LP+ASKEP Ruang Flamboyan (Chelvin C.a)
LP+ASKEP Ruang Flamboyan (Chelvin C.a)
LP+ASKEP Ruang Flamboyan (Chelvin C.a)
DISUSUN OLEH :
DISUSUN OLEH :
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini disusun oleh :
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan dengan Judul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan
Keperawatan Dengan Diagnosa Medis Diare Pada An. N Di Ruang Flamboyan
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya” Laporan pendahuluan dan asuhan
Keperawatan ini disusun guna melengkapi Praktik Praklinik Keperawatan II.
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya
3. Ibu Meida Sinta Ariani, S.Kep., Ners selaku Koordinator Praktik Praklinik
Keperawatan II
4. Ibu Dian Mitra S., Ners., M.Kep selaku Pemimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini
5. Ibu Nur Sa’adah, S.Kep., Ners selaku Pemimbing Lahan yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini
mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
harapkan saran dan kritik yang membangun dan semoga dapat bermanfaat.
Demikian, saya ucapkan terima kasih.
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1 Konsep Penyakit.............................................................................................3
2.1.1 Definisi..................................................................................................3
2.1.2 Anatomi Fisiologi Pencernaan..............................................................4
2.1.3 Etiologi..................................................................................................7
2.1.4 Klasifikasi...........................................................................................10
2.1.5 Patofisiologi........................................................................................12
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)................................................15
2.1.7 Komplikasi..........................................................................................17
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................17
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.......................................................................18
2.1.10 Terapi Non Farmakologi Diare.........................................................19
2.1.11 Terapi Farmakologi Diare.................................................................20
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan................................................................20
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.....................................................................20
2.2.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................22
2.2.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................24
2.2.4 Implementasi Keperawatan.................................................................32
2.2.5 Evaluasi Keperawatan.........................................................................32
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................33
3.1 Pengkajian Keperawatan..............................................................................33
3.2 Prioritas Masalah..........................................................................................44
3.3 Rencana Keperawatan..................................................................................45
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan....................................................50
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................53
4.1 Kesimpulan...................................................................................................53
4.2 Saran.............................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................55
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia. Karenanya tidak
mengherankan jika bahan-bahan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit
tersebut menempati tempat yang khusus dalam sejarah kedokteran. Dokter
Sumeria pada tahun 3000 SM telah menggunakan sediaan antidiare dari opium.
Penyakit diare atau juga disebut gastroenteritis masih merupakan salah satu
masalah utama negara perkembang termasuk Indonesia (Goodman dan Gilman,
2017).
Angka kesakitan penyakit diare adalah sekitar 200 – 400 kejadian di antara
1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan
penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, dengan sebagian besar
(70% - 80%) penderita ini adalah anak dibawah umur lima tahun, yang
disebabkan karena dehidrasi. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000 -
500.000 anak di bawah umur 5 tahun meninggal setiap tahunnya (Noerasid dkk,
2019).
Diare sebenarnya bukan merupakan hal asing bagi masyarakat, karena
sebagian besar dari anggota masyarakat pernah menderita penyakit ini. Namun,
angka kematian yang tinggi akibat diare terutama pada bayi dan anak-anak yaitu
sebesar 23,2% di wilayah Surabaya (Zeinb, 2020).
Kematian akibat diare biasanya bukan karena adanya infeksi dari bakteri atau
virus, tetapi terjadinya dehidrasi pada diare hebat yang serius disertai dengan
muntah-muntah, sehingga tubuh akan kehilangan banyak cairan tubuh. Sehingga
bisa berakibat dehidrasi, asidosis, hipokalemia yang tidak jarang akan berakhir
dengan kejang dan kematian. Pada bayi dan anak-anak kondisi ini lebih berbahaya
karena cadangan intrasel dalam tubuh mereka kecil dan cairan ekstrasel lebih
mudah dilepaskan jika dibandingkan orang dewasa. Pada pasien diare akut yang
parah harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap, selanjutnya dilakukan
upaya pengobatan (Setiawan, 2017).
1
2
3
4
3. Esofagus
Merupakan saluran pencernaan setelah mulut dan faring. Panjangnya kira kira 25
cm. posisi vertical dimulai dari bagian tengah leher bawah faring sampai ujung
bawah rongga dada dibelakang trakea. Pada bagian dalam di belakang jantung
menembus diafragma sampai rongga dada. Fundus lambung melewati
6
Fungsi usus halus yaitu menyekresi cairan usus, menerima cairan empedu dan
pangkreas melalui duktus kholedukus dan duktus pankreatikus, mencerna
makanan, mengabsorsi air garam dan vitamin, protein dalam bentuk asam amino,
karbohidrat dalam monoksida, dan menggerakan kandungan usus.
6. Usus besar
Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas atau
berdiameter besar dengan panjang kira-kira 1,5- 1,7 meter dan penampang 5-5cm.
Lanjutan dari usus harus yang tersusun seperti huruf U terbalik mengelilingi usus
halus terbentang dari valvula iliosekalis sampai anus.
Lapisan usus besar dari dalam keluar terdiri dari lapisan selaput lendir atau
(mukosa), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan lapisan jaringan
ikat. Bagian dari usus besar terdiri dari sekum, kolon asendens, kolon
transversum, kolon desendens dan kolon sigmoid. Fungsi usus besar adalah sebagi
berikut :
a. Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa massa membentuk
massa yang lembek yang disebut feses.
b. Menyimpan bahan feses.
c. Tempat tinggal bakteri koli.
2.1.3 Etiologi
Diare terjadi karena adanya Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan parasit)
alergi, malabsorpsi, keracunan, obat dan defisiensi imun adalah kategori besar
penyebab diare. Pada balita, penyebab diare terbanyak adalah infeksi virus
terutama Rotavirus (Permatasari, 2018). Sebagian besar dari diare akut disebabkan
oleh infeksi. Banyak dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna
antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan
reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan
elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel
epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat
menimbulkan keadaan malabsorpsi. Dan bila tidak mendapatkan penanganan yang
adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Secara klinis penyebab
diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebakan oleh
8
5. Non Infeksi
Malabsorbsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imonodefisiensi, obat dll.
9
Diare Akut :
No Gejala Penyebabnya
1 Diare tidak berdarah, gejala Infeksi (enteropatigenic dan
penyakit sistemik enterotoksigenic E.coli,
cryptosporidium, giardia, virus).
2 Diare berdarah, gejala penyakit Infeksi (shigella, campylobacter,
sitemik enteroinvasif dan enterohemoragik,
E.coli, salmonella, yersinia,
E.histolistica), penyakit radang usus
besar, colitis iskemik, colitis dan
pseudomembranosa.
3 Diare berdarah, tanpa gejala Infeksi prokitis ulseratif, prokitis
sistemik radiasi, dan karsinoma
rektosigmamoid.
4 Diare tidak berdarah, tanda gejala Infeksi atau keracunan makanan
sistemik (seperti disebutkan sebelumnya),
sindrom usus besar yang mudah
teriritasi, impaksi fektal, obatobatan
(antasida, antibiotika, NSAID,
kolsisin, kuinidin, digitalis,
metildopa, hidratazin, laktosa).
Diare Kronis :
No Gejala Penyebabnya
1 Diare tidak berdarah Sindrom iritasi usus besar,
intoleransi laktosa, obat-obatan
10
2.1.4 Klasifikasi
Penyakit diare secara umum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Diare akut
Diare akut adalah diare yang terjadinya mendadak dan berlangsung kurang
dari 2 minggu. Gejalanya antara lain: tinja cair, biasanya mendadak,
disertai lemah dan kadang-kadang demam atau muntah. Biasanya berhenti
atau berakhir dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Diare akut dapat
terjadi akibat infeksi virus, infeksi bakteri, akibat makanan.
2. Diare kronis
11
Diare kronis adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal
diare. Berdasarkan ada tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi 2 yaitu diare
spesifik dan diare non spesifik. Diare spesifik adalah diare yang
disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit. Diare non spesifik
adalah diare yang disebabkan oleh makanan (Wijaya, 2017). Diare kronik
atau diare berulang adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan
keenceran tinja yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan
baik secara terus menerus atau berulang, dapat berupa gejala fungsional
atau akibat suatu penyakit berat. Tanda-tanda diare kronik seperti: demam,
berat badan menurun, malnutrisi, anemia, dan meningginya laju endap
darah. Demam disertai defense otot perut menunjukan adanya proses
radang pada perut. Diare kronik seperti yang dialami seseorang yang
menderita penyakit crohn yang mula-mula dapat berjalan seperti serangan
akut dan sembuh sendiri. Sebaliknya suatu serangan akut seperti diare
karena infeksi dapat menjadi berkepanjangan. Keluhan penderita sendiri
dapat diarahkan untuk memebedakan antara diare akut dengan diare
kronik.
2.1.5 Patofisiologi
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
12
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin didinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian menjadi diare. Gangguan motilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air
dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Zein dkk, 2017).
Mekanisme terjadinya diare dan termaksut juga peningkatan sekresi atau
penurunan absorbsi cairan dan elektrolit dari sel mukosa intestinal dan eksudat
yang berasal dari inflamasi mukosa intestinal (Wiffen et al, 2017). Infeksi diare
akut diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare noninflamasi
dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitoksin di
kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan diare disertai lendir dan darah.
Gejala klinis berupa mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, tetenus, serta
gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin makroskopis ditemukan
lendir dan atau darah, mikoroskopis didapati sek lukosit polimakronuklear. Diare
juga dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus
dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan
mengeluarkan toksin yang menyebakan terjadinya diare. Pada dasarnya,
mekanisme diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada
sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi
enterotoksin atau sitoksin. Satu jenis bakteri dapat menggunakan satu atau lebih
mekanisme tersebut untuk mengatasi pertahanan mukosa usus (Amin, 2018).
Berdasarkan patofisiologinya, diare dapat dibagi atas 3 kelompok :
1. Osmotic diarrhoe, yang terjadi karena isi usus menarik air dari mukosa.
Hal ini ditemukan malabsorbsi, dan defisiensi laktase.
2. Secretori diarrhoea, pada keadaan ini usus halus, dan usus besar tidak
menyerap air dan garam, tetapi mengsekresikan air dan elektrolit. Fungsi
yang terbalik ini dapat disebabkan pengaruh toksin bakteri, garam
empedu, prostaglandin, dan lain-lain. Cara terjadinya, melalui rangsangan
oleh cAMP (cyclic AMP) pada sel mukosa usus.
13
Diare
Tekanan osmotic Kehilangan cairan Inflamasi usus BAB sering Gangguan osmotik Suplai O₂ dan
menurun dan elektrolit secara dengan intensitas (makanan tidak dapat nutrisi tidak adekuat
berlebihan Pathogen ke Nyeri pada cair diserap)
Cairan ekstra sel pembuluh darah epigatrium Ketidakmampuan
ditarik ke intra sel Kehilangan Kehilangan cairan Tekanan osmotik tubuh menyiapkan
cairan dalam Melepas piroksin dan elektrolit dalam rongga energi yang
Distensi
Cairan intra intra sel eksogen secara berlebihan usus meningkat adekuat
abdomen
sel meningkat
Vol sirkulasi menurun ATP yang
Fagositosis MK : Nyeri Dehidrasi Terjadi pergeseran
Lama kelamaan pembuluh darah dihasilkan sedikit
Akut air dan elektrolit ke
mengalami edem serebri Penurunan dalam rongga usus
Kulit kurang MK : Gangguan
pH darah Menstimulasi sel-sel
elastis, mukosa Integritas Kulit/Jaringan
Napas sesak dan enosemulia hipotalamus Isi rongga usus
kering
dalam Kerusakan ireversibel berlebihan
jaringan otak Peningkatan MK : Risiko
MK : Pola Napas Tidak suhu tubuh Proses Infeksi MK : Resiko Infeksi
Ketidakseimbangan
Efektif MK : Perfusi Elektrolit
Perifer Tidak MK : Hipertermia MK : Diare
Efektif
15
1. Diare tanpa dehidrasi Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami
dehidrasi karena frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum
ada tanda-tanda dehidrasi.
2. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%) Pada tingkat diare ini penderita
mengalami diare 3 kali atau lebih, kadangkadang muntah, terasa haus,
kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah
mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum
dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
3. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%) Pada keadaan ini, penderita
akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau langsung tidak ada,
irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor
kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering,
air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik)
dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
4. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%) Pada keadaan ini, penderita
sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini
penderita mengalami takikardi dengan 16 pulsasi yang melemah, hipotensi
dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan
ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak
mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan
juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit
yang dingin dan pucat (Kliegman et al, 2006).
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah dan/atau demam,
tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung
beberapa saat tanpa penanggulangan medis adekuat dapat menyebabkan kematian
karena kekurangan cairan tubuh yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau
karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik lanjut. Kehilangan cairan
menyebabkan haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi
menonjol, turgor kulit menurun, serta suara serak. Keluhan dan gejala ini
disebabkan deplesi air yang isotonik. Kehilangan bikarbonat akan menurunkan Ph
darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan, sehingga frekuensi
napas lebih cepat dan lebih dalam (Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh
17
untuk mengeluarkan asam karbonat agar pH dapat naik kembali normal. Pada
keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standar juga
rendah, pCO2 normal, dan base excess sangat negatif. Gangguan kardiovaskuler
pada hipovolemia berat dapat berupa renjatan dengan tanda denyut nadi cepat,
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, wajah pucat,
ujung-ujung ekstremitas dingin, dan kadang sianosis. Kehilangan kalium juga
dapat menimbulkan aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan
perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria, bila tidak segera diatasi akan
menyebabkan timbulnya penyakit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang
berarti gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat,
akan terjadi pemutusan sirkulasi paru-paru dan dapat menyebabkan edema paru
pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali (Amin, 2018).
Diare merupakan gejala nonspesifik yang merupakan manifestasi umum gangguan
GI, termaksut penyakit inflamasi perut, sindrom iritasi perut, keganasan saluran
cerna, sindrom berbagai macam malabsorbsi, dan infeksi intestinal akut atau
subakut dan gangguan-gangguanya. Diare dapat juga merupakan efek yang tidak
dikehendaki pada banyak obat (Wiffen et al, 2017).
2.1.7 Komplikasi
Menurut Nelwan (2017), bila tidak teratasi bisa menjadi diare kronis (terjadi
sekitar 1 % pada diare akut pada wisatawan). Bisa timbul pertumbuhan bakteri
diusus secara berlebihan, sindrom malabsorbsi. Merupakan tanda awal pada
inflammatory bowel disease. Menjadi predisposisi sindroma raiter’s atau sindrom
hemolitik uremikum.
Sedangkan menurut Suraatmaja (2017), kebanyakan penderita sembuh tanpa
adanya komplikasi, tetapi sebagian kasus mengalami komplikasi dari dehidrasi,
kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan. Komplikasi yang dapat terjadi
yaitu hipernatremia, hiponatremia, demam, edema, asidosis, hipokalemia, illeus
paralitikus, kejang, intoleransi laktosa, muntah dan gagal ginjal.
membaik (5) 3. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
Edukasi :
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan
penurun kolestrol, jika perlu
4. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam pemberian obat penurun tekanan darah, antikoagulan,
dan penurun kolesterol, jika perlu
5. Serum magnesium membaik 5. Monitor tanda dan gejala hipokalemia (mis. kelemahan otot, interval QT
(5)
memanjang, gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen ST, gelombang
6. Serum fosfor membaik (5)
U, kelelahan, parestesia, penurunan refleks, anoreksia, konstipasi, motilitas
usus menurun, pusing, depresi pernapasan)
6. Monitor tanda dan gejala hiperkalemia (mis. peka rangsangan, gelisah,
mual, muntah, takikardia mengarah ke bradikardia, fibrilasi/takikardia
ventrikel, gelombang T tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS tumpul,
blok jantung mengarah asistol)
7. Monitor tanda dan gejala hiponatremia (mis. disorentasi, otot berkedut,
sakit kepala, membran mukosa kering, hipotensi postural, kejang, letargi,
penurunan kesadaran)
8. Monitor tanda dan gejala hipernatremia (mis. haus, demam, mual, muntah,
gelisah, peka rangsang, membran mukosa kering, takikardia, hipotensi,
letargi, konfusi, kejang)
Terapeutik :
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
31
renalyte)
2. Pasang jalur intravena
3. Berikan cairan intravena (mis. ringer asetat, ringer laktat) jika perlu
4. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
5. Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
2. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan mengandung
laktosa
3. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis. loperamide, difenoksilat)
2. Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/spasmolitik (mis. papaverin,
ekstak belladonna, mebeverine)
3. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis. atapulgit, smektit, kaolin-
pektin)
36
34
Keterangan :
Pria :
Wanita :
Meninggal :
Klien :
Garis keturunan :
Tinggal serumah :-----
Pergerakan/tonus otot 5 5
5 5
Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan pada ekstermitas, tidak ada
kelainan tulang belakang, Oedem tidak ada, tidak terdapat sianosis, tidak
terdapat Clubbing Finger, Keadaan kulit/turgor Baik,
3.1.4.9 Genetalia
a. Laki-laki
Kebersihan : bersih
Keadaan testia : lengkap
Hipospadia : tidak ada
Epispadia : tidak ada
defisiensi zinc.
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Ds : Diare Risiko
- Ibu Klien mengatakan Ketidakseimbangan
An. N mengalami Elektrolit
BAB cair Bercampur BAB sering dengan
darah yang cukup (SDKI D.0037 hal.88)
intensitas cair
sering (± 5x) disertai
sakit perut.
Do :
- Natrium (132) Kehilangan cairan
- Kalium (3,7) dan elektrolit
- Calcium (1,26)
berlebihan
- IWL 280 cc
- Inbalance Cairan
Intake cairan =
1306cc/24 jam
Output cairan =
1030cc/Kg/BB/hari Dehidrasi
= 1306 – (1030 + 280)
= - 4 cc/KgBB/Hari
- HGB 12.2 g/dL,
- PLT 519.000 Kulit kurang elastis,
(10^3/uL). mukosa kering
- HCT : 36 %
- TTV :
N : 110x/menit
RR : 34x/menit Risiko
S : 360C Ketidakseimbangan
Elektrolit
klien
Terapeutik
5. Berikan asupan cairan oral (mis. 5. Agar klien mendapatkan terapi
larutan garam gula, oralit,
untuk memenuhi kebutuhan
pedialyte, renalyte)
yang cukup
6. Berikan cairan intravena 6. Agar klien mendapatkan cairan
yang cukup dalam tubuh
(mis. ringer asetat, ringer
laktat) jika perlu
Edukasi
7. Agar tidak memparah diare pada
7. Anjurkan menghindari
klien
makanan pembentuk gas,
pedas, dan mengandung
laktosa
8. Anjurkan melanjutkan 8. Agar klien mendapatkan zat gizi
sesuai kebutuhan bayi guna
pemberian ASI
meningkatkan ketahanan tubuh
bayi
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian obat 9. Bekerja sama dalam perawatan
klien agar mendapatkan hasil yang
maksimal.
48
bertanya
Edukasi :
6. Jelaskan faktor risiko yang dapat 4. Menentukan status
mempengaruhi Kesehatan keseimbangan cairan tubuh
7. Ajarkan perilaku hidup bersih klien.
dan sehat
8.Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
51
Jam
3 Senin, 09 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan S : - Ibu pasien mengatakan belum mengetahui
Oktober 2023 menerima informasi. tantang penyebab diare dan
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat penanganannya.
14.00 WIB
meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat. O :
3. Sediakan materi dan media Pendidikan - Ibu pasien tampak kebingungan terkait
Diagnosa 3 penyebab diare dan penanganannya saat
Kesehatan. Chelvin Cipta
4. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai di tanya.
Defisit - Ibu pasien tampak bertanya Tanya Pada Agustian
kesepakatan.
Pengetahuan 5. Berikan kesempatan untuk bertanya. Perawat.
6. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat A : Defisit Perngetahuan Belum Teratasi
(SDKI D.0111. P : Lanjutkan Intervensi 3, 4, & 5.
Hal. 246)
54
1 Senin, 10 3. Memonitor warna, volume, frekuensi, dan S: -Ibu pasien mengatakan anaknya BAB cair
Oktober 2023 konsistensi tinja
berkurang (± 2x).
4. Memonitor jumlah pengeluaran diare
14.00 WIB
5. Memberikan asupan cairan oral (Zink) O:
6. Memberikan cairan intravena (Infus KA-EN 4B - Tampak BAB pasien hanya 100cc
960ml 15 TPM /24 jam) - BAB Konsistensi dan bentuk cair,
Diagnosa 1
9. Berkolaborasi pemberian obat(Inj. Cefotaxime Warna Kuning dan Bau Khas Chelvin Cipta
3x300mg, Inj. Metronidazole 3x100mg, Inj.PCT - Klien terpasang Infus KA-EN 4B 960
Diare (SDKI Agustian
3x100mg, Inj.ODR 1x2mg, Zink 1x10mg, ml + NS 15 /24 jam
D.0020 hal.58) Nystatin 3x1ml) - Berkolaborasi dalam pemberian terapi
obat (Inj. Cefotaxime 3x300mg, Inj.
Metronidazole 3x100mg, Inj.PCT
3x100mg, Inj.ODR 1x2mg, Zink
1x10mg, Nystatin 3x1ml)
- TTV :
N : 80x/menit, RR : 20x/menit, S : 360C
dan SPO2 : 99 %.
A : Diare Teratasi
P : Intervensi Dihentikan.
No. Tanda tangan dan
Hari/Tanggal
Dx Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama Perawat
Jam
2 Senin, 09 2.Memonitor mual, muntah, dan diare S : - Ibu pasien mengatakan anaknya BAB
3.Memonitor kehilangan cairan, jika perlu hanya (± 2x) berwarna kekuningan.
Oktober 2023
7.Berkolaborasi dengan ahli kesehatan lainnya dalam
pemberian IVFD, sesuai indikasi (KA-EN KA-EN 4B O :
14.00 WIB 960 ml + NS 15 TPM /24 jam) - Pasien Tampak sehat
- IWL (280cc)
Diagnosa 2 - Balance cairan :
Chelvin Cipta
Intake cairan – Output cairan :
Risiko 1360 – (1030 + 280)= -4 cc/KgBB/Hari Agustian
Ketidakseimban - Berkolaborasi dalam pemberian terapi
obat (Inj. Cefotaxime 3x300mg, Inj.
gan Metronidazole 3x100mg, Inj.PCT
Elektrolit(SDKI 3x100mg, Inj.ODR 1x2mg, Zink
D.0037 hal.88) 1x10mg, Nystatin 3x1ml)
- TTV :
N : 80x/menit, RR : 20x/menit, S : 360C
dan SPO2 : 99 %.
A : Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit
Teratasi
P : Intervensi Dihentikan
55
No. Tanda tangan dan
Hari/Tanggal
Dx Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama Perawat
Jam
3 Senin, 09 3.Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan. S : - Ibu pasien mengatakan sudah paham
4.Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan. tantang penyebab diare dan
Oktober 2023
5.Berikan kesempatan untuk bertanya. penanganannya.
14.00 WIB O :
- Ibu pasien tampak paham terkait
Diagnosa 3 penyebab diare dan penanganannya saat
Chelvin Cipta
di tanya.
Defisit - Ibu pasien tampak tidak bertanya Tanya Agustian
Pengetahuan lagi Pada Perawat.
A : Defisit Pengetahuaan Teratasi
(SDKI D.0111. P : Intervensi Dihentikan
Hal. 246)
56
57
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk tinja
dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun
waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019). Diare adalah kondisi dimana seseorang
buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja
dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari
(Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2019).
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu hari. Secara klinis penyebab
diare dapat dikelompokan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh
bakteri, virus atau invasi parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi
dan sebab-sebab lainya (DEPKES RI, 2019).
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah suatu
keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3 kali/hari)
disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan atau tanpa
darah dan tanpa lendir.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan dengan diagnosa medis Diare dan sebagai
acuan atau referensi untuk mahasiswa dalam penulisan laporan studi kasus
selanjutnya.
4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKES Eka Harap
Palangka Raya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di
masa yang akan datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa
58
59