Evaluasi Teaching Factory Model Cipp: Monica Pratiwi, Ridwan, Waskito
Evaluasi Teaching Factory Model Cipp: Monica Pratiwi, Ridwan, Waskito
Evaluasi Teaching Factory Model Cipp: Monica Pratiwi, Ridwan, Waskito
ABSTRAK
Penelitian ini meneliti tentang Pelaksanaan Teaching Factory. Penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi pelaksanaan Teaching Factory dengan aspek: (l) context, (2)
input, (3) process (4) product, sebab model CIPP dinilai sebagai model yang tepat dan
komprehensif untuk mengevaluasi program. Penelitian evaluasi ini menggunakan
model CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam (2003). Metode yang digunakan
adalah metode kombinasi (Mixed Method). Pengambilan sampel digunakan teknik
Total Sampling. Prosedur penelititan yang dilakukan yaitu dengan menyebarkan
kuesioner kepada 15 fasilitator, sedangkan data kualitatif melalui wawancara dengan
informannya adalah fasilitator. Data kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif dan
data kualitatif dianalisis yaitu pengumpulan data, reduksi data, mendisplai data, dan
menarik kesimpulan. Penggabungan data kuantitatif dan kualitatif berfungsi untuk
memperkuat, membuktikan, memperluas, dan memperdalam data kuantitatif yang
telah dilakukan pada tahap pertama. Hasil penelitian evaluasi menunjukkan bahwa (1)
pelaksanaan Teaching Factory dari aspek konteks dengan responden fasilitator
sebesar 80,6% masuk kategori sangat baik dan dari aspek siswa sebesar 80% masuk
kategori sangat baik; (2) pelaksanaan Teaching Factory dari aspek input dengan
responden fasilitator sebesar 80,8% masuk kategori sangat baik dan dari aspek siswa
sebesar 75,6% masuk kategori baik; (3) pelaksanaan Teaching Factory dari aspek
proses dengan responden fasilitator sebesar 80,4% masuk kategori baik dan dari
aspek siswa sebesar 72,9% masuk kategori baik; (4) pelaksanaan Teaching Factory
dari aspek produk dengan responden fasilitator sebesar 80% masuk kategori baik dan
dari aspek siswa sebesar 76,1% masuk kategori baik.
ABSTRACT
This research examined the Implementation of Teaching Factory. This study aimed to
evaluate the implementation of Teaching Factory with aspects of: (l) context, (2)
input, (3) process (4) product, because the CIPP model rated as an appropriate and
comprehensive model for evaluating programs. This evaluation research uses the
CIPP model developed by Stufflebeam (2003). The method used a combination
method (Mixed Method). Sampling was used the Total Sampling technique. The
research procedure was carried out by distributing questionnaires to 15 facilitators,
while the qualitative data through interviews with informants was the facilitator.
Quantitative data with descriptive analysis techniques and qualitative data analyzed
were data collection, data reduction, data displaying, and drawing conclusions. The
combination of quantitative and qualitative data served to strengthen, prove, expand,
and deepen quantitative data that has been done in the first stage. The results of the
evaluation research showed that (1) the implementation of Teaching Factory from the
aspect of context with facilitator respondents amounting to 80.6% was in the
excellent category and from the aspect of students by 80% it was in the very good
category; (2) the implementation of Teaching Factory from the input aspect with
80.8% of facilitator respondents is in the very good category and from the aspect of
students by 75.6% is in the good category; (3) the implementation of Teaching
Factory from the aspect of the process with 80.4% facilitator respondents included in
the good category and from the aspect of students by 72.9% included in the good
category; (4) the Teaching Factory implementation of the product aspect with
facilitator respondents by 80% included in the good category and from the aspect of
students by 76.1% included in the good category.
PENDAHULUAN
kebutuhan pasar, dan tingkat keterserapan evaluasi adalah suatu proses yang menentukan
produk di pasaran dan performansinya. sampai sejauh mana tujuan suatu program
Menurut Moerwismadhi (2009:2) dapat dicapai dengan menyediakan informasi
mengungkapkan bahwa dalam Teaching untuk membuat keputusan.
Factory, Sekolah”melakukan kegiatan Wakhinuddin (2009:73) menyatakan bahwa
produksi atau layanan yang merupakan bagian model CIPP menyediakan format evaluasi
dari proses belajar”mengajar. komprehensif pada setiap tahap evaluasi,
Dengan”demikian sekolah harus khususnya konteks, input, proses dan tahapan
memiliki”pabrik, bengkel”atau kegiatan produk. Menurut Sukardi (2008:63),
pembelajaran kewirausahaan”lainnya. menunjukkan bahwa penilaian”dengan model
Sudiyanto (2011:5) dalam penelitiannya CIPP ini pada prinsipnya mendukung”proses
menyatakan bahwa, Teaching Factory pengambilan”keputusan dengan menawarkan
merupakan”kegiatan mengajar oleh siswa pilihan dan konsekuensi”alternatif.
yang melakukan kegiatan produktif dalam
bentuk produk atau layanan di METODE PENELITIAN
lingkungan”sekolah.
Menurut”Direktorat Dalam melaksanakan suatu penelitian,
Pembinaan”Sekolah Menengah Kejuruan penulis harus menentukan metode penelitian
(2016:91)”banyak institusi pendidikan yang akan digunakan agar dapat dijadikan
berusaha untuk membawa praktik pendidikan pedoman dalam penelitian. Metode yang
dekat dengan”industri. Sehingga Teaching digunakan adalah Metode Kombinasi (Mixed
Factory telah menjadi suatu pendekatan baru Methods) ,dengan,desain campuran kuantitatif
untuk pendidikan kejuruan dengan tujuan 1) dan kualitatif tidak berimbang (concurrent
memodernisasi proses pengajaran dengan embedded). Sugiyono (2014:537) menyatakan
membawa kepada praktik industri secara bahwa metode kombinasi model campuran
dekat; 2) mengungkit pengetahuan industri kuantitatif dan kualitatif secara tidak
melalui pengetahuan baru; 3) mendukung berimbang (concurrent embedded).
transisi dari manual menuju cara bekerja
otomatis dan mengurangi kesenjangan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Wakhinuddin (2009:44) menyatakan evaluasi
adalah Kata evaluasi berasal dari bahasa a. Responden Guru
Inggris yaitu “evaluation” yang berarti 1. Aspek Konteks
penilaian atau penaksiran. Pengertian”istilah Menurut Suharsimi (2014) empat
evaluasi merupakan tindakan terencana untuk pertanyaan dapat diajukan dalam evaluasi
mengetahui”keadaan objek dengan konteks yaitu: a) kebutuhan”apa yang tidak
menggunakan alat, dan”hasilnya disediakan melalui”program; b) Apa tujuan
dibandingkan dengan kriteria”untuk mencapai pengembangan proyek? c)
kesimpulan. Evaluasi”menunjukkan atau tujuan”pembangunan apa yang
mengandaikan: Suatu tindakan atau proses dapat”membantu masyarakat; d) untuk”tujuan
untuk menentukan nilai”sesuatu. Evaluasi apa yang paling mudah”dicapai. Aspek
adalah”proses mendapatkan informasi dan konteks pada pelaksanaan Teaching Factory
komunikasi dari”pembuat keputusan. Menurut dalam penelitian ini terkait dengan unsur-
Suharsimi (2014:1) ”Evaluasi adalah tindakan unsur pelaksanaan Teaching factory yang
untuk mengumpulkan informasi tentang”suatu dibagi menjadi 4 (empat) variabel yaitu: Visi
kasus, dan kemudian menggunakan informasi Misi Program Teaching factory, Relevansi
itu untuk menentukan alternatif yang tepat program Teaching factory, Tujuan program
dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya Teaching factory, manfaat program Teaching
menurut Farida (2008:3) menyatakan bahwa factory.
Nilai rata-rata aspek input diperoleh prosedur (SOP) seperti jenis jasa, area tefa
skor rata-rata sebesar 4,04 dengan TPR 80,8% (area kerja, ruang tunggu, gudang, dll),
dengan kategori sangat baik. Dengan keamanan, kompenen utama dan pendukung.
demikian dapat disimpulkan bahwa aspek Fasilitas bengkel Tefa sudah lengkap sesuai
input diantaranya faktor penunjang, dengan fasilitas yang ada di dunia kerja
perencanaan program, SOP, dan sarana seperti alat-alat yang dibutuhkan di bengkel.
prasarana sudah sesuai dengan yang
diharapkan. 3. Aspek Proses
Berdasarkan reduksi data dan display
data maka data kualitatifnya dapat Dalam hal evaluasi proses Farsi, M
disimpulkan bahwa Perencanaan program (2014:399) mengatakan bahwa evaluasi
Tefa sudah sesuai standar operasional proses membahas keputusan pelaksanaan
yang mengontrol dan mengelola program. yang dibagi menjadi 5 (lima) variabel yaitu:
Analisis data yang dilakukan pada bagian manajemen bengkel, kompetensi guru,
aspek proses pada pelaksanaan Teaching jadwal, aktifitas siswa dan aktifitas
Factory dalam penelitian ini terkait dengan pembelajaran
unsur-unsur pelaksanaan Teaching factory
Nilai rata-rata aspek produk diperoleh masyarakat, hasil produk tahan lama dan
skor rata-rata sebesar 4 dengan TPR 80% layak di pasarkan.
dengan kategori baik. Dengan demikian dapat Berdasarkan reduksi data dan display
disimpulkan bahwa aspek produk hasil di data maka data kualitatifnya dapat
SMK Muhammadiyah 1 Padang sesuai disimpulkan bahwa ketercapaian produk
dengan kebutuhan dunia industri dan dipasaran membuat konsumen merasa puas
dan nyaman akan hasil kerja. Produk yang
Nilai rata-rata aspek input diperoleh disimpulkan bahwa kompetensi guru dalam
skor rata-rata sebesar 3,78 dengan TPR 75,6% meghadapi permasalahan sudah baik dan
dengan kategori baik. Dengan demikian dapat permasalahan terselesaikan. Perencanaan
disimpulkan bahwa aspek input diantaranya program sesuai dengan Standar Operasional
kompetensi guru, perencanaan program, Prosedur (SOP). Untuk Sarana dan prasarana
sarana prasarana, dan SOP sudah sesuai Tefa TSM di SMK Muhammadiyah 1 Padang
dengan yang diharapkan. sudah lengkap seperti kelengkapan SST
Berdasarkan reduksi data dan display sehingga siswa dapat melatih kompetensinya.
data maka data kualitatifnya dapat
Nilai rata-rata aspek proses diperoleh 08.00-17.00 sesuai dengan jadwal praktik
skor rata-rata sebesar 3,64 dengan TPR 72,9% siswa.
dengan kategori baik. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa aspek proses aspek proses 4. Aspek Produk
berjalan dengan baik diantaranya seperti
aktifitas guru, jadwal pelaksanaan dan Aspek produk pada pelaksanaan
aktifitas siswa. Teaching Factory dalam penelitian ini terkait
Berdasarkan reduksi data dan display dengan unsur-unsur pelaksanaan Teaching
data maka data kualitatifnya dapat factory yang dibagi menjadi 3 (tiga) variabel
disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam yaitu: ketercapaian tujuan, performasi produk
mengelola kegiatan pembelajaran kepada dan performasi soft skills. Deskripsi data
siswa di bengkel Tefa sangat tersampaikan masing-masing indikator dapat dilihat pada
guru selalu membimbing, mengontrol dan tabel berikut ini:
memfasilitasi siswa. Untuk jadwal Tefa, jam
Nilai rata-rata aspek produk diperoleh konsumen membuat transaksi ini terus
skor rata-rata sebesar 3,8 dengan TPR 76,1% berkelanjutan
dengan kategori baik. Dengan demikian dapat .
disimpulkan bahwa aspek produk yang PENUTUP
dihasilkan Teaching Factory sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan dunia industri. Pelaksanaan”Teaching Factory ditinjau
Berdasarkan reduksi data dan display dari aspek konteks dengan responden
data maka data kualitatifnya dapat fasilitator”dengan TPR 80,6% termasuk
disimpulkan bahwa ketercapaian hasil produk kategori sangat baik Sedangkan responden
tefa memberikan kenyamanan dan kepuasan siswa dengan TPR 80% termasuk kategori
kepada masyarakat pada saat bekerja di baik. Pelaksanaan”Teaching Factory ditinjau
bengkel Tefa siswa memiliki kreatifitas dan dari aspek input”dengan
Teamwork sehingga cara kerja yang dilihat responden”fasilitator”dengan TPR 80,8%
termasuk kategori sangat baik Sedangkan
DAFTAR PUSTAKA