Metode Kasus

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

Model- model Pembelajaran

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

1. Model Pembelajaran Small Group Discussion

a. Pengertian

Secara sederhana pengertian small group discussion penulis uraikan sebagai


berikut, small artinya kecil, group artinya kelompok (dynamic group) kelompok
dinamik, discussion artinya tukar pendapat untuk memecahkan suatu masalah/
mencari kebenaran.

Small group discussion merupakan bagian dari banyak metode pembelajaran


yang memacu keaktifan peserta didik. metode ini selain sebagai metode diskusi juga
sebagai metode pemecahan masalah (problem solving). Small group
discussion dilakukan dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok.
Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum,
kemudian masalah tersebut dibagi dalam sub masalah yang harus dipecahkan oleh
setiap kelompok. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan
hasil diskusinya. Dalam small group discussion peserta didik membuat kelompok kecil
(5 sampai 6 orang) untuk mendiskusikan bahan yang diberikan oleh guru atau bahan
yang diperoleh sendiri oleh anggota kelompok tersebut.

Small group discussion adalah metode pembelajaran yang memberikan


kesempatan pada siswa untuk belajar secara lebih aktif dengan bekerja sama dalam
kelompok untuk mencapai sebuah tujuan yang ditetapkan. Dalam small group
discussion siswa dirangsang untuk mengeksplorasi gagasan, meningkatkan
pemahaman hal yang baru, teknik untuk memecahkan masalah, mendorong
pengembangan berpikir dan berkomunikasi secara efektif, memperbaiki kerja sama
kelompok, dan meningkatkan dan keterlibatan siswa dalam mengambil keputusan
(Djamarah, 2005:159). Metode tersebut berpijak dari beberapa teori pembelajaran
yang menekankan agar siswa dapat mandiri dan aktif dalam pembelajarannya.

Menurut Djamarah (2005: 157) pembelajaran dengan metode small group


discussion berhubungan erat dengan keterampilan bertanya dasar dan lanjut,
keterampilan penguatan, serta keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Tidak
semua pembicaraan dalam small group dikatakan diskusi, tetapi yang dimaksud
dengan pembelajaran small group discussion ini adalah suatu proses yang teratur
yang melibatkan sekelompok individu dalam suatu interaksi tatap muka secara
kooperatif untuk tujuan membagi informasi, membuat keputusan, dan memecahkan
masalah. Dari pengertian tersebut, small group discussion memiliki empat
karakteristik, yaitu: 1. Melibatkan sekelompok individu; 2. Melibatkan peserta dalam
interaksi tatap muka tidak formal; 3. Memiliki tujuan dan kerja sama; 4. Serta
mengikuti aturan.
Sedangkan menurut Roestiyah (2001: 5), mengajar dengan teknik small group
discussion ini mengandung pengertian:

1. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok

2. Mendorong partisipasi siswa secara individual

3. Menghidupkan kegiatan kelas

4. Mengembangkan rasa sosial diantara siswa, karena dapat membantu


dalam memecahkan masalah secara bersama-sama.

5. Mendorong siswa untuk saling mengungkapkan pendapat.

6. Mendorong adanya pendekatan secara demokratis

7. Membantu mengembangkan kepemimpinan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa small group discussion adalah Metode
pembelajaran yang membahas suatu topik yang dilakukan oleh kelompok kecil yang terdiri
dari 4-5 orang antara siswa dengan siswa.

b. Tujuan

1) Melatih kemampuan berkomunikasi dengan orang lain

2) Melatih siswa untuk mencapai metode pembelajaran student centered learning

3) Menambah pengetahuan dan informasi

4) Saling membantu sesama anggota kelompok

5) Agar Peserta didik mempunyai keterampilan di dalam memecahkan masalah, baik terkait
pokok pada pembelajaran maupun persoalan yang di hadapi di dalam kehidupansehari-
hari.

6) Melatih siswa belajar dengan orang lain, karena belajar tidak harus dengan guru

7) Melatih siswa bagaimana cara menanggapi orang lain

8) Melatih siswa bagaimana memelihara kekompakan

9) Belajar tentang teknik-teknik pengambilan keputusan

Tujuan dari small group discussion ini adalah:


1) Diskusi mendorong siswa untuk aktif menggunakan pengetahuan dan pengalamanya dalam
memecahkan masalah tanpa bergantung pada orang lain.

2) Siswa mampu menyampaikan pendapat secara lisan. Sebab hal ini diperlukan untuk kehidupan yang
demokratis.

3) Diskusi memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar kritis dan berpartisipasi dalam pembicaraan
untuk memecahkan suatu masalah secara bersama.

4) Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan
membahas suatu masalah.

5) Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai
suatu kasus masalah.

6) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengerjakan keterampilan berdiskusi.

7) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dalam belajar.

8) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai atau
menghormati temannya, menghargai pendapat orang lain, yang mana mereka saling membantu
kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama (Roestiyah, 2001: 6).

