BAB II Perbaikan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Pendidikan Kesehatan
a. Definisi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri
keperawatan untuk membantu klien baik individu kelompok, maupun
masyarakat dalam mengatas masalah kesehatannya melalui kegiatan
pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai perawat pendidik
(Suliha, 2009).
Menurut Notoatmodjo (2010), pendidikan kesehatan adalah upaya
persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau
melakukan tindakantindakan untuk memelihara, dan meningkatkan taraf
kesehatannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu
bentuk kegiatan dengan menyampaikan materi tentang kesehatan yang
bertujuan untuk mengubah perilaku sasaran.

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan


Tujuan utama pendidikan kesehatan (Mubarak, 2009) yaitu:
1. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.
2. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya,
dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan
dukungan dari luar.
3. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan
taraf hidup.
4. Sehat dan kesejahteraan masyarakat.

6
7

c. Sasaran Pendidikan Kesehatan


Menurut Notoatmojo (2010) sasaran pendidikan kesehatan dibagi
dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1. Sasaran Primer (Primary Target)
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala
upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan
permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan
menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil
dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak
sekolah untuk kesehatan remaja, dan juga sebagainya.
2. Sasaran Sekunder (Secondary Target)
Yang termasuk dalam sasaran ini adalah para tokoh masyarakat,
tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran
sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada
kelompok ini diharapkan untuk nantinya kelompok ini akan
memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (Tertiary Target)
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat
pusat, maupun daerah. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan
yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak
langsung terhadap perilaku tokoh masyarakat dan kepada
masyarakat umum.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan


Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari 3 dimensi
menurut Adnani (2011) yaitu;
1. Dimensi sasaran
a) Pendidikan kesehatan individu dengan sasarannya adalah
individu.
b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasarannya adalah
kelompok masyarakat tertentu.
c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasarannya adalah
masyarakat luas.
8

2. Dimensi tempat pelaksanaan


a) Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasarannya adalah
pasien dan keluarga
b) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasarannya adalah
pelajar.
c) Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan
sasarannya adalah masyarakat atau pekerja.
3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan
a) Pendidikan kesehatan untuk promosi kesehatan (Health
Promotion), misal: peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan,
gaya hidup dan sebagainya.
b) Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific
Protection), missal: imunisasi.
c) Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat
(Earlydiagnostic and prompt treatment), misal: dengan pengobatan
layak dan sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan.
d) Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) dengan
memulihkan kondisi cacat melalui latihan-latihan tertentu.

e. Langkah-langkah dalam Penyuluhan Kesehatan


Menurut Harrison (2009), ada beberapa langkah yang harus
ditempuh dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan masyarakat,
yaitu:
1. Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat
2. Menetapkan masalah kesehatan masyarakat
3. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu untuk ditangani
melalui penyuluhan kesehatan masyarakat
4. Menyusun perencanaan penyuluhan, seperti:
a. Menetapkan tujuan
b. Penentuan sasaran
c. Menyusun materi atau isi penyuluhan
d. Memilih metoda yang tepat
e. Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan
f. Pelaksanaan penyuluhan
9

g. Penilaian hasil penyuluhan


h. Tindak lanjut dari penyuluhan

f. Faktor-faktor Keberhasilan dalam Penyuluhan


Faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam
keberhasilan penyuluhan kesehatan menurut (Notoatmojo, 2007) yaitu :
1. Faktor penyuluh yang meliputi kurangnya persiapan, kurangnya
penguasaan materi yang akan dijelaskan oleh pemberi materi,
penampilam yang kurang meyakinkan sasaran, bahas yang
digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara pemberi
materi yang terlalu kecil, dan penampilan materi yang monoton
sehingga membosankan.
2. Faktor sasaran yang meliputi tingkat pendidikan sasaran yg terlalu
rendah,tingkat sosial ekonomi sasaran yg terlalu rendah,
kepercayaan dan adat istiadat yang telah lamatertanam sehingga
sulit untuk mengubahnya, dan kondisi tempat tinggal sasaran yang
tidak memungkinkan terjadinya perubahan perilaku.
3. Faktor proses penyuluhan yang meliputi waktu penyuluhan tidak
sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan
yang dilakukan di tempat yang dekat keramaian sehingga
menggangu proses penyuluhan, jumlah sasaran yang terlalu
banyak, alat peraga dalam penyuluhan kesehatan kurang, metode
yang digunakan kurang tepat, dan bahasa yang digunakan sulit
dimengerti oleh sasaran.

g. Metode Pendidikan Kesehatan


Menurut (Notoatmojo 2007),agar mencapai suatu hasil yang
optimal, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran. Demikian
juga alat bantu pendidikan. Untuk sasaran kelompok maka
metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran
individual. Ada 3 macam metode pendidikan kesehatan, yaitu :
1. Metode Pendidikan Individual
Metode ini digunakan untuk membina perubahan perilaku
baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu
10

perubahan perilaku. Dasar digunakannya pendekatan individual ini


karena setiap orangmempunyai masalah atau alasan yang berbeda-
beda sehubungan dengan perilaku tersebut. Bentuk pendekatan ini,
antaralain :
a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih jadi lebih
efektif.
b. Wawancara (Interview)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien
untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan.
2. Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat
besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari
sasaran. Ada beberapa macam metode kelompok tersebut, yaitu:
a. Kelompok besar
Apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang, antara lain
ceramah dan seminar.
1) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun berpendidikan rendah.
2) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikanmenengah ke atas. Seminar adalah suatu bentuk
penyajian dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik
yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat.
b. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya disebut
kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil
ini antara lain:
11

1) Diskusi Kelompok
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan
pancingan-pancingan yang berupa pertanyaan sehubungan
dengan topik yang dibahas. Sehingga terciptalah diskusi
kelompok.
2) Curah Pendapat (Brain Stroming)
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan
memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan
jawaban/tanggapan. Tanggapan/jawaban tersebut ditampung
dan ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya
mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa
pun. Setelah semuanya mengemukaan pendapat, baru tiap
anggota boleh berkomentar dan akhirnya terbentuklah diskusi.
3) Bola Salju (Snow Balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2
orang) dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau
masalah. Setelah kurang lebih 5 menit maka tiap 2 pasang
bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah
tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang
yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan
pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga
akhimya akan terjadi diskusi dari seluruh anggota kelompok.
4) Kelompok-kelompok kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil
yangkemudian akan diberi suatu permasalahan yang sama
atau tidak dengankelompok lain dan masing-masing
kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya
kesimpulan dari tiap kelompok tersebut didiskusikan kembali
dan dicari kesimpulannya.
5) Memainkan Peran (Role Play)
Beberapa anggota kelompok ditunju sebagai pemegang peran
tertentu. Setelah mendapatkan peran mereka masing-masing,
mereka kemudian memainkan peran tersebut.
12

6) Permainan Simulasi (Simulation Game)


Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi
kelompok.Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam bentuk
permainan.

c. Metode Pendidikan Massa


Metode ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Berikut ini ada
beberapa contoh metode untuk pendekatan massa, yaitu :
1) Ceramah Umum (Public Speaking).
2) Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan dapat dilakukan
melalui media elektronik, baik televisi maupun radio.
3) Simulasi contohnya seperti dialog antara pasien dengan
perawat. Billboard biasanya dipasang di tempat-tempat umum
dan diisi dengan pesan pesan atau informasi – informasi
kesehatan.

2.1.2 Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang
sekedar menjawab pertanyaan “what” pada dasarnya pengetahuan
merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala
perbuatan dari manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
Pengetahuandapat berwujud barang-barang baik lewat indra maupun
lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk
ideal atau bersangkutan dengan masalah kejiwaan (Notoatmodjo,
2010).

b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), ada 6 tingkat pengetahuan yang
dicapai dalam domain kognitif yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu dapat diartikan sebagai pengingat suatu materi yang
dipelajari sebelumnya, Termasuk keadaan pengetahuan tingkatan
13

ini adalah mengingat kembali (Recal) terhadap sesuatu yang


spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur seorang tahu
tentang apa yang dipelajar antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai sesuatu untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
mengiterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimoulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi(Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang sudah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya,
aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumusan metode, prinsip dan sebagainya dalam
knteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam
suatu struktu organisasi tersebut dan masih ada kaitanntya satu
sama lain.Kemampuan analisis ini dapa dilihat dari penggunaan
kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan
dan sebagainya. Analisi merupakan kemampuan untuk
mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya. Kemampuan
analisis ini dapa dilihat dari penggunaan kata kerja dapat
menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan sebagainya.
Analisi merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi,
memisahkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menggabungkan bagian-bagian didalam siatu bentuk keseluruhan
14

yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemapuan untuk
menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya
dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkas, dapat
menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, penelitian
ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang sudah ada.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dapat dikelompokan manjadi dua yaitu cara tradisional
(Non alamiah) yaitu tanpa melalui penelitian dan cara modern (Cara
ilmiah) yaitu melalui proses penelitian. untuk lebih jelasnya dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Cara Tradisional atau non ilmiahterdiri dari :
a. Cara Coba-Salah (Trial and Error)
Cara dapat dipakai oleh oarang sebelum adanya
kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradapan
apabila seorang mengahadi persoalan atau masalah upaya
pemecahannya dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba
ini dilakukan dengan menggunakan bebrapa kemungkinan
dalam pemecahan masalah dan apabila kemungkinan tersebut
tidak berhasil, coba kemungkinan yang lain sampai masalah
tersebut dapat dipecahkan.
b. Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena
tidak disengaja oleh yang bersangkutan.
c. Cara Kekuatan atau Otoritas
Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pimpinan-
pimpinan masyarakat baik informal, para pemuka agama,
pemegang pemerintahan dan lain sebagainya.
15

Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh


berdasarkan pada pemegang otoritas, yaitu ornag yang
mempunyai kewibawaan atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas
pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli
pengetahuan atau ilmuan.
d. Berdasarkan Pengalaman Diri Sendiri
Adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah, Pepatah ini
mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh karena
itu pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan, Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahan masalah yang dihadapi pada masa lalu.
e. Cara Akal Sehat (Common sense)
Akal sehat atau Common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran, Misalnya pemberian hadiah
dan hukuman merupakan cara yang amsih dianut oleh banyak
orang untuk mendisiplinkan anak dan konteks pendidikan.
f. Kebenaran Secara Intuitif
Kebenaran Secara Intuitif diperoleh manusia secara cepat
sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui
proses penalaran atau berfikir. kebanyakan yang diperoleh
melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak
menggunakan cara yang rasional dan yang sistematis.
g. Melalui Jalan Fikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat
manusia cara manusia berfikir ikut berkembang. Dari sini
manusia mampu menggunakan penalaran dalam memperoleh
pengetahuan. Induksi dan Deduksi pada dasarnya merupakan
cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui
pernyataan-pernyataan yang dikemukakan. Apabila proses
pembuatan kesimpulan ini melalui pernyataan-pernyataan yang
khusus kepada yang umum dinamakan induksi. Sedangkan
16

deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-


pernyataan umum kepada yang khusus.

h. Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai
dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang
bersifat umum.Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan
kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman
emperis yang ditangkap oleh indra kemudian disimpulkan
kedalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk
memahami suatu gejala.
i. Deduktif
Deduktif adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. di dalam proses berfikir deduktif
berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum
pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua
pweristiwa yang terjadi pada setiap yang terjadi pada kelas itu
2. Cara Ilmiah atau Modern
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis dan alamiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah atau metodologi penelitian (Research Metodologi).
Cara ini dikembangkan oleh Frencis Baron yangmengembangkan
metode berfikir induktif kemudian dikembangkan oleh Deobold van
Dallen yang menyatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan
dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat
pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan
objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :
a. Segala sesuatu yang positif yaitu gejala tertentu yang muncul
pada saat dilakukan pengamatan
b. Gejala sesuatu yaitu yang negatif yaitu gejala tertentu yang tidak
muncul pada saat dilakukan pengamatan.
c. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala
yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
17

Menurut Erfandi (2009), ada bebrapa faktor yang


mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah sesuatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik
dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat
tentang kesehatan.
2) Media Massa dan Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun non formal dapat memberikan pengetahuan jangka
pendek (Immediate Impact) sehingga menghasilkan perubahan
atau peningkatan pengetahuan. Semakin Majunya teknologi
akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pemvbentukan opini dan
kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai
tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan
yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbetuknya pengetahuan terhadap
hal tersebut.
3) Sosial Budaya dan Ekonomi.
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya
walaupun tidak melalakukan. Status ekonomi seseorang juga
akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperoleh
18

untuk 5 kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi ini akan


mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah sesuatu yang ada disekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial, Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam
individu yang berbeda dalam lingkungan tersebut. Hal ini karena
adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan di respon
sabagai pengetahuan oleh setiap individu.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi massa lalu.Pengalaman
belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan
pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan
kamampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi
dari keterpaduan maenalar secara ilmiah dan etik yang bertolak
dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
sesorang. Semakin bertambah usia akan semaki berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan
yang diperoleh semakin membaik, Pada usia madya, individu
akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan
sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya
upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia
madya akan lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada uisa ini.
19

2.1.3 Sikap
a. Pengertian
Mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan
mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecendrungan perilaku
individua terhadap manusia lainnya atau sesuatu yang sedang
dihadapi oleh individu, bahkan tarhadap diri individu itu sendiri disebut
fenomena sikap. Fenomena sikap yang timbul tidak saja ditentukan
oleh keadaan objek yang sedang dihadapi tetapi juga dengan
kaitannya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, oleh situasi
saat sekarang, dan oleh harapan harapan untuk masa yang akan
datang, Sikap manusia, atau untuk singkatnya disebut sikap, telah
didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli (Azwar, 2011).
Thurstone mendefinisikan sikap sebagai derajat efek positif atau
efek negatif terhadap suatu objek psikologi (Azwar, 2011). Sikap atau
Attitude senantiasa diarahkan pada suatu hal, suatu objek. Tidak ada
sikap tanpa adanya objek. Lapierre mendefinisikan sikap sebagai
suatu pola prilaku, tendesi, atau kesiapan antisifasi untuk
menyesuaikan diri
Dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah
respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Definisi Petty
& Cacioppo secara lengkap mengatakan sikap adalah evaluasi umum
yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau
isu-isu (Azwar, 2011). Menurut Azjen, Sikap sebagai predisposisi yang
dipelajari untuk merespon secara konsisten dalam cara tertentu
berkenaan dengan objek tertentu, Sherif mengatakan bahwa sikap
menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam
hubungan nya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian
tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan
timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku (Dayakisni, 2008).
Azwar (2011), mengolahkan definisi sikap dalam tiga kerangka
pemikiran: Pertama, kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli
psikologi seperti louis Trurstone, Rensis Linkert dan Charles Osgood.
Menurut mereka sikap adalah sesuatu bentuk evaluasi atau reaksi
perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan
20

mendukung atau memihak (Favorable) Maupun persaan tidak


mendukung atau tidak memihak (Unfavorable) pada objek tersebut.
Kedua, Kerangka pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chave,
Bogardus, Lapierre, Mead dan Gordon Allport. Menurut kelompok
pemikir ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi
terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang
dimaksud merupakan kecendrungan yang potensial untuk bereaksi
dengan cara tertentu apabila individu diohadapkan pada suatu
Stimulus yang menghendaki adanya respon.
Ketiga, kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang
berorentasi pada skema triadik (Triadic Schema). Menurut pemikiran
ini suatu sikap merupakan kontelasi komponen kognitif, efektif yang
saling berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berprilaku
terhadap suatu objek.
Jadi berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah kecendrungan individu untuk memahami, merasakan, bereaksi
dan berprilaku terhadapm suatu objek yang merupakan hasil dan
interaksi komponen kognitif, efektif dan konatif.

b. Komponen sikap
Azwar (2011), menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen yaitu :
1. Komponen Kognitif
Komponen Kognitif merupakan komponen yang berisi
keprcayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang
benar bagi objek sikap.
2. Komponen efektif
Komponen efektif merupakan komponen yang menyangkut
masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek.
Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang
dimiliki terhadap sesuatu.
3. Komponen Prilaku
Komponen Prilaku atau komponen konatif dalam struktur
sikap menujukan bagaimana perilaku atau kecendrungan perilaku
21

yang ada didalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang
dihadapinya.

c. Karakteristik Sikap
Menurut Brigham (Dayaksini,2008) ada beberapa ciri atau
karakteristik dasar dari sikap, yaitu :
1) Sikap di simpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku.
2) Sikap ditujukan mengarah kepada objek psikologis atau kategori,
dalam hal-hal ini skema yang dimiliki individu menentukan
bagaimana individu mengkategorisasikan objek target dimana sikap
diarahkan.
3) Sikap dipelajari.
4) Sikap mempengaruhi perilaku. Memegang teguh suatu sikap yang
mengarah pada suatu objek memberikan suatu alasan untuk
berperilaku mengarah pada objek itu dengan suatu cara tertentu.

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap


Azwar, (2011) Menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi,
kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi
atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi
dalam diri individu.
1. Pengalaman pribadi
Middlebrook (Azwar, 2011) mengatakan bahwa tidak adanya
pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek
psikologis, cenderung akan membetuk sikap negatif terhadap objek
tersebut. Sikap akan mudah terbentuk jika yang dialami seseorang
dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Situasi melibatkan
emosi akan menghasilkan pengalaman yang lebih mendalam dan
lebih lama membekas. Bila dihadapkan pada suatu objek sikap, jadi
postulat ini mengansumsikan adanya hubungan antara sikap dan
perilaku.
22

2. Pengaruh kebudayaan
Burhus Federic Skinner seperti yang di kutip Azwar sangat
menekankan pengaruh lingkungan termasuk kebudayaan dalam
membentuk pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola
perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah penguat
(Reinforcent) yang kita alami (Azwar, 2011). kebudayaaan
memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu
masyarakat. Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah hidup
individu dalam berbagai masalah.
3. Media Massa
Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, suirat
kabar, majalah, dan lain lain mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan individu. Media massa
memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap hal
tersebut. Jadi cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi
dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah
sikap tertentu.
4. Lembaga Pendidikan Dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga serta lembaga agama
sebagai sesuatu system mempunyai pengaruh dalam pembentukan
sikapdi karenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu. Pemahanan akan lebih baik dan
buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh di
lakukan, di peroleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta
ajaran-ajarannya. Konsep moral dan ajaran agamanya sangat
menentukan system kepercayaan sehingga tidaklah mengherankan
kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan
dalam menentukan sikap inividu terhadap sesuatu hal. Apabila
terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya
orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi
sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap
memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang di peroleh dari
23

lembaga pendidikan atau lembaga sering kali menjadi determinan


tunggal yang menentukan sikap.
5. Faktor Emosional
Suatu bentuk sikap terkadang di dasari oleh emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat
merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi
telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang
lebihpersisten dan bertahan lama. Menurut Bimo Walgito
(Dayakisni, 2008) pembentukan dan perubahan sikap akan di
tentukan oleh dua faktor yaitu:
1) Faktor internal (individu itu sendiri) yaitu cara individudalam
menanggapi dunia luar dengan selektifsehinnga tidak semua
yang dating akan di terima atau di tolak.
2) Faktor Eksternal yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar
individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau
mengubah sikap sementara itu Mednick, Higghins dan
Kirschenbaum (Dayakisni, 2008) menyebutkan bahwa
pembentukan sikap di pengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
a. Pengaruh sosial seperti norma dan kebudayaan
b. Karakter dan kepribadian individu
c. Informasi yang selama ini di terima individu

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa


pembentukan sikap di pengaruhi oleh faktor ekstrinsik yangberasal
dari luar individu dan faktor instrinsik yang berasal dari dalam
individu.
24

2.1.3 Remaja
1) Pengertian Remaja
Remaja atau “Adolescence” barasal dari bahasa latin.
“Adolescence” yang berarti tumbuh kearah kematangan. kematangan
yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga
sosial dan psikologis. Menurut Depkes RI dan BKKBN batasan remaja
adalah antara 10-19 tahun dan belum kawin (Widiastuti, 2009).
1. Perkembangan dan ciri-ciri Remaja
Menurut Widiastuti (2009), berdasarkan sifat atau ciri
perkembangannya, masa (Rentang Waktu) remaja terdiri dari 3
tahap, yaitu :
a) Masa remaja Awal (10-12 tahun)
1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman
2) Tampak dan merasa ingin bebas
3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (Abstrak)
b) Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)
1. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.
2. Adanya keinginan untuk berkencan.
3. Timbul prasaan cinta yang mendalam.
4. Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang.
5. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.
c) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)
1. Menampakkan pengungkapan diri.
2. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.
3. Memiliki citra (Gambaran, keadaan, peranan) terhadap
dirinya.
4. Dapat memujudkan persaan cinta.
5. Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak.

c. Tugas-Tugas perkembangan Remaja


Menurut Yusuf LN (2011), salah satu periode dalam rentan
kekhidupan individu adalah fase remaja. Masa ini merupakan segmen
kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu.
25

Adapun tugas-tugas perkembangan Remaja, yaitu :


1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas.
3) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpesonal dan belajar
baergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara
individual maupun kelompok.
4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitas.
5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuan sendiri.
6) Merupakan kemampuan mengendalika diri(Self Control) atas dasar
skala nilai, prinsip, atau falsafah hidup.
7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (Sikap/Perilaku)
kekanak-kanak.

d. Perubahan Psikologis Masa Remaja.


1) Perubahan Kemampuan Intelektual
Pesatnya perkembangan kemampuan intelektual remaja akan
terjadi pada saat usia 11 hingga 15 tahun, biasanya mereka terdorong
memahami dunia luar, mengembangkan ataupun mengorganisasikan
ide-idenya.
2) Perubahan emosi remaja merupakan akibat perubahan hormonal
terhenti seiring tambahnya usia. Remaja dikatakan matang secara
emosi, jika mampu menguasai dan mengontrol emosi dengan cara-
cara yang lebih dapat di terima, kritis terlebih dahulu sebelum beraksi
secara emosi, emosi lebih stabil dan tidak berubah-rubah.
3) Perubahan Perilaku Sosial
Salah satu pokok perkembangan diri remaja yang tersulit ialah
penyesuaian diri secara sosial dan heteroseksual, seperti
meningkatkan pengaruh teman sebaya, perubahan prilaku dari
kelompok sosial baru. Dampak dari keterlibatan kegiatan sosial remaja
ialah meningkatkan wawasan sosial, meningkatkan kopetensi sosial,
bertambah dan berkurangnya prasangka dan diskriminasi.
26

4) Perubahan Minat
Banyaknya minat selama periode remaja, namun tidak semua
minat harus dimiliki oleh semua remaja, karena hal ini sangat
tergantung dengan karakteristik dan kebutuhan remaja itu sendiri.

d. Masalah Kesehatan Remaja


Menurut Judarwanto (2010), Masasalah kesehatan yang
mempengaruhi remaja adalah sebagai berikut :
1. Kehamilan dan Persalinan Dini
Sekitar 16 juta anak perempuan berusia 15 sampai 19 tahun
melahirkan setiap tahun sekitar 11% dari semua kelahiran seluruh
dunia, Resiki kematian dari penyebab yang berhubungan dengan
kehamilan jauh lebih tinggi untuk remaja dari pada orang yang lebih
tua.
2. HIV
Usia 15 sampai 24 tahun menyumbang 40% perkiraan dari
semua infeksi HIV baru dari kalangan orang dewasa di seluruh dunia
pada tahun 2008. Setiap hari 2500 lebih remaja terinfeksi dan global
ada yang lebih dari 5,7 juta remaja yang hidup dengan HIV/AIDS.
3. Malnutrisi
Banyak remaja laki-laki dan perempuan di Negara berkembang
kekurangan gizi, membuat remaja lebih rentan terhadap penyakit dan
kematian dini, Gizi yang cukup dan makan yang sehat serta
kebiasaan latihan fisik pada usia ini adalah dasar dari kesehatan
yang baik di usia dewasa.
4. Kesehatan Mental
Dalam setiap tahun tertentu, sekitar 200% dari remaja akan
mengalami masalah kesehatan mental, yang paling sering depresi
atau kecemasan. Resiko meningkat oleh pengalaman kekerasan,
devaluasi penghinaan dan kemiskinan dan bunuh diri merupakan
salah satu penyebab utama kematian pada remaja.
27

5. Penggunaan Tembakau dan Rokok


Sebagian besar pengguna tambakau di seluruh dunia dimulai
ketika remaja. Setengah dari pera pengguna akan mati sebagai
akibat dari penggunaan tembakau.
6. Bahaya Penggunaan Alkohol
Bahaya alkohol di kalangan remaja adalah kekhawatiran
meningkat dibanyak negara. Ini merupakan penyebab utama dari
cedera (termasuk yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas di
jalan).
7. Kekerasan
Kekerasan adalah salah satu penyebab utama kematian
dikalangan remaja.
8. Trauma
Trauma tidak sengaja adalah penyebab utama kematian dan
cacat dikalangan remaja.

2.1.4 HIV/AIDS
a. Pengertian HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
memperlemah kekebalan tubuh manusia. HIV Menyerang tubuh
manusia dengan cara membunuh atau merusak sel-sel yang berperan
dalam kekebalan tubuh sehingga kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi dan kangker menurun drastis (Sunaryati, 2011)
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah
Sekumpulan dan gejala infeksi sindrome yang timbul karena rusaknya
sistem kekebalan tubuh. Selain itu AIDS juga dapat emnimbulkan
komplikasi penyakit lainnya, seperti penyakit paru-paru, saluran
pencernaan, saraf dan kejiwaan, tumor ganas (Malignan) dan infeksi
oportunistik lainnya (Sunaryati, 2011).
1. Penyebab AIDS
Acquired Immune Deficiency syndrome (AIDS) disebabkan
oleh Human Immuno deficiency Virus (HIV). HIV adalah virus
sitopatik yang di klasifikasikan dalam family retroviridae, subfamily
lentivirinae, genus lentivirus. HIV termasuk virus Ribonucleic Achid
28

(RNA) dengan berat molekul 9,7 kb (kilobases). Setrukturnya terdiri


dari lapisan atau envelop yang terdiri atas glikoprotein gp120 yang
melekat pada glikoprotein gp4. Di bagian dalamnya terdapat lapisan
kedua yang terdiri dari protein p17. Setelah itu terdapat inti HIV
yang dibnetuk oleh bpropteinj p24. Di dalam inti terdapat komponen
penting berupa 2 buah rantai RNA dan enzim reverse transcriptase.
bagian envelop yang terdiri atas glikoprotein, ternyata mempunya
peran yang penting pada terjadimya infeksi oleh karena mempunya
afinitas yang tinngi terhapap reseptor spesifik CD4 dari sel Host.
Molekul RNA di kelilingi oleh kapsid berlapis dua dan suatu
membrane selubung yang mengandung protein.
Jenis virus RNAdalam proses replikasinya harus membuat
sebuah salinan Deoxybro Nucleic Acid (DNA) dari RNA yang ada di
dalam virus. Gen DNA tersebut yang memungkinkan virus tersebut
bereplikasi. Seperti halnya virus yang lain, HIV hanya dapat
bereplikasi di dalam sel induk. Di dalam inti virus jiuga terdapat
enzim-enzim yang digunakan untuk membuat salinan RNA, yang di
perlkukan untuk replikasi HIV yakni antara lai: reverse rescriptase,
integrase dan protease. RNA di lipuit oleh bkapsul berbentuk
kerucut terdiri atas sekitar 2000 kopi p24 protein virus di kenal 2
type HIV yaitu HIV-1 yang di temukan pada tahun 1983 dan HIV-2
yang di temukan pada tahun 1986 pada pasien AIDS di avrika
barat. Epidemic HIV secara global terutama di sebabkan oleh HIV-!,
sedangkan HIV-2 dtidak terlalu luas pemyebaranya, hanya terdapat
di Afrika Barat dan beberapa Negara Eropa yang memopunya
hubungan erat dengan afrika bara.
HIV-1 dan H_V-2 memiliki setruktur yang hampir sama tetapi
mempunyai perbedaan struktur genom. HIV-1 punya gen VPU tapi
tidak punya VPX, sedangkan HIV-2 sebaliknya. Perbedaan struktur
genom ini walaupun sedikit, diperkirakan mempunya peranan
dalam menentuka patogenoitas dan perbedaan perjalanan penyakit
diantara kedua tipe HIV. Karen HIV-1 yang lebih sering di temukan,
maka penelitian-penelitian klinis dan laboratis lebih sering di
lakukan tehadap HV-1. Jumlah limfosit T penting unrtuk menentuan
29

progresifitas penyakit infeksi HIV/AIDS. Sel T yang terinfeksi tidak


akan berfungsi lagi dan akhirnya mati. Infeksi HIV di tandai dengan
adanya penurunan drastis sel T dari darah tepi.

b. Gejala HIV/AIDS
Menurut Sunaryati (2011), gejala-gejala yang akan timbul dan
dapat dikenali dari serangan HIV/AIDS adalah sebagai berikut :
1. Rasa lelah berkepanjangan.
2. Sesak nafas dan batuk berkepanjangan.
3. Penurunan berat badan yang mencolok lebih dari 10% dalam 1
bulan.
4. Pembesaran kelenjar (di leher, ketiak, lipatan paha) tanpa sebab
yang jelas.
5. Bercak merah kebiruan pada kulit (kanker kulit)
6. Sering demam (Lebih dari 38%C) disertai keringat malam tanpa
sebab yang jelas.
7. Diare lebih 1 bulantanpa sebab yang jelas.

c. Cara Penularan
Menurut Sunaryati (2011), Cara penularan HIV/AIDS pada
seseorang sangat bervariasi. Cara penularan HIV/AIDS adalah
sebagai berikut :
1) Sekitar 74-85% penularan terjadi melalui setelah berhubungan
seksual dengan pasangan yang terkena virus HIV, apalagi tidak
memakai pengaman 5-10% diantaranya melalui hubungan sejenis.
2) Sekitar 5-10% akibat jarum suntik yang tercemar, terutama pada
pemakaian narkotika.
3) Sekitar 3-5% melalui transfusi darah. Ini terjadi apabila terdapat
kemungkinan adanya virus dalam darah yang didonorkan. namun
demikian, apabila alat transfusi yang digunakan steril, kemungkinan
penularan sangat kecil.
4) Sekitar 90% infeksi pada bayi anak terjadi dan ibu yang mengidap
HIV.
30

d. Penanganan infeksi HIV


Sampai saat ini belum obat yang mampu mengobati HIV secara
total dari tubuh pengidapnya.Adapun obat-obatan sekarang digunakan
yaitu anti retroviral yang hanya mampu memperlambat pertumbuhan
virus (Hawari, 2009).

e. Cara Pencegahan
Menurut Nasronudin (2007), Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pencegahan infeksi HIV diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Pengurangan dampak buruk penggunaan narkotika suntik termasuk
melalui puskesmas atau melalui lembaga permasyarakatan.
2) Menerapkan prinsip ABC, Yaitu Abstinence (tidak melakukan
hubungan seksual), Be Faithful (setia pada pasangan) dan Condom
(Penggunaan kondom jika terpaksa melakukan hubungan dengan
pasangan).
3) Pencegahan penularan infeksi HIV dari Ibu terinfeksi ke bayi.
4) Pemakain tranfusi darah yang aman.
5) Penggunaan peralatan kewaspadaan universal.

f. Nutrisi Bagi Penderita HIV


Nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan oleh penderita
HIV/AIDS untuk mempertamabah kekuatan tubuh dan berat badan,
mengganti kehilangan vitamin dan mineral, meningkatkan fungsi sitem
imun dan kemampuantubuh untuk memerangi infeksi, memperpanjang
periode dari infeksi hingga berkembangmenjadi penyakit AIDS,
meningkatkan respon terhadap pengobatan, menjaga orang yang
hidup dengan HIV/AIDS agar tetap aktif, menjaga orang yang hidup
dengan HIV/AIDS agar tetap produktif (Nursalam, 2009). Menurut
Nursalam (2009), bahan-bahan makanan yang baik untuk penderita
HIV/AIDS, yakni :
1. Tempe atau produk yang mengandung proteindan vitamin B12 yang
mengandung bakterisida yang dapat mencegah diare.
31

2. Kelapa dan produknya yang mengandung medium chain trigiserid


(MCT) yang mudah diserap. MCT merupakan sumber energy yang
dapat digunakan untuk membentuk sel.
3. Wortel kaya kandungan beta karogen berfungsi sebagai antiradikal
bebas yang dihasilkan oleh perusakan HIV pada sel tubuh.
32

2.2 Kerangka Teori

Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pengetahuan:
1. Pendidikan
Pengetahuan 2. Media Masa
3. Sosial Budaya
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia

Faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap :
1. Pengertian
2. Perkembangan
3. Tugas-tugas
perkembangan remaja
4. Perubahan psikologis
masa remaja
Pendidikan Sikap
5. Masalah kesehatan
Kesehatan
remaja

Faktor-faktor yang
mempengaruhi keterampilan :
1. Proses belajar
2. Faktor pribadi
Keterampilan 3. Faktor situasional

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian


33

2.3 Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pengetahuan:
1. Pendidikan
Pengetahuan 2. Media Masa
3. Sosial Budaya
4. Lingkungan
5. Pengalaman
6. Usia

Faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap :
1. Pengertian
2. Perkembangan
3. Tugas-tugas
Pendidikan Sikap perkembangan remaja
Kesehatan
4. Perubahan psikologis
masa remaja
5. Masalah kesehatan
remaja

Faktor-faktor yang
mempengaruhi keterampilan :
Keterampilan 1. Proses belajar
2. Faktor pribadi
3. Faktor situasional

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Di teliti
: Tidak di teliti

2.4 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri di Pondok Pesantren
Annajah Martapura tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai