F13 Tai
F13 Tai
F13 Tai
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Audit Energi pada Proses
Produksi CPO (Crude Palm Oil) di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Kata kunci: energi, audit energi, crude palm oil, produksi CPO
ABSTRACT
TISAH AFIATUL INAYAH. Energy Audit on CPO (Crude Palm Oil) Production
in PMKS PT. Condong Garut, West Java. Supervised by SRI ENDAH
AGUSTINA.
Increasing of CPO (Crude Palm Oil) demand in the world market will be
increasing energy consumption for CPO production. The purpose of this research
was to conduct energy auditing on CPO production in PT. Condong Garut, West
Java. Result of the study shows that the total primary energy consumption is 17.56
MJ/kg CPO at production capacity of the factory about 20 ton Fresh Fruit Bunch
(FFB)/hour with 20.08 % yield. The total energy consumption was not included
embodied energy of tools & machines and pesticide. The energy input was
supplied by biomass (shell and fiber), diesel oil, fertilizer and human (biology).
64.16 % of Total energy was consumed in processing plant, while cultivation
activities included harvesting consume 34.11 % and FFB transportation consume
1.73 %. Energy savings could be done by increasing FFB production, repairing
the production machines and using CPO as a diesel oil blends.
Keywords: energy, energy audit, crude palm oil, palm oil production
AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO
(CRUDE PALM OIL)
DI PMKS PT. CONDONG GARUT, JAWA BARAT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
Disetujui oleh
Pembimbing
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah
Energi, dengan judul Audit Energi pada Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil)
di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Ibu Ir. Sri Endah Agustina, MS yang telah banyak memberikan arahan dan
saran.
2. Bapak Dr. Ir. Edy Hartulistiyoso, M.Sc dan Ibu Dr. Lenny Saulia, S.TP, M.Si
sebagai dosen penguji.
3. Bapak Tanoni dan Ibu Sukaesih serta kakak-kakak tercinta Nurbaeti & Hari,
Ijabah & Agus Nuh Rahmani, “Ondong” dan Iim Mauludatul Maghfiroh atas
do’a, kasih sayang, dan dukungannya.
4. Ir. Ade Mahyar selaku direktur PT. Condong Garut yang telah memberikan
izin untuk melaksanakan penelitian di PT. Condong Garut, Jawa Barat.
5. Bapak Sumarno sebagai kepala pabrik PMKS PT. Condong Garut Jawa Barat.
6. Bapak Undang Kadarisman, SE, Bapak Sugiri, Ibu Kokom, Ibu Fitri, Ibu Elis
selaku staf PMKS PT Condong Garut yang telah membantu penulis selama
melakukan penelitian.
7. Saudara-saudaraku di Wisma Ayu depan; Sri, Desi & Saras, Rahmi & Meyta,
Sarah, Mba Puspa, Mba Dee, Mba Eka & Mba Khusnul, serta adikku Nisak
atas perhatian dan kebaikan kalian semua. Semoga Allah SWT tetap
menghimpun hati-hati kita dalam naungan cinta-Nya.
8. Supervisor Etos Bogor, Saudara-saudaraku di Etos Bogor khususnya etoser
Bogor 46 yaitu Cira M, Desi S, Dewi C, Herlin H, Irma L, N. Rizqiyah, Sri H,
Aang H, A. Fachrudin, A. Nashih, Fajar S, Ghulam N, Ipan A, M. Saeroni, dan
M. Fajri atas ukhuwah yang terjalin dengan indah.
9. Saudara satu bimbingan; Tika, Desi, Kristen dan Erlanda serta teman-teman
TEP 46 khususnya Weni, Rouf, Iqbal, dan Icha.
10.Saudara-saudara di Karya Salemba Empat khususnya Beasiswa Indofood
Sukses Makmur Batch 5.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
PROSES PRODUKSI CPO DI PT. CONDONG GARUT 10
METODE 20
Waktu dan Tempat Penelitian 20
Alat 20
Bahan 20
Metode Penelitian 20
HASIL DAN PEMBAHASAN 28
Konsumsi Energi pada Proses Produksi CPO di PT. Condong Garut 28
Analisis Energi pada Sarana Pendukung Penyediaan Energi 40
Perbandingan Hasil Audit Energi dengan Penelitian Sebelumnya 42
Peluang Penghematan dan Konservasi Energi 46
SIMPULAN DAN SARAN 48
Simpulan 48
Saran 49
DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN 52
RIWAYAT HIDUP 55
DAFTAR TABEL
1 Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia 1
2 Produksi minyak sawit di Indonesia 1
3 Input energi untuk beberapa operasi pertanian 7
4 Nilai kalor per unit satuan beberapa jenis bahan bakar 7
5 Kebutuhan energi biologis tenaga manusia pada kegiatan pertanian 8
6 Kebutuhan energi biologis tenaga manusia pada tahapan pemuatan
buah di loading ramp dan penyusunan lori di stasiun penebahan 8
7 Kebutuhan energi biologis tenaga manusia pada tahapan penyiangan 9
8 Hasil-hasil audit energi pada proses produksi CPO di Indonesia 10
9 Konsumsi energi primer pada produksi CPO di PT. Condong Garut 29
10 Konsumsi energi final pada produksi CPO di PMKS PT. Condong
Garut setelah biomassa dan solar pada penyediaan energi dikonversi
menjadi listrik 30
11 Konsumsi energi pada tahapan budidaya 30
12 Konsumsi energi pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO 31
13 Konsumsi energi pada sarana pendukung 31
14 Konsumsi tenaga manusia pada proses produksi CPO 33
15 Konsumsi energi pupuk pada kegiatan budidaya 34
16 Penggunaan energi untuk masing-masing jenis pupuk yang digunakan 35
17 Konsumsi energi solar 36
18 Kebutuhan bahan pestisida tiap kg CPO 36
19 Pemakaian bahan kimia pembantu pada penyediaan air dan boiler 37
20 Konsumsi energi listrik 38
21 Efisiensi teknis peralatan dan mesin pada proses pengolahan CPO 39
22 Perbandingan hasil penelitian audit energi pada budidaya,
panen dan pengangkutan TBS di PT. Condong Garut 42
23 Perbandingan hasil audit energi pada proses pengolahan TBS
menjadi CPO di PMKS PT. Condong Garut 42
24 Perbandingan hasil-hasil penelitian audit energi pada pengolahan CPO
di PT. Condong Garut 44
25 Perbedaan nilai konsumsi energi biomassa 45
26 Perbedaan persentase kandungan serat dan cangkang serta rendemen 45
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tahun
Provinsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Aceh 308560 274822 287038 313745 329562 348438
Sumatera 979541 998966 1017574 1044854 1054849 1100820
Utara
Riau 1547942 1620882 1673553 1781900 2031817 2176864
Sumatera 630214 682730 690729 725236 777716 826743
Selatan
Jambi 568751 448899 484137 489384 488911 521759
Kalimantan 492112 451400 499548 530575 750948 783732
Barat
Sumber : Buku Statistik Perkebunan Tahun 2009–2011, Direktorat Jenderal
Perkebunan-Kementrian Pertanian RI
Tujuan
Tujuan audit energi yang dilakukan pada proses produksi CPO di PMKS PT.
Condong Garut, Jawa Barat adalah:
1. Mengkaji jenis, jumlah dan sumber energi pada tiap tahapan proses produksi.
2. Menghitung kebutuhan energi untuk menghasilkan per satuan produk CPO
di PMKS PT. Condong Garut, Jawa Barat.
3. Membandingkan hasil audit tersebut dengan hasil audit terdahulu.
4. Mengkaji peluang penghematan energi yang dapat dilakukan oleh PMKS
PT. Condong Garut, Jawa Barat.
TINJAUAN PUSTAKA
Crude Palm Oil (CPO) adalah produk utama dalam pengolahan kelapa
sawit disamping minyak inti kelapa sawit. CPO didapatkan dengan melalui
beberapa tahapan proses yaitu penerimaan TBS, perebusan, penebahan, pelumatan,
pengempaan, serta pemurnian minyak.
Kelapa Sawit
Persiapan Lahan
Pembibitan
Penanaman
Pemeliharaan
Pemanenan
Gambar 1. Bagan alir budidaya kelapa sawit.
1. Persiapan lahan
Persiapan lahan atau land preparation adalah kegiatan pembukaan dan
pengolahan lahan hingga siap ditanami kelapa sawit. Pada umumnya, land
preparation dilakukan baik pada saat pembukaan lahan baru maupun pada saat
penanaman ulang (replanting). Kegiatan ini biasanya dibantu menggunakan mesin
berupa excavator atau secara manual dengan tenaga manusia.
2. Pembibitan
Pembibitan harus sudah disiapkan sekitar satu tahun sebelum penanaman di
lapangan. Ada dua sistem pembibitan yaitu sistem pembibitan tahap tunggal
(single stage system) dan sistem pembibitan tahap ganda (double stage system).
Sistem pembibitan tahap ganda terdiri dari dua tahap yaitu tahap pembibitan awal
(pre-nursery) dan tahap pembibitan utama (main-nursery). Pembibitan pre
nursery maupun pembibitan main nursery mengonsumsi energi tenaga manusia,
solar, pupuk maupun pestisida.
3. Penanaman
Penanaman umumnya dilakukan antara Oktober sampai dengan Februari,
karena pada bulan-bulan ini curah hujan sudah mencukupi kebutuhan air tanaman.
Populasi tanaman sawit sekitar 143 pohon per hektar dan membutuhkan input
energi berupa tenaga tenaga manusia dan pupuk.
4. Pemeliharaan
Menurut Setyamidjaja (1991) pemeliharaan tanaman terbagi kedalam dua
periode yaitu pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan
pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM). Tahapan pemeliharaan tanaman
membutuhkan input energi berupa tenaga manusia, pupuk serta pestisida.
5. Pemanenan
Dalam keadaan normal dan dengan dilaksanakannya pemeliharaan yang
baik, memasuki umur sekitar 30 bulan, tanaman kelapa sawit umumnya telah
4
menunjukan kesiapan untuk dipanen bila ukuran tandan buahnya telah mencapai
berat 3 kg atau lebih. Tandan buah yang dipanen disebut tandan buah segar atau
disingkat TBS (Setyamidjaja, 1991). Input energi berupa tenaga manusia.
6. Pengangkutan TBS
Pengangkutan TBS bertujuan mengirim TBS dan brondolan ke pabrik dengan
menggunakan truk atau traktor. Adanya pengangkutan TBS oleh truk atau traktor
membutuhkan masukan energi berupa bahan bakar minyak (solar) serta tenaga
manusia.
Penimbangan
Perebusan
Penebahan
Pelumatan
Pengempaan
Pemecahan biji
Penyimpanan Kernel
Gambar 2. Skema umum pengolahan kelapa sawit (Bank Bumi Daya, 1988)
5
1. Penerimaan buah
TBS dari kebun diangkut dengan alat angkut yang cepat dan berkapasitas
angkut besar, misalnya lori, traktor gandengan, atau truk (Setyamidjaja, 1991).
Untuk mengangkut TBS dibutuhkan input energi berupa tenaga manusia dan solar.
Alat pengangkut sesampainya di pabrik harus melewati jembatan timbang.
TBS kemudian dipindahkan ke dalam tempat penerimaan tandan (laoding ramp).
Loading ramp ini berupa ruang-ruang kotak yang tiap ruangnya terpisah kisi-kisi.
Melalui pintu hidraulik, tandan buah kelapa sawit dicurahkan ke lori
(Setyamidjaja, 1991). Loading ramp menggunakan input energi berupa listrik.
2. Perebusan
Perebusan adalah proses merebus tandan buah yang berada dalam lori di
dalam bejana rebusan. Lama perebusan adalah sekitar 90 menit di mana tandan
akan dipanasi dengan uap air pada tekanan 2.5-3.0 atmosfir dan suhu 135oC-
150oC (Setyamidjaja, 1991).
3. Penebahan
Buah yang telah direbus kemudian dibawa ke stasiun penebahan. Penebahan
atau perontokan bertujuan memisahkan buah dari tandannya. Prinsip kerja alat
penebahan adalah membanting buah dalam drum yang berputar. Bagian dalam
drum terdiri dari kisi-kisi yang akan menuju ke stasiun pelumatan dan
pengempaan. Biasanya alat penebahan menggunakan tenaga listrik yang berasal
dari mesin engine atau generator diesel.
4. Pelumatan
Pelumatan atau pengadukan dilaksanakan di dalam mesin pelumat (digester),
yaitu bejana yang dilengkapi pisau pengaduk. Daging buah akan dilumatkan untuk
memecahkan jaringan sel minyaknya. Pada proses pelumatan dilakukan
pemanasan dengan uap pada suhu 85oC-95oC agar minyak tidak menjadi kental,
sehingga mudah dikeluarkan pada proses pengeluaran minyak (pengempaan)
(Setyamidjaja, 1991). Alat atau mesin-mesin pelumatan menggunakan tenaga
listrik yang berasal dari mesin engine atau generator diesel.
5. Pengempaan
Pengempaan bertujuan untuk mengambil minyak dari hasil pelumatan
digester. Proses pengempaan terjadi karena adanya putaran screw yang menekan
bubur buah dan dari arah yang berlawanan bubur buah tersebut tertahan oleh
sliding cone sehingga minyak terkempa dan terpisah dari bubur buah. Minyak dari
bubur buah yang dikempa akan keluar melalui lubang-lubang press cage,
sedangkan ampasnya (press cake) yang berupa serabut (fibre) dan biji (nut) keluar
melalui celah antar sliding cone dan press cage (Wibowo, 2008). Semua alat atau
mesin-mesin pengempaan, biasanya menggunakan tenaga listrik sebagai masukan
energi.
6. Pemurnian minyak
Menurut Naibaho (1998) dalam Mutiara (2003) minyak yang keluar dari
pengempa mengandung 45% sampai 55% air, lumpur dan bahan-bahan lainnya.
Untuk itu dilakukan pemisahan minyak, padatan, dan air dengan beberapa tahapan.
Tahapan pemisahan dalam pemurnian ini meliputi filtrasi, pengendapan,
penguapan, sentrifugasi dan pengeringan. Seperti halnya alat-alat atau mesin-
mesin di stasiun pelumatan, di stasiun pemurnian pun menggunakan tenaga listrik
yang berasal dari mesin engine atau generator diesel.
6
7. Penyimpanan CPO
Minyak yang telah dimurnikan berupa minyak mentah (CPO) kemudian
disimpan dalam tangki timbun (storage tank). Suhu dalam tangki dipertahankan
sekitar 45oC untuk memelihara kualitas minyak (Fadly, 2008). Untuk
mempertahankan suhu minyak, maka diberikan uap yang berasal dari BPV.
1. Energi langsung
Energi langsung merupakan energi yang digunakan secara langsung pada
proses produksi yaitu berupa bahan bakar fosil (Abdullah, 1998). Menurut Kitani
(1982) dalam Rahmat (2001) energi langsung merupakan energi yang digunakan
secara langsung dalam proses produksi, termasuk di dalamnya yaitu bahan bakar
7
dan listrik. Peran energi langsung sangat besar dalam suatu proses produksi yang
padat energi. Hal ini terkait dengan kebutuhan listrik dan bahan bakar yang cukup
tinggi.
Bahan bakar yang umum digunakan pada proses produksi CPO adalah
bahan bakar minyak (BBM) dan biomassa. BBM berupa bensin dan solar
digunakan untuk alat dan mesin budidaya, transportasi, sarana pendukung serta
pembangkit tenaga diesel. Sedangkan biomassa berupa cangkang dan serat
digunakan sebagai bahan bakar ketel uap. Cangkang dan serat merupakan hasil
sampingan dari pengolahan kelapa sawit (Mutiara, 2003).
Tabel 4. Nilai kalor per unit satuan beberapa jenis bahan bakar
Sumber energi Unit Nilai kalor Input Nilai kalor
satuan (MJ/unit) Produksi total
(MJ/unit) (MJ/unit)
Gasolia liter 32.24 8.08 40.32
Minyak diesel liter 38.66 9.12 47.78
LPG liter 26.10 6.16 32.26
Gas alam m3 41.38 8.07 49.45
Batubara keras kg 30.23 2.36 32.59
Batubara lunak kg 30.29 2.37 32.76
Kayu keras kg 19.26 1.44 20.70
Kayu lunak kg 17.58 1.32 18.90
Listrik kWh 3.60 8.39 11.99
Sumber : Cervinca (1980) dalam Nuryanto (1998)
Operasi di bidang pertanian tidak bisa terlepas dari peran tenaga manusia.
Pengeluaran energi manusia dapat ditinjau dari segi pengeluaran total tubuh (laju
metabolisme) dan pengeluaran tenaga mekanisnya. Kemampuan mengeluarkan
tenaga mekanis seseorang tergantung dari lama bekerja, usia, jenis kelamin,
ukuran tubuh, tingkat konsumsi makan dan oksigen, iklim dan faktor lingkungan.
Kebutuhan energi manusia di berbagai kegiatan pertanian disajikan pada Tabel 5.
Tabel 6. Kebutuhan energi kerja manusia pada tahapan pemuatan buah di loading
ramp dan penyusunan lori di stasiun penebahan
Kegiatan kkal/menit MJ/jam
Pemuatan buah di loading ramp 0.52 0.130
Penyusunan lori 0.24 0.060
Sumber: Fazriansyah (2008)
9
Metode audit energi terdiri dari dua tahapan utama yaitu audit energi awal
(preliminary energy audit) berupa pengumpulan data awal dan analisis
pendahuluan, serta audit energi rinci (detailed energy audit) antara lain melakukan
pengukuran terhadap peralatan yang dipakai dalam suatu pabrik dan melakukan
analisis alat.
Sedangkan menurut Fluck (1992) dalam Rahmat (2002) metode audit energi
yang umum digunakan adalah:
1. Menentukan batasan proses, operasi, sistem dan lain-lain yang akan dianalisis,
sehingga semua input dan output yang termasuk dalam batasan akan
teridentifikasi.
2. Mengidentifikasi dan menghitung semua input yang termasuk dalam batasan,
dengan mengacu pada selang waktu atau unit output tertentu.
3. Menentukan energi yang dibutuhkan untuk semua input.
4. Mengidentifikasi dan menghitung semua output.
10
dibangun di atas area seluas 3.024 ha dengan kapasitas 20 ton TBS/jam, 160
ton/hari dengan rendemen 20.08% dengan peralatan buatan Stork Belanda.
Pembibitan
Pemeliharaan
Pemanenan
TBS
Gambar 3. Diagram alir kegiatan budidaya kelapa sawit di PT. Condong Garut
1. Pembibitan
Sistem pembibitan di PT. Condong Garut dengan menggunakan sistem
pembibitan tahap ganda yang terdiri dua kali tahapan yaitu pembibitan awal (pre
nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Pembibitan awal (pre nursery)
dilaksanakan selama 3 bulan sedangkan pembibitan utama (main nursery)
dilaksanakan selama 9 bulan di dalam polybag besar. Pada kegiatan ini
membutuhkan input energi berupa solar untuk penyiraman, tenaga manusia,
pupuk, serta pestisida.
2. Pembukaan dan penyiapan lahan
PT. Condong Garut sejak tahun 2003 telah melakukan kegiatan penanaman
kembali atau replanting. Hal ini dilakukan karena tanaman kelapa sawit telah
berumur 25 tahun sehingga produktivitas TBS menurun. Karena dilakukan dengan
secara manual, maka input energi yang dibutuhkan berupa tenaga manusia.
3. Penanaman
PT. Condong Garut menggunakan jarak tanam 9mx9mx9m dengan
kerapatan tanaman/ha sebanyak 143 tanaman. Penanaman dilakukan secara
manual sehingga input energi yang digunakan berupa tenaga manusia serta pupuk
untuk menyuburkan tanaman.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman kelapa sawit terdiri dari 2 periode yaitu
pemeliharaan TBM (tanaman belum menghasilkan) dan pemeliharaan TM
(tanaman menghasilkan). Kegiatan pemeliharaan diantaranya:
12
a. Pemeliharaan TBM
Kegiatan-kegiatan TBM terdiri dari babadan, chemist piringan, eradikasi
ilalang, kastrasi, serta pemupukan.
b. Pemeliharaan TM
Kegiatan-kegiatan TM umumnya sama dengan TBM. Namun ada beberapa
kegiatan yang tidak dilaksanakan seperti kastrasi, chemist piringan, dan
sebagainya. Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam pemeliharaan
dibutuhkan input energi berupa tenaga manusia, pupuk dan pestisida.
5. Pemanenan dan Pengangkutan ke Pabrik
Alat yang digunakan unutk pemanenan berupa dodos atau egrek. Dalam
proses pemanenan dibutuhkan input energi berupa tenaga manusia.
Setelah TBS dipanen selanjutnya TBS diangkut dengan menggunakan truk
dan traktor sehingga dibutuhkan solar sebagai bahan bakar untuk transportasi.
Pengolahan kelapa sawit menjadi CPO di PT. Condong Garut terdiri dari
beberapa tahap yakni penerimaan buah, penimbunan di loading ramp, perebusan,
penebahan, pelumatan, pengempaan, penyaringan, pemurnian dan penyimpanan
CPO. Diagram alir proses pengolahan TBS menjadi CPO dapat dilihat pada
Gambar 4.
TBS
Penerimaan TBS
Perebusan TBS
Tandan Boiler
Penebahan TBS kosong
Ampas
Pelumatan dan pengempaan TBS Gumpalan
ampas
biji
Pemurnian minyak
Pengolahan biji
CPO
PKO
Gambar 4. Diagram alir proses pengolahan TBS menjadi CPO dan PKO
13
1. Penerimaan buah
Kegiatan penerimaan buah terdiri dari penimbangan TBS dan penyimpanan
TBS sementara di loading ramp. Stasiun penimbangan merupakan stasiun yang
digunakan untuk mengetahui berat TBS yang masuk dan juga mengetahui berat
produk CPO yang keluar pabrik. Penimbangan dilakukan di jembatan timbangan.
Jembatan timbangan berupa plat besi dengan ukuran 9x3 m2 yang dihubungkan
dengan timbangan yang ada di dalam pabrik tersebut. Proses penimbangan TBS di
jembatan timbang dapat dilihat pada Gambar 5.
3. Perebusan
PT. Condong Garut menggunakan sterilizer tipe horizontal dan terdiri dari
dua unit ketel perebusan yang masing-masing mampu menampung kapasitas 6 lori
atau sekitar 15 ton TBS setiap kali proses perebusan. Sterilizer dilengkapi dengan
pipa pemasukan (inlet), pipa pengeluaran (outlet), pipa kondensat, dan pipa
pengaman.
Pengoperasian dimulai pada saat lori sudah masuk ke dalam sterilizer dan
pintu telah ditutup rapat. Uap masuk melalui pipa pemasukan yang diatur buka
tutupnya oleh seorang operator. Uap panas yang digunakan berasal dari boiler.
Pengisian uap ke dalam sterilizer dilakukan hingga mencapai tekanan 3 kg/m2.
Suhu yang digunakan mencapai 130oC. Perebusan berlangsung selama 90 menit
14
4. Penebahan (threshing)
TBS yang telah direbus ditarik oleh capstand keluar dari sterilizer.
Kemudian lori diangkut satu persatu ke atas dengan menggunakan hoisting crane.
TBS dituang ke mulut bunch hopper secara kontinu. Untuk pengoperasian semua
alat dan mesin di stasiun ini menggunakan sumber tenaga listrik dari turbin uap.
Alat penebahan kelapa sawit yaitu thresher, berfungsi untuk memisahkan
brondolan dari tandan yang telah direbus. TBS yang telah direbus dimasukkan ke
dalam drum penebahan yang disebut rotary drum stripper. Setelah melewati
rotary drum stripper, tandan kosong akan terbawa menuju empty bunch conveyor
untuk dibawa ke kebun, sedangkan brondolan akan lolos melalui celah kisi-kisi
drum perontok dan ditampung oleh sebuah screw conveyor transfer menuju fruit
elevator. Brondolan dari fruit elevator akan dibawa ke mesin pelumat (digester).
6. Pengempaan
Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian
bawah digester sudah berupa ‘bubur’. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke
alat pengempaan yang berada di bagian bawah digester. Alat yang digunakan
untuk melakukan pengempaan disebut presser. PT. Condong Garut memiliki 2
unit presser. Jenis presser yang digunakan adalah screw press dengan kecepatan
putar mesin sebesar 12 rpm dan kapasitas olahan sebanyak 10 ton TBS/jam.
Untuk pengoperasiannya, menggunakan sumber tenaga listrik dari turbin uap.
Kegiatan pengempaan oleh mesin presser dapat dilihat pada Gambar 10.
7. Penyaringan
Proses penyaringan bertujuan untuk memisahkan kotoran pada minyak
kelapa sawit hasil pengepresan yang masih mengandung serabut (fibre), lumpur,
batu, dan bahan-bahan lain yang tidak diinginkan. Minyak kasar yang diperoleh
dari hasil pengempaan dialirkan menuju saringan getar (vibrating screen).
Vibrating screen terdiri dari dua lapis yaitu lapisan atas dengan ukuran 20 mesh
dan lapisan bawah dengan ukuran 40 mesh.
Minyak kasar yang telah disaring melalui vibrating screen akan ditampung
dalam crude oil tank (COT) yang berkapasitas 3.5 ton. Di dalam COT terjadi
pemanasan minyak pada suhu 95oC yang bertujuan agar tidak membeku selama
perjalanan. Selanjutnya, minyak dari COT akan dipompa menggunakan crude oil
pump menuju ke stasiun pemurnian. Alat-alat atau mesin-mesin pengempaan
dalam pengoperasiaannya menggunakan tenaga listrik sebagai masukan energi.
16
8. Pemurnian
Proses pemurnian bertujuan untuk memisahkan minyak kasar dari air dan
lumpur (sludge) sehingga diperoleh minyak murni. Pada stasiun pemurnian terdiri
dari beberapa tahap yaitu:
a. Continous Settling Tank (CST)
Minyak yang dipompa dari COT akan ditampung dalam Continous
Settling Tank (CST) atau clarifier tank. Panas pada CST dipertahankan pada suhu
95oC dengan kapasitas 12000 liter. Pemisahan minyak terjadi berdasarkan
mekanisme pengendapan yang berlangsung akibat perbedaan berat jenis dan
dibantu dengan pemanasan. Minyak akan berada di bagian atas kemudian akan
dialirkan ke tangki penampungan minyak (oil tank), sedangkan lumpur dan air
akan dialirkan menuju sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang masih
mengandung minyak.
b. Oil tank
Setelah terjadi pengendapan, minyak yang telah terpisah saat di CST akan
dialirkan ke tangki penampungan minyak (oil tank) yang berkapasitas 5000 liter
dengan suhu pemanasan 85oC dengan tujuan untuk mengurangi kadar air. Minyak
dalam oil tank ini masih mengandung sludge sehingga dilakukan kembali proses
pengendapan. Pengaturan pembuangan sludge ini menggunakan kran, sedangkan
minyaknya akan dialirkan lagi ke oil purifier untuk dimurnikan. Oil purifier di PT.
Condong Garut dapat dilihat pada Gambar 12.
c. Oil purifier
Di dalam oil purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran
dan kadar air yang terdapat pada minyak berdasarkan atas perbedaan densitas
dengan menggunakan gaya sentrifugal, dengan kecepatan putarannya 1500 rpm
dengan kapasitas 5.000 liter/jam. Alat akan memutar minyak yang masuk, karena
kotoran dan air memiliki densitas yang besar maka akan berada pada bagian yang
luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang mempunyai densitas lebih kecil
bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke oil dryer
dan vacuum dryer. Kotoran dan air yang melekat pada dinding menuju ke saluran
pembuangan untuk dibawa ke sludge pit.
9. Penyimpanan
Minyak CPO kemudian dialirkan ke tangki penyimpanan (storage tank). PT
Condong Garut memiliki 4 unit storage tank yang masing-masing memiliki
kapasitas 500 ton. Minyak produksi yang dialirkan dijaga keencerannya dengan
memberi steam melalui pipa dengan temperature 40-50oC dengan tujuan agar
minyak dalam tangki tidak membeku. Kondisi storage tank dapat dilihat pada
Gambar 14.
18
Penerangan
pabrik dan
perumahan
Boiler
Instalasi
Uap pengolahan
Alur proses perjalanan uap menjadi tenaga yaitu uap dari boiler masuk ke
mesin uap, untuk menggerakkan generator sehingga menghasilkan putaran dari
rpm rendah sampai dengan 750 rpm dengan tegangan sebesar 380-400 volt.
Tenaga tersebut digunakan untuk :
a. Penerangan pabrik dan penerangan perumahan karyawan.
b. Water treatment
c. Mesin pengolahan: screw press, clarification, bunch hopper, digester,
sterilizer, threshing, pressing, dan boiler.
Uap yang berasal dari boiler dengan tekanan 16 kg/cm2 mengalir ke mesin
uap untuk digunakan sebagai penggerak generator. Sisa uap akan keluar melalui
pipa exhaust dan menuju ke steam distribution dengan tekanan sebesar 3 kg/cm2.
4. Pengelolaan Limbah
Limbah dari proses pengolahan kelapa sawit berupa limbah padatan dan cair.
Limbah padatan yang dimaksud adalah tandan kosong yang telah melalui proses
penebahan sedangkan limbah cair yang berasal dari sludge separator akan
memisahkan sludge. Sludge yang memiliki berat jenis lebih besar akan terlempar
ke tepi dan bergerak mengelilingi dinding, sedangkan minyak akan mengumpul di
dalam pipa yang kemudian akan dialirkan menuju bak penampungan stainless
steel. Bak penampungan stainless steel berfungsi untuk menampung minyak dari
oil tank, sludge tank, dan sludge separator, serta minyak dari sludge pit (tempat
penampungan limbah cair) dengan suhu di bak sekitar 50oC. Dari bak
penampungan stainless steel, minyak yang telah tertampung akan dialirkan
kembali ke clarifier tank, sedangkan sludge akan dibuang ke saluran limbah.
Minyak yang diperoleh dari sludge pit sebagian terjadi karena peristiwa
pengendapan dan sebagian lagi karena faktor biologis, yang terjadinya pemecahan
molekul-molekul minyak sebagai akibat fermentasi. Minyak yang berasal dari
sludge pit selanjutnya dikembalikan ke bak penampungan stainless steel untuk
diendapkan kembali dan akan dialirkan kembali ke clarifier tank, sedangkan sisa
lumpur dan air dialirkan ke kolam limbah.
METODE
Alat
Seluruh peralatan produksi yang terpasang pada ruang mesin, alat ukur yang
terpasang pada alat produksi, timbangan, tang ampere, termometer, bomb
calorimeter dan kertas tisu.
Bahan
Bahan yang digunakan: TBS, CPO, cangkang, serat, air dan bahan bakar solar.
Metode Penelitian
Tahapan penelitian audit energi pada proses produksi CPO di PMKS PT.
Condong Garut dapat dilihat pada Gambar 18.
21
Pre Audit
Audit Rinci
Rekomendasi
Gambar 18. Bagan alir penelitian
Batasan Sistem
Dalam pelaksanaan audit energi, sistem yang akan diteliti perlu dibatasi.
Batasan sistem yang diaudit didekati dengan asumsi bahwa proses produksi CPO
dimulai dari budidaya kelapa sawit sampai tahapan pengolahannya menjadi CPO
yang ditunjang oleh sarana pendukungnya. Hal tersebut dipandang sebagai satu
satuan usaha pabrik. Adapun batasan-batasan lainnya sebagai berikut:
1. Proses produksi untuk menghasilkan CPO dimulai dari kegiatan budidaya
sampai dengan pengolahan TBS menjadi CPO dengan ditunjang oleh sarana
pendukungnya, yaitu sarana penyediaan air dan energi. Hal ini dianggap
satu kesatuan sistem produksi.
2. Pengamatan terhadap proses produksi CPO dilakukan secara berurutan
mengikuti proses yang berlangsung.
3. Pada saat pengamatan rinci, setiap tahapan proses produksi CPO yang
diamati dianggap merupakan tahapan proses produksi yang dapat diputus
dari tahapan sebelum dan sesudahnya.
4. Semua kegiatan dan jalannya proses produksi CPO dianggap tetap setiap
tahunnya dan dalam keadaan normal.
5. Masukan energi biologis tenaga manusia hanya dihitung yang langsung
berhubungan dengan proses produksi. Untuk pegawai administrasi di kantor
tidak dihitung.
6. Pada kegiatan budidaya, energi langsung dari sinar matahari tidak
diperhitungkan sebagai masukan energi.
7. Masukan energi listrik hanya dihitung untuk kegiatan yang langsung
berhubungan dengan proses produksi. Penggunaan listrik untuk peralatan
dan penerangan kantor serta kebutuhan listrik untuk perumahan karyawan
tidak dihitung.
8. Energi yang berasal dari sistem boiler yaitu uap maupun listrik dari turbin
uap dan generator diesel tidak dianggap sebagai input energi total, yang
22
diperhitungkan hanya bahan bakar dari kedua sistem pembangkit uap dan
listrik tersebut. Tetapi energi uap dan listrik untuk setiap tahapan produksi
tetap dihitung sebagai input energi pada tiap-tiap tahap proses produksi
yang mengkonsumsinya.
9. Input energi tidak langsung dari pestisida dan bahan kimia pembantu tidak
diperhitungkan dalam perhitungan kebutuhan energi produksi tiap kg CPO
karena kurangnya data pendukung, tetapi tetap diaudit dan disajikan sebagai
data pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan satuan unit energi).
10. Dalam audit ini, semua embodied energy dari mesin dan peralatan pabrik
serta peralatan bengkel yang digunakan dalam proses produksi CPO tidak
diperhitungkan sebagai masukan energi.
Batasan sistem dalam audit ini dapat dilihat pada Gambar 19.
Metode Audit
Parameter Pengukuran
Persiapan Lahan
Bibit
Pembibitan Pupuk
Mesin dan
peralatan Penanaman
pertanian
Manusia Pemanenan
Listrik Diesel
Mesin dan
peralatan Penerimaan TBS
pengolahan
Penebahan
Turbin uap
Water treatment
Pemurnian minyak CPO
Keterangan :
Keterangan:
Epp (tot) = Jumlah energi pupuk yang digunakan untuk memproduksi CPO
tiap kilogram (MJ/kg CPO)
Epp = Jumlah energi pupuk yang digunakan untuk memproduksi tiap
kilogram TBS (MJ/kg TBS)
Kpp (i) = Konsumsi pupuk pada tahap ke-i (kg/ha)
Nepp = Embodied energy pupuk (MJ/kg)
Jtbs = Jumlah produksi TBS per hektar (kg/ha)
Rd = Rendemen (%)
7. Penggunaan Energi
Perhitungan pada penggunaan energi adalah sebagai berikut:
a. Efisiensi riil, perbandingan antara jumlah energi berguna dengan jumlah
energi input, dengan persamaannya:
Eff. Riil = (UE/IE) x 100%..................................................(12)
Keterangan:
Eff. Riil = Efisiensi riil penggunaan energi (%)
UE = Energi berguna (MJ)
IE = Input energi (MJ)
b. Efisiensi teknis, perbandingan antara kapasitas alat terukur dengan
kapasitas alat terpasang, dengan persamaannya:
Tabel 9. Konsumsi Energi Primer Pada Produksi CPO di PT. Condong Garut
Konsumsi Energi (MJ/kg CPO)
Pengolahan
Jenis energi Budi- Angkut TBS dan %
Panen Total
daya TBS sarana
pendukung
A. Energi langsung
1. Solar 0.00696 - 0.29989 0.38120 0.68805 3.92
2. Biomassa - - - 10.88276 10.88276 61.97
B. Energi tidak
langsung
1. Pupuk 1.94752 - - - 1.94752 11.09
2. Pestisida * - - - *
C. Energi manusia 4.02919 0.00625 0.00429 0.00237 4.04210 23.02
Total 5.98467 0.00625 0.30418 11.26633 17.56043
Persentase 34.07 0.04 1.73 64.16 100
*) Input energi tidak langsung dari pestisida tidak diperhitungkan dalam perhitungan kebutuhan
energi produksi tiap kg CPO karena kurangnya data pendukung. tetapi tetap diaudit dan disajikan
sebagai data pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan satuan unit energi) yang dapat
dilihat pada Tabel 18.
Besarnya konsumsi energi pada setiap tahapan produksi setelah input energi
solar dan biomassa pada stasiun penyediaan energi sudah dikonversikan menjadi
energi listrik sehingga input yang diperhitungkan sudah berupa energi listrik.
Konsumsi energi final pada produksi CPO di PMKS PT. Condong Garut setelah
biomassa dan solar pada penyediaan energi setelah dikonversi menjadi listrik
sebesar 13.92604 MJ/kg CPO. Masukan energi terbesar yaitu berasal dari energi
uap sebesar 7.32185 MJ/kg CPO atau sebesar 52.58 % dari total masukan energi
sedangkan input energi terkecil yaitu berasal dari energi listrik sebesar 0.11172
MJ/kg CPO atau sebesar 0.80 % dari total masukan energi. Tahapan produksi
yang mengkonsumsi energi paling besar yaitu tahapan budidaya sebesar 5.98367
MJ/kg CPO atau sebesar 42.97 % dari total masukan energi sedangkan tahapan
produksi yang paling kecil mengkonsumsi energi yaitu tahapan pemanenan
sebesar 0.00625 MJ/kg CPO atau sebesar 0.04 % dari total masukan energi.
Konsumsi energi final pada produksi CPO di PMKS PT. Condong Garut setelah
biomassa dan solar pada penyediaan energi dikonversi menjadi listrik dapat dilihat
pada Tabel 10.
Total konsumsi energi pada tahapan budidaya sebesar 5.98367 MJ/kg CPO.
Konsumsi energi terbesar berasal dari energi manusia sebesar 4.02919 MJ/kg
CPO atau sebesar 67.34 % dari total konsumsi energi pada kegiatan budidaya.
Pembibitan pre nursery menjadi kegiatan yang paling besar mengonsumsi energi
yaitu sebesar 3.00805 MJ/kg CPO atau sebesar 50.27 % dari total konsumsi
30
energi pada kegiatan budidaya sedangkan tahapan budidaya yang paling kecil
yaitu penanaman sebesar 0.01546 MJ/kg CPO atau sebesar 0.26 % dari total
konsumsi energi pada kegiatan budidaya. Konsumsi energi pada tahapan budidaya
dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 10. Konsumsi Energi Final pada Produksi CPO di PMKS PT. Condong
Garut Setelah Biomassa dan Solar pada Penyediaan Energi Dikonversi Menjadi
Listrik.
Konsumsi Energi (MJ/kg CPO)
Jenis energi Budi- Angkut Peng. Sarana Total %
Panen
daya TBS TBS pendukung
A. Energi langsung
1. Solar 0.00696 - 0.29989 - 0.19600 0.50285 3.61
2. Listrik - - - 0.08894 0.02278 0.11172 0.80
3. Uap - - - 6.42725 0.89460 7.32185 52.58
B. Energi tidak
langsung
1. Pupuk 1.94752 - - - - 1.94752 13.98
2. Pestisida * - - - - - -
C. Energi manusia 4.02919 0.00625 0.00429 0.00061 0.00176 4.04210 29.03
Total 5.98367 0.00625 0.30418 6.51680 1.11514 13.92604
persentase (%) 42.97 0.04 2.18 46.80 8.01 100
*) Input energi tidak langsung dari pestisida tidak diperhitungkan dalam perhitungan kebutuhan
energi produksi tiap kg CPO karena kurangnya data pendukung, tetapi tetap diaudit dan disajikan
sebagai data pelengkap dalam bentuk satuan unit bahan (bukan satuan unit energi) yang dapat
dilihat pada Tabel 18.
Konsumsi energi paling besar pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO
berasal dari energi uap sebesar 6.42725 MJ/kg CPO atau sebesar 98.63 % dari
total konsumsi energi manusia pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO.
Tahapan paling besar untuk input energi listrik dan manusia tanpa input energi
31
uap (karena input energi uap tidak dapat dihitung perstasiun) adalah tahapan
pengempaan sebesar 0.06794 MJ/kg CPO atau 1.04 % dari total konsumsi energi
manusia pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO.
Tabel 12. Konsumsi Energi Pada Kegiatan Pengolahan TBS menjadi CPO
Jenis Konsumsi Energi (MJ/kg CPO)
Total %
Energi Pen.buah Perebusan Penebahan Pengempaan Pemurnian
A. Energi
langsung
1. Listrik 0.00058 - 0.00808 0.06779 0.01248 0.08895 1.36
2. Uap - * - * * 6.42725 98.63
B. Energi
0.00021 0.00004 0.00007 0.00014 0.00014 0.00060 0.01
manusia
Total 0.00079 0.00004 0.00816 0.06794 0.01262 6.51680
% 0.01 0.001 0.13 1.04 0.19 100
*) Input energi uap tidak disajikan secara rinci perstasiun tetapi tetap diaudit dan dihitung secara
keseluruhan untuk total energi pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO
Konsumsi energi pada sarana pendukung dapat dilihat pada Tabel 13.
Stasiun penyediaan energi mengkonsumsi energi paling besar sebesar 0.91396
MJ/kg CPO atau sebesar 81.98 % dari total konsumsi energi pada sarana
pendukung. Hal ini disebabkan oleh konsumsi energi uap yang cukup besar yaitu
sebesar 0.89460 MJ/kg CPO. Energi uap merupakan energi terbesar yaitu sebesar
0.89460 MJ/kg CPO atau sebesar 80.25 % dari total konsumsi energi pada sarana
pendukung.
Ma : 3.00432
Pu : 0.00025
So : 0.00350
Pes :* Pemb. Pre nursery
Ma : 0.74207
Pu : 0.40770
So : 0.00350
Pemb. Main nursery
Pes : *
Ma : 0.00704
Pu : 0.00800 Penanaman
Ma : 0.12053
Pu : 1.05700 Pemeliharaan TBM
Pes : *
Ma : 0.13063
Pu : 0.47400
Pemeliharaan TM
Pes : *
Ma : 0.00625 Pemanenan
Ma : 0.00429
So : 0.29990 Pengangkutan TBS
Ma : 0.00021
Li : 0.00058 Penerimaan buah
Ma : 0.00053
Uap : * Perebusan
Ma : 0.00007
Li : 0.00809 Penebahan
Ma : 0.00014
Ma : 0.00065
Li : 0.06780 Pengempaan Li : 0.00420
Uap : *
So : 0.19600
Kim : *
Ma : 0.00014 Pemurnian
Li : 0.01248
Uap : * Ma : 0.00078
Penyediaan air Li : 0.01858
Bi : 10.8800
Kim : *
Penyediaan energi Uap : *
Gambar 20. Aliran input energi pada setiap tahapan produksi CPO di PMKS
PT. Condong Garut
a. Tenaga Manusia
Penggunaan tenaga manusia menjadi hal yang penting dalam setiap proses
produksi CPO. Total Penggunaan energi manusia pada proses produksi CPO di
PT. Condong Garut yaitu sebesar 4.04210 MJ/kg CPO. Penggunaan tenaga
manusia terbesar yaitu pada kegiatan budidaya sebesar 4.02919 MJ/kg atau
sebesar 99.68 % dari total konsumsi tenaga manusia.
b. Pupuk
Kegiatan budidaya merupakan kegiatan yang membutuhkan energi tidak
langsung yang berperan dalam produksi CPO. Pupuk yang digunakan di PT.
Condong Garut adalah jenis Urea, NPK, SP-36, dan Dollomite. Konsumsi energi
pupuk dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 16. Penggunaan energi untuk masing-masing jenis pupuk yang digunakan
Jenis Pupuk Input Energi (MJ/kg CPO) Persentase(%)
Urea 0.00025 0.013
NPK 0.97087 49.85
SP-36 0.00842 0.42
Dollomite 0.96798 49.70
Total 1.94752 100
Konsumsi energi pupuk pada kondisi saat ini lebih kecil dibandingkan saat
penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2008) yaitu sebesar 2.268 MJ/kg CPO.
Hal ini disebabkan karena pada tahap pemeliharaan TM sering dilakukan
pemupukan.
Konsumsi energi solar di PMKS PT. Condong Garut sebesar 0.68805 MJ/kg
CPO dengan konsumsi energi solar terbesar pada pengangkutan buah sebesar
0.29989 MJ/kg CPO atau 43.58 % dari total konsumsi solar. Sedangkan pada
kegiatan pembibitan baik pre nursery maupun main nursery merupakan kegiatan
yang mengkonsumsi energi solar terkecil yaitu sebesar 0.00348 MJ/kg CPO atau
sebesar 0.51 % dari total penggunaan energi solar pada proses produksi CPO.
Konsumsi energi solar pada tahap pengangkutan TBS lebih kecil bila
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Wibowo (2008) di lokasi yang
sama yaitu sebesar 2.915 MJ/kg CPO. Sedangkan apabila dibandingkan dengan
UU Rejosari PTP Nusantara VII yaitu sebesar 0.2090 MJ/kg CPO. Perbedaan
konsumsi energi solar pada pengangkutan TBS tersebut disebabkan karena
perbedaan jarak, kapasitas angkut tiap mobil, kondisi mobil pengangkut serta
kondisi jalan. Konsumsi energi solar secara keseluruhan pada kondisi saat ini
lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Wibowo (2008)
yaitu sebesar 3.728 MJ/kg CPO. Hal ini disebabkan karena perbedaan banyaknya
penggunaan solar yang sangat signifikan pada pengangkutan TBS serta pada
kondisi saat ini generator diesel tidak digunakan sehingga mengurangi pemakaian
solar yang berakibat konsumsi energi solar lebih kecil.
d. Pestisida
PMKS PT. Condong Garut menggunakan pestisida berupa Decis, Akodan,
Dapet, Bestok dan Spontan. Decis, Bestok, dan Spontan termasuk ke dalam jenis
Insektisida yang digunakan untuk memberantas serangga yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman. Akodan termasuk ke dalam pestisida jenis herbisida yang
digunakan untuk membasmi gulma khususnya rumput ilalang. Kebutuhan bahan
pestisida tiap kg CPO dapat dilihat pada Tabel 18.
Konsumsi pestisida yang digunakan hanya dihitung sebagai kebutuhan
bahan untuk tiap 1 ha dan kg TBS yang dihasilkan karena kurangnya data
pendukung embodied energy pestisida.
Tabel 19. Pemakaian bahan kimia pembantu pada penyediaan air dan boiler
Tempat Nama bahan Jumlah bahan Jumlah (bahan/kg CPO)
Water treatment P-1 3.5 kg/17 hari 1.85x10-5
P-22 0.25 kg/28 hari 8.03x10-7
Boiler HILCO 260 3 kg/hari 2.69x10-4
HILCO 251 2 kg/hari 1.79x10-4
HILCO 225 1.5 kg/hari 1.35x10-4
HILCO 35 1.5 kg/hari 1.35x10-4
f. Energi Listrik
Masukan energi listrik untuk kegiatan produksi CPO dan sarana
pendukungnya di PT. Condong Garut berasal turbin uap, pembangkit tenaga
diesel apabila dalam keadaan darurat atau untuk membantu turbin uap agar dapat
memenuhi kebutuhan listrik. Energi listrik dari PLN juga digunakan apabila
38
pasokan listrik tidak memenuhi kebutuhan atau pada saat produksi TBS menurun
sehingga serat dan cangkang yang digunakan sebagai bahan bakar boiler kurang.
P MKS PT. Condong Garut memiliki turbin uap dengan kapasitas 555 kVA.
Turbin uap ini di produksi pada tahun 1976 dari Belanda. Karena kondisinya yang
sudah lama, maka effisiensi dari turbin uap menurun sehingga PT. Condong Garut
menambahkan sumber listrik dari PLN agar operasional pabrik tetap berjalan
lancar. Adanya tambahan sumber listrik dari PLN berpengaruh terhadap biaya
operasional pabrik. Selain dengan bantuan sumber listrik dari PLN, biasanya
dengan bantuan generator diesel berkapasitas 160 kVA. Namun pada saat
dilakukan penelitian, generator diesel tersebut tidak digunakan.
PMKS PT. Condong Garut mengkonsumsi energi listrik untuk proses
produksi CPO sebesar 0.11173 MJ/kg CPO. Kegiatan yang mengkonsumsi energi
listrik terbesar yaitu pada pengolahan TBS sebesar 0.08894 MJ/kg CPO atau
sebesar 79.61 % dari total kebutuhan energi listrik untuk produksi CPO di pabrik.
Konsumsi energi listrik di PMKS PT. Condong Garut lebih kecil
dibandingkan dengan UU Rejosari PTP Nusantara VII yaitu sebesar 0.3969 MJ/kg
CPO. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu kondisi peralatan dan
mesin-mesin yang digunakan, kapasitas riil pengolahan dan kemahiran operator.
Konsumsi energi listrik pada kondisi saat ini, juga lebih kecil dibandingkan
dengan penelitian Wibowo (2008) di lokasi yang sama yaitu sebesar 0.1986
MJ/kg CPO. Hal ini disebabkan karena perbedaan kapasitas riil pengolahan
sehingga mempengaruhi waktu penggunaan alat. Jumlah konsumsi energi listrik
dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 21. Efisiensi teknis peralatan dan mesin pada proses pengolahan CPO
Kegiatan Daya terpasang Daya terukur
Eff. Teknis alat (%)
(kW) (kW)
A. Pengolahan TBS
Penerimaan TBS 4.31 3.29 69.91
penebahan 6.99 3.41 50.88
Pengempaan 8.01 5.52 63.14
Pemurnian minyak 8.54 1.85 40.17
Rata-rata 6.96 3.52 56.02
B. Sarana Pendukung
Penyediaan air 6.10 2.69 41.28
Penyediaan energi 12.40 6.79 54.93
Rata-rata 9.25 4.74 48.10
Rata-rata seluruhnya 8.10 4.13 52.06
g. Biomassa
Bahan bakar yang digunakan untuk ketel uap berupa biomassa yang
dihasilkan dari pengolahan yaitu berupa serat (fibre) dan cangkang (shell). Jumlah
serat dan cangkang yang dihasilkan PMKS PT. Condong Garut yaitu sebesar 9720
kg/hari dan 4860 kg/hari. Komposisi biomassa yang digunakan PMKS PT.
Condong Garut untuk bahan bakar boiler yaitu 66.67 % serat dan 33.33 %
cangkang.
Nilai kalor serat dan cangkang yang diperoleh masing-masing yaitu sebesar
10.24 MJ/kg pada kadar air 40.5 % dan 16.39 MJ/kg pada kadar air 13.7 %. Nilai
kalor serat dan cangkang diperoleh dengan pengujian menggunakan alat Bomb
Calorimeter yang dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi IPB.
Konsumsi energi biomassa di PMKS PT. Condong Garut sebesar 10.88276 MJ/kg
CPO dengan komposisi serat 9720 kg/hari dan cangkang 4860 kg/hari sehingga
total menjadi 14580 kg/hari. Konsumsi biomassa riil untuk boiler didasarkan pada
pengamatan bahwa semua cangkang dan serat yang dihasilkan digunakan untuk
bahan bakar boiler. Penggunaan bahan bakar riil dan nilai masukan energinya
dapat dilihat pada Lampiran 12.
Perhitungan kebutuhan bahan bakar boiler secara teoritis yaitu sebesar
13844.38 kg/hari dengan komposisi serat sebesar 9230.05 kg/hari dan cangkang
sebesar 4614.33 kg/hari. Perbedaan jumlah konsumsi bahan bakar boiler dengan
kebutuhan teoritisnya mengakibatkan adanya sisa bahan bakar biomassa. Sisa
bahan bakar tersebut sebesar 735.62 kg/hari dengan komposisi serat sebesar
489.95 kg/hari dan cangkang sebesar 245.67 kg/hari.
40
Masukan konsumsi energi paling besar pada boiler berasal dari energi
biomassa yaitu sebesar 10.88276 MJ/kg CPO, energi air umpan sebesar 0.89460
MJ/kg CPO, energi listrik sebesar 0.01858 MJ/kg CPO dan energi manusia
sebesar 0.00078 MJ/kg CPO sehingga total masukan konsumsi energi pada boiler
sebesar 11.79672 MJ/kg CPO. Sedangkan keluaran dari boiler berupa uap
superheated dengan kandungan energi sebesar 7.91825 MJ/kg CPO. Hasil
tersebut menunjukan bahwa efisiensi riil boiler sebesar 67.12 %.
41
Masukan konsumsi energi pada turbin uap berupa uap superheated yang
berasal dari boiler sebesar 7.91825 MJ/kg CPO. Keluaran dari turbin uap berupa
uap saturated melalui BPV dengan kandungan energi sebesar 7.322 MJ/kg CPO
dan energi listrik sebesar 0.17828 MJ/kg CPO sehingga efisiensi riil turbin uap
untuk menghasilkan listrik yang merupakan perbandingan antara output listrik dan
uap yang keluar dari turbin uap dengan input uap superheated dari boiler yaitu
sebesar 83.42 %. Efisiensi turbin uap dalam menghasilkan listrik adalah sebesar
2.25 % sedangkan efisiensi teknis turbin uap sebesar 57.40 %. Rendahnya
efisiensi turbin uap dalam menghasilkan listrik dapat disebabkan karena
rendahnya temperatur dan tekanan uap sehingga menyebabkan kurang
maksimalnya gaya mekanis pada turbin (sudu-sudu). Uap panas bertekanan tinggi
menyebabkan turbin berputar dan hampir semua exergy dikonversikan menjadi
energi mekanik dan akhirnya listrik. Selain itu suatu pusat pembangkit
memerlukan energi listrik dalam operasinya sehingga listrik yang dihasilkan tidak
sepenuhnya digunakan tetapi ada sebagian yang masuk sebagai energi listrik
untuk generator.
Listrik yang dihasilkan dari turbin uap disalurkan ke alat/mesin di instalasi
pengolahan maupun sarana pendukung. Konsumsi energi pada instalasi
pengolahan sebesar 0.08894 MJ/kg CPO sedangkan pada sarana pendukung
sebesar 0.02278 MJ/kg CPO sehingga jumlah penggunaan listrik seluruhnya
sebesar 0.11173 MJ/kg CPO. Energi listrik yang dihasilkan dari turbin uap
sebesar 0.17828 MJ/kg CPO sehingga efisiensi total penggunaan listrik sebesar
60.22 %.
Total konsumsi energi pada proses produksi CPO di PMKS PT. Condong
Garut sebesar 17.56143 MJ/kg CPO. Konsumsi energi untuk kegiatan budidaya,
panen serta pengangkutan yaitu masing-masing sebesar 5.98367 MJ/kg CPO,
0.00625 MJ/kg CPO dan 0.30418 MJ/kg CPO sedangkan konsumsi energi untuk
pengolahan TBS menjadi CPO sebesar 11.26633 MJ/kg CPO. Untuk mengetahui
perubahan pola konsumsi energi pada kegiatan budidaya, panen, dan
pengangkuatan akan dibandingkan dengan penelitian Wibowo pada tahun 2008.
Sedangkan untuk Alfra (1999) dan Mutiara (2003) tidak dilakukan audit energi
pada kegiatan tersebut sehingga tidak dapat dilakukan perbandingan. Akan tetapi
untuk mengetahui perubahan pola konsumsi energi total pada pengolahan TBS
menjadi CPO tersebut akan dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya di
lokasi yang sama yaitu Wibowo (2008), Mutiara (2003), dan Alfra (1999).
Perbandingan hasil audit energi pada budidaya, panen dan pengangkutan di
PMKS PT. Condong Garut dapat dilihat pada Tabel 22 serta perbandingan hasil
audit energi pada proses produksi CPO di PMKS PT. Condong Garut dapat dilihat
pada Tabel 23.
42
Tabel 22. Perbandingan hasil audit energi pada budidaya, panen dan
pengangkutan di PMKS PT. Condong Garut
Nama Penggunaan Energi (MJ/kg CPO)
Peneliti Energi
(Tahun) Kegiatan Solar Pupuk manusia Total
Wibowo Budidaya 0.0035 2.2670 4.6820 6.9525
(2008) Panen 0.0160 0.0160
Pengangkutan 2.1940 2.1940
Total 2.1975 2.2670 4.6980
Penelitian Budidaya 0.0069 1.9475 4.0292 5.9836
ini Panen 0.0062 0.0062
Pengangkutan 0.2999 0.0042 0.3041
Total 0.3068 1.9475 4.0376
Tabel 23. Perbandingan hasil audit energi pada proses pengolahan TBS menjadi
CPO di PMKS PT. Condong Garut
Total Energi Peneliti Kap. terpasang Batasan Sistem Input Energi
(MJ/kg CPO) (Tahun) (Ton/jam)
11.378 Penelitian 20 Pengolahan Energi solar, listrik,
ini kelapa sawit biomassa, dan tenaga
menjadi CPO manusia
23.815 Wibowo 20 Pengolahan Energi solar, listrik,
(2008) kelapa sawit biomassa, dan tenaga
menjadi CPO manusia
14.701 Mutiara 20 Pengolahan Energi solar, listrik,
(2003) kelapa sawit biomassa, dan tenaga
menjadi CPO manusia
37.320 Alfra 20 pengolahan Energi solar, listrik,
(1999) kelapa sawit biomassa, dan tenaga
menjadi CPO manusia
dilakukan oleh Alfra (1999), jumlah konsumsi energi untuk pengolahan TBS
menjadi CPO yaitu sebesar 37.320 MJ/kg CPO. Sedangkan konsumsi energi pada
penelitian Mutiara (2003) sebesar 14.071 MJ/kg CPO, yang berarti terjadi
penurunan energi sebesar 22.496 MJ/kg CPO. Tahun 2008, penelitian konsumsi
energi pada pengolahan CPO yang dilakukan oleh Wibowo sebesar 23.815 MJ/kg
CPO. Hal ini menunjukan bahwa dari tahun 2003 ke tahun 2008 terjadi
peningkatan konsumsi energi sebesar 9.114 MJ/kg CPO. Namun pada penelitian
tahun 2013 terjadi penurunan nilai konsumsi energi untuk proses pengolahan CPO
dari tahun 2008 yaitu sebesar 12.436 MJ/kg CPO.
Perubahan pola konsumsi energi dari tahun 1999, 2003, 2008, dan tahun
2013 tersebut dipengaruhi oleh perbedaan nilai konsumsi energi biomassa yang
cukup besar sedangkan perbedaan nilai konsumsi energi listrik, solar dan tenaga
manusia relatif kecil. Analisis tersebut berdasarkan penggunaan batasan sistem
dan metode audit yang sama oleh keempat peneliti. Selain itu, tidak terjadi
perubahan yang cukup signifikan pada sistem pengolahan maupun kondisi pabrik.
Namun pada tahun 2008 kondisi pabrik berbeda yaitu adanya kerusakan steam
engine sehingga berpengaruh pada konsumsi energi listrik. Tahun 2013, kondisi
pabrik berbeda dalam hal penggunaan generator diesel sehingga mempengaruhi
pada konsumsi energi solar dan efisiensi total penggunaan listrik. Perbandingan
hasil-hasil penelitian audit energi pada pengolahan CPO di PT. Condong Garut
dapat dilihat pada Tabel 24.
44
Tabel 24. Perbandingan hasil-hasil penelitian audit energi pada pengolahan CPO di PT. Condong Garut
Nama Peliti Kapasitas Rendemen Jam Batasan Sistem Penggunaan Energi (MJ/kg CPO)
(Tahun) Olah Riil kerja/ HOK Listrik Solar Manusia Biomassa Total
Alfra * * 8 Pengolahan kelapa 0.1412 0.9602 0.0051 36.091 37.198
(1999) sawit menjadi CPO
Mutiara 70.3 ton 17.52 % 8 Pengolahan kelapa - 0.177 0.0341 14.49 14.701
(2003) TBS/hari sawit menjadi CPO
Wibowo 83 ton 18.92 % 8 Pengolahan kelapa 0.1986 0.8097 0.0139 22.766 23.815
(2008) TBS/hari sawit menjadi CPO
Penelitian 81 ton 20.08 % 8 Pengolahan kelapa 0.1117 0.3812 0.0026 10.8827 11.378
ini TBS/hari sawit menjadi CPO
Tabel 26. Perbedaan persentase kandungan serat dan cangkang serta rendemen
Nama Peliti Kapasitas Persentase Persentase Rendemen
(Tahun) Olah Riil kandungan serat kandungan (%)
(%) cangkang (%)
Alfra (1999) * * * *
Mutiara 70.3 ton
12.49 6.5 17.52
(2003) TBS/hari
Wibowo 87 ton
20.7 4.4 18.92
(2008) TBS/hari
Penelitian 81 ton
12.01 6.01 20.08
ini TBS/hari
*) Tidak diperoleh data
yang telah lewat usia produktifnya yaitu tanaman sawit dengan usia lebih dari 25
tahun. Proses replanting telah dimulai sejak tahun 2003 dan hinggga penelitian
tahun 2013 dilakukan, proses tersebut masih berlangsung. Masih banyaknya
tanaman muda yang belum menghasilkan sebagai bagian dari proses replanting,
juga turut berpengaruh terhadap kurang optimalnya produksi TBS jika
dibandingkan dengan luas areal yang tersedia.
1. Pengolahan TBS
Tingkat efektifitas produksi merupakan perbandingan antara kapasitas
pengolahan riil dengan kapasitas pengolahan terpasang. Semakin rendah kapasitas
pengolahan riil maka semakin kecil produktivitas riil produksi. Sedangkan dalam
menentukan tingkat efektifitas penggunaan energi terdapat dua cara yaitu
menghitung efisiensi riil penggunaan energi yaitu perbandingan antara energi
berguna dengan input energi dan bila data tersebut tidak diketahui maka
digunakan perbandingan antara kapasitas alat/mesin terukur dengan kapasitas
alat/mesin terpasang yang disebut dengan efisiensi teknis. Kapasitas pengolahan
riil di PMKS PT. Condong Garut sebesar 132 ton TBS/hari sedangkan kapasitas
pengolahan terpasang 160 ton TBS/hari sehingga tingkat efektifitas produksi
sebesar 82.5 %. Efektifitas produksi yang kecil mengakibatkan pabrik sering tidak
beroperasi karena kurangnya TBS. Hal ini terlihat dari adanya selisih hari panen
dengan hari olah yang menunjukan adanya penyimpanan TBS terlebih dahulu
untuk menunggu jumlah TBS minimal yang dapat diolah per hari. Adanya
penyimpanan TBS untuk dapat diolah per hari bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi olah pabrik agar pemborosan energi tidak terlalu besar. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan yaitu dengan semakin meningkatkan pasokan TBS melalui
kegiatan budidaya yang optimal serta terus menjalin kemitraan dengan petani-
petani kelapa sawit.
Akibat kurangnya pasokan TBS. terjadi pemborosan energi pada konsumsi
energi tenaga manusia dalam kegiatan pengolahan. Jam olah riil pabrik sebesar
6.6 jam/hari lebih kecil dibanding jam kerja pegawai yaitu sebesar 8 jam/hari
sehingga mempunyai selisih sebesar 1.4 jam/hari. Akibat pemborosan waktu
tersebut maka energi yang terbuang yaitu sebesar 3.1788 x 10-4 MJ/kg CPO.
Upaya penghematan dapat dilakukan dengan meningkatkan pasokan TBS,
sehingga jam olah riil dapat ditingkatkan dan pemborosan waktu kerja dapat
dikurangi. Perhitungan pemborosan energy dapat dilihat pada Lampiran 15.
bakar teoritis pada Lampiran 15 terdapat selisih bahan bakar sebesar 735.62
kg/hari. sehingga dari selisih tersebut maka energi yang terbuang dari bahan bakar
tersebut yaitu sebesar 0.2775 MJ/kg CPO. Upaya penghematan tersebut dapat
dilakukan dengan mengatur bahan bakar boiler sesuai kebutuhan dan menampung
sisa bahan bakar tersebut untuk digunakan kembali.
Pemborosan konsumsi energi listrik terlihat dari adanya selisih sumber
listrik utama (turbin uap) sebesar 0.11172 MJ/kg CPO dengan energi listrik yang
terukur pada peralatan pengolahan dan sarana pendukung sebesar 0.17828 MJ/kg
CPO. Selisih tersebut merupakan energi yang hilang (losses) yaitu sebesar
0.06656 MJ/kg CPO atau sebesar 37.34 % dari total masukan energi listrik. Upaya
yang dapat dilakukan untuk penghematan energi listrik ini diantaranya melalui
pembenahan sistem jaringan dan instalasi listrik, seperti penggantian kabel yang
sudah tua, karena kabel tersebut mempunyai nilai resistansi yang tinggi.
Modifikasi motor listrik dapat dilakukan untuk motor listrik yang mempunyai
nilai efisiensi kecil dengan cara melakukan penggulungan ulang (rewinding) atau
bahkan mengganti motor listrik yang bekerja diluar karakteristiknya.
Penghematan energi listrik untuk penerangan di pabrik dapat dilakukan dengan
cara menggunakan lampu sesuai dengan kebutuhan seperti mengurangi
penerangan ketika tersedia cahaya alamiah. Salah satu hal yang perlu diperhatikan
dalam usaha konversi energi listrik ini adalah sikap dari operator untuk menyadari
pentingnya penghematan energi dan upaya perawatan serta pemeliharaan semua
peralatan secara kontinyu.
Akibat pemborosan energi seperti yang diuraikan di atas maka energi yang
terbuang pada proses produksi CPO di PMKS PT. Condong Garut yaitu sebesar
0.34437 MJ/kg CPO. Nilai pemborosan energi tersebut lebih kecil jika
dibandingkan dengan Wibowo (2008) dan Mutiara (2003) di lokasi yang sama
yaitu masing-masing sebesar 1.107 MJ/kg CPO dan 3.363 MJ/kg CPO. Hal ini
dapat terjadi karena meningkatnya pengolahan TBS menjadi CPO sebesar 132 ton
TBS/olah/hari. Selain itu, meningkatnya rendemen dapat meningkatkan pula
produksi CPO sehingga menurunkan nilai konsumsi energi.
Usaha penghematan pada penggunaan uap dapat dilakukan dengan
menggunakan uap sesuai dengan kebutuhan seperti operator bisa disiplin terhadap
standar penggunaan uap. Upaya lain dapat dilakukan melalui perbaikan instalasi
pengaliran uap yang mengalami kebocoran serta penggantian beberapa alat ukur
uap yang mengalami kerusakan.
Menurut Dirjen Listrik dan Energi Baru, Departemen Pertambangan dan
Energi (1984) dalam Rahmat (2002), pelaksanaan konservasi energi dapat
dilakukan melalui cara (1) penataan (house keeping) menyangkut peningkatan
efisiensi dari proses dan peralatan yang ada, yang relatif tidak memerlukan
investasi dan dapat dilakukan dalam waktu singkat. (2) Modifikasi dengan
investasi sedang (retrofitting), menyangkut modifikasi dari pabrik/peralatan
termasuk perbaikan isolasi pipa, tangki serta penambahan alat-alat kontrol. (3)
Modifikasi dengan investasi besar, menyangkut perubahan-perubahan yang
besar/modifikasi menyeluruh dari industri dengan pemakaian teknologi
penggunaan energi yang baru. Selain itu, menurut Direktorat Jenderal Energi Baru
Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE)-Kementrian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) (2013), Pemerintah telah menerbitkan Peraturan
Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi yang merupakan
48
turunan dari Undang-Undang No. 30 tahun 2007 tentang Energi. Secara umum
peraturan pemerintah tersebut mengatur hal-hal pokok seperti tanggung jawab
para pemangku kepentingan, pelaksanaan konservasi energi, standar dan label
untuk peralatan hemat energi, pemberian kemudahan, insentif dan disinsentif di
bidang konservasi energi serta pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
konservasi energi. Dalam hal pelaksanaannya, konservasi energi mencakup
seluruh tahap pengelolaan energi meliputi penyediaan energi, pengusahaan energy,
pemanfaatan energi dan konservasi sumber daya energi. Di sisi pemanfaatan
energi. pelaksanaan konservasi energi oleh para pengguna dilakukan melalui
penerapan manajemen energi dan penggunaan teknologi yang hemat energi.
Upaya lain yang dapat dilakukan dalam rangka konservasi energi yaitu
dengan memanfaatkan CPO yang diproduksi sebagai bahan campuran pada bahan
bakar solar untuk bahan bakar truk dan traktor milik perusahaan. Pemanfaatan
CPO sebagai bahan bakar campuran solar pada kendaraan bermotor telah lama
dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri dengan nama komersial biodiesel.
Komposisi yang umum digunakan yaitu 5% CPO dan 95% minyak solar.
Komposisi tersebut masih aman untuk digunakan sebagai bahan bakar motor
bakar tanpa adanya modifikasi/perubahan pada mesin. Analisis energi pada
komposisi tersebut menghasilkan nilai kalor biodiesel sebesar 47.15 MJ/liter
dengan asumsi nilai kalor CPO sebesar 35.12 MJ/liter (Aguk Zuhdi dan Rahayu,
2008 dalam Wibowo, 2008). Apabila PT. Condong Garut melakukan campuran
CPO dengan solar untuk kegiatan produksi maka akan menghemat biaya sebesar
Rp 1175668/bulan. Perhitungan penghematan biaya penggunaan solar dapat
dilihat pada Lampiran 16.
Simpulan
Berdasarkan hasil audit energi yang telah dilakukan di PMKS PT. Condong
Garut, Jawa Barat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil perhitungan terhadap konsumsi energi, baik terhadap energi
langsung maupun tidak langsung dengan tidak memperhitungkan masukan
embodied energy dari pestisida, bahan kimia pembantu dan alat atau mesin
yang digunakan, dibutuhkan masukan energi primer rata-rata sebesar
17.56043 MJ/kg CPO pada kapasitas pengolahan 20 ton TBS /jam dan tingkat
rendemen 20.08 % dengan asumsi sistem produksi CPO yang dianalisis
berjalan secara normal dan tidak terjadi perubahan teknologi produksi.
2. Konsumsi energi primer yang diperlukan berasal dari input energi solar
sebesar 0.68805 MJ/kg CPO (3.92 % dari total masukan energi primer),
biomassa sebesar 10.88276 MJ/kg CPO (61.97 % dari total masukan energi
primer), input energi pupuk sebesar 1.94752 MJ/kg CPO (11.09 % dari total
masukan energi primer), serta energi manusia sebesar 4.04210 MJ/kg CPO
(23.02 % dari total masukan energi primer). Berdasarkan tahapan proses
produksi jumlah energi primer tersebut dibutuhkan pada kegiatan budidaya
49
sebesar 5.98367 MJ/kg CPO (34.07 % dari total masukan energi primer),
kegiatan Panen sebesar 0.00625 MJ/kg CPO (0.04 % dari total masukan
energi primer), kegiatan angkut TBS sebesar 0.30418 MJ/kg CPO (1.73 %
dari total masukan energi primer), serta kegiatan pengolahan TBS dan sarana
pendukung sebesar 11.26633 MJ/kg CPO (64.16 % dari total masukan energi
primer).
3. Berdasarkan tahapan proses produksi jumlah energi primer tersebut
dibutuhkan pada kegiatan budidaya sebesar 5.98367 MJ/kg CPO (34.07 %
dari total masukan energi primer), kegiatan Panen sebesar 0.00625 MJ/kg
CPO (0.04 % dari total masukan energi primer), kegiatan angkut TBS sebesar
0.30418 MJ/kg CPO (1.73 % dari total masukan energi primer), serta
kegiatan pengolahan TBS dan sarana pendukung sebesar 11.26633 MJ/kg
CPO (64.16 % dari total masukan energi primer).
4. Konsumsi energi final pada produksi CPO di PMKS PT. Condong Garut
setelah biomassa dan solar pada penyediaan energi dikonversi menjadi listrik
sebesar 13.92704 MJ/kg CPO.
5. Konsumsi energi paling besar pada kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO
berasal dari energi uap sebesar 6.42725 MJ/kg CPO. Tahapan paling besar
untuk input energi listrik dan manusia adalah tahapan pengempaan sebesar
0.06794 MJ/kg CPO.
6. Dari aliran energi pada sarana pendukung penyediaan energi didapatkan
efisiensi riil boiler sebesar 67.12 %, efisiensi riil turbin uap untuk
menghasilkan energi listrik sebesar 83.42 %, efisiensi turbin uap dalam
menghasilkan listrik adalah sebesar 2.25 %, efisiensi teknis turbin uap sebesar
57.40 %, sedangkan efisiensi teknis motor listrik sebesar 52.06 %, dan
efisiensi total penggunaan listrik sebesar 62.66 %.
7. Penelitian ini (2013) menunjukan bahwa hasil audit energi pada tahapan
pengolahan TBS menjadi CPO menjadi lebih efisien bila dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya,.
8. Besarnya pemborosan energi untuk proses produksi CPO di PMKS PT.
Condong Garut yaitu sebesar 0.34437 MJ/kg CPO. Pemborosan energi
tersebut berasal dari pemakaian tenaga manusia untuk pengolahan TBS,
penggunaan serat dan cangkang sebagai bahan bakar boiler serta pemborosan
energi listrik.
Saran
3. Pemakaian CPO sebagai campuran bahan bakar truk dan traktor seperti di
PTPN. VII UU Rejosari. Komposisi campuran yang umum digunakan yaitu
5 % CPO dan 95 % minyak solar sehingga dapat menghemat biaya
pemakaian solar sebesar Rp 1175668/bulan. Komposisi tersebut masih aman
untuk digunakan sebagai bahan bakar motor bakar tanpa adanya modifikasi/
perubahan pada mesin. Analisis energi pada komposisi tersebut menghasilkan
nilai kalor biodiesel sebesar 47.15 MJ/liter dengan asumsi nilai kalor CPO
sebesar 35.12 MJ/liter (Aguk Zuhdi dan Rahayu, 2008 dalam Wibowo, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, K. 1998. Energi dan listrik Pertanian. Bogor (ID) : JICA-DGHE. IPB
Project ADAET.
Alfra, Yose. 1999. Analisis Energi Pada Proses Pengolahan Kelapa Sawit di
Pabrik Kelapa Sawit PT. Condong Garut. Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID) :
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-
Ekonomi Indonesia. Jakarta (ID) : Badan Pusat Statistik Indonesia.
Bank Bumi Daya. 1998. Minyak Kelapa Sawit (Suatu Tinjauan Produksi
Pemasaran dan Prospek). Jakarta (ID) : BBD.
Fadly, Muhammad Rizal. 2003. Audit Energi Pada Pengolahan Kelapa Sawit
Menjadi Crude Palm Oil di PKS Kwala Sawit PTP. Nusantara II (Persero)
Medan-Sumatera Utara [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Fauzi, et al. 2008. Kelapa Sawit. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya.
Fazriansyah, Muhammad. 2008. Analisis Beban Kerja Pada Proses Produksi di
Pabrik Kelapa Sawit PT. Aneka Inti Persada, Minamas Plantation, Teluk
Siak Estate, Riau [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Jurnal Parlemen Indonesia. 2012. Siaga Tiga Sawit Indonesia.
http://www.jurnalparlemen.com/view/8/siaga-tiga-sawit-indonesia.html [21
Februari 2013]
Mutiara. 2003. Audit Energi Pada Proses Produksi Crude Palm Oil (CPO) di PT.
Condong Garut [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Nuryanto. 1998. Audit Energi Pada Proses Produksi Crude Palm Oil di Pabrik
Kelapa Sawit Unit Usaha Talo Pino PTP. Nusantara VII (Persero).
Bengkulu Selatan [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari
Hulu Hingga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Pramana, Insan. 2009. Analisis Beban Kerja Terhadap Aktivitas Penyiangan Pada
Budidaya Padi Organik [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
51
Rahmat, Tedi Ali. 2002. Audit Energi Pada Produksi Crude Palm Oil (CPO) di
PTP. Nusantara VII (persero) Unit Usaha Rejosari–Lampung Selatan
[Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Setyamidjaja, Djoehana. 1991. Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID) : Kanisius.
Sholahuddin. 1999. Audit Energi Pada Proses Produksi CPO (Crude Palm Oil) di
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kertajaya PTP. Nusantara VIII Banten Selatan
[Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Wibowo, Ari Sulistiono. 2008. Audit Energi Pada Proses Produksi Crude Palm
Oil (CPO) di PT. Condong Garut. Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID) :
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
52
Produktivitas hasil
Umur tanam (ton TBS/tahun)
4 1525
5 2102
6 3920
7 7130
8 9135
9 11946
10 10781
11 7915
12 7424
13 15646
14 8679
15 11389
16 15345
17 18830
18 19091
19 9921
20 5428
21 4357
22 4080
23 2217
24 3348
25 2131
Jumlah 182340
Sumber : PMKS PT. Condong Garut
54
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cirebon dari ayah bernama Tanoni dan Ibu Ecih
Sukaesih. Penulis adalah putri kelima dari lima bersaudara. Tahun 2009, penulis
lulus dari SMA Negeri 2 Cirebon dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi
masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
dan diterima di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi
Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai sekretaris syiar Forum
Bina Islami Fateta, Anggota community development Forum For Scientific Studies
IPB, Supervisor POSDAYA LPPM IPB di Menteng, Curug dan Cilendek Timur
2012, BEB-C ETOS, juga aktif dalam mengikuti kegiatan kepanitiaan acara-acara
di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem seperti Agricultural Engineering
Goes to Village 2011, maupun non-departemen. Penulis pernah menjadi juara 1
lomba fotografi pada Festival Ilmuan Muslim SERUM-G IPB 2012, juara 2
lomba fotografi pada Festival Ilmuan Muslim SERUM-G IPB 2011, juara 2 lomba
film dokumenter pada olimpiade ETOS LPI-Dompet Duafa serta PKMK 2011
didanai Dikti dengan judul “Kue Pancong Pelangi Berbahan Dasar Tepung Ubi
Jalar (Ipomoea batatas L) Sebagai Sajian Baru untuk Pengembangan
Diversifikasi Pangan Dalam Rangka Melestarikan Kuliner Indonesia”. Penulis
melaksanakan praktik lapang pada bulan Juni-Agustus 2012 di PT. PG. Rajawali
II unit Jatitujuh dengan judul “Mempelajari Proses Produksi Gula dan Kebutuhan
Energinya di PT. PG. Rajawali II unit Jatitujuh”.
56
kalor (MJ/jam)
(MJ/kg CPO)
Pelaksanaan
manusia
kg CPO
Jumlah
Energi
tenaga
Total
Nilai
Jam
Jenis Pekerjaan
Merumpuk 20 7 1 140 1.532 36613.87 0.00586
Buang pelepah
daun 6 7 1 42 1.532 36613.87 0.00176
Perataan tanah 1000 7 1 7000 1.733 36613.87 0.33132
Membuat
bedengan dan
sekat 1000 7 1 7000 1.532 36613.87 0.29289
Membuat
naungan 5000 7 1 35000 1.532 36613.87 1.46447
Mengisi dan
menyusun
polybag 133.3 7 1 933 1.733 36613.87 0.04417
Tanam
Kecambah 200 7 1 1400 0.803 36613.87 0.03070
Membuat
saluran air 5 7 1 35 1.532 36613.87 0.00146
Pemeliharaan
saluran air 333.3 7 1 2333.31 1.532 36613.87 0.09763
Menyiram bibit 10 7 180 12600 1.733 36613.87 0.59638
penyiangan
dalam polybag 80 7 3 1680 0.144 36613.87 0.00661
pemberantasan
hama 8 7 3 168 1.532 36613.87 0.00703
pemupukan 66.66 7 3 1399.86 1.733 36613.87 0.06626
Seleksi bibit 66.66 7 3 1399.86 1.532 36613.87 0.05857
Total 3.06880
Energi (MJ/kg
Pelaksanaan
Nilai kalor
T.manusia
(MJ/jam)
kg CPO
Jumlah
CPO)
Total
Jam
Jenis Pekerjaan
Pengajiran 25 7 1 175 0.502 36613.87 0.00240
Mengisi dan
menyusun polybag 250 7 1 1750 1.733 36613.87 0.08283
Angkut dan tanam
bibit 50 7 1 350 0.803 36613.87 0.00768
Membuat saluran air 5 7 1 35 1.532 36613.87 0.00146
Menyiram bibit 2.5 7 540 9450 1.733 36613.87 0.44729
Penyiangan dalam
polybag 10 7 540 37800 0.144 36613.87 0.14866
Penyiangan antar
polybag 16 7 24 2688 0.144 36613.87 0.01057
Pemberantasan hama
atau penyakit 2 7 9 126 1.733 36613.87 0.00596
Pemupukan 5 7 8 280 1.733 36613.87 0.01325
Penambahan tanah 5 7 3 105 1.532 36613.87 0.00439
Pemutaran bibit 20 7 3 420 1.532 36613.87 0.01757
0.74207
Nilai kalor
(MJ/jam)
manusia
kg CPO
Jumlah
(MJ/kg
sanaan
Energi
tenaga
Pelak-
CPO)
Total
Jam
Jenis Pekerjaan
Rumpuk
Pelepah/potong 20 7 1 140 1.532 36613.87 0.00586
cincang
Buang pelepah dan
6 7 1 42 1.532 36613.87 0.00176
daun
Nyusun batang
40 7 1 280 1.532 36613.87 0.01172
sawit
Eradikasi lalang 10 7 1 70 1.532 36613.87 0.00293
spot spraying
5 7 1 35 1.532 36613.87 0.00146
lalang
wiping lalang 3 7 1 21 1.532 36613.87 0.00088
0.02460
60
Nilai kalor
(MJ/jam)
manusia
kg CPO
Jumlah
(MJ/kg
sanaan
Energi
tenaga
Pelak-
CPO)
Total
Jam
Jenis Pekerjaan
Pengajiran 3 7 1 21 0.502 36613.87 0.00029
membuat lubang 100.
14.3 7 1 1.733 36613.87 0.00474
tanam 1
Pemupukan
lubang tanam 1 7 1 7 1.733 36613.87 0.00033
dengan SP-36
Naik turun bibit 1.43 7 1 10 0.803 36613.87 0.00022
Menanam bibit 9.53 7 1 66 0.803 36613.87 0.00146
Total 0.00704
Energi (MJ/kg
Jumlah tenaga
Pelaksanaan
Nilai kalor
(MJ/jam)
manusia
kg CPO
CPO)
Total
Jam
Jenis Pekerjaan
Babadan 7 7 36 1764 1.532 36613.87 0.07381
Chemist
Piringan 1 7 12 84 1.532 36613.87 0.00351
Cuci piringan 3 7 12 252 1.532 36613.87 0.01054
Semprot jalan
panen 1 7 12 84 1.532 36613.87 0.00351
Pemupukan 1 7 6 42 1.532 36613.87 0.00176
Eradikasi
ilalang 12 7 3 252 1.532 36613.87 0.01054
Semprot
spraying 1 7 3 21 1.532 36613.87 0.00088
Wiping 1 7 3 21 1.532 36613.87 0.00088
Dongkelan 15 7 3 315 1.532 36613.87 0.01318
Pembuatan
TPH 0.5 7 1 3 1.532 36613.87 0.00015
Kastrasi 1 7 3 21 1.532 36613.87 0.00088
Tunas Pasir 1 7 3 21 1.532 36613.87 0.00088
Total 0.12053
Energi (MJ/kg
Jumlah tenaga
Nilai kalor
Pelaksanaan
(MJ/jam)
manusia
kg CPO
CPO)
Total
Jam
Jenis Pekerjaan
Pemupukan 3 7 2 42 1.532 36613.87 0.00176
Babadan 5 7 4 140 1.532 36613.87 0.00586
Cuci piringan 2 7 4 56 1.532 36613.87 0.00234
Dongkelan 2 7 1 14 1.532 36613.87 0.00059
Pemberantasan
10 7 1 70 1.532 36613.87 0.00293
gulma
Jalan dan saluran air 100 7 4 2800 1.532 36613.87 0.11716
Total 0.13063
Perhitungan
1. Komposisi antara serat dan cangkang dalam 1 kg bahan umpan boiler yaitu
66.67 % : 33.33 %
Maka nilai kalor bahan bakar umpan yaitu:
= (0.6667 x 10.24) + (0.3333 x 16.39) = 12.29 MJ/kg
Maka :
Jam kerja terbuang = 8 jam/hari - 6.6 jam/hari = 1.4 jam/hari
Energi terbuang =((1.4 jam/hari x 24orang x 0.725MJ/jam x 0.40)/ 32590.21
kg CPO) + ((1.4 jam/hari x 2 orang x 0.130 MJ/jam )/
32590.21 kg CPO) + ((1.4 jam/hari x 3 orang x 0.060
MJ/jam)/ 32590.21 kg CPO)
=((2.9898x10-4)+(1.1169x10-5)+(7.7324x10-6)) MJ/kg CPO
= 3.1788x10-4 MJ/kg CPO
Maka :
Energi terbuang= (489.95kg/harix10.24MJ/kg)+(245.67kg/harix16.39MJ/kg)
= 9043.62 MJ/hari / 32590.21
= 0.2775 MJ/kg CPO
4. Total Pemborosan
Total pemborosan Energi = (2.9898 x 10-4)+0.2775+0.06656 MJ/kg CPO
= 0.34437 MJ/kg CPO
74