harus dikaji adalah: usia mulai merokok,
jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan
lamanya berhenti merokok. Jika terjadi pada wanita maka yang harus dikaji adalah
seberapa sering menghirup asap rokok atau terpapar zat lainnya
d) Riwayat kesehatan keluarga. Mengkaji apakah terdapat riwayat keluarga
sebelumnya yang mengidap Ca paru, penyakit menular, atau menuru paru,
penyakit menular, atau menurun dengan anggot n dengan anggota keluarga
perokok. a keluarga perokok.
Pengkajian pola yang bermasalah
e) Pemeriksaan persistem
B. Diagnosa Keperawatan
Dagnosa keperawatan yang mucul pada penyakit CA paru
1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d ronkhi /kering
2. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecedera fisiologis d.d tampak pasien
meringis
SLKI
SDKI SIKI
1. Bersihkan jalan nafas Setelah dilakukan OBSERVASI :
tidak efektif b.d sekresi intervensi keperawatan 1. Memonitor pola nafas
yang tertahan d.d selama 3 jam maka 2. Memonitor pola nafas
ronkhi kering\ bersihan jalan nafas 3. Memonitor kemampuan
membaik dengan kriteria batuk efektif
hasil : Batuk efektif 4. Memonitor adanya
meningkat sumbatan jalan nafas
1. Produksi sputum 5. Palpasi kesimetrisan paru
cukup menurun 6. Monitor saturasi oksigen
2. Mengi cukup 7. Monitor nilai AGD
menurun 8. Memonitor bunyi nafas
3. Gelisah cukup tambahan
menurun 9. Memonitor sputum
4. Susah berbicara TERAPEUTIK :
cukup menurun 1. Pertahankan kepatenan
5. Frekuensi nafas jalan nafas
cukup membaik 2. Atur interval
6. Pola nafas cukup pemantauan respirasi
membaik sesuai kondisi klien
3. Pengaturan posisi
4. Terapi oksigen
5. Berikan minum hangat
6. Lakukan fisioterapi
dada bila perlu
EDUKASI :
1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
TERAPEUTIK :
1. Fasilitasi
istirahat dan
tidur
2. Kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri ‘
3. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan
meredakan nyeri
4. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
EDUKASI :
1. Jelaskan penyebab nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
KOLABORASI :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu
C. Intervensi
Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan pada kasus CA PARU yang
berdasarkan buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI) ialah sebagai
berikut :
A. Bersihan jalan nafas membaik dengan kriteria hasil :
1. Batuk efektif meningkat
2. Produksi sputum cukup menurun
3. Mengi cukup menurun
4. Gelisah cukup menurun
5. Susah berbicara cukup menurun
6. Frekuensi nafas cukup membaik
7. Pola nafas cukup membaik
B. intoleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil :
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Saturasi oksigen meningkat
3. Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
4. Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
5. Jarak berjalan cukup meningkat
C. nyeri akut menurun dengan kriteria hasil :
1. Keluhan nyeri cukup menurun
2. Meringis cukup menurun
3. Sikap protektif cukup menurun
4. Gelisah cukup menurun
5. Kesulitan tidur menurun
6. Menarik diri menurun
D. Implementasi
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari
prilaku keperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asukahan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dan
di dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan biasanya mengikuti
komponen perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian, di banyak
lingkungan keperawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara langsung
setelah pengkajian. Sebagai contoh, implementasi segera diperlukan ketika perawat
mengidentifikasi kebutuhan klien yang mendesak, dalam situasi tertentu yakni seperti
henti jantung, kematian mendadak dari orang yang dicintai, atau kehilangan rumah
akibat kebakaran.
Implementasi adalah bersinambungan dan interaktif dengan komponen lain dari
proses keperawatan. Untuk implementasi yang efektif, perawat harus berpengetahuan
banyak tentang tipe-tipe interfensi, proses implementasi, dan metoda implamentasi
spesifik.
E. Implementasi
Dalam Potter (2005) proses evaluasi menentukan efektifitas asuhan keperawatan
meliputi beberapa unsur, yaitu yang pertama mengidentifikasikan kriteria dan standar
evaluasi, yang kedua mengumpulkan data untuk menentukan apakah kriteria dan
standar telah terpenuhi, ketiga, mengintepretasi dan meringkas data, keempat
mendokumentasikan temuan dan pertimbangan klinis, kelima menghentikan atau
meneruskan, atau merevisi rencana keperawatan.
a) Mengumpulkan data evaluatif Pada situasi klinik, data evaluasi harus
dikumpulkan dalam periode tertentu untuk menentukan adanya perubahan atau
perbaikan. 16
b) Interpretasi dan menyimpulkan temuan Perawat membuat penilaian tentang
kondisi pasien sesuai temuan dari apa yang diperoleh. Saat menginterpresikan
temuan, perawat membandingkan respon, gejala dan tanda yang diharapkan dengan
temuan di lapangan/data klien.
c) Modifikasi rencana keperawatan Modifikasi rencana keperawatan dilakukan jika
hasil evaluasi kita ada temuan baru yang mendukung timbulnya masalah
keperawatan baru. Sehingga perawat harus merevisi daftar diagnosis keperawatan,
dan Menyusun rencana keperawatan baru sesuai dengan masalah yang baru saja
ditemukan. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien tehadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu Evaluasi
Proses atau Formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, sedangkan
Evaluasi Hasil atau Sumatif dilakukan dengan membadingkan respon klien pada
tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang
berasal dari paru sendiri (primer). Ada dua jenis utama kanker paru di kategorikan
berdasarkan ukuran serta adanya sel ganas yang terlihat yaitu kanker paru karsinoma
bukan sel kecil/NSCLC ( Non Small Cell Lung Cancer Cancer ) dan kanker paru
karsinoma sel kecil/SCLC (Small Cell Lung Cancer Seperti umumnya kanker yang
lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, diketahui, tapi merokok
merokok dan paparan paparan atau inhalasi inhalasi berkepanjangan berkepanjangan
suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor resiko utama Dari etiologi
yang menyebabkan Ca paru ada 2 jenis menyebabkan Ca paru ada 2 jenis yaitu primer
dan se yaitu primer dan sekunder. Primer yaitu berasal dar kunder. Primer yaitu
berasal dari merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll dan sekunder berasal dari
metastase organ lain
B. Saran
Untuk mencegah terjadinya Ca paru sebaiknya kita lebih menjaga pola hidup kita, di
mulai dari makanan serta menghindari segala sesuatu yang merupakan faktor
penyebab ter penyebab terjadinya Ca jadinya Ca paru, misalnya misalnya merokok,
dan merokok, dan perbanyak olahraga perbanyak olahraga di waktu lu
DAFTAR PUSTAKA
Aribimes,2018, Analisis Ketahanan Hidup Pasien Kanker Paru Di Rsup Dr. M. Djamil Kota
Padang Kota Padang http://scholar.unand.ac.id/39657/1/BAB%2
http://scholar.unand.ac.id/39657/1/BAB%201%20Pendah 01%20Pendahuluan (Diakses pada
15 oktober 2020)
Guyton A.C. and J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Fisiologi Kedokteran Kedokteran.
Edisi 9. Jakarta: EGC
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar diagnosis keperawatan indonesia definisi dan
indikator diagnostik. Jakarta: Dewan pengurus PPNI