LAPORAN AKHIR FARKLIN

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FARMASI KLINIS

STUDI KASUS CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Kelompok 5:

AZAHRA MUTIARA (2148201137)

Kelas : Praktikum Farmasi Klinis 2021C

Dosen Pengampu :

Apt. Denia Pratiwi, M.Farm

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2024
A. Tujuan Praktikum

a. Mahasiswa mampu melakukan analisa patologi penyakit

b. Mahasiswa mampu melakukan analisa gejala penyakit

c. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terapi penyakit

B. Dasar Teori

1. Defenisi Gagal Ginjal Kronik

Ginjal merupakan organ utama sistem perkemihan. Ginjal mempunyai


peranan penting dalam menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan karena ginjal
salah satu organ vital dalam tubuh. Ginjal dianggap mengalami kegagalan secara
mendadak ketika ginjal tersebut tidak bisa berfungsi secara mendadak. Jadi ginjal
merupakan organ vital dalam tubuh yang berfungsi mempertahankan homeostatis
tubuh, dimana ginjal mengalami kegagalan menjalankan fungsinya dapat
mengakibatkan penumpukan cairan tubuh dan uremia (Cahyaningsih, 2011).
Gagal ginjal kronis (chronic renal failure) atau sering disebut dengan CKD
(Chronic Kidney Desease) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan azotemia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). Penyakit ini juga dikenal dengan penyakit
ginjal tahap akhir (End Stage Renal Desease).Angka kejadian ESRD sangat tinggi,
di Amerika sendiri sudah mencapai 8% pertahun dalam 5 tahun terakhir dimana
300.000 pasien perlu perawatan di rumah sakit (Diyono & Sri, 2019).
• Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease/CKD) adalah kehilangan
fungsi ginjal progresif, yang terjadi berbulan-bulan sampai bertahun-tahun,
yang dikarakterisasi dengan perubahan struktur normal ginjal secara
bertahap disertai fibrosis interstisial.
• CKD dikategorikan menurut tingkat fungsi ginjal, berdasarkan laju filtrasi
glomerulus (Glomerular Filtration Rate/GFR), menjadi tahap 1 sampai
tahap 5, dengan peningkatan nomor menunjukkan peningkatan derajat
keparahan penyakit, yang didefinisikan sebagai penurunan GFR. Sistem
klasifikasi ini diperoleh dari National Kidney Foundation's Kidney Dialysis
Outcomes and Quality Initiative (K/DOQI), dan memperhitungkan
kerusakan struktural dari kerusakan ginjal.
• CKD tahap 5. juga dikenal sebagai penyakit ginjal tahap akhir (End Stage
Renal Disease/ESRD), terjadi ketika GFR turun sampai kurang dari 15 ml/
menit per 1,73 m² luas permukaan tubuh. Pasien yang mengalami CKD
tahap 5 memerlukan dialisis berkepanjangan atau transplantasi ginjal untuk
mangurangi gejala uremik.

2. Patofisiologi
• Beberapa susceptibility factor dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan
ginjal, namun tidak semua faktor tersebut menyebabkan kerusakan ginjal.
Faktor-faktor, tersebut diantaranya usia lanjut, penurunan massa ginjal dan
kelahiran dengan bobot rendah (low birth weight), ras dan etnik minoritas,
riwayat keluarga, pendidikan atau pendapatan rendah, inflamasi sitemik, serta
dislipidemia.
• Faktor inisiasi (initiation factors) yang mengawali kerusakan ginjal dan dapat
dimodifikasi melalui terapi obat. Faktor inisiasi tersebut diantaranya diabetes
melitus, hipertensi, penyakit autoimun, penyakit ginjal polycystic, dan toksisitas
obat
• Faktor progresif (progression factors) dapat mempercepat penurunan fungsi
ginjal setelah inisiasi gagal ginjal. Faktor-faktor tersebut diantaranya glikemia
pada diabetes, hipertensi, proteinuria, dan merokok.
• Kebanyakan nefropati progresif berakhir pada jalur umum menuju kerusakan
parenkimal renal ireversibel dan ESRD (Gambar 91.1). Elemen utamanya adalah
kehilangan massa nefron, hipertensi kapilari glomerular, dan proteinuria.
ETIOLOGI
Dari data yang dikumpulkan oleh /ndonesrb n Renal Registry (IRB) pada tahun
2007- 2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak sebagai berikut
glomerulonelritis (25%), diabetes melitus (23%\, hipertensi (20%) dan ginjal
polikistik (10%) (Sudoyo & Aru, 2006),
1. Glomerulonelritis
Berdasarkan sumber terjadinya kelainan, glomerulonefritis dibedakan
primer dan sekunder. Glomerulonefritis primer apabila'penyakit dasarnya
berasal dari ginjal sendiri sedangkan glomerulonelritis sekunder apabila
kelainan ginjal terjadi akibat penyakit sistemik lain seperti diabetes
melitus, lupus eritematosus sistemik (LES), mieloma multiple atau
amiloidosis.
2. Diabetes Mellitus
Menurut American Diabetes Association (2003) dalam Soegondo (2005)
diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya.
3. Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik > 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi).
3. Manifestasi Klinik

Manifestasi kardiovaskular pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi,


gagaljantung kongestif dan edema pulmoner sedangkan gejala dermatologi yang sering
terjadi mencakup rasa gatal yang parah dan gejala gastrointestinal juga sering terjadi
mencakup anoreksia, mual, muntah, dan cegukan.

Beberapa gejala dan pemeriksaan yang dapat dijadikan pegangan /indikator


telah terjadinya penurunan fungsi ginjal yang signifikan yaitu:

1. Jumlah urin (kemih) berkurang atau tidak ada urin. Jumlah urin < 500 ml/24 jam
atau < 20 ml/Kg BB/jam pada orang dewasa dan < 1ml/kg BB/jam pada anak-
anak, walaupun jumlah air yang diminum dalam jumlah yang wajar/normal
2. Pucat anemia Penderita terlihat pucat pada muka maupun telapak tangannya, bila
diukur Hb 10 g/dl
3. Mual, muntah dan tidak nafsu makan.
4. Nafas berat, mudah sesak bila banyak minum atau melakukan kerja berat.
5. Rasa sangat lemah.
6. Sering cegukan/sedakan (hiccup) yang berkepanjangan.
7. Rasa gatal di kulit.
8. Pemeriksaan laboratorium yang penting: ureum darah sangat tinggi (nilai normal
ureum)
4. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik
Dibawah ini terdapat 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis sebagai berikut:
1. Stadium 1 (glomerulo filtrasirate/GFR normal (> 90 ml/min)
Seseorang perlu waspada akan kondisi ginialnya berada pada stadium 1
apabila kadar ureum atau kreatinin berada di atas normal, didapati darah atau
protein dalam urin, adanya bukti visual kerusakan ginjal melalui pemeriksaan
MRl, CT Scan, ultrasound atau contrast x-ray, dan salah satu keluarga
menderita penyakit ginjal polikistik. Cek serum kreatinin dan protein dalam
urin secara berkala dapat menunjukkan sampai berapa jauh kerusakan ginial
penderita. Bagi penderita GGK stadium 'l dianjurkan untuk :
a) Melakukan diet sehat, diantaranya:
Mengkonsumsi roti dan sereal gandum whole grain, buah segar dan
sayur sayuran, pilih asupan rendah kolesterol dan lemak, batasi asupan
makanan olahan yang banyak mengandung kadargula dan sodiumtinggi,
batasi penggunaan garam dan racikan yang mengandung sodium tinggi saat
memasak makanan, pertahankan kecukupan kalori, pertahankan berat tubuh
yang ideal, asupan kalium dan fosfor biasanya tidak dibatasi kecuali bagi
yang kadar di dalam darah diatas normal dan pertahankan tekanan darah
pada level normal, yaitu: 125/75 bagi penderita diabetes, 130/85 bagi
penderita non diabetes dan non proteinuria, serta'l25t75bagi penderita
diabetes dengan proteinuria.
b) Pertahankan kadar gula darah pada level normal.
c) Melakukan pemeriksaaan secara rutin ke dokter, termasuk melakukan cek
serum kreatinin untuk mendapatkan nilai GFR.
d) Minum obat - obatan yang diresepkan oleh dokter.
e) Berolah raga secara teratur.
f) Berhenti merokok.
2. Stadium 2 (penurunan GFR ringan atau 60 s/d 89 m/min)
Seseorang perlu waspada akan kondisi ginjalnya berada pada stadium 2
apabila: kadar ureum atau kreatinin berada di atas normal, didapati darah atau
protein dalam urin, adanya bukti visual kerusakan ginjal melalui pemeriksaan
MRl, CT Scan, ultrasound atau contrast x-ray, dan salah satu keluarga
menderita penyakit ginjal polikistik.
3. Stadium 3 (penurunan GFR moderat atau 30 s/d 59 m/min)
Seseorang yang menderita GGK stadium 3 mengalami penurunan GFR
moderat yaitu diantara 30 s/d 59 ml/min. Dengan penurunan pada tingkat ini
akumulasi sisa-sisa metabolisme akan menumpuk dalam darah yang disebut
uremia. Pada stadium ini muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi
(hipertensi), anemia atau keluhan pada tulang. Gejala- gejala iuga terkadang
mulai dirasakan seperti:
a) Fatique: rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.
b) Kelebihan cairan: Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat
ginjaltidak dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh.
Hal ini membuat penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki
bagian bawah, seputar wajah atau tangan. Penderita juga dapat mengalami
sesak nafas akaibat teralu banyak cairan yang berada dalam tubuh.
c) Perubahan pada urin: urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan
adanya kandungan protein di urin, Selain itu warna urin iuga mengalami
perubahan menjadi coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur
dengan darah. Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan terkadang
penderita sering trbangun untuk buang air kecil di tengah malam.
d) Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada
dapat dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal
seperti polikistik dan infeksi.
e) Sulit tidur: Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur
disebabkan munculnya rasa gatal, kram ataupun resf/ess /egs.
4. Stadium 4 (penurunan GFR parah atau 15-29 ml/min)
Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15-30% saja dan apabila
seseorang berada pada stadium ini maka sangat mungkin dalam waktu dekat
diharuskan menjalani terapi pengganti ginjal/dialisis atau melakukan
transplantasi. Kondisi dimana teriadi penumpukan racun dalam darah atau
uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu besar kemungkinan
muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia, penyakit
tulang, masalah pada jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya.
Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium 4 adalah: fatique: rasa
lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia, kelebihan cairan,
perubahan pada urin: urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya
kandungan protein di urin, rasa sakit pada ginjal, sulit tidur, nausea: muntah
atau rasa ingin muntah, perubahan cita rasa makanan, bau mulut uremic: ureum
yang menumpuk dalam darah dapat dideteksi melalui bau pernalasan yang tidak
enak, dan sulit berkonsentrasi.
5. Stadium 5 (penyakit ginjal stadium akhirAerminal atau < 15 ml/min)
Pada level ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya untuk
bekerja secara optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal
(dialisis) atau transplantasi agar penderita dapat bertahan hidup. Gejala yang
dapat timbul pada stadium 5 antara lain, kehilangan napsu makan, nausea, sakit
kepala, merasa lelah, tidak mampu berkonsentrasi, gatal - gatal, urin tidak
keluar atau hanya sedikit sekali, bengkak, terutama di seputar wajah, mata dan
pergelangan kaki, keram otot dan perubahan warna kulit. Seseorang didiagnosa
menderita gagal ginjal terminal disarankan untuk melakukan hemodialisis,
peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.
5. Penatalaksanaan
1. Terapi konservatil
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya laal ginjal secara
progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia,
memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara keseimbangan cairan dan
elektrolit (Price & Sylvia, 2006)
a. Peranan diet
Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau
mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk iangka lama dapat merugikan terutama
gangguan keseimbangan negatif nitrogen.
b. Kebutuhan iumlah kalori Kebutuhan iumlah kalori (sumber energi) untuk GGK
harus adekuat dengan tuiuan utama yaitu mempertahankan keseimbangan positil
nitrogen, memelihara status nutrisi dan memelihara status gizi.
c. Kebutuhan cairan
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah
diuresis mencapai 2 liter Per hari.
d. Kebutuhan elektrolit dan mineral
Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari LFG
dan penyakit ginjal dasar (underlying renal disease).
2. Terapi simptomatik
a. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium
(hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik dapat
diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodlum bicarbonat) harus segera
diberikan intavena bila pH < 7,35 atau serum bikarbonat < 20 mEq/l.
b. Anemia
Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu pilihan
terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah harus hati-
hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak.
c. Keluhan gastrointestinal
Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering dijumpai
pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama (c/rief
complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinalyang lain adalah ulserasi mukosa
mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program
terapi dialisis adekuat dan obat-obatan si mtomatik.
d. Kelainan kulit
Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit.
e. Kelainan neuromuscular
Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu ter,api hemodialisis reguler
yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.
f. Hipertensi
Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
g. Kelainan sistem kardiovaskular Tindakan yang diberikan tergantung dari
kelainan kardiovaskular yang diderita.
3. Terapi pengganti ginjal, dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada
LFG kurang dari 15 mTmenit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis
peritoneal, dan transplantasi ginjal.
6. Pendekatan Umum
1. TERAPI MODIFIKASI PERKEMBANGAN PENYAKIT (Progression-Modifying
Therapies)
Penanganan CKD dapat dilakukan melalui terapi farmakologi dan non-
farmakologi. Strategi terapi yang digunakan dipilih berdasarkan pada (gambar 91.2)
atau tidak adanya diabetes pada pasien (Gambar 91.3).
TERAPI NONFARMAKOLOGI
Diet rendah protein (0,6 sampai 0,75 g/kg/hari) dapat membantu memperlambat
perkembangan CKD pada pasien dengan atau tanpa diabetes, meskipun efeknya
cenderung kecil.
TERAPI FARMAKOLOGI
Pada Hiperglikemia
• Terapi intensif pada pasien dengan diabetes tipe 1 dan 2 dapat mengurangi
komplikasi mikrovaskular, termasuk nefropati. Terapi intensif dapat termasuk
insulin atau obat oral dan melibatkan pengukuran kadar gula darah setidaknya tiga
kali sehari.
• Perkembangan CKD dapat dibatasi melalui kontrol optimal terhadap
hiperglikemia dan hipertensi.
• Untuk informasi lain mengenai diabetes.
Pada Penderita Hipertensi
• Kontrol tekanan darah yang memadai (Gambar 91.4, lihat Gambar 91.2 dan
Gambar 91.3) dapat mengurangi laju penurunan GFR dan albuminuria pada
pasien dengan atau tanpa diabetes.
• Terapi antihipertensi untuk pasien CKD dengan diabetes atau tanpa diabetes
sebaiknya diawali dengan pemberian inhibitor ACE (angiotensin- converting
enzyme) atau bloker reseptor angiotensin II. Bloker kanal kalsium
nondihidropiridin biasanya digunakan sebagai obat antiproteinuria lini kedua
apabila penggunaan inhibitor ACE atau bloker reseptor angiotensin II tidak dapat
dítoleransi.
• Klirens (clearance) inhibitor ACE menurun pada kondisi CKD, sehingga
sebaiknya terapi dimulai dengan pemberian dosis terendah yang memungkinkan
diikuti dengan titrasi meningkat untuk mencapai target tekanan darah dan, sebagai
tambahan, mengurangi proteinuria.
• GFR umumnya menurun 25% sampai 30% dalam 3 sampai 7 hari setelah
memulai terapi dengan inhibitor ACE karena obat golongan tersebut mengurangi
tekanan intraglomerular. Peningkatan perlahan kreatinin serum lebih dari 30%
setelah inisiasi terapi dapat terjadi akibat inhibitor ACE dan penghentian
penggunaan sangat disarankan. Kadar serum potassium sebaiknya dimonitor
untuk mendeteksi perkembangan hiperkalemia setelah inisiasi atau peningkatan
dosis inhibitor ACE.
Hiperlipidemia
• Pembatasan asupan protein (lihat Gambar 91.3), penggunaan obat-obatan penurun
kolesterol, penghentian kebiasaan merokok, dan manajemen anemia dapat
membatu memperlambat laju perkembangan penyakit CKD.
• Tujuan utama (primer) penggunaan obat-obatan penurun kolesterol pada kondisi
CKD adalah untuk menurunkan risiko perkembangan penyakit kardiovaskular
ateroklerosis (tabel 91.2)
• Tujuan kedua (sekundernya) adalah untuk mengurangi terjadinya proteinuria dan
penurunan fungsi ginjal , yang terlihat pada penggunaan statin (Inhibitor 3-
hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase/inhibitor HMG A reduktase).
C. Deksripsi Kasus
1. IDENTITAS PASIEN
- Nama : ibu (S)
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Berat Badan : 66 kg
- Tinggi Badan : 148 cm
- No. MR : 01.64.63.xx
- Umur : 57 tahun
- Alamat : jagalan beji
- Tanggal MRS : 14/04/2022
- Ruang Rawat : Dahlia IV, no.11
- Status Pasien : umum PBI
- Dokter yang merawat : dr. YS
- Apoteker : apt. Dini Mardhiyani, M.Farm

