Contoh BAB III - Penelitian Eksperimen

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar

matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan model Think Pair Share

(TPS) dengan yang menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) pada

materi bangun datar segitiga dikelas VII SMP Kartika XI-3 Matraman, Jakarta

Timur.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Sebelum melakukan penelitian penetapan lokasi sangatlah penting untuk

mempertanggung jawabkan data yang diperoleh. Oleh karena itu lokasi yang

dipilih peneliti adalah SMP Kartika XI-3 Matraman, Jakarta Timur yang

beralamat di Jalan Kesatrian V, RT 05/RW 03, Matraman, Jakarta Timur, DKI

Jakarta 13150.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2018-2019

tepatnya awal bulan April sampai akhir bulan Juni 2019.

31
32

C. Variabel Penelitian/Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.1

Sesuai judul skripsi yang ingin penulis kaji yaitu perbedaan hasil belajar

matematika siswa yang menggunakan model TPS dan model TSTS pada

materi bangun datar segitiga kelas VII SMP Kartika XI-3 Matraman, Jakarta

Timur, maka dapat diketahui variabel bebas dan terikatnya, yaitu:

a. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat (tidak bebas) adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karena variabel bebas, maka yang menjadi variabel

dependen adalah hasil belajar matematika siswa.

b. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab berubahnya atau timbulnya variabel dependen (terikat), maka yang

menjadi variabel independen adalah metode pembelajaran.

Sedangkan desaian penelitian adalah peneliti melakukan perlakuan

terhadap dua kelompok yang kemudian setelah perlakuan dilakukan

pengukuran hasil belajar untuk masing-masing kelompok. Desain

1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 61.
33

penelitian yang digunakan adalah Postest Control Group Desain. Untuk

lebih jelasnya rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut:2

𝑋1 𝑂
──
𝑋2 𝑂

Keterangan:

𝑋1 = Perlakuan dengan model TPS

𝑋1 = Perlakuan dengan model TSTS

O = Tes yang sama pada kedua kelas

D. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah sebuah kumpulan dari beberapa metode-metode

ataupun beberapa cara-cara tertentu yang dapat diterima oleh akal sehat untuk

menemukan atau mencari sesuatu kembali. Penelitian eksperimen merupakan

penelitian yang membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang

diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak

menerima perlakuan. Penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental Design

adalah sampel yang digunakan untuk eksperimen mempunyai kelompok

eksperimen tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-

variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.3 Desain ini terdapat

dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random. Kelompok pertama

2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 111.
3
Ibid, hlm. 116.
34

diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi

perlakuan model TPS disebut kelompok eksperimen I dan kelompok yang diberi

perlakuan model TSTS disebut eksperimen II. Setelah diperlakukan yang

berbeda, kedua kelompok tersebut diberikan post-test. Hasil post-test digunakan

untuk mengetahui perlakuan mana yang lebih efektif.

E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.4Populasi bukan sekedar

jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh

karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

a. Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP

Kartika XI-3 Matraman, Jakarta Timur tahun pelajaran 2018/2019 yaitu

sebanyak 300 siswa.

b. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah siswa kelas VII SMP Kartika XI-3

Matraman, Jakarta Timur pada tahun pelajaran 2018/2019.

4
Ibid, hlm. 117.
35

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan

waktu, maka disinilah peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi yang menjadi bagian dari penelitian tersebut. Apa yang dipelajari

dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.

Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif

(mewakili).5

Pada penelitian ini diambil kelas VII-1 dengan jumlah 30 siswa sebagai

kelas eksperimen 1 dan kelas VII-2 dengan jumlah 30 siswa sebagai kelas

eksperimen 2. Jadi jumlah responden dalam penelitian ini adalah 60 siswa.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

Cluster Random Sampling (Area Sampling) yaitu pengambilan sampelnya

berdasarkan kelas yang ditetapkan. Karena populasi kelas VII cukup banyak,

maka teknik pengambilan sampel ini terdapat peluang untuk memilih

beberapa kelas. Maka penulis mengambil sampel penelitian ini sebanyak dua

kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas VII-1 sebagai kelas

eksperimen yang berjumlah 30 siswa dan kelas VII-2 sebagai kelas kontrol

5
Ibid, hlm. 118.
36

yang berjumlah 30 siswa. Kelas eksperimen akan diberikan model

pembelajaran TPS sedangkan kelas kontrol diberikan model pembelajaran

TSTS.6

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah tes hasil belajar matematika siswa pada

materi bangun datar segitiga. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan

data harus dimantapkan kualitasnya melalui langkah yang disebut uji coba. Dari

data hasil uji coba perangkat tes dipilih butir soal yang memenuhi validitas,

reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda yang menggunakan rumus yang

akan dijelaskan dalam pengujian instrumen.

1. Definisi Konseptual

Dalam penelitian ini hasil belajar matematika adalah berkaitan dengan

kemampuan kognitif siswa yang diperoleh dari pembelajaran dalam

pengetahuan, pemahaman dan penerapan langsung melalui perhitungan

matematis.

2. Definisi Operasional

Hasil belajar adalah skor tentang kemampuan siswa menguasai materi

pelajaran matematika yang sudah dipelajari, yang ditunjukkan oleh nilai yang

diperoleh dari tes yang siswa lakukan, yang akan diukur menggunakan

instrumen tes berbentuk pilihan ganda berjumlah 30 soal dengan empat

6
Ibid, hlm. 119.
37

jawaban yaitu a, b, c, dan d pada akhir materi segitiga. Adapun penskoran

secara umum yaitu: tidak menjawab atau menjawab salah di beri skor 0 dan

menjawab benar diberi nilai 1.

3. Pengujian Instrumen

Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar materi

yang berkaitan dengan bangun datar segitiga. Pengujian instrumen sangat

diperlukan untuk mengetahui apakah tes tersebut sudah memenuhi

persyaratan tes seperti validitas (tingkat kesahihan), reliabilitas (tingkat

keajegan), daya beda dan taraf kesukaran. Dalam hal ini peneliti lakukan uji

coba instrumen pada siswa kelas VII, mengapa demikian karena pada siswa

kelas VII sudah mendapatkan materi tersebut.

a. Uji Validitas

Validitas ialah mengukur kesahihan apa yang ingin diukur. Dalam

penelitian ini instrumen tes mengacu pada validitas isi yaitu menunjukkan

bahwa tes tersebut tujuannya telah sesuai dengan materi atau isi pelajaran

yang diberikan. Skor butir soal bentuk objektifnya adalah dengan skor

butir soal 0 atau 1 dan menghitung koefisien korelasi biserial antara skor

buti soal dengan skor total tes dengan rumus :

𝑀𝑝 − 𝑀𝑡 𝑝
𝑟(𝑏𝑖𝑠) = √𝑞
𝑆𝑡
38

Keterangan:

𝑟(𝑏𝑖𝑠) = Koefisien korelasi antara x dan y (point biserial)

𝑀𝑝 = Rata-rata skor total responden menjawab benar

𝑀𝑡 = Rata-rata skor total semua responden

𝑝 = Proporsi jawaban benar untuk butir soal ke - i

𝑞 = Proporsi jawaban salah untuk setiap butir soal (1-p) pada

butir soal ke - i

𝑆𝑡 = Standar deviasi skor total.7

Hasil dari perhitungan koefisien korelasi biserial kemudian di

konsultasikan dengan 𝑟(tabel)dengan taraf segnifikan 0,05.

Kaidah keputusan:

- Jika 𝑟(𝑏𝑖𝑠) >𝑟(tabel) maka soal tersebut valid.

- Jika 𝑟(𝑏𝑖𝑠) <𝑟(tabel) maka soal tersebut tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Setelah ini validitas dipenuhi, maka selanjutnya adalah menghitung

reliabilitas soal untuk mengetahui tingkat konsistensi soal pada tiap aspek

kemampuan siswa. Dikatakan konsistensi yaitu jika soal tersebut di ujikan

kembali hasilnya tetap akan sama.

7
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi. 2, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), hlm. 93.
39

Reliabilitas butir tes dihitung dengan menggunakan rumus KR-20

(Kuder Richardson), yaitu:

𝑛 S2 - ∑ pq
𝑟𝑖𝑖 = (𝑛−1) . S2

Keterangan :

𝑟𝑖𝑖 = Reliabilitas instrumen

p = Proporsi subjek yang menjawab benar

q = Proporsi subjek yang menjawab salah

∑ 𝑝𝑞 = Jumlah perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item yang valid

𝑆𝑡 = Standar devisai total butir soal yang valid (akar dari variansi). 8

Klasifikasi besarnya koefisien reliabilitas menurut Guilford sebagai

berikut:

0,00 – 0,20 Reliabilitas kecil

0,20 – 0,40 Reliabilitas rendah

0,40 – 0,70 Reliabilitas sedang

0,70 – 0,90 Reliabilitas tinggi

0,90 – 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

Langkah selanjutnya setelah keseluruhan tes dipandang memadai

adalah mengetahui indeks kesukaran dan daya pembeda tiap butir soal.
8
Ibid, hlm. 115.
40

c. Uji Tingkat Kesukaran

Menurut Suharsimi Arikunto, Tingkat kesukaran adalah suatu

parameter untuk menyatakan bahwa item sesuatu soal adalah mudah,

sedang, dan sukar. Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan

sukar atau mudahnya suatu soal, dilambangkan dengan P. Indeks

kesukaran suatu soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

𝐵
𝑃 = 𝐽𝑆

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

𝐵 = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

𝐽𝑆 = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi interpretasi untuk indeks Kesukaran adalah sebagai berikut:

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang

0,71 < IK ≤ 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah. 9

9
Ibid, hh. 222-223.
41

d. Uji Daya Pembeda Soal

Tes yang paling memenuhi syarat sebagai instrumen data pada

penelitian ini yaitu uji daya pembeda. Menurut Suharsimi Arikunto daya

pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh

(berkemampuan rendah).

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks

daya pembeda (item discrimination), indeks diskriminasi dapat dilkukan

dengan rumus sebagai berikut:

𝑩𝑨 𝑩𝑩
D= − = 𝑷𝑨 − 𝑷𝑩
𝑱𝑨 𝑱𝑩

Keterangan :

J = Jumlah Peserta tes

JA = Banyaknya siswa kelompok atas

JB = Banyaknya siswa kelompok bawah

BA = Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar

BB = Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar

PA = BA/JA= Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar (P

sebagai indeks kesukaran)

PB = BB/ JB = Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar


42

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda adalah sebagai berikut :

0,00 < DP ≤ 0,20 jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 baik

0,70 < DP ≤ 1,00 sangat baik.10

G. Teknik Analisa Data

Untuk mengetahui perbedaan kedua model pembelajaran TPS dan model

pembelajaran TSTS, maka harus dilakukan Analisa data dari kedua model

tersebut. Teknik analisa data yang digunakan meliputi penyajian data,

pengolahan data, dan pengujian hipotesis.

1. Penyajian Data

Langkah langkah sebagai berikut :

1) Menentukan rentang

2) Nilai R (range) yaitu:

R = data terbesar - data terkecil.11

3) Menentukan banyaknya kelas interval (K)

K = 1 + 3,3 log n

K = Banyaknya Kelas

n = Banyaknya Data

10
Ibid, hlm. 226.
11
Budiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Surakarta:UNS Pres,2016), hlm. 55.
43

4) Menentukan panjang kelas interval (P)

Range (𝑅)
P = Banyak kelas interval (𝐾)

Keterangan:

P = Panjang interval kelas

R = Range (selisih data tersebut dengan data terkecil)

K = Banyaknya kelas interval

2. Pengolahan Data

a. Mean data kelompok

∑ 𝒇𝒊 .𝒙𝒊
̅=
𝒙 ∑ 𝒇𝒊

Keterangan :

𝑥̅ = Rata-rata kelompok

𝑓𝑖 = Frekuensi / banyaknya data pada kelompok data ke-i

𝑥𝑖 = Nilai dari data ke-i (i = 1, 2, 3, . . ., n)

∑ 𝑓𝑖 . 𝑥𝑖 = Jumlah perkalian fi dan xi

∑ 𝑓𝑖 = Jumlah frekuensi data kelompok.12

b. Menentukan Median (me) data kelompok, dengan rumus:

1
.𝑛−𝐹
2
𝑀𝑒 = 𝑇𝑏 + ( ) .𝑝
𝑓

12
Ibid, hlm. 54.
44

Keterangan :

Me = Median (nilai tengah)

Tb = Tepi bawah kelas median

p = Panjang kelas

n = Banyaknya data

F = Frekuensi komulatif (jumlah frekuensi) sebelum kelas median

f = Frekuensi kelas median. 13

c. Menentukan kelas Modus (Mo) data kelompok, dengan rumus:

𝑑1
Mo = 𝑇𝑏 + (𝑑 )𝑝
1 + 𝑑2

Keterangan:

Mo : Modus

Tb : Batas bawah kelas modus, yaitu kelas interval dengan

frekuensi terbanyak

p : Panjang kelas

d1 : Frekuensi kelas modus dikurangi kelas interval terdekat

sebelumnya

d2 : Frekuensi kelas modus dikurangi interval terdekat sesudahnya.

d. Simpangan Baku (Standar Deviasi), dengan rumus:

𝑛 .∑ 𝑓𝑖 .𝑥𝑖2 −(∑ 𝑓𝑖 .𝑥𝑖 )²


SD =√ 𝑛 .(𝑛−1)

13
Ibid, hlm. 53.
45

Keterangan:

SD = Standar Deviasi

n = Jumlah data

∑ 𝑓𝑖 . 𝑥𝑖 ² = Jumlah perkalian fi dan xi²

(∑ 𝑓𝑖 . 𝑥𝑖 )² = Jumlah perkalian fi dan xi dikuadratkan.14

3. Ujian Persyaratan Analisis Data

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau

tidak. Hal ini penting diketahui berkaitan dengan ketepatan pemilihan uji

statistik yang akan digunakan. Rumus yang digunakan dalam penelitian

ini adalah uji Lilliefors. Langkah-langkah pengujian normalitas data

dengan mengujikan uji Lilliefors adalah sebagai berikut:

1. Menentukan taraf signifikan α = 5 % dengan hipotesis yang akan di

uji:

Ho = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 = Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Dengan kriteria pengujian :

Jika Lo = Lhitung< Lkritis, H0 diterima

Jika Lo = Lhitung>Lkritis, H0 ditolak

14
Ibid, hlm. 52
46

2. Langkah-langkah pengujian normalitas adalah sebagai berikut:

a. Data pengamatan Y1,Y2,Y3,...Yn dijadikan bilangan baku

𝑦𝑛−𝑦
Z1,Z2,Z3,...Zn dengan menggunakan rumus Zn = ( ) dimana y
𝑠

dan s masing-masing merupakan rerata dan simpangan baku.

b. Untuk setiap simpangan baku ini menggunakan daftar distribusi

normal baku, kemudian dihitung peluang : F(z1) = P (z ≤ z1).

c. Selanjutnya dibuat proporsi Z1,Z2,Z3,....Zn yang lebih kecil atau

sama dengan Z1. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Z1),maka :


𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑍1,𝑍2,𝑍3,…𝑍𝑛
S(Z1) = 𝑛

d. Hitung selisih F(Z1) - S(Z1), kemudian masukkan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut sebagai harga Lo atau Lhitung.

f. Bandingkan Lo dengan Ltabel yang didapat dari tabel Lilliefors untuk

taraf nyata (signifikan) yang dipilih α = 0,05.

g. Jika Lo < Lkritis, maka sampel berdistribusi normal atau terima H0.

h. Jika Lo > Lkritis, maka sampel tidak berdistribusi normal atau tolak

H0.

b. Uji homogenitas

Untuk mengetahui data penelitian homogen atau tidak homogen,

maka dalam pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan Uji

F (Fisher). Pengujian homogenitas dengan uji F dapat dilakukan apabila


47

data yang akan diuji hanya ada dua kelompok data/sampel. Dilakukan

dengan cara membandingkan variansi data terbesar dibagi variansi data

terkecil. Langkah-langkah melakukan uji homogenitas adalah sebagai

berikut:

1. Tentukan taraf signifikan (α) untuk menguji hipotesis.

H0 :σ12= σ22 (variansi sampel model TPS sama dengan variansi sampel

model TSTS atau sama dengan homogen).

H1 : σ12 ≠ σ22(variansi sampel model TPS sama dengan variansi

sampel model TSTS atau tidak homogen).

Dengan kriteria pengujian :

a. Terima H0, jika fhitung < fkritis

b. Tolak H0, jika fhitung> fkritis

2. Menghitung variansi tiap kelompok data.

3. Tentukan Fhitung, yaitu:

𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
Fhitung = 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

4. Tentukan nilai Ftabel dari tabel distribusi f untuk taraf signifikasi α,

dk1 = dkpembilang = na-1,dk2 = dkpenyebut = nb – 1. Dalam hal ini, na =

banyaknya data kelompok variansi terbesar (pembilang) dan nb =

banyaknya data kelompok variansi terkecil (penyebut).

5. Lakukan pengujian dengan cara membandingkan nilai Fhitung dengan

Fkritis.
48

6. Jika H0diterima maka variansi kedua sampel homogen dan jika H0

ditolak maka variansi kedua sampel tidak homogen.15

c. Uji Hipotesis Penelitian

Uji hipotesis penelitian yang digunakan adalah uji t, yaitu

membandingkan data antara kelompok eksperimen 1 dengan kelompok

eksperimen 2. Hipotesis dan rumus yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

µ1 = rerata data kelas eksperimen 1.

µ2 = rerata data kelas eksperimen 2 .

H0 : rerata data kelas eksperimen 1 sama dengan rerata data kelas

eksperimen 2.

H1 : rerata data kelas eksperimen 1 berbeda dengan rerata data kelas

eksperimen 2.

Rumus yang digunakan adalah:


𝜒1 − 𝜒2
t= 1 1
𝑆𝑔𝑎𝑏 √ +
𝑛1 𝑛2

(𝑛1 −1 )𝑠 2 1 + (𝑛2 −1)𝑠 2 2


Dimana Sgab = √
𝑛1 + 𝑛2 −2

Keterangan:

𝜒1 = Rerata skor kelompok eksperimen 1

15
Ibid, hlm. 140.
49

𝜒2 = Rerata skor kelompok eksperimen 2

𝑠21 = Variansi kelompok eksperimen 1

𝑠22 = Variansi kelompok eksperimen 2

𝑛1 = Banyaknya sampel kelompok eksperimen 1

𝑛2 = Banyaknya sampel kelompok eksperimen 2

𝑆gab = Simpangan baku gabungan.

Kriteria pengujian:

Jika thitung> tkritis, maka H0 ditolak dan H1 diterima, dan

Jika thitung< tkritis, maka H0 diterima dan H1 ditolak.16

Untuk pengujian hipotesis, selanjutnya nilai thitung di atas dibandingkan

dengan nilai dari tabel distribusi t (tkritis). Cara menentukan nilai ttabel

didasarkan pada taraf signifikasi tertentu (α = 0,05) dan dk = n1+n2 -2.

Kriteria pengujian hipotesis, yaitu:

Jika thitung> tkritis, maka H0 diterima dan H1ditolak dan

Jika thitung< tkritis, maka H0 ditolak dan H1 diterima

Kesimpulan: jika H0 diterima maka, tidak terdapat perbedaan

kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2, jika H0 ditolak maka,

terdapat perbedaan kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2.

16
Sugiyono, Op. Cit. hlm. 181.
50

H. Hipotesis Statistika

Hipotesis pada penelitian ini di rumuskan sebagai berikut:

H0 :µ1 = µ2

H1 :µ1 ≠ µ2

Keterangan:

µ1 = Rata-rata hasil belajar matematika siswa pada materibangun datar segitiga

yang diajarkan dengan model pembelajaran Think Pair Share.

µ2 = Rata-rata hasil belajar matematika siswa pada materibangun datar segitiga

yang diajarkan dengan model pembelajaran Two Stay Two Stra.

H0= Rata-rata hasil belajar matematika siswa pada materibangun datar segitiga

yang diajarkan dengan model pembelajaran Think Pair Share sama

dengan rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada materibangun

datar segitiga yang diajarkan dengan model pembelajaran Two Stay Two

Stra.

H1 = Rata-rata hasil belajar matematika siswa pada materibangun datar segitiga

yang diajarkan dengan model pembelajaran Think Pair Share berbeda

dengan rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada materi bangun

datar segitiga yang diajarkan dengan model pembelajaran Two Stay Two

Stra.
51

Anda mungkin juga menyukai