Gizi Pada Lansia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

GIZI PADA LANSIA

Disusun oleh :

Ayu Jazila 1150019002

Nanang Setyawan 1150019021

Maya Nur Alifah 1150019023

Indah Amilatul Azizah 1150019064

Normalitasari Pramesthi 1150019066

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “Gizi pada
Lansia” juga rasa terima kasih untuk dosen pembimbing kami, Farida Umamah,
S.Kep.Ns. M.Kep . Karena kami mendapatkan lebih banyak pengetahuan
sehingga dapat berbagi dengan teman-teman semuanya.

Kami sebagai penulis dalam menyelesaikan makalah ini, menyadari bahwa


masih banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan. Namun, demikian kami
telah berusaha semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar maklah ini
dapat lebih bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 2 Oktober 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................3

BAB I.....................................................................................................................3

PENDAHULUAN.................................................................................................3

A. Latar Belakang............................................................................................4

B. Rumusan masalah.......................................................................................5

C. Tujuan penulisan.........................................................................................5

BAB II....................................................................................................................7

LANDASAN TEORI.............................................................................................7

A. Pengertian Gizi...........................................................................................7

B. Pengertian lansia.........................................................................................7

C. Masalah gizi pada lansia.............................................................................7

D. Faktor penyebab kurang gizi pada lansia....................................................9

E. Bahan makanan pengganti untuk lansia....................................................11

BAB III................................................................................................................13

PENUTUP...........................................................................................................13

A. Kesimpulan...............................................................................................13

B. Saran.........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia ( lanjut usia) adalah kelompok umur 60 tahun atau lebih,
dimana mengalami proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang ada (Darmojo, 2004).
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia, yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kemenkes RI, 2016). Menurut
Depkes RI (2003) lansia dikelompokkan menjadi 3 yaitu pra lansia, lansia,
dan lansia resti. Pra lansia yaitu lansia yang berumur 45-59 tahun, lansia
yaitu 60-69 tahun dan lansia resti lebih dari 70 tahun.
Populasi lansia mencapai 962 juta orang pada tahun 2017, angka
ini diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2050 yang diprediksikan
akan mencapai sekitar 2,1 miliar lansia di seluruh dunia. Presentase lansia
di Indonesia juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
2019, terdapat 9,60% (25,64 juta) lansia dari seluruh penduduk. Angka ini
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya terdapat 9,27%
(24,49 juta) lansia di Indonesia (BPS, 2019)
Semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia dengan berbagai
masalah gizi dan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan
memberikan banyak konsekuensi bagi kehidupan terhadap masalah
kesehatan, ekonomi, serta sosial budaya yang cukup dari pola penyakit
sehubungan dengan proses penuaan, seperti penyakit degeneratif, penyakit
metabolik dan gangguan psikososial (Hatta dkk, 2018). Berbagai penyakit
yang berhubungan dengan usia lanjut antara lain diabetes mellitus,
hipertensi, jantung koroner, reumatik dan asma. Jadi langkah yang tepat
mengurangi risiko terhadap penyakit pada lansia adalah dengan
pemenuhan gizi yang memenuhi kebutuhan tubuh (Bahri dkk, 2016)
Pemberian nutrisi pada lansia perlu mendapat perhatian karena
berpengaruh karena meningkatkan gizi lansia agar tetap berada dalam
kondisi yang sehat dan terhindar dari risiko terjadinya kurang gizi.
Khususnya pada lanjut usia dengan masalah multi patologinya yang secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi asupan zat gizi dan
menimbulkan berbagai macam masalah gizi (Purba, 2005).
Kurangnya pengetahuan asupan makanan yang baik merupakan
faktor risiko terjadinya kurang gizi. Tingkat pengetahuan gizi seseorang
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan dan
selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang
bersangkutan. Peningkatan pengetahuan lansia tentang kesehatan dan gizi
juga diperlukan sehingga lansia dapat menjaga dirinya sendiri agar tetap
sehat.
Kesehatan lansia pada dasarnya terletak pada status gizinya.
Permasalahan gizi yang sering terkait dengan lansia adalah malnutrisi,
malnutrisi dikategorikan menjadi 2 yaitu gizi lebih dan gizi kurang. Gizi
kurang merupakan salah satu masalah gizi yang sering terjadi pada lansia.
Masalah gizi kurang pada lansia dapat dilihat melalui penampilan umum,
yakni rendahnya berat badan lansia dibandingkan dengan standar atau
berat badan ideal seseorang. Hal ini sebagai akibat tidak tercukupi asupan
makronutrien seperti energi, karbohidrat, protein dan lemak (Almatsier,
2016). Masalah kekurangan gizi sering dialami oleh usia lanjut sebagai
akibat dari menurunnya nafsu makan karena penyakit yang dideritanya dan
kesulitan menelan. masalah kurang gizi juga banyak terjadi pada usia
lanjut seperti Kurang Energi Protein yang Kronis (KEK), anemia, dan
kekurangan zat gizi mikro lain (Ardiani & Warjatmadi, 2012).

