Makalah: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kanker Paru Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER PARU DALAM


PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN

DISUSUN OLEH :

Dita Cahayani Septiriana

1926010008

Kelas : Keperawatan VI A

DOSEN PENGAMPU

Ns. Tuti Anggraini, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Kanker Paru Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigen”, yang kami
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu, penulis mengambil tema tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Kanker Paru Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigen” ini dengan harapan makalah ini dapat
digunakan dan bermanfaat bagi semua orang. Penulis pun menerima kritik ataupun saran
yang dapat membantu penulis memperbaiki makalah ini.

Bengkulu, Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................................2
D. Manfaat.........................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Teoritis Penyakit
a) Definisi ................................................................................................................3
b) Etiologi ...............................................................................................................5
c) Klasifikasi ............................................................................................................6
d) Patofisiologi ........................................................................................................8
e) Manifestasi Klinis ...............................................................................................9
f) WOC ....................................................................................................................11
g) Pemeriksaan Diagnostik ......................................................................................12
h) Penatalaksanaan...................................................................................................13
i) Komplikasi ..........................................................................................................16

BAB III ANALISIS KASUS


A. Kasus...........................................................................................................................17

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................27
B. Saran...........................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini terdapat lima penyakit paru (Big Five) dengan insiden terbesar yaitu karsinoma
paru, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), tuberkulosis, pneumonia dan asma. Karsinoma
paru atau yang umumnya dikenal sebagai kanker paru merupakan tumor ganas epitel primer
saluran nafas terutama bronkus yang dapat menginvasi struktur jaringan di sekitarnya dan
berpotensi menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan sistem limfatik (Agustia,
2018).
Kanker paru merupakan kanker paling umum kedua dan penyebab utama kematian akibat
kanker di Amerika Serikat. Diperkirakan terjadi 247.270 kasus baru kanker paru pada tahun
2020, dengan 130.340 kasus laki-laki dan 116.930 kasus perempuan. Meskipun terjadi
penurunan angka kematian akibat pembatasan penggunaan tembakau dan efek dari
diperkenalkannya pedoman skrining, akan tetapi tetap diperkirakan sekitar 140.730 kematian
akibat kanker paru pada tahun 2020.
Penyebab pasti dari kanker paru belum diketahui secara jelas. Paparan atau inhalasi
berkepanjangan terhadap suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab
utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lainlain. Dari
beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan
dengan kebiasaan merokok. Lombard dan Doering telah melaporkan tingginya insiden kanker
paru pada perokok dibandingkan yang tidak merokok., Manifestasi klinis yang dapat
ditemukan antara lain sesak nafas, batuk, nyeri dada, nyeri tulang belakang, hemoptisis,
anoreksia, penurunan berat badan yang signifikan, lemah badan, dan obstruksi vena cava.
Pembagian praktis berdasarkan hasil histopatologik terdiri atas small cell lung cancer (SCLC)
dan non small cell lung cancer (NSCLC) yang terbagi atas karsinoma sel skuamosa,
adenokarsinoma, karsinoma bronkoalveolar dan karsinoma sel besar.
Factor genetic berperan dalam perkembangan kanker paru-paru dengan meta-analisis
yang menunjukan bahwa risiko 82% lebih tinggi pada mereka yang saudara kandungnya telah
di diagnosis menderita kanker paru-paru. Setelah penyesuaian untuk merokok dan pembaur
potensial lainnya. Insiden kanker paru meingkat seiiring bertambahnya usia dan median usia
diagnosis di Inggris dan Wales adalah 72 tahun untuk wanita dan 73 tahun untuk pria pada
tahun 2016. Meskipun kanker paru-paru ranag terjadi dibawah usia 40 tahun, dokter tidak

1
2

boleh mengabaikan kemungkinan kanker paru-paru pada pasien yang lebih muda. Dikuti
dalam jurnal (Bradley et al., 2019) yang berujudul Recognising Lung Cancer In Primary
Case.
Dalam Jurnal (Saputri & Oktariani, 2020) menyebutkan bahwa Kanker paru
(bronchogenic carcinoma) merupakan penyebab tertinggi di dunia diperkirakan bahwa pada
tahun 2030 penderita kanker dapat mencapai 26 juta orang meninggal dunia karena kanker.
Diperkirakan insiden kanker paru di Amerika Serikat oleh American Cancer Society tahun
2018 adalah 234.030 kasus baru untuk kanker paru-paru yakni 121.680 pada pria dan 112.680
pada wanita (American Cancer Society, 2018). RISKESDAS mencatat terdapat prevalensi
kanker pada tahun 2018 di Indonesia sebesar 1,8% (Kemenkes, 2018).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teoritis Kanker Paru?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kanker Paru?

C. Tujuan
Tujuan Umum
Dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Kanker Paru serta asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan terhadap pasien dengan masalah Kanker Paru.
Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu mengetahui teori Kanker Paru
2) Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Kanker Paru

D. Manfaat
1. Untuk mengetahui konsep teoritis pada Kanker Paru
2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien Kanker Paru
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Kanker paru (CA Paru) merupakan tumor ganas yang berasal dari saluran pernafasan
yang sebagian besar disebabkan karena asap rokok dan polusi udara. Kanker paru merupakan
tumor ganas paru yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas,
dan merusak sel – sel jaringan normal. Kanker paru masih menjadi salah satu masalah
kesehatan di Indonesia disebabkan angka merokok yang masih tinggi pada masyarakat.
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan didunia dan mencapai 13% dari semua
diagnosis kanker. Selain itu kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian akibat
kanker (Kemenkes,2016). Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) atau dari luar paru. Dalam pengertian klinik
yang dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel
bronkus (karsinoma bronkus = bronchogenic carcinoma) (Komite Penanggulangan Kanker
Nasional, 2018) dikutip dalam jurnal (Saputri & Oktariani, 2020).

Tingginya angka kejadian kanker paru telah dihubungkan dengan kebiasaan merokok
yang menjadi faktor risiko utama pada kanker paru.2 Rokok diketahui memiliki kandungan
zat karsinogen dan promotor tumor yang dapat menginisiasi terjadinya perubahan sel normal
menjadi sel kanker. Seorang perokok aktif mempunyai risiko untuk terkena kanker paru-paru
20 kali lebih besar daripada perokok pasif atau bukan perokok.3 Selain rokok sebagai faktor
risiko utama, faktor risiko kanker paru lainnya yaitu paparan lingkungan terhadap bahan
kimia karsinogenik seperti polusi udara (asap bakaran dan asap kendaraan) termasuk
secondhand dan thirdhand smoker yang terpapar asap rokok dari lingkungan sekitarnya.
Selain itu, faktor genetik, asupan diet, dan infeksi saluran napas berperan dalam 10-15%
kasus kanker paru. (Purnamawati et al., 2021).

Menurut American Cancer Society (ACS) pada tahun 2021 kanker paru memiliki
insidensi terbanyak kedua dengan angka kematian tertinggi di dunia. Penyebab kanker paru
diklasifikasikan menjadi dapat dirubah dan tidak dapat dirubah, penyebab yang dapat dirubah
terdiri dari rokok, radon, asbestos, silika, dan yang lainnya. Sedangkan penyebab yang tidak
dapat dirubah terdiri dari genetik, terapi radiasi sebelumnya, dan polusi udara. Interaksi
berbagai faktor tersebut dalam rentang waktu yang lama akan menginduksi terjadinya mutasi

3
4

pada berbagai gen seperti epidermal growth factor receptor (EGFR) dan KRAS sehingga
menyebabkan terbentuknya sel kanker yang tidak terkontrol. (Neng Resa Aulia Tulloh &
Andriane, 2022)

Menurut data Globocan 2018, kanker paru memiliki tingkat kejadian dan angka kematian
tertinggi di dunia, terutama Asia. Di Indonesia, kanker paru menempati peringkat ketiga
untuk prevalensi kejadian (8,6%) dan tingkat kematiannya (12,6%) menduduki posisi
pertama (WHO, 2018). Patofisiologi kanker paru terutama diduga akibat terjadi paparan
berulang dari karsinogen yang berpengaruh terhadap sintesis protein dan mutasi genetik.
Contoh mutasi yang terjadi pada kanker paru yaitu gen p16 untuk non small cell lung cancer
(NSCLC), serta gen p53 pada small cell lung cancer (SCLC). Perbedaan kedua tipe tersebut
terletak pada kemampuan metastasis SCLC yang dapat menyebar lebih jauh dibandingkan
NSCLC, akibat ukuran sel kanker lebih kecil (Priyantono, Brigitta. Subarnas, 2021).

Dalam Jurnal (Barta et al., 2019). Di AS, insiden kanker paru-paru pada pria mencapai
puncaknya pada 1980-an, diikuti oleh penurunan berikutnya, dengan pola serupa pada wanita
setelah 20 tahun kemudian . Thun dkk. menemukan bahwa pada tahun 1960-an, risiko relatif
kematian akibat kanker paru-paru pada perokok dibandingkan non-perokok lebih dari empat
kali lebih tinggi pada pria daripada wanita. Dalam 40 tahun sejak itu, risiko wanita telah
meningkat tajam, menjadi hampir identik dengan pria. Kematian akibat kanker paru-paru
pada pria kini menurun rata-rata 2,9% per tahun dengan persentase penurunan kira-kira dua
kali lipat dari wanita. Berkenaan dengan perbedaan antara kelompok ras dan etnis, kulit putih
dan kulit hitam non-Hispanik memiliki insiden dan tingkat kematian tertinggi. Secara
khusus, laki-laki kulit hitam memiliki kematian tertinggi, kira-kira dua kali lipat dari orang
Asia Amerika, kelompok dengan kematian spesifik kanker terendah. Kesenjangan ras dan
etnis ini sebagian besar disebabkan oleh perbedaan prevalensi merokok, serta tingkat reseksi
yang lebih rendah dan kemungkinan stadium lanjut yang lebih tinggi saat diagnosis pada
minoritas.

Dikutip dalam jurnal (Saputri & Oktariani, 2020) Penderita kanker paru akan mengalami
dampak biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Respon psikologis yang dialami penderita
kanker paru bervariasi. Penderita akan bosan dengan program pengobatan kanker paru yang
lama serta cemas terhadap keadaan penyakitnya. Selain itu, penderita akan mengalami
kelemahan fisik dalam beraktivitas karena sesak nafas (Padila, 2013). Keluhan sesak nafas
secara signifikan mempengaruhi mood, aktivitas, ambulasi dan enjoyment life pasien (Xue &
5

Abernathy, 2010). Pola nafas tidak efektif yang disebabkan oleh sesak nafas (dispneu)
menyebabkan masalah pada salah satu kebutuhan dasar yaitu kebutuhan dasar oksigenasi.

B. Etiologi

Dalam jurnal Laporan Kasus Kanker Paru (Joseph & Rotty, 2020) menyebutkan
penyebab pasti dari kanker paru belum diketahui secara jelas. Paparan atau inhalasi
berkepanjangan terhadap suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab
utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lainlain. Dari
beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan
dengan kebiasaan merokok. Lombard dan Doering telah melaporkan tingginya insiden kanker
paru pada perokok dibandingkan yang tidak merokok.

Etiologi lain dari kanker paru yang pernah di laporkan adalah


a. Paparan zat karsinogen
 Asbestos, sering menimbulkan mesotelioma
 Radiasi ion pada pekerja tambang uranium
 Radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida
b. Polusi udara.
Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang banyak polusi udaranya
dibandingkan yang tinggal di daerah rural.
c. Genetik.
Terdapat perubahan /mutasi beberapa gen yang berperanan dalam kanker paru,
yakni: proto oncogen, Tumor supressor gene, Gene encoding enzyme
d. Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari dari tampilnya gen supresor tumor dalam
genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresortumor dengan cara
menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/inS) sebagian susunan
pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam
anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah programmed cell
death) Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal
ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang
otonom.Rokok selain sebagai inisiator juga merupakan promotor dan
progresor, dan rokok diketahui sangat berkaitan (terbesar) dengan terjadinya
kanker paru. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetik yang pada
6

permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan
sekitarnya bahkan mengenai organ lain.
e. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena
kanker paru

Penelitian menunjukkan bahwa resiko terkena kanker paru-paru akibat merokok


meningkat sesuai dengan jumlah banyaknya rokok yang diisap perhari atau pertahun. Karena
di dalam asap rokok terkandung lebih dari 7.000 zat kimia, dengan lebih dari 250 zat
diantaranya aktif mempunyai resiko untuk terkena kanker paru-paru 20 kali lebih besar dari
perokok pasif atau bukan perokok. Menjadi perokok pasif juga salah satu faktor risiko
penyebab terkena kanker paruparu, meskipun dalam jumlah yang lebih sedikit. Perokok pasif
juga adalah orang yang menghirup udara yang terkontaminasi oleh sisa asap rokok yang
dihembuskan oleh perokok aktif. Sisa asap rokok menyebabkan lebih dari 600.000 kasus
kematian prematur setiap tahunnya. Di Amerika terjadi lebih dari 7.300 kasus kematian
karena kanker paru-paru akibat sisa asap rokok (menjadi perokok pasif) selama tahun 2005-
2009 (Al Maududi, 2020)

C. Klasifikasi

Dalam jurnal (Purnamawati et al., 2021) Secara histolopatologik, kanker paru


diklasifikasikan menjadi 3 kategori utama yaitu kanker paru karsinoma bukan sel kecil
(KPKBSK) sekitar 75% dari seluruh kasus, kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK)
sekitar 20% , dan tipe campuran (mixed type) sekitar 5%.

Karsinoma bukan sel kecil dibagi lagi menjadi beberapa subkategorik yaitu
adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, dan tipe varian kecil lainnya. Dari jenis ini,
adenokarsinoma merupakan tipe yang paling sering ditemukan. Pada perokok, terjadinya
kanker paru diinisiasi oleh paparan zat yang mengandung Benzo(a) Pyrene (BaP) yang
bersifat karsinogenik, BaP merupakan senyawa kimia yang bersifat lipofilik sehingga dapat
menembus membran sel lipid bilayer. Selanjutnya BaP akan memasuki sel epitel bronkus,
lalu mengalami metabolisme oleh enzim-enzim metabolisme xenobiotik. Hasil dari
metabolisme BaP akan menghasilkan suatu senyawa yang mutagenik yaitu BP-7,8-
6

dihydrodiol-9,10- epoxide (BPDE). Senyawa ini bersifat reaktif dan dapat berikatan dengan
DNA membentuk DNA adduct yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi genetic.
7

Menurut Tim Cancer Helps (2010 : 64) Kanker paru terdiri atas dua jenis yaitu, Small
Cell Lung Cancer (SCLC) dan Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC). Lebih dari 80% kasus
kanker paru merupakan NSCLC dengan subkategori adenokarsinoma, karsinoma, squamosa
dan karsinoma sel besar.
Kanker paru-paru dibagi menjadi dua kategori histologis yang luas: karsinoma paru-paru
non-sel kecil (NSCLC) dan karsinoma paru-paru sel kecil (SCLC). NSCLC mewakili lebih
dari 80 sampai 85% dari kanker paru-paru dimana sekitar 40% adalah adenokarsinoma, 25
sampai 30% adalah karsinoma sel skuamosa, dan 10 sampai 15% adalah karsinoma sel besar.
Karsinoma bronkioloalveolar (BAC) adalah klasifikasi histologis yang berbeda yang
mewakili sub-kelompok adenokarsinoma dan telah digantikan dengan adenokarsinoma in
situ, adenokarsinoma invasif minimal, dan adenokarsinoma paru invasif .Subtipe histologis
yang kurang umum lainnya termasuk karsinoma adenoskuamosa, karsinoma sarkoma
pleomorfik, karsinoma neuroendokrin sel besar, dan tumor karsinoid. (Matthew B. Schabath,
2019)
1. Non-Small Cell Lung ( NSCLC)
Kanker paru jenis ini terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a. Karsinoma squamosa
Jenis kanker yang paling umum terjadi.proses ini berkembang di dalam sel
yang menggarisi saluran udara. NSCLC merupakan jenis kanker yang sering
terjadi. Penyebab utamanya adalah rokok.
b. Adenokarsinoma
Jenis kanker paru yang berkembang dari sel – sel yang memproduksi lender
atau dahak di permukaan saluran udara. jenis ini lebih umum terjadi.
c. Karsinoma sel besar
Salah satu jenis sel kanker paru yang apabila dilihat di bawah mikroskop
bentuk bundar besar. Sering juga di sebut undiferentiated carcinoma.
NSCLC berfungsi sebagai model untuk keberhasilan penerapan "pengobatan
presisi" atau konsep penggunaan analisis genetik lanjutan dari tumor pasien
untuk mendapatkan rencana terapi individual yang kontras dengan rejimen
pengobatan kanker yang ditetapkan secara pasti, terutama berdasarkan organ
asal. Uji Coba NCI-MATCH (Analisis Molekuler untuk Pilihan Terapi) adalah
contoh uji klinis kedokteran presisi tingkat lanjut, di mana pengurutan genom
tumor pasien dilakukan. Rejimen pengobatan kanker diturunkan berdasarkan
temuan genom, bukan organ di mana kanker berasal. Kemajuan lebih lanjut
8

dalam pengobatan presisi bergantung pada pengembangan tes diagnostik baru,


yang diperlukan untuk memberikan umpan balik (sebaiknya kuantitatif) kepada
ahli onkologi mengenai kemanjuran terapi. (Nooreldeen & Bach, 2021)

2. Small Cell Lung (SCLC)


Small Cell Lung Cancer (SCLC) berasal dari sel prekursor
neuroendokrin dan memiliki karakteristik pertumbuhan sel yang sangat cepat
serta tak terkendali. Konsumsi rokok berhubungan erat dengan SCLC karena
beberapa penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian besar penderita
SCLC memiliki riwayat merokok Akibatnya, peningkatan angka perokok
beberapa tahun belakangan ini disertai pula dengan peningkatan angka
kejadian dan kematian oleh SCLC (Sari et al., 2018)

Kanker paru-paru sel kecil (SCLC) menyumbang sekitar 15% dari


semua kanker paru-paru dan merupakan penyebab utama kematian akibat
kanker di antara pria dan penyebab utama kedua kematian akibat kanker di
kalangan wanita di seluruh duni. Prognosis pasien dengan SCLC suram
dengan tingkat kelangsungan hidup 5 tahun kurang dari 5% dan rata-rata
periode kelangsungan hidup keseluruhan hanya 2-4 bulan untuk pasien yang
tidak menerima pengobatan aktif. Faktor risiko utama untuk SCLC tetap
merokok tembakau, yang juga terkait dengan beban mutasi yang tinggi pada
penyakit ini. Deteksi dini SCLC merupakan tantangan karena kurangnya
gejala spesifik dan pertumbuhan tumor yang cepat, membuat pendekatan saat
ini untuk skrining tidak efektif dalam mendiagnosis pasien pada tahap awal
penyakit. Dalam Jurnal (Sen Yang, 2019).

D. Patofisiologi

Dari etiologi yang menyebabkan CA paru yaitu berasal dari merokok, genetik, penyakit
paru, polusi udara, paparan zat kimia. Etiologi ini menyebabkan karsionogen mengendap atau
zat yang dapat menyebabkan pertumbuhan sel kanker atau awal mula pertumbuhan sel
kanker. Dengan adanya pengendapan karsionogen maka akan menimbulkan
peradangan/penebalan zat bakteri kanker sehingga menyumbat jalan napas dan menyebabkan
sesak napas, pola napas tidak fektif, kanker paru. Pada pasien yang mengalami sesak napas
9

akan menolak untuk makan dan dan defisit nutrrisi, pada pasien yang mengalami pola napas
tidak efektif akan merasa lemah dan intoleransi aktivitas, sedangkan pada pasien kanker paru
karsinoma sel besar akan terjasi penyebaran neoplastik ke mediastinum sehingga timbul area
pleuritik dan menyebabkan nyeri akut.

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan dysplasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan dysplasia menembus ruang pleura,
biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebrae.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi
menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus dengan diiikuti dengan supurasi dibagian distal.
Gejala-gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dyspneu, demam, dan dingin.
Wheezing unilateral dapat terdengar pada saat auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan
berat badan dan biasanya menunjukan adanya metastase, khususnya pada hati dan pancreas
sehingga akan menghambat produksi hormone ghrelin yang mengatur terkait napsu makan.
Kanker paru dapat bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding
esophagus yang menyebabkan disfagia hingga penurunan napsu makan, pericardium, otak,
dan tulang rangka yang akan menimbulkan nyeri (Salli, 2019)

E. Manifestasi Klinis

Berdasarkan jurnal (Ekowati, 2018) yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Kanker Paru Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Sesak nafas membuat seseorang tidak
nyaman dan sulit melakukan aktivitas. Keluhan ketidakefektifan pola nafas umum dirasakan
pasien kanker, diperkirakan sekitar 15% - 55% pada saat pasien didiagnosis dam sekitar 18%
- 79% pada minggu terakhir kehidupan pasien (Huhman & camporeale, 2012).

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala klinis.Bila sudah
menunjukkan gejala berarti pasien sudah dalam stadium lanjut (Agustia, 2018)
a. Gejala dapat bersifat local( tumor tumbuh setempat) :
a) Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b) Hemoptisis
c) Mengi(wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas
d) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
b. Invasi local
10

a) Nyeri dada
b) Dispnea karena efusi pleura
c) Sindrom vena cava superior
c. Gejala penyakit metastasi
a) Pada otak, tulang, hati, adrenal
b) Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)
d. Sindrom paraneoplastik( terdapat pada 10 % kanker paru ) dengan gejala :
a) Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
b) Hematologi : leukositosi, anemia
c) Neurologic : ataksia, tremor
d) Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid ( hiperkalasemia )
e. Asimtomatik dengan kelainan radiologis
a) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara
radiologis
b) Kelainan berupa nodul soliter

Dalam jurnal (Saputri & Oktariani, 2020) Penderita kanker paru akan mengalami
dampak biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Respon psikologis yang dialami penderita
kanker paru bervariasi. Penderita akan bosan dengan program pengobatan kanker paru yang
lama serta cemas terhadap keadaan penyakitnya. Selain itu, penderita akan mengalami
kelemahan fisik dalam beraktivitas karena sesak nafas (Padila, 2013). Keluhan sesak nafas
secara signifikan mempengaruhi mood, aktivitas, ambulasi dan enjoyment life pasien (Xue &
Abernathy, 2010). Pola nafas tidak efektif yang disebabkan oleh sesak nafas (dispneu)
menyebabkan masalah pada salah satu kebutuhan dasar yaitu kebutuhan dasar oksigenasi.

Manifestasi klinis yang dapat ditemukan antara lain sesak nafas, batuk, nyeri dada,
nyeri tulang belakang, hemoptisis, anoreksia, penurunan berat badan yang signifikan, lemah
badan, dan obstruksi vena cava. Pembagian praktis berdasarkan hasil histopatologik terdiri
atas small cell lung cancer (SCLC) dan non small cell lung cancer (NSCLC) yang terbagi atas
karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma bronkoalveolar dan karsinoma sel
besar. (Joseph & Rotty, 2020).
11

F. WOC

Paparan
Merokok Genetik Penyakit paru Polusi udara
zat kimia

Karsionogen mengendap

Penebalan zat bakteri


kanker

Menyumbat jalan napas

Sesak napas Pola napas tidak Kanker paru


efektif

Malas makan Mersa lemah Karsinoma besar

Defisit nutrisi Intoleransi aktivitas Neoplastik ke


mediastinum

Area pleuritik

Nyeri akut
12

G. Pemeriksaan Diagnositik
a. CT-scan dan MRI
Pemeriksaan CT-scan dada lebih sensitif dibandingkan dengan foto
dada PA karena dapat mendeteksi massa ukuran 3 mm. MRI dilakukan untuk
mengetahui penyebaran tumor ke tulang belakang.
b. Foto dada secara postero-anterior
Pada foto dada PA dapat dilihat adanya gambaran massa di daerah
hilus atau parahiler atau apeks, lesi parenkim, obstruksi, kolaps didaerah
peripleura dan pembesaran mediastinum.
c. Pemeriksaan sitologi sputum
Pemeriksaan sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada keluhan
seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif
karena ia tergantung dari :
a) Letak tumor terhadap bronkus
b) Waktu pemeriksaan sputum ( sputum harus segar) Pemeriksaan sitologi
lain untuk diagnostic kanker paru dapat dilakukan pada cairan pleura, aspirasi
kelenjar getah bening servikal, supraklavikula, bilasan dan sikatan bronkus
pada bronkoskopi.
d. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi merupakan standar baku penegakan
diagnosis kanker paru. Pengumpulan bahannya dapat melalui bronkoskopi,
biopsy transtorakal, torakoskopi, mediastinoskopi dantorakotomi.Hasil
pemeriksaan dapat mengklasifikasikan tipekanker.SCLC ditandai dengan
gambaran yang khas dari sel kecil mirip gandum dengan sitoplasma yang
sedikit dalam sarang-sarang atau kelompok tanpa organisasi skuamosa atau
glandular.
Pada SCC ditandai dengan variasi sel-sel neoplasma yang berkeratin
yang berdiferensiasi baik sampai dengan tumor anaplastik dengan beberapa
fokus diferensiasi.Pada adenokarsinoma ditandai dengan sel-sel kanker
berbentuk sel kelenjar dengan produksi musin dan dikelilingi dengan jaringan
desmoplastik di sekitarnya.Sedangkan pada karsinoma sel besar menunjukkan
gambaran histologi yang aneh dan tidak khas selain ketiga jenis lainnya, bisa
dalam bentuk skuamosa dan glandular dengan diferensiasi buruk dengan
seldatia, sel jernih dan varian sel berbentuk kumparan di dalamnya.
13

e. Pemeriksaan serologi
Beberapa petanda kanker paru yang dipakai sebagai penunjang diagnosis
yaitu CEA (carcinoma embryonic antigen), NSE(neuron-spesific enolase)
dan Cyfra 21-1(Cytokeratin fragment19).
f. Pemeriksaan bone scanning
Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis ke tulang.
Insedens metastasis tumor non small cell lung cancer ( NSCLC ) ke tulang
dilaporkan sebesar 15 % (Agustia, 2018)

H. Penatalaksanaan
Pengobatan kanker paru dibagi berdasarkan jenisnya antara NSCLC dan SCLC.
Umumnya terapi yang diberikan berdasarkan stadium kanker itu sendiri, yaitu antara
lain pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Kemoterapi digunakan sebagai terapi
baku untuk pasien kanker paru mulai dari stadium III A dan untuk pengobatan
paliatif.
Keperawatan
- Penatalaksanaan keperawatan adalah Terapi Oksigen. Jika terjadi hipoksemia,
perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau nasal kanula sesuai dengan
permintaan. Bahkan jika Tn.K tidak terlalu jelas hipoksemianya, dokter dapat
memberikan oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan
kecemasan.
- Monitor asupan dan keluaran sertapertahankan hidrasi
- Anjurkan mobilisasi secara dini
- Periksa tanda tanda vital dan awasi serta laporkan bila terjadi respirasi
abnormal dan perubahan lainnya.
- Lakukan penghisapan secret sesuai kebutuhan dan anjurkan untuk melakukan
pernapasan dalam dan batuk sesegera mungkin. Periksa sekresi lebih sering.

Medis

- Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
14

- Toraktomi
eksplorasi Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau
toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
- Pneumonektomi (pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
- Lobektomi (pengangkatan lobus paru)
- Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau
bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
- Radiasi
- Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/
bronkus.
- Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta
untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

Nonfarmakologis

Dalam Jurnal (Neng Resa Aulia Tulloh & Andriane, 2022) yang berujudul Sediaan
Nanopartikel Alginat Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata Linn) Memiliki
Efek Antikanker pada Kultur Sel Kanker Paru . Tatalaksana kanker paru terdiri dari
pembedahan, kemoterapi dan radioterapi. Kemoterapi menjadi metode pengobatan
yang paling banyak digunakan karena dapat diaplikasikan pada berbagai stadium
bahkan dapat digunakan sebagai terapi paliatif. Meskipun kemoterapi efektif dan
memiliki modalitas tinggi akan tetapi resistensi obat yang tinggi dengan efek samping
yang luas menjadi kekurangan kemoterapi, sehingga pemengembangan faramakologi
terus dilakukan untuk menemukan obat antikanker yang lebih baik.

Strategi yang banyak dilakukan dan terus dieksplorasi sebagai langkah untuk
mengatasi kekurangan kemoterapi adalah pengembangan fitofarmaka. Daun sirsak
menjadi salah satu bahan alam yang banyak diteliti karena memiliki efek antikanker.
Berbagai senyawa yang terkandung di dalam daun sirsak seperti flavonoid,
15

annonaceous acetogenin (AGE), dan phenolic acid terbukti menjadi subtansi yang
mampu menghambat proliferasi sel dan meningkatkan apoptosis sel. Untuk
memisahkan senyawa yang terkandung di dalam daun sirsak maka diperlukan proses
ekstraksi. Pada proses ekstraksi membutuhkan suatu pelarut, etanol menjadi salah satu
pelarut yang banyak digunakan karena memiliki kepolaran yang sama dengan
senyawa aktif di dalam daun sirsak

Pengembangan ekstrak etanol daun sirsak dalam bentuk nanopartikel diharapkan


mampu meningkatkan efek senyawa aktif daun sirsak. Nanopartikel memiliki
keunggulan permeabilitas membran yang tinggi karena ukurannya yang sangat kecil
(1−100 nm), selain itu stabilitas metabolic yang tinggi, dan bioavailabilitas yang lebih
besar. Nanomaterial yang banyak digunakan dalam proses pembuatan nanopartikel
adalah alginat. Alginat merupakan nanomaterial polimer yang memiliki viskositas
yang baik dan stabilitas yang tinggi.

Menurut Komite Penanggulangan Kanker Nasional (2018), tatalaksana kanker


paru-paru terbagi menjadi dua yaitu:

1. Bedah Modalitas ini adalah terapi utama utama untuk sebagian besar KPBSK,
terutama stadium I-II dan stadium IIIA yang masih dapat direseksi setelah
kemoterapi neoadjuvan. Jenis pembedahan yang dapat dilakukan adalah
lobektomi, segmentektomi dan reseksi sublobaris. Pilihan utama adalah
lobektomi yang menghasilkan angka kehidupan yang paling tinggi. Namun, pada
pasien dengan komorbiditas kardiovaskular atau kapasitas paru yang lebih
rendah, pembedahan segmentektomi dan reseksi sublobaris paru dilakukan.
2. Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana kanker
paru. Radioterapi dalam tatalaksana Kanker Paru Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
dapat berperan di semua stadium KPKBSK sebagai terapi kuratif definitif, kuratif
neoajuvan atau ajuvan maupun paliatif.
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant pada stadium dini,
atau sebagai adjuvant pasca pembedahan. Terapi adjuvant dapat diberikan pada
KPKBSK stadium IIA, IIB dan IIIA. Pada KPKBSK stadium lanjut, kemoterapi
dapat diberikan dengan tujuan pengobatan jika tampilan umum pasien baik
16

(Karnofsky >60; WHO 0-2). Namun, guna kemoterapi terbesar adalah sebagai
terapi paliatif pada pasien dengan stadium lanjut.

I. Komplikasi

Kanker paru-paru yang telah menyebar hingga ke bagian tubuh lain, seperti otak,
tulang, hati, dan kelenjar getah bening, dapat menimbulkan komplikasi seperti:

 Efusi pleura, yaitu penumpukan cairan di selaput paru-paru


 Gangguan saraf
 Deep vein thrombosis
 Penyakit jantung
 Emboli paru
 Patah tulang belakang
 Kadar kalsium tinggi dalam darah
 Kadar natrium rendah dalam darah

Kanker paru-paru juga dapat menyebabkan sindrom superior vena cava.


Komplikasi ini terjadi jika tumor muncul dibagian atas paru-paru dan menekan vena
besar yang bertugas mengembalikan darah dari tubuh bagian atas jantung. Tekanan
pada vena besar ini menyebabkan aliran darah terhambat dan memicu munculnya
gejala, seperti pembengkakan di wajah, lengan, dan tubuh bagian atas, sakit kepala,
serta sesak napas.
16
BAB III

KASUS

Tn. K berusia 54 tahun datang ke IGD M.Yunus pada tanggal 20 juli 2022 dengan
keluhan sesak nafas yang tidak tertahan, batuk ,berdahak ,mual, muntah, sebelumnya Tn.K
sudah merasakan sesak seminggu yang lalu. Tn.K mengatakan nafasnya masih sesak, dan
mengeluh susah bernafas karena adanya dahak di tenggorokan, jika posisi terlentang
sesaknya bertambah, Tn.K juga mengatakan susah melakukan aktivitas, sehingga
aktivitaspun di bantu oleh keluarga, dan Tn.K mengatakan nafsu makan berkurang, Tn.K pun
mengatakan makanan yang di sediakan sering tidak habis, dan badannya lemas, Tn.K juga
mengatakan susah untuk tidur karena sesak, mengeluh tidak puas tidur, waktu istirahatnya
berkurang dan tidak cukup, dan badannya terasa lemah, Tn.K mengatakan tidak nyaman
terasa pada badan dan rambut Tn.K karena berminyak terakhir lap badan 4 hari yang lalu,dan
badan terasa gatal,Tn.K juga mengatakan nyeri di bagian luka lecet pada bagian pinggul
(lebar luka 4 cm dan skala nyeri 2),dan luka terasa tidak nyaman. Tn. K tampak gelisah.

Pada pemeriksaan fisik, kesadaran pasien yaitu Compos Mentis dengan GCS : 15 ,E : 4
(respon membuka mata dengan spontan), M : 6 (respon motorik mampu melakukan tahan
yang diberi), V : 5 (respon verbal baik). Hasil pengkajian TD : 128/85 mmHg, nadi :
90x/menit, S: 37,5, P: 28x/menit.

Tn.K memiliki riwayat penyakit TB paru+PPOK sejak 2 tahun yang lalu dan Tn.K dirawat 2
bulan yang lalu di ruang rawat inap paru RS M. Yunus dengan TB+PPOK,Tn.K pun
menjalani terapi pengobatan setelah di rawat.

A. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas
a) Nama : Tn.K
b) Umur : 54 Tahun
c) Jenis Kelamin : Laki-laki

2. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang

17
18

Tn.K mengatakan nafasnya masih sesak, dan mengeluh susah bernafas


karena adanya dahak di tenggorokan, jika posisi terlentang sesaknya
bertambah, Tn.K juga mengatakan susah melakukan aktivitas, sehingga
aktivitaspun di bantu oleh keluarga, dan Tn.K mengatakan nafsu makan
berkurang, Tn.K pun mengatakan makanan yang di sediakan sering tidak
habis, dan badannya lemas, Tn.K juga mengatakan susah untuk tidur karena
sesak, waktu istirahatnya berkurang, dan badannya terasa lemah, Tn.K
mengatakan tidak nyaman terasa pada badan dan rambut Tn.K karena
berminyak terakhir lap badan 4 hari yang lalu,dan badan terasa gatal,Tn.K
juga mengatakan nyeri di bagian luka lecet pada bagian pinggul (lebar luka 4
cm dan skala nyeri 2),dan luka terasa tidak nyaman
b) Riwayat kesehatan dahulu
Tn.K memiliki riwayat penyakit TB paru+PPOK sejak 2 tahun yang
lalu dan Tn.K dirawat 2 bulan yang lalu di ruang rawat inap paru RS M.
Yunus dengan TB+PPOK,Tn.K pun menjalani terapi pengobatan setelah di
rawat.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Tn.K mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang
sama ataupun penyakit keturunan lainnya.

3. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Komposmentis
GCS : 15,
E : 4 (respon membuka mata dengan spontan),
M : 6 (respon motorik mampu melakukan tahan yang diberi),
V : 5 (respon verbal baik).
Tanda-tanda vital
TD : 128/85 mmHg,

Nadi : 90x/menit,

S : 37,5,

P : 28x/menit.

a) Kepala
19

Rambut : Rambut Tn.K warna hitam dan sedikit beruban,terdapat kerontokan


pada rambut pasien,dan rambut Tn.K tampak berminyak,dan rambut Tn.K
tampak ada ketombe,tidak terdapat kutu pada rambut Tn.K.
Mata : Pupil Tn.K tampak isokor,dan reflek cahaya +/+ diameter 3mm,dan
mata Tn.K tampak bersih,tidak ada keluhan penglihatan,alat bantu (-).
Telinga : Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, Telinga Tn.K
bersih, tidak ada pembengkakan atau nyeri tekan pada telinga pasien.
Hidung : Hidung Tn.K tampak bersih,tidak ada kelainan penciuman dan
hidung Tn.K tampak terpasang oksigen 4 liter/i menggunakan nasal kanul.
Mulut dan Gigi : Mukosa bibir Tn.K tampak kering,dan gigi Tn.K tampak
kekuningan,tidak ada stomatitis
b) Leher : Tidak ada pembengkakan pada leher, tidak ada pembesaran kelenjer
thyroid, deviasi trachea tidak ditemukan, arteri carotis teraba.
c) Thorax
a. Paru-paru : Bentuk dada Tn.K funnel, pergerakan dada sebelah kanan
Tn.K tampak sedikit lambat, tidak menggunakan otot bantu nafas
(- )irama nafas ireguler, warna kulit dada pasien berwarna kecoklatan,
tidak ada pembengkakan pada dada Tn.K, dan dada Tn.K tampak
terpasang elektroda ke monitor, frekuensi pernafasan 29x/menit. Tidak
ada nyeri tekan pada dada Tn.K , kenaikan dada Tn.K sebelah kanan
sedikit lambat, taktil fremitus bergetar bagian kanan terasa lemah. Pada
saat di perkusi bagian kanan paru terdengar hipersonor.
b. Jantung : Irama teratur, suara jantung normal, dan tidak terdengar suara
tambahan.
c. Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, suara bising usus normal, terdengar
suara timpani diseluruh kuadran dan tidak ada pembengkakan pada
abdomen.
d) Ekterimtas :
- Atas : -
- Bawah : Terdapat luka melepuh pada kaki Tn.K sebelah kiri yang
nyeri bila di tekan.
e) Genetalia : Tn.K tidak memakai kateter.
f) Integumen :-
20

No Data Etiologi Problem


1. Data Subjektif : Sekresi yang tertahan Bersihan jalan nafas
- Tn. K mengatakan sesak nafas tidak efektif
- Tn. K mengatakan susah bernafas
karena adanya dahak di
tenggorokan
- Tn. K mengatakan Jika posisi
terlentang sesaknya bertambah
Data Objektif :
- Tn.K tampak sesak
- Tn.K tampak gelisah
- Suara nafas Tn.K terdengar
ronchi
TD : 128/85 mmHg,
Nadi : 90x/menit,
S : 37,5,
P : 28x/menit.
2. Data Subjektif Kurangnya control Gangguan pola tidur
- Tn.K mengatakan susah untuk tidur
tidur karena sesak
- Tn.K mengeluh tidak puas tidur
- Tn.K mengatakan waktu
istirahatnya berkurang dan tidak
cukup
- Tn.K mengatakan aktifitas
dibantu oleh keluarga.
Data Objektif
- Tn.K terlihat mengantuk dan
lemas

B. Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d susah bernafas
karena adanya dahak di tenggorokan (D.0001)
2. Gangguan pola tidur b.d kurangnya control tidur d.d mengeluh susah untuk
tidur (D.0055)
C. Intervensi Keperawatan yang muncul pada pasien kanker paru :

No Diagnosa SLKI SIKI


1. Bersihan jalan nafas tidak Bersihan jalan napas (L.01001) Latihan Batuk efektif (I.01006)
efektif b.d sekresi yang Setelahdilakukan asuhan keperawatan selama Observasi :
tertahan d.d susah bernafas 3 jam, meningkat dengan kriteria hasil: - Identifikasi kemampuan batuk
karena adanya dahak di - Batuk efektif meningkat - Monitor adanya retensi sputum
tenggorokan (D.0001) - Produksi sputum cukup menurun - monitor input dan output cairan (mis. Jumlah
- Mengi menurun dan karakteristik)
- Gelisah menurun Terapeutik :
- atur posisi semi-Fowler atau Fowler
- pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
- buang secret pada tempat sputum
Edukasi :
- jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- anjurkan tarik napas dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
- anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tark napas dalam yang ke 3
Kolaborasi :
- kolaborasi pemberian mukolitk atau
ekspektoran, jika perlu

21
2. Gangguan pola tidur b.d Pola Tidur (L.05045) Dukungan Tidur (I.09265)
kurangnya control tidur d.d Setelahdilakukan asuhan keperawatan selama Observasi :
mengeluh susah untuk tidur 3 jam, meningkat dengan kriteria hasil: - Identifikasi pola aktifitas dan tidur
(D.0055) - Kesulitan sulit tidur sedang - Identifikasi factor penganggu tidur (fisik
- Keluhan sering terjaga sedang dan/atau psikologis)
- Keluhan tidak puas tidur sedang Terapeutik :
- Keluhan istirahat tidak cukup sedang - Modifikasi lingkungan (mis, pencahayaan,
kebisingan,suhu, matras dan tempat tidur)
- Batasi waktu siang jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur ntuk meningkatkan
kenyamanan (mis, pijat, pengaturan posisi)
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/ atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi :
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan tidur
- Ajarkan relaksasi otot outgenik atau cara non
farmakologi lainnya.

22
D. Implementasi

No Hari/tanggal Diagnosa Implementasi TTD


1. Bersihan jalan nafas tidak Observasi :
efektif b.d sekresi yang - Mengidentifikasi kemampuan batuk pada Tn.K
tertahan d.d susah bernafas - Memonitor adanya retensi sputum
karena adanya dahak di - Memonitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan
tenggorokan (D.0001) karakteristik)
Terapeutik :
- Mengatur posisi Tn.K semi-Fowler atau Fowler
- Memasang perlak dan bengkok di pangkuan Tn.K
- Membuang secret pada tempat sputum
Edukasi :
- Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif kepada Tn.K
dan Keluarga Tn.K
- Menganjurkan Tn.K tarik napas dalam melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
- Menganjurkan Tn.K batuk dengan kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke 3
Kolaborasi :
- Mengkolaborasikan pemberian mukolitk atau ekspektoran, jika
perlu

23
2. Gangguan pola tidur b.d Observasi :
kurangnya control tidur
- Mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur Tn.K
d.d mengeluh susah untuk
tidur - Mengidentifikasi factor penganggu tidur pada Tn.K
Terapeutik :
- Memodifikasi lingkungan (mis, pencahayaan, kebisingan,suhu,
matras dan tempat tidur)
- Membatasi waktu siang jika perlu
- Memfasilitasi penghilang stress sebelum tidur
- Menetapkan jadwal tidur rutin
- Melakukan prosedur ntuk meningkatkan kenyamanan (mis,
pijat, pengaturan posisi)
- Menyesuaikan jadwal pemberian obat dan/ atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi :
- Menjelaskan kepada Tn.K dan Keluarga Tn.K tentang
pentingnya tidur cukup selama sakit
- Menganjurkan Tn.K menepati kebiasaan tidur
- Mengajarkan relaksasi otot outgenik atau cara non farmakologi
lainnya seperti olahraga ringan atau meminum minuman hangat
sebelum tidur.

24
E. Evaluasi Keperawatan

No. Hari/tanggal Diagnosa Evaluasi TTD


1. Bersihan jalan nafas tidak S :
efektif b.d sekresi yang - Tn. K mengatakan sesak nafas
tertahan d.d susah bernafas - Tn. K mengatakan susah bernafas karena adanya dahak di
karena adanya dahak di tenggorokan
tenggorokan (D.0001) - Tn. K mengatakan Jika posisi terlentang sesaknya bertambah
O:
- Tn.K tampak sesak
- Tn.K tampak gelisah
- Suara nafas Tn.K terdengar ronchi
TD : 128/85 mmHg,
Nadi : 90x/menit,
S : 37,5,
P : 28x/menit.
A:
Masalah belum teratasi semua
P:
Intervensi dilanjutkan

25
2. Gangguan pola tidur b.d S:
kurangnya control tidur - Tn.K mengatakan susah untuk tidur karena sesak
d.d mengeluh susah untuk - Tn.K mengeluh tidak puas tidur
tidur - Tn.K mengatakan waktu istirahatnya berkurang dan tidak cukup
- Tn.K mengatakan aktifitas dibantu oleh keluarga.
O:
 Tn.K terlihat mengantuk dan lemas
A:
Masalah belum teratasi semua
P:
Intervensi Dilanjutkan

26
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker paru (CA Paru) merupakan tumor ganas yang berasal dari saluran pernafasan
yang sebagian besar disebabkan karena asap rokok dan polusi udara. Kanker paru merupakan
tumor ganas paru yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas,
dan merusak sel – sel jaringan normal. Kanker paru masih menjadi salah satu masalah
kesehatan di Indonesia disebabkan angka merokok yang masih tinggi pada masyarakat.
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan didunia dan mencapai 13% dari semua
diagnosis kanker. Selain itu kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian akibat
kanker (Kemenkes,2016).

Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal
dari paru sendiri (primer) atau dari luar paru. Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan
kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus
= bronchogenic carcinoma) (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2018) dikutip dalam
jurnal (Saputri & Oktariani, 2020).

Dari uraian makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :

 Diagnosa yang didapat dari pasien kanker paru yaitu :


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d susah bernafas
karena adanya dahak di tenggorokan (D.0001)
2. Gangguan pola tidur b.d kurangnya control tidur d.d mengeluh susah untuk tidur
(D.0055)
 Intervensi sudah dilakukan cukup baik sesuai perencenaan dan diterapkan pada Bab
III Tinjauan Kasus
 Implementasi sudah dilakukan cukup baik sehingga keluhan Tn.K sudah cukup
berkurang.
 Evaluasi pada pasien kanker paru masalah sebagian sudah teratasi namun intervensi
akan dilanjutkan

27

26
28

B. Saran

Demikianlah makalah ini saya buat untuk meningkatkan pemahaman dan


pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien kanker paru. Saya selaku
penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Agustia. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.K TN.I DENGAN CA PARU DI


RUANG RAWAT INAP PARU DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI (Agustia
(ed.)).
Al Maududi. (2020). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KANKER BATARA GURU
BELOPA. 1–39.
Barta, J. A., Powell, C. A., & Wisnivesky, J. P. (2019). Global epidemiology of lung cancer.
Annals of Global Health, 85(1), 1–16. https://doi.org/10.5334/aogh.2419
Bradley, S. H., Kennedy, M. P. T., & Neal, R. D. (2019). Recognising Lung Cancer in
Primary Care. Advances in Therapy, 36(1), 19–30. https://doi.org/10.1007/s12325-018-
0843-5
Ekowati, Y. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kanker Paru Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi. Journal of Chemical Information and Modeling, 110(9), 1689–
1699.
Joseph, J., & Rotty, L. W. A. (2020). Kanker Paru: Laporan Kasus. Medical Scope Journal,
2(1), 17–25. https://doi.org/10.35790/msj.v2i1.31108
Matthew B. Schabath, M. L. C. (2019). Cancer progress and priorities: Lung Cancer. Cancer
Epidemiology Biomarkers and Prevention, 28(10), 1081–1094.
https://doi.org/10.1158/1055-9965.EPI-19-0941
Neng Resa Aulia Tulloh, & Andriane, Y. (2022). Sediaan Nanopartikel Alginat Ekstrak
Etanol Daun Sirsak (Annona muricata Linn) Memiliki Efek Antikanker pada Kultur Sel
Kanker Paru (HTB183). Jurnal Riset Kedokteran, 1(2), 124–129.
https://doi.org/10.29313/jrk.v1i2.565
Nooreldeen, R., & Bach, H. (2021). Current and future development in lung cancer diagnosis.
International Journal of Molecular Sciences, 22(16).
https://doi.org/10.3390/ijms22168661
Priyantono, Brigitta. Subarnas, A. (2021). TUMBUHAN HERBAL SEBAGAI TERAPI
KOMPLEMENTER KANKER PARU. Farmaka Suplemen, 19(1), 1–15.
Purnamawati, P., Tandrian, C., Sumbayak, E. M., & Kertadjaja, W. (2021). Tinjauan Pustaka:
Analisis Kejadian Kanker Paru Primer di Indonesia pada Tahun 2014-2019. Jurnal
Kedokteran Meditek, 27(2), 164–172.
https://doi.org/10.36452/jkdoktmeditek.v27i2.2066
Salli. (2019). Konsep Dasar Penyakit Kanker Paru. 9–25.
Saputri, A. B., & Oktariani, M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien CA Paru Dengan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma
Husada Surakarta.
Sari, F. P., Satrio, K., & Sastrawan, I. G. G. (2018). TRANSIENT RECEPTOR POTENTIAL

26
ANKYRIN 1 (TRPA1) SEBAGAI TARGET TERAPI MUTAKHIR DALAM
PENATALAKSANAAN SMALL CELL LUNG CANCER Felicia. 1, 30–35.
Sen Yang, Z. Z. and Q. W. (2019). Novel Therapies for Small Cell Lung Cancer. Current
Cancer Research, 3, 163–178. https://doi.org/10.1007/978-3-030-17832-1_8

26
26
26

Anda mungkin juga menyukai