Adapun aktivitas small group discussion dapat berupa:

1. Membangkitkan ide.

2. Menyimpulkan poin penting.

3. Mengasah tingkat skills dan pengetahuan.

4. Mengkaji kembali topik sebelumnya.

5. Menalaah latihan, quiz, tugas menulis.

6. Memproses outcome pembelajaran pada akhir kelas.

7. Memberi komentar tentang jalannya pembelajaran.

8. Membandingkan teori, isu dan interpretasi.

9. Menyelesaikan masalah.

10. Brainstroming.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari small group discussion adalah :

1. Menggali ide

2. Menyimpulkan poin penting


3. Mengakses banyak skill siswa

4. Mengkaji kembali topik sebelumnya

5. Membandingkan teori

6. Untuk menyelesaikan masalah

7. Saling membantu anggota kelompok

c. Penggunaan dan Langkah-langkah

Langkah-langkah merupakan tahapan yang akan dilakukan dalam melaksanakan kegiatan,


dalam hal ini adalah langkah-langkah dalam melaksanakan small discussion, yaitu :

1) Bagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil (maksimal 5 siswa) dengan


menunjuk ketua dan sekretarisnya

2) Berikan soal studi kasus ( yang dipersiapkan oleh guru) sesuai dengan standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)

3) Instrusikan setipa kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal tersebut

4) Pastikan setiap kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal tersebut

5) Instruksikan setiap kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal tersebut

6) Pastikan setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam diskusi

7) Instrusikan setiap kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk menyajikan hasil
diskusinya dalam forum kelas

8) Klarifikasikan, penyimpulan dan tindak lanjut (guru).

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan model belajar small group discussion, dapat
berupa :

1. Persiapan untuk diskusi

a. Menyiapkan materi-materi untuk didiskusikan

b. Materi yang disiapkan bisa berasal dari guru maupun siswa sendiri

2. Pelaksanaan

a. Mengatur waktu

b. Menjelaskan hasil diskusi

c. Guru mengontrol siswa dalam berdiskusi


3. Pelaporan hasil

a. Diskusi bisa dilakukan beberapa kali

b. Hasil diskusi di catat dan ditunjukan dengan sumber-sumbernya

Model Pembelajaran Case Study

a. Pengertian

Case Study atau studi kasus adalah rangkuman pengalaman


pembelajaran (pengalaman mengajar) yang ditulis oleh seorang
guru/dosen dalam praktik pembelajaran mereka di kelas.
Pengalaman tersebut memberikan contoh nyata tentang masalah-
masalah yang dihadapi oleh guru pada saat mereka melaksanakan
pembelajaran.

Melalui pengkajian Case Study dalam pembelajaran dengan


segala komponennya, para guru dapat melakukan evaluasi diri (self
evaluation), dapat memperbaiki dan sekaligus dapat meningkatkan
praktik pembelajaran mereka di kelas.

Case Study ditulis dalam bentuk narasi dan berisi pengalaman


pembelajaran yang paling berkesan yang Anda ingat karena
kesuksesannya, kesulitan, atau pengalaman yang penuh
problematika.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa case study


adalah Rangkuman pengalaman pembelajaran yang di tugaskan
kepada siswa (studi kasus) dimana siswa di suruh mengamati sesuatu
yang telah ditugaskan.

b. Tujuan

1) Untuk evaluasi diri (self evaluation) bagi guru untuk dapat


memperbaiki dan sekaligus dapat meningkatkan praktik
pembelajaran mereka di kelas

2) Untuk membuka wawasan terhadap pembelajaran dan


penanaman konsep bagaimana seharusnya pembelajaran itu
berlangsung

3) Bisa belajar dari kesalahan orang lain


4) Menemukan kekurangan dan kelabihan proses pembelajaran
berdasarkan pengalaman penulis case study.

c. Penggunaan dan Langkah-langkah

Kita perlu mengetahui pokok-pokok keterampilan dari orang


yang melakukan studi kasus tersebut terlebih dahulu sebelum masuk
lebih dalam. Di sini, Robert K. Yin juga menyempatkan diri untuk
membagi, sebagaimana berikut:

1) Seseorang/siswa harus mampu mengajukan pertanyaan-


pertanyaan yang baik dan menginterpretasikan jawaban-
jawabannya

2) Seseorang harus menjadi “pendengar” yang baik dan tidak


terperangkap oleh ideologi-ideology atau prakonsepsinya

3) Sesorang hendaknya mampu menyesuaikan diri dan fleksibel


agar situasi yang baru dialami dapat dipandang sebagi
pelaung dan bukan ancaman

4) Seseorang harus memiliki daya tangkap yang kuat terhadap


isu-isu yang akan diteliti, apakah hal ini berupa orientasi
teoritis atau kebijakan, ataupun bahkan berbentuk
ekploratoris. Daya tangkap seperti inti mengurangi
peristiwa-peristiwa yang relevan dan informasi yang harus
dipilih ke arah proporsi yang bisa dikelola.

5) Seseorang harus tidak bias oleh anggapan-anggapan yang


sudah ada sebelumnya; termasuk anggapan-anggapan yang
diturunkan dari teori. Karena itu, seseorang harus peka dan
responsive terhadap bukti-bukti yang kontradiktif

Metode untuk Mengembangkan Case Study, adalah sebagai berikut :

a) Seorang guru menceritakan/menulis pengalaman yang sukses


atau suatu permasalahan yang menarik yang muncul saat
pembelajaran dengan pokok bahasan atau topik tertentu.
Pengalaman yang diceritakan/dituliskan itu menggambarkan
pemikiran guru tersebut tentang mengapa permasalahan atau
pengalaman tersebut menarik.

b) Harus ditulis sesegera mungkin supaya tidak mudah terlupakan


c) Sebagai masukan dalam penulisan, penulis narasi dapat
mempedomani komentar-komentar guru lain (guru mitra) yang
ikut mengamati proses pembelajaran

d) Persiapan guru

e) RPP

f) Pelaksanaan Pembelajaran

• Kegiatan awal, inti, dan akhir

• Metode dan strategi pembelajaran

• Materi pembelajaran

• Evaluasi

• Ketercapaian tujuan pembelajaran

g) Perilaku siswa

h) Perasaan guru (keberhasilan, kegagalan, dan persepsinya


terhadap siswa)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebuah case study


dalam bentuk narasi pembelajaran, prosesnya adalah sebagai berikut.