B. Rumusan masalah
1. Apa saja masalah gizi pada lansia ?
2. Apa faktor penyebab kurang gizi pada lansia ?
3. Apa saja bahan makanan pengganti untuk lansia ?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk menjelaskan dan mengetahui masalah gizi pada lansia.
2. Untuk menjelaskan dan mengetahui faktor penyebab kurang gizi pada
lansia
3. Untuk menjelaskan dan mengetahui bahan makanan pengganti untuk
lansia
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Gizi

Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan,
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan
makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian
lebih luas bahwa gizi diartikan sebagai proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan,
penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat
gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga. (Djoko Pekik Irianto, 2006:
2).
I Dewa Nyoman Suparisa dkk (2002: 17-18) Menjelaskan bahwa
gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorpsi, transportasi.
Penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari
organ-organ serta menghasilkan energi.

B. Pengertian lansia
Menurut Keliat dalam Maryam (2011), usia lansia merupakan
sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun.

C. Masalah gizi pada lansia


Menurut Asra & Sumiati (2007) pada lansia terdapat dua masalah gizi
yaitu gizi lebih dan gizi kurang :
1. Gizi lebih
Prevalensi obesitas menunjukan peningkatan sesuai dengan
pertambahan usia. Pada umumnya berat badan laki-laki mencapai
puncak pada usia 50-55 tahun. Pada wanita antara usia 55-60 tingkat
metabolisme basal dan pengeluaran untuk aktivitas fisik menurun saat
memasuki usia dewasa. Akan tetapi asupan kalori tidak diimbangi
sehingga berat badan meningkat.
2. Gizi kurang
Penurunan asupan kalori biasanya sejalan dengan penurunan
tingkat metabolisme susutnya masa tubuh serta menurunnya
penggunaan energi untuk aktivitas fisik. Hampir 20% lansia
mengkonsumsi 1000 kalori sehari kekurangan protein kalori umum
ditemukan pada lansia. Masalah gizi Ianjut usia merupakan rangkaian
proses masalah gizi sejak usia muda yang manifestasinya terjadi pada
lanjut usia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa masalah gizi pada
lanjut usia sebagian besar merupakan masalah gizi lebih yang
merupakan faktor risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti
penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, gout rematik,
ginjal, perlemakan hati, dan lain-lain. Namun demikian masalah
kurang gizi juga banyak terjadi pada lanjut usia seperti Kurang Energi
Kronik (KEK), anemia dan kekurangan zat gizi mikro lain (Kemenkes
RI, 2012).
Dampak apabila terjadinya masalah gizi pada lansia adalah sebagai
berikut (Kemenkes RI, 2012):
1. Kegemukan atau obesitas
Keadaan ini biasanya disebabkan oleh pola konsumsi yang
berlebihan, banyak mengandung lemak dan jumlah kalori yang
melebihi kebutuhan. Proses metabolisme yang menurun pada lanjut
usia, bila tidak diimbangi dengan peningkatan aktifitas fisik atau
penurunan jumlah makanan, sehingga jumlah kalori yang berlebih
akan diubah menjadi lemak yang dapat mengakibatkan
kegemukan. Selain kegemukan secara keseluruhan, kegemukan
pada bagian perut lebih berbahaya karena kelebihan lemak di perut
dihubungkan dengan meningkatnya risiko penyakit jantung
koroner pada bagian lemak lain. Kegemukan atau obesitas akan
meningkatkan risiko menderita penyakit jantung koroner 1-3 kali,
penyakit hipertensi 1,5 kali, diabetes mellitus 2,9 kali dan penyakit
empedu 1-6 kali.
2. Kurang Energi Kronik (KEK)
Kurang atau hilangnya nafsu makan yang berkepanjangan
pada lanjut usia, dapat menyebabkan penurunan berat badan. Pada
lanjut usia kulit dan jaringan ikat mulai keriput, sehingga makin
kelihatan kurus. Disamping kekurangan zat gizi makro, sering juga
disertai kekurangan zat gizi mikro.
Beberapa penyebab KEK pada lanjut usia :
a. makan tidak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa dan
penciuman
b. gigi-geligi yang tanggal, sehingga mengganggu proses
mengunyah makanan
c. faktor stress/depresi, kesepian, penyakit kronik, efek samping
obat, merokok, dll.
3. Kurang Zat Gizi Mikro lain
Biasanya menyertai lanjut usia dengan KEK, namun
kekurangan zat gizi mikro dapat juga terjadi pada lanjut usia
dengan status gizi baik. Kurang zat besi, Vitamin A, Vitamin B,
Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E, Magnesium, kalsium, seng dan
kurang serat sering terjadi pada lanjut usia.

D. Faktor penyebab kurang gizi pada lansia


Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan status gizi lansia
(Almatsier, 2010), antara lain:
1. Perubahan fisiologis
Penurunan fungsi fisiologis pada lansia merupakan hal yang terjadi
secara alami seiring dengan pertambahan usia. Penurunan ini meliputi
perubahan kemampuan lansia dalam merespon rangsangan dari dalam
maupun luar tubuh. Perubahan fungsi anatomi dan fisiologis sistem
panca indera dan sistem pencernaan memiliki hubungan erat dengan
penurunan status gizi. Perubahan tersebut menyebabkan lansia tidak
menikmati makanan dengan baik. Selain perubahan fisiologis,
penggunaan gigi palsu yang tidak tepat akan memberikan rasa sakit
dan kurang nyaman ketika mengunyah. Hal-hal inilah yang dapat
menyebabkan asupan nutrisi berkurang sehingga berakibat pada
penurunan status gizi lansia.
2. Status ekonomi
Masa pensiun yang dialami lansia akan berdampak salah satunya
pada keadaan keuangan keluarga. Kondisi keuangan keluarga yang
menurun secara tidak langsung berdampak pada penurunan kualitas
dan kuantitas asupan zat gizi. Apabila hal ini berlangsung dalam waktu
lama dapat mengakibatkan lansia mengalami gizi kurang.
3. Psikologis
Demensia atau orang awam menyebutnya “pikun” diderita
sebagian kecil lansia di atas 65 tahun dan semakin meningkat sekitar
20% pada usia 80 tahun. Manifestasi “pikun” diantaranya disorientasi,
kecemasan dan kegelisahan. Manifestasi tersebut dapat menurunkan
asupan makanan dan perubahan aktivitas fisik sehingga bila
berlangsung dalam jangka waktu lama akan menyebabkan penurunan
status gizi.
4. Status Kesehatan
Status kesehatan dan status gizi saling berhubungan erat satu sama
lain. Meningkatnya penyakit infeksi, penyakit degeneratif dan non
degeneratif serta masalah kesehatan gigi-mulut merupakan bagian dari
status kesehatan yang berperan dalam perubahan status gizi. Kondisi
tersebut dapat mengubah cara makan sehingga mempersulit asupan
nutrisi. Efek samping mengonsumsi obatobatan sistemik
mengakibatkan lansia mengalami penurunan selera makan, mulut
kering, perubahan pada indera pengecap, mual dan muntah. Apabila
berlangsung lama dapat menyebabkan penurunan asupan nutrisi yang
pada akhirnya menyebabkan lansia kekurangan gizi

