LP+ASKEP Ruang Flamboyan (Chelvin C.a)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE PADA An. N DI RUANG


FLAMBOYAN RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

DISUSUN OLEH :

CHELVIN CIPTA AGUSTIAN


NIM : 2021-01-14201-021
Semester V/Tingkat III A

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN TAHUN
AJARAN 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE PADA By. H DI RUANG
FLAMBOYAN RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Pra Klinik Keperawatan II

DISUSUN OLEH :

CHELVIN CIPTA AGUSTIAN


NIM : 2021-01-14201-021
Semester V/Tingkat III A

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN TAHUN
AJARAN 2023/2024

ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini disusun oleh :

Nama : Chelvin Cipta Agustian


NIM : 2021-0114201-021
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Laporan Pedahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan
Diagnosa Media Diare Pada An. N Di Ruang
Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Laporan Asuhan Keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Dian Mitra S., Ners., M.Kep Nur Sa’adah, S.Kep., Ners

iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan dengan Judul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan
Keperawatan Dengan Diagnosa Medis Diare Pada An. N Di Ruang Flamboyan
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya” Laporan pendahuluan dan asuhan
Keperawatan ini disusun guna melengkapi Praktik Praklinik Keperawatan II.
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya
3. Ibu Meida Sinta Ariani, S.Kep., Ners selaku Koordinator Praktik Praklinik
Keperawatan II
4. Ibu Dian Mitra S., Ners., M.Kep selaku Pemimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini
5. Ibu Nur Sa’adah, S.Kep., Ners selaku Pemimbing Lahan yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini
mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
harapkan saran dan kritik yang membangun dan semoga dapat bermanfaat.
Demikian, saya ucapkan terima kasih.

Palangka Raya, 09 Oktober 2023

Chelvin Cipta Agustian

iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1 Konsep Penyakit.............................................................................................3
2.1.1 Definisi..................................................................................................3
2.1.2 Anatomi Fisiologi Pencernaan..............................................................4
2.1.3 Etiologi..................................................................................................7
2.1.4 Klasifikasi...........................................................................................10
2.1.5 Patofisiologi........................................................................................12
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)................................................15
2.1.7 Komplikasi..........................................................................................17
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................17
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.......................................................................18
2.1.10 Terapi Non Farmakologi Diare.........................................................19
2.1.11 Terapi Farmakologi Diare.................................................................20
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan................................................................20
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.....................................................................20
2.2.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................22
2.2.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................24
2.2.4 Implementasi Keperawatan.................................................................32
2.2.5 Evaluasi Keperawatan.........................................................................32
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................33
3.1 Pengkajian Keperawatan..............................................................................33
3.2 Prioritas Masalah..........................................................................................44
3.3 Rencana Keperawatan..................................................................................45
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan....................................................50
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................53
4.1 Kesimpulan...................................................................................................53
4.2 Saran.............................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................55

v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia. Karenanya tidak
mengherankan jika bahan-bahan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit
tersebut menempati tempat yang khusus dalam sejarah kedokteran. Dokter
Sumeria pada tahun 3000 SM telah menggunakan sediaan antidiare dari opium.
Penyakit diare atau juga disebut gastroenteritis masih merupakan salah satu
masalah utama negara perkembang termasuk Indonesia (Goodman dan Gilman,
2017).
Angka kesakitan penyakit diare adalah sekitar 200 – 400 kejadian di antara
1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan
penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, dengan sebagian besar
(70% - 80%) penderita ini adalah anak dibawah umur lima tahun, yang
disebabkan karena dehidrasi. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000 -
500.000 anak di bawah umur 5 tahun meninggal setiap tahunnya (Noerasid dkk,
2019).
Diare sebenarnya bukan merupakan hal asing bagi masyarakat, karena
sebagian besar dari anggota masyarakat pernah menderita penyakit ini. Namun,
angka kematian yang tinggi akibat diare terutama pada bayi dan anak-anak yaitu
sebesar 23,2% di wilayah Surabaya (Zeinb, 2020).
Kematian akibat diare biasanya bukan karena adanya infeksi dari bakteri atau
virus, tetapi terjadinya dehidrasi pada diare hebat yang serius disertai dengan
muntah-muntah, sehingga tubuh akan kehilangan banyak cairan tubuh. Sehingga
bisa berakibat dehidrasi, asidosis, hipokalemia yang tidak jarang akan berakhir
dengan kejang dan kematian. Pada bayi dan anak-anak kondisi ini lebih berbahaya
karena cadangan intrasel dalam tubuh mereka kecil dan cairan ekstrasel lebih
mudah dilepaskan jika dibandingkan orang dewasa. Pada pasien diare akut yang
parah harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap, selanjutnya dilakukan
upaya pengobatan (Setiawan, 2017).

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut: “Bagaimana Cara Pemberian Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa
Medis Diare Pada An. N Di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan Pada
Dengan Diagnosa Medis Diare Pada An. N Di Ruang Flamboyan RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat melengkapi Asuhan Keperawatan Pada Dengan Diagnosa
Medis Diare Pada An. N Di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya?
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan pada klien dengan Diare. Serta sebagai
acuan atau referensi mahasiswa dalam penulisan asuhan keperawatan.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang Diare beserta
penatalaksanaannya.
1.4.3 Untuk Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKES Eka Harap Palangka Raya
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan
datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
terhadap ilmu keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai
pendokumentasiaan.
1.4.4 Untuk IPTEK
Untuk membantu mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi di bidang
kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk tinja
dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun
waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019). Diare adalah kondisi dimana seseorang
buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja
dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari
(Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2019).
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Secara klinis penyebab diare
dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh
bakteri, virus atau invasi parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi
dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2019).
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah suatu
keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3 kali/hari)
disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan atau tanpa
darah dan tanpa lendir.

Gambar 2.1.1 Mekanisme Diare

3
4

2.1.2 Anatomi Fisiologi Pencernaan

Gambar 2.1.2 Anatomi Fisiologi Pencernaan


Menurut Syaifudin (2018) secara umum susunan saluran pencernaan terdiri
dari mulut, faring, esophagus (kerongkongan), lambung, usus halus dan usus
besar. Fungsi utama sistem pencernaan adalah menyediakan zat nutrien yang
sudah dicerna secara berkesinambungan, untuk didistribusikan ke dalam sel
melalui sirkulasi dengan unsur-unsur (air, elektrolit, dan zat gizi). Sebelum zat ini
diperoleh tubuh makanan harus berjalan/bergerak sepanjang saluran pencernaan.
1. Mulut
Mulut merupakan organ yang pertama dari saluran pencernaan yang meluas dari
bibir sampai ke istmus fausium yaitu perbatasan antara mulut dengan faring,
terdiri dari :
a. Vestibulum oris
Bagian diantara bibir dan pipi di luar, gusi dan gigi bagian dalam. Bagian atas dan
bawah vestibulum dibatasi oleh lipatan membran mukosa bibir, pipi dan gusi. Pipi
membentuk lateral vestibulum, disusun oleh M. buksinator ditutupi oleh fasia
bukofaringealis, berhadapan dengan gigi molar kedua. Bagian atas terdapat papilla
kecil tempat bermuaranya duktus glandula parotis.
Bagian diantara arkus alveolaris, gusi, dan gigi, memiliki atap yang dibentuk oleh
palatum durum (palatum keras) bagian depan, palatum mole (palatum lunak)
bagian belakang. Dasar mulut sebagian besar dibentuk oleh anterior lidah dan
lipatan balik membrane mukosa. Sisa lidah pada gusi diatas mandibula. Garis
5

tengah lipatan membrane mukosa terdapat frenulum lingua yang menghubungkan


permukaan bawah lidah dengan dasar mulut. Di kiri dan kanan frenulum lingua
terdapat papila kecil bagian puncaknya bermuara duktus duktus glandula
submandibularis.
b. Gigi
Gigi memliki fungsi untuk mengunyah makanan, pemecahan partikel besar
menjadi partikel kecil yang dapat ditelan tanpa 11 menimbulkan tersedak. Proses
ini merupakan proses mekanik pertama yang dialami makanan pada waktu
melalui saluran pencernaan dengan tujuan menghancurkan makanan, melicinkan,
dan membasahi makanan yang kering dengan saliva serta mengaduk makan
sampai rata.
c. Lidah
Lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan otot serat lintang yang
kasar dilengkapi dengan mukosa. Lidah berperan dalam proses mekanisme
pencernaan di mulut dengan menggerakkan makanan ke segala arah. Bagian-
bagian lidah adalah pangkal lidah dan ujung lidah.
2. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan panjangnya kira kira 12 cm, terbentang tegak lurus antara basis
kranii setinggi vertebrae servikalis VI, kebawah setinggi tulang rawan krikodea.
Faring dibentuk oleh jaringan yang kuat (jaringan otot melingkar), organ
terpenting didalamnya adalah tonsil yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak
mengandung limfosit. Untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, menyaring
dan mematikan bakteri/mikrorganisme yang masuk melalui jalan pencernaan dan
pernapasan. Faring melanjutkan diri ke esophagus untuk pencernaan makan.

3. Esofagus
Merupakan saluran pencernaan setelah mulut dan faring. Panjangnya kira kira 25
cm. posisi vertical dimulai dari bagian tengah leher bawah faring sampai ujung
bawah rongga dada dibelakang trakea. Pada bagian dalam di belakang jantung
menembus diafragma sampai rongga dada. Fundus lambung melewati
6

persimpangan sebelah kiri diafragma. Lapisan dinding esophagus dari dalam ke


luar meliputi : lapisan selaput selaput lendir, lapisan mukosa, lapisan otot
melingkar, dan lapisan otot memanjang.
4. Lambung
Merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya antara esophagus dan usus
halus, sebelah kiri abdomen, dibawah diafragma bagian depan pankreas dan
limpa. Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya
gerakan peristaltik terutama di daerah epigaster. Variasi dari bentuk lambung
sesuai dengan jumlah makanan yang masuk, adanya gelombang peristaltic
tekanan organ lain dan postur tubuh. Bagian-bagian dari lambung terdi dari
Fundus ventrikuli, Korpus ventrikuli, Antrum pylorus, Kurvatura minor,
Kurvatura mayor dan Ostium kardia.
Fungsi lambung :
a. Secara mekanis : menyimpan, mencampur dengan secret lambung, dan
mengeluarkan kimus kedalam usus. Pendorogan makanan terjadi
secara gerakan peristaltic setiap 20 detik.
b. Secara kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam
lambung dan enzim-enzim bergantung jenis makanan enzim yang
dihasilkan antara lain pepsin, HCL, renin, dan lapisan lambung.
c. Lambung menghasilkan zat factor intrinsic bersama dengan factor
ekstrinsik dari makanan, membentuk zat yang disebut anti-anemik
yang berguna untuk pertukaran trotrosit yang disimpan dalam hati.
5. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari system pencernaan yang berpangkal pada
pylorus dan berakhir pada sekum. Panjangnya kira-kira 6 meter, merupakan
saluran pencernaan yang paling panjang dari tempat proses pencernaan dan
absorbs pencernaan. Bentuk dan susunannya berupa lipatan-lipatan melingkar.
Makanan dalam intestinum minor dapat masuk karena adanya gerakan dan
memberikan permukaan yang lebih halus. Banyak jonjot-jonjot tempat absorsi dan
memperluas permukaannya. Pada ujung dan pangkalnya terdapat katup. Usus
halus terdiri dari duodenum, jejunum, ileum.
7

Fungsi usus halus yaitu menyekresi cairan usus, menerima cairan empedu dan
pangkreas melalui duktus kholedukus dan duktus pankreatikus, mencerna
makanan, mengabsorsi air garam dan vitamin, protein dalam bentuk asam amino,
karbohidrat dalam monoksida, dan menggerakan kandungan usus.
6. Usus besar
Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas atau
berdiameter besar dengan panjang kira-kira 1,5- 1,7 meter dan penampang 5-5cm.
Lanjutan dari usus harus yang tersusun seperti huruf U terbalik mengelilingi usus
halus terbentang dari valvula iliosekalis sampai anus.
Lapisan usus besar dari dalam keluar terdiri dari lapisan selaput lendir atau
(mukosa), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan lapisan jaringan
ikat. Bagian dari usus besar terdiri dari sekum, kolon asendens, kolon
transversum, kolon desendens dan kolon sigmoid. Fungsi usus besar adalah sebagi
berikut :
a. Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa massa membentuk
massa yang lembek yang disebut feses.
b. Menyimpan bahan feses.
c. Tempat tinggal bakteri koli.

2.1.3 Etiologi
Diare terjadi karena adanya Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan parasit)
alergi, malabsorpsi, keracunan, obat dan defisiensi imun adalah kategori besar
penyebab diare. Pada balita, penyebab diare terbanyak adalah infeksi virus
terutama Rotavirus (Permatasari, 2018). Sebagian besar dari diare akut disebabkan
oleh infeksi. Banyak dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna
antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan
reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan
elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel
epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat
menimbulkan keadaan malabsorpsi. Dan bila tidak mendapatkan penanganan yang
adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Secara klinis penyebab
diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebakan oleh
8

bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorbsi, alergi, keracunan,


imunodefisiensi dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2019). Penyebab diare
sebagian besar adalah bakteri dan parasit, disamping sebab lain seperti racun,
alergi dan dispepsi (Djamhuri, 2018).
1. Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%). Beberapa
jenis virus penyebab diare akut antara lain Rotavirus serotype 1,2,8, dan 9
pada manusia, Norwalk Virus, Astrovirus, Adenovirus (tipe 40,41), Small
bowel structure virus, Cytomegalovirus.
2. Bakteri
Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E.coli (EPEC).
Enteroaggregative E.coli (EaggEC), Enteroinvasive E coli (EIEC),
Enterohemorragic E.coli (EHEC), Shigella spp., Camphylobacterjejuni
(Helicobacter jejuni), Vibrio cholera 01, dan V. Cholera 0139, salmonella
(non-thypoid).
3. Parasit
Protozoa, Giardia lambia, Entamoeba histolityca, Balantidium coli,
Cryptosporidium, Microsporidium spp., Isospora belli, Cyclospora
cayatanensis.
4. Heliminths
Strongyloides sterocoralis, Schitosoma spp., Capilaria philippinensis,
Trichuris trichuria.

5. Non Infeksi
Malabsorbsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imonodefisiensi, obat dll.
9

Gambar 2.1.3 Diare yang disebabkan oleh Bakteri atau Parasit

Diare Akut :
No Gejala Penyebabnya
1 Diare tidak berdarah, gejala Infeksi (enteropatigenic dan
penyakit sistemik enterotoksigenic E.coli,
cryptosporidium, giardia, virus).
2 Diare berdarah, gejala penyakit Infeksi (shigella, campylobacter,
sitemik enteroinvasif dan enterohemoragik,
E.coli, salmonella, yersinia,
E.histolistica), penyakit radang usus
besar, colitis iskemik, colitis dan
pseudomembranosa.
3 Diare berdarah, tanpa gejala Infeksi prokitis ulseratif, prokitis
sistemik radiasi, dan karsinoma
rektosigmamoid.
4 Diare tidak berdarah, tanda gejala Infeksi atau keracunan makanan
sistemik (seperti disebutkan sebelumnya),
sindrom usus besar yang mudah
teriritasi, impaksi fektal, obatobatan
(antasida, antibiotika, NSAID,
kolsisin, kuinidin, digitalis,
metildopa, hidratazin, laktosa).

Diare Kronis :
No Gejala Penyebabnya
1 Diare tidak berdarah Sindrom iritasi usus besar,
intoleransi laktosa, obat-obatan
10

(antasida, antibiotika, NSAID,


kolsisin, kuinidin, digitalis,
metildopa, Hidratazin, laktosa),
giardiasis, penyalahgunaan laktasif,
impaksi fekal.
2 Diare inflamatorik atau berdarah Kolitis ulseratif, penyakit crohn,
penyakit diverticular, kolera,
pankreatik, sindrom zollinger-alison,
karsinoma medulla karsinoid,
alkohol, penyalahgunaan laktasif,
idiopatik.
3 Diare osmotic Intoleransi laktosa, magnesium
sulfat, fosfat, manitol, sorbitol,
defisien sidisakaridase, malabsorbsi
glukosa-galaktosa herediter atau
malabsorbsi fruktosa herediter.
4 Diare yang berhubungan dengan Diabetes, tirotoksinosis, penyakit
penyakit sistemik addison, AIDS, defisiensi niasin dan
seng, leukemia, pseudo obstruktif.

Diare dengan gejala nonspesifik yang merupakan manifestasi umum


gangguan GI, termaksut penyakit inflamasi perut, sindrom iritasi perut, keganasan
saluran cerna, sindrom berbagai macam malabsorbsi, dan infeksi intestinal akut
atau subakut dan gangguan-gangguanya. Diare dapat juga merupakan efek
samping yang tidak dikehendaki pada banyak obat. Obat yang menyebabkan diare
: Akarbosa dan metformin, Alkohol, Antibiotik seperti: (klindamisin, eritromin,
rifampisin, dan seforoksim), kolkisin, senyawa-senyawa sitotoksik, Antasida yang
mengandung magnesium,OAINS (Wiffen et al, 2016).

2.1.4 Klasifikasi
Penyakit diare secara umum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Diare akut
Diare akut adalah diare yang terjadinya mendadak dan berlangsung kurang
dari 2 minggu. Gejalanya antara lain: tinja cair, biasanya mendadak,
disertai lemah dan kadang-kadang demam atau muntah. Biasanya berhenti
atau berakhir dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Diare akut dapat
terjadi akibat infeksi virus, infeksi bakteri, akibat makanan.
2. Diare kronis
11

Diare kronis adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal
diare. Berdasarkan ada tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi 2 yaitu diare
spesifik dan diare non spesifik. Diare spesifik adalah diare yang
disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit. Diare non spesifik
adalah diare yang disebabkan oleh makanan (Wijaya, 2017). Diare kronik
atau diare berulang adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan
keenceran tinja yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan
baik secara terus menerus atau berulang, dapat berupa gejala fungsional
atau akibat suatu penyakit berat. Tanda-tanda diare kronik seperti: demam,
berat badan menurun, malnutrisi, anemia, dan meningginya laju endap
darah. Demam disertai defense otot perut menunjukan adanya proses
radang pada perut. Diare kronik seperti yang dialami seseorang yang
menderita penyakit crohn yang mula-mula dapat berjalan seperti serangan
akut dan sembuh sendiri. Sebaliknya suatu serangan akut seperti diare
karena infeksi dapat menjadi berkepanjangan. Keluhan penderita sendiri
dapat diarahkan untuk memebedakan antara diare akut dengan diare
kronik.

Tabel. Klasifikasi Diare Berdasarkan tabel Derajat Dehidrasi


Gejala/ derajat Diare tanpa Diare dehidrasi Diare dehidrasi
dehidrasi dehidrasi Ringan/ Sedang Berat
Bila terdapat dua Bila terdapat dua Bila terdapat dua
tanda atau lebih tanda atau lebih tanda atau lebih
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lusu, Lunglai/
tidak sadar
Mata Tidak Cekung Cekung Cekung
Keinginan untuk Normal, tidak ada Ingin minum Malas minum
minum rasa haus terus, ada rasa
haus
Turgor Segera kembali Kembali lambat Kembali sangat
lambat

2.1.5 Patofisiologi
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
12

rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin didinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian menjadi diare. Gangguan motilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air
dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Zein dkk, 2017).
Mekanisme terjadinya diare dan termaksut juga peningkatan sekresi atau
penurunan absorbsi cairan dan elektrolit dari sel mukosa intestinal dan eksudat
yang berasal dari inflamasi mukosa intestinal (Wiffen et al, 2017). Infeksi diare
akut diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare noninflamasi
dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitoksin di
kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan diare disertai lendir dan darah.
Gejala klinis berupa mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, tetenus, serta
gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin makroskopis ditemukan
lendir dan atau darah, mikoroskopis didapati sek lukosit polimakronuklear. Diare
juga dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus
dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan
mengeluarkan toksin yang menyebakan terjadinya diare. Pada dasarnya,
mekanisme diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada
sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi
enterotoksin atau sitoksin. Satu jenis bakteri dapat menggunakan satu atau lebih
mekanisme tersebut untuk mengatasi pertahanan mukosa usus (Amin, 2018).
Berdasarkan patofisiologinya, diare dapat dibagi atas 3 kelompok :
1. Osmotic diarrhoe, yang terjadi karena isi usus menarik air dari mukosa.
Hal ini ditemukan malabsorbsi, dan defisiensi laktase.
2. Secretori diarrhoea, pada keadaan ini usus halus, dan usus besar tidak
menyerap air dan garam, tetapi mengsekresikan air dan elektrolit. Fungsi
yang terbalik ini dapat disebabkan pengaruh toksin bakteri, garam
empedu, prostaglandin, dan lain-lain. Cara terjadinya, melalui rangsangan
oleh cAMP (cyclic AMP) pada sel mukosa usus.
13

3. Exudative diarrhoea, ditemukan pada inflamasi mukosa seperti pada colitis


ulcerativa, atau pada tumor yang menimbulkan adanya serum, darah, dan
mukus.
Diare akut dapat menyebabkan terjadinya:
1. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolic dan hypokalemia.
2. Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau
prarenjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah,
perfusi jaringan berkurang sehingga hipoksia dan asidosismetabolik
bertambah berat, peredaran otak dapat terjadi, kesadaran menurun
(sopokorokomatosa) dan bila tidak cepat diobati, dapat menyebabkan
kematian.
3. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare
dan muntah, kadang-kadang orangtua menghentikan pemberian makanan
karena takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan
tetap diberikan tetapi dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah menderita malnutrisi atau
bayi dengan gagal bertambah berat badan. Sebagai akibat hipoglikemia 13
dapat terjadi edema otak yang dapat mengakibatkan kejang dan koma
(Suharyono, 2018).
14

Faktot Malabsorbsi Faktot Psikolog Faktot Makanan


WOC DIARE  Makanan besi Faktot Infeksi
 Karbohidrat  Rasa takut
 Cemas  Beracun  Virus
 Lemak
 Alergi makanan  Bakteri
 Protein

Penyerapan makanan dalam


saluran pencernaan tidak adekuat

Diare

B1 (Breath) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bledder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Tekanan osmotic Kehilangan cairan Inflamasi usus BAB sering Gangguan osmotik Suplai O₂ dan
menurun dan elektrolit secara dengan intensitas (makanan tidak dapat nutrisi tidak adekuat
berlebihan Pathogen ke Nyeri pada cair diserap)
Cairan ekstra sel pembuluh darah epigatrium Ketidakmampuan
ditarik ke intra sel Kehilangan Kehilangan cairan Tekanan osmotik tubuh menyiapkan
cairan dalam Melepas piroksin dan elektrolit dalam rongga energi yang
Distensi
Cairan intra intra sel eksogen secara berlebihan usus meningkat adekuat
abdomen
sel meningkat
Vol sirkulasi menurun ATP yang
Fagositosis MK : Nyeri Dehidrasi Terjadi pergeseran
Lama kelamaan pembuluh darah dihasilkan sedikit
Akut air dan elektrolit ke
mengalami edem serebri Penurunan dalam rongga usus
Kulit kurang MK : Gangguan
pH darah Menstimulasi sel-sel
elastis, mukosa Integritas Kulit/Jaringan
Napas sesak dan enosemulia hipotalamus Isi rongga usus
kering
dalam Kerusakan ireversibel berlebihan
jaringan otak Peningkatan MK : Risiko
MK : Pola Napas Tidak suhu tubuh Proses Infeksi MK : Resiko Infeksi
Ketidakseimbangan
Efektif MK : Perfusi Elektrolit
Perifer Tidak MK : Hipertermia MK : Diare
Efektif
15

2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)


Diare karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung beberapa
waktu tanpa pengulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian
karena kekurangan cairan pada tubuh yang mengakibatkan ranjatan hipovolemik
atau karena gangguan kimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Kehilangan
cairan dapat menyebakan haus, berat badan menurun, mata menjadi cekung, lidah
kering, tulang pipi menonjol, turtor kulit menurun serta suara menjadi serak.
Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Kehilangan
bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan penurunan
pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi
nafas lebih cepat dan lebih dalam. Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk
mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada keadaan
asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah,
pCO2 normal dan base excess sangat negatif (Zein dkk, 2018).
Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah dan
cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan
lendir ataupun darah. Warna tinja bisa lama-kelamaan berubah menjadi kehijau-
hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet
karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
banyaknya asam laktat yang berasal darl laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh
usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan
dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam-basa dan elektrolit (Kliegman, 2018). Bila penderita telah
kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.
Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Hasan dkk,
2019).
Berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare
dapat dibagi menjadi :
16

1. Diare tanpa dehidrasi Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami
dehidrasi karena frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum
ada tanda-tanda dehidrasi.
2. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%) Pada tingkat diare ini penderita
mengalami diare 3 kali atau lebih, kadangkadang muntah, terasa haus,
kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah
mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum
dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
3. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%) Pada keadaan ini, penderita
akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau langsung tidak ada,
irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor
kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering,
air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik)
dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
4. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%) Pada keadaan ini, penderita
sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini
penderita mengalami takikardi dengan 16 pulsasi yang melemah, hipotensi
dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan
ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak
mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan
juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit
yang dingin dan pucat (Kliegman et al, 2006).
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah dan/atau demam,
tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung
beberapa saat tanpa penanggulangan medis adekuat dapat menyebabkan kematian
karena kekurangan cairan tubuh yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau
karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik lanjut. Kehilangan cairan
menyebabkan haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi
menonjol, turgor kulit menurun, serta suara serak. Keluhan dan gejala ini
disebabkan deplesi air yang isotonik. Kehilangan bikarbonat akan menurunkan Ph
darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan, sehingga frekuensi
napas lebih cepat dan lebih dalam (Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh
17

untuk mengeluarkan asam karbonat agar pH dapat naik kembali normal. Pada
keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standar juga
rendah, pCO2 normal, dan base excess sangat negatif. Gangguan kardiovaskuler
pada hipovolemia berat dapat berupa renjatan dengan tanda denyut nadi cepat,
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, wajah pucat,
ujung-ujung ekstremitas dingin, dan kadang sianosis. Kehilangan kalium juga
dapat menimbulkan aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan
perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria, bila tidak segera diatasi akan
menyebabkan timbulnya penyakit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang
berarti gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat,
akan terjadi pemutusan sirkulasi paru-paru dan dapat menyebabkan edema paru
pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali (Amin, 2018).
Diare merupakan gejala nonspesifik yang merupakan manifestasi umum gangguan
GI, termaksut penyakit inflamasi perut, sindrom iritasi perut, keganasan saluran
cerna, sindrom berbagai macam malabsorbsi, dan infeksi intestinal akut atau
subakut dan gangguan-gangguanya. Diare dapat juga merupakan efek yang tidak
dikehendaki pada banyak obat (Wiffen et al, 2017).

2.1.7 Komplikasi
Menurut Nelwan (2017), bila tidak teratasi bisa menjadi diare kronis (terjadi
sekitar 1 % pada diare akut pada wisatawan). Bisa timbul pertumbuhan bakteri
diusus secara berlebihan, sindrom malabsorbsi. Merupakan tanda awal pada
inflammatory bowel disease. Menjadi predisposisi sindroma raiter’s atau sindrom
hemolitik uremikum.
Sedangkan menurut Suraatmaja (2017), kebanyakan penderita sembuh tanpa
adanya komplikasi, tetapi sebagian kasus mengalami komplikasi dari dehidrasi,
kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan. Komplikasi yang dapat terjadi
yaitu hipernatremia, hiponatremia, demam, edema, asidosis, hipokalemia, illeus
paralitikus, kejang, intoleransi laktosa, muntah dan gagal ginjal.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Nuraarif & Kusuma (2018) pemeriksaan penunjang pada diagnos
18

medis diare adalah :


1. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis, Ph
dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok dubur).
2. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan
asam basa.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan pasien diare akut dimulai dengan terapi simptomatik,
seperti rehidrasi dan penyesuaian diet. Terapi simptomatik dapat diteruskan
selama beberapahari sebelum dilakukan evaluasi lanjutan pada pasien tanpa
penyakit yang berat, terutama bila tidak dijumpai adanya darah samar dan leukosit
pada fesesnya (Medicinus, 2019). Penatalaksanaan diare pada anak berbeda
dengan orang dewasa. Prinsip tatalaksana diare pada balita adalah dengan
rehidrasi tetapi bukan satu-satunya terapi melainkan untuk membantu
memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare
dan mencegah anak dari kekurangan gizi akibat diare dan menjadi cara untuk
mengobati diare. Penanganan diare akut ditujukan untuk
mencegah/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan
asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang
spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit
penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan
efektif harus dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi
yang :
1. Tepat indikasi
2. Tepat dosis
3. Tepat penderita
4. Tepat obat
5. Waspada terhadap efek samping
Prinsip tatalaksana diare di Indonesia telah ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan yaitu Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare) yaitu: rehidrasi
19

menggunakan oralit osmolaritas rendah, pemberian Zinc selama 10 hari berturut-


turut, teruskan pemberian ASI dan makanan, antibiotik selektif, nasihat kepada
orangtua/pengasuh (KEMENKES RI, 2019). Penatalaksanaan diare akut pada
orang dewasa antara lain meliputi:
1. Rehidrasi sebagai perioritas utama pengobatan, empat hal yang perlu
diperhatikan adalah
a. Jenis cairan, pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit, cairan
Ringer Laktat, bila tidak tersedia dapat diberikan NaCl isotonik
ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml
b. Jumlah cairan, jumlah cairan yang diberikan idealnya sesuai dengan
cairan yang dikeluarkan
c. Jalan masuk, rute pemberian cairan pada oarang dewasa dapat dipilih
oral atau i.v
d. Jadwal pemberian cairan, rehidrasi diharapkan terpenuhi lengakap
pada akhir jam ke-3 setelah awal pemberian.
2. Terapi simptomatik, obat antidiare bersifat simptomatik dan diberikan
sangat hati-hati atas pertimbangan yang rasional. Beberapa golongan
antidiare: Antimotilitas dan sekresi usus, turunan opiat, Difenoksilat,
Loperamid, Kodein HCl, Antiemetik: Metoklopramid, Domperidon.
3. Terapi definitif, edukasi yang jelas sangat penting dalam upaya
pencegahan, higienitas, sanitasi lingkungan (Mansjoer dkk, 2009).

2.1.10 Terapi Non Farmakologi Diare


Pencegahan Diare dapat diupayakan melalui berbagai cara umum dan
khusus/imunisasi. Termaksut cara umum antara lain adalah peningkatan higiene
dan sanitasi karena peningkatan higiene dan sanitasi dapat menurunkan insiden
diare, jangan makan sembarangan terlebih makanan mentah, mengonsumsi air
yang bersih dan sudah direbus terlebih dahulu, mencuci tangan setelah BAB dan
atau setelah bekerja. Memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dan diteruskan
sampai 2 tahun. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur, untuk
mencegah dehidrasi bila perlu diberikan infus cairan untuk dehidrasi. Buang air
20

besar dijamban, Membuang tinja bayi dengan Dengan benar Memberikan


imunisasi campak (Kasaluhe et al, 2018).

2.1.11 Terapi Farmakologi Diare


Anti-Diare diberikan untuk mengurangi peristaltik, spasme usus, menahan
iritasi, absorbsi racun dan sering dikombinasi dengan antimikroba. Diare yang
menyerupai kolera mengakibatkan dehidrasi ringan dan sering memerlukan infus,
karena pasien dapat meninggal karena kekurangan cairan dan elektrolit. Bila tidak
disertai muntah, maka cairan garam rehidrasi (oral rehyration salt = ORALIT)
banyak menolong sebagai pertolongan pertama (Djamhuri, 2018). Oralit
merupakan cairan elektrolit-glukosa yang sangat esensial dalam pencegahan dan
rehidrasi penderita dengan dehidrasi ringan-sedang. Pada dehidrasi ringan dan
sedang, bila diare profus dengan pengeluaran air tinja yang hebat (>100
ml/kg/hari) atau mutah hebat (severe vomiting) dimana penderita tak dapat minum
sama sekali, atau kembung yang sangat hebat (violent meteorism) sehingga
rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat dilakukan rehidrasi parenteral
meskipun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat
dengan gangguan sirkulasi.
Terapi rehidrasi oral terdiri dari rehidrasi yaitu mengganti kehilangan air
dan elektrolit: terapi cairan rumatan yaitu menjaga kehilangan cairan yang sedang
berlangsung. Bahkan pada kondisi diare berat, air dan garam diserap terus
menerus melaui absorbsi aktif natrium yang ditingkatkan oleh glukosa dalam usus
halus. Larutan-larutan pengganti oral akan efektif jika mengandung natrium,
kalium, glukosa, dan air dalam jumlah yang seimbang, glukosa diperlukan untuk
meningkatkan absorbsi elektrolit (Wiffen, 2017).

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
2.2.1.1 Identitas Klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pekerjaan,
pendidikan, status perkawinan, alamat, tanggal MRS, dan diagnosa medis.
21

2.2.1.2 Keluhan Utama


Apa yang paling dirasakan saat ini ditanyakan meliputi paliatif, propokatif,
kualitas, region/radian, skala dan time (PQRST).
2.2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Dikaji tentang proses penjalaran penyakit sampai dengan timbulnya satu
keluhan faktor yang memperberat dan yang memperingan kualitas dari
keluhan dan bagaimana klien menggambarkan yang dirasakan.
2.2.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Dikaji penyakit yang pernah dialami klien yang berhubungan dengan
penyakit sekarang atau penyakit lain seperti riwayat penyakit kandung
kemih, gagal jantung, penyakit sistemik (DM), dan hipertensi.
2.2.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Dikaji kemungkinan pada keluarga ada riwayat penyakit gangguan
perkemihan, riwayat kesehatan yang menular atau keturunan.
2.2.1.6 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada pasien dengan Diare adalah
sebagai berikut :
1. B1 (Braething) Sistem Pernafasan
Dispnea, pernapasan cepat 40 x/menit karena asidosis metabolik
(kontraksi otot pernapasan).
2. B2 (Blood) Sistem Peredaran Darah
Nadi cepat 120 x/menit dan lemah, tensi menurun pada diare sedang.
3. B3 (Brain) Sistem Persyarafan
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, difungsi serebral, seperti
perubahan proses pikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya
kejang, kram otot, dan nyeri otot.
4. B4 (Bladder) Sistem Perkemihan
Penurunan pengeluaran urine < 400 ml/hari, terjadi penurunan libido berat.
Warna urine kuning, tidak dapat kencing. Gejala : penurunan frekuensi
urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen kembung, diare atau
konstipasi. Tanda: perubahan warna urine (pekat, merah, coklat, berawan)
oliguria atau anuria.
22

5. B5 (Bowel) Sistem Pencernaan


BAB lebih dari 3 x/hari, mual dan muntah, anoreksia, bau mulut amonia,
peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
6. B6 (Bone) Sistem Muskuloskeletal
Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu meningkat 37,5°C,
akral hangat, CRT > 2 detik, kemerahan pada daerah perianal.
2.2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium Diare
Pemeriksaan laboratorium pada penyakit diare ialah antara lain :
pemeriksaan tinja, makroskopis, dan mikroskopis, pH dan kadar gula
dalam tinja dengan kertas laksmus dan tablet clinlinitest bila diduga
intoleransi gula, bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji
resistensi, pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah
dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat dengan
pemeriksaan analisa gas darah, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin
untuk mengetahui faal ginjal, pemeriksaan elektrolit terutama kadar
natrium, kalium, kalsium, dan fosfor dalam serum (terutama pada
penderita diare yang disertai kejang).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


2.2.2.1 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan Hambatan upaya napas
(SDKI D.0005) Hal 26
2.2.2.2 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan konsentrasi
hemoglobin (SDKI D.0009) Hal 37
2.2.2.3 Hipertermia berhubungan dengan Dehidrasi (SDKI D.0130) Hal 284
2.2.2.4 Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (SDKI D.0077)
Hal 172
2.2.2.5 Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan Diare (SDKI
D.0037) Hal 88
2.2.2.6 Diare berhubungan dengan Proses infeksi (SDKI D.0020) Hal 58
23

2.2.2.7 Risiko Infeksi berhubungan dengan Peningkatan paparan organisme


patogen lingkungan (SDKI D.0142) Hal 304
2.2.2.8 Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan Kekurangan/kelebihan
volume cairan (SDKI D.0129) Hal 282
24

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan keperawatan pada klien dengan Diare menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) meliputi :
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
1. Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas (SIKI I.01011 Hal. 186)
keperawatan selama 1 × 8 Jam
berhubungan dengan Observasi :
diharapkan Pola napas klien
Hambatan upaya napas kembali normal. Kondisi klien 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
membaik dengan kriteria hasil :
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, whezzing,
(SLKI L.01004 Hal 95)
1. Ventilasi semenit meningkat ronkhi kering)
(5)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Dispnea menurun (5)
3. Pernapasan cuping hidung Terapeutik :
menurun (5)
1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
4. Frekuensi napas membaik (5)
5. Kedalaman napas membaik thrust jika curiga trauma servikal)
(5)
2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep Mcgill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
25

1. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi


2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi


2. Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi (SIKI I.02079 Hal. 345)
keperawatan selama 1 × 8 Jam
berhubungan dengan Observasi :
diharapkan Perfusi perifer
Penurunan konsentrasi klien kembali membaik. 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, pengisian kapiler,
Kondisi klien membaik dengan
hemoglobin warna, suhu, anklebracial index)
kriteria hasil :
(SLKI L.02011 Hal 84) 2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. diabetes, perokok,
1. Denyut nadi perifer
orang tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
meningkat (5)
2. Warna kulit pucat menurun 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas.
(5)
Terapeutik :
3. Akral membaik (5)
4. Turgor kulit membaik (5) 1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan
5. Tekanan darah sistolik
perfusi
membaik (5)
6. Tekanan darah diastolik 2. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
membaik (5)
keterbatasan perfusi
7. Tekanan arteri rata-rata
26

membaik (5) 3. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
Edukasi :
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan
penurun kolestrol, jika perlu
4. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam pemberian obat penurun tekanan darah, antikoagulan,
dan penurun kolesterol, jika perlu

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi


3. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia (SIKI I.15506 Hal. 181)
keperawatan selama 1 × 8 Jam
dengan Dehidrasi Observasi :
diharapkan Suhu tubuh
kembali membaik. Kondisi 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi, terpapar lingkungan
klien membaik dengan kriteria
panas, penggunaan incubator)
hasil :
27

(SLKI L.14134 Hal 129) 2. Monitor suhu tubuh


1. Menggigil menurun (5)
3. Monitor kadar elektrolit
2. Suhu tubuh membaik (5)
3. Suhu kulit membaik (5) 4. Monitor haluaran urine
4. Kadar glukosa darah
5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
membaik (5)
5. Tekanan darah membaik (5) Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebihan)
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
28

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi


4. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (SIKI I.08238 Hal. 201)
keperawatan selama 1 × 8
berhubungan dengan Observasi :
Jam diharapkan Nyeri klien
Spasme otot dan jaringan dapat teratasi. Kondisi klien 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
membaik dengan kriteria hasil :
(Agen pencedera nyeri
(SLKI L.08066 Hal 145)
fisiologis) 1. Keluhan nyeri menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun (5)
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
3. Gelisah menurun (5)
4. Frekuensi nadi membaik (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Pola napas membaik (5)
5. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
6. Tekanan darah membaik (5)
7. Nafsu makan membaik) 6. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
8. Pola tidur membaik (5)
7. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik, terapi pijat, aroma terapi, kompres
hangat/dingin)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
29

3. Fasilitasi istirahat dan tidur


4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi


5. Risiko Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Elektrolit (SIKI I.03122 Hal. 240)
keperawatan selama 1 × 8
ketidakseimbangan Observasi :
Jam diharapkan Kondisi klien
elektrolit berhubungan membaik dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
(SLKI L.03021 Hal 42)
dengan Diare 2. Monitor kadar elektrolit serum
1. Serum natrium membaik (5)
2. Serum kalium membaik (5) 3. Monitor mual, muntah, dan diare
3. Serum klorida membaik (5)
4. Monitor kehilangan cairan, jika perlu
4. Serum kalsium membaik (5)
30

5. Serum magnesium membaik 5. Monitor tanda dan gejala hipokalemia (mis. kelemahan otot, interval QT
(5)
memanjang, gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen ST, gelombang
6. Serum fosfor membaik (5)
U, kelelahan, parestesia, penurunan refleks, anoreksia, konstipasi, motilitas
usus menurun, pusing, depresi pernapasan)
6. Monitor tanda dan gejala hiperkalemia (mis. peka rangsangan, gelisah,
mual, muntah, takikardia mengarah ke bradikardia, fibrilasi/takikardia
ventrikel, gelombang T tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS tumpul,
blok jantung mengarah asistol)
7. Monitor tanda dan gejala hiponatremia (mis. disorentasi, otot berkedut,
sakit kepala, membran mukosa kering, hipotensi postural, kejang, letargi,
penurunan kesadaran)
8. Monitor tanda dan gejala hipernatremia (mis. haus, demam, mual, muntah,
gelisah, peka rangsang, membran mukosa kering, takikardia, hipotensi,
letargi, konfusi, kejang)
Terapeutik :
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
31

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi


6. Diare berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Diare (SIKI I.03101 Hal. 164)
keperawatan selama 1 × 8 Jam
dengan Proses infeksi Observasi :
diharapkan Diare pada klien
dapat teratasi dan membaik 1. Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi gastrointestinal, iritasi
dengan kriteria hasil : (SLKI
gastrointertinal, proses infeksi, malabsorpsi, ansietas, stress, efek obat-
L.04033 Hal 23)
1. Kontrol pengeluaran feses obatan, pemberian botol susu)
meningkat (5)
2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
2. Distensi abdomen menurun
(5) 3. Identifikasi gejala invaginasi (mis. tangisan keras, kepucatan pada bayi)
3. Nyeri abdomen menurun (5)
4. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
4. Serum kalsium membaik (5)
5. Konsistensi feses membaik 5. Monitor tanda hipovolemia (mis. Takikardia, nadi teraba lemah, tekanan
(5)
darah menurun, tugor kulit turun, mukosa mulut kering, CRT melambat, BB
6. Feristaltik usus membaik (5)
menurun)
6. Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianal
7. Monitor jumlah pengeluaran diare
8. Monitor keamanan penyiapan makanan
Terapeutik :
1. Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam gula, oralit, pedialyte,
32

renalyte)
2. Pasang jalur intravena
3. Berikan cairan intravena (mis. ringer asetat, ringer laktat) jika perlu
4. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
5. Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
2. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan mengandung
laktosa
3. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis. loperamide, difenoksilat)
2. Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/spasmolitik (mis. papaverin,
ekstak belladonna, mebeverine)
3. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis. atapulgit, smektit, kaolin-
pektin)

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi


7. Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi (SIKI I.14539 Hal. 278)
keperawatan selama 1 × 8 Jam
33

berhubungan dengan diharapkan Kondisi klien Observasi :


membaik dengan kriteria hasil :
Peningkatan paparan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
(SLKI L.14137 Hal 139)
organisme patogen 1. Demam menurun (5) Terapeutik :
2. Kemerahan menurun (5)
lingkungan 1. Batasi jumlah pengunjung
3. Nyeri menurun (5)
4. Bengkak menurun (5) 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
5. Kadar sel darah putih
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
membaik (5)
6. Kultur feses membaik (5) pasien
4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam pemberian obat pencegah infeksi, jika perlu

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi


8. Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit (SIKI I.11353 Hal. 316)
keperawatan selama 1 × 8
34

kulit/jaringan Jam diharapkan Kondisi klien Observasi :


membaik dengan kriteria hasil :
berhubungan dengan 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. perubahan sirkulasi,
(SLKI L.14125 Hal 33)
Kekurangan volume 1. Hidrasi meningkat (5) perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
2. Perpusi jaringan meningkat
cairan penurunan mobilitas)
(5)
3. Kerusakan jaringan menurun Terapeutik :
(5)
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
4. Kerusakan lapisan kulit
menurun (5) 2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
5. Nyeri menurun (5)
3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
6. Perdarahan menurun (5)
7. Kemerahan menurun (5) 4. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
8. Suhu kulit membaik (5)
5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
9. Tekstur membaik (5)
10. Pertumbuhan rambut 6. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
membaik (5)
Edukasi :
1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. lotion, serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 menit saat berada
diluar rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya.
35

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997, dalam
Haryanto, 2017). Jadi, implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian
perilaku perawat yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim
kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan
perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan
mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi
suatu masalah (Meirisa, 2013). Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan telah
tercapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperwatan tetapi
tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.
Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan kecukupan data yang telah
dikumpulkan dan kesesuaian perilaku yang observasi. Diagnosis juga perlu
dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan
pada tahap intervensi untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat
dicapai secara efektif (Nursalam, 2018).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Chelvin Cipta Agustian
NIM : 2021-01-14201-021
Ruang Praktek : Ruang Flamboyan
Tanggal Praktek : 09-14 Oktober 2023
Tanggal & Jam Pengkajian : 09 Oktober 2023 & 08.00 WIB

3.1 Pengkajian Keperawatan


Pengkajian Tanggal : 09 Oktober 2023 & 08.00 WIB
3.1.1 Identitas Pasien
Nama Klien : An.N
TTL : Palangka Raya, 16 Juli 2021
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : Belum sekolah
Alamat : Jl. Kalimantan,Gang Pesanggrahan No. 03
Tgl MRS : 05 Oktober 2023
Diagnosa medis : Diare
3.1.2 Identitas Penanggung jawab
Nama Klien : Ny. Y
TTL : Barito Kuala, 11 Desember 1985
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Kalimantan,Gang Pesanggrahan No. 03
Hubungan keluarga : Ibu Kandung

36
34

3.1.3 Riwayat Kesehatan/Perawatan


3.1.3.1 Keluhan Utama :
Ibu Klien mengatakan “An. N mengalami BAB cair Bercampur darah
yang cukup sering (± 5x) disertai sakit perut”
3.1.3.2Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien di bawa oleh keluarganya ke IGD pada tanggal 05 Oktober 2023
pada pukul 23:56 WIB dengan keluhan BAB cair bercampur darah sudah 3
hari, Konsistensi dan bentuk lembek, warna kuning, Bau khas, Saat di
dilakukan pemeriksaan di dapatkan hasil TTV Nadi: 117 x/menit, RR: 28
X/menit, Suhu: 37 ˚C, SPO2: 98%, Saat di IGD pasien mendapatkan
tindakan pemasangan infus D5 ½ NS 15 TPM di tangan kiri lalu di beri
terapi Injeksi paracetamol 3x100 mg, Ondansentron 1 mg, Po. Zink 1x10
mg, Cefotaxime 3x30 mg, Salep Mikonazole 2% Hydrocortisine 2,5%
(1:1) Di oles pada pantat yang merah, dan pada pukul 17.00 WIB pasien di
pindahkan ke ruang Flamboyan untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut .
3.1.3.3 Riwayat Kesehatan Lalu
a. Riwayat prenatal : Usia kelahiran 38 minggu dan selama
mengandung ibu rutin memeriksakan kandungan ke dokter
kandungan.
b. Riwayat natal : Umur kehamilan 9 bulan, persalian SC
(Sectio Caesarea), di tolong oleh bidan dan dokter, keadaan bayi baik,
ketika lahir bayi menangis dengan berat badan lahir 3200 gram
c. Riwayat postnatal : Ibu klien mengatakan setelah melahirkan
tali pusat dirawat oleh bidan, ibu klien mengatakan bayi di mandikan
oleh perawat, ibu klien mengatakan memberikan ASI kepada bayi
d. Penyakit sebelumnya : Ibu klien mengatakan anaknya jarang sakit,
jika sakit hanya batuk dan pilek biasa.
e. Imunisasi :
Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT
Usia Lengkap Lengkap Lengkap Sudah Lengkap Lengkap
35

3.1.3.4 Riwayat Kesehatan Keluarga


Orang tua klien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menular maupun kronis.
Genogram Keluarga :

Keterangan :
Pria : 
Wanita :
Meninggal :
Klien :
Garis keturunan :
Tinggal serumah :-----

3.1.4 Pemerikasaan Fisik


3.1.4.1 Keadaan Umum :
Klien tampak lemas, posisi klien supinasi, tampak terpasang infus IVFD
KAEN 4B 960ml/24 infus terpasang ditangan sebelah kiri klien.
3.1.4.2 Tanda-tanda Vital :
Saat pengkajian TTV klien tanggal 09 Oktober 2023 pukul 11.00 WIB,
nadi/HR = 72 x/menit, suhu tubuh /T = 36˚C tempat pemeriksaan axilla,
dan pernapasan/RR = 25 x/menit, SPO2 : 98 % .
3.1.4.3 Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun : menutup, keadaan cembung, tidak terdapat kelainan
b. Rambut : Warna hitam, keadaan rambut : cukup baik tidak mudah
rontok, tidak mudah dicabut dan tidak kusam.
36

c. Kepala : Keadaan kulit kepala : bersih, berminyak, tidak terdapat


benjolan atau kelainan.
d. Mata : Bentuk simetris, conjungtiva : anemis, skerela : normal, reflek
pupil : normal, oedem palpebra : tidak, ketajaman penglihatan : normal.
e. Telinga : Bentuk Simetris, tidak terdapat serumen atau secret, tidak ada
peradangan, Ketajaman pendengaran : baik
f. Hidung : Bentuk Simetris tidak ada serumen/secret, tidak ada pasase
udara dan Fungsi penciuman baik
g. Mulut : Bibir : intak, tidak stenosis, keadaan bibir kering dan palatum
lunak.
h. Gigi : tidak terdapat carries, belum tumbuh gigi
3.1.4.4 Leher dan tenggorokan
Bentuk : Normal/Simetris
Reflek menelan : Normal
Pembesaran tonsil : tidak ada
Pembesaran vena jugularis : tidak ada
Benjolan : tidak ada
Peradangan : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
3.1.4.5 Dada
Bentuk simetris, tidak ada Retraksi dada, Bunyi nafas normal/vesikuler,
Tipe pernafasan perut & dada, Bunyi jantung Normal, Iktus cordis Normal
tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak ada nyeri dada, keadaan payudara
normal, Tidak ada jejas, CRT 2 < detik.
3.1.4.6 Punggung
Bentuk simetris, tidak ada peradangan, dan tidak ada benjolan.
3.1.4.7 Abdomen
Bentuk simetris, bising usus 25x/menit, tidak terdapat asites, tidak ada
massa, tidak hepatomegaly, tidak spenomegali, tidak ada nyeri tekan, saat
dilakukan perkusi terdengar timpani, tidak ada luka operasi, tidak ada
nyeri tekan pada area ginjal
3.1.4.8 Ektremitas
37

Pergerakan/tonus otot 5 5
5 5
Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan pada ekstermitas, tidak ada
kelainan tulang belakang, Oedem tidak ada, tidak terdapat sianosis, tidak
terdapat Clubbing Finger, Keadaan kulit/turgor Baik,
3.1.4.9 Genetalia
a. Laki-laki
Kebersihan : bersih
Keadaan testia : lengkap
Hipospadia : tidak ada
Epispadia : tidak ada

3.1.5 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


1) Gizi : Baik, BB 10 kg, PB 90 cm
2) Kemandirian dalam bergaul : anak dapat tersenyum atau menangis ketika
bersama orang tua dan perawat
3) Motorik halus : anak dapat menggenggam jari orang tua atau perawat
ketika berinteraksi
4) Motorik kasar : anak dapat mengangkat lehernya sendiri
5) Kognitif dan bahasa : anak mau berinteraksi dan mengeluarkan suara
“ah” ketika melihat atau mendengar suara dari orang tuanya
6) Psikososial : Anak dekat dengan orangtua nya.

3.1.6 Pola Eliminasi


No Intake Jumlah (cc)
1 Makan (Peroral) ½ Porsi
2 Minum (Peroral) Klien diberi ASI
4 x/24 jam
(diberikan dengan
selang waktu setiap
2 jam)
3 Pemberian Obat
Obat-obatan 346 cc
Cairan Infus 960cc/24 jam
38

Total 1306cc/24 jam


No Output Jumlah (cc)
1 Urine (0,5-1cc/Kg/BB/Jam) 500cc/kg/BB/6jam
2 BAB (± 20cc/6 jam) 500cc
3 Muntah -
4 Air metabolisme 30cc/Kg/BB/hari
Total 1030cc/Kg/BB/hari
Inbalance Cairan
Intake cairan = 1306cc/24 jam
Output cairan = 1030cc/Kg/BB/hari
= 1306 – (1030 + 280)= - 4 cc/KgBB/Hari

IWL= (30 – Usia Anak Dalam Tahun) x BB kg


= 30 – 2 Tahun) x 10 kg
= 28 x 10
= 280 cc

Keluhan lainnya : Klien tampak lemas dan membran mukosa tampak


kering, mata tampak cekung, tugor kulit kering
CRT < 2 detik, BAB 4x dengan intensitas feses cair
berwarna kekuningan.
Masalah Keperawatan : Diare & Resiko Ketidakseimbangan
Elektrolit

3.1.7 Pola Aktifitas sehari-hari


No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi
a. Frekuensi 3x sehari 3x sehari
b. Nafsu Baik Baik
makan/selera Asi Asi
c. Jenis makanan
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1x sehari 4x sehari
Konsistensi Lunak Cair
b. BAK
Frekuensi 5x sehari 5x sehari
Konsistensi Kuning jernih Kuning jernih
3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 2 jam 1 jam
39

b. Malam/ jam 10 jam 4 jam


4 Personal hygiene
a. Mandi 2x sehari 2x sehari
b. Oral hygiene 1x sehari 1x sehari
Diet :
 Biasa  Cair  Saring  Lunak
Keluhan lainnya : Tidak ada masalah
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
3.1.8 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
Data Penunjang : 06 Oktober 2023 Jam 14:30
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. HGB 12.2 g/dL 13.5 – 18.0
2. WBC 15.120 (10^3/uL) 4.500 – 11.000
3. HCT 36 % 37 – 48
4. PLT 519.000 (10^3/uL), 150.000 – 400.000
5 Natrium(Na) 132 135 - 148
6 Kalium(K) 3,7 3,5 – 5,3
7 Calcium(Ca) 1,26 0,98 – 1,2

Data Pemeriksaan Tanggal 07 Okrober 2023 Jam 08:47 WIB


No Jenis Pemeriksaan Hasil
1. Konsistensi Dan Bentuk Lembek
2. WARNA Kuning
3. Bau Khas
4. Lendir Positif
5 Parasit Negatif
6 Serat Makanan Positif
7 Jamur Positif
40

3.1.9 Penatalaksanaan Medis


Tanggal : 09 Oktober 2023
No. Terapi Medis Dosis Rute Indikasi

1. Infus KA-EN 960cc 15 IV Cairan ini diberikan untuk


4B TPM/24 jam membantu menyalurkan atau
memelihara keseimbangan air
dan elektrolit pada keadaan
dimana asupan makanan tidak
cukup atau tidak dapat
diberikan secara per oral.
2. Inj. Cefotaxime 3x300 mg IV cefotaxime adalah untuk
penatalaksanaan infeksi
saluran pernapasan bawah,
infeksi saluran kemih, pelvic
inflammatory disease, infeksi
intraabdominal, infeksi sistem
saraf pusat, infeksi pada tulang
dan kulit, serta pada
bakteremia dan sepsis.

3. Inj. ODR 2x1 mg IV Ondansetron adalah antiemetik


(antimual) yang termasuk
dalam kelompok antagonis
reseptor serotonin (reseptor
5HT3).

4. Inj. 3x100 mg IV Indikasi paracetamol adalah


Paracetamol untuk meredakan gejala
demam dan nyeri pada
berbagai penyakit seperti
demam dengue, tifoid, dan
infeksi saluran kemih. Pada
pasien anak, paracetamol
digunakan saat suhu > 38,5 C.

5. Zink 1x10mg Oral Indikasi utama pemberian zinc


adalah sebagai terapi defisiensi
zinc dan kondisi lain yang
mungkin berhubungan dengan
41

defisiensi zinc.

6. Inj. 3x100 mg IV Metronidazole merupakan obat


Metronidazole golongan antibiotik dan
antiprotozoa yang digunakan
sebagai terapi infeksi bakteri
anaerob, parasit, dan beberapa
protozoa.

7. Nystatin 3x1 ml Oral Nystatin adalah obat antijamur


yang diproduksi oleh beberapa
perusahaan farmasi dan dalam
berbagai bentuk sediaan obat.

Palangka Raya, 09 Oktober 2023


Perawat

Chelvin Cipta Agustian


NIM 2021-01-14201-021
42

ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB

Ds : Proses infeksi Diare


- Ibu Klien mengatakan (SDKI D.0020 hal.58)
An. N mengalami
BAB cair Bercampur
darah yang cukup
sering (± 5x) disertai Infeksi virus
sakit perut.
Do :
- Klien tampak terlihat
lemas
- Membran mukosa
tampak kering Bakteri disaluran
- Tugor kulit tampak pencernaan
kering CRT < 2 detik
- BAB Konsistensi dan
bentuk cair
- Warna Kuning Kontaminasi pada
- Bau Khas makanan atau
- Feses Posistif Jamur minuman yang
- TTV : dikonsumsi
N : 72x/menit
RR : 25x/menit
S : 360C
SPO2 : 98 % Diare
-WBC 15.120 (10^3/uL),
43

Ds : Diare Risiko
- Ibu Klien mengatakan Ketidakseimbangan
An. N mengalami Elektrolit
BAB cair Bercampur BAB sering dengan
darah yang cukup (SDKI D.0037 hal.88)
intensitas cair
sering (± 5x) disertai
sakit perut.
Do :
- Natrium (132) Kehilangan cairan
- Kalium (3,7) dan elektrolit
- Calcium (1,26)
berlebihan
- IWL 280 cc
- Inbalance Cairan
Intake cairan =
1306cc/24 jam
Output cairan =
1030cc/Kg/BB/hari Dehidrasi
= 1306 – (1030 + 280)
= - 4 cc/KgBB/Hari
- HGB 12.2 g/dL,
- PLT 519.000 Kulit kurang elastis,
(10^3/uL). mukosa kering
- HCT : 36 %
- TTV :
N : 110x/menit
RR : 34x/menit Risiko
S : 360C Ketidakseimbangan
Elektrolit

Ds : Ketidakmampuan Defisit Pengetahuan


mengahadapi
- Ibu Klien mengatakan (SDKI D.0111. Hal.
masalah
Belum mengetahui
246)
tentang Penyebab diare
dan penanganannya.
Kurang terpapar
Do :
informasi
- Ibu pasien tampak
kebingungan terkait
Penyebab diare dan
Defisit
penanganannya.saat
Pengetahuan
ditanya
- Ibu pasien tampak
bertanya kepada
perawat
44

3.2 Prioritas Masalah


1. Diare (SDKI D.0020 hal.58) berhubungan dengan proses infeksi ditandai
dengan Ibu Klien mengatakan An. N mengalami BAB cair Bercampur darah
yang cukup sering (± 5x) disertai sakit perut, Klien tampak terlihat lemas,
Membran mukosa tampak kering, Tugor kulit tampak kering CRT < 2 detik,
BAB Konsistensi dan bentuk cair, Warna Kuning, Bau Khas Feses Posistif
Jamur, Lendir Positif, Serat Makanan Positif, TTV N : 72x/menit, RR :
25x/menit, S : 360C , SPO2 : 98 %, WBC 15.120 (10^3/uL.
2. Defisit Pengetahuan (SDKI D.0111. Hal. 246) berhubungan dengan Kurang
terpapar informasi Ditandai dengan Ibu pasien tampak kebingungan terkait
Penyebab diare dan penanganannya.saat ditanya, Ibu pasien tampak
bertanya kepada perawat.
3. Risiko ketidakseimbangan elektrolit (SDKI D.0037 hal.88) berhubungan
dengan Diare ditandai dengan Ibu Klien mengatakan An. N mengalami
BAB cair Bercampur darah yang cukup sering (± 5x) disertai sakit perut,
TTV N : 110x/menit, RR : 34x/menit, S : 36 0C, Natrium (132), Kalium
(3,7), Calcium (1,26) , IWL (280cc), Inbalance Cairan Intake cairan
=1306cc/24 jam, Output cairan = 1030cc/Kg/BB/hari = 1306 – (1030 +
280)= - 4 cc/KgBB/Hari, HGB 12.2 g/dL, PLT 519.000 (10^3/uL), HCT :
36 %.
45
46

3.3 Rencana Keperawatan


Nama Pasien : An. N
Ruang Rawat : Flamboyan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

(SLKI (Eliminasi Fekal) (SIKI Manajemen Diare)


Diagnosa 1
(L.04033 Hal 23)
(I.03101 Hal.164) 1. Untuk mengetahui penyebab
Diare (SDKI D.0020 hal.58) Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan proses keperawatan selama 1 × 7 Jam Observasi diare pada klien
infeksi ditandai dengan Ibu diharapkan Diare pada klien
1. Identifikasi penyebab diare
Klien mengatakan An. N dapat teratasi dan membaik
mengalami BAB cair dengan kriteria hasil : (mis. inflamasi gastrointestinal,
Bercampur darah yang cukup 1. Kontrol pengeluaran feses
iritasi gastrointertinal, proses
sering (± 5x) disertai sakit meningkat (5)
perut, Klien tampak terlihat 2. Nyeri abdomen menurun(5) infeksi, malabsorpsi, ansietas,
lemas, Membran mukosa 3. Kram abdomen menurun (5)
stress, efek obat-obatan,
tampak kering, Tugor kulit 4. Konsistensi feses membaik
tampak kering CRT < 2 detik, (5) pemberian botol susu)
BAB Konsistensi dan bentuk 5. Feristaltik usus membaik (5)
2. Identifikasi riwayat pemberian 2. Untuk mengetahui apa saja
cair, Warna Kuning, Bau makanan
Khas , TTV N : 72x/menit, asupan makanan yang
RR : 25x/menit, S : 360C , dikonsumsi klien
SPO2 : 92 %, WBC 15.120
(10^3/uL. 3. Monitor warna, volume, 3. Untuk dapat mengkontrol
frekuensi, dan konsistensi pengeluaran feses pada klien
tinja

4. Monitor jumlah pengeluaran 4. Untuk dapat mengkontrol


diare jumlah balance cairan pada
47

klien
Terapeutik
5. Berikan asupan cairan oral (mis. 5. Agar klien mendapatkan terapi
larutan garam gula, oralit,
untuk memenuhi kebutuhan
pedialyte, renalyte)
yang cukup
6. Berikan cairan intravena 6. Agar klien mendapatkan cairan
yang cukup dalam tubuh
(mis. ringer asetat, ringer
laktat) jika perlu
Edukasi
7. Agar tidak memparah diare pada
7. Anjurkan menghindari
klien
makanan pembentuk gas,
pedas, dan mengandung
laktosa
8. Anjurkan melanjutkan 8. Agar klien mendapatkan zat gizi
sesuai kebutuhan bayi guna
pemberian ASI
meningkatkan ketahanan tubuh
bayi
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian obat 9. Bekerja sama dalam perawatan
klien agar mendapatkan hasil yang
maksimal.
48

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Diagnosa 2 (SLKI Keseimbangan (SIKI Pemantauan Elektrolit)


Risiko ketidakseimbangan Elektrolit) (I.03122 Hal.240) 1. Setelah penyebab diketahui
elektrolit(SDKI D.0037 hal.88) L.03021 Hal 42) Observasi : perawat akan mudah dalam
berhubungan dengan Diare Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kemungkinan menentukan tindakan
ditandai dengan Ibu Klien keperawatan selama 1 × 7 penyebab ketidakseimbangan selanjutnya yang dapat
mengatakan An. N mengalami Jam diharapkan Risiko elektrolit dilakukan.
BAB cair Bercampur darah yang Ketidakseimbangan 2. Monitor mual, muntah, dan 2. Mual, muntah dan diare
cukup sering (± 5x) disertai sakit elektrolit pada klien dapat diare merupakan keadaan yang dapat
perut, TTV N : 110x/menit, RR : teratasi dan membaik menyebabkan gangguan
34x/menit, S : 35,90C, Balance dengan kriteria hasil : keseimbangan elektrolit.
cairan :Intake cairan – Output 1. Serum natrium meningkat 3. Monitor kehilangan cairan, jika 3. Agar mengetahui masukan
cairan : 1360 - 1030 = 276 (5) Dalam Batas Normal perlu makanan dan cairan
cc/KgBB/Hari, HGB 12.2 g/dL, (135-148) Terapeutik :
PLT 519.000 (10^3/uL), HCT : 36 2. Serum kalium meningkat 4. Atur interval waktu 4. Menentukan status
%. (5) Dalam Batas Normal pemantauan sesuai kondisi keseimbangan cairan tubuh
(3,5-5,3) pasien klien.
3. Serum kalsium meningkat 5. Dokumentasi hasil pemantauan 5. Dokumentasi sebagai dasar
(5) Dalam Batas Normal hukum tindakan keperawatan
(0,98-1,2)) yang telah dilakukan jika suatu
saat nanti ada tuntutan dari
pasien dan sebagai alat
komunikasi antar tenaga
kesehatan.
Edukasi :
49

6. Jelaskan tujuan dan prosedur 6. Pasien dan keluarga mengetahui


pemantauan dan mengerti tujuan dan
prosedur pemantauan yang
dilakukan.
7. Informasikan hasil pemantauan, 7. Pasien dan keluarga mengetahui
jika perlu perkembangan keadaan klien.
Kolaborasi :
8. Kolaborasi dengan ahli kesehatan 8. Bekerja sama dalam perawatan
lainnya dalam pemberian IVFD, klien agar mendapatkan hasil
sesuai indikasi yang maksimal.

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Diagnosa 3 (SLKI Tingkat Pengetahuan) (SIKI Edukasi Kesehatan)


Defisit Pengetahuan (SDKI (L.12111 Hal 146) (I.12383 Hal.65) 1. Untuk mengetahui kesiapan dan
D.0111. Hal. 244) Setelah dilakukan tindakan Observasi : kemapuan pasien dalam
berhubungan dengan Kurang keperawatan selama 1 × 2 1. Identifikasi kesiapan dan menerima informasi.
terpapar informasi Ditandai Jam diharapkan Kondisi klien kemampuan menerima
dengan Ibu pasien tampak membaik dengan kriteria hasil: informasi.
kebingungan terkait Penyebab 1. Pengetahuan tentang topik 2. Identifikasi faktor-faktor yang 2. Materi dan media untuk
diare dan penanganannya.saat meningkat (5) dapat meningkatkan dan membantu Pendkes agar mudah
ditanya, Ibu pasien tampak 2. (5) menurunkan motivasi perilaku dipahami
bertanya kepada perawat. 3. Pertanyaan tentang masalah hidup bersih dan sehat
yang dihadapi menurun (5)
4. Perilaku Sesuai anjuran Terapeutik : 3. Agar mengetahui masukan
meningkat (5) 3. Sediakan materi dan media makanan dan cairan
Pendidikan Kesehatan
4. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan
sesuai kesepakatan
5, Berikan kesempatan untuk
50

bertanya
Edukasi :
6. Jelaskan faktor risiko yang dapat 4. Menentukan status
mempengaruhi Kesehatan keseimbangan cairan tubuh
7. Ajarkan perilaku hidup bersih klien.
dan sehat
8.Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
51

3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan


Nama Pasien : An. N
Ruang Rawat : Flamboyan

No. Tanda tangan dan


Hari/Tanggal
Dx Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama Perawat
Jam

1 Senin, 09 1. Mengidentifikasi penyebab diare S: -Ibu pasien mengatakan Anaknya masih


Oktober 2023 2. Mengidentifikasi riwayat pemberian makanan BAB cair (± 5x) bercampur darah.
3. Memonitor warna, volume, frekuensi, dan O:
14.00 WIB
konsistensi tinja - BAB pasien tampak 300cc
4. Memonitor jumlah pengeluaran diare - BAB Konsistensi dan bentuk cair,
5. Memberikan asupan cairan oral (Zink) Warna Kuning dan Bau Khas
Diagnosa 1
6. Memberikan cairan intravena (Infus KA-EN 4B - Klien terpasang Infus KA-EN 4B 960 Chelvin Cipta
960ml 15 TPM /24 jam) ml 15 /24 jam
Diare (SDKI Agustian
7. Menganjurkan menghindari makanan pembentuk - Berkolaborasi dalam pemberian terapi
D.0020 hal.58) gas, pedas, dan mengandung laktosa obat (Inj. Cefotaxime 3x300mg, Inj.
8. Menganjurkan melanjutkan pemberian ASI Metronidazole 3x100mg, Inj.PCT
9. Berkolaborasi pemberian obat(Inj. Cefotaxime 3x100mg, Inj.ODR 1x2mg, Zink
1x10mg, Nystatin 3x1ml)
3x300mg, Inj. Metronidazole 3x100mg, Inj.PCT
- TTV :
3x100mg, Inj.ODR 1x2mg, Zink 1x10mg, Nystatin N : 72x/menit, RR : 21x/menit, S : 360C
dan SPO2 : 98 %
3x1ml)
A : Diare Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 3, 4, 5, 6 & 9.
52

No. Tanda tangan dan


Hari/Tanggal
Dx Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama Perawat
Jam

2 Senin, 09 1. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab S : - Ibu pasien mengatakan anaknya masih


Oktober 2023 ketidakseimbangan elektrolit BAB cair (± 5x) berwarna kekuningan
2. Memonitor mual, muntah, dan diare
3. Memonitor kehilangan cairan, jika perlu O :
14.00 WIB - IWL (280 cc)
4. Mengatur interval waktu pemantauan sesuai
kondisi pasien - Balance cairan :
Diagnosa 2 Intake cairan – Output cairan :
5. Mendokumentasi hasil pemantauan Chelvin Cipta
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 1360 – (1030 + 280)= -4 cc/KgBB/Hari
Risiko - Klien diberikan asupan cairan Infus KA- Agustian
7. Berkolaborasi dengan ahli kesehatan lainnya
Ketidakseimban dalam pemberian IVFD, sesuai indikasi (KA-EN EN 4B 960 ml 15 TPM /24 jam
4B 960 ml 15 TPM /24 jam) - Keluarga pasien diberikan penjelasan
gan tentang tujuan prosedur pemantauan
Elektrolit(SDKI anaknya
D.0037 hal.88) - Berkolaborasi dalam pemberian terapi
obat (Inj. Cefotaxime 3x300mg, Inj.
Metronidazole 3x100mg, Inj.PCT
3x100mg, Inj.ODR 1x2mg, Zink
1x10mg, Nystatin 3x1ml).
- TTV
N : 72x/menit, RR : 21x/menit, S : 360C
dan SPO2 : 98 %.
A : Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit
Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 2, 3 & 7
No. Tanda tangan dan
53

Dx Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama Perawat

Jam

3 Senin, 09 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan S : - Ibu pasien mengatakan belum mengetahui
Oktober 2023 menerima informasi. tantang penyebab diare dan
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat penanganannya.
14.00 WIB
meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat. O :
3. Sediakan materi dan media Pendidikan - Ibu pasien tampak kebingungan terkait
Diagnosa 3 penyebab diare dan penanganannya saat
Kesehatan. Chelvin Cipta
4. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai di tanya.
Defisit - Ibu pasien tampak bertanya Tanya Pada Agustian
kesepakatan.
Pengetahuan 5. Berikan kesempatan untuk bertanya. Perawat.
6. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat A : Defisit Perngetahuan Belum Teratasi
(SDKI D.0111. P : Lanjutkan Intervensi 3, 4, & 5.
Hal. 246)
54

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN


Nama Pasien : An. N
Ruang Rawat : Flamboyan

No. Tanda tangan dan


Hari/Tanggal
Dx Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama Perawat
Jam

1 Senin, 10 3. Memonitor warna, volume, frekuensi, dan S: -Ibu pasien mengatakan anaknya BAB cair
Oktober 2023 konsistensi tinja
berkurang (± 2x).
4. Memonitor jumlah pengeluaran diare
14.00 WIB
5. Memberikan asupan cairan oral (Zink) O:
6. Memberikan cairan intravena (Infus KA-EN 4B - Tampak BAB pasien hanya 100cc
960ml 15 TPM /24 jam) - BAB Konsistensi dan bentuk cair,
Diagnosa 1
9. Berkolaborasi pemberian obat(Inj. Cefotaxime Warna Kuning dan Bau Khas Chelvin Cipta
3x300mg, Inj. Metronidazole 3x100mg, Inj.PCT - Klien terpasang Infus KA-EN 4B 960
Diare (SDKI Agustian
3x100mg, Inj.ODR 1x2mg, Zink 1x10mg, ml + NS 15 /24 jam
D.0020 hal.58) Nystatin 3x1ml) - Berkolaborasi dalam pemberian terapi
obat (Inj. Cefotaxime 3x300mg, Inj.
Metronidazole 3x100mg, Inj.PCT
3x100mg, Inj.ODR 1x2mg, Zink
1x10mg, Nystatin 3x1ml)
- TTV :
N : 80x/menit, RR : 20x/menit, S : 360C
dan SPO2 : 99 %.
A : Diare Teratasi
P : Intervensi Dihentikan.
No. Tanda tangan dan
Hari/Tanggal
Dx Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama Perawat
Jam

2 Senin, 09 2.Memonitor mual, muntah, dan diare S : - Ibu pasien mengatakan anaknya BAB
3.Memonitor kehilangan cairan, jika perlu hanya (± 2x) berwarna kekuningan.
Oktober 2023
7.Berkolaborasi dengan ahli kesehatan lainnya dalam
pemberian IVFD, sesuai indikasi (KA-EN KA-EN 4B O :
14.00 WIB 960 ml + NS 15 TPM /24 jam) - Pasien Tampak sehat
- IWL (280cc)
Diagnosa 2 - Balance cairan :
Chelvin Cipta
Intake cairan – Output cairan :
Risiko 1360 – (1030 + 280)= -4 cc/KgBB/Hari Agustian
Ketidakseimban - Berkolaborasi dalam pemberian terapi
obat (Inj. Cefotaxime 3x300mg, Inj.
gan Metronidazole 3x100mg, Inj.PCT
Elektrolit(SDKI 3x100mg, Inj.ODR 1x2mg, Zink
D.0037 hal.88) 1x10mg, Nystatin 3x1ml)
- TTV :
N : 80x/menit, RR : 20x/menit, S : 360C
dan SPO2 : 99 %.
A : Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit
Teratasi
P : Intervensi Dihentikan

55
No. Tanda tangan dan
Hari/Tanggal
Dx Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama Perawat
Jam

3 Senin, 09 3.Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan. S : - Ibu pasien mengatakan sudah paham
4.Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan. tantang penyebab diare dan
Oktober 2023
5.Berikan kesempatan untuk bertanya. penanganannya.
14.00 WIB O :
- Ibu pasien tampak paham terkait
Diagnosa 3 penyebab diare dan penanganannya saat
Chelvin Cipta
di tanya.
Defisit - Ibu pasien tampak tidak bertanya Tanya Agustian
Pengetahuan lagi Pada Perawat.
A : Defisit Pengetahuaan Teratasi
(SDKI D.0111. P : Intervensi Dihentikan
Hal. 246)

56
57
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk tinja
dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun
waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019). Diare adalah kondisi dimana seseorang
buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja
dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari
(Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2019).
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu hari. Secara klinis penyebab
diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh
bakteri, virus atau invasi parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi
dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2019).
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah suatu
keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3 kali/hari)
disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan atau tanpa
darah dan tanpa lendir.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan dengan diagnosa medis Diare dan sebagai
acuan atau referensi untuk mahasiswa dalam penulisan laporan studi kasus
selanjutnya.
4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKES Eka Harap
Palangka Raya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di
masa yang akan datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa

58
59

dalam penguasaan terhadap ilmu keperawatan mulai dari proses


keperawatan sampai pendokumentasian.
4.2.3 Bagi Institusi Rumah Sakit
Diharapkan bagi RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, penulisan
laporan studi kasus ini di dapat sebagai referensi bagi perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Diare, serta sebagai
masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik, khususnya
pada pasien dengan Diare.
DAFTAR PUSTAKA
Ayhan. (2016). The Effectiveness Of Neck Stretching Exercises Following Total
Thyroidectomy On Reducing Neck Pain And Disability: A Randomized
Controlled Trial. 13.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Buku
2. EGC.
Butcher, H., Bulechek, G., Dohterman, J., & Wagner, C. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC) (I. Nurjannah & R. D. Tumanggor (eds.);
6th ed.). Elsevier Inc.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes Classification (NOC). In I. Nurjannah & R. D. Tumanggor (Eds.),
Nursing Outcomes Classification (NOC) (5th ed., pp. 1–766). Elsevier Inc.
Pusat data dan informasi kementrian kesehatan. (2015). Data riset keperawatan
dasar.
World Health Organization. (2016). Data Penyakit Terbanyak di Dunia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia SDKI, SIKI, SLKI
J. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610

Anda mungkin juga menyukai