31 - 36 - Download-File-10 2
31 - 36 - Download-File-10 2
31 - 36 - Download-File-10 2
Abstrak
Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kota Medan masih menghadapi beberapa kendala
seperti permodalan, pemasaran, penggunaan teknologi, kemampuan sumber daya manusia, dan
perizinan usaha. Berdasarkan latar belakang penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah;
menganalisis pemberdayaan yang diberikan UKM Kota Medan kepada UKM di Kota Medan; menganalisis
perkembangan UKM di Kota Medan yang mendapatkan pemberdayaan dari Dinas Koperasi dan UKM
Kota Medan; Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peran Dinas Koperasi dan UKM Kota Medan telah mampu meningkatkan
perkembangan UKM di Kota Medan dalam hal peningkatan kualitas produk, diversifikasi produk, jumlah
produksi, dan keuntungan usaha. Perkembangan tersebut terjadi terutama karena pemberdayaan
pemasaran produk dan kemudahan perizinan. Namun terdapat beberapa kelemahan dalam
pemberdayaan pemanfaatan teknologi dan pemberdayaan kemampuan SDM berupa program pelatihan
yang belum berjalan secara optimal dan merata. Pemberdayaan permodalan juga masih kurang karena
bantuan permodalan peralatan belum sepenuhnya mampu mengatasi kendala permodalan pada UKM.
1. PERKENALAN
Pemerintah daerah berperan penting dalam pengembangan potensi daerah. Tujuan
pemerintah daerah adalah untuk mengidentifikasi peluang usaha kecil dan menengah (UMKM)
(Sedyastuti, 2018a). Hal ini dikarenakan UMKM telah menempatkan diri dalam perekonomian
nasional dengan menambah produk domestik bruto (PDB) yang artinya fungsinya dalam
menyebarkan tenaga kerja menghasilkan pendapatan dan ekspor daerah yang memiliki
kemampuan untuk menghasilkan devisa melalui kegiatan ekspor (Herlina et al. , 2021). Oleh
karena itu, sangat penting bagi pemerintah daerah untuk menjalankan tugas dan misinya,
terutama pada tahap awal pengembangan UMKM (Budiarto et al., 2018). Sumatera Utara
merupakan wilayah Indonesia yang kaya akan sumber daya manusia dan alam. Sumatera
Utara merupakan kawasan pertumbuhan prospektif yang diarahkan untuk pengembangan ekonomi di dalam da
Di antara tanggung jawabnya adalah mengkoordinasikan program pemerintah daerah dan
mengawasi kelancaran operasional pemerintah daerah untuk membantu pertumbuhan sektor-
sektor kritis. Selain itu, Pemerintah Daerah Sumatera Utara telah membangun kantor yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan desentralisasi, yaitu Dinas Koperasi dan UMKM.
Menumbuhkan usaha kecil dan menengah (UKM) dengan memperkuat koperasi dan UKM di
setiap provinsi/kota, serta meningkatkan daya tarik mikro, pemangku kepentingan UKM dan
investasi dalam pertumbuhan sektor UKM di Sumatera Utara, khususnya di Medan, sebagai
ibu kota negara.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Medan terus berkembang pesat. Dampak ekspansi
besar ini dirasakan paling kuat di sektor UKM, karena UMKM umumnya memperkuat sumber daya
lokal, meningkatkan pendapatan daerah, menciptakan lapangan kerja baru, dan menggali potensi
lokal, di antara manfaat lainnya.
Namun demikian, keberadaan UMKM tidak perlu dipertanyakan lagi, karena penelitian Sedyastuti
(2018b) menunjukkan bahwa UMKM berkembang dan menggerakkan perekonomian, terutama pasca
krisis ekonomi. Namun, UKM menghadapi banyak hambatan, termasuk kekurangan modal kerja
(Ismanthono, 2003), kurangnya sumber daya manusia (SDM) di berbagai bidang seperti akses
informasi dan pengelolaan modal (Khusaini, 2013), dan pemahaman teknologi dan ilmu pengetahuan
yang tidak memadai ( Arifin, 2007a; Cooper & Schindler, 2017).
Kendala lain yang dihadapi UMKM adalah konflik antara ketidakpastian prospek usaha dan visi misi
yang berubah-ubah. Penyediaan pengetahuan dan jaringan pasar, akses mudah ke pendanaan dan
dukungan (Kasmir, 2015), dan pengembangan kemampuan teknologi informasi, terutama sebagai
bagian dari rencana daya saing UMKM Indonesia (Majid, 2020), dan semangat kewirausahaan yang
pantang menyerah juga sama pentingnya ( Djakfar, 2012). Praktisnya, semua pemangku kepentingan,
termasuk ekonomi, pemerintah, dan lembaga keuangan mikro, harus disatukan.
Menurut Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sumut, UMKM Kota Medan menghadapi persoalan
strategis dibandingkan penelitian sebelumnya. Pembatasan kemitraan merupakan kendala utama
pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM), seperti kurangnya persaingan antara UKM dan
koperasi serta ketidakmampuan antara kedua kelompok untuk mendapatkan pendanaan (Sektor
Koperasi dan UKM, 2018).
Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan yang berdampak signifikan terhadap pertumbuhan UMKM
Kota Medan harus diperkuat guna menjawab permasalahan yang ada saat ini.
Kesuksesan institusi sebagai kota yang kompetitif dengan iklim investasi yang kondusif terlihat pada
perkembangannya. Hasilnya, UMKM Kota Medan akan memiliki gambaran yang lebih baik tentang
Kota Medan jika mereka memberikan layanan kepada institusi.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa pemberdayaan Dinas Koperasi & UMKM mampu
menghipnotis perkembangan UKM Kota Medan. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya
penelitian dengan judul “Peran Pemberdayaan Dinas Koperasi dan UMKM Dalam Pengembangan
Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Medan (Studi Pada Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan)”.
2. DASAR TEORITIS
2.1. Pertumbuhan ekonomi
Menurut Schumpeter (Arifin, 2007b), kewirausahaan merupakan pendorong utama pertumbuhan
ekonomi. Karena mereka berani dan mampu mengimplementasikan berbagai inovasi (teknologi baru)
ke dalam produksi. Ketidakstabilan ekonomi, menurut Harrod Domar dari (Hikmat, 2001), tidak dapat
dihindari, tidak seimbang (pekerjaan penuh), dan membutuhkan tindakan pemerintah.
1. Usaha mikro, yaitu usaha produktif yang dimiliki oleh badan usaha perorangan atau perorangan
yang harta standarnya ÿ Rp. 50 juta dan pendapatan kotor ÿ Rp. 300 juta.
2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh badan usaha
atau orang perseorangan yang bukan merupakan cabang perusahaan atau bukan merupakan
anak perusahaan yang dikuasai, dimiliki, atau sebagai bagian dari syarat eksklusif atau noneksklusif
menurut untuk usaha besar atau usaha menengah yang memenuhi parameter sebesar Rp. 50
juta < aset ÿ Rp. 500 juta dan Rp. 300 juta < pendapatan kotor ÿ Rp. 2,5 miliar..
3. Usaha menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh badan
usaha atau perseorangan yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dikuasai, dimiliki, atau bagian dari pemanfaatan minimarket baik secara eksklusif maupun
noneksklusif. usaha atau usaha besar yang memenuhi standar Rp. 500 juta < aset ÿ Rp. 2,5 miliar
dan Rp. 2,5 Milyar < pendapatan kotor ÿ Rp. 5,0 miliar.
2.3. Peran
Peran adalah fitur dinamis dari kemampuan seseorang untuk melakukan tugas. Ketika orang
menggunakan hak dan kewajibannya sesuai dengan statusnya, mereka berperan dalam proses
tersebut. Perlu dibedakan antara peran khas seseorang dengan posisinya dalam masyarakat (Darmanto
& Wardaya, 2016).
2.4. Pemberdayaan
Menurut Hafiluddin (2014) pemberdayaan dapat juga merujuk pada upaya untuk meningkatkan
efektifitas dan profesionalisme pelaku usaha pengembangan masyarakat, yang dapat meliputi peralatan,
lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi sosial, dunia usaha, dan anggota masyarakat. Ini
dapat dicapai melalui pemenuhan keinginan dan harapan masyarakat untuk mengatasi hambatan dan
meningkatkan kualitas hidup mereka untuk kebaikan masyarakat yang lebih besar (Djakfar & SH, 2012).
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif (Arifin, 2007a).
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam
bidang penelitian (Ginting & Situmorang, 2006). Metode ini dipilih berdasarkan tujuan penulis dalam
menentukan cara mengumpulkan, mencari, mengevaluasi, dan mengolah data penelitian.
karyawan, serta pemilik UMKM dan karyawan Kaligrafi Irjie. Data peningkatan pelayanan koperasi dan
usaha kecil menengah (UKM) Kota Medan disajikan. Bantuan modal, bantuan pemasaran, perluasan
penggunaan teknologi, peningkatan keterampilan staf, dan penyederhanaan izin perusahaan adalah
contoh-contoh yang tersedia.
4.1.5. Kemudahan
Perizinan Memperkuat layanan koperasi dan UMKM di Kota Medan untuk kemudahan perizinan.
Berdasarkan Kepala Seksi Pembinaan, Pembinaan dan Perlindungan UMKM, perizinan di
Koperasi dan Jasa UMKM Kota Medan hanya mengacu pada Izin Pengembangan UMKM,
melainkan Koperasi dan Jasa UMKM Kota Medan. Secara khusus, Koperasi dan Layanan
UMKM Kota Medan juga mendukung UMKM yang menangani perizinan label Halal untuk produk
yang dimasak. Saat ini, terdapat kurang lebih 3300 UMKM di Kota Medan.
4.2. Peran Pemberdayaan Koperasi dan UMKM Kota Medan Dalam Pengembangan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kota Medan Pemerintah berupaya untuk
meningkatkan kinerja usaha kecil dan menengah (UKM) guna memacu perekonomian
negara. perkembangan. Pemerintah perlu bersinergi dengan pemerintah daerah dan pusat untuk
mewujudkan pembangunan ekonomi nasional.
Peran peningkatan hubungan kerjasama antara kota Medan dan layanan UMKM sesuai
dengan definisi peran, yang mencakup faktor-faktor dinamis untuk menyelesaikan suatu situasi.
Mereka terlibat ketika individu menggunakan hak dan tanggung jawabnya sesuai dengan
statusnya. Peran unik seorang individu harus diisolasi dari posisi sosialnya. Karena status
seseorang dalam masyarakat merupakan komponen statis dari fungsi, adaptasi, dan tempat
sebagai proses, ia menempati dan berperan dalam masyarakat (Soekanto dalam Nur, 2017: 4).
Dengan potensi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, UMKM dapat
berkembang untuk menghasilkan produk yang lebih berkualitas, memperluas jangkauan
produknya, dan menghasilkan lebih banyak pendapatan bagi UMKM. Namun, fitur ini bukannya
tanpa kekurangan, karena jenis pelatihan yang tersedia masih terbatas. Pelatihan lanjutan untuk
bisnis yang saat ini memiliki sejumlah besar UMKM yang terdaftar di Institut. Di sisi lain, berbagai
jenis UMKM lainnya tetap diklasifikasikan sebagai UMKM dan tidak memiliki kewenangan
kelembagaan berupa studi banding atau pelatihan.
Pemberdayaan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dikabarkan telah
dilakukan secara maksimal dan menjadi penggerak berkembangnya UMKM, dan telah
berdasarkan Perpres No. 10 Tahun 1999, dimana pemberdayaan telah diselesaikan oleh Dinas
Koperasi Kota Medan dan Kantor UMKM. UMKM. Program ini sangat penting untuk berbagi
informasi dan memberikan informasi tambahan baik kepada Koperasi Kota Medan maupun
Dinas UMKM dan UMKM Kota Medan.
5. KESIMPULAN
Peneliti dapat menarik kesimpulan tertentu berdasarkan temuan analisis dan pembahasan
yang telah diuraikan di atas, antara lain sebagai berikut:
1. Pemberdayaan yang diberikan oleh Dinas Koperasi dan UMKM kepada UMKM di Kota
Medan berupa pemberdayaan permodalan, dan pemberian dukungan dalam berupa
peralatan dan perlengkapan usaha. Memperkuat pemasaran dalam bentuk pameran,
galeri dan bazaar. Penguatan pemanfaatan teknologi berupa pelatihan pengoperasian
peralatan yang diberikan kepada UMKM penerima bantuan permodalan. Kapasitas untuk membangun
kemampuan manusia berupa kursus pelatihan dan studi banding serta pembinaan
Koperasi dan UMKM Perkotaan.
2. Setelah diberdayakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan, Kota Medan
mengalami perkembangan UMKM. Pengembangan ini diwujudkan untuk meningkatkan
kualitas produk UMKM, diversifikasi produk UMKM, meningkatkan keuntungan UMKM
dan meningkatkan produksi UMKM.
3. Peran penguatan kerjasama antara Kota Medan dengan Dinas UMKM berpotensi
mendorong perkembangan UMKM di Kota Medang dalam peningkatan kualitas produk,
volume produksi, diversifikasi produk, dan keuntungan usaha. Secara khusus peran
persetujuan adalah untuk mempermudah perizinan, persetujuan ini mempermudah
UMKM dalam melakukan proses perizinan, dan persetujuan ini sejalan dengan
kebijakan pemerintah.
REFERENSI
Cooper, D. R., & Schindler, P. S. (2017). Metode Penelitian Bisnis (buku 1).
Darmanto, SW, & Wardaya, M. (2016). Manajemen Pemasaran Bagi Pelajar, Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah. Deeppublish: Yogyakarta.
Djakfar, H. M., & SH, M. A. (2012). Etika bisnis: menangkap spirit ajaran langit dan pesan
moral ajaran bumi. Penebar PLUS+.
Ginting, P., & Situmorang, S. H. (2006). Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian. USU Press,
Ketika.
Hafiluddin, M. (2014). Strategi Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Berbasis Komunitas” Community Based Economic Development” (Studi Kasus pada
Pelaku UMKM di Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur.
Herlina, E., Tukiran, M., & Anwar, S. (2021). The Effect of Entrepreneurial Leadership on
Organizational Performance: Literature Review. Marginal: Journal of Management,
Accounting, General Finance and International Economic Issues, 1(1), 25–33. https://
doi.org/https://doi.org/10.55047/marginal.v1i1.9 Hikmat,
H. (2001). Strategi pemberdayaan masyarakat. Humaniora Utama Press.
Ismanthono, H. W. (2003). Kamus istilah ekonomi populer. Penerbit Buku Kompas.
Kasmir, S. E. (2015). Studi Kelayakan Bisnis: Edisi Revisi. Prenada Media.
Khusaini, M. (2013). Ekonomi Mikro: Dasar-Dasar Teori. Universitas Brawijaya Press.
Majid, A. (2020). Perencanaan pembelajaran mengembangkan standar kompetensi guru.
Sedyastuti, K. (2018). Analisis pemberdayaan UMKM dan peningkatan daya saing dalam
kancah pasar global. INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis Dan Manajemen Indonesia, 2(1), 117–
127.