E. Bahan makanan pengganti untuk lansia


Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu
kebutuhan energi memang lebih rendah dari pada usia dewasa muda (turun
sekitar 5-10%), kebutuhan protein sebesar 1 gr/kg BB, kebutuhan lemak
berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar 50%), kebutuhan vitamin
dan mineral sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara praktis
melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan).
Menu yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang
seimbang yakni mengandung sumber zat energi, sumber zat pembangun
dan sumber zat pengatur. Dalam hal ini kita bisa mengacu pada makanan
empat sehat lima sempurna. Karena lansia mengalami kemunduran dan
keterbatasan maka konsistensi dan tekstur atau bentuk makanan harus
disesuaikan. Sebagai contoh : gangguan pada gigi (gigi tanggal/ompong),
maka bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk pauk
dicincang (ayam disuwir, daging sapi dicincang/digiling)
Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak
tinggi seperti seperti jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan,
kulit hewan (misal kulit ayam, kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan,
santan kental. Karena seperti prinsip yang disebutkan tadi bahwa
kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia mengalami perubahan
proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia tidak boleh
mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan
catatan sesuai dengan kebutuhannya.
Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini lauknya sudah
digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan seperti
sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan
maka lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.
Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa
menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi.
Contoh bahan makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi
adalah garam dapur, vetsin, daging kambing, jerohan, atau makanan yang
banyak mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin, ikan
pindang. Hal ini dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi.
Elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi penebalan di dinding
pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena hipertensi.
Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena
sayur dan buah banyak mengandung vitamin, mineral dan serat. Untuk
buah, utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya karena seratnya
lebih banyak. Dengan mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya lansia
tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan.
Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air
putih. Kebutuhan air yakni 1500 – 2000 ml atau 6 -8 gelas perhari. Air ini
sangat besar artinya karena air menjalankan fungsi tubuh, mencegah
timbulnya penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan
lain-lain. Air juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi
bila tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan
tulang juga berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena
untuk penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurang atau hilangnya nafsu makan yang berkepanjangan pada lanjut
usia, dapat menyebabkan penurunan berat badan. Pada lanjut usia kulit dan
jaringan ikat mulai keriput, sehingga makin kelihatan kurus. Disamping
kekurangan zat gizi makro, sering juga disertai kekurangan zat gizi mikro.
Perubahan fungsi anatomi dan fisiologis sistem panca indera dan sistem
pencernaan memiliki hubungan erat dengan penurunan status gizi. Hal-hal
inilah yang dapat menyebabkan asupan nutrisi berkurang sehingga
berakibat pada penurunan status gizi lansia.
Manifestasi tersebut dapat menurunkan asupan makanan dan
perubahan aktivitas fisik sehingga bila berlangsung dalam jangka waktu
lama akan menyebabkan penurunan status gizi. Status kesehatan dan status
gizi saling berhubungan erat satu sama lain. Meningkatnya penyakit
infeksi, penyakit degeneratif dan non degeneratif serta masalah kesehatan
gigi-mulut merupakan bagian dari status kesehatan yang berperan dalam
perubahan status gizi.

B. Saran
Menjaga asupan gizi lansia adalah hal yang sangat penting.tidak dapat
menyebabkan asupan nutrisi berkurang sehingga berakibat pada
penurunan status gizi lansia. Sebab banyak perubahan dalam tubuh lansia
yang memengaruhi nafsu makannya
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai