KLMPK F ASKEP LIVER

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN

SIROSIS HEPATIS (LIVER)

Kelompok F

Trifena Stevinia Tampi


Veren Injilia Assa
Vinda Siuce Tumelap
Sarnawati Hi. Maruf
DEFINISI
Sirosis adalah penyakit kronis yang dicirikan dengan
penggantian jaringan hati normal dengan fibrosis yang
menyebar, yang mengganggu struktur dan fungsi hati.
Sirosis, atau jaringan parut pada hati, dibagi menjadi tiga
jenis: alkoholik, paling sering disebabkan oleh alkoholisme
kronis, dan jenis sirosis yang paling umum,; paskanekrotik,
akibat hepatitis virus akut sebelumnya; dan bilierm akibat
obstruksi bilier kronis dan infeksi (jenis sirosis yang paling
jarang terjadi) (Brunner, 2013).

Sirosis hepatis adalah suatu keadaan patologis yang


menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatic yang berlangsung
progesif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodolus regenerative (Nurarif , 2015).
Menurut penulis sirosis hepatis merupakan penyakit kronis yang
dicirikan dengan penggantian jaringan hati normal dengan
fibrosis yang menyebar yang mengganggu struktur dan fungsi
hati dan keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir
fibrosis hepatic
ANATOMI FISIOLOGI

Hati merupakan organ terbesar didalam tubuh, beratnya


sekitar 1500 gram. Letaknya dikuadaran kanan atas
abdomen, dibawah diafragma dan terlindungi oleh tulang
rusuk (costae). Hati dibagi menjadi 4 lobus dan setiap
lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang
membentang kedalam lobus itu sendiri dan membagi
massa hati menjadi unit-unit kecil, yang disebut lobulus.

Sirkulasi darah ke dalam dan keluar hati sangat penting dalam penyelenggaraan
fungsi hati. Hati menerima suplai darahnya dari dua sumber yang berbeda.
Sebagian besar suplai darah datang dari vena porta yang mengalirkan darah
yang kaya akan zat-zat gizi dari traktus gastrointestinal. Bagian lain suplai darah
tersebut masuk ke dalam hati lewat arteri hepatika dan banyak mengandung
oksigen. Kedua sumber darah tersebut mengalir ke dalam kapiler hati yang
disebut sinusoid hepatik. Dengan demikian, sel-sel hati (hepatosit) akan
terendam oleh campuran darah vena dan arterial. Dari sinusoid darah mengalir
ke vena sentralis di setiap lobulus, dan dari semua lobulus ke vena hepatika.
Vena hepatika mengalirkan isinya ke dalam vena kavinferior. Jadi terdapat dua
sumber yang mengalirkan darah masuk ke dalam hati dan hanya terdapat satu
lintasan keluarnya
ANATOMI FISIOLOGI Disamping hepatosit, sel-sel fagositosis yang
termasuk dalam sistem retikuloendotelial juga
terdapat dalam hati. Organ lain yang mengandung
sel-sel retikuloendotelial adalah limpa, sumsum
tulang, kelenjar limfe dan paru-paru. Dalam hati,
sel-sel ini dinamakan sel kupfer. Fungsi utama sel
kupfer adalah memakan benda partikel (seperti
bakteri) yang masuk ke dalam hati lewat darah
portal.
Metabolisme glukosa
Konversi amonia
Fungsi Metabolik Hati Metabolisme protein
Metabolisme lemak
Penyimpanan Vitamin dan Zat Besi
Metabolisme Obat
Pembentukan Empedu
Ekskresi bilirubin
ETIOLOGI Menurut (Diyono, 2013), etiologi
yang diketahui penyebabnya, yaitu

1. Hepatitis virus b & c


2. Alkohol
3. Metabolik
4. Kolestasis kronik/sirosis siliar sekunder intra dan
ekstra hepatis
5. Obstruksi aliran vena hepatis
6. Gangguan imunologis
7. Toksik dan obat
8. Operasi pintas usus halus pada obesitas
9. Malnutrisi, infeksi seperti malaria
10. Etiologi tanpa diketahui penyebabnya, Sirosis yang
tidak diketahui penyebabnya dinamakan sirosi
kriptogenik/heterogenous
MANIFESTASI KLINIS

Menurut (Nuari, 2015) Perubahan-perubahan patologis pada


sirosisi berkembang lambat dan bersifat laten. Selama masa
laten yang panjang, fungsi hati mengalami kemunduran
secara bertahap. Didapatkan tanda dan gejala:

1. Gejala dini yang samar dan non spesifik


2. Mual dan muntah pada pagi hari
3. Nyeri tumpul atau perasaan berat pada
epigastrium
4. Hati keras dan teraba
5. Manifestasi gagal hepatoseluler, meliputi :
Ikterus dan Edema
PATOFISIOLOGIS

Faktor penyebab kerusakan hati menimbulkan respon inflamasi pada


jaringan hepar, manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan
fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal.
Semua organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena portal dan
dibawa ke hati.Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan pelintasan darah
yang bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan
traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi
tempat kongesti pasif yang kronis, tidak bekerja dengan baik. Cairan yang
kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites.
Hal ini ditunjukkan melalui perkusi akan adanya shifting dullness atau
gelombang cairan. Splenomegali juga terjadi. Jaring- jaring telangiektasis,
atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan jaring-jaring bewarna biru
kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui terhadap wajah dan
keseluruhan tubuh (Suratun & Lusianah, 2016)
Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik menurut (Nurarif , 2015)

1. Pemeriksaan fungsi hepar 2. Biopsi hepar


abnormal : 3. Elektrolit serum
4. TDL
a. Peningkatan alkalin fosfat 5. Urinalisis.
serum, ALT, dan AST 6. SGOT, SGPT, LDH (meningkat)
b. Peningkatan kadar amonia 7. Endoskopi retrograd
darah kolangiopankreatografi (ERCP)
c. Peningkatan billirubin serum obstruksi duktus koledukus
d. PT memanjang 8. Esofagoskopi (varises) dengan
barium esofagografi
9. Biopsi hepar & ultrasonografi
KOMPLIKASI
Perdarahan
saluran cerna

Gangguan Asites
mental

Menurut
Pembesaran pembuluh
Perhimpunan
darah (varises) di perut,
Gagal ginjal akibat Peneliti Hati
kerongkongan, dan usus
sirosisi Indonesia,
yang mudah berdarah.
2013

Gangguan paru Kanker hati


akibat sirosis (hepatocellular
carcinoma)
PENATALAKSANAAN Menurut Nuari,
2015

Penatalaksanaan Penatalaksanaan
medis keperawatan

 Terapi mencakup antasid,  Istirahat


suplemen vitamin dan nutrisi,  perbaikan status nutrisi
diet seimbang, diuretik, hindari  perawatan kulit
alkohol  serta pendidikan pasien
 Kolkisin dapat memperlambat dan pertimbangan
keinstasan pada pasien dengan perawatan dirumah
sirosis ringan sampai sedang
Konsep
Keperawatan

PENGKAJIAN

 Aktifitas/istirahat
 Sirkulasi
Menurut Doenges  Eliminasi
2012, untuk data  Makanan/cairan
pengkajian yang  Neurosensori
mengalami perubahan  Nyeri/ketidaknyamanan
 Pernafasan
 Seksualitas
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
Penegakkan diagnosis menurut
Doenges (2012), namun pada
system penulisan menggunakan
sumber Tim Pokja SDKI (2016)

 Nyeri berhubungan dengan inflamasi akut


 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Faktor pembekuan
darah terganggu,sintesis prosumber terganggu
 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan Penumpukan garam
empedu dibawah kulit
 Risiko perdarahan dibuktikan dengan faktor pembekuan darah
terganggu,sintesis prosumber terganggu
 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru terganggu
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
 Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ansietas
 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Filtrasi keruang ketiga
INTERVENSI Menurut Tim Pokja SIKI
KEPERAWATAN (2019), rencana keperawatan
pada pasien yang mengalami
sieosis hepatis berdasarkan
diagnosis keperawatan
Nyeri

