I know this book from Mbak Ary Nilandari's work: Write Me His Story. In that book, the characters were dealing with the death and this book was mentioI know this book from Mbak Ary Nilandari's work: Write Me His Story. In that book, the characters were dealing with the death and this book was mentioned for several occasions when the story talked about accepting death.
Becoming friends with The Death. Could it be? At least for The Duck, it could be. She was terrified when The Death greeted and followed her everywhere. But she then decided to enjoy her moment with The Death. She even warmed up The Death. They kept having chit-chat. They kept being together until The Duck's last moment when the summer ended.
Certain books need to be read twice or more to understand their messages more. This book is that kind of book.
Maybe I'll read it again in the future, with a different perspective....more
Beli langsung waktu penulisnya mengadakan acara talkshow di Gramedia Malang Basuki Rahmat. Suka konten ceritanya yang menginspirasi anak-anak untuk teBeli langsung waktu penulisnya mengadakan acara talkshow di Gramedia Malang Basuki Rahmat. Suka konten ceritanya yang menginspirasi anak-anak untuk tetap tegar menghadapi kelemahan diri dan mengembangkan kelebihan mereka untuk menutupi kelemahan tersebut.
Semoga makin banyak cerita-cerita anak seperti ini, dan makin banyak anak yang membaca kisah-kisah semacam ini agar mereka tak terjangkit "virus" inferior....more
Keren banget nih buku. Variasi personifikasi dalam tiap ceritanya benar-benar mengagumkan. Apa pun bisa dibuat hidup oleh penulis di sini: bintang lauKeren banget nih buku. Variasi personifikasi dalam tiap ceritanya benar-benar mengagumkan. Apa pun bisa dibuat hidup oleh penulis di sini: bintang laut, pohon kepala, angin, dsb. Imajinasinya benar-benar wow.
Ilustrasinya juga sangat cantik dan menyegarkan mata....more
This is like the Jambi version of Isshun Bosshi. Only that Isshun Bosshi seems have clearer plot. There were many missing links in the way this folktaThis is like the Jambi version of Isshun Bosshi. Only that Isshun Bosshi seems have clearer plot. There were many missing links in the way this folktale was told. Like WHO THE HELL WAS SI KELINGKING FOR REAL? Why did God favor him so much? Why a white horse could appear out of nowhere every time he wanted to travel to certain places? How could a new kingdom appear out of the blue, along with the citizens as well.
Fool me to question such a folktale. But still. I'm curious. There must be the more complete version somewhere....more
The imagination is crazy! A mere human trapping the sun using a rope? Unfortunately what kind of rope that could tangle a sun was not mentioned clearlThe imagination is crazy! A mere human trapping the sun using a rope? Unfortunately what kind of rope that could tangle a sun was not mentioned clearly. ...more
Cerita ini mirip dengan cerita dongeng yang kubaca waktu masih anak-anak. Puss in Boots? Tapi kalau gak salah lawannya itu raksasa atau monster ya? AtCerita ini mirip dengan cerita dongeng yang kubaca waktu masih anak-anak. Puss in Boots? Tapi kalau gak salah lawannya itu raksasa atau monster ya? Atau penyihir? Pokoknya pemilik istana itu benar-benar jahat. Sementara di sini yang dibohongi oleh musang adalah raja yang nggak jahat. Cuma oon aja. Masak dibilang kalau istananya diserang perampok dan semua prajuritnya mati dia percaya gitu aja? Well, tapi kalau karakternya begitu bisa jadi dia memang raja yang lalim dan oon, sampai nggak perhatian sama kondisi istananya sendiri.
Intinya musang berhasil membohongi sang putri (yang dengan mengerikan diterjemahkan sebagai "Prince" dua kali) untuk menikah dengan Ampak yang cuma petani citrus. Ada yang bilang moral dongeng ini jelek amat. Kok kawin dengan cara membohongi orang? Tapi bukankah cinta memang selalu berbohong? Kita membohongi orang yang kita suka, berusaha menampilkan sisi kita yang paling menarik dan sempurna, padahal mungkin diri kita sangat buruk di dalam. Habis nikah langsung ketahuan deh.
Dan kurasa cerita ini mungkin juga menyampaikan kritik terselubung. Betapa naifnya para bangsawan zaman dahulu yang mau saja menikahi atau dinikahi hanya karena harta. Seperti putri yang dibohongi musang. Lalu betapa pelitnya manusia untuk sedikit saja berbagi rezekinya pada sesama makhluk. Musang cuma mencuri satu buah jeruk citrus, tapi udah mau dibunuh? Hmm... Kurasa meski ceritanya memiliki pola yang mirip dengan Puss in Boots, cerita versi Kalimantan Selatan ini menyimpan sisi yang lebih kelam dan mengerikan.
Akhirnya ada juga novel GKNN yg dimulai dengan atmosfer yang 'normal'. Adegan dimulai dengan mengerjakan PR bersama. Tapi karena ini buku Mbak Ary yanAkhirnya ada juga novel GKNN yg dimulai dengan atmosfer yang 'normal'. Adegan dimulai dengan mengerjakan PR bersama. Tapi karena ini buku Mbak Ary yang sudah famous dengan bapering momentsnya, dari awal aku udah nyiapin kokoro. Apalagi kalau dari kover en sinopsisnya kayaknya bakal up and down lagi.
Dan situasi normal itu berlangsung hingga 2 bab. Oke. Lanjutkan saja, huh! Dan benar, saat itu aku sedang makan siang di kantor pas sampai di adegan Seb buang ingus di hoodie Keo. Dan... kayaknya aku tahu adegan berikutnya kaya apa dari seliweran kartun Keo yang terpaku saat memakai kembali hoodienya... Langsung saja ga sanggup ngelanjutin baca selama ada nasi di mulutku. GYAARRRGGHH. BUNDO NAKAAAL QAQ!!!
Beberapa bab berlalu masih dengan damai. Sampai akhirnya Formasi 8 menabuh genderang perang untuk Keo. I knew it! Anehnya aku malah seneng Keo menunjukkan perlawanan dan kemarahan pada Noaki dan kawan-kawan. Terutama pada Noaki. Meski alasannya nggak banget, sih. Habisnya Keo udah cukup bersabar menekan egonya selama tiga jilid. Sekarang giliran Noaki yang dibikin pusing. Dia layak mendapatkannya. Let's see what you can do, Girl.
Aniwei cara marah Noaki lumayan dewasa. Isi kalimatnya begitu terstruktur. Apa ada anak dunia nyata yang gini? Oh well, Keo-Noaki dan kawan-kawan nggak pernah lelah membuatku terkejut. Bagaimana caranya mereka bisa punya pola pikir setenang itu? Seandainya Keo dan Noaki udah menggurita di Indonesia, mungkinkah para generasi muda kita yang membacanya akan tumbuh seperti mereka? Mungkinkah? Mungkinkah?
Keo tiba-tiba saja memusuhi semua anggota Formasi 8. Tapi Noaki tried to save the days. Rasa ga sukaku sama ke-tsundere-annya langsung meleleh. Ternyata Noaki itu tipe orang yang galak dan sulit didekati di awal. Kalau udah dekat dia jadi sweet banget. Nggak banyak orang yang peduli seperti ini. Kayaknya sebagian besar anak kecil bahkan orang dewasa lebih suka bersikap "Let it go". Temenan ya temenan, Musuhan ya musuhan.
Menariknya lagi-lagi segala pemikiran dan pertimbangan Noaki dan teman-temannya kali ini juga tak ada unsur bantuan dari orangtua. Kayaknya emang salah satu ciri khas Mbak Ary. Whay? Kata penulisnya sih karena capek dan geregetan dengan orang tua-minded di buku-buku lokal. I see. Tapi menurutku pribadi sih, gak apa juga kalau orang dewasa menunjukkan perannya di sini. Tanpa menutupi peran para anak-anak tentu saja. Bagaimana cara mereka membimbing Formasi 8 hingga secanggih ini? Pasti menarik. Bagaimana pun anak-anak pasti dipengaruhi oleh orangtuanya, kan?
Dan buku ini ditutup oleh quote yang bakalan jadi favoritku sepanjang masa:
"Sahabat terdiri atas segala macam: darah, daging, tulang, perasaan, kebaikan, keburukan dan misteri. Bagaimana mungkin kamu pilih-pilih, sementara kamu sendiri ingin diterima utuh apa adanya?"
WHOAH.
Misteri soal Keo akan dilanjutkan di buku kelima. Aku jadi ngerasa pingin baca ulang Keo Noaki 5 dan 6. Waaaah!
Aku semakin nggak ragu melabeli Mbak Ary sebagai Enid Blyton Indonesia. Semoga buku-bukunya semakin ikonis dan nggak kalah ama buku-buku Enid Blyton. Jadi pengen ngoleksi buku-buku serinya yang lain. Fufufufufu......more
Somehow I read this volume much faster than the previous books. The fastest, I think. Maybe because I've been accustomed to its style of storytelling.Somehow I read this volume much faster than the previous books. The fastest, I think. Maybe because I've been accustomed to its style of storytelling. Many readers said that this volume is like a resting place after being turned upside down by two previous books. I agree with that opinion. The story pace is slower without reducing the cool points inside. The problems are actually as many and as complex as the previous two. But the writing is much calmer and more peaceful. I wonder maybe even writers need to let their readers take a break in certain moment instead of making them feeling tensed all the time.
Just when Keo finally got acknowledgement from Noaki to be her best friend, something terrible occurred. Due to her struggle in getting Keo's precious kite back in the 2nd book, she got her feet strained. She asked Keo to pick a masseus to her house. There were two famous masseuses in the neighborhood. One could massage slowly without hurting her patient even though that will make the recovery progress slower as well. While another one is fast, efficient, and cause terrible painful. We know how bad Keo's memories for such a fairy-like handsome boy like him (sorry again, Keo!). So we could guess which one he brought to Noaki's house. The impact is disaster. Noaki was mad and, shouting that she would not forgive Keo ever after! Not a chance!
From Lady, then Keo knew that Noaki had created a special item named K2Soul (Key to the Soul) for her friends in case they involved into a severe quarrel. With that item, no matter how mad Noaki at the moment, she would have to listen and finally forgive the friend that wanted to clean all the messes. It was a test for the friend's sincerity to maintain their friendship. The idea is cool. Sounds like an RPG scenario.
Keo was determined to get that special item. But first he had to solve a difficult riddle made by Noaki. And even now The Mystic Messenger who used to help Keo through mysterious and random SMS seemed had no idea about that. Keo had no choice but to solve the riddles by using his own head alone.
At that time Kinanti suddenly soften (due to Keo's sincerity in engaging her into important position for the school festival). She said Keo could take his Falcon Kite for free. When Keo came to her house, he found that Kinanti had some cute kittens and it didn't take a long time for Keo to fall with one of them. He even named it Joey (coz it liked to cuddling inside his hoodie jacket's pocket like a baby kangaroo). It was unlikely for Kinanti if she made anything easier for Keo. To get Joey Keo had to help Kinanti feeding her ducks for 7 times. And it wouldn't easy for Keo due to his tight schedule of being the captain for the festival. But he still wanted to do anything to get Joey no matter what, because he wanted to give it to Noaki and thought it will soften her heart.
And Keo's busy days just began.
I like the way Keo managed his daily schedules. And he did give me idea how to delegate responsibilities among my partners in my organization and I could not wait to implement it right away.
However, my feeling toward the tsundere princess Noaki was mixed again. I always be in love-hate relationship towards her character since I finished reading the first book. I don't like people who tend to make every thing sounds harder for their friends. And I'm not really into those picky kids who like to play hard to get. Friendship itself is a serious matter. No need to make fuss over it. But a story is a story. And without Noaki's hot-blooded stubbornness we won't have absorbing conflicts here.
There was a long explanation about how the kids should be more careful in dealing with their puberty. The book also tried to educate our children not to going steady because that issue is still so far from their future. It was also interesting that the writer even inserted an issue of sexual harassment toward children and how to prevent it from happening. Kids really need to be taught to protect themselves since early days. They have to know that no one could touch their bodies without consent, even if the people who want to touch them are the familiar one or their own family.
I my self personally really dislike parents who let their children naked in front of public no matter how close I am to the parents or to the kids. It's disgusting and annoying. And it's worrisome. Not that I'm interested (THE HELL) but it is not right. It is just not right... Even I my self had been taught to protect my body since I was a kid. Until now I never take a bath or change my clothes together with my friends inside one same room. I don't care if they are also girls, I won't let anyone see me in vulnerable state. They thought I am weird. But as the parenting science has been developing I know that I'm the one who is right since the beginning....more
Wokeh seiring dengan perkembangan karakternya, jumlah halamannya pun meningkat hahaha... Berbeda dengan jilid 1 yang terasa menyesakkan, jilid 2 menghWokeh seiring dengan perkembangan karakternya, jumlah halamannya pun meningkat hahaha... Berbeda dengan jilid 1 yang terasa menyesakkan, jilid 2 menghadirkan resolusi yang manis bagi konflik persahabatan Keo-Noa dan gengnya. Btw Noa itu bahasa Jepang yang berarti "cintaku"? Masak? Dari dialek mana ya? Penasaran. Hmm...
Oh, dan iya masih seperti kesan volume 5 vs volume 6, sudut pandang Noaki di jilid 2 ini digambarkan lebih tenang. Ada kesan lembut dan keibuan (meski baper-bapernya tetep ngegemesin). Mungkin karena Noaki terbiasa mengurusi kakak-kakaknya? Hmm...
What more could I say, huh? Rasanya sudah banyak pujian yang kuberikan buat serial ini. It's amazing enough. Mungkin rasanya nggak objektif sampai-sampai aku benar-benar mematikan tombol kritikku. Cuma satu kekurangannya mungkin. Ceritanya terasa terlalu indah dan itu semua nggak terjadi di masa kecilku. Itu saja. Haha. Ngenes. Yes, I'm one of those broken children. Not that broken. Sort off (snorted). It still affects me until now, somehow. I just wish there's an author (if it's not me) somewhere out there that could depict not only the bright side of childhood, but the dark side as well.
Pada suatu titik pernah aku bener-bener males baca buku anak-anak dan menyinyirinya habis-habisan. Karena semuanya terasa terlalu indah. Too good to be true. Orangtua yang sempurna, guru yang sempurna, sahabat yang sempurna. What the heck. Pingin rasanya nyeramahin para penulis cerita anak itu. Tahu apa kalian soal kehidupan masa kecil? Dikiranya anak-anak itu kerjanya hanya bahagia dan tertawa? Untungnya sih Keo dan Noa nggak sampai bikin eneg. Nggak blas. Pahit-pahitnya masih ada. Setiap karakter tetep ada flaws dan konflik yang signifikan bagi naik-turunnya "termometer kebahagiaan" mereka.
Dan bagusnya anak-anak di dalam serial ini benar-benar berjuang untuk meraih kebahagiaan masa kecil mereka. Bahkan dari awal kita tahu bahwa Keo harus bekerja keras untuk mendapatkan posisinya yang sempurna di tengah kawan-kawannya. Mereka juga digambarkan punya kepekaan dan daya kritis yang bagus. Lihat bagaimana Noa mengurai perasaannya satu demi satu dan merenungkannya di jilid ini. Juga bagaimana Keo berstrategi dan menganalisis di buku pertama.
Yang asyik anak-anak di sini digambarkan memiliki empati dan simpati terhadap kawan-kawannya. Lihat bagaimana Wamena dkk bersedia repot-repot demi mendapatkan kembali layang-layang Rajawali Keo yang hilang. Bahkan dari sisi lawan, kawan-kawan Kinanti pun mau bersusah payah membantu keinginan Kinanti (meski dalam hal ini adalah keegoisan Kinanti). Hal yang membuatku berdecak heran. Mungkinkah anak-anak seusia mereka punya empati sebesar itu? Tapi yah... anak-anak memang penuh kejutan. Di sini pembaca nggak cuma menikmati cerita. Tapi belajar memandang dari sudut pandang anak-anak. To make us bow and down to their eye-level.
(Edited) Dan aku suka bagian ketika Noaki dan kawan-kawannya memperlakukan Kinanthi dkk dengan sangat baik, seperti menjabat tangan mereka untuk berkenalan, menawari kue dan minuman saat bertanding. Padahal, Kinanthi menjengkelkan. Ada yang bilang kebaikan adalah cara paling ampuh untuk membalas keburukan seseorang. Wow.
Keo dan Noa serta teman-temannya harus bersyukur mereka cukup beruntung untuk mengalami manis-pahitnya persahabatan sejak dini. Karena bagi beberapa orang sepertiku hal semacam itu benar-benar asing hingga aku melewati masa remaja. Rasanya aku ingin menjelma kertas dan aksara lalu mewujud ke dalam dunia Keo dan Noaki saja.
Oh. Konon masa remaja itu sebenarnya sampai 30 tahun, kan? Yah, berarti aku masih remaja hahaha... Late 20 :p LOLZ...more
Luar biasa! Keren! Dibaca buat ketiga kalinya pun tetap berasa kaya nonton film Disney Pixar di atas kertas. Ada glossary bahasa kucing pulak XD Eh, tLuar biasa! Keren! Dibaca buat ketiga kalinya pun tetap berasa kaya nonton film Disney Pixar di atas kertas. Ada glossary bahasa kucing pulak XD Eh, tapi kebanyakan kosakata mereka soal umpatan sih wkwkwk... Jadi curiga, jangan-jangan kucingku sering menghilang itu buat ikutan pertemuan parlemen kerajaan kucing?
***
Ini adalah kisah tentang seorang anak bernama Catherine William yang memiliki perasaan inferior dalam pergaulannya. Ibunya seorang wanita karier yang dominan, ayahnya akademisi di bidang arkeologi. Cat tersiksa karena ibunya memaksanya untuk ikut les bales, tempat dia harus menghadapi perlakuan tidak menyenangkan dari Emily Baines dan gengnya.
Suatu hari ayahnya menerima kiriman paket dari profesornya, Prof. Katzenberg yang dikabarkan hilang di Mesir saat berburu kunci kuil untuk masuk ke kuil legendaris Dewa Pankh, dewa kucing, yang dikabarkan memiliki begitu banyak emas. Gosip mengatakan sang profesor hilang karena dimakan buaya. Hanya baju-bajunya yang tersisa. Isi paket itu adalah batu pualam putih yang dipercaya sang profesor adalah salah satu kunci menuju kuil berisi emas itu. Ayah Cat yakin bahwa gurunya yang nyentrik dan genius itu ditipu orang sehingga sampai menghabiskan seluruh uangnya untuk batu itu. Maka Cat pun diizinkan menyimpan batu itu ke dalam kotak harta karunnya.
Didorong oleh kesedihannya karena tak memiliki teman baik di sekolah maupun les balet, sambil memegang batu itu, ia berimajinasi sedang berbicara dengan sosok Pankh dan meminta izin agar bisa masuk ke kuil dan menjadi pengikutnya. Keajaiban terjadi dan... Cat pun berubah jadi kucing!!!
***
Sebagai kucing, Cat masih bisa memahami bahasa manusia, membaca tulisan manusia, membaca jam, dsb. Karena kebingungan, ia pun minta tolong pada Erik, kucingnya. Ternyata dalam dunia kucing, Erik adalah jenderal perang klan kucing Cockleduster! Nama aslinya adalah Jenderal Nigmo Biffy. Erik atau Biffy lalu mengajari Cat tentang dunia kucing dan perseteruan "ratusan tahun" yang dialami klan Cockleduster dengan klan Stinkwater. Salah satu pemimpin Stinkwater bernama Darson, atau kucing yang diberi nama Muffin. Kucing milik Emily Baines yang suka mengejek Cat!
Perseteruan dua klan kucing ini terjadi gara-gara memperebutkan sebuah artifak kuno yang dipercaya memiliki kekuatan ajaib: sarden suci.
Konflik yang terdengar serius bagi dunia kucing. Perang gara-gara sarden! Haaaahahahaha!
All hail sarden suci!
Perlahan, Cat mulai mendapatkannya keberaniannya dari pengalaman-pengalaman menegangkannya selama menjadi gadis kucing yang terseret dalam pertikaian dua klan kucing rumahan bangsawan.
***
Yang menarik adalah saat penulis menggunakan referensi dari Shakespeare's Romeo and Juliet untuk mengakhiri konflik hihihi. Dan... menurutku novel ini juga berisi sindiran halus dari penulis untuk realita bagaimana manusia sering bertempur untuk berebut kekuasaan, dan beberapa oknum menggunakan embel-embel agama untuk menutupi kebusukannya.
Oh ya, kurasa Dewa Kucing Pankh di sini sebenarnya nggak ada. Satu-satunya kucing dalam jajaran dewa-dewi Mesir Kuno kayaknya cuma Bastet. Soalnya kalau iseng googling "Pankh" yang keluar malah poster film India XD...more
So I've read it for twice and my good impression doesn't change. Only that I felt the writer should have made the identity of The Mysterious won't be So I've read it for twice and my good impression doesn't change. Only that I felt the writer should have made the identity of The Mysterious won't be guessed that easily. I think keeping the obvious secret for 4 volumes is too much. (view spoiler)[As in my opinion, the reader who never read any volume of this series before would guess who The Mysterious was after Keo made a bet with Seb. However, the main genre of this series is not mystery, so well... (hide spoiler)]
Jadi ada beberapa perspektif baru yang kudapat setelah membaca untuk kedua kalinya. Bagian yang kutambahkan akan kuberi tanda (edited).
Kisah ini dimulai dengan manis, diselingi gelak tawa dan diakhiri dengan pahit. Dear, Indonesian children. EAT THAT. Cerita nggak harus selalu diakhiri dengan bahagia walaupun itu cerita anak-anak. Belajarlah menerima kenyataan, Anak-anak. Dan belajarlah menerima bahwa fase kanak-kanak membuat kepribadian kalian saat ini bisa jadi sangat menyebalkan.
(edited) Membaca buku ini untuk kedua kalinya tetap menimbulkan rasa sakit yang sama, terutama di adegan pembukaan. Rasa awkward dan asing yang mendera Keo saat menghadapi Noaki and the gang tetap menerpaku. Uh. (End of edited section)
Dadaku sakit pas baca endingnya. Rasanya seperti benar-benar menjadi Keo. Aku tahu benar rasanya disalahpahami. Ketika seluruh dunia rasanya sengaja membuat rumit. Ketika semua orang rasanya gemar cari gara-gara meski bukan kita yang memulai *senggol bacok!
Membaca serial ini dimulai dari jilid 5 dan 6 kemudian melanjutkan secara flashback dari jilid 1 seperti menjungkirbalikkan segala manis gulali yang kurasakan saat membaca dua jilid terakhir. Dalam cerita ini Keo yang baru pindah dihadapkan pada tantangan sekelompok anak yang sebenarnya masing-masing punya kepribadian menarik. Tapi juga menyebalkan. Noaki yang jutek tapi ternyata bisa sangat peka jika diajak ngomong heart to heart. Toby Chen yang sangat setia kawan. Seb yang angkuh tapi bisa perhatian meski malah bikin kacau. Lady yang tomboy dan maniak game (dia nggak terlalu menonjol di jilid 5 dan 6. Jadi aku baru sadar kalau ternyata dia tokoh favoritku). Lalu ada duo kembar Wamena dan Timika dengan separation anxiety-nya yang aneh. Dan Ajeng si putri solo yang ternyata punya ketegaran ala Srikandi kalau dia mau.
Keo sendiri tadinya nyaris kuberi cap Gary Stu. Cakep, imut, seperti peri, lincah, berani, dan punya bakat alami untuk menarik orang dengan caranya berbicara. Tapi ternyata dia punya kelemahan yang fatal. Lemah dalam pelajaran. YHA. Dan buat aku itu kelemahan yang sangat fatal (sori Keo). Tapi katanya dia jadi begini gara-gara mamanya tak pernah menemaninya belajar. Apa nggak dileskan ya? Kan orang kaya. Oh well... Tapi YHA, tahu banget sih rasanya. Nilai matematikaku saat SMP juga anjlok karena ibuku juga menyerah pada aljabar. So iya, dukungan langsung orangtua sangat penting bagi kelangsungan prestasi akademis putra-putrinya. Harusnya sih yang dileskan di bimbel-bimbel sampai maghrib itu bukan si anak, tapi ortunya! Biar mereka bisa nemenin anak-anaknya belajar di rumah. Tapi YHA, mana mau sih para orangtua egois itu (hahahahah).
(Edited) Yang menarik adalah sikap Keo yang menolak diberi contekan Ajeng saat dia lupa mengerjakan PR Matematika. Katanya lebih baik ia dimarahi Pak Hilal. WOW. Kok bisa? Sangat jarang ada anak yang bisa bersikap seperti ini. Terutama dalam keadaan rentan karena lupa mengerjakan PR ini.
Aku walaupun berprinsip antinyontek dari dulu sampai sekarang, hanya menerapkannya saat ujian. Karena sebenarnya PR kan cuma buat latihan aja. Terutama karena saat SMA dan kuliah ternyata para guru dan dosen lebih mengambil nilai dari ujian, bukan PR. Memang ada sih PR seperti esei dan semacamnya. Kalau yang seperti ini baru aku nggak "nyontek" alias nggak plagiat. Gengsi, dong buat mahasiswa yang dikenal aktif di organisasi kepenulisan ini. Tapi kalau untuk sekedar latihan soal aku lebih bersikap longgar. (End of edited section)
Tantangan yang dihadapi Keo nggak cuma dalam hal pelajaran, tapi juga pertemanan. Anak-anak seringkali kurang berempati karena perkembangan emosional mereka yang masih merangkak bahkan merambat. Jadi mudah bagi mereka untuk mempersulit orang lain. Kalau dipikir-pikir, saat kecil mungkin sering kita berselisih dengan teman-teman kita hanya karena alasan yang sangat-sangat-sangat sepele. Bodoh sekali.
Mungkin pada dasarnya Keo meski lemah dalam pelajaran tapi memiliki hati yang kuat. Jadi bukannya menghindar, ia malah berusaha menaklukkan keadaan (hmm kurasa kamu akan jadi orang dewasa yang menarik, Keo. Tanteh nggak sabar nunggunya *ketawa najong*). Dengan gagah berani ia menghadapi para lawan yang kemudian akan jadi kawan-kawan terbaiknya itu. Keo orang yang sportif. Dia nggak segan minta maaf meski kesalahan seratus persen bukan pada dirinya. Kalau memang dia merasa dia salah, dia juga dengan berani dan tenang mengakuinya. Keo mungkin tumbuh dengan keluarga yang tidak lengkap-- Maminya super sibuk, sedangkan orang yang tadinya menjadi sosok ayah, Om Nug, sepertinya sudah tidak ada lagi di dunia ini-- tapi yang jelas keadaan itu tak membuatnya jadi anak manja dan egois. Aku jadi penasaran bagaimana sang Mami bisa menanamkan nilai-nilai sekeren itu pada diri anak semuda Keo meski dia tak selalu hadir di sisi anaknya.
Bunda Ary, kapan bikin buku parenting? Hehehehe...
Sebenarnya aku heran kenapa Keo mau bersusah payah untuk menaklukkan Noaki and the Gang (JITAK NOAKI! KAPLOK! JAMBAK! HIIIH! *hoy!). Soalnya waktu aku seumur Keo aku nggak akan ambil pusing soal itu. Mau temenan ya temenan aja. Nggak mau ya nggak masalah. Tapi kemudian aku berpikir. Kalau saja aku dulu sepeduli Keo, mungkin kenangan masa kecilku akan jauh berbeda? Entahlah. Rasanya teman-teman masa kecilku sifat dan mentalnya tak seterpuji Keo dkk sih. Hahaha... Dilema. Benar-benar masa kecil yang rumit dan penuh amarah serta rasa frustrasi (sori, memang pengen curhat).
So, bagus sekali jika Keo dan teman-temannya di sini bisa menjadi role model bagi generasi muda sekarang untuk belajar mengelola emosi dan masalahnya sejak dini. Bayangkan jika sejak kecil anak-anak kita sudah terlatih memiliki simpati dan empati. Mungkin masa depan dunia tidak perlu dihadapi dengan rasa skeptis dan apatis.
(Edited) So just as the first time I read this, now I'm also continuing to the 2nd volume directly. YEEHAW....more
Ohkay, jadi setelah Keo yang digempur SPARK di jilid sebelumnya, kini giliran kita menikmati sudut pandang Noaki. Mungkin buku ini mengajarkan bahwa aOhkay, jadi setelah Keo yang digempur SPARK di jilid sebelumnya, kini giliran kita menikmati sudut pandang Noaki. Mungkin buku ini mengajarkan bahwa anak perempuan perkembangan psikisnya lebih cepat matang daripada anak laki-laki. Kalau di buku 5 Keo begitu heboh dan nyut-nyutan saat menyadari perasaannya, Noaki, meski tetap terlihat doki-doki unyu, bisa mempertahankan sikap elegannya (ECIE). Sempat mikir kok kebalik sih reaksinya? Hebohan Keo daripada Noaki XD Tapi tiap orang beda-beda mungkin ya... Ga bisa disamaratakan berdasarkan gender aja.
So, di buku ini konflik pertamanya sederhana saja. Noaki ingin ikut kemah Remaja Bantu Remaja bareng para sahabatnya, tapi proposal itu ditolak oleh orangtuanya dengan segala alasan. Sedih melihat tertekannya Noaki di hadapan kedua orangtuanya. Selain masalah biaya, mereka juga khawatir kalau Noaki pergi tanpa pendamping. Untung saja konflik pertama berhasil diatasi berkat Keo dengan metode "efek domino"nya. Canggih! XD
Sudah berhasil ikut perkemahan pun masih ada aja masalah. Interaksi Noaki dengan Trio Cewek Cantik Triple A yang bikin sebel, insiden-insiden aneh yang menimpa Noaki selama perkemahan akibat ulah usil seseorang, misteri pencurian barang-barang di kemah, hilangnya FROYO (Frozen Years of Us, atau time capsule dalam cerita ini) milik Formasi 8, ketegangan antara Toby vs Keo, dan tentu saja masalah perasaan aneh yang menggelitik Noaki setiap ia berdekatan dengan Keo.
So sweet banget lah ini novel. Aish sayang novel anak-anak ya XD Huaaaa... Yang bikin lebih girang lagi, selain ceritanya yang lebih padat, dan ketebalan buku yang lebih mantap, ilustrasi-ilustrasi di dalamnya benar-benar juara! Sangat dinamis, so sweet, terutama di adegan-adegan yang menggambarkan interaksi Noaki dan Keo. Aiii... Mbak Dyo memang AJIB! Favoritku adalah ilustrasi pas Keo dan Noaki saling melempar kulit kentang sambil tertawa, semua gambar yang ada tokoh RIZKY-nya, dan ilustrasi Keo dan Noaki dewasa yang sudah membuka kafe yang dibuat oleh Rizky.
Lagi-lagi yang aku suka dari novel karya Mbak Ary Nilandari ini adalah penggambaran anak-anak yang bisa secara mandiri mencari dan menemukan solusi bagi masalah-masalah mereka. Noaki dengan face paintingnya, Keo dengan strategi efek domino, Seb dengan penyelidikan-penyelidikannya. Tak ada kata terlalu canggih untuk seorang anak. Jika dididik dan diberi keleluasaan dalam berkembang dan berinteraksi dengan kawan-kawan sebayanya, seorang anak bisa jadi pribadi dengan beragam talenta yang sangat memukau. Dan tugas kita sebagai orang dewasa adalah membimbing dan melindungi mereka secukupnya saja. Dunia anak adalah salah satu dunia yang ajaib dan kita, sebagai orang dewasa pun, akan selalu berkali-kali terkejut dibuatnya.
Kalau di buku sebelumnya ada sisipan soal mimpi basah atau emisi malam (hahaha), maka yang dibahas di buku ini adalah masalah menstruasi. Pendekatannya masih sama seperti di buku sebelumnya. Bukan Noaki yang mengalami menstruasi, tapi temannya. Lalu ada penjelasan yang panjang-lebar soal bagaimana anak-anak menjelang remaja mulai menghadapi persoalan cinta terhadap lawan jenis. Lumayan bagus buat jadi panduan mereka yang punya anak atau berencana punya anak.
Aku paling suka waktu Rizky dan Noaki membicarakan perasaan gadis itu pada Keo, lalu Rizky mengatakan sesuatu yang bernada, "Nggak apa. Untuk saat ini itu sudah cukup."
Juga waktu Noaki berkata, "Keo dan aku itu teman spesial. Enggak usah dibikin lebih spesial lagi karena belum waktunya."
Wow. Coba semua anak dan remaja di Indonesia bisa sedewasa Keo dan Noaki, ya.
That's the end of my review for now. Aku akan melakukan tarian ritual pemanggil gaji biar bisa ngoleksi volume-volume Go Keo & Noaki selanjutnya. Serial ini ternyata bukan sekedar buku anak-anak. Pembaca dari segala usia tak perlu ragu untuk mengonsumsi kisahnya. Aku saja sampai menjerit histeris dan guling-guling waktu ada adegan khusus antara Keo dan Noaki yang bikin greget (cek progress bacaku kalau penasaran adegan yang mana yang berhasil bikin aku yang udah kepala dua ini histeris. Atau... langsung aja pesan bukunya ke: https://web.facebook.com/AryNilandari.... Nanti akan dicarikan reseller yang domisilinya paling dekat dengan kota Anda, sehingga bisa lebih hemat ongkir.)
NB: Trivia, bocoran dari penulisnya, katanya ilustrasi dan tokoh Rizky itu berdasarkan Hyde dari L'arc en Ciel, lho! HEBRING! *Mbak Dyo penggemar Laruku ternyata XD C'est La Vie!...more
So... gimana kesan-kesanku setelah menuntaskan Keo & Noaki untuk pertama kalinya? So crunchy and so tasty XD Berkali-kali aku harus mengingatkan dirikSo... gimana kesan-kesanku setelah menuntaskan Keo & Noaki untuk pertama kalinya? So crunchy and so tasty XD Berkali-kali aku harus mengingatkan diriku bahwa ini adalah buku anak-anak XD Abis adegan-adegannya imut-imut sih ya... Mancing untuk bercie-cie sepanjang buku. Apalagi di buku ini isu tentang pubertas sepertinya pertama kalinya dibahas.
Masa puber bagi kebanyakan anak Indonesia adalah misteri. Kecuali buat mereka yang "beruntung" (atau sial?) dapat 'bocoran' dari orang-orang dengan usia di atas mereka. Sejak SMA aku dan teman-teman sudah memperdebatkan isu soal Sex Education di klub debat Bahasa Inggris. Sampai sekarang tampaknya tidak ada tanda-tanda bahwa yang berwenang di bidang pendidikan akan membuat kurikulum mengenai hal ini. Kalau ngomongin sex-ed sih jangan berdasarkan film Hollywood ya. Kalau ada adegan film remaja barat di mana guru sex-ed-nya membagikan kondom dengan cueknya ke seantero kelas itu kayaknya si bohong. Entah sampai kapan anak-anak di Indonesia harus rela dibohongi pakai ungkapan "Kalau salaman sama cowok bakal hamil."
Haha...
Apa salah satu tanda pubertas? Salah satunya adalah mulai sering memikirkan lawan jenis. Sejak SD? Eits, Keo, Noaki, Nata, dan Ajeng di sini udah kelas 6 loh. Nata udah SMP kayaknya. So wajar aja. Wong zaman sekarang anak TK aja udah mulai kepikiran buat "Mama-Papa-an" *duh Gusti. Sayang aku belum baca serial Keo dan Noaki yang sebelumnya, jadi aku nggak tahu apa dua anak ini udah saling menunjukkan ketertarikan sebagai lawan jenis di buku-buku terdahulu. Keo yang selama ini akrab dengan "kembarannya" yaitu si Noaki tiba-tiba merasa dadanya disusupi oleh sejenis makhluk yang bikin dia kebat-kebit kebingungan setiap kali melihat atau mengingat gadis itu. No, Keo nggak harus dirukyah, dia hanya harus belajar arti tjintah *tsaaaah...
Keo lalu menamai "makhluk" itu sebagai SPARK dan dia sering terlibat percakapan internal yang seru, heboh, dan kocak abis. Sengatan pubertas itu begitu dahsyat karena Keo bahkan sampai nggak sanggup menatap dirinya sendiri di cermin apalagi kalau dia sedang nggak pakai baju...
...
Karena saat melihat tampangnya, dia melihat ada Noaki di sana. Ergh...
Hati Keo makin tak keruan saat sepupu jauh Noaki yang bernama Nata tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka. Bahkan semua anggota Formasi 8 pun menyukai "Si Pangeran Bambu". Yang lebih menjengkelkan buat Keo, dia sendiri merasa nggak ada alasan untuk membenci Nata (selain kedekatannya dengan Noaki), karena anak itu buaik banget. Ya... lo tahu kan rasanya punya rival yang bikin keki, tapi si rival nggak nyadar dan cengar-cengir aja sama elo? Dia semakin cemburu saat kehadiran Nata mampu menyedot perhatian kawan-kawannya di Formasi 8 dengan begitu mudah. Apalagi hari menjelang ultahnya sudah dekat... daaan... ultahnya sama dengan Nata. Yang menyebalkan ternyata para member Formasi 8 malah lebih asyik menyiapkan hadiah kejutan untuk Nata. Haha, aku suka dengan Keo yang kalang kabut disiksa Spark feat. Noaki XD
Adegan dan cara penyampaian ceritanya bikin aku teringat sama kisah-kisah cinta monyet sebelum berevolusi jadi dewasa seperti sekarang haha. Entah bagaimana Keo dan teman-temannya ini terkesan sophisticated untuk ukuran anak SD. Nggak cuma karena beberapa dari mereka suka tiba-tiba ngoceh dalam bahasa Inggris dengan grammar lengkap, tapi juga cara pemikirannya, dialog-dialognya, topik pembicaraan dan talenta setiap anak, dan kegiatan yang mereka lakukan di sini. Mungkin karena di sini mereka mewakili anak-anak dari kalangan berpendidikan ya... Kurasa buku anak-anak setidaknya harus satu-dua langkah di depan para pembacanya yang juga masih anak-anak. Agar tokoh-tokoh dalam buku itu bisa jadi role model yang pas buat mereka. Jadi inget, dulu role modelku kan si tomboy George dari serial 5 Sekawan. Hihihi...
Nggak seperti serial 5 Sekawan dan buku-buku Enid Blyton yang bisa dibaca secara lepas dan terpisah, buku-buku Keo dan Noaki ternyata dibuat sambung-menyambung menjadi satu. Dari awal adegan buku 5 aja sudah ada pembicaraan soal audisi Tobby, perbincangan soal Si Misterius dengan Seb, dan kejadian saat Keo diam-diam menemui Papinya tanpa sepengetahuan Mami dengan bantuan Oom Tyo. Sedihnya, rupanya Keo produk keluarga broken home. Tapi hal itu tetap tak mengubah dasar dirinya sebagai anak baik, imut, dan calon ikemen *hush!
Namun, jangan khawatir. Bahkan meskipun penulis tidak menambahkan catatan kaki yang menjelaskan "baca adegan ini di buku jilid... ", kisah ini tetap enak dinikmati. Dan tentunya bikin mupeng pingin punya volume-volume lain secara lengkap! XD
Yang menarik, di sini ada diskusi soal mimpi basah atau yang oleh Wamena dengan canggihnya disulap menjadi istilah "Emisi Malam" (kaya lagu jaman dulu ya. Eeeemisi malaam (HUSH! Itu mah Juwita Malam!). Cuma... sayang menurutku cuma tempelan aja. Soal ini hanya dibahas singkat secara sekilas oleh Tenno dan Nata, kemudian dijelaskan lebih banyak oleh Wamena yang anak dokter. Tentunya dengan bahasa anak-anak dan nggak porno. Tadinya aku sudah penasaran, apa iya buku ini akan menggambarkan pengalaman Keo pertama kali mendapatkan "emisi malam"? *Huahauahua... Keo, kamu kapan? *SLAP!
Cerita semakin klimaks saat ada isu perebutan tanah Pak Hisyam yang oleh pemiliknya sendiri dijadikan area pasar malam untuk para warga. Rupanya ada pihak yang ingin memiliki tanah itu untuk dibuat semacam proyek real estate, tapi Pak Hisyam menolak menjualnya. Maka terjadilah serangkaian kebakaran-kebakaran misterius di pasar malam. Di sini Keo menunjukkan kemampuannya sebagai jagoan dan tokoh utama (pujaan Noaki... eh?). Sayang, rupanya premis utama buku ini bukanlah tentang kasus tersebut. Meskipun aksi Keo dan Seb membantu polisi melacak pelaku, kasus ini tidak dibahas tuntas dan dibiarkan menggantung di tangan pihak berwajib. Namun, justru kejadian itulah yang mengubah pandangan Keo terhadap Nata. Rupanya memang Keo dan Noaki bukan tentang cerita detektif anak seperti 5 Sekawan atau Sapta Siaga. Ini hanyalah kisah tentang proses tumbuh-kembangnya sekelompok anak yang dibuat dengan sedemikian menggemaskan hingga nggak cuma anak-anak, para orang dewasa pun tampaknya kesengsem dengan duet Keo dan Noaki.
Di akhir cerita, ada hint dan spin off yang mengarah pada tanda-tanda akan dimulainya serial baru berjudul TRICK yang tokoh-tokohnya adalah para kakak Formasi 8. Aku jadi semakin terobsesi buat mengoleksi karya-karya Mbak Ary Nilandari XD Aaaaaaah... Keo adalah anak SD kedua yang berhasil membuatku jatuh hati selain Tappei dari Hai Miiko! XD...more
Ya Tuhan, aku dibikin nangis gara-gara ayam! T___________T Ini baru baca bukunya aja udah mewek gini. Gimana kalau ntar nonton filmnya coba.
Imajinasi Ya Tuhan, aku dibikin nangis gara-gara ayam! T___________T Ini baru baca bukunya aja udah mewek gini. Gimana kalau ntar nonton filmnya coba.
Imajinasi penulis pasti benar-benar tinggi sampai dia bisa memikirkan cerita, "Bagaimana jika ada ayam petelur yang ingin berontak dari kehidupan peternakan yang membelenggunya?"
Leafie, ayam betina petelur yang menyimpan mimpi untuk mengerami telur dan memiliki anak-anak ayam. Tapi mana bisa. Setiap hari ia dikurung di kandang, dan kalaupun bertelur, majikannya akan langsung mengambilnya. Leafie kehilangan semangat hidup dan menolak makan hingga menjadi kurus dan sakit. Tapi justru karena itulah Leafie dikeluarkan dari kandang.
Ia lalu diselamatkan oleh seekor bebek liar dari incaran musang. Si bebek rupanya tinggal bersama para bebek dan ayam di halaman. Komunitas di halaman yang diidam-idamkan Leafie selama ini ternyata begitu sombong. Mereka menolak menerima Leafie karena menganggap tempat Leafie sebagai ayam petelur ya di kandang, dikurung, dan tugasnya adalah bertelur.
Bebek pengelana lalu mendapatkan pasangan dari rombongan bebek. Sialnya pasangannya itu kemudian dimakan musang. Dan tinggallah telur mereka, yang belum dierami sama sekali. Leafie yang tidak sengaja menemukan telur itu dengan suka cita mengeraminya. Bebek pengelana menjaga Leafie dan telurnya dari musang, sampai akhirnya dia sendiri yang disantap. Setelah telur itu menetas, butuh beberapa waktu bagi Leafie sampai dia sadar bahwa telur itu adalah telur bebek pengelana. Ia pun sedih begitu tahu si bebek pengelana mengorbankan dirinya agar dia dan anak bebek itu selamat.
Leafie dan anak bebek yang dia beri nama Greenie pun berkelana hingga ke bendungan seperti pesan terakhir bebek pengelana. Sepanjang perjalanan mereka terus diburu oleh musang yang tampaknya tidak akan puas sebelum berhasil memangsa Greenie. Leafie dan Greenie kemudian bertemu dengan sekawanan bebek liar. Awalnya Greenie tidak diterima, tapi setelah ia membuktikan dirinya sebagai bebek penjaga dari kawanan musang yang bisa diandalkan, ia pun disegani. Tinggallah Leafie yang sendirian, tua, dan kesepian.
Leafie tetap mengikuti Greenie karena khawatir musang itu akan memburu "anaknya". Suatu hari Leafie tanpa sengaja menemukan sarang berisi bayi-bayi musang yang masih belum bisa membuka matanya. Tahulah dia bahwa musang pemburu ternyata betina dan juga seorang ibu.
Cerita ini menggambarkan soal pentingnya impian dan keberanian menjalani mimpi itu meski jalan yang menanti pasti terjal dan menyakitkan. Buatku sendiri buku ini secara khusus menyindir kekejaman manusia dalam mengeksploitasi hewan ternak. Aku nggak benci musang. Yang paling kubenci justru sepasang pemilik peternakan yang tidak memerhatikan kesejahteraan hewan-hewan ternaknya.
Kutipan favorit dari catatan akhir yang ditulis oleh Kim Seo Jeong, kritikus sastra anak-anak:
Tokoh utama bukan hanya orang-orang yang mendapat perhatian dari semua orang seperti penyanyi atau pemain film yang sedang berdiri di atas panggung. Tokoh utama adalah orang yang menjalani hidupnya dengan penuh keberanian dan dengan kehendaknya sendiri, walaupun tidak dipuji atau mendapat pengakuan dari orang lain.
Dan tokoh utama itu adalah Leafie. Andaikan ia puas hanya hidup sebagai ayam petelur yang seumur hidupnya terkurung di kandang asalkan mendapat makanan, cerita yang menggetarkan ini tidak akan pernah ada.
Satu hal lagi yang plus dari buku ini. Ilustrasinya berwarna! Yeah!...more
Meski judulnya "Itoko Ingin Diet", buku ini nggak melulu soal perjuangan gadis itu untuk diet. Tapi segalanya memang dimulai dari diet. Hosokawa ItokoMeski judulnya "Itoko Ingin Diet", buku ini nggak melulu soal perjuangan gadis itu untuk diet. Tapi segalanya memang dimulai dari diet. Hosokawa Itoko yang ingin membela Takamine Riko yang diejek Sakamaki cs gara-gara gemuk malah ditantang untuk membuktikan bahwa dia bisa turun 9 kg hingga liburan musim panas berakhir.
Bersama Takamine, Itoko pun berusaha keras untuk diet. Tapi Itoko sangat suka makanan. Apalagi si nenek yang masa mudanya mengalami kesulitan sehingga sebagai imbasnya ia senang melihat anak seumur Itoko makan dengan lahap, gemar sekali memberi makanan pada Itoko XD Untungnya, nenek jugalah yang membantu Itoko menyusun menu diet yang aman. Ternyata masakan Jepang diakui dunia barat sangat bagus untuk diet.
Selain mengatur menu makanan, Itoko juga jadi gemar berolahraga. Saat joging itulah dia jadi berkali-kali berpapasan dengan Ryoko Machida. Gadis cantik yang dipuja oleh Sakamaki cs.
Berhasilkah Itoko? Dia bahkan sempat iri saat Takamine malah lebih berhasil menurunkan berat badan daripada dirinya. Sementara, akhir liburan musim panas sudah semakin dekat.
***
Buku ini tak melulu bicara soal Itoko. Empat teman sekelas Itoko pun diceritakan dalam sudut pandang orang pertama.
Ada cerita tersendiri tentang Ryouko Machida dan ibunya yang sudah bercerai, serta penyebab mengapa dia jadi begitu dingin. Saat TK dulu Ryoko sangatlah gemuk tapi dia ingin jadi balerina. Suatu hari tak disangka ia mendapati sahabatnya, Kayo-chan, ternyata malah menertawakan keinginannya untuk jadi balerina bersama anak-anak lain. Tak hanya itu, Kayo-chan juga membocorkan masalah lain yang diceritakan Ryouko padanya, misalnya soal perceraian orangtuanya. Sejak itu Ryou jadi tak percaya dengan pertemanan yang tulus.
Ryouko membenci Itoko yang selalu ceria tapi dianggapnya terlalu berisik dan sembrono. Meskipun benci entah kenapa Ryouko tak bisa mengabaikan Itoko sejak anak gemuk itu membela Takamine yang diejeknya tak mungkin bisa diet.
Lambat laun Ryouko tampaknya tersentuh dengan ketulusan Itoko dan Takamine yang mengkhawatirkannya yang kakinya terluka saat menjalani lomba estafet antarkelas.
*
Lalu ada cerita tentang Riko Takamine yang sangat inferior complex karena badannya yang lebih besar daripada kawan-kawan seusianya. Suatu saat ia ditolong oleh Yakko, kakak sepupunya. Kak Yakko yang belajar ilmu kecantikan memotong rambut Takamine dan membuatnya jadi terlihat lebih cantik di mata teman-temannya. Ketika dipuji, Takamine spontan menawari teman-temannya untuk memotong rambut di Kak Yakko, termasuk kepada dua orang yang sering mengejeknya!
Dia langsung stres saat tahu Kak Yakko pulang lebih awal tanpa sepengetahuannya untuk persiapan bersekolah di luar negeri. Dia bingung cara menceritakan kepergian Kak Yakko pada mereka, sampai jadi stres dan jatuh sakit di UKS.
*
Ada cerita tentang Mami Sakamaki, gadis menyebalkan yang sebenarnya sangat ingin menjadi teman terbaik Ryouko Machida. Lalu ada cerita tentang Takahashi dan ibunya yang jarang pulang ke rumah.
Saking sukanya pada Machida, ia ingin memiliki barang kembaran bersama temannya itu. Maka setelah menabung lama akhirnya dia bisa memiliki kotak pensil enamel merah persis seperti milik Machida.
Namun, ternyata Machida tidak suka kalau memiliki barang kembaran. Ia bertanya "apa kamu tidak malu?" kepada kawannya yang lain yang terang-terangan bilang ingin punya baju yang sama dengan Machida. Akibatnya Sakamaki jadi tidak berani mengeluarkan kotak pensil enamel merahnya di sekolah. Mau memakai kotak pensil lamanya pun tidak bisa karena sudah diberikan kepada adiknya dan dicoret-coret. Gara-gara kekalutan ini Sakamaki pun jadi tidak mau masuk sekolah.
*
Yang terakhir adalah cerita soal Takashima Keisuke, murid laki-laki yang suka melucu di kelas. Seperti Machida, orangtuanya pun bercerai dan ia tinggal bersama ibunya. Sang ibu sering pulang larut malam atau bahkan sampai menginap di toko tempatnya bekerja. Kali ini ibunya menginap sampai seminggu untuk menjaga bosnya yang sedang sakit. Ia hanya meninggalkan uang sebesar 1000 yen bagi anaknya. Namun, ternyata akhirnya uangnya tinggal 62 yen sebelum ia bisa pulang.
Takashima pun kebingungan dengan cara untuk meredakan rasa laparnya. Nyesek dah kalau baca cerita soal dia. Bisa dibilang narasi Takashima ini yang terasa lebih serius dan berat, apalagi karena ditaruh di cerita penutup.
*
Semua cerita ini dikemas dengan sangat menarik dan luwes. Ternyata persoalan anak-anak SD bisa jadi begitu rumit dan mereka pun sudah menyimpan perasaan yang begitu kompleks. Perasaan ingin punya teman, takut sendirian, minder, menyukai anak-anak populer, adalah perasaan yang begitu familiar. Mungkin sebagian besar dari kita pun pernah menjadi Itoko, Riko, Ryouko, Mami, atau Takashima.
Semoga Bentang, Bentang Belia, dan Qonita, tetap mau menerjemahkan dan menerbitkan novel-novel Asia Timur yang menggugah hati seperti ini
*aku bisa menyelesaikan membaca novel ini hanya semalam saja lho!
Kekurangannya apa? Umm... seharusnya ilustrasi dalam buku ini dibuat berwarna! XD Pastinya keren sekali....more
Setiap orang yang ingin menjadi guru dan dosen, atau berkarir di dunia pendidikan, harus --wajib membaca buku ini serta merenungkannya berkali-kali seSetiap orang yang ingin menjadi guru dan dosen, atau berkarir di dunia pendidikan, harus --wajib membaca buku ini serta merenungkannya berkali-kali sebelum memulai hari mereka di kelas.
Kita bisa membandingkan cerita guru yang ditulis si penulis di kata pengantar dengan guru yang ada dalam cerita ini. Yang satu begitu pengertian, tak memendam syak wasangka kepada muridnya sendiri, bahkan sampai memberi kepercayaan besar berupa kunci lemari dan kelas. Yang satu begitu pemarah (PMS, Buk?), kurang bijak, dan kurang adil.
Guru pertama membuat sang murid begitu terinspirasi hingga akhirnya menjadi penulis dan menerima banyak penghargaan sastra serta menjadi figur penting dalam dunia literatur anak di Korea Selatan. Guru kedua yaitu tokoh dalam cerita ini, membuat anak menjadi sangat depresi dan benci sekolah, serta memecah belah pertemanan anak-anak di kelas.
Mungkin kita semua pernah menyimpan satu-dua pengalaman traumatik bersama guru, sosok yang seharusnya bertanggung jawab atas tumbuh-kembangnya anak di sekolah. Trauma itu mungkin masih berpengaruh sampai sekarang. Kalau disuruh memilih pun, aku tak mau kembali ke masa-masa sekolah yang dulu. Takkan pernah mau.
Beruntung guru dalam kisah ini akhirnya menyadari kesalahannya dan dengan besar hati menawarkan resolusi kepada sang murid yang begitu sudah terlanjur babak belur hatinya. Karena pada kenyataannya, ada banyak guru-guru yang begitu bebal sehingga terus memilih untuk menjadi sosok serupa momok bagi para murid di sepanjang karier mengajarnya.
Mari kita doakan agar guru-guru semacam itu segera mendapat perawatan yang layak di rumah sakit jiwa....more
Akhirnya aku bisa memiliki buku ini setelah dulu hanya bisa membacanya di tempat di perpustakaan kota. Hanya saja yang di perpustakaan kota itu versi Akhirnya aku bisa memiliki buku ini setelah dulu hanya bisa membacanya di tempat di perpustakaan kota. Hanya saja yang di perpustakaan kota itu versi hard cover dan art paper, ukurannya juga lebih besar. Nama tokohnya bukan Sam Di Gi, tapi "Fido". Waktu itu masih diterbitkan oleh Erlangga Kids.
Kalau dipikir-pikir versi Dar! Mizan ini lebih ringkas (dan tentunya lebih bersahabat di kantong XD). Kesanku masih sama seperti dulu. Buku ini luar biasa. Aku prihatin dengan Sam Di Gi, kagum dengan Bo Ra, dan jengkel setengah mati dengan tokoh guru serta ketua kelas yang benar-benar tidak simpatik dengan ketidakmampuan Sam Di Gi untuk membaca.
Di sisi lain kisah ini membuatku teringat dengan seorang anak di masa SDku. Namanya "Catur", tapi entah kenapa orang-orang lebih sering memanggilnya sebagai "Bo'eng". Seperti Sam Di Gi, dia juga kesulitan dalam membaca. Hanya saja tidak separah Sam Di Gi. Dia juga anak yang nakal. Dan dulu aku sama sekali tidak merasa simpati dengannya (lebih karena kenakalannya itu). Dan anak-anak lain pun begitu. Tak ada yang bertindak sebagai Bo Ra bagi Bo'eng. Meskipun tidak berarti dia dijauhi, tapi tak ada yang berpikir kalau kesulitannya membaca itu adalah hal yang patut dikasihani dan tak ada seorang pun dari kami yang tergerak untuk membantunya. Kalau dipikir-pikir dulu, sebagai anak-anak, aku dan teman-temanku begitu kurang empati ya. Tapi itu lebih karena kami tidak menganggapnya sebagai masalah.
Sepertinya penting sekali untuk mengajarkan empati kepada anak-anak sejak dini. Entah bagaimana cara Bo Ra dibesarkan, yang jelas dia keren sekali di sini. Yah, kalau dipikir-pikir banyak orang dewasa yang juga kurang empati dengan kekurangan orang lain sih. Bisa dibayangkan betapa fatalnya kalau hal ini dibiarkan terjadi di dunia pendidikan.
Kritik untuk buku ini... hmm... aku sebenarnya ingin tahu sedikit lebih detail soal budaya Korea Selatan. Terutama soal arti nama Sam Di Gi yang bukan nama asli si tokoh utama. Kira-kira artinya apa ya, soalnya orang-orang tampaknya geli sekali mendengar namanya begitu. Dan kenapa dia bisa dipanggil dengan nama yang kesannya jauh sekali dengan nama aslinya? Ya...gitu aja sih. Selebihnya TOP....more
Loading...
