Makala H
Makala H
Makala H
DEBAT
OLEH :
Kelompok 2
Amalinatul Fitriyah
Nia Kartika Putri
i
MAKLEMBAR PENGESAHAN
Segala puji bagi Allah SWT, atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulisan makalah
Bahasa indonesia ini dapat diselesaikan sesuai dengan harapan.
Makalah ini merupakan tugas semester dua guna untuk menambah pengatahuan bagi
kami,guru,teman-teman,serta orang-orang yang telah membaca makalah ini
Dengan penuh keras keras dan rasa syukur kami telah menyelesaikan tugas bahasa Indonesia.
meski masih jauh dari kata sempurna kami anggap sebagai pengalaman dan kami dapat
kembangkan menjadi lebih baik lagi.kami sadari dalam pembuatan tugas ini masih ada
kekurangan, untuk itu kami mohon kritikan dan saran dari ibu guru dan teman-teman sekalian
untuk memperbaiki di masa yang akan datang.
Semoga bermanfaat dan dapat mencapai tujuan, atas bantuan dan perhatian semua kami
ucapkan terima kasih
A. LATAR BELAKANG
Proses pembelajaran saat ini kurang memiliki daya tarik. Kurang menariknya
pembelajaran karena 2 hal. Pertama, pembelajaran yang dirancang oleh guru tidak
dapat memacu keingintahuan siswa untuk membedah masalah seputar lingkungan
sosialnya sekaligus dapat membentuk opini pribadi terhadap masalah tersebut.
Kedua, guru memposisikan diri sebagai pribadi yang menggurui, belum
memerankan diri sebagai fasilitator yang membelajarkan siswa.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di lingkup sekolah
dibutuhkan berbagai variasi teknik yang harus dikuasai oleh seorang guru agar
proses belajar yang tercipta di kelas menjadi lebih dinamis dan bernuansa
interaktif. Selain itu, variasi teknik yang digunakan juga harus dapat membantu
siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya dalam fase remaja sesuai
dengan pedoman psikologi individu. Beberapa diantara tugas perkembangan
tersebut menjadi landasan terciptanya metode pembelajaran kooperatif yang
mengedepankan kerja sama dari para peserta didik sehingga tercipta nuansa kelas
yang dinamis, interaktif, dan dapat menjadi faktor stimulan agar peserta didik dapat
mengembangkan pola pikir yang kritis.
Hingga saat ini, terdapat berbagai macam model yang digunakan dari turunan
metode pembelajaran tipe kooperatif. Salah satu dari model yang berkembang dan
sering digunakan pada kegiatan belajar mengajar adalah debat. Debat digunakan
pendidik dalam upaya menumbuhkembangkan pola pikir kritis dan kemampuan
kerja sama antar peserta didik dalam bentuk kelompok. Perkembangan model
pembelajaran debat saat ini masih barlangsung, bahkan model ini diterapkan hingga
menjadi jenis kompetisi antar pelajar hingga tingkat dunia. Oleh karena itu, penulis
mencoba membahas metode pembelajaran debat.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka yang menjadi
permasalahan dan diungkapkan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme metode pembelajaran debat?
2. Bagaimana efektivitas metode pembelajaran debat dalam meningkatkan
partisipasi siswa?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis
membuat makalah ini dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui mekanisme metode pembelajaran debat
2. Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran debat dalam
meningkatkan partisipasi siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DEBAT
Berdasarkan beberapa kajian dan kasus yang dihadapi pada berbagai kondisi,
dapat disimpulkan bahwa debat memiliki pengertian sebagai berikut:
1. Debat adalah kegiatan argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara
individual maupun kelompok dalam mendiskusikan dan memecahkan suatu
masalah. Debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari
debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri
2. Debat adalah suatu diskusi antara dua orang atau lebih yang berbeda
pandangan, dimana antara satu pihak dengan pihak yang lain saling
menyerang (opositif).
3. Debat terjadi dimana unsur emosi banyak berperan. Pesertanya kebanyakan
hanya hendak mempertahankan pendapat masing-masing dibandingkan
mendengar pendapat dari orang lain dan berkehendak agar peserta lain
menyetujui pendapatnya. Oleh karena itu, dalam debat terdapat unsur
pemaksaan kehendak.
4. Debat adalah aktivitas utama dari masyarakat yang mengedepankan
demokratik.
5. Sebuah kontes antara dua orang atau grup yang mempresentasikan tentang
argumen mereka dan berusaha untuk mengembangkan argumen dari lawan
mereka.
B. METODE PEMBELAJARAN DEBAT
Pada tingkat sekolah menengah atas, pola pikir siswa harus mulai dibangun
membentuk karakter yang kritis dan cepat tanggap terhadap permasalahan yang
terjadi di sekitarnya. Biasanya, ketika siswa diajak memecahkan suatu kasus
permasalahan yang menuntut sebuah keputusan untuk diambil, akan terbagi menjadi
3 buah kubu. Siswa kubu pendukung suatu keputusan (biasanya disebut kelompok
Pro), siswa kubu penolak (kelompok Kontra), dan kubu netral yang mengambil
sikap “cari aman” dengan tidak memilih pihak manapun.
Dengan pembelajaran metode debat, siswa dibentuk menjadi hanya dua jenis
kelompok yaitu Pro dan Kontra. Berikut ini adalah langkah-langkah debat yang
biasanya diterapkan di kelas dalam lingkup sekolah menengah atas:
1. Guru membagi siswa menjadi dua kelompok peserta debat, yang satu pro dan
yang lainnya kontra.
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan diperdebatkan
oleh kedua kelompok di atas.
3. Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota
kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian setelah selesai ditanggapi
oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa
mengemukakan pendapatnya.
4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari
setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.
5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkapkan.
6. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat
kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
Dengan adanya acuan teknis diatas, dapat dilihat bahwa model debat
mengadopsi gabungan dari beberapa metode pembelajaran seperti Diskusi,
Ceramah, dan Pembelajaran Kooperatif.
C. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE DEBAT
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran debat diantaranya adalah:
1. Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah
diberikan.
2. Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah
diberikan.
3. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
Selain itu juga terdapat kekurangan dalam model pembelajaran debat,
diantaranya adalah:
1) Ketika menyampaikan pendapat saling berebut.
Terjadi debat kusir yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi.
Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen
hanya diam dan pasif.
2) Menghabiskan banyak waktu untuk melakukan sesi debat antar kelompok.
3) Perlunya tema yang mudah dipahami oleh siswa.
4) Tema haruslah dapat diperdebatkan.
5) Perataan siswa dalam kelompok terkadang tidak heterogen.
D. EFEKTIVITAS METODE DEBAT DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI
SISWA
Pembentukan pola pikir kritis dan kerja sama antar kelompok dapat lebih
ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran debat di kelas. Kelebihan
model ini lebih banyak mengeksplorasi kemampuan siswa dari segi intelektual dan
emosi siswa dalam kelompok kerjanya, sehingga pembentukan kerja sama
antarsiswa, pola pikir kritis, dan pemahaman etika dalam berpendapat dapat
diperoleh dalam pembelajaran di kelas.
Namun disamping berbagai kelebihan yang diberikan oleh model pembelajaran
debat ini, ada beberapa kekurangan yang memerlukan peran dari seorang guru untuk
mereduksinya.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan efektivitas metode pembelajaran debat
dalam meningkatkan partisipasi siswa. Diantaranya: Febrina, Robylia (2007) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa pendekatan DD/CT menggunakan metode debat
secara formal dapat mengoptimalkan partisipasi dan pemahaman bioetika materi
hereditas pada siswa kelas XII IPA SMAN 11 Banjarmasin tahun pelajaran
2007/2008. Begitu pula dengan hasil penelitian Zaini dkk (2006) menyatakan bahwa
metode debat secara formal dapat mengoptimalkan pemahaman bioetika pada
pembelajaran materi kesehatan reproduksi pada siswa kelas XII MAN 1
Banjarmasin.
Dilihat dari hasil kedua penelitian tersebut terlihat bahwa tidak semua materi
pembelajaran cocok dapat meningkatkan partisipasi dan pemahaman bioetika
siswa. Oleh karena itu, tema/materi pembelajaran harus dipilih sedemikian rupa
sehingga debat yang terjadi dapat menimbulkan interaksi positif di dalam kelas dan
menarik untuk siswa yang melaksanakannya.
BAB III
PENUTUP
C. KESIMPULAN
1. Metode pembelajaran debat termasuk metode pembelaran yang interaktif dan
memaksa siswanya untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
2. Metode pembelajaran debat efektif dalam meningkatkan partisipasi belajar
siswa
D. SARAN
1. Hendaknya sebagai guru kita selalu mencari inovasi baru dalam pembelajaran
baik di dalam kelas maupun di luar kelas
2. Pembelajaran dengan menggunakan metode debat dapat dijadikan suatu cara
untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa
DAFTAR PUSTAKA