2. KELUHAN UTAMA
Sesak napas menetap, memberat dengan aktifitas dan terbangun malam hari karena sesak.

3. SUBYEKTIF (Saat MRS)


Timbul kapalan pada telapak kaki kiri, dirawat sendiri terapi cefadroxyl 2x 500mg,
namun luka tadi membaik, nyeri luka (-), bau, demam (+).

4. OBYEKTIF (Saat MRS)


Vital sign tekanan darah dan nadi diatas normal, serta respirasi dan suhu tubuh normal.

5. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Ukus DM pedis, DM2O, CKD st IV susp ND, Anemia N-N c cusp Anemia, Hipertensist
II renal.

6. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Hipertensi, Struk, dyslipidemia, DM sejak 5 thn lalu dengan GD 200mg/Dl.

7. RIWAYAT PENGOBATAN
Diterapi dengan glibenklamid + metformin dan 1thn terakhir memakai insulin novomix
3x10 unit.
D. Analisa pengobatan

No Nama obat Dosis Mekanisme Indikasi Dosis literatur Keterangan

1. Ceftazidime 1gr/24 jam Ceftazidime mengikat 1 atau Septicemia, Dws: 1-6 gr di sesuai
lebih protein pengikat bacteremia, meningitis berikan 0,5, 1gr
penisilin (PBP) yang pneumonia ,infeksi atau 2 gr setiap 8
menghambat langkah saluran nafas bawah atau 12 jam
transpeptidasi akhir sintesis dll secara IV atau IM
peptidoglikan di dinding sel
bakteri. Hal ini Iso vol 51 hal :
mengakibatkan 140
penghambatan biosintesis
dinding sel, yang
menyebabkan lisis dan
kematian sel bakteri.

2. Metronidazole 500 mg/8 jam Metronidazol berinteraksi Urethritis,dan Dws: 500 mg tiap sesuai
dengan DNA mikroba untuk vaginitis ,pencegahan 8 jam iso vol51:
memutus untai dan struktur infeksi anaerob pasca hal 176
heliksnya yang operasi
menyebabkan penghambatan
sintesis protein, degradasi,
dan kematian sel.

3. Novomix 3x/unit NovoMix bekerja dengan Pengobatan diabetes Bersifat


cara yang sama seperti melitus pada orang individual dan di
insulin yang diproduksi dewasa, remaja, dan tentukan sesuai
secara alami dan membantu anak anak dengan ke
glukosa dari darah masuk ke butuhan pasien
dalam sel. Dengan
mengembalikan efek insulin,
kadar glukosa darah
terkontrol lebih baik dan
gejala serta komplikasi
diabetes berkurang.

4. Novorapid 3x16 unit insulin aspart, analog insulin Diabetes melitus Dosis lazim 0,5-1
manusia yang bekerja IU / KgBB / Hari
cepat, menurunkan kadar
glukosa darah dengan Drugs. com
merangsang penyerapan
glukosa perifer dan
menghambat metabolisme
glukosa hati.

5. Ciprofloxacin 400 mg/24 jm Ciprofloxacin, agen ISK, urethritis, Dws:isk ringan- Dosis kurang
servisitis, infeksi sedang 2x250
anti-infeksi fluoroquinolone, saluran nafas mg, berat: sehari
bekerja dengan menghambat 2x250 mg,infeksi
DNA girase saluran
dantopoisomerase IV, nafas,tulang dan
keduanya penting dalam sendi dan
replikasi DNA bakteri, jaringan lunak
transkripsi ringan – sedang
sehari2x250-500
mg,berat 2x500 -
750 mg,prostatitis
kronis 2x500
mg,infeksi
saluran cerna
2x500 mg

6. Ketorolac 30 mg/ 8 jam Ketorolak adalah prototipe Ketorolac parenteral Dosis awal 10 mg Sesuai
NSAID dengan sifat di indikasi untuk di ikuti dengan
antipiretik dan analgesik, penatalaksanaan peningkatan dosis
merupakan campuran jangka pendek 10-30 mg setiap
rasemat dari (-) S - dan (+) terhadap nyeri akut 4-6 jm bila di
R-enantiomer, dengan derajat sedang- berat perlukan ,dosis
bentuk S sebagai bentuk setelah op maks: dws 90
yang aktif secara biologis. mg,lansia
Obat ini menghambat enzim gangguan
siklooksigenase-1 dan 2 ginjal,dan pasien
(COX-1 dan 2) secara dgn bb <50kg
reversibel, sehingga sehari 60 mg
menyebabkan penurunan
pembentukan prekursor Iso hal 25
prostaglandin. Pemberian Hal 25
melalui rute oftalmik
menurunkan kadar
prostaglandin E 2 dalam
humor akuos.

7. Clindamycin 400 mg/ 24 jam Klindamisin, antibiotik Infeksi serius bakteri Dws infeksi sesuai
lincosamide, menghambat anaerob,streptococcus, serius 150-300
sintesis protein bakteri pneumokokus dan mg tiap 6 jm ,
dengan mengikat subunit atafilokokus lebih berat 300-
ribosom 50S secara 450 mg
reversibel, sehingga
mencegah pembentukan
ikatan peptida, perakitan Iso hal 167
ribosom, dan proses
translasi.

8. Irbesartan 1x300 mg menghambat efek Hipertensi dan mikro 150-300,intuk sesuai


vasokonstriksi dan sekresi dan makro lansia dosis awal
aldosteron dari angiotensin II albuminurea karena 75 mg
dengan mengikat secara diabetic nefropatik
selektif reseptor angiotensin Iso hal 304
II tipe 1 (AT 1 ).

9. Diltiazem 1x 100 mg Diltiazem adalah Angina pekteros Sehari 4x30nmg Sesuai


penghambat saluran Ca dapat di
turunan benzotiazepin dan tingkatkan
agen antiaritmia kelas IV. menjadi 300 mg
Obat ini menghambat sehari
masuknya ion Ca selama
depolarisasi otot polos Iso hal 286
pembuluh darah dan
miokardium, sehingga
menghasilkan relaksasi otot
pembuluh darah koroner dan
vasodilatasi koroner serta
meningkatkan pengiriman
oksigen miokard.

Mims

10. Simvastatin 1x 10 mg Simvastatin adalah inhibitor Mengurangi resiko Sehari 5-10 mg sesuai
kompetitif 3-hydroxy-3- mortalitas total,
methylglutaryl-coenzyme A mengurangi resiko Iso hal 317
(HMG-CoA) reductase, miokardial infarktion
enzim yang mengkatalisis non fatal,
konversi HMG-CoA menjadi hiperkolesterolemia
mevalonat, langkah awal dan
pembatas laju dalam
biosintesis kolesterol.

11. Gabapentin 2x100 mg Gabapentin secara struktural Epilepsy, nyeri Epilepsy: sehari Dosis kurang
berhubungan dengan neuropatik 1x300 mg untuk
neurotransmitter GABA. hari 1 ,hari ke 2:
Namun, obat ini tidak 2x300 mg hari ke
mengikat reseptor GABA A 3: 3x 300 mg
atau GABA B dan tidak sehari
mempengaruhi sintesis atau
penyerapan GABA. Nyeri neuropatik
Mekanisme pastinya tidak : ke 1: 1x300 mg
diketahui, tetapi telah hari ke 2: 2x 300
ditunjukkan bahwa mg
gabapentin mengikat dengan Hari ke 3 : 3x300
afinitas tinggi ke subunit a-2- mg sehari
8-1 dari saluran Ca yang
dikontrol voltase, yang dapat Mims online
ditemukan di presinaps, dan
dapat memfasilitasi
pelepasan neurotransmitter
eksitatori yang berperan
dalam epileptogenesis dan
nosisepsi.
12. Sisitenol 3x 500 mg

13. Metylcobalamin 2x500 mg Mekobalamin, vitamin yang Neurofatik perifer Dosis awal 500
larut dalam air, adalah mcg 3x Sehari/
bentuk vitamin B12 yang dapat di
aktif secara biologis. Ia sesuaikan
bertindak sebagai koenzim berdasarkan usia
dalam sintesis metionina dari pasien dan
homosistein. Ia mendorong tingkat keparahan
sintesis asam nukleat dan gejala
protein dalam sel saraf,
mendorong transportasi Mims online
akson dan regenerasi. Selain
itu, ia meningkatkan
rangsangan serabut saraf,
mendorong sintesis lesitin
dengan meningkatkan
mielinisasi, dan mendorong
pematangan dan pembelahan
eritroblas.

14. Lansoprazole 1x30 mg Lansoprazole adalah agen Tukak lambung aktif Tukak Sesuai
antisekresi lambung dan tukak duodenum, duodenum: sehari
benzimidazole tersubstitusi refluks esophagitis 30 mg selama 4
dan juga dikenal sebagai erosive yang refrakter, minggu. Tukak
penghambat pompa proton sindrom zollinger lambung: sehari
(PPI). Obat ini menghambat elison 30 mgselama 8
langkah terakhir dalam minggu.
produksi asam lambung Esofagitis erosif:
dengan menghambat sistem sehari 30
enzim H+/K+- adenosin mgselama 4
trifosfatase (ATPase) yang minggu, bila
terdapat pada permukaan perlu dpt
sekresi sel parietal lambung, diteruskan 4
sehingga menekan sekresi minggu lagi.
asam lambung. Sindrom
Zollinger Elison:
sehari 60 mg,

selama
dibutuhkan, bila
perlu 90 mg atau
sehari 20 mg
dalam 2 dosis
bagi

Iso hal 403

15. As. Folat 3x1 tab Asam folat penting untuk Hemolitik kronis , Hemolitik kronis
pembentukan koenzim dalam anemia megalobastik 5 mg setiap 1-7
banyak sistem metabolisme hari, anemia
seperti sintesis purin, megaloblastik : 5
pirimidin, dan metionin. mg setiap hari
Asam folat juga penting
dalam sintesis nukleoprotein, Mims online
pemeliharaan eritropoiesis,
dan stimulasi produksi sel
darah putih dan trombosit
pada anemia defisiensi folat.

16. CaCo3 3x1 tab Kalsium karbonat Hiperasiditas, Hiperasiditas Sesuai


kekurangan kalsium, dws: 0,5 -3 gr
dan pasien dengan saat gejala
digunakan sebagai sumber gaga ginjal kronis muncul maks: 8
suplemen Ca untuk gr setiap hari
membantu mencegah atau selama 2 mg
menurunkan tingkat Kekurangan
pengeroposan tulang pada kalsium : 0,5-4 gr
osteoporosis. Kalsium per hari dala 1-3
karbonat juga bekerja dosis terbagi
sebagai antasida dengan
menetralkan keasaman Pasien gagal
lambung yang ginjal kronis : 3-
mengakibatkan peningkatan 7 gr per hari dosis
pH lambung dan duodenum. terbagi
Selain itu, kalsium karbonat
juga digunakan dalam
pengobatan hiperfosfatemia
pada pasien dengan penyakit
ginjal kronis dengan
mengikat fosfat dalam
saluran cerna untuk
membentuk kompleks yang
tidak larut sehingga
mengurangi penyerapan
fosfat.
E. Analisa SOAP

No Masalah medik Terapi Subjective Objective Assessment Plan


1 Ulkus DM pedis, -Ceftazidime Sesak nafas Vital sign tekanan darah • Ulkus Diabetes Lanjutan pengobatan
DM2O, CKD st 1g/24jam menetap, memberat dan nadi diatas normal, Melitus Pedis (terapi Cefadroxyl 500mg 2x
IV susp ND, -metronidazole 500 dgn aktifitas dan serta respirasi dan suhu cefadroxyl, kapalan sehari untuk ulkus
Anemia N-N e.c mg/ 8 jam terbanggun malam tubuh normal. kaki kiri, luka diabetes (pertimbangkan
susp Anemia, -nivomix 3x/unit hari karena sesak. membaik meskipun evaluasi lebih lanjut
Hipertensist II -novorapid 13x/unit (Saat MRS) Timbul ada demam dan bau). tentang kebutuhan
renal -ciprofloxacin 400 kapalan pd telapak • Diabetes Melitus Tipe antibiotik).
mg/24 jam kaki kiri, dirawat 2 (terapi insulin,
-ketorolax 30 sendri terapi glibenklamid, Insulin Novomix* untuk
mg/8jam cefadroxyl 2x metformin, kontrol kontrol gula darah,
-clindamycin 4x300 500mg. namun luka gula darah mungkin sesuaikan dosis sesuai
mg td membaik, nyeri kurang optimal). kebutuhan pasien.
-irbesartan 1x300mg luka (-), bau, demam • Chronic Kidney
-diltiazem 1x100mg (+). Disease (CKD) Ciprofloxacin 400mg 1x
-simvastatin 1x10mg Stadium IV dengan sehari dan Clindamycin
-gabapentin Suspensi Nefropati 300mg untuk infeksi
2x100mg Diabetes atau jika ada indikasi
-sisitenol 3x500mg • Anemia Normositik infeksi pada ulkus DM
-metylcobalamin Normokromik* pedis.
2x500mg (terapi terkait anemia
-lansoprazol 1x30mg perlu Ketorolac 30mg 3x
-as.folat 3x1 tab dipertimbangkan). sehari* untuk nyeri
-caco3 3x1 tab • Hipertensi II Renal (pertimbangkan
(terapi antihipertensi pengaruh pada fungsi
dengan irbesartan, ginjal).
diltiazem).
Gabapentin 100mg 2x
sehari untuk nyeri
neuropatik
(pertimbangkan dosis
penyesuaian).

Simvastatin 10mg untuk


kontrol dislipidemia.

Metylcobalamin dan
Asam Folat untuk
mendukung terapi
anemia.

Lansoprazol untuk
perlindungan lambung,
terutama terkait
penggunaan NSAID.

F. Monitoring dan follow up

Obat Efikasi ESO


Kondisi klinis TTV dan data lab Kondisi klinis TTV dan data lab
Ceftazidime Penurunan demam, TTV: Penurunan suhu Peningkatan kreatinin TTV: Hipotensi atau
perbaikan tanda tubuh, normalisasi serum, penurunan peningkatan suhu tubuh
infeksi tekanan darah. produksi urin. jika ada reaksi infeksi.
(pembengkakan, Data Lab: Normalisasi Data Lab: Kenaikan
nyeri). hasil kultur dan kreatinin, BUN, dan
sensitivitas, penurunan penurunan GFR (fungsi
kadar WBC (leukosit). ginjal).

Metronidazole Perbaikan infeksi TTV: Penurunan suhu Ruam kulit atau reaksi TTV: Meningkatkan suhu
anaerob, penurunan tubuh, normalisasi anafilaksis. tubuh jika reaksi alergi
demam. tekanan darah. terjadi.
Data Lab: Normalisasi Data Lab: Penurunan
WBC, penurunan kadar kadar leukosit, evaluasi
CRP (C-reactive fungsi hati (ALT, AST).
protein).
Novomix Kontrol gula darah, TTV: Normalisasi kadar Pusing, keringat dingin, TTV: Penurunan gula
penurunan kadar gula darah, stabilisasi gemetar pada darah di bawah target.
glukosa darah tekanan darah. hipoglikemia. Data Lab: Kadar glukosa
postprandial. Data Lab: Penurunan darah yang sangat rendah
HbA1c, gula darah (hipoglikemia).
puasa.
Novorapid Penurunan kadar TTV: Normalisasi kadar Pusing, kelemahan TTV: Penurunan gula
gula darah cepat gula darah postprandial. otot. darah di bawah target,
setelah makan. Data Lab: Penurunan tachycardia (denyut
gula darah, HbA1c. jantung meningkat pada
hipoglikemia).
Data Lab: Kadar glukosa
darah rendah, penurunan
HbA1c jika terjadi kontrol
yang baik.
Ciprofloxacin Perbaikan infeksi TTV: Penurunan suhu Pembengkakan atau TTV: Meningkatkan suhu
bakteri, penurunan tubuh, normalisasi nyeri tendon, ruam tubuh atau penurunan
demam. tekanan darah. kulit. tekanan darah.
Data Lab: Normalisasi Data Lab: Penurunan
WBC, sensitivitas kultur. kadar enzim hati (ALT,
AST), pemeriksaan kultur
untuk resistensi antibiotik.

Ketorolac Pengurangan nyeri TTV: Penurunan Perut nyeri, mual, atau TTV: Penurunan tekanan
dan inflamasi. tekanan darah, darah dalam tinja. darah, meningkatnya
normalisasi suhu tubuh. frekuensi jantung jika
Data Lab: Penurunan perdarahan terjadi.
CRP atau ESR jika ada Data Lab: Penurunan
inflamasi. hemoglobin, peningkatan
kreatinin/BUN, evaluasi
darah tersembunyi dalam
tinja.

Clindamicyn Penurunan gejala TTV: Penurunan suhu Perubahan tinja (diare, TTV: Peningkatan suhu
infeksi (demam, tubuh, normalisasi lebih cair), ruam atau tubuh jika terjadi reaksi
pembengkakan). tekanan darah. reaksi anafilaksis. alergi atau infeksi lebih
Data Lab: Normalisasi lanjut.
WBC, sensitivitas kultur Data Lab: Kultur positif
mikroba. untuk patogen, penurunan
WBC, ALT/AST
meningkat.

Irbesartan Penurunan tekanan TTV: Normalisasi Pusing, edema, nyeri TTV: Penurunan tekanan
darah, perlindungan tekanan darah. pinggang. darah, detak jantung
ginjal pada Data Lab: Penurunan meningkat.
hipertensi. kadar kreatinin dan Data Lab: Kenaikan
BUN. kalium, penurunan GFR
(fungsi ginjal),
peningkatan kreatinin
serum.

Diltiazem Pengendalian TTV: Penurunan Kaki bengkak, pusing, TTV: Penurunan tekanan
tekanan darah, tekanan darah, kontrol detak jantung lambat. darah atau detak jantung
stabilisasi irama irama jantung. yang sangat rendah
jantung. Data Lab: Penurunan (bradikardia).
kadar trigliserida, Data Lab: EKG untuk
penurunan tekanan detak jantung, evaluasi
darah. fungsi hati.

Penurunan kadar TTV: Penurunan kadar Nyeri otot, kelemahan. TTV: Penurunan kadar
Simvastatin kolesterol LDL, kolesterol LDL. kreatin kinase (CK) jika
pengurangan risiko Data Lab: Penurunan rhabdomyolysis terjadi.
kardiovaskular. profil lipid (LDL, Data Lab: Pemeriksaan
trigliserida). enzim hati (ALT, AST),
profil lipid (LDL, HDL).

Gabapentin Pengurangan nyeri TTV: Penurunan skor Pusing, kebingungan. TTV: Penurunan tingkat
neuropatik, nyeri, peningkatan tidur. kewaspadaan, bradikardia
perbaikan kualitas Data Lab: Tidak ada atau hipotensi pada dosis
tidur. pemeriksaan khusus tinggi.
untuk gabapentin. Data Lab: Tidak
diperlukan tes rutin
kecuali fungsi ginjal jika
ada masalah.
Sistenol Penurunan kadar TTV: Penurunan Mual, diare. TTV: Tidak ada
kolesterol, kolesterol total dan perubahan signifikan pada
pengurangan LDL. TTV.
trigliserida. Data Lab: Penurunan Data Lab: Profil lipid
trigliserida, LDL. untuk mengukur
perubahan kolesterol.
Metylcobalamin Perbaikan gejala TTV: Perbaikan Ruam, mual. TTV: Tidak ada
neuropatik pada kekuatan otot, perubahan signifikan.
defisiensi B12. peningkatan refleks. Data Lab: Pemeriksaan
Data Lab: Kadar kadar B12 serum, tes
vitamin B12 meningkat, neurologis.
peningkatan hematokrit.
Lansoprazole Pengurangan gejala TTV: Penurunan nyeri Mual, kehilangan nafsu TTV: Tidak ada
GERD, tukak ulu hati, penurunan rasa makan. perubahan signifikan.
lambung. terbakar di dada. Data Lab: Pemeriksaan
Data Lab: Pemeriksaan kadar B12, magnesium,
pH lambung, penurunan dan fungsi hati.
kadar gastrin.
As. Folat Pencegahan TTV: Penurunan Ruam atau reaksi alergi TTV: Tidak ada
defisiensi folat, kelelahan, perbaikan pada dosis tinggi. perubahan signifikan.
perbaikan kadar kadar hemoglobin. Data Lab: Pemeriksaan
hemoglobin pada Data Lab: Peningkatan kadar folat, hematokrit,
anemia. kadar folat, peningkatan hemoglobin.
hematokrit.
CaCo3 Meningkatkan kadar TTV: Peningkatan Nyeri perut, sembelit. TTV: Penurunan fungsi
kalsium darah, kepadatan tulang, ginjal (creatinine, BUN).
mendukung normalisasi kadar Data Lab: Kadar kalsium
kesehatan tulang. kalsium serum. serum yang tinggi,
Data Lab: Kadar pemeriksaan kreatinin
kalsium darah untuk fungsi ginjal.
meningkat.
G. KIE (Konseling, Informasi, Edukasi)
1. Tujuan Pengobatan:
- Mengontrol fungsi ginjal: Menjaga stabilitas kondisi ginjal dan mencegah
kerusakan lebih lanjut.
- Mengatasi atau mengatasi komplikasi terkait CKD seperti hipertensi, gangguan
elektrolit, dan anemia.
- Gejala Mengelola: Meredakan gejala seperti pembengkakan, nyeri, dan kelelahan.
❖ Komunikasi, bertujuan Membangun hubungan yang baik dan memberikan pemahaman
kepada pasien agar pasien merasa didengar, percaya, dan mau bekerja sama dalam
perawatan.
1. Pendekatan Awal:
▪ Salam dan perkenalkan diri dengan ramah.
▪ Pastikan suasana tenang dan nyaman saat berbicara.
▪ Gunakan bahasa yang sederhana, hindari istilah medis yang sulit
dimengerti.
▪ Berikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan atau
perasaan terkait penyakitnya.
2. Pentingnya Diskusi Aktif:
▪ Tanyakan apa yang pasien ketahui tentang kondisi penyakitnya.
▪ Libatkan pasien dalam diskusi mengenai rencana perawatan dan
pengobatan.
▪ Pastikan pasien dapat mengungkapkan kekhawatiran, misalnya ketakutan
terhadap insulin atau rasa cemas akibat komplikasi.
❖ Informasi, bertujuan memberikan penjelasan yang terperinci tentang penyakit,
pengobatan, dan langkah-langkah pencegahan komplikasi.
Informasi tentang Penyakit
1. Diabetes Mellitus (DM):
▪ Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan komplikasi seperti ulkus
kaki dan kerusakan ginjal (CKD).
▪ Penting untuk mengontrol kadar gula darah untuk mencegah komplikasi
lebih lanjut.
2. CKD Stadium IV:
▪ Ginjal tidak dapat berfungsi optimal untuk menyaring racun dari tubuh.
▪ Ini dapat menyebabkan anemia, peningkatan kreatinin, dan gangguan
elektrolit seperti kalium dan natrium.
3. Anemia Normokrom Normositik:
▪ Kondisi ini umum terjadi pada pasien dengan CKD karena ginjal tidak
memproduksi hormon eritropoietin yang cukup.
▪ Gejala seperti lemas, pucat, dan pusing perlu dipantau.
4. Ulkus Diabetikum:
▪ Luka di kaki yang sulit sembuh terjadi akibat kerusakan saraf dan
pembuluh darah.
▪ Jika tidak dirawat, risiko infeksi atau amputasi meningkat.
Informasi tentang Pengobatan
1. Jelaskan manfaat setiap obat yang diberikan:
• Insulin (Novomix) : Membantu mengontrol kadar gula darah.
• Irbesartan dan Diltiazem: Mengontrol tekanan darah, melindungi ginjal.
• Suplemen seperti Metilcobalamin dan Asam Folat: Membantu mengatasi anemia.
• Antibiotik (Ceftriaxone, Metronidazol): Mencegah atau mengatasi infeksi pada
ulkus kaki.
2. Teknik Penggunaan Insulin:
• Gunakan pada waktu yang telah ditentukan (sebelum makan).
• Rotasi lokasi injeksi (lengan, perut, paha) untuk menghindari lipodistrofi.
• Cuci tangan sebelum dan setelah injeksi.
Informasi tentang Pola Hidup
1. Diet
• Kurangi asupan karbohidrat sederhana (seperti nasi putih, gula) dan konsumsi
lebih banyak karbohidrat kompleks (seperti nasi merah, gandum).
• Hindari makanan asin dan berminyak.
• Minum air putih cukup, tetapi batasi sesuai anjuran dokter untuk pasien CKD.
2. Aktivitas
• Lakukan olahraga ringan seperti jalan kaki selama 15-30 menit sehari.
• Hindari aktivitas berat yang dapat memperparah sesak napas.
❖ Edukasi, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien agar ia dapat melakukan
perawatan secara mandiri dengan benar.
1. Cara Memantau Kesehatan
• Gula darah: Gunakan glucometer untuk memantau kadar gula darah sebelum dan
sesudah makan. Catat hasilnya setiap hari.
• Tekanan darah: Ukur tekanan darah secara teratur, terutama jika merasa pusing
atau sakit kepala.
• Luka di kaki: Periksa luka setiap hari. Jika ada perubahan seperti nanah, bengkak,
atau bau, segera ke dokter.
2. Waspada Tanda Bahaya
• Jika kadar gula darah sangat rendah (300 mg/dL): Gejala seperti mual, muntah,
atau lemas ekstrem. Segera ke fasilitas kesehatan.
• Jika luka di kaki memburuk, disertai demam tinggi atau bengkak.
3. Keteraturan Obat
• Jelaskan pentingnya minum obat tepat waktu untuk mencegah komplikasi.
• Jika lupa minum obat, segera konsumsi begitu ingat kecuali sudah mendekati
jadwal dosis berikutnya.
4. Pencegahan Infeksi Luka Kaki
• Hindari berjalan tanpa alas kaki.
• Gunakan alas kaki yang empuk dan pas di kaki.
• Bersihkan luka dengan antiseptik dan gunakan perban sesuai anjuran.
DAFTAR PUSTAKA

Wells, Barbara, Joseph, T., Schwinghammer, T.L., & Dipiro, C.V. (2015).
Pharmacotherapy Handbook Nineth Edition. New York : McGraw Hill.

Ikatan Apoteker Indonesia. (2019). ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia


Volume 52. Jakarta : PT ISFI Penerbitan.

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis.

Jakarta.Medscape. (2020). Drug & Disease. Medscape Article.

Pasaribu YR . (2021). PERBEDAAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN CKD


SEBELUM DAN SETELAH HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISARS SWASTA
DI SULAWESI UTARA. Jurnal Keperawatan, Volume 9, No. 1, Februari 2021, (Hal.
56-62)

Uswatun H, Nia R.D , Ludiana , Asri TP, Anik. (2023). Analisis Faktor-Faktor
Risiko Terjadinya Penyakit Ginjal Kronik Pada Pasien Hemodialisis. Jurnal Wacana
Kesehatan Vol 8 No.2 (2023) – Edisi Desember, pp 96-103

Anda mungkin juga menyukai