Ani Seleky-2-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NHT TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI SATUAN

BERAT DI KELAS IV SD SWASTA 08 FENA FAFAN

PROPOSAL

Oleh

ANINDRA SELEKY

202048066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAR KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2024
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Matematika merupakan ilmu dasar dalam setiap kehidupan manusia.
Karena pentingnya bagi kehidupan manusia, matematika merupakan mata
pelajaran yang wajib diikuti di sekolah formal bagi pendidikan dasar sampai ke
perguruan tinggi. Pembelajaran matematika masih sangat jauh dari harapan.
Dimana masih banyak penyajian pembelajaran matematika yang hanya untuk
mengetahui dan menghafal rumus serta konsep matematika saja. Pembelajaran
matematika seperti itulah yang menyebabkan masih banyak siswa menganggap
bahwa matematika sebagai mata pelajaran yang sulit Ristiana dan Dahlan, (2021).

Menurut Arsana (2019), pembelajaran matematika merupakan salah satu


mata pelajaran yang begitu penting bagi anak, dimana matematika akan
membantu siswa dalam memecahakan masalah-masalah yang ada dalam
kehidupan sehari-hari, serta matematika merupakan sarana dalam berpikir logis
dan jelas. Mengingat pembelajaran matematika begitu penting dimana berpusat
pada siswa sehingga proses pembelajaran lebih bermakna sehingga dapat
mewujudkan peningkatan mutu pendidikan. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut,
untuk itu peranan guru sangat diperlukan sehingga pembelajaran matematika
mudah dan dapat di pahami oleh siswa (Muliandari ,2019).

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari kemajuan


teknologi modern, matematika memeiliki peran yang sangat penting dalam
berbagai disiplin ilmu untuk menigkatkan daya pikir manusia, namun pada
kenyataannya pelajaran matematika masih di anggap sebagai mata pelajaran yang
sulit dan membosankan bagi siswa terkait materi satuan berat yang menjadikan
mata pelajaran matematika tidak di senangi hingga tidak dipedulikan (Agus
2018).

1
Dalam mengatasi hal tersebut guru dapat mengembangkan pengetahuan
yang dimiliki kepada siswanya melalui penerapan pembelajaran di kelas dengan
menerapkan model-model pembelajaran, serta mengunakan alat peraga yang
sesuai dengan pokok bahasan atau tingkat kongnitif siswa. Karena penerapan
model pembelajaran yang tepat dapat mempengaruhi minat dan motivasi siswa
untuk semakin giat dalam belajar Randi eka putra, (2020).

Numbered head toogether (NHT) merupakan jenis pembelajaran


kooperaktif atau penomoran berpikir bersama adalah model pembelajaran yang
yang berorientasi kepada siswa. Pembelajaran di kelas yang menerapkan
pembelajaran NHT dapat menekankan langkah pembelajaran yang interaktif,
terutama terhadap antar siswa dalam kelompok kecil Hutama, (2019).

Materi satuan berat merupakan materi yang sangat penting untuk di


terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang harus mempelajari
matematika untuk memecahkan maslah dalam kehidupan sehari-hari Sundayana,
(2018).

Berdasarkan pada hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru


yang berkaitan dengan pembelajaran matematika kelas IV SD Swasta 08 Fefa
Fafan, diperoleh informasi adanya kendala, seperti siswa kurang bisa dikondisikan
ketika proses pembelajaran matematika. Hasil wawancara yang dilakukan dengan
guru pada tanggal 12 februari 2024 diperoleh data hasil belajar mata pelajaran
matematika 9 siswa yang dinyatakan tuntas dan 12 siswa yang tidak tuntas hasil
observasi peneliti ketika proses pembelajaran matematika berlangsung di SD
Swasta 08 Fena Fafan, guru masih mendominasi dalam proses pembelajaran,
artinya guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif
ketika proses pembelajaran, Guru hanya bercerama, serta menganjukan
pertanyaan. Hal tersebut menjadikan siswa sangat pasif dan merasa enggan bila
diminta oleh guru untuk maju kedepan untuk mengerjakan tugas yang diberikan
guru.

2
Oleh sebab itu, guru harus menemukan cara bagaimana siswa itu dapat
bertanya, berani menjawab, serta berinteraksi dalam proses pembelajaran, karena
kemampuan bertanya dan menjawab mempengaruhi siswa dalam berpikir kreatif,
kritis, dan inovatif. Guru dapat mengetahui siswa tersebut itu paham atau tidak
ketika siswa dapat berkomunikasi serta dapat mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru.

Alasan peneliti dalam menggunakan model pembelajaran Numbered Head


Together (NHT) adalah untuk mengarahkan siswa pada SD swasta 08 Fena Fafan
agar lebih memahami proses belajar matematika dalam kelas serta membangun
pemahaman dalam konsep matematika siswa berdasarkan pengetahua informal
yang dimiliki siswa. Dimana siswa dilibatkan dengan soal-soal nyata (yang suda
di kenal). Siswa diharapkan berperan aktif selama mengikuti proses pembelajaran,
tidak hanya terlibat sebagai penerima informasi pasif, melainkan siswa di beri
tantangan untuk terlibat aktif dalam komunikasi terutama kearifan dalam
bertanya.

Mengacu pada latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan


penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran NHT Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Satuan Barat Di Kelas IV SD
Swasta 08 Fena Fafan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdsarkan masalah yang ada pada latar belakang masalah, maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Metode yang digunakaan selama ini belum maksimal untuk mengaktifkan


siswa dalam proses pembelajaran.
2. Siswa kurang bisa dikondisikan saat proses pembelajaran
3. Ada siswa yang bermain, mengobrol, dan mengerkan tugas lai.
4. Ada siswa yang pasif, malu-malu, tidak percaya diri, dan enggan bila
diminta guru untuk menjawab pertanyaan.

3
1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan indentifikasi masalah yang ada, maka masalah yang akan


diteliti pada penelitian ini digunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe
NHT dalam pembelajaran matematika genap dengan materi satuan berat dikelas
IV SD Swasta 08 Fena Fafan.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian maka yang menjadi rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi satuan
berat di kelas IV SD Swasta 08 Fena Fafan.

1.5. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada di atas, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
melalui penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran
matematika kelas IV SD Swasta 08 Fena Fafan.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini. Antara lain
manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu pemikiran tentang
penyusunan teori atau konsep-konsep dalam proses pembelajaran
matematika dengan mengunakan model kooperatif tipe NHT pada
kemampuan berpikir kreatif siswa materi satuan berat.
2. Mnfaat Praktis
a. Bagi guru

4
Penelitian ini diharapkan untuk dapat memudahkan guru dalam
memaparkan materi yang akan disaampaikan, serta mengatasi
permasalahan dalam pembelajaran.
b. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan untuk siswa dapat memahami materi satuan
berat yang disampaikan

c. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan untuk meningkatan mutuh di sekolah,
meningkatkan variasi model pembelajaran yang diterapkan di sekolah.

d. Bagi peneliti

penelitian ini diharapkan untuk dapat memperoleh pengetahuan serta


mendukung menjadi seorang guru yang professional dengan
mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT akan lebih
bermakna untuk siswa dan dapat digunakan oleh guru dalam proses
pembela jaran.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Model Pembelajaran NHT

1. Pembelajaran numbered head together NHT

Number Head Together (NHT) merupakan bagia model pembelajaran yang


menjadikan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan minat siswa dalam kegiatan
pembelajaran akan berpengaruh terhadap penigkatan berfikir dan pada akhirnya
menjadikan siswa dapat menyelesaikan tugas yang di berikan oleh guru secara
bersama anggota kelompoknya, Sulfiani, (2016).

Number Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama ialah


jenis pembelajaran kooperatif yang di desain agar dapat mempengaruhi pola
interaksi siswa dan sebagai alternatif untuk struktur kelas tradisional.
Pembelajaran ini pertama kali di terapkan oleh Spenser kagen dalam melibatkan
lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran
serta mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran.

Menurut Jahring, (2020). Numbered Head Together (NHT) merupakan


salah model pembelajaran yang di kembangkan oleh kagan dalam melibatkan
siswa untuk memperoleh pemahaman mereka tentang materi yang di samapaikan
di kelas dan dapat mepengaruhi pola interaksi siswa. Sedangkan Menurut Jampel,
(2018). Menjelaskan bahwa numbered head together (NHT) merupakan model
pembelajaran untuk kelompok dimana terdapat hubungan positif dan ketrampilan
kolaborasi di kelas dalam kelompok 4-5 siswa untuk menigkatkan hasil belajar.

2. Langkah-Langkah Pembelajaran NHT

Menurut Gracia dan Anugraheni (2021) Terdapat Lima langkah


pembelajaran Numbered Head Together (NHT) yaitu :

6
1. Siswa di bentuk dalam kelompok yang beranggotakan empat sampai enam
orang siswa.
2. Setiap siswa yang suda berada dalam kelompok di beri nomor.
3. Masing-masing kelompok yang suda di bentik mendapatkan tugas atau
pertanyaan dari guru.
4. Setiap kelompok yang suda di beri tugas atau pertanyaan oleh guru, maka
anggota yang berada dalam kelompok tersebut bisa saling berdiskusi untuk
menemukan jawaban yang paling tepat dan memastikan semua anggota
kelompok mengetahui jawaban tersebut.
5. Setelah berdiskusi dan mendapatkan jawaban yang menurut setiap
kelompok benar, guru memangil salah satu nomor secara acak dan siswa
dengan nomor yang di panggil dapat mempresentasikan jawaban dari
kelompok.
Adapun sintaks dari metode Numbered Head Together (NHT)
adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Nombered Head Together (NHT)

Fase-fase Perlakuan guru


Fase 1. Menyampaikan tujuan dan Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
mempersiapakan peserta didik mempersiapakan peserta didik siap belajar.
Fase 2. Menyajikan informasi Mempresentasikan informasi kepada peserta
didik secara verbal
Fase 3. Mengorganisir peserta didik Memberikan penjelasan kepada peserta
dalam tim atau kelompok didik tentang tata cara pembentukan tim
atau kelompok melakukan transisi dan
efisien
Fase 4. Membantu kerja tim dalam Membantu tim-tim belajar selama peserta
belajar didik mengerjakan tugasnya.
Fase 5. Mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik
mengenai berbagai materi pembelajaran atau
kelompok-kelompok mempresentasikan

7
hasil kerjanaya.
Sumber : gracia 2021

3. Kelebihan Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Terdapat kelebihan Dalam model pembelajaran NHT Menurut Kurniasi


(2017), sebagai berikut :

1. dapat meningkatkan prestasi belajar siswa


2. mampu memperdalam pemaham siswa
3. melatih siswa bertanggung jawab
4. meningkatkan rasa percaya diri siswa
5. mengembangkan rasa saling memilki dan kerja sama
6. tercipta suasana gembira dalam belajar sehingga siswa antusias dalam
mengikuti pelajar sampai selesai.

4. Kelemahan Model Pembelajaran NHT

Adapun kelemahan model pembelajaran NHT menurut Kurniasi (2017),


Yaitu :

1. ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nikai jelek kepada
anggotanya
2. tidak semua anggota kelompok di pangil oleh guru.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model
pembelajaran NHT memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya yaitu siswa
menjadi lebih aktif dalam pembelajaran sedangkan kelemahannya yaitu tidak
semua siswa mendapatkan kesempatan di pangil nomornya oleh guru karena itu
guru harus memperhatikan waktu pembelajaran supaya semua siswa mendapatkan
kesempatan untuk menyampaikan idenya di depan kelas.

8
2.2 kemampuan berpikir kreatif
1. pengertian kemampuan berpikir kreatif
Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk menghasilkan
ide atau gagasan baru dalam menghasilkan suatu cara menyelesaikan masalah,
bahka mengusulkan cara baru sebagai solusi alternatif dalam bentuk ide, konsep,
dan pengetahuan. Jadi dalam suatu permasalahan seorang yang kreatif mempunyai
banyak ide, cara baru dan solusi alternatif untuk menyelesaikan sebuah
permasalahan, (Kurnia Eka Lestari 2018).
Menurut Andiyana (2018), mendefenisiskan bahwa berpikir kreatif ialah
kemampuan berpikir yang bertujuan untuk menemukan gagasan baru yang
berbeda, tidak universal, sehingga mendapatkan hasil yang tepat dan
pasti.perkembangan dunia yang moderen seperti sekarang, terutama kemampuan
berpikir matematisnya, hal ini dikarenakan ilmu yang termasuk dalam segala
aspek bidang kehidupan dan bidang pendidikan adalah matematika. Kemampuan
berpikir kreatif matematisdan berpikir kreatif sangat di perlukan juga dalam
bidang-bidang lainnya.
Berpikir kreatif dapat di defenisikan sebagai proses dalam menghasilkan
sesuatu yang baru dari elemen yang ada dengan menyusun kembali kalimat
elemen tersebut. Pemikiran kreatif masing-masing orang akan berbeda dan terkait
dengan cara mereka berpikir dalam melakukan perbuatan tterhadap permasalahan,
Ridwan Abdulla (2018).
Berdasarkan beberapa pengertian yang di paparkan di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan dalam
menyusun informasi yang di peroleh dalam menghasilkan ide atau gagasan dalam
menyelesaikan masalah bahkan menemukan sulusi alternatif dan cara baru dengan
tepat dalam bentuk ide, konsep, dan pengetahuan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif


terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif
seseorang, yang dapat menghadirkan munculnya variasi atau perbedaan kreatifitas

9
antar individu. Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kemapuan
berpikir kreatif menurut Nashori (2017), sebagai berikut:
a. jenis kelamain. Anak laki-laki menunjukan kreatifitas yang lebih besar
daripada anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-
kanak. Untuk sebagian besar hal ini di sebabkan oleh perbedaan
perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan.
b. Status sosial. Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi
cenderung lebih kreatif dari pada anak yang berasal dari sosial
ekonomi kelompok yang lebih rendah.
c. Urutan kelahiran. Anak dari berbagai ururtan kelahiran menunjukan
tingkat kreatifitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan
lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir
belakangan dan anak tunggal mungkin memiliki kreatifitas yang tinggi
dari anak pertama.
d. Ukuran keluaraga. Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain
sama, cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar.
Dalam keluarga besar, cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi
sosial kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan
menghalangi perkembangan kreatifitas.
e. Lingkungan kota dengan lingkungan pedesaan. Anak dari lingkungan
kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan.
f. Intelegensi. Setiap anak yang lebih pandai menunjukan kreatifitas yang
lebih besar daripada anak yang kuruang pandai. Mereka mempunyai
lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan
mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.
3. Komponen-komponen kemampuan berpikir kreatif
menurut Dede (2018), terdapat empat komponen berpikir kreatif sebagai
berikut :
1. Fluency, yaitu mencetuskan banyak ide, banyak penjelesaian masalah,
banyak pertanyaan dengan lancar, dan selalu memikirkan lebih dari satu
jawaban.

10
2. Flexibility, yaitu dengan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan
yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang
berbeda-beda, dan mencari banyak alternatif atau arahan yang berbeda-
beda.
3. Originality, yaitu mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik,
memikirkan cara yang tidak lasim untuk mengungkapkan diri dan mampu
membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lasim dari bagian-bagian atau
unsur-unsur.
4. Elaboration, yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu
gagasan atau produk menambah atau memperinci ditil-ditil dari suatu
objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
Berdasarkan pada komponen yang di kemukan di atas penulis
menyimpulakan bahwa kompone-komponen kemampuan berpikir kreatif antara
lain : kefasihan (fluency), fleksibilitas (flekxibility), orinalitas (originality), dan
elaborasi (elaboration).

4. Indikator kemampuan berpikir kreatif.

Haris Hendriana (2017), mendefenisikan indikator berfikir kreatif secara


rinci menjadi beberapa bagian di antaranya:

a. kelancaran (fluency) meliputi :

1) Mencetuskan banyak ide, cara, saran, jawaban dan penyelesaian masalah


dalam pertanyaan dengan lancar.
2) Memikirkan lebih dari satu jawaban.

b. kelenturan (flekxibility) meliputi:

1) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang berfariasi.


2) Melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.
3) Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda.
4) Mampu merubah cara pandang atau cara pemikiran.

c. keaslian (originality) meliputi :

11
1. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.
2. Memikirkan cara yang tak lazim dan membuat kombinasi yang tak lazim
dari bagian-bagiannya.

d. Elaborasi (Elaboratium) meliputi :

1. Mampu mengembangkan suatu gagasan atau produk.


2. Menambah atau merinci detail-detail dari suatu gagasan,objek, atau situasi
sehingga menjadi lebih menarik.

2.3. Ruang Lingkup Materi Satuan Berat

Materi satuan berat adalah standar atau dasar ukuran yang digunakan
untuk menyatakan berat dari suatu benda, satyuan berat adalah salah satu materi
matematika yang didasarkan pada kurikulum 13 (K13) yang diajarkan pada
tingkat tingkat sekolah dasar (SD) kelas III semester I (ganjil) dengan kompetensi
dasar, indicator, dan materi pembelajaran.

Kompetensi Inti

KI 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang


dianutnya.
KI 2. Menunjukan perilaku jujur, disiplin, satun, percaya diri, peduli, serta
tanggung jawab dalam beriteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangga, maupun Negara.
KI 3. Memahami pengetahuan factual, koseptual, prosedural, serta
metakogniktif pada keingitahuan tentang dirinya, makhluk ciptaan tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya dirumah, disekolah,
dan tempat bermain.
KI 4. Menunjukan ketrampilan berpikir dan bertindak kreatif, productif,
kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif. Kedalam Bahasa yang jelas,
sistematis logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan tindakan yang mencerminkan perilaku anak
berdasarkan tahapan perkembangannya.

12
Tabel I.I Ruang Lingkup Materi Satuan Berat

Kompetensi dasar Indikator Materi


4.1. mengenal hubungan 4.1. mengestimasi berat suatu
antara satuan benda lebih dari, kurang dari 1. Satuan berat
waktu,antar satuan dan atau tepat 1 kg dengan
Panjang, dan antar mengunakan timbangan
satuan berat. 4.2. menyimpulkan hubungan
kg dengan ons atau gram dan
taau sebaliknya dengan
Bahasa siswa melalui
perwakilan dari setiap
kelompok dengan kegiatan
menimbang.

2.4. kerangka Berpikir

Penerapan proses pembelajaran pada pelajaran matematika di SD Swasta


08 Fena Fsafan masih menggunakan metode ceramah hal ini menyebabkan siswa
kurang atau bahkan tidak aktif sama sekali dalam mengikuti pelajaran.
Pembelajaran seperti ini hanya terjadi komunikasi satu arah, yaitu berpusat
pada guru dan tidak ada interaksi timbal balik antara siswa dengan guru. hal ini
menjadikan siswa malas dalam belajar maupun berfikir, selalu hanya menunggu
informasi dari guru, dan tidak mandiri serta malas belajar. Kondisi seperti ini jelas
mempengaruhi pengetahuan siswa (kognitif) menjadi rendah. Oleh karena itu di
perlukan suatu alternatif model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif
dalam belajar dan berfikir secara, kritis dan kreatif. Salah satu alternatifnya yaitu
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT).

13
3.5. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh evyalvionita (2018), dengan judul :


Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Aritmatika
Sosial Berbasis Jumping Task di tinjau dari gaya kognitif field dependent
dan field independent di peroleh bahwa gaya kognitif field independent (FI
)tergolong lebih tinggi dari siswa bergaya kognitif field dependent (FD).
Di tunjukan dengan di peroleh rataan nilai akhir kemampuan berpikir
kreatif siswa, dimana sisswa yang bergaya kogniktif field independent (FI)
lebih mampu menguasai masin-masing indikator kemampuan berpikir
kreatif di bandingkan dengan siswa yang bergaya kognitif field dependent
(FD).
2. Penelitian yang di lakukan oleh siti napfiah (2018), dengan judul :
Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Dalam Pemecahan Masalah
Matematika di tinjau dari gaya kognitif menjelaskan bahwa siswa dengan
gaya kognitif field independent (FI) memiliki tingkatan kreatifitas ke tiga
dan keempat dalam pemecahan masalah matematika materi trigonometri
yaitu kategori kreatif. Sedangkan siswa dengan gaya kognitif fiel
dependent (FD) dalam menyelesaikan soal trigonometri berada pada
kategori kedua dan ke satu, yaitu cukup kreatif dan kurang kreatif.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Eri Yuliani (2008), “Pengaruh
Pembelajaran Kooperatif Metode Numbered Head Together (NHT)
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”. Hasil penelitian menunjukan
dengan diperoleh presentase = 2,78 sedangkan prsentase siswa 1,66
menunjukan bahwa pembelajaran NHT dapat memberikan pengaruh
positif terhadap hasil kerjas siswa.

14
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian kulitatif. Penelitian kulaitatif


merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan mengunakan analisi.
Menurut Sugiyono (2016), penelitian kualitatif merupakan penelitian yang di
fokuskan pada keadaan suatu objek yang alamiah. Sedangkan menurut Moleong
(2017), penelitian kualitatfi merupakan penelitian yang bertujuannuntuk
memahami fenomena tetang apa yang di alami oleh objek penelitian seperti,
perilaku, persepsi, motivasi, Tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian kualitatif menekankan pada kualitas bukan kuantitas dan data


data yang di kumpulkan bukan berasal dari kuisioner melainkan berasal dari
wawancara, observasi langsung dan dokumentasi resmi yang berkaitan lainnya.
Penelitian kualitatis juaga lebih mementingkan segi proses dari pada hasil yang di
dapat. Hal ini di sebabkan oleh hubungan yang sedang di teliti akan jauh lebih
jelas jika di amati dalam proses.

3.2. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian
Penelitian ini di lakukan di Swasta 08 Fena Fafan.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan di laksanakan setelah seminar proposal.
3.3 Populasi dan Sampel
1. populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV di Fena Fafan tahun
ajaran 2024/2025.

15
2.Sampel penelitian
Sampel yang diteliti adalah siswa kelas IV yang berjumlah 21 siswa yang
terdiri dari 11 laki-laki dan 10 perempuan.

3.4 Data Dan Sumber Data


Data dalam penelitain ini merupakan data kualitatif. Data kualitatif di
peroleh melaluli berbagai macam Teknik pengumpulan data yaitu wawancara,
analisis dokumen dan observasi. Sumber data ialah subjek dimana data dapat di
peroleh peneliti mengunakan kuesioner dan wawancara dalam pengumpulan
datanya, maka sumber data di sebut responden yaitu orang yang merespon atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan.
Sumber data dari penelitian ini di peroleh dari kepala sekolah, guru kelas, dan
siswa.
Data menurut pengambilannya ada dua yakni, sumber data primer dan
sumber data sekunder. Data penelitian SD Swasta 08 Fena Fafan akan
dikumpulkan dan dipisahkan antara data primer dan data sekunder. Adapun
sumber data dari penelitian ini sebgai berikut :
1. Data Primer
data yang diambil dari SD Swasta 08 Fena Fafan yaitu dengan
mengunakan soal tes dari materi satuan berat serta wawancara pada siswa
kelas IV yang ditunjuk sebagai subjek. Subjek ini terdiri dari 7 siswa yang
diambil sebagai objek penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan untuk mendukung pembahasan-
pembahasan yang ada dalam penelitian, meliputi : dokumentasi hasil dari
pengamatan berupa foto yang berkaitan dengan kegiatan siswa saat
melakukan aktivitas di dalam kelas, dan dokumen-dokumen yang
dibutuhkan peneliti selama penelitian berlansung.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini terdapat berbagai Teknik yang digunakan dalam
penelitian tindakan kelas diantaranya observasi, interview (wawancara),

16
angket (kuesioner), tes, skla bertingkat ataupun dokumenstasi. Adapun Teknik
pengumpulan data yang terdapat dalam penelitian ini adalah observasi dan tes.
1. Observasi
Pada penelitian ini, objek yang diamati yaitu semua aktivitas guru
dan siswa dalam menerapkan Pendidikan matematika realistik Indonesia
selama proses pembelajaran dengan mengunakan lembar observasi guru
dan lembar observasi siswa.
2. Tes
Tes ini digunakan dalam mengukur kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal yang melibatkan materi bangun datar. dalam
melakukan wawancara penulis telah menyiapkan instrument peneliti
berupa pertanyaan tertulis yang bertujuan agar wawancara berjalan lancar.
3. 6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data atau informasi yang di butuhkan peneliti.
a. Angket dan Tes
Untuk mengukur tipe kepribadian subjek penelitian, maka disusun item-item
pernyataan yang didasarkan pada tipe kepribadian Sensing dan INFJ (Inytroverted,
Intuitive, Feeling, Judging) pada alat ukur untuk mengukur tipe kepribadian dari berpikir
kritis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dengan menggunakan kisi-kisi
soal tes. Kepribadian Sensing dan INFJ (Introverted, Intuitive, Feeling, Judging) ini
terdiri dari 4 pertanyaan yang menentukan proses berpikir kritis siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika.
b. Wawancara
Dalam penelitian ini wawancara disusun oleh peneliti untuk mengetahui lebih dalam
tentang proses berpikir kreatif siswa dalam metode pembelajaran numbered head
together (NHT) Peneliti mewawancara siswa berdasarkan hasil pekerjaan siswa
kemampuan berpikir kreatif metode numbered head together (NHT).
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mendukung data-data dari tes dan wawancara yang
telah didapat saat proses penelitian berlangsung.

17
3.7. Analisis Data
Analisis data menurut Sugiyono (2018), adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan menurut Moleong (2017), analisis data
adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data.
Ketepatan dan keakuratan data yang terkumpul sangat diperlukan, namun tidak
dapat pula dipungkiri bahwa sumber informasi yang berbeda akan memberikan informasi
yang berbeda pula. Pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian
dan pengerahan tenaga fisik dan pikiran sendiri. Selain menganalisis data, peneliti juga
perlu mendalami kepustakaan guna mengonfirmasikan teori.
dilakukan secara terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali.
Teknik analisis data yang digunakan oleh penelitian menggunakan model Miles and
Huberman. Menurut Miles dan Huberman dalam buku Sugiyono (2018), analisis data
dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan
setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Miles dan Huberman menawarkan pola umum
analisis dengan mengikuti model interaktif sebagai berikut :
Gambar 2. Komponen Dalam Analisis Data
1. Reduksi Data.

18
Menurut Sugiyono (2018), Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting yang sesuai dengan topik penelitian,
mencari tema dan polanya, pada akhirnya memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Dalam mereduksi data
akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai dan telah ditentukan sebelumnya. Reduksi
data juga merupakan suatu proses berfikir kritis yang memerlukan kecerdasan dan
kedalaman wawasan yang tinggi.
2. Penyajian Data (Data Display).
Setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam
penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik,
flowchart, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data dapat
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami. Selain
itu dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya namun yang sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, dan
tersusun sehingga akan semakin mudah dipahami (Sugiyono, 2018).
3. Penarikan Kesimpulan.
Langkah terakhir dalam menganalisis penelitian kualitatif adalah penarikan
kesimpulan. Menurut Sugiyono (2018), kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,
karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan perumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian
berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu
objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

3.8 Triangualasi Data


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data triangulasi
dengan sumber dan triangulasi dengan metode. Dengan teknik triangulasi sumber, peneliti
membandingkan hasil wawancara yang diperoleh dari masing-masing sumber atau informasi

19
penelitian sebagai pembanding untuk mengecek kebenaran informasi yang didapatkan. Selain
itu peneliti juga melakukan pengecekan derajat kepercayaan melalui teknik triangulasi dengan
metode, yaitu melakukan pengecekan hasil penelitian dengan teknik pengumpulan data yang
berbeda yakni tes, wawancara, dan dokumentasi sehingga derajat kepercayaan data dapat valid.

20

Anda mungkin juga menyukai