Pengaruh ALA Terhadap Stabilitas Vitamin C

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PENAMBAHAN ALPHA LIPOIC ACID TERHADAP STABILITAS ASAM ASKORBAT DALAM SEDIAAN KRIM

MENGGUNAKAN METODE TEMPERATURE STRESS TEST

Syarifatul Imamah*, Oktavia Eka Puspita**, Alifia Putri Febriyanti**


Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Malang 65145, Telp. 0341-551611, 575777;
E-mail: [email protected]

ABSTRACT
Vitamin C is one of a vitamin that can be formulated in beauty products as an topical antioxidant. However,
vitamin C is unstable in aqueous solution because it easy to oxidized. Stability of vitamin C can be enhanced by
addition of other antioxidants such as alpha lipoic acid (ALA). ALA used for regeneration of vitamin C and increased
their stability. This research was aimed to determine the effect of ALA in stability of vitamin C and optimum
concentration in cream. This research used temperature stress test method. Calculation of the half-life (t1/2) and
expired date (t90) used to determine the effect of ALA in the stability of vitamin C in cream. The results showed that
addition of 0.3% of ALA had t1/2 12 times higher and t90 13 times higher than control, addition of 0.5% ALA had t 1/2 2
times higher and t90 2 times higher than control, addition of 0.7% ALA had t1/2 0,5 times and t90 0,75 times than
control. The conclusion of this research is ALA can enhance the stability of vitamin C in a cream with an optimum
concentration of 0.3%.
Keyword : Alpha lipoic acid (ALA), ascorbic acid (vitamin C), vitamin C stability, temperature stress test
ABSTRAK
Vitamin C merupakan salah satu vitamin dapat diformulasikan dalam produk kecantikan sebagai agen
antioksidan topikal. Namun vitamin C tidak stabil dalam larutan berair karena sangat mudah teroksidasi. Stabilitas
vitamin C dapat ditingkatkan dengan penambahan antioksidan lain seperti alpha lipoic acid (ALA). ALA dapat
meningkatkan stabilitas vitamin C dengan meregenerasi vitamin C. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh ALA terhadap stabilitas vitamin C dan konsentrasi optimum yang digunakan dalam krim. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode temperature stress test. Digunakan perhitungan waktu paruh (t 1/2) dan
waktu kadaluarsa (t90) untuk mengetahui pengaruh ALA terhadap stabilitas vitamin C dalam krim. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penambahan ALA sebesar 0,3% memiliki t 1/2 12 kali dan t90 13 kali dibanding kontrol, ALA
sebesar 0,5% memiliki t1/2 2 kali dan t90 2 kali dibanding kontrol, ALA sebesar 0,7% memiliki t1/2 0,5 kali dan t90
0,75 kali dibanding kontrol. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ALA dapat meningkatkan stabilitas vitamin C dalam
sediaan krim dengan konsentrasi optimum sebesar 0,3%.
Kata kunci : Alpha lipoic acid (ALA), asam askorbat (vitamin C), stabilitas vitamin C, temperature stress test

*Program Studi Farmasi FKUB


**Laboratorium Farmasi FKUB

PENDAHULUAN

penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau

Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang


dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh

melindungi atau

memelihara tubuh pada kondisi

baik .

manusia (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin

Salah satu jenis bahan aktif yang dapat

bagian luar) atau gigi dan rongga mulut terutama

ditambahkan ke dalam krim untuk kosmetik adalah

untuk

antioksidan. Zat aktif antioksidan yang bisa digunakan

membersihkan,

mewangikan,

mengubah

yaitu kombinasi antara asam askorbat dan Alpha lipoic

maupun lemak. Ini menyebabkan ALA dapat bekerja

acid (ALA). Asam askorbat (vitamin C) merupakan

sebagai antioksi dan spektrum luas . Selain itu ALA

vitamin yang tidak dapat disintesis sendiri oleh

juga dapat berfungsi sebagai skin whitening. ALA

manusia dan primata lain. Lebih dari 90% asam

memiliki

askorbat pada manusia diperoleh dari buah dan

melanin serta menghambat terjadinya pigmentasi .

aktivitas

dalam

menurunkan

produksi
6

sayuran. Asam askorbat yang merupakan produk

ALA dapat meningkatkan efek dari asam

oksidasi dari dehydroascorbic acid memiliki aktivitas

askorbat dengan meregenerasi asam askorbat. ALA

biologis.

untuk

sebagai superoksidan dapat mereduksi asam askorbat

keseimbangan kulit sehat, gusi, dan pembuluh darah.

yang teroksidasi secara in vivo . Namun masih belum

Asam askorbat berfungsi untuk pembentukan kolagen,

diteliti apakah ALA memiliki efek yang serupa pada

absorbsi

jumlah

sediaan krim dan pada konsentrasi berapa ALA dapat

pembentukan

menghasilkan asam askorbat yang stabil dalam

nitrosoamone, perbaikan sistem imun, dan bereaksi

sediaan krim. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian

Asam

besi

kolesterol

askorbat

anorganik,

plasma,

diperlukan

menurunkan

menghambat
2

dengan radikal bebas . Namun asam askorbat tidak

tentang kombinasi antara asam askorbat dan ALA

stabil dalam larutan berair karena dapat terdegradasi

sebagai antioksidan untuk meningkatkan stabilitas

saat bereaksi dengan air. Ketidakstabilan asam

asam askorbat dalam sediaan krim. Tujuan dari

askorbat ini menjadi tantangan untuk membuat

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

formulasi yang dapat menjaga kestabilan zat ini di

alpha lipoic acid terhadap stabilitas asam askorbat dan

dalam formula krim .

mengetahui konsentrasi alpha lipoic acid yang paling

Pada kosmetik banyak digunakan derivat dari


asam askorbat, yaitu asam ascorbil tetraisopalmitat,

optimum

dalam

meningkatkan

stabilitas

asam

askorbat dalam sediaan krim.

yang merupakan zat stabil yang larut di lemak. Namun


derivat dari asam askorbat ini ternyata memiliki
kemampuan yang lebih rendah daripada asam
askorbat untuk diabsorbsi ke dalam lapisan perkutan
sehingga efek yang dihasilkan tidak akan sama
4

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian eksperimental.
Waktu

dan

Tempat

Penelitian.

Penelitian

bagusnya dengan asam askorbat . Berdasarkan fakta

dilakukan pada bulan maret-mei 2014 di laboratorium

tersebut

farmasetika

maka

dilakukan

penelitian

untuk

meningkatkan kestabilan asam askorbat di dalam

Program

Studi

Farmasi

Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya.

sediaan kosmetik, khususnya krim. Metode yang bisa

Variabel Penelitian. Sebagai variabel bebas

digunakan untuk meningkatkan kestabilan asam

adalah konsentrasi ALA yang ditambahkan salam

askorbat (vitamin C) adalah dengan cara penambahan

sediaan krim dan variabel tergantung adalah stabilitas

antioksidan lain seperti alpha lipoic acid (ALA).

asam askorbat dilihat dari konsentrasinya dalam

Alpha lipoic acid (ALA) merupakan senyawa


antioksidan

aktivitas

untuk

Alat Penelitian. Alat yang digunakan sebagai

seperti

radikal

bahan penelitian adalah gelas beaker, gelas ukur,

superoksida dan radikal hidroksil, serta menghambat

batang pengaduk, pipet tetes, termometer, gelas

khelasi tembaga, seng, dan besi. ALA berbeda dengan

arloji, cawan porselen, pipet ukur, pipet volume, labu

antioksidan lain yang bekerja hanya pada air atau

ukur, overhead stirrer (IKA), timbangan analitik, pH

menghambat

yang

memiliki

sediaan krim.

terjadinya

ROS,

lemak saja. ALA dapat larut dan bekerja pada air

meter, waterbath, spektrofotometer UV, sentrifuge,

2.

sonikator dan oven.

1.

Evaluasi Stabilitas Asam Askorbat.


Pembuatan Kurva Baku. Disiapkan larutan stok

Prosedur Penelitian

asam askorbat dengan konsentrasi 20 ppm pada

Cara Pembuatan Krim.

acidified metanolic (pH 2). Kemudian diencerkan

Formula Krim
Nama
Bahan

Fungsi

Fase Minyak
Asam
stearat
Setil
alcohol
Alpha
Lipoic
Acid
Fase Air
Asam
askorbat
KOH
Propilenglikol
Aquades
Metilparaben dan
propilparaben

menjadi konsentrasi 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; 4, 6, 9,


dan 12 ppm dan diukur absorbansinya dengan

Konsentrasi dalam formula (%)


Formula
Formula
Formula
I
II
III

menggunakan spektrofotometer UV pada 245 nm.


Pengukuran Kadar Asam Askorbat. Sediaan

Emulsifier
Thickner
Bahan
Aktif

12

12

12

0,3

0,5

0,7

Bahan
Aktif
Neutralizer
Pelarut
Pelarut
Pengawet

0,7

0,7

0,7

selama 3 menit. Supernatan diambil sebanyak 1 mL

Ad 100

Ad 100

Ad 100

dan diencerkan sampai 10 mL menggunakan labu ukur

0,18 dan
0,02

0,18 dan
0,02

0,18 dan
0,02

dimasukkan pada pot kaca tertutup rapat dan


diletakkan pada oven pada 3 suhu berbeda, yaitu pada
o

ml acidified methanolic (pH 2, diasamkan dengan


asam fosfat). Larutan kemudian disonifikasi selama 20
menit dan disentrifuge pada kecepatan 3000 rpm

10

mL

dan

diukur

dengan

menggunakan

spektrofotometer UV pada 245 nm. Kemudian


dilakukan penentuan waktu kadaluarsa dari sediaan.
Penentuan

cawan

diambil sampel tiap 20 menit dan diekstrak dengan 30

Asam stearat dan setil alkohol dipanaskan bersamaan


dalam

suhu 45 , 55 , 65 C 2 C selama 40 menit. Kemudian

porselen

pada

suhu

waktu

kadaluarsa

dilakukan

dengan

melihat laju degradasi dari asam askorbat. Dihitung

70-80 C

kadar asam askorbat sisa (Ct) dengan menggunakan

menggunakan waterbath. ALA (Formula I 0,3%,

data absorbansi asam askorbat yang dimasukkan ke

formula II 0,5%, formula III 0,7%) dan asam askorbat

dalam persamaan kurva baku yang telah diperoleh

masing-masing didispersikan ke dalam propilenglikol

sebelumnya. Kemudian dilakukan penentuan orde

secukupnya, metyl dan propyl paraben dilarutkan

reaksi. Penentuan orde reaksi dilakukan dengan

menggunakan propilenglikol secukupnya. Kemudian

membuat persamaan regresi antara antara waktu vs

sisa propilenglikol, air, KOH dan larutan metylparaben

Ct untuk orde nol, waktu vs log Ct untuk orde satu,

dan propylparaben diletakkan dalam gelas beaker dan

dan waktu vs 1/Ct untuk orde dua. Orde reaksi yang

dipanaskan menggunakan waterbath sampai suhu 70-

dipilih adalah orde reaksi yang memiliki nilai koefisien

80 C. Setelah itu fase air pada gelas beaker distirrer

korelasi yang paling mendekati 1. Setelah ditentukan

menggunakan stirrer dengan kecepatan 1500 rpm dan

orde reaksi yang digunakan kemudian ditentukan

tambahkan fase minyak yang telah dilelehkan sedikit

harga k untuk masing-masing suhu pada masing-

demi sedikit sampai terbentuk basis krim. Stirrer

masing formula menggunakan persamaan:

sampai suhu mencapai kurang lebih 40 C dengan

kecepatan 1500 rpm kemudian tambahkan ALA yang

Slope = -k/ 2,303 (orde satu)

sudah didispersikan dalam propilengilkol dan vitamin

Slope = k (orde dua)

= k0 . t (orde nol)

C yang didispersikan dalam propilenglikol pada gelas

Hasil perhitungan dari 3 suhu yang digunakan

beaker. Distirrer dengan kecepatan 1500 rpm selama

kemudian dibuat persamaan garis linier antara 1/T vs

10 menit.

digunakan untuk menghitung nilai energy aktivasi (Ea)


dengan menggunakan persamaan:
Slope

2,303 .

Absorbansi

log k dan slope dari persamaan garis linier tersebut

y = 0.072x + 0.108

0
0

, R = 8,314 J/mol

10

15

Konsentrasi (ppm)

Setelah didapatkan nilai Ea kemudian dapat dilakukan


perhitungan laju reaksi pada suhu kamar (k25) dengna

Gambar 1

Setelah didapatkan persamaan kurva baku

menggunakan persamaan Arrhenius sebagai berikut:


log

2
1

Kurva Baku Asam Askorbat

kemudian dilakukan pengukuran kadar asam askorbat

(21)
2,303 ..2.1

pada semua formula dan pada semua suhu. Hasil

Harga k25 yang didaptkan kemudian dapat digunakan

perhitungan kadar dapat dilihat pada tabel 1.

untuk menentukan waktu paruh dan waktu kadaluarsa


dari sediaan, dengan persamaan sebagai berikut:

Hasil perhitungan kadar kemudian digunakan


untuk penetapan orde reaksi. Penetapan orde reaksi

t1/2 = 0,693/k

dilakukan dengan menggunakan metode grafik dan

t90 = 0,105/k

dicari persamaan dengan nilai r (koefisien korelasi)

Evaluasi Stabilitas Fisik Sediaan Krim

yang

Uji Sentrifugasi. Uji sentrifugasi dilakukan dengan

perhitungan didaptkan bahwa reaksi mengikuti orde

cara memasukkan krim ke dalam appendorf kemudian

reaksi satu, diamana konsentrasi asam askorbat dalam

disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 30

sediaan krim dipengaruhi oleh kadar satu reaktan,

menit.

yaitu kadar alpha lipoic acid yang ditambahkan.

3.

paling

mendekati

berdasarkan

hasil

Uji Organoleptik. Uji organoleptik dilakukan

Persamaan orde satu kemudian digunakan untuk

dengan cara identifikasi warna, bau dan konsistensi

mencari harga k pada suhu 45 C, 55 C, dan 65 C pada

krim.

masing-masing

formula.

Harga

yang

sudah

Uji pH. Uji pH dilakukan dengan cara mengambil 5

didapatkan kemudian digunakan untuk mencari harga

gram krim kemudian dilarutkan dengan 45 ml aquades

k pada suhu kamar (k25) pada masing-masing formula

dan diukur pH dengan menggunakan pH meter.

dengan menggunakan persamaan Arrhenius :

Uji Daya Sebar. Uji daya sebar dilakukan dengan


menggunakan plat kaca. Krim ditimbang sebanyak 1
gram dan diletakkan pada plat kaca. Setelah itu
diletakkan plat kaca lain di atas krim tersebut tanpa
diberi

tekanan.

Kemudian

diukur

diameternya.

Tambahkan beban sebanyak 50 gram, diamkan 1


menit kemudian diukur diameter dari krim. Hal yang
sama dilakukan untuk beban 100, 200, dan 500 gram.

HASIL PENELITIAN
Evaluasi Stabilitas Asam Askorbat
Kurva baku dibuat berdasarkan hasil absorbansi
larutan

baku

yang

diukur

menggunakan

spektrofotometer UV pada 245 nm dan didapatkan


grafik kurva baku sebagai berikut:

log

2
1

(21)
2,303 ..2.1

Hasil perhitungan k25 pada masing-masing


formula dapat dilihat pada tabel 2. Laju degradasi
pada suhu kamar (k25) dapat digunakan untuk
menentukan waktu paruh dari asam askorbat dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
t1/2 = 0,693.k

-1

Tabel 1 Hasil Perhitungan Kadar Asam Askorbat


pada Masing-masing Formula dan Perlakuan

Tabel 2 Hasil Perhitungan k25 pada Masing-masing

Suhu

Suhu

Waktu

Formula

A SD

X
(mg/g)

Ct
(mg/g)

log Ct
(mg/g)

1/Ct
(g/mg)

Formula Kontrol
45oC

55 C

65oC

55 C

65 C

55 C

65oC

45 C

55oC

65oC

0,003979
0,000334
0,00204
0,006891

0,0044

0,044

-1,360

22,930

20

0,233 0,003

0,0017

0,017

-1,760

57,600

40

0,227 0,003

0,0017

0,017

-1,782

60,504

0,421 0,002

0,0043

0,043

-1,362

23,003

20

0,191 0,003

0,0012

0,012

-1,937

86,435

40

0,146 0,010

0,0005

0,005

-2,281

190,98

0,419 0,001

0,0043

0,043

-1,365

23,151

20

0,178 0,001

0,0010

0,010

-2,012

102,86

Formula

t1/2(jam)

40

0,112 0,002

0,0001

0,001

-3,255

1800,0

Kontrol
Formula I
Formula II
Formula III

2,9
34,6
5,7
1,7

Tabel 3 Hasil Perhitungan Waktu Paruh Masingmasing formula

0,288 0,014

0,0025

0,025

-1,601

39,933

20

0,286 0,002

0,0025

0,025

-1,606

40,381

40

0,243 0,002

0,0019

0,019

-1,727

53,333

0,291 0,001

0,0025

0,025

-1,549

35,416

20

0,256 0,002

0,0021

0,021

-1,687

48,649

kadaluarsa

40

0,205 0,002

0,0013

0,013

-1,872

74,457

sebagai berikut:

0,287 0,003

0,0035

0,035

-1,459

28,800

20

0,170 0,001

0,0009

0,009

-2,067

116,69

40

0,111 0,000

0,0000

0,000

-3,380

2400,0

0,274 0,001

0,0023

0,023

-1,638

43,452

20

0,264 0,004

0,0022

0,022

-1,664

46,154

40

0,203 0,002

0,0013

0,013

-1,880

75,789

0,270 0,001

0,0023

0,023

-1,648

44,444

20

0,236 0,002

0,0018

0,018

-1,750

56,250

40

0,196 0,000

0,0012

0,012

-1,913

81,818

0,275 0,002

0,0023

0,023

-1,635

43,114

20

0,154 0,001

0,0006

0,006

-2,195

156,52

40

0,116 0,002

0,0001

0,001

-2,954

900,00

Formula II
o

Kontrol
Formula I
Formula II
Formula III

0,422 0,001

Formula II
45oC

k (mg/g.menit )

Formula I
45oC

-1

Formula

k25 kemudian digunakan untuk menentukan waktu


dengan

menggunakan

t90 = 0,105.k

Tabel 4 Hasil

Perhitungan

persamaan

-1

Waktu

Kadaluarsa

Masing-masing Formula

Formula

T90(jam)

Kontrol
Formula I
Formula II
Formula III

0,4
5,2
0,9
0,3

Evaluasi Fisik Sediaan Krim


Evaluasi fisik yang dilakukan pada sediaan krim

0,226 0,005

0,0016

0,016

-1,784

60,862

20

0,205 0,008

0,0013

0,013

-1,871

74,227

40

0,193 0,001

0,0012

0,012

-1,929

85,006

0,229 0,001

0,0017

0,017

-1,776

59,652

20

0,173 0,001

0,0009

0,009

-2,044

40

0,125 0,004

0,0002

0,002

-2,635

0,228 0,001

0,0017

0,018

-1,778

110,76
9
431,13
8
60,000

20

0,131 0,001

0,0003

0,003

-2,496

40

0,116 0,001

0,0001

0,001

-2,938

313,04
3
867,47
0

adalah dengan melakukan uji organoleptik, uji pH,


dan uji daya sebar krim. Hasil uji organoleptik
menunjukkan hasil pada saat dilakukan pemanasan,
semakin banyak ALA yang ditambahkan maka krim
akan semakin cepat mencair. Krim mulai mencair
saat memasuki waktu pengambilan 60 menit.
Sedangkan pada diletakkan di suhu ruang, krim
kontrol mengalami perubahan warna lebih cepat

daripada krim dengan penambahan ALA.

Gambar 4 Grafik Hasil Uji pH Antar Formula pada


o

Pada saat dilakukan uji pH didapatkan hasil

Suhu 65 C

sebagai berikut:

Pada saat dilakukan uji daya sebar didapatkan

Grafik Perbandingan pH pada Suhu 45o C

hasil sebagai berikut:

formula
kontrol

formula I
7
formula II
6

formula III

5
0

20

40

60

Diameter (cm)

pH

Grafik Daya Sebar Krim


5.5
5.4
5.3
5.2
5.1
5
4.9
4.8
4.7

Waktu (menit)

Gambar 2 Grafik Hasil Uji pH Antar Formula pada


o
Suhu 45 C

kontrol

I
II

III
2

Grafik Perbandingan pH pada Suhu 55oC

pH

1
5.6
5.5
5.4
5.3
5.2
5.1
5
4.9
4.8
4.7

0
Formula
Kontrol

200

400

600

Massa Beban (gram)

Formula I
Formula II
Formula III
0

20

40

PEMBAHASAN

60

Uji stabilitas asam askorbat dalam krim dilakukan

Waktu (menit)

dengan menggunakan temperature stress test. Model

Gambar 3 Grafik Hasil Uji pH Antar Formula pada


o
Suhu 55 C

pengujian ini menggunakan suhu tinggi pada beberapa


tingkatan suhu untuk mempercepat laju degradasi dari
asam askorbat. Pada penelitian ini digunakan suhu
o

pH

Grafik Perbandingan pH pada Suhu 65o C


5.7
5.6
5.5
5.4
5.3
5.2
5.1
5
4.9
4.8
4.7

45 C, 55 C, dan 65 C. Dipilih 3 suhu tersebut karena


o

pada suhu 45 C vitamin C sudah dalam keadaan


o

terdegradasi. Pada suhu di bawah 40 C asam askorbat


Formula
Kontrol
Formula I

masih dalam keadaan stabil, sehingga jika dilakukan


o

uji degradasi pada suhu di bawah 40 C akan sulit


diketahui laju degradasinya. Jika digunakan suhu

20

40

Waktu (menit)

60

Formula II

<40 C tidak akan terlihat apakah asam askorbat benar-

Formula III

benar terdegradasi oleh suhu atau karena faktor lain,

misalnya cahaya atau udara, karena asam askorbat


mudah teroksidasi dengan adanya oksigen dan
o

cahaya. Karena itu dipilih suhu di atas 40 C untuk

memastikan asam benar-benar telah terdegradasi

dilakukan

oleh suhu. Selain itu suhu tinggi menyebabkan

bersamaan dengan terdegradasinya asam askorbat.

kecepatan obat terdegradasi menjadi lebih besar

LipSS belum berubah seluruhnya menjadi bentuk ALA

sehingga dapat lebih mudah diukur .

pemanasan

ALA

juga

terdegradasi

.+

dan kemudian sudah terlebih dulu terdegradasi oleh

Berdasarkan hasil perhitungan kadar terlihat

suhu. Sebelum ALA mampu untuk meregenerasi asam

bahwa semakin tinggi konsentrasi alpha lipoic acid

askorbat, ALA sudah terdegradasi menjadi polimernya

yang digunakan maka semakin rendah kadar asam

karena suhu yang tinggi dan kehilangan aktivitas

askorbat yang terdeteksi. Alpha lipoic acid dan asam

sebagai antioksidan . Suhu tinggi merusak ALA dan

askorbat

saling

asam askorbat sehingga kadar asam askorbat yang

terukur menjadi kecil. Hal ini yang menyebabkan pada

menunjukkan bahwa asam askorbat juga dapat

formula III dengan ALA 0,7% laju degradasi asam

mempengaruhi kadar alpha lipoic acid dalam sediaan.

askorbat menjadi lebih cepat daripada kontrol.

bekerja

secara

bolak

balik

meregenerasi satu sama lain. Penelitian terdahulu

10

Perhitungan waktu paruh (t1/2) dan waktu

. Pada saat bereaksi dengan OH dari KOH dalam

kadaluarsa (t90) dilakukan untuk mengetahui stabilitas

sediaan, alpha lipoic acid berubah bentuk menjadi

dari asam askorbat dalam sediaan krim m/a. Waktu

Alpha lipoic acid memiliki reaksi yang kuat dengan OH


-

.+

LipSS yang merupakan bentuk kation dari alpha lipoic

paruh (t1/2) adalah waktu yang dibutuhkan zat aktif

acid. Pada bentuk ini alpha lipoic acid tidak aktif

untuk terdegradasi menjadi setengah dari kadar awal.

sebagai antioksidan sehingga perlu diregenerasi

Sedangkan waktu kadaluarsa (t90) adalah waktu yang

menjadi bentuk awalnya yaitu alpha lipoic acid.

dibutuhkan untuk zat aktif terdegradasi sebanyak 10%

Berdasarkan hasil penelitian, asam askorbat mampu

dari konsentrasi awal.

meregenerasi LipSS

.+

menjadi alpha lipoic acid

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alpha lipoic

kembali . Mekanisme tersebut yang menyebabkan

acid

kadar asam askorbat justru mengalami penurunan

askorbat, terlihat dari semakin panjangnya waktu

saat terjadi peningkatan jumlah alpha lipoic acid.

paruh dan waktu kadaluarsa dari krim dibandingkan

Asam askorbat yang mendonorkan elektron kemudian

terhadap formula kontrol. Hal ini sesuai dengan teori

berubah

bahwa alpha lipoic acid dapat mendaur ulang asam

menjadi

bentuk

teroksidasinya,

yaitu

dapat

meningkatkan

secara

stabilitas

langsung

dan

dari

asam

dehydroascorbic acid. Dehydroascorbic acid kemudian

askorbat

meregenasi

akan direduksi oleh alpha lipoic acid menjadi bentuk

dehydroascorbic acid menjadi bentuk asam askorbat

asam askorbat.

sehingga dapat memperpanjang waktu hidup dari


10

Hasil penelitian menunjukkan bahwa degradasi

asam askorbat . Akan tetapi dengan semakin

asam askorbat terjadi lebih cepat pada krim kontrol

banyaknya alpha lipoic acid yang ditambahkan justru

daripada krim formula I dan formula II. Sedangkan

menunjukkan penurunan stabilitas asam askorbat

pada krim formula III asam askorbat terjadi lebih cepat

dalam sediaan krim.

daripada krim kontrol. Hal ini terjadi karena alpha

Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa

lipoic acid mampu meregenerasi asam askorbat dalam

semakin lama waktu penyimpanan, krim kontrol

sediaan krim sehingga laju degradasi pada krim yang

mengalami perubahan fisik. Krim kontrol berubah

mengandung ALA lebih lambat daripada krim kontrol.

warna menjadi kecoklatan sedangkan pada krim

Pada formula III dengan kadar ALA 0,7% laju reaksi

formula I, II, dan III tidak berwarna kecoklatan. Asam

justru lebih besar daripada formula kontrol. ALA juga

askorbat merupakan substansi yang lebih stabil dalam

merupakan substansi yang thermolabile. Sehingga saat

kondisi asam. Asam askorbat dapat teroksidasi

menjadi dehydroascorbic acid namun dapat dipulihkan

saat jumlah alpha lipoic acid yang ditambahkan

kembali menjadi asam askorbat dengan adanya agen

semakin banyak maka konsistensi krim yang dihasilkan

pereduksi. Agen pereduksi dalam penelitian ini adalah

semakin rendah. Dengan kata lain, dengan jumlah

alpha lipoic acid yang berfungsi meregenerasi

alpha lipoic acid yang makin sedikit maka krim akan

dehydroascorbic acid menjadi asam askorbat kembali.

semakin

Sedangkan dehydroascorbic acid dapat terhidrolisis

pembuatan

menjadi bentuk irreversible, yaitu menjadi 2,3-diketo-

kemampuannya dalam membentuk basa menurun

L-gulonic acid jika tidak segera direduksi kembali

dengan semakin banyaknya asam yang ditambahkan

menjadi asam askorbat . Perubahan bentuk menjadi

dalam proses pembuatan. Hal ini yang menyebabkan

2,3-diketo-L-gulonic acid ini yang menyebabkan

makin tingginya alpha lipoic acid yang ditambahkan

perubahan warna menjadi kecoklatan, atau yang

maka diameter yang dihasilkan makin besar. Semakin

11

disebut reaksi browning .

kental.

Basa

krim,

yang

yaitu

ditambahkan
kalium

saat

hidroksida,

besarnya diameter yang dihasilkan, maka krim

Hasil pengukuran pH awal menunjukkan bahwa

semakin mudah menyebar di kulit. Ini berarti bahwa

pH krim turun dengan ditambahkannya alpha lipoic

semakin tinggi konsentrasi alpha lipoic acid yang

acid. Ini berarti bahwa dengan adanya penambahan

ditambahkan maka semakin mudah menyebar pada

alpha lipoic acid krim menjadi lebih asam, karena

kulit.

memang alpha lipoic acid merupakan substansi asam.


Saat dilakukan pemanasan, pH krim lama kelamaan

KESIMPULAN

meningkat dan semakin basa. pH atau tingkat

1.

Alpha lipoic acid dapat meningkatkan stabilitas

keasaman dari asam askorbat dapat dibedakan

asam askorbat dalam krim dengan meningkatkan

berdasarkan grup ionisasi enol dan jumlah atom H

waktu paruh dan waktu kadaluarsa dari sediaan

pada C dan C pada gugus asam askorbat. Saat


dilakukan pemanasan, semakin tingginya suhu dan
semakin

lamanya

2.

Konsentrasi alpha lipoic acid yang paling optimum

pemanasan

akan

dalam meningkatkan stabilitas asam askorbat

semakin

cepat

dalam sediaan krim m/a adalah 0,3% terlihat dari

terdegradasi, dan semakin banyak terbentuk produk

peningkatan waktu paruh sebanyak 12 kali dari

degradasi asam askorbat, yaitu 2,3-diketo-L-gluconic

formula kontrol.

menyebabkan

waktu

krim dibanding kontrol.

asam

askorbat

acid. Produk ini memiliki jumlah H pada C dan C yang


lebih sedikit daripada asam askorbat. Hal ini

SARAN

disebabkan karena pada saat terjadi hidrolisis maka


+

atom H pada C dan C lepas. Berkurangnya gugus ini


+

menyebabkan pH semakin basa karena H adalah

Hasil uji daya sebar menunjukkan bahwa


semakin banyak alpha lipoic acid yang ditambahkan
maka diameter dari krim semakin besar. Semakin
alpha

lipoic

bidang industri, maka penelitian dapat dilakukan


dilakukan dengan menggunakan suhu ruang dan

12

pembawa sifat asam .

besarnya

Agar penelitian dapat lebih bermanfaat dalam

acid

yang

ditambahkan

menyebabkan pH krim menjadi semakin asam.


Sedangkan basis krim dibuat dalam kondisi basa.
Semakin lebarnya diameter krim disebabkan karena

kelembaban terukur atau menggunakan climatic


chamber dengan metode long term stability testing
untuk mengetahui berapa lama sebenarnya waktu
kadaluarsa dari asam askorbat saat ditambahkan
dengan alpha lipoic acid. Dapat juga dilakukan
optimasi formula dengan menggunakan konsentrasi
optimum yang telah didapatkan, yaitu 0,3%, untuk
membuat krim yang lebih dapat diterima sebagai

kosmetik untuk wajah. Selain itu dapat juga dilakukan


penelitian lebih lanjut untuk pembuatan krim a/m
atau a/m/a, dimana asam askorbat diletakkan di fase
dalam agar stabilitasnya dapat diitngkatkan.

Telah disetujui oleh,


Pembimbing I

DAFTAR PUSTAKA
1.

BPOM RI. 1995. Keputusan Kepala Badan


Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No. HK.00.05.4.1745. Jakarta: BPOM.
2. Rekha et al. 2012. Ascorbic Acid, Total Phenol
Content and Antioxidant Activity of Fresh Juices of
Four Ripe and Unripe Citrus Fruits. Chemical
Science Transactions. 1(2): 303-310.
3. Campos P.M., et al. Application of Tetraisopalmitoyl
Ascorbic
Acid
in
Cosmetic
Formulations: Stability Studies and In Vivo
Efficacy. Europe Journal of Pharmaceuticals ans
Biopharmaceuticals. 82: 580-586.
4. Pinnell et al., 2001, Topical L-Ascorbic Acid:
Percutaneous Absorption Studies, Dermatologic
Surgery 27: 137-142.
5. Mikirova, N.A, et al. 2009. Differential Effect of
Alpha-Lipoic Acid on Healthy Peripheral Blood
Lymphocytes and Leukemic Cells. Journal of
Orthomolecular Medicine. Vol 23(2).
6. Oryza. 2004. Alpha Lipoic Acid. Oryza Oil & Fat
Chemical.co.id
7. Evans J. and Goldfine I. 2000. -Lipoic Acid: A
Multifactorial Antioxidant That Improves Insulin
Sensitivity in Patients with Type 2 Diabetes.
Diabetes Technology & Therapeutics. 2 (3), 401413.
8. Lu, C and Liu Y. 2002. Interaction of Lipoic Acid
Radical Cations with Vitamin C and E Alaogue and
Hydroxycinnamic Acid Derivates. Archives of
Biochemistry and Biophysics. 406: 78-84.
9. Florence A.T and Attwood D. 2006.
th
Physicochemical Principles of Pharmacy 4
Edition. London: Pharmaceutical Press.
10. Goraca A, et al. 2011. Lipoic Acid- Biological
Activity and Therapeutic Potential. Pharmacol
Rep. 63(4): 849-858.
11. Vieira,M.C, et al. 2011. Mathematical Modeling of
the Thermal Degradation Kinetics of Vitamin C in
Cupuacu (Theobroma grandiflorum) Nectar.
12. Hussain, et al. 2006. Comparative Studies of
Vitamin C Contents in Different Processed and UnProcessed Milk Samples. Jour.Chem.Soc.Pak. Vol
28 (20).

Oktavia Eka P. S. Farm., M.Sc, Apt


NIP. 85102507120151

Anda mungkin juga menyukai