Hasil yang diharapkan : Intervensi keperawatan


 Kontrol nyeri  Identifikasi skala nyeri
 Status kenyamanan  Identifikasi faktor yang
 Perfusi perifer memperberat dan memperingan
nyeri
 Berikan teknik nonfarmakoogis
untuk mengurangi rasa nyeri
 Fasilitasi istrahat dan tidur
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
 Kolaborasi pemberian analgetik
INTERVENSI
KEPERAWATAN
Gangguan
Integritas Kulit

Hasil yang diharapkan :


 Penyembuhan luka
Intervensi keperawatan  Status sirkulasi
 Identifiksi penyebab gangguan  Penyembuhan luka
integritas kulit
 Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
baring
 Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
INTERVENSI
KEPERAWATAN
Hasil yang diharapkan :
 Status kenyamanan
 Status koping
 Tingkat depresi

Gangguan Citra
Tubuh Intervensi keperawatan:
 Identifkasi harapan citra tubuh
berasarkan tahap perkembangan
 Monitor apakah pasien bisa melihat
bagian tubuh yang berubah
 Diskusikan perubahan tubuh dan
fungsinya
 Diskusikan perbedaan penampilan
fisik terhadap harga diri
 Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra tubuh
INTERVENSI
KEPERAWATAN
Risiko
Perdarahan

Hasil yang diharapkan :


 Kontrol Risiko Intervensi keperawatan :
 Monitor tanda dan gejala
 Tingkat Cedera
 Penyembuhan Luka perdarahan
 Pertahankan bed rest
selama perdarahan
 Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
 Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan
vitamin k
 Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan,jika
perlu
INTERVENSI
KEPERAWATAN

Hasil yang diharapkan


 Tingkat ansietas
 Tingkat keletihan
 Tingkat nyeri
Pola Nafas Tidak
Efektif
Intervensi keperawatan:
 Monitor pola napas
(frekuensi,kedalaman)
 Pertahankan kepatenan jalan
napas
 Posisikan semi-fowler atau
fowler
 Berikan oksigen,jika perlu
 Anjurkan teknik batuk efektif
INTERVENSI
KEPERAWATAN

Intoleransi
Aktivitas Intervensi keperawatan
 Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam aktivitas
Hasil yang diharapkan : tertentu
 Kemudahan dalam  Fasilitasi pasien dan
melakukan aktivitas sehari- keluarga memantau
hari meningkat kemajuannya sendiri untuk
 Frekuensi nafas membaik mencapai tujuan
 Perasaan lemah menurun  Jadwalkan aktivitas dalam
rutinitas sehari-hari
 Anjurkan keluarga untuk
memberi penguatan positif
atas berpartisipasi dalam
aktivitas
INTERVENSI
KEPERAWATAN

Resiko
Ketidakseimbangan
Elektrolit

Intervensi keperawatan
Hasil yang diharapkan  Monitor status hidrasi
 Asupan cairan meningkat (turgor kulit,tekanan
 Tekanan darah membaik darah)
 Turgor kulit membaik  Monitor berat badan
harian
 Berikan asupan
cairan,sesuai kebutuhan
 Kolaborasi pemberian
diuretic,jika perlu
INTERVENSI
KEPERAWATAN
Perfusi Perifer
Tidak Efektif

Hasil yang diharapkan


 Nyeri menurun
 Infeksi menurun
Intervensi keperawatan
 Identifikasi faktor
risiko gangguan
sirkulasi
 Lakukan pencegahan
infeksi
 Anjurkan berolahraga
rutin
 Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN

Menurut Tarwoto (2013), implementasi adalah pelaksanaan dari


rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan
pada nursing oreder untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencangkup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. Perencanaan asuhan keperawatan akan dapat
dilaksanakan dengan baik. Jika klien mempunyai keinginan untuk
berpartisipasi dalam implementasi asuhan keperawatan. Selama tahap
implementasi, perawat terus melakukan pengumpulan data dan
memiliki asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien.
EVALUASI
KEPERAWATAN Evaluasi memuat keberhasilan
proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat
dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman
atau rencana proses tersebut.

Perlu dipahami bersama oleh


perawat bahwa evaluasi dilakukan
dengan melihat respon klien
(individu) terhadap program
kesehatan.
Kualitas asuhan keperawatan
dapat dievaluasi pada saat proses
(formatif) dan dengan melihat
hasilnya (sumatif).

Anda mungkin juga menyukai