1) Ada tim kolaborasi (beberapa orang guru)

2) Ada persiapan-persiapan prapembelajaran

3) Praktik pembelajaran di kelas (ada yang berpraktik mengajar


dan ada yang mengamati)

4) Pengamat menuliskan komentarnya

5) Komentar yang ditulis oleh pengamat tidak berupa “potret


pembelajaran”, tetapi mengarah pada proses pembelajaran
dengan segala komponennya

6) Komentar pengamat ditulis pada saat proses pembelajaran


berlangsung

7) Pada akhir pembelajaran, komentar pengamat diserahkan


kepada guru yang berpraktik mengajar

8) Guru yang berpraktik mengajar menuliskan pengalaman


pembelajarannya dalam bentuk narasi pembelajaran
9) Narasi yang sudah ditulis, diberi judul yang sesuai

10) Setelah menulis narasi, guru juga menulis refleksi dengan


cara membaca kembali narasi yang ditulisnya, kemudian baru
menuliskan refleksi.

11) Narasi yang sudah ditulis dibaca oleh pengamat dan


pengamat menuliskan komentarnya berdasarkan narasi dan
hasil pengamatan pembelajaran

12) Case study dilengkapi dengan RPP dan hasil kerja siswa

13) Narasi memuat semua hal yang dialami dan dirasakan guru
dalam pembelajaran, termasuk di dalamnya perilaku siswa.

Dapat disimpulkan langkah penggunnaa dari case study adalah sebagai


berikut :

1. Siswa diberikan topik

2. Siswa disuruh mengamati, menceritakan, menuliskan, serta


menganalisa topik yang diberikan

3. Hasilnya bisa buat dalam bentuk tulisan (laporan).

D. Contoh materi layanan

1. Layanan informasi tentang “ cara belajar yang baik” bisa dilihat


melalu vidio, anak yang berprestasi”

2. Layanan Informasi tentang “cara menjadi orang yang sukses” bisa


lansung bertanya dan mengamati orang-orang yang sukses di
sekeliling siswa

3. Layanan Informasi tentang “ Bahaya merokok”

4. Model Pembelajaran Discovery Learning (DL)

a. Pengertian

Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode


mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu
tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan
sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses
mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan
pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa
konsep atau prinsip.

Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang


mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek
sebelum sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan
bahwa anak harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut
dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang
disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses
belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.

Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu


mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang
dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,
membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa
dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri,
guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan
demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba
sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.

Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode


pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar.
Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya
bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan
siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan
semacamnya.

Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan


memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan
menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan
untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang
sudah ada.

Blake et al. membahas tentang filsafat penemuan yang


dipublikasikan oleh Whewell. Whewell mengajukan model
penemuan dengan tiga tahap, yaitu: (1) mengklarifikasi; (2) menarik
kesimpulan secara induksi; (3) pembuktian kebenaran (verifikasi).

Dapat disimpulkan bahwa discovery learning adalah Metode


pembelajaran dengan cara siswa menemukan sendiri konsep atau
prinsip.

b. Tujuan

Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari


pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:

a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk


terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan
menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam
pembelajaran meningkat ketika penemuan
digunakan

b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa


belajar menemukan pola dalam situasi konkrit mauun
abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate)
informasi tambahan yang diberikan

c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab


yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab
untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam
menemukan.

d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa


membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling
membagi informasi, serta mendengar dan
mneggunakan ide-ide orang lain.

e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa


keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan
lebih bermakna.

f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar


penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah
ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan
dalam situasi belajar yang baru.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari discovery learning adalah :


1. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat
secara aktif dalam pembelajaran

2. Siswa belajar menemukan pola dalam situasi kongkrik maupun


abstrak

Siswa bisa menemukan sendiri sumber belajar yang ia perlukan

c. Penggunaan dan Langkah-langkah

Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:

1. identifikasi kebutuhan siswa;

2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian


konsep dan generalisasi pengetahuan;

3. seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;

4. membantu dan memperjelas tugas/ problema yang


dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa;

5. mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;

6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan


dipecahkan;

7. memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan


penemuan;

8. membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan


oleh siswa;

9. memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan


pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi
masalah;

10. merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan


siswa;

membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil


penemuannya

Langkah-langkah pembelajaran discovery menurut Joyce, Weil,


dan Calhoun (2000: 179-181) adalah :

a) Guru menyajikan situasi problematik dan menjelaskan kepada


para siswa.
b) Pengumpulan data dan verifikasi mengenai suatu informasi yang
dilihat dan dialami (situasi problematik)

c) Pengumpulan data dan eksperimentasi, para siswa diperkenalkan


dengan elemen baru kedalam situasi yang berbeda.

d) Memformulasikan penjelasan

e) kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa langkah penggunaan discovery learning


adalah sebagai berikut:

1. Guru memberikan topik

2. Siswa pengumpulkan data dan eksperimentasi melalui berbagai


macam sumber belajar

3. Siswa mendiskusikannya dikelas maupun dengan kelompok

4. Guru disini sebagai pengarah, petunjuj, motivator, inovator

D. Contoh materi pelajaran

1. Layanan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja

2. Layanan informasi tentang penjurusanModel


Pembelajaran PBL ( Problem Based
Learning )
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan
sebuah model pembelajaran yang menyajikan
masalah kontekstual sehingga merangsang peserta
didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan
pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja
dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata
(real world).

 Kelebihan problem based learning


( Model Pembelajaran Berbasis
Masalah)
Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna.
Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar
memecahkan suatu masalah maka mereka akan
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau
berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan.
Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas
ketika peserta didik/mahapeserta didik berhadapan
dengan situasi di mana konsep diterapkan.

Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta didik


mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan
secara simultan dan mengaplikasikannya dalam
konteks yang relevan. PBL dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja,
motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam
bekerja kelompok.

Sistem penilaian model pembelajaran


problem based learning.
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan
sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan
pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir
semester (UAS), ujianujian tengah semester (UTS),
kuis, PR,dokumen, dan laporan.

Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari


penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap
dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu
keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan
bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam
pembelajaran Bobot penilaian untuk ketiga aspek
tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang
bersangkutan.
 Sistem Penilaian

Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan


dengan authentic assesment. Penilaian dapat
dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan
yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik
yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam
kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian
tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan
PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-
assessment) dan peer-assessment.

 Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek


pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan
sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan
pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir
semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis,
PR, dokumen, dan laporan.Penilaian terhadap
kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun
kemampuan perancangan dan pengujian.

Metode Ceramah
1. Pengertian Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara
menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau
penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.
Metode ceramah merupakan metode yang sampai
saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur.
Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan
tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru
ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas
manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak
melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka
akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi
pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang
berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru
berarti tidak belajar. Metode ceramah merupakan cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran ekspositori.
2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah
Ada beberapa alasan mengapa ceramah sering digunakan.
Alasan ini sekaligus merupakan keunggulan metode ini.
a. Ceramah merupakan metode yang “murah” dan
“mudah” untuk dilakukan. Murah dalam hal ini
dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan
peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda
dengan metode yang lain seperti demonstrasi
atau peragaan. Sedangkan mudah, memang
ceramah hanya mengandalkan suaru guru,
dengan demikian tidak terlalu memerlukan
persiapan yang rumit.
b. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran
yang luas. Artinya, materi pelajaran yang banyak
dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-
pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.
c. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok
materi yang perlu ditonjolkan. Artinya, guru
dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana
yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan
dan tujuan yang ingin dicapai.
d. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol
keadaan kelas oleh karena sepenuhnya kelas
merupakan tanggung jawab guru yang
memberikan ceramah.
e. Organisasi kelas dengan menggunakan
ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.
Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang
beragam atau tidak memerlukan persiapan-
persiapan yang rumit. Asal siswa dapat
menempati tempat duduk untuk mendengarkan
guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan.
Di samping beberapa kelebihan di atas, ceramah
juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
a. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil
dari ceramah akan terbatas pada apa yang
dikuasai guru. Kelemahan ini memang
kelemahan yang paling dominan, sebab apa
yang diberikan guru adalah apa yang
dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa
pun akan tergantung pada apa yang dikuasai
guru.
b. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan
dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.
Verbalisme adalah “penyakit” yang sangat
mungkin disebabkan oleh proses ceramah. Oleh
karena itu, dalam proses penyajiannya guru
hanya mengandalkan bahasa verbal dan siswa
hanya mengandalkan kemampuan auditifnya.
Sedangkan, disadari bahwa setiap siswa
memiliki kemampuan yang tidak sama, termasuk
dalam ketajaman menangkap materi
pembelajaran melalui pendengarannya.
c. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur
yang baik, ceramah sering dianggap sebagai
metode yang membosankan. Sering terjadi,
walaupun secara fisik siswa ada di dalam kelas,
namun secara mental siswa sama sekali tidak
mengikuti jalannya proses pembelajaran;
pikirannya melayang kemana-mana atau siswa
mengantuk, oleh karena gaya bertutur guru tidak
menarik.
d. Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui
apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang
dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa
diberi kesempatan untuk bertanya, dan tidak ada
seorang pun yang bertanya, semua itu tidak
menjamin siswa seluruhnya sudah paham.
3. Langkah-langkah Menggunakan Metode Ceramah
Agar metode ceramah berhasil, maka ada beberapa hal
yang harus dilakukan baik pada tahap persiapan maupun
pada tahap pelaksanaan.
1) Tahap Persiapan

 Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.Proses


pembelajaran adalah proses yang bertujuan,
oleh sebab itu merumuskan tujuan yang jelas
merupakan langkah awal yang harus
dipersiapkan guru. Apa yang harus dikuasai
siswa setelah proses pembelajaran dengan
ceramah berakhir.

 Menentukan pokok-pokok materi yang akan


diceramahkan. Keberhasilan suatu ceramah
sangat tergantung pada tingkat penguasaan
guru tentang materi yang akan diceramahkan.
Oleh karena itu, guru harus mempersiapkan
pokok-pokok materi yang akan disampaikan
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
harus dicapai. Dalam penentuan pokok-pokok
itu juga perlu dipersiapkan ilustrasi-ilustrasi
yang relevan untuk memperjelas informasi
yang akan disampaikan

 Mempersiapkan alat bantu. Alat bantu sangat


diperlukan untuk menghindari kesalahan
persepsi dari siswa. Alat bantu tersebut
misalnya dengan mempersiapkan
transparansi atau media grafis lainnya untuk
meningkatkan kualitas ceramah.
2) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini ada tiga langkah yang harus dilakukan
a) Langkah pembukaan
Langkah pembukaan dalam metode
ceramah merupakan langkah yang
menentukan. Keberhasilan pelaksanaan
ceramah sangat ditentukan oleh langkah ini.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam langkah pembukaan ini.

 Yakinkan bahwa siswa memahami


tujuan yang akan dicapai. Oleh
karena itu, guru perlu
mengemukakan terlebih dahulu
tujuan yang harus dicapai oleh siswa.
Mengapa siswa harus paham akan
tujuan yang ingin dicapai? Oleh
karena tujuan akan mengarahkan
segala aktivitas siswa, dengan
demikian penjelasan tentang tujuan
akan merangsang siswa untuk
termotivasi mengikuti proses
pembelajaran melalui ceramah itu.

 Lakukan langkah apersepsi, yaitu


langkah menghubungkan materi
pelajaran yang lalu dengan materi
pelajaran yang akan disampaikan.
Guna langkah apersepsi dalam
langkah pembukaan ini adalah untuk
mempersiapkan secara mental agar
siswa mampu dan dapat menerima
materi pembelajaran. Selain itu,
langkah ini pada dasarnya langkah
untuk menciptakan kondisi agar
materi pelajaran itu mudah masuk
dan menempel diotak.
b) Tahap Penyajian
Tahap penyajian adalah tahap penyampaian
materi pembelajaran dengan cara bertutur.
Agar ceramah kita berkualitas sebagai
metode pembelajaran, maka guru harus
menjaga perhatian siswa agar tetap terarah
pada materi pembelajaran yang sedang
disampaikan. Untuk menjaga perhatian ini
ada beberapa hal yang dapat dilakukan:

 Menjaga kontak mata secara terus-


menerus denga siswa. Kontak mata
adalah suatu isyarat dari guru agar
siswa mau memerhatikan. Selain itu,
kontak mata juga dapat berarti
sebuah penghargaan dari guru
kepada siswa. Siswa yang selalu
mendapat pandangan dari guru akan
merasa dihargai dan diperhatikan.
Usahakan walaupun guru harus
menulis dipapan tulis kontak mata
tetap diperhatikan dengan tak
berlama-lama menghadap papan
tulis atau membuat catatan yang
panjang di papan tulis.

 Gunakan bahasa yang komunikatif


dan mudah dicerna oleh sswa. Oleh
sebab itu sebaiknya guru tidak
menggunakan istilah-istilah yang
kurang populer. Selain itu, jaga
intonasi suara agar seluruh siswa
dapat mendengarnya dengan baik.

 Sajikan materi pembelajaran secara


sistematis, tidak meloncat-loncat
agar mudah ditangkap oleh siswa.

 Tanggapilah respons siswa dengan


segera. Artinya, sekecil apapun
respons siswa harus kita tanggapi.
Apabila siswa memberika respons
yang tepat, segeralah kita beri
penguatan dengan memberikan
semacam pujian yang
membanggakan hati. Sedangkan.
Seandainya siswa memberi respons
yang kurang tepat, segeralah
tunjukkan bahwa respons siswa
perlu perbaikan dengan tidak
menyinggung perasaan siswa.

 Jagalah agar kelas tetap kondusif


dan menggairahkan untuk belajar.
Kelas yang kondusif memungkinkan
siswa tetap bersemangat dan penuh
motivasi untuk belajar. Cara yang
dapat digunakan untuk menjaga
agar kelas tetap kondusif adalah
dengan cara guru menunjukkan
sikap yang bersahabat dan akrab,
penuh gairah menyampaikan materi
pembelajaran, serta sekali-kali
memberikan humor-humor yang
segar dan menyenankan.
c) Langkah mengakhiri atau menutup ceramah
Ceramah harus ditutup agar materi
pembelajaran yang sudah dipahami dan
dikuasai siswa tidak terbang kembali.
Ciptakanlah kegiatan-kegiatan yang
memungkinkan siswa tetap mengingat
materi pembelajaran. Hal-hal yang dapat
dilakukan untuk keperluan tersebut
diantaranya:

 Membimbing siswa untuk menarik


kesimpulan atau merangkum materi
pelajaran yang baru saja
disampaikan

 Merangsang siswa untuk dapat


menanggapi atau memberi semacam
ulasan tentang materi pembelajaran
yang telah disampaikan

 Melakukan evaluasi untuk


mengetahui kemampuan siswa
menguasai materi pembelajaran
yang baru saja disampaikan

Pengertian Metode
Pembelajaran Panel
Diskusi panel menurut merupakan forum pertukaran pikiran yang
dilakukan oleh sekelompok orang dihadapan sekelompok hadirin
mengenai suatu masalah tertentu yang telah dipersiapkannya.
Diskusi panel menurut (Tarigan) adalah suatu kelompok yang
terdiri dari tiga sampai enam orang ahli yang ditunjuk untuk
mengemukakan pandangannya dari berbagai segi mengenai
suaru masalah.

Tata Cara Pelaksanaan Diskusi


Panel
Langkah Persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam langkah persiapan
adalah :
1. Merumuskan tujuan
2. Menetapkan topik masalah
3. Menyusun Laporan Diskusi Panel
4. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
teknis pelaksanaan diskusi,
Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan metode pembelajaran diskusiadalah:
1. Memeriksa segala persiapan
2. Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi
3. Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan
4. Mengajukan Pertanyaan dalam Diskusi
5. Menyampaikan Gagasan dalam Diskusi
6. Mengemukakan Gagasan Secara Jelas dan Mudah Diikuti
7. Memberikan Kritikan dan Dukungan dalam Diskusi
8. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta
diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya
9. Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang
sedang dibahas.
Menutup Diskusi
1. Membuat pokok pembahasan sebagai kesimpulan
2. Menilai jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari
seluruh peserta.
3. Menyusun Laporan Diskusi Panel.

Kekurangan dan Kelebihan


Metode Pembelajaran Panel
Kelebihan-kelebihan dari Diskusi Panel
1. Memberikan kesempatan kepada pendengar untuk
mengikuti berbagai pandangan sekaligus.
2. Biasanya dalam diskusi panel timbul pro dan kontra
pandangan, semakin sengit pro dan kontra, maka diskusi
akan semakin menarik untuk diikuti.
3. Dalam diskusi panel, kelompok yang melakukan diskusi
akan berhati-hati dalam mengajukan pandangan atau
mengemukakan pendapat, karena menyadari akan dapat
langsung digugat atau dibantah.
4. Peserta yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan
yang lebih dalam hal yang didiskusikan dapat
menyampaikan pandangan.
Kekurangan-kekurangan dari Diskusi Panel
1. Diskusi panel menjadi tidak menarik apabila semua peserta
waswas untuk menyampaikan pandangan secara terus
terang dan semua peserta merasa sungkan untuk berbeda
pandangan. Agar tidak terjadi rasa was-was saat akn
berpendapat, sebaiknya mengetahui apa yang dibicrakan
oleh pembicara lain secara terperinci. Sehingga kalau kita
mempunyai perbedaan pendapat dengan sipembicarakita
tidak akan mersa takut terhadap pendapat kita.
2. Suasana dalam diskusi panel akan menjadi pincang atau
tidak seimbang apabila ada peserta yang jauh lebih tangkas
dalam menyampaikan daripada yang lainnya. Diskusi panel
tidak menjadi seimbang kalau yang berpendapat hanya
orang itu – itu saja. Dan sebaiknya para peserta ikut andil
dalam berpendapat.
3. Ada kalanya moderator terpaksa harus berusaha membuat
kesimpulannya sendiri dan menyampaikannya dalam
diskusi itu. Jika terjadi perbedaan pendapat diantara para
peserta maka moderator harus mengambil kesimpulan.
4. Harus memilih moderator yang berani dan mampu turun
tangan untuk menyelamatkan diskusi agar jangan sampai
pincang atau berat sebelah. Jika terjadi perdebatan antara
para peserta. Maka, moderator harus turun tangan untuk
mengambil kesimpulan tersebut.
5. Ada kemungkinan terjadinya “pencemaran nama baik”
dalam diskusi panel.

1. Pengertian Metode Pembelajaran Tutorial

Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang


dilakukan melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru
kepada siswa baik secara perorangan atau kelompok kecil siswa.
Disamping metoda yang lain, dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi
Dasar, metoda ini banyak sekali digunakan, khususnya pada saat siswa
sudah terlibat dalam kerja kelompok.

Tutorial (tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat


akademik oleh tutor kepada mahasiswa (tutee) untuk membantu
kelancaran proses belajar mandiri mahasiswa secara perorangan atau
kelompok berkaitan dengan materi ajar.

Tutorial adalah salah satu cara pembelajaran kelompok kecil yang paling
lazim dilaksanakan. Kelompok belajar adalah sejumlah orang (peserta)
yang berinteraksi secara berhadap-hadapan.

Dengan tutorial atau belajar dalam kelompok kecil peserta mendapat


kesempatan untuk lebih mengerti materi pembelajaran. Peserta dapat
menganalisis aspek-aspek dari topik secara mendalam yang dalam kuliah
(ceramah) hanya dapat diberikan secara umum. Tutorial memberi
kesempatan pada peserta untuk lebih mengenal peserta yang lain dan
dapat mengikuti cara berpikir mereka sehingga membantu
mengembangkan cara pikirnya sendiri.

Dalam tutorial, peserta dapat belajar lebih aktif yaitu dengan mengikuti
diskusi sehingga mengembangkan kemampuannya berpikir kritis, inovatif
dan mandiri.

1. Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Tutorial


2. Keunggulan Metode Pembelajaran Tutorial
3. Siswa memperoleh pelayanan pembelajaran secara individual
sehingga permasalahan spesifik yang dihadapinya dapat
dilayani secara spesifik pula.
4. Seorang siswa dapat belajar dengan kecepatan yang sesuai
dengan kemampuannya sendiri tanpa harus dipengaruhi oleh
kecepatan belajar siswa yang lain.
5. Kelemahan Metode Pembelajaran Tutorial
6. Sulit dilaksanakan pembelajaran klasikal karena guru harus
melayani siswa dalam jumlah yang banyak.
7. Jika tetap dilaksanakan, diperlukan teknik mengajar dalam tim
atau “team teaching” dengan pembagian tugas di antara
anggota tim.
8. Apabila tutorial ini dilaksanakan, untuk melayani siswa dalam
jumlah yang banyak, diperlukan kesabaran dan keluasan
pemahamann guru tentang materi pembelajaran.
9. Teknik-teknik Metode Pembelajaran Tutorial

Banyak teknik yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran


tutorial diantaranya :

1. Tutorial Individu (TI)

Metode itu dianggap metode belajar yang ideal, karena satu orang Tutor
berhadapan dengan satu orang siswa. Metode itu memiliki metode
lainnya, terutama dalam hal pengembangan keterampilan dan pengetahuan
konseptual. Pada kenyataannya, metode itu jarang dilaksanakan sebab
banyaknya tujuan menyebabkan perlunya kehadiran siswa-siswa lainnya
dan interaksi di antara mereka.

2. Tutorial Kelompok (TK)

Pada dasarnya tutorial berdasarkan pada hubungan antara satu orang guru
dengan satu orang siswa. Namun dewasa ini sudah mulai umum
dilaksanakan tutorial kelompok, dimana satu orang guru membimbing
sekelompok siswa yang terdiri dari lima atau tujuh orang siswa sekaligus
pada waktu yang sama. Dengan teknik itu, sebenarnya tidak banyak
berbeda dengan pengajaran kelas. Pendekatan tutorial kelompok lebih
menitikberatkan pada kegiatan bimbingan individu – individu dalam
kelompok.

1. Modus dan Identitas Metode Pembelajaran Tutorial

Dalam metode pembelajaran tutorial terdapat empat modus tutorial, yakni


:

1. Tutorial Tatap Muka (TTM)


2. Tutorial tertulis (tutis) lewat surat-menyurat/korespondensi
3. Tutorial elektorik (tutel) lewat televisi, radio dan media massa
4. Tutorial online (tuton) lewat internet.

Terdapat beberapa hal yang menjadi identitas dari tutorial yaitu sebagai
berikut :

1. Pengenalan
2. Penyajian informasi
3. Pertanyaan dan respons
4. Penilaian respons
5. Pemberian feedback tentang respons
6. Pembetulan
7. Segmen pengaturan pengajaran
8. Penutup

1. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Tutorial

Dalam suatu proses pembelajaran tutorial juga dibutuhkan berbagai


langkah-langkah yang bisa meningkatkan suatu pembelajaran yang
efektif, diantaranya sebagai berikut :

1. Langkah Perencanaan
2. Mempelajari modul dan mengidentifikasi bagian-bagian yang
sulit
3. Menyusun strategi bimbingan
4. Langkah Persiapan
5. Menyiapkan bahan ajar tambahan
6. Menyiapkan soal-soal sederhana sebagai jembatan untuk
menyelesaikan soal-soal yang sulit

3. Langkah Pelaksanaan
4. Mengidentifikasi siswa yang menghadapi kesulitan dalam
memahami modul yang telah diberikan berikut bagian-bagian
yang sulit dipahami
5. Laksanakan tutorial dengan menggunakan langkah-langkah
yang telah dipersiapkan lebih dahulu
6. Langkah Evaluasi dan Penutup
7. Melakukan tanya jawab ntuk meyakinkan bahwa siswa yang
bersangkutan telah dapat mengatasi kesulitan belajarnya dan
memahami materi pembelajaran yang dipelajari
8. Memberikan tugas mandiri, termasuk mempelajari tugas
tambahan dengan tujuan memantaapkan dan memperluas
pemahaman siswa yang bersangkutan tentang materi yang
dipelajari.
9. Peran Tutor Dalam Pembelajaran Tutorial

Dalam proses metode pembelajaran tutorial, untuk bisa menciptakan suatu


pembelajaran yang efektif maka seorang tutor harus memiliki dan
memahami akan perannya sebagai berikut :

1. Tutor sebagai fasilitator


2. Tutor bukanlah instruktur: students do not exist to meet our
needs; we exist to meet their needs!
3. Tutor bekerja dengan mahasiswa (sebagai mitra
pembelajaran), bukan sebagai pemberi kuliah, menanamkan
semangat kerjasama dalam belajar.
4. Tutor memberi ilustrasi atau contoh tentang konsep.
5. Tutor memimpin dan mengarahkan mahasiswa agar mereka
mencari dan menemukan informasi secara independen.
6. Tutor membantu mahasiswa untuk bertanggung jawab atas
proses pembelajaran mahasiswa secara aktif.
7. Tutor menyediakan waktu untuk umpan balik kelompok.
8. Tutor menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
9. Tutor memandu dan memotivasi mahasiswa untuk meng-
identifikasi pokok bahasan.
10. Tutor mengingatkan mahasiswa untuk selalu mengintegrasikan
pengetahuan (horisontal dan vertikal).
11. Tutor sebagai pendengar
12. Tutor mencermati tujuan pembelajaran mahasiswa yang
muncul dalam diskusi.
13. Tutor membangun latar belakang yang sama di antara para
mahasiswa.
14. Tutor memberi umpan balik secukupnya berdasarkan materi
yang sedang dibahas para mahasiswa.
15. Tutor sebagai profesional
16. Tutor memperlihatkan sikap pofesional kepada mahasiswa.
17. Tutor menjaga informasi personal dan akademik tentang
rahasia mahasiswa.
18. Tutor selalu berdiskusi dengan supervisor, mencari umpan
balik.
19. Tutor berkonsultasi dengan supervisor bila ada masalah non-
akademik pada mahasiswa tertentu.
20. Tutor tidak perlu menjadi pembimbing / konsultan untuk
masalah pribadi.
21. Tutor harus mencari petunjuk / pengarahan bila ada konflik
pribadi di antara mahasiswa.
22. Tutor harus selalu menjaga hubungan profesional dengan
mahasiswa.
23. Tutor sebagai pencatat
24. Informasi tentang mahasiswa harus selalu up to date.
25. Tutor selalu mengikuti prosedur tutorial.
26. Tutor memberi penilaian terhadap kegiatan mahasiswa.
27. Tutor sebagai evaluator
28. Tutor menggunakan strategi assessment yang sesuai: sejalan
dengan tujuan pembelajaran, dengan format yang sesuai.
29. Tutor memonitor kemajuan mahasiswa, ialah memberi umpan
balik yang konstruktif termasuk kinerja para mahasiswa.
30. Tutor memberi refleksi keefektivan pembelajaran.
31. Evaluasi Pembelajaran Tutorial

Dalam proses pembelajaran tutorial terdapat tiga tujuan evaluasi tutorial


yakni sebagai berikut :

1. Evaluasi prestasi peserta tutorial

Evaluasi peserta tutorial dilaksanakan oleh tutor dan peserta tutorial (peer
evaluation = evaluasi oleh sesama mahasiswa atau evaluasi sejawat).

6. Tutor mengevaluasi keaktifan peserta (anggota kelompok)


dalam diskusi. Pokok bahasan dapat bervariasi, mulai dari
pendefinisian masalah sampai dengan pertukaran
pengetahuan antarmahasiswa. Keaktifan peserta dalam diskusi
ini dinilai oleh tutor/fasilitator misalnya dengan skala 1 s/d 6.
Satu berarti sangat pasif dan enam berarti paling aktif
7. Peserta mengevaluasi hasil pembelajaran mandiri dan
pertukaran pengetahuan yang dilaksanakan oleh setiap
peserta. Skala penilaian misalnya dari 1 s/d 6 dengan rincian
sebagai berikut:

 Tidak ada usaha dan tidak ada hasil dari pembelajaran mandiri.
 Hasil pendalaman materi yang ditugaskan kurang lengkap,
pemahaman kurang dan tidak bisa memaparkan kepada
kelompok.
 Hasil pendalaman materi yang ditugaskan lengkap, namun
pemahaman kurang baik dan tidak bisa memaparkan kepada
kelompok.
 Hasil pendalaman materi yang ditugaskan lengkap,
pemahaman baik dan tidak bisa memaparkan kepada
kelompok dengan jelas.
 Hasil pendalaman materi yang ditugaskan lengkap,
pemahaman baik dan bisa memaparkan kepada kelompok
dengan jelas.
 Hasil pendalaman materi yang ditugaskan sangat lengkap,
dilengkapi dengan pengujian, pemahaman sangat baik dan bisa
memaparkan kepada kelompok dengan jelas.

Peserta juga mengevaluasi keaktifan peserta lain dalam diskusi dengan


skala nilai 1 s/d 6 dengan rincian sebagai berikut: nilai 1 sama dengan
sangat pasif dan nilai 6 sama dengan sangat aktif. Selain itu, peserta dapat
juga memberi komentar tentang unjuk kerja sejawat dalam kelas. Semua
nilai ini diserahkan pada tutor/fasilitator yang menggabungkannya dengan
penilaian tutor untuk menghasilkan nilai akhir bagi setiap peserta.

2. Evaluasi Kinerja Tutor

Untuk meningkatkan kualitas tutorial maka pada akhir pelaksanaan


tutorial dilakukan evaluasi kinerja tutor. Evaluasi ini dilakukan untuk
menentukan bahwa tutor telah melakukan tugas dan perannya secara baik.
Tugas tutor sebagai pemimpin kelas, pembimbing, fasilitator dan
narasumber dapat dievaluasi. Evaluasi dilakukan dengan umpan balik dari
peserta dan dengan evaluasi diri oleh tutor. Evaluasi dari peserta dapat
dilakukan dengan cara pemberian kuesioner atau semacamnya sedangkan
Evaluasi Diri oleh Tutor, Tutor menilai dirinya, apakah ia sudah
melaksanakan peran dan tugas tutor secara baik dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Apakah pelaksanaan tutorial terlalu cepat/lambat?


2. Apakah peserta bersemangat mengikuti tutorial yang saya
pimpin?
3. Apakah yang perlu saya lakukan untuk meningkatkan kualitas
tutorial?
4. Apakah saya berhasil memberi motivasi kepada peserta?
5. Apakah saya sering absen?

3. Evaluasi Pelaksanaan Tutorial

Tutorial adalah proses pembelajaran dalam kelompok kecil, oleh karena


itu keberhasilan tutorial terutama bergantung pada berhasilnya kerja
kelompok. Berhasil atau tidaknya tutorial bergantung juga pada unjuk
kerja tutor dan pada kerja sama, entusiasme, serta motivasi peserta.

Daftar pustaka

Abdulhak, Darmawan. 2013. Teknologi Pendidikan. Bandung :


